Anda di halaman 1dari 11

Nama : Andi Annisa Adelia Putri

NIM:30700121062
Kelas : Ilmu Hadis 1

A. TERMINOLOGI HADIS

1. Pengertian
a. Hadis
Makna hadis atau Al-Hadis secara bahasa adalah Al-Jadid (yang baru), Al-Qarib (yang dekat),
dan Al-Khabar (berita). Makna terakhir inilah yang populer dalam ilmu hadis.
Sedangkan ulama usul fikih, adalah "Segala perkataan Nabi Muhammad SAW. perbuatan, dan
takrimnya yang dapat menjadi dalil untuk menetapkan hukum".
b. Sunnah
Sunnah menurut istilah muhadditsin (ahli-ahli hadits) ialah segala yang dinukilkan dari Nabi
Muhammad SAW. baik berupa perkataan, perbuatan, maupun berupa taqrir, pengajaran, sifat,
kelakuan, perjalanan hidup, baik yang demikian itu sebelum Nabi SAW., dibangkitkan menjadi
Rasul, maupun sesudahnya
c. khabar
Sedangkan menurut tinjauan istilah sebagaiman dikemukan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani, Khabar
adalah hadis-hadis yang termasuk marfu' mauquf dan maqtu. Hanya fuqaha Khurasan, yang
sedikit membedakan khabar dan atsar.Menurut mereka khabar hanya mauquf, sedangkan atsar
berarti hanya termasuk hadis maqthu.
d. Atsar
Jumhur ulama cenderung menggunakan istilah khabar dan atsar untuk segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW dan demikian juga kepada shahabat dan tabi'in.
2. Struktur Hadis
a. Sanad
Pengertian sanad secara terminologis adalah :

Artinya : “Silsilah orang-orang yang menghubungkan Hadis”


Sisilah orang-orang maksudnya adalah susunan atau rangkaian orang-orang perawi Hadis yang
menyampaikan materi Hadis sejak mukharrij sampai kepada perawi terakhir yang bersambung
kepada Nabi Muhammad SAW.
Contoh sanad
Umar bin Khalid telah menceritakan hadits padaku (imam Bukhari), ia berkata : Al-Laits
menceritakan hadits padaku (Umar bin Khalid), dari Yazid, dari Abu Al-Khair, dari Abdullah bin
'Amr radhiyallaahu 'anhuma, bahwa seorang lelaki bertanya pada Nabi shallallaahu
'alaihiwasallam : “Manakah islam yang paling baik?” Beliau menjawab : “Memberikan makanan,
dan membaca salam pada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.”
Dari contoh di atas yang disebut sanad adalah : Abul Khair, Umar bin Khalid, Al-Laits, Yazid, Abul
Khair, dan Abdullah bin 'Amr. Artinya Abdullah bin 'Amr mendapatkan hadits dari Nabi
shallallaahu 'alaihi
wasallam. Lalu hadits itu disampaikan kepada Abul Khair lalu kepada Yazid lalu kepada Al-Laits
lalu kepada Umar bin Khalid lalu kepada penulis hadits yakni imam Al-Bukhari.
b. Matan
Matan menurut lughat ( bahasa ) ialah jalan tengah, punggung bumi atau bumi yang keras dan
tinggi. Sedangkan menurut istilah, matan Hadis ialah pembicaraan (kalam) atau materi berita
yang diover oleh sanad yang terakhir. Baik pembicaraan sabda Rasulullah SAW, sahabat
ataupun Tabi'in. Baik pembicaraan itu tentang Nabi atau taqrir Nabi.
Contoh Matan
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu Ar-Rabi' berkata, telah menceritakan kepada
kami Iama'il bin Ja'far berkata telah menceritakan kepada kami Nafi' bin Malik bin Abu Amir Abu
Suhail dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda : "Ciri-ciri orang munafik
ada 3, yaitu ; Apabila ia berbicara ia berdusta, Apabila ia berjanji ia mengingkari, dan Apabila ia
diberi amanah ia berkhianat.
c. Rawi
Secara bahasa, kata rawi (periwayat) merupakan isim fa'il dari kata yang berarti
meriwayatkan atau menceritakan. Istilah para muhaddis, seperti pendapat M. Syuhudi Ismail rawi
adalah sebagai orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa yang pernah
didengar atau diterimanya dari seseorang (gurunya).
d. Mukharrij
Mukharrij dalah ulama yang menghimpun hadis dalam sebuah kitab hadis. Mukharrij dari kata
Al-Takhrlj dalam bahasa Arab adalah takhrlj berasal dari akar kata kharraja yang berarti
mengeluarkan, tampak atau jelas.
B. HADIS SEBAGAI SUMBER AJARAN AGAMA

1. Dalil Dalil Kehujjatan Hadis

Yang dimaksud dengan kehujjahan hadist ( hujjiyah hadist) adalah keadaan hadist yang
wajib dijadikan hujjah atau dasar hukum,sama dengan al-Qur'an dikarenakan adanya
dalil-dalil syariah yang menunjukkannya.Sunnah adalah sumber hukum islam yang
kedua setelah al-Qur'an.

QS.Al-Maidah ayat 92
Artinya: Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta
berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami
hanyalah menyampaikan (amanat) dengan jelas.

2. Fungsi Hadis Terhadap Alquran

a. .Bayan Taqrir
Menegaskan kembali keterangan atau perintah yang terdapat di dalam Al-Qur'an.Seperti
keterangan Rasul SAW mengenai kewajiban shalat,puasa,zakat,haji.

Ayat yang menjelaskan tentang bayan Taqrir:

Artinya:Laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat (QS.Al-Baqarah


ayat 83)

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa


(QS.Al-Baqarah ayat 183)
b. Bayan Tafsir
Menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an.Seperti penjelasan Rasul SAW tentang
tata cara pelaksanaan shalat:jumlah rakaatnya,waktu-waktunya.Dan juga tata cara
pelaksanaan ibadah haji'zakat. Fungsi Hadist sebagai penafsir terhadap Al-Qur'an dapat
dibagi 3 bentuk'yaitu: a). Menafsirkan serta memperinci ayat-ayat yang mujma\ (bersifat
global)'contoh hadist nya:

Artinya: “ Salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat." (HR. Al-Bukhari)

c.Bayan Tasyri
Menetapkan hukum-hukum yang tidak ditetapkan oleh Al-Qur'an.Seperti ketetapan Rasul
SAW tentang haramnya mengumpulkan (menjadikan istri sekaligus) antara seorang wanita
dengan tantenya. Terdapat dalam terjemahan QS.An-Nisa ayat 23-24 :

Artinya:

23. Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan,


saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara ayahmu yang perempuan,
saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara-saudara perempuanmu
sesusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri)
yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa
kamu (menikahinya), (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu
(menantu), dan (diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan
yang bersaudara, kecuali yang telah
terjadi pada masa lampau. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

C. SEJARAH PERTUMBUHAN HADIST


Hadits Pada Masa Rasulullah SAW.
Para ahli hadist menyatakan bahwa penulisan hadisttelah dimulai sejak
Rasulullah saw. masih hidup. Banyak sekali para sahabat yang memiliki
catatan-catatan dan melakukan penulisan hadist, baik untuk disimpan sebagai
catatan-catatan pribadi maupun untuk memberikan pesan-pesan kepada orang lain
dalam bentuk surat- menyurat dengan membubuhkan hadist.
1. Perintah dan larangan menulis hadis
a. Menghafal Hadis
Namun demikian, gerakan penulisan hadist pada masa Nabi saw. tersebut
tidak sehebat penulisan ayat-ayat Al-Qur'an. Kalau untuk menuliskan wahyu Allah,
Nabi mempunyai sekretaris khusus, untuk penulisan hadist justru sebaliknya. Beliau
pernah melarang sahabat-sahabatnya untuk menulis hadist-hadistyang beliau
sampaikan kepada mereka. Bahkan terdapat beberapa riwayat yang isinya tentang
pelarangan penulisan hadist, di antaranya :
Artinya :
Jangan kamu tulis sesuatu yang telah kamu terima dariku selain al-Quran.
Barangsiapa menuliskan yang ia terima dariku selain al-Quran; hendaklah ia hapus.
Ceritakan saja yang kamu terima dariku, tidak mengapa. Barangsiapa yang sengaja
berdusta atas namaku, maka tempat duduknya (kelak) di api neraka." (HR Muslim)
b. Menulis Hadis
Dibalik larangan Rasulullah Saw tentang penulisan hadis, ternyata ditemukan
sejumlah sahabat yang memiliki catatan dan melakukan penulisan diantaranya adalah
Abdullah Ibn 'Amr al-'Ash, ia memiliki catatan hadis yang menurut pengakuannya
dibenarkan oleh
Rasulullah Saw.
Nash-nash yang melarang menulis hadis di satu pihak dan memerintahkan di pihak lain,
bukanlah hal yang patut dipertentangkan. Akan tetapi, keduanya dapat dikompromikan
sebagai berikut:
1. Larangan penulisan hadis pada masa Rasulullah dikarenakan adanya kekhawatiran
bahwa hadis akan bercampur dengan al-Qur'an yang masih berada dalam tahap
proses penurunan.
Larangan menulis hadis itu bersifat umum, sedangkan izin menuliskannya bersifat
khusus bagi orang yang memilili keahlian tulis menulis sehingga terjaga dari kekeliruan.
Seperti pada Abdullah bin 'Amr bin 'Ash.
D. Hadis Pada Periode Sahabat, Khulafa al-Rashidun dan Tabi'in
1. Sahabat
Ada berbagai arti sahabat. Menurut pandangan ahli ushul sahabat adalah orang yang
bertemu dan hidup bersama Rasul minimal setahun lamanya. Sedangkan, menurut
Jumhur Muhaddisint sahabat adalah orang yang bertemu dengan Rasul dengan
pertemuan yang wajar sewaktu Rasul masih hidup, dalam keadaan Islam lagi Iman.
2. Khulafa Al-Rashidun

a). Masa Abu Bakar al Siddiq


Menurut Muhammad Ibn Ahmad al Dzahaby yang terdapat dalam kitabnya Tadzkiratul
Huffadzfi Tarja mati Abu Bakar al Siddiq, bahwasanya Abu Bakar al Siddiq adalah
sahabat yang pertama kali menunjukkan kehati-hatian dalam meriwayatkan hadist.
3. Tabi'in
a. Tabi'in
Tabi'in artinya pengikut, yaitu orang Islam yang masa hidupnya sesudah para sahabat
Nabi dan tidak merasakan masa hidup Nabi Muhammad SAW. Namun, mereka
beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan wafat alam keadaan beriman.
Pembukuan Hadis Periode Mutaqaddimin

Periode mutaqaddimin merupakan periode yang berada antara fase abad I hingga
abad ke-III hijriyah yang dimulai dari masa awal hijrahnya Rasulullah saw kemudian
masa khulafa Al-Rasyidin hingga masa Tabi'in, masa ini kemudian diistilahkan oleh
para ulama dengan al-Quruan al-Mufaddalah (abad yang dimuliakan).Adapun
pembukuan hadis terjadi pada akhir abad ke-II.
Hadis pada masa Rasulullah saw. dan khulafa Al-Rasydin belum dibukukan secara
resmi bahkan penulisannya masih bersifat individu dikarenakan adanya Hadis yang
melarang penulisannya
Pada abad ke-III H; para ulama mulai melakukan penyaringan dan penyeleksian
terhadap hadis-hadis.Adapun kegiatan para ulama pada masa ini yaitu:
1. Melakukan perjalanan ke daerah-daerah
Pada mulanya, hadis yang dibukukan hanya berasal dari kota-kota tertentu saja,
padahal banyak para perawi hadis yang berada di tempat-tempat yang jauh,
sehingga masih sangat banyak hadis Nabi yang belum dibukukan. Oleh karena
itu para ulama melakukan rihlah (perjalanan) ke tempat-tempat yang jauh untuk
menghimpun hadis-hadis yang ada pada sahabat atau ulama ke tempat-tempat
tersebut. Usaha ini dipelopori oleh Imam al-Bukhari, kemudian diikuti Imam
Muslim, Abu Dawud, al-Turmudzi, al-Nasa'i dan para ulama-ulama lainnya.
2. Melakukan pengelompokan Hadis
Pengelompokan ini bertujuan untuk memisahkan hadis yang marfu', dari yang
mauquf dan yang maqthu'. Dengan usaha ini, maka hadis Nabi telah terpelihara
dari percampuran dengan fatwa sahabat dan fatwa tabi'in.
3. Menyeleksi Kualitas Hadis
Penyeleksian ini dilakukan dengan cara memisahkan antara hadis yang shahih
dan yang da'if. Ulama yang mempelopori kegiatan ini adalah lshaq Ibnu
Rahawaih. Kemudian dilanjutkan oleh al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
al-Turmudzi, al- Nasa'i, Ibnu Majah dan lain-lain
4. Menghimpun pembelaan terhadap kritik dari luar
Pada masa ini, Ada beberapa Kritikan yang dikemukakan oleh para ahli ilmu
kalam dan lain-lain, baik kritikyang ditujukan kepada pribadi perawi maupun
pada matan hadis
5. Menyusun kitab-kitab Hadis berdasarkan tema
Para ulama menyusun kitab-kitab hadis dengan cara membuat bab-bab sesuai
dengan masalah tertentu. Metode ini dilakukan untuk mempermudah mencari
masalah yang dikandung oleh hadis.
Modifikasi Hadis Periode Muta'akhkhirin

Periode muta'akhkhirin merupakan periode antara Abad ke-IV hingga abad ke-VII
Hijriyah. Periode ini di sebut dengan masa pemeliharaan, penertiban, penambahan serta
penghimpunan hadis-hadis Nabi saw. Periode ini terjadi pada masa dinasti Abbasiyah
angkatan ke dua yaitu pada masa kekhalifahan Al-Muqtadir Billah sampai al-Mu'tasim
Billah. Kegiatan para ulama pada abad ini yaitu melakukan pemeliharaan hadis dengan
cara:
1) Mempelajari Hadis-Hadis
2) Menghafalkan
3) Memeriksa dan menyelidiki sanad
4) Menyusun Kitab-kitab baru dengan tujuan untuk memelihara, menertibkan dan
menghimpun segala sanad dan matan
5) Memberikan syarah dan komentar pada kitab-kitab hadis yang sudah ada
sebelumnya.
Penelitian Hadis Periode Kontemporer

Setelah hadis terkodifikasi pada periode-periode sebelumnya, Para ulama kontemporer


kemudian melakukan penelitian terhadap hadis-hadis yang sudah terkodifikasi
tersebut.Ulama-ulama sekarang ini melakukan penelitian hadis menggunakan beberapa
metode yaitu sebagai berikut:
Metode Takhrij
Metode Takhrij yaitu penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai
sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu d i ke mukakan secara
lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan.

1. Metode Tematik
Metode tematik merupakan metode pengumpulan hadis-hadis berdasarkan
masalah-masalah tertentu, lalu mentakhrij dan meneliti setiap sanad dan
matannya untuk mengetahui kualitas hadis tersebut, Serta memberikan
penjelasan terhadap hadis-hadis tersebut agar dapat menjadi solusi untuk
masalah baik.
2. Metode Ikhtisar
Metode Ikhtisar yaitu metode yang dilakukan dengan cara meringkas hadis-hadis
yang telah dihimpun oleh ulama terdahulu baik dari kalangan mutaqaddimin
maupun
mutaakhkh iri n. Misalnya adalah karya syehk al-Albani yaitu Mukhtasar Sahih
al-Bukhari dan Mukhtasar Sahih Muslim.
3. Metode Digital
Penelusuran hadis secara digital yaitu penelusuran hadis yang dilakukan dengan
menggunakan software komputer. Software ini menghimpun kitab-kitab dalam
bentuk digital persis dengan buku-buku yang digunakan secara manual di dalam
praktek penelusuran hadis

E. PERKEMBANGAN ILMU HADIS DAN CABANG CABANG ILMU HADIS


1. PENGERTIAN DAN CABANG - CABANG ILMU HADIST
Yang dimaksud dengan ilmu hadist riwayah ialah: ilmu pengetahuan yang mempelajari
hadist-hadist yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir, tabiat, maupun tingkah laku beliau.
ilmu hadis dirayah :
Ilmu pengetahuan yang membahas tentang kaidah-kaidah, dasar-dasar,
peraturan-peraturan yang membantu untuk membedakan antara hadist yang shahih yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw dan hadist yang diragukan penyampaiannya
kepada beliau."
Dari ilmu hadits riwayah dan ilmu hadits dirayah itu, muncul cabang-cabang
ilmu hadits lainnya, seperti:
1. Ilmu rijal al-hadis
Ilmu rijal al-hadis,yakni ilmu yang mengkaji tentang para perawi hadis, baik darisahabat,
tabi'in, maupun tabaqah

2. Ilmu garib al-hadis


Penjelasan mengenai adanya lafad-lafad yang tidak jelas yang sulit dipahami karena jarang
digunakan.
3. Ilmu al-naskh wa al-mansukh
Ilmu al-naskh wa al-mansukh, yakni ilmu yang membahas hadis-hadis yang menghapus
hukum (nasikh), dan hadis-hadis yang hukumnya dihapuskan
4. Ilmu Talfiq al-Hadis
Ilmu Talfiq al-Hadist yakni ilmu yang menjelaskan tentang cara-cara mengkompromikan
hadis-hadis yang dhahirnya tampak bertentangan dengan hadis-hadis lainnya. Padahal
sejati hadis-hadis tersebut tidak bertentangan.
5. Ilmu I’lal al-Hadist
Ilmu 'i’lal al-HadTs, yakni ilmu yang membicarakan hadis-hadis yang secara dzahir
kelihatan sah, namun kemudian terdapat beberapa kekeliruan/ kesalahan/cacat di
dalamnya
6. Ilmu Asbab al-Wurud al-Hadis
Ilmu Asbab al-Wurud al-Hadis, yakni ilmu yang menjelaskan latar belakang, sebab-sebab atau
konteks di mana hadis tersebut terjadi.
Ilmu Ilmu al-Jarh wa at-Ta'dill, yakni ilmu yang digunakan untuk menilai atau mengkritik
para perawi hadis. Apakah perawi hadis tersebut memiliki reputasi yang baik, adil, tsiqah,
kuat hapalannya, suka berdusta atau sebaliknya. Sehingga dari penilaian tersebut,
seseorang bisa menyimpulkan kualitas sanad (rangkaian al-Jarh wa at-Ta'dil
perawi hadis) sebuah hadis.

F. SPESIFIKASI HADIST
A. KUANTITAS SANAD HADIST
1. Hadist Mutawattir
Diantara beragam definisi hadist mutawatir yang bisa dianggap jâmi' dan mâni'
antara
lain yaitu: (Apa yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang secara adat
mustahil mereka sepakat untuk berdusta, dan diriwayatkan dari sejumlah perawi
yang serupa, sejak awal sanad sampai ke akhir, tanpa adanya kesenjangan
jumlah perawi pada setiap level sanadnya.
Contoh dari hadist Mutawattir yaitu:
"Biasanya Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam tidak mengangkat kedua tangannya
ketika berdoa, kecuali ketika istisqa. Beliau mengangkat kedua tangannya
hingga terlihat ketiaknya yang putih" (HR. Bukhari no.1031, Muslim no.895)
2. Hadist Ahad
Menurut definisi hadist ahad secara singkat yaitu:
Hadist yang tidak memenuhi syarat-syarat hadist mutawattir".
Az-Zuhailiy membagi kuantitas hadTs kepada tiga bagian, di samping
berdasarkan jumlah sanadnya, juga pertimbangan perbedaan tingkat kualitas
kehujjahannya. Contoh hadis ahad yaitu:
Dari Amirul Mu'minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata,
Saya mendengar Rasulullah shallahu'alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya
setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan
dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin
mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan)
Allah dan RasulNya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan
yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya
(akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan". (Shahih Bukhari no 6689, Shahih
Muslim no 1907)

B. KUALITAS SANAD HADIST


1. Hadist Shahih
Para ulama hadits memberikan definisi hadits shahih sebagai "hadits yang sanadnya
bersambung, dikutip oleh orang yang adil lagi cermat dari orang yang sama, sampai
berakhir pada Rasulullah Saw. atau kepada sahabat atau kepada tabiin, bukan hadits yang
syadz (controversial) dan terkena illat, yang menyebabkan cacat dalam penerimannya.
Dalam definisi diatas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni:

1) Sanadnya bersambung
2) Para perawinya bersifat adil
Perawi mempunya ingatan yang kuat
3) Tidak bertentangan dengan atau menyelisihi perawi yang lainnya
4)
4) Tidak cacat
Contoh hadis shahih yaitu:
"Jika pada suatu hari salah seorang dari kalian berpuasa, maka janganlah ia
mengucapkan kata-kata kotor' membuat kegaduhan dan jangan pula melakukan
perbuatan orang-orang bodoh. Dan apabila ada orang yang memakinya atau
menyerangnya, maka hendaklah ia mengatakan, ''Sesungguhnya aku sedang
berpuasa."[ HR. Al-Bukhari no.1904 ]
2. Hadist Hasan

Menurut bahasa hasan diambil dari kata "Al Husn" yang mempunyai arti "Al Jamal"
(bagus), sedangkan secara istilah, para ulama berbeda pendapat dalam
mendefinisikannya karena melihat bahwa ia merupakan pertengahan antara Hadits
Shahih dan Dhaif, dan juga karena sebagian ulama mendefinisikan sebagai salah
satu bagiannya

Contoh hadis hasan yaitu:


Abu Dawud berkata) Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
al-Mutsannaa (ia berkata) telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abi Adiy
dari Muhammad, yaitu bin 'Amr ia berkata: telah menceritakan kepadaku Ibnu
Syihab dari Urwah bin az- Zubair dari Fathimah bintu Abi Hubaisy bahwasanya ia
mengalami istihadhah. Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Darah haid itu
kehitaman sudah dikenal. Jika darahnya seperti itu janganlah melakukan sholat.
Jika ciri darahnya tidak seperti itu, berwudhu'lah dan sholatlah karena itu adalah urat
(yang terluka). (H.R Abu Dawud, dihasankan oleh Ibnul Arobiy dan dinyatakan
sanadnya hasan oleh Syaikh al-Albaniy)
3. Hadist Dha'if

Hadits dha'if yaitu hadits yang tidak memenuhi standarisasi hadits shahih maupun
hadits hasan, hadits ini tidak bisa dijadikan sebagai hujjah. Contoh hadis dhoif yaitu:
"Orang yang berpuasa itu tetap dalam kondisi beribadah meskipun dia tidur di atas
kasurnya". [HR Tamâm]

F .PEMBAGIAN HADIST SHAHIH DAN HASAN"


1. Hadis shahih
Kata shahih dalam bahasa arab diartikan sehat, maka secara bahasa hadis shahih
adalam hadis yang sehat dan benar tidak terdapat penyakit dan cacat.
A. Pembagian Hadis Shahih
a. Hadis Shahih Lizathihi
Hadits shahih lidzatihi ialah hadits shahih dengan sendirinya. Artimya ialah hadits
shahih yang memiliki lima syarta kriteria, sebagaimana disebutkan pada
persyaratan di
atas.Yaituyang ittishal sanadnya diriwayatkan oleh orang yang 'adi dan sempurna
dhabth-an perawi yang sempurna dhabt-nya, serta terbebas dari syadz dan illat.
Dengan demikian, penyebutan hadits shahih lidzatihi dalam pemakaiannya
sehari-hari pada
dasarnya cukup dengan memakai sebutan hadits shahih, tanpa harus memberikan
penambahan kata lidzatihi.
• Contoh Hadis Shahih Lizathihi
Misal Imam Al-Bukha「i' Imam Muslim' Abu Dawud' At Tismidzi, an Nasa'i' Ibnu
Majah' atau selain para imam tersebut mengatakan : Telah meriwayatkan kepada
kami dutaibah bin Sa'id, beliau berkata, telah meriwayatkan kepada kami Nafi'
bin Abdillah bin Amr, bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda
demikian dan demikian.
b. Hadis Shahih Lighairihi
Hadits shahih lighairihi ialah hadits yang keshahihannya dibantu oleh adanya
keterangan lain, hadits kategori ini pada mulanya memiliki kelemahan pada aspek
kedhabitan perawinya (qalil adh-dhabit). Sebuah hadis yang datang dari dua
jalan'salah satunya menguatkan yang lain. Maka derajat hadist yang satu akan naik
(dari derajat sebelum shahih) dengan kehadiran hadist yang lain tadi kepada derajat
hadis shahih lighairihi.Dan kepada matn hadist terssebut dikatakan hadis shahih
laghairihi.
Contohnya seperti hadist berikut.
Dari hadist Muhammad bin Am「' "dari Amr bin abi salamah, dari Abi Hurairah
Radhiyallahu 'anhu; bahwa Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Kalaulah
tidak khawatir memberatkan umatku, maka aku akan meemerintahkan mereka
untuk bersiwak setiap menjelang sholat." (H.R Tirmidsi No. 22).
B. Pembagian Hadis Hasan
Hadis Hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kurang kuat
hapalannya, bersambung sanadnya, tidak mengandung 'illat dan tidak syadz. Dari
definisi di atas menunjukkan bahwa hadis hasan itu sama dengan hadis shahih,
perbedaannya hanya pada tingkat kedlabithan perowinya berada di bawah hadis
shahih.
a. Hadis hasan lidzatihi
Hasan lidzatihi menurut bahasa merupakan sifat musyabbahat dari kata "hasuna"
artinya bagus.
• Hukum Hadis Hasan Lidzatihi
Hukum Hadits Hasan Lidzatihi Hukum mengamalkan dan berhujjah dengan hadits
hasan lidzatihi sama halnya dengan hukum mengamalkan dan berhujjah dengan
hadits shahih yaitu wajib walaupun kekuatan hadits hasan berada dibawah hadits
shahih. Oleh karena itu hadits hasan dijadikan hujjah oleh seluruh kalangan ulama
(ahli hadits, fiqih dan ahli ushul) kecuali oleh orang-orang yang menganggap remeh
hadits hasan seperti Ibn Hibban dan Ibn Huzaimah
• Contoh Hadis Hasan Lidzatihi
"Dari Abu Hurairah, beliau berkata : Rasulullah Shallallallahu alaihi wasallam
bersabda: "Perbanyaklah bersyahadat laa ilaaha i Hallah u (tidak ada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah) sebelum kalian
terhalangidarinya. Dan ajaritah syahadat tersebut kepada orang yang sedang
menghadapi sakaratul maut dianatara kalian."
b. Hadis hasan lighairihi
Hadits hasan li ghairih ialah hadits hasan bukan dengan sendirinya, artinya hadits
yang menduduki kualitas hasan karena dibantu oleh keterangan lain baik adanya
syahid maupun muttabi'
Contoh hadis hasan lighairihi
"Dari Syu'bah dari 'Ashim Ubaidillah dari Abdillah ibn Amir ibn Rubai'ah dari
dari bapaknya sesungguhnya seorang perempuan dari bani Fazarah
menikah dengan masyarakat kawin dua sandal kemudian Rasul berkata
padanya: "Apakah engkau ridha atas dirimu dan hartamu diganti dengan dua
sandal ?perempuan itu menjawab " ya ! "kemudian Rasul
memperbolehkannya. 'Ashim merupakan orang yang dha'if karena jelek
hafalannya tetapi Al-tirmidzi menganggap hadits ini hasan karena ada
riwayat lain yang serupa.

Anda mungkin juga menyukai