NIM : 2018420016
Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama
yang disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan
Yahudi (29:46). Namun, hal ini tidak diterima secara universal oleh kalangan
non-Muslim.
Konsep Tuhan
Konsep ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan
yang berdasar al-Qur'an dan hadits secara harafiah dengan sedikit spekulasi
sehingga banyak pakar ulama bidang akidah yang menyepakatinya, dan konsep
ketuhanan yang bersifat spekulasi berdasarkan penafsiran mandalam yang
bersifat spekulatif, filosofis, bahkan mistis.
Konsep ketuhanan berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits
Menurut para mufasir, melalui wahyu pertama al-Qur'an (Al-'Alaq [96]:1-5),
Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan
manusia berbagai hal termasuk di antaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim
percaya al-Qur'an adalah kalam Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam
al-Qur'an merupakan "penuturan Allah tentang diri-Nya."
Selain itu menurut Al-Qur'an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri
manusia sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A'raf [7]:172). Ketika masih
dalam bentuk roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan
manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi
saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan
alamiah bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika
manusia dalam kesulitan, otomatis akan ingat keberadaan Tuhan. Al-Qur'an
menegaskan ini dalam surah Az-Zumar [39]:8 dan surah Luqman [31]:32.
Tuhan Maha Esa
Keesaan Tuhan atau Tauḥīd adalah mempercayai dan mengimani dengan
sepenuh hati bahwa Allah itu Esa dan (wāḥid). Al-Qur'an menegaskan
keberadaan kebenaran-Nya yang tunggal dan mutlak yang melebihi alam
semesta sebagai; Zat yang tidak tampak dan wahid yang tidak diciptakan.
Menurut al-Qur'an:
"Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki
niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang
dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan
kamu dari keturunan orang-orang lain." (al-An'am [6]:133)
Menurut Vincent J. Cornell, al-Qur'an juga memberikan citra monis Tuhan
dengan menjelaskan realitas-Nya sebagai medan semua yang ada, dengan
Tuhan menjadi sebuah konsep tunggal yang akan menjelaskan asal-muasal
semua hal yang ada: "Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Akhir dan Yang
Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (al-Hadid [57]:3)" Sebagian
Muslim walau begitu, mengkritik intepretasi yang mengacu pada pandangan
monis atas Tuhan sebagai pengkaburan antara Pencipta dan dicipta, dan
ketidakcocokannya dengan monoteisme redikal Islam.
Ketidakmampuan Tuhan mengimplikasikan ketidakmahakuasaan Tuhan dalam
mengatur konsepsi universal sebagai keuniversalan moral yang logis dan
sepantasnya daripada eksistensial dan kerusakan moral (seperti dalam
politeisme). Dalam hal serupa, al-Qur'an menolak bentuk pemikiran ganda
sebagai gagasan dualitas atas Tuhan dengan menyatakan bahwakebaikan dan
kejahatan diturunkan dari perilaku Tuhan dan bahwa kejahatan menyebabkan
tidak adanya daya untuk menciptakan. Tuhan dalam Islam sifatnya universal
daripada tuhan lokal, kesukuan, atau paroki; zat mutlak yang mengajarkan nilai
kebaikan dan melarang kejahatan.
Tauhid merupakan pokok bahasan Muslim. Menyamakan Tuhan dengan ciptaan
adalah satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni seperti yang disebutkan
dalam al-Qur'an. Umat Muslim percaya bahwa keseluruhan ajaran Islam
bersandar pada prinsip Tauhid, yaitu percaya "Allah itu Esa, dan tidak ada
sekutu bagi-Nya." Bahkan tauhid merupakan kosep teoritis yang harus
dilaksanakan karena merupakan syarat mutlak setiap Muslim.