Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH KODIFIKASI HADITS

Pengertian Kodifikasi

Kata kodifikasi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tadwin yang merupakan bentuk
masdar dari dawwana, yudawwinu, tadwiinan yang berarti pembukuan. Pembukuan adalah
mengumpulkan sesuatu yang tertulis dari lembaran-lembaran dan hafalan yang ada di dalam
dada, kemudian menyusunnya hingga menjadi satu kitab

Sejarah Kodifikasi

A. Masa Nabi dan Sahabat

Pada awalnya Rasulullah Saw melarang para sahabat menuliskan hadits, karena dikhawatirkan
akan bercampur-baur penulisannya dengan al-Qur‟an

Larangan Menulis hadits

‫ زَاي مسهم‬.ً‫عه أتً سعٍد انخدزي أن زسُل هللا ملسو هيلع هللا ىلص قال ال جكحثُا عىً َمه كحة عىً غٍس انقسآن فهٍمح‬

Perintah Menulis Hadits

Di awal pertumbuhan ilmu hadis, kaum muslimin lebih cenderung bertumpu pada kekuatan
hapalannya tanpa menuliskan hadis-hadis yang mereka hapal sebagaimana yang mereka lakukan
dengan Al-Qur`an. karena disamping akan bercampurnya hadits dengan Al-Qur‟an juga agar
umat Islam lebih fokus pada AlQur‟an. Menurut Syekh „Abdul Ghoffar ar-Rahmani dalam
Pengantar Tadwin (Pengumpulan) Hadits, proses panjang penjagaan dan pemeliharaan hadis
berlangsung melalui tiga cara. Yaitu, umat yang mengamalkan hadis tersebut, hafalan (hifzun)
dan tulisan (kitabah), serta periwayatan dan pengajaran.

‫ فىحٍىً قسٌش‬،ً‫ كىث أكحة كم شًء أسمعً مه زسُل هللا ملسو هيلع هللا ىلص أزٌد حفظ‬:‫قال عثد ا هللا ته عمسَ ته انعاص زضً عىٍما‬
ً‫ "جكحة كم شًء سمعح‬:‫َقانُا‬.

‫ فأَما‬،‫ فركست ذنك نسسُل هللا ملسو هيلع هللا ىلص‬،‫عه زسُل هللا ملسو هيلع هللا ىلص َزسُل هللا ملسو هيلع هللا ىلص تشس ٌحكهم فً انغضة َانسضا؟ فأمسكث عه انكحاتة‬
‫ "اكحة فُانري وفسً تٍدي ما خسج مىً إال حق‬:‫"تأصثعً إنى فًٍ َقال‬.

Solusinya

Nabi melarang kalangan umum dan membolehkan kepada sebagian sahabat. Beberapa sahabat
yang diberi izin untuk menulis hadis, yaitu Abdullah Ibn Amr Ibn 'Ash, Abdullah Ibn Abbas, Ali
bin Abi Thalib, Samurah Ibn Jundab, dan Jabir Ibn Abdullah Ibn Abi Auf

B. Masa Sahabat

Sahabat adalah orang yang bertemu Nabi SAW dalam keadaan mukmin dan wafat dalam
keadaan mukminDi samping perhatian terhadap al-Qur'an, para Sahabat, terutama al-Khulafa' al-
Rasyidin juga sungguh-sungguh memperhatikan perkembangan periwayatan hadits. Didukung
oleh hadits : ‫نٍثهّغ انشاٌد مىكم انغاءب‬

Sebetulnya, penulisan hadis telah dilakukan sejak jaman Nabi. Namun, hanya beberapa orang
saja diantara mereka yang menuliskan dan menyampaikan hadis dari apa yang mereka tulis.
Disebutkan dalam shahih al-Bukhari, di Kitab al-Ilmu, bahwa Abdullah bin „Amr biasa menulis
hadis. Abu Hurairah berkata, “Tidak ada seorang pun dari sahabat Rasulullah shallallahu „ alaihi
wa sallam yang lebih banyak hadisnya dari aku kecuali Abdullah bin „Amr, karena ia biasa
menulis sementara aku tidak.”

C. Masa khulafa al-rasyidin

Periwayatan hadis pada masa Abu Bakar dan Umar ibn Khattab masih terbatas disampaikan
kepada yang membutuhkan saja, belum bersifat pengajaran resmi. Begitu pula penulisan hadis.
Periwayatan hadis sangat sedikit dan lamban. Hal ini disebabkan kecenderungan mereka untuk
membatasi riwayat (taqlil al-riwayah), di samping sikap hati-hati dan teliti mereka dalam
menerima hadis. Ali ibn Abi Thalib hanya mau menerima hadis perorangan jika orang tersebut
bersedia disumpah. Mulai muncul hadis-hadis palsu karena tendensi politik

D. Masa Tabiin

Tradisi periwayatan hadis ini juga kemudian diikuti oleh tokoh-tokoh tabi`in sesudahnya. Hingga
datang masa kepemimpinan khalifah kelima, UmarIbn Abdul‟aziz. Dengan perintah beliau,
kodifikasi hadits secara resmi dilakukan. Diantara yang pertama kali mengumpulkan hadis atas
perintah Umar bin Abdul „aziz adalah Muhammad bin Muslim, ibnu Syihab az-Zuhry, salah
seorang ulama ahli Hijaz dan Syam. Az-Zuhri adalah ulama besar dari kelompok tabiin pertama
yang membukukan hadis. Setelah itu, banyak para ulama yang menuliskan hadis-hadis
Rasulullah dan mengumpulkannya dalam kitab mereka.

E. Masa Abad ke-2

Pengkodifikasian hadits secara resmi yang dilakukan atas instruksi Khalifah secara luas,
dilakukan pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz Kitab hadits yang ada, masih
bercampur aduk antara hadis-hadis Rasulullah dengan fatwa-fatwa sahabat dan tabi'in, belum
dipisahkan antara hadith-hadith yang marfu' , mauquf dan maqtu‟ , dan antara hadith yang sahih,
hasan dan da'if. Penyusunan yang dilakukan oleh ulama pada awal abad kedua ini, dapat
dikategorikan menjadi dua kelompok. Pertama, kitab-kitab yang berisi hadis nabi semata. Yang
kedua, Kitab-kitab pada abad ini belum disusun secara sistematis.

F. Masa Abad ke-3

Pada abad ke-3, yang berperan adalah generasi setelah tabi‟in. Telah diusahakan untuk
memisahkan hadith yang shahih dari al-Hadith yang tidak sahih sehingga tersusun 3 macam
kitab hadith, yaitu : a. Kitab Sahih - (Sahih Bukhai, Sahih Muslim) b. Kitab Sunan - (Ibnu
Majah, Abu Dawud, al-Tirmizi, al-Nasai, Al-Darimi), berisi hadith sahih dan hadith da 'if yang
tidak munkar. c. Kitab Musnad - (Abu Ya 'la, al-Humaydi, Ali Madayni, al-Bazar, Baqi bin
Mukhlad, Ibnu Rahawayh) - berisi berbagai macam hadith tanpa penelitian dan penyaringan dan
hanya digunakan para ahli hadith untuk bahan perbandingan. Para ulama ' mulai mencari hadis,
menyusun kitab tentang ilmu Rijal, dan membukukan hadis. [21] Sehingga pada masa ini
muncullah karya-karya tentang ilmu-ilmu hadis semisal ilmu Jarh wa Ta ‟dil , ilmu Tarikh
Ruwath , dan lainnya.

G. Masa Penyempurnaan

Banyak hadis susulan hadis shohih yang belum termaktub dalam hadis shohihaini dan nama
pengumpulan ini adalah kitab mustadrak oleh imam al hakim. sesempurna nya hadis kembali ke
manusia bahwa tidak ada yang sempurna. hadis hadis tersebut pada masa ke 3 masih harus
diteliti kebenarannya, dan di telusuri keshahihan sanadnya

Anda mungkin juga menyukai