Presentator:
Siti Novi Navisah
Ostrada Pahlawan
Sejarah Penulisan Hadits
Secara bahasa kitabatul hadits berarti
menulis hadits Rasulullah. Yang dimaksud
dengan kitabatul hadits di sini adalah upaya Penulisan adalah suatu media terpenting
penulisan hadits Rasulullah Saw dengan tu- bagi pemeliharaan ilmu pengetahuan dan
juan untuk dijadikan sebagai referensi yang penyebarannya kepada masyarakat luas.
akan diedarkan pada masyarakat umum. Tidak terkecuali ini telah menajdi suatu me-
Secara umum dari berbagai literatur bahwa dia dalam upaya pemeliharaan hadits,
upaya tersebut di masa itu sekedar untuk meskipun dalam hal ini terdapat sejumlah
menghimpun hadits ke dalam lembaran- riwayat yang berbeda dan pandangan yang
lembaran saja. Karenanya tidak menggu- beraneka ragam. Berkenaan dengan
nakan sistematis tertentu. Dan penyusunan penulisan hadits telah lahir sejumlah kitab,
hadits secara sistematis ini mencapai pun- baik di zaman dahulu maupun di zaman be-
caknya pada abad ketiga Hijriyah. Kemu- lakangan.
dian abad ini dikenal sebagai abad pem-
bukuan hadits.
Penulisan Hadits di masa Rasulullah SAW
ب َف َوالَّ ِذي َن ْف ِسي بِيَ ِد ِه َما خَي ُْر ُج ِمْنهُ ِإالَّ َح ٌّق
ْ ُا ْكت
“Tulislah, demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak keluar darinya kecuali yang hak”.
Hadits-hadits sejenis yang membuktikan adanya penulisan sejak zaman Nabi Saw sangat banyak
jumlahnya, dan apabila dikumpulkan akan mencapai derajat mutawatir. Namun secara lahiriah ia
bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ahmad dari Abu Said Al-Khudri
bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Janganlah kamu tulis sesuatu dariku selain Al-Qur’an. Barang
siapa telah menulis sesuatu dariku selain Al-Qur’an hendaklah ia menghapusnya”.
Penulisan hadits di masa Rasulullah Saw telah mencakup sejumlah besar hadits yang apabila dikumpulkan akan
menjadi sebuah kitab yang cukup tebal. Di antara tulisan hadits pada waktu itu adalah sebagai berikut:
a. Al-Shahifah al-Shadiqah yang ditulis oleh Abdullah bin Amr bin Ash.
b. Shahifah Ali bin Abi Thalib
c. Shahifah Sa’ad bin Ubadah
d. Surat-surat Rasulullah Saw.
Dari Adz-Dzahabi, setelah menyebutkan sanad, ia menukil ucapan Aisyah, “Ayahku telah
mengumpulkan sekitar lima hadits dari Rasulullah Saw dalam sebuah kitab. Pada suatu
malam aku menyaksikannya tidak bisa tenang, sebentar (tidur) pada satu sisi lalu berpin-
dah ke sisi lainnya secara berulang-ulang. Hal ini membuatku khawatir, kepadanya ku
berkata, ‘Apakah engkau sakit atau ada berita buruk yang sampai padamu, sehingga en-
gkau kalut seperti ini?’ (Ia tidak berkata apa-apa), namun Ketika masuk waktu subuh, ia
berkata, ‘Wahai putriku, bawalah kemari hadits-hadits yang ada padamu!’ Aku pun segera
menyerahkan hadits-hadits itu padanya. Lalu ia meminta api dan membakar semua ha-
dits itu. Aku bertanya, ‘Mengapa hadits-hadits ini engkau bakar?’ Ia menjawab, ‘Aku takut
bila nanti aku mati, tulisan-tulisan ini akan tetap ada, sementara di antara hadits-hadits
tersebut ada yang tidak asli karena aku menukilnya berdasarkan kepercayaan pada
seseorang. Padahal hadits yang sebenarnya tidak seperti yang ia riwayatkan”.
Penulisan Hadits di masa 3 Khilafah
Larangan penukilan dan penulisan hadits di masa Umar
a. Kitab Athraf. Di dalam kitab ini penyusunnya hanya menyebutkan sebagian dari matan Hadits tertentu, kemudian
menjelaskan seluruh sanad dari matan itu, baik sanad yang berasal dari kitab Hadits yang dikutip matannya ataupun
dari kitab-kitab lainnya. Contoh dari kitab jenis ini adalah:
1. Athraf as-Shahihaini, oleh Ibrahim al-Dimasyqi (w. 400 H).
2. Athraf as-Shahihaini, oleh Abu Muhammad Khalaf ibn Muhammad al-Wasithi (w. 401 H),
3. Athraf as-Sunan al-Arba'ah, oleh Ibn Asakir al Dimasyqi (w. 571 H),
4. Athraf al-Kutub as-Sittah, oleh Muhammad ibn Thahir al-Maqdisi (507 H).
b. Kitab Mustakhraj Kitab ini memuat matan Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari atau Muslim, atau keduanya, atau
lainnya. Selanjutnya penyusun kitab ini meriwayatkan matan Hadits tersebut dengan sanadnya sendiri. Contoh kitab ini
adalah:
1. Mustakhraj Shahih Bukhari, oleh Jurjani,
2. Mustakhraj Shahih Muslim, oleh Abu Awanah (316 H)
3. Mustakhraj Bukhari-Muslim, oleh Abu Bakar ibn Abdan al-Sirazi (388 H).
Bentuk Penyusunan Kitab Hadits pada Periode Ini
c. Kitab Mustadrak. Kitab ini menghimpun Hadits-Hadits yang memiliki syarat-syarat Bukhari
dan Muslim atau yang memiliki salah satu syarat dari keduanya. Contoh nya adalah:
1. Al-Mustadrak, oleh Al-Hakim (321-405 H),
2. Al-Ilzamat, oleh Al-Daraquthni (306-385 H).
d. Kitab Jami'. Kitab ini menghimpun Hadits-Hadits yang termuat dalam kitab-kitab yang
telah ada, yaitu seperti: Yang menghimpun Hadits-Hadits Shahih Bukhari dan Muslim:
1. Al-Jami' bayn as-Shahihaini, oleh Ibn al-Furat (Ibn Muhammad/w. 414 H),
2. Al-Jami' Bayn as-Shahihaini, oleh Muhammad ibn Nashr al-Humaidi (488 H),
3. Al-Jami' Bayn as-Shahihaini, oleh Al-Baghawi (516 H).
Keadaan Hadits pada
Periode ini dimulai sejak Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad
ditaklukkan oleh tentara Tartar (656 H/1258 M), yang kemudian Pertengahan Abad ke-7 Hijriah
Kekhalifahan Abbasiyah tersebut dihidupkan kembali oleh Sampai Sekarang (Masa
Dinasti Mamluk dari Mesir setelah mereka berhasil Pensyarahan, Penghimpunan,
menghancurkan bangsa Mongol tersebut.
Pentakhrijan, dan
Kegiatan periwayatan Hadits pada periode ini lebih banyak
Pembahasan)
dilakukan dengan cara ijazah dan mukatabah, Sedikit sekali dari
Ulama Hadits periode ini yang melakukan periwayatan Hadits
secara hafalan sebagaimana yang dilakukan oleh Ulama
mutaqaddimin. Di antara mereka yang sedikit itu adalah:
1. Al-‘Iraqi (w. 806 H/1404 M). Dia berhasil mendiktekan
Hadits secara hafalan kepada 400 majelis sejak tahun 796
H/1394 M, dan juga menulis beberapa kitab Hadits.
2. Ibn Hajar al-Asqalani (w. 852 H/1448 M), seorang
penghafal Hadits yang tiada tandingannya pada masanya
Dia telah mendiktekan Hadits kepada 1.000 majelis dan
menulis sejumlah kitab yang berkaitan dengan Hadits.
3. As-Sakhawi (w. 902 H/1497 M), murid lbn Hajar, yang telah
mendiktekan Hadits kepada 1.000 majelis dan menulis
sejumlah kitab.
Bentuk Penyusunan Kitab Hadits pada Periode Ini
Pada periode ini, umumnya para Ulama Hadits mempelajari kitab-kitab Hadits yang telah ada, dan
selanjutnya mengembangkannya atau meringkasnya sehingga menghasilkan jenis karya sebagai
berikut:
a. Kitab Syarah. Yaitu, jenis kitab yang memuat uraian dan penjelasan kandungan Hadits dari kitab
tertentu dan hubungannya dengan dalil-dalil lain yang bersumber dari Al-Qur'an, Hadits, ataupun
kaidah-kaidah syara' lainnya. Di antara contohnya adalah:
1. Fath al-Bari, oleh Ibn Hajar al-Asqalani, yaitu syarah kitab Shahih Al-Bukhari,
2. Al-Minhaj, oleh Al-Nawawi, yang mensyarahkan kitab Shahih Muslim,
3. 'Aun al-Ma'bud, oleh Syams al-Haq al-Azhim al Abadi, syarah Sunan Abu Dawud.
b. Kitab Mukhtashar. Yaitu, kitab yang berisi ringkasan dari suatu kitab Hadits, seperti Mukhtashar
Shahih Muslim, oleh Muhammad Fu'ad 'Abd al-Baqi.
c. Kitab Zawa'id. Yaitu, kitab yang menghimpun Hadits-hadits dari kitab-kitab tertentu yang tidak
dimuat oleh kitab tertentu lainnya. Di antara contohnya adalah Zawa'id as-Sunan al-Kubra, oleh Al-
Bushiri, yang memuat Hadits-Hadits riwayat al-Baihaqi yang tidak termuat dalam Al-Kutub as-
Sittah.
Bentuk Penyusunan Kitab Hadits pada Periode Ini
d. Kitab Penunjuk (kode indeks) Hadits. Yaitu, kitab yang berisi petunjuk-petunjuk praktis untuk
mempermudah mencari matan Hadits pada kitab-kitab tertentu. Contohnya, Miftah Kunuz al-
Sunnah, oleh A.J. Wensinck, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh M. Fu'ad 'Abd
al-Baqi
e. Kitab Takhrij. Yaitu, kitab yang menjelaskan tempat-tempat pengambilan Hadits-Hadits yang
dimuat dalam kitab tertentu dan menjelaskan kualitasnya. Contohnya adalah, Takhrij Ahadits
al-Ihya', oleh Al-‘Iraqi. Kitab ini mentakhrij Hadits-Hadits yang terdapat di dalam kitab Ihya'
'Ulum al-Din karya Imam Al-Ghazali.
f. Kitab Jami'. Yaitu, kitab yang menghimpun Hadits-Hadits dari beberapa kitab Hadits tertentu,
seperti Al-Lu'lu' wa al-Marjan, karya Muhammad Fu'ad al-Baqi. Kitab ini menghimpun Hadits-
Hadits Bukhari dan Muslim.
g. Kitab yang membahas masalah tertentu, seperti masalah hukum. Contohnya, Bulughul-
Maram min Adillah al-Ahkam oleh Ibn Hajar al-'Asqalani dan Koleksi Hadits-hadits Hukum oleh
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy.
KESIMPULAN
Hadits belum dibukukan pada zaman Rasulullah Saw,
bahkan dilarang. Hadits cukup dihafal oleh para sahabat
karena faktor-faktor tertentu. Pada zaman Khulafaur
Rasyidin pun sama, hadits belum dapat dibukukan, hal itu
dikarenakan sikap kehati-hatian dari para Khulafaur
Rasyidin dan dimaksudkan untuk memelihara al-Qur’an.
Hadits baru ditulis secara resmi dan dikodifikasi pada
masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz pada era Dinasti
Umayyah. Hal ini diketahui dengan keluarnya surat perin-
tah dalam rangka penulisan hadits dan sunnah Rasul Saw.
Dalam hal ini, ia menulis kepada gubernurnya di Madinah
yang Bernama Abu Bakar bin Muhammad bin Umar bin
Hazm Anshari.
No Periode Perkembangan Karakteristik Model Buku
Penulisan
1 Masa Nabi Muhammad Larangan penulisan (Nahyu al-Kitabah) Hadits dihafal di luar
kepala Catatan pribadi bentuk shahifah
SAW
(lembaran)
3 Masa Tabi’in Penghimpunan hadits (al Jam’u wa al- Bercampur antara hadits Shahifah, mushannaf, Muwatha’, musnad,
Tadwin) Nabi dan dan jami’
Fatwa sahabat serta aqwal
sahabat
4 Masa Tabi’ Kejayaan kodifikasi hadits (Azha’ Al- Filterisasi dan klasifikasi Musnad, Jami’, dan Sunan
al-tabi’in Ushur Sunnah) (Ashr al-Jami’ wa at-Tashhih)
5 Masa setelah Tabi’ut Tabi’in Penghimpunan dan penertiban secara Bereferensi (Muraja’ah) Mu’jam, Mustadrak, Mustakhraj,
(abad II-seterusnya) sistematik (al-Jam’u wa at-Tartib wa at- pada buku-buku Istikhsar, dan Syarah
Tanzhim) sebelumnya tetapi
lebih sistematik
Thank you
Insert the title of your subtitle Here