Anda di halaman 1dari 10

UJIAN TENGAH SEMESTER

NAMA : MELLIA AGATA FALENTINA

NIM : 2018420016

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DOSEN : Drs. ARDI WINATA, M.Si

1. Konsep Manusia Dalam Islam


Konsep manusia dalam pandangan Islam adalah konsep sentral bagi setiap
disiplin ilmu sosial kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal
dan materialnya. Agar konsep manusia yang kita bangun bukan semata-mata
merupakan konsep yang spekulatif, maka kita mesti bertanya pada zat yang
mencipta dan mengerti manusia, yaitu Allah SWT, melalui al-Qur’an. Lewat al-
Qur’an Allah memberikan rahasia-rahasia tentang manusia. Secara etimologi
istilah manusia di dalam al-Qur’an ada empat kata yang dipergunakan, yakni al-
Insan, al-Basyar, BaniAdam, Dzurriyat Adam, al-Nas. Para ahli kerohanian Islam
atau lebih populer para ahli ilmu tasawuf, memandang manusia bukan sekedar
makhluk lahir yang berakal, akan tetapi manusia mereupakan seorang hamba
Allah Ta’ala yang mempunyai dua dimensi lahiriyah dan bathiniyah. Berbicara
masalah pertumbuhan dan perkembangan, kata kunci utamanya yaitu
perubahan. Perubahan dalam diri manusia terdiri atas perubahan kualitatif akibat
dari perubahan psikis, dan perubahan kuantitatif akibat dari perubahan fisik.
Dalam al-Quran banyak sekali ditemukan gambaran tentang manusia dan makna
filosofis dari penciptaanya. Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna
dan sebaik-baik ciptaan yang dilengkapi dengan akal pikiran. Dalam hal ini
Ibn’Arabi misalnya melukiskan hakikat manusia dengan mengatakan bahwa,
“Tidak ada makhluk Allah yang paling bagus dari pada manusia, yang memiliki
daya hidup, mengetahui, berkehendak, berbicara, melihat,mendengar, berpikir
dan memutuskan. Manusia adalah makhluk kosmis yang sangat penting, karena
dilengakapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan bagi
pengemban tugas dan fungsinya sebagai makhluk Allah di muka bumi
(Ramayulis dan Nizar, 2009:57). Pembicara tentang manusia adalah
pembicaraan tentang diri kita sendiri, suatu pembicaraan yang tidak pernah
tuntas dan berakhir. Manusia dalam persektif Islam berbeda dengan konsep
manusia dalam pandangan-pandangan agama selain Islam. Konsep manusia
dalam pandangan Islam adalah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial
kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan
materialnya.Agar konsep manusia yang kita bangun bukan semata-mata
merupakan konsep yang spekulatif, maka kita mesti bertanya pada zat yang
mencipta dan mengerti manusia, yaitu Allah SWT, melalui al-Qur’an.Lewat al-
Qur’an Allah memberikan rahasia-rahasia tentang manusia (Shaleh, 2004:52).
Oleh kaena itu tulisan ini akan mencoba memperbincangkan hakikat manusia
dalam ajaran Islam yang nantinya berkontribusi dengan kajian bimbingan dan
Konseling Islam yang bertujuan memuliakan kemuliaan manusia yang mulia.
Kemulian manusia yang muliav ditandai dengan prinsip iman dan 30 Islam yang
menjadi dasar ketertlaksanaan proses konseling antara konselor dengan klien
atau siterbimbing dalam rangka upaya membantu menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya.
Manusia diciptakan tentu memiliki tujuan. Bagi ummat islam konsep manusia
adalah dilihat dari bagaimana maksud atau tujuan Allah di dalam kehidupan ini.
Sebagian ummat lain menganggap bahwa manusia tercipta sendirinya dan
melakukan hidup dengan apapun yang mereka inginkan, sebebas-bebasnya.
Dalam ilmu pendidikan islam, yang berbicara mengenai konsep manusia
tentunya tidak didefinisikan seperti itu.
Untuk itu, perlu mengetahui apa konsep manusia jika dilihat dari tujuan
penciptaannya di muka bumi oleh Allah SWT.
 Beribadah kepada Allah
”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada-Ku” (QS Adzariyat : 54)
Konsep manuia menurut islam berdasarkan dari tujuannya diciptakan, semata-
mata adalah untuk beribadah kepada Allah. Beribadah kepada Allah artinya kita
menganggap Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang layak untuk disembah,
menjadi tempat bergantung, diagungkan, dan diikuti seluruh perintahnya. Tanpa
melakukan ibadah kepada Allah niscaya manusia akan tersesat dan kehilangan
arah hidupnya. Ibadah bukan saja berarti hanya sekedar melaksankan ibadah
ritual atau yang sifatnya membangun spiritual saja. Ibadah artinya mengabdi,
menjadikan diri kita sebagai abada atau budak dalam hidup untuk Allah SWT.
Ibadah artinya bukan hanya saat shalat saja melainkan semua aspek diri kita
bisa dijadikan ibadah asalkan membawa kebaikan dan pahala.
Orang yang menikah,  bekerja, berkeluarga, menuntu ilmu, mendidik anak, dan
lain sebagainya merupakan bentuk ibadah yang mengalirkan kebaikan bukan
hanya untuk dirinya namun untuk ummat. Untuk itu ibadah dalam islam artinya
mengikuti segala apa yang diperintahkan oleh Allah dalam segala bentuk
kehidupan kita.
Sejatinya, Allah menyuruh manusia beribadah bukanlah untuk kebaikan Allah
sendiri. Jika dipikirkan lebih mendalam beribadah kepada Allah dengan ikhlas
adalah untuk kebaikan umat manusia itu sendiri. Dengan beribadah kepada
Allah, menjadikannya sebagai Illah dalam hidup kita, maka akan datang
kebaikan dalam hidup ini. Penyebab hati gelisah dalam islam biasanya karena
memang manusia tidak menggantungkan hidupnya pada Allah dan mencari
keagungan lain selain Allah. Hal tersebut tentu tidak akan membuat tenang,
malah risau karena tidak pernah menemukan jalan keluarnya. Untuk itu ibadah
kepada Allah dengan meyakini rukun Iman dan menjalankan rukun Islamadalah
bagian dari beribadah kepada Allah. Ibadah kepada Allah masih banyak lagi
dilakukan di berbagai bidang kehidupan manusia dengan mendasarkannya
pada fungsi iman kepada Allah SWT.
 Mendapatkan Ujian Dunia untuk Masa Depan Akhirat
 “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan
mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk,” (QS. Al-
Baqarah: 155-157).
Dalam surat tersebut, Allah menunjukkan kepada manusia bahwa manusia
diciptakan adalah untuk diberikan ujian di dunia. Barangsiapa bisa melalui ujian
di dunia dengan berbagai tantangan dan kesulitannya, maka Allah akan
memberikan pahala akhirat dan rahmat bagi yang benar-benar
melaksanakannya dengan baik. Menghadapi musibah dalam islam hakikatnya
adalah menghadapi ujian di dunia yang harus dilalui dengan kesabaran. Maka itu
islam melarang berputus asa, karena ada banyak bahaya putus asa dalam islam.
Salah satunya adalah tidak bisa optimis untuk menjalankan hidup di dunia untuk
masa depan akhirat yang baik.
Ujian di dunia adalah agar Allah bisa mengetahui siapa yang bisa mengikuti dan
mengabdi pada Allah dengan membalas segala perbuatan dan usahanya untuk
menghadi ujian, di akhirat. Untuk itu pahala adalah credit poin yang harus tetap
diisi agar kelak sebelum masa pembalasan, proses penghisaban (perhitungan)
kita mendapatkan hasil terbaik ujian di dunia.
Jika seluruh hidup ini adalah ujian dari Allah, maka termasuk kebahagiaanpun
adalah ujian di dunia. Termasuk orang yang memiliki harta melimpah, jabatan
yang tinggi, kekuasaan, anak-anak, dan lain sebagainya. Manusia diuji apakah ia
mampu tetap mengabdi dan menyembah Allah walaupun sudah seluruhnya
diberikan kenikmatan oleh Allah SWT.
Untuk itu, karena hakikatnya hidup ini adalah ujian maka, kita perlu
mengusahakan hidup untuk bisa mendapatkan keridhoaan Allah yang terbaik
pada kita. Harta dalam islam bukanlah satu-satunya kenikmatan yang akan
selalu membahagiakan. Ia hanyalah alat dan tiitpan Allah, yang terasa nikmatnya
dan bisa habis kenikmatannya suatu saat nanti.
 Melakukan Pembangunan di Muka Bumi dan Tidak berbuat
Kerusakan
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS : Al
Baqarah : 30)
Dari Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 30 diatas, menunjukkan bahwa manusia
diciptakan di muka bumi adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Khalifah di
atas bukan berarti hanya sekedar pemimpin. Manusia yang hidup semuanya
menjadi pemimpin. Pemimpin bukan berarti hanya sekedar status atau jabatan
dan tidak perlu mendapatkan jabatan tertentu untuk menjadi khalifah di muka
bumi.
Khalifah di muka bumi bukan berarti melaksanakannya hanya saat ada jabatan
kepemimpinan seperti presiden, ketua daerah, pimpinan tertentu di
organisasi/kelompok. Khalifah di muka bumi adalah misi dari Allah yang telah
diturunkan sejam Nabi Adam sebagai manusia pertama. Untuk itu, khalifah disini
bermaksud sebagai fungsi.
Fungsi dari pemimpin adalah mengatur, mengelola, menjaga agar sistem dan
perusahaannya menjadi baik dan tidak berantakan. Pemimpin juga menjadi figur
atau teladan, tidak melakukan sesuatu dengan semena-mena atau tidak adil.
Pemimpin membuat segalanya berjalan dengan baik, teratur, dan bisa tercapai
tujuannya.
Untuk itu, khalifah adalah tugas dari semua manusia untuk mengelola, mengatur
segala kehidupan di dunia. Mengelola bumi artinya bukan hanya mengelola alam
atau diri sendiri saja, melainkan seluruh kehidupan yang ada di bumi termasuk
sistem ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, IPTEK, pendidikan, dan lain
sebagainya. Maka itu manusia manapun dia wajib menghidupkan,
mengembangkan, dan menjalankan seluruhnya dengan baik agar adil, sejahtera,
dan sesuai fungsi dari bidang tersebut (masing-masing).
 Menegakkan Keadilan di Muka Bumi
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan (QS. Al-Qasas [28] : 77)
Menjalankan misi khalifah fil ard bukan berarti kita mengerjakannya seorang
diri. Keutamaan adil terhadap diri sendiri memang sangat banyak, namun lebih
bermanfaat lagi jika adil juga terhadap manusia yang lain. Melakukan misi
khalfiah fil ard berarti kita berbagi tugas dengan manusia lainnya, saling
membantu, dan memberikan manfaat. Untuk menjalankan misi khalifah fil ard
maka manusia harus memiliki kemampuan, skill, pengetahuan yang dengan
keahluannya tersebut ia mampu membangun bidang-bidang yang ada di muka
bumi. Untuk itu penting sekali bagi umat islam untuk menjalankan tujuan
pendidikan dan tujuan pendidikan islam, agar bisa melaksanakan secara optimal
bidang-bidang di muka bumi.
“Dan Syu’aib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan
adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan
janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat
kerusakan”. (QS. Hud [11] : 85)
Dari ayat diatas sangat terlihat bahwa Allah menyuruh kepada manusia untuk
berbuat adil, melaksanakan hak-hak manusia dan tidak berbuat kejahatan yang
berakibat kerusakan di muka bumi.
Kita dapat lihat bahwa orang-orang yang tidak menjalankan misi kekhalifahan
pasti akan binasa. Seperti misalnya orang yang membuka lahan perhutanan
untuk dijadikan tempat berbelanja atau mall oleh orang asing. Selain kerugian
material yang besar tentunya ada resiko juga bahwa dibukanya hal tersebut
mengundang asing semakin banyak berusaha di Indonesia dengan proses
monopoli atau kapitalisasi ekonomi mereka.
Tugas khalifah artinya adalah tugas semua manusia termasuk wanita. Untuk
itu, wanita karir dalam pandangan islam tidak jadi masalah. Wanita bisa berkarir
sebagai langkahnya dalam melakukan misi kekhalifahan juga di muka bumi yang
bisa bermanfaat untuk ummat banyak. Hal ini tetap memperhatikan tugas wanita
dalam keluarga pula. Wanita yang baik menurut islam adalah yang mampu
menyeimbangkan perannya dalam keluarga, masyarakat, dan terhadap dirinya
sendiri.
 Hikmah dari Konsep Manusia dalam Islam
Konsep manusia dalam islam adalah konsep yang utuh dan integral
mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan manusia mulai dari perangkat fisik
hingga perangkat akal dan psikologisnya. Konsep manusia dalam islam juga
tidak menghalangi manusia untuk memilih, menggunakan kehendak bebasnya,
dan melakukan apapun yang diinginkan manusia. Hanya saja segala sesuatu
yang diperbuat oleh manusia pasti akan ada efek dan resikonya. Tentu hal
tersebut tidak bisa dihindari dan harus diterima atau dilakukan oleh manusia.
Untuk itu, konsep manusia dalam islam tidak timpang sebelah. Konsep manusia
dalam islam juga tidak menganggap bahwa manusia boleh sebebas-bebasnya.
Untuk itu, ada aturan bagi manusia. Aturan tersebut bukan dalam rangka untuk
membatasi atau membuat manusia tersiksa. Hakikatnya aturan tersebut dibuat
agar manusia terhindar dari keterpurukan dan kesesatan. Manusia sengaja
diberikan aturan agar tidak melakukan hal yang merugikan dirinya. Maka
itulah fungsi agama memberikan petunjuk agar manusia bisa benar-benar
selamat hidup di dunia dan akhirat.
Itulah konsep manusia dalam islam. Sangat seimbang dan integral.
Memperhitungkan semua aspek dalam kehidupan manusia. Dari konsep
manusia islam, maka tidak ada manusia yang bisa menyombongkan
dirinya. Sifat sombong dalam islam itu sendiri sangat dibenci, karena sejatinya
tidak ada yang bisa disombongkan dari manusia. Manusia senantiasa memiliki
kelemahan.
2. Konsep Tuhan dalam Islam
Dalam konsep Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan
Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir,
dan Hakim bagi semesta alam.
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha
Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.
Menurut al-Qur'an terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama
yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda.
Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha
Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering
digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-
rahim).
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu
tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji
keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut
ajaran Islam, Tuhan muncul dimana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk
apa pun. Menurut al-Qur'an, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata,
sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus
lagi Maha Mengetahui." (QS al-An'am[6]:103)
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga
Tuhan yang personal: Menurut al-Qur'an, Dia lebih dekat pada manusia daripada
urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon
pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu
manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”

Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama
yang disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan
Yahudi (29:46). Namun, hal ini tidak diterima secara universal oleh kalangan
non-Muslim.
 Konsep Tuhan
Konsep ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan
yang berdasar al-Qur'an dan hadits secara harafiah dengan sedikit spekulasi
sehingga banyak pakar ulama bidang akidah yang menyepakatinya, dan konsep
ketuhanan yang bersifat spekulasi berdasarkan penafsiran mandalam yang
bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis.
Konsep ketuhanan berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits
Menurut para mufasir, melalui wahyu pertama al-Qur'an (Al-'Alaq [96]:1-5),
Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan
manusia berbagai hal termasuk di antaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim
percaya al-Qur'an adalah kalam Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam
al-Qur'an merupakan "penuturan Allah tentang diri-Nya."
Selain itu menurut Al-Qur'an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri
manusia sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A'raf [7]:172). Ketika masih
dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan
manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi
saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan
alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika
manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan. Al-Qur'an
menegaskan ini dalam surah Az-Zumar [39]:8 dan surah Luqman [31]:32.
Tuhan Maha Esa
Keesaan Tuhan atau Tauḥīd adalah mempercayai dan mengimani dengan
sepenuh hati bahwa Allah itu Esa dan (wāḥid). Al-Qur'an menegaskan
keberadaan kebenaran-Nya yang tunggal dan mutlak yang melebihi alam
semesta sebagai; Zat yang tidak tampak dan wahid yang tidak diciptakan.
Menurut al-Qur'an:
"Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki
niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang
dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan
kamu dari keturunan orang-orang lain." (al-An'am [6]:133)
Menurut Vincent J. Cornell, al-Qur'an juga memberikan citra monis Tuhan
dengan menjelaskan realitas-Nya sebagai medan semua yang ada, dengan
Tuhan menjadi sebuah konsep tunggal yang akan menjelaskan asal-muasal
semua hal yang ada: "Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Akhir dan Yang
Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (al-Hadid [57]:3)" Sebagian
Muslim walau begitu, mengkritik intepretasi yang mengacu pada pandangan
monis atas Tuhan sebagai pengkaburan antara Pencipta dan dicipta, dan
ketidakcocokannya dengan monoteisme redikal Islam.
Ketidakmampuan Tuhan mengimplikasikan ketidakmahakuasaan Tuhan dalam
mengatur konsepsi universal sebagai keuniversalan moral yang logis dan
sepantasnya daripada eksistensial dan kerusakan moral (seperti dalam
politeisme). Dalam hal serupa, al-Qur'an menolak bentuk pemikiran ganda
sebagai gagasan dualitas atas Tuhan dengan menyatakan bahwakebaikan dan
kejahatan diturunkan dari perilaku Tuhan dan bahwa kejahatan menyebabkan
tidak adanya daya untuk menciptakan. Tuhan dalam Islam sifatnya universal
daripada tuhan lokal, kesukuan, atau paroki; zat mutlak yang mengajarkan nilai
kebaikan dan melarang kejahatan.
Tauhid merupakan pokok bahasan Muslim. Menyamakan Tuhan dengan ciptaan
adalah satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni seperti yang disebutkan
dalam al-Qur'an. Umat Muslim percaya bahwa keseluruhan ajaran Islam
bersandar pada prinsip Tauhid, yaitu percaya "Allah itu Esa, dan tidak ada
sekutu bagi-Nya." Bahkan tauhid merupakan kosep teoritis yang harus
dilaksanakan karena merupakan syarat mutlak setiap Muslim.

Anda mungkin juga menyukai