Anda di halaman 1dari 6

Memasuki abad ke-3 H, para ulama mulai memilah hadis-hadis sahih dan menyusunnya ke

dalam berbagai topik.

Memasuki abad ke-8 M, satu per satu penghafal hadis meninggal dunia. Meluasnya daerah
kekuasaan Islam juga membuat para penghafal hadis terpencar-pencar ke berbagai wilayah.
Di tengah kondisi itu, upaya pemalsuan hadis demi memuluskan berbagai kepentingan
merajalela.

Kondisi itu mengundang keprihatinan Umar bin Abdul Aziz (628-720 M), Khalifah Dinasti
Umayyah kedelapan yang berkuasa pada 717-720 M. Guna mencegah punahnya hadis, Umar
bin Abdul Aziz memerintahkan pembukuan hadis-hadis yang dikuasai para penghafal.
Gagasan pembukuan hadis itu pun mendapat dukungan dari para ulama di zaman itu.

Sang Khalifah yang dikenal jujur dan adil itu segera memerintahkan Gubernur Madinah, Abu
Bakar bin Muhammad bin Amru bin Hazm (wafat 117 H) untuk mengumpulkan hadis dari
para penghafal yang ada di tanah suci kedua bagi umat Islam itu. Saat itu, di Madinah
terdapat dua ulama besar penghafal hadis, yakni Amrah binti Abdurrahman dan Qasim bin
Muhammad bin Abu Bakar as-Siddiq.

Upaya pengumpulan, penulisan, dan pembukuan hadis pada masa itu belum sesuai harapan.
Pada masa itu, masih terjadi percampuran antara sabda Rasulullah SAW dengan fatwa
sahabat dan tabiin. Hal itu tampak pada kitab Al-Muwatta yang disusun oleh Imam Malik.

Pada zaman itu, isi kitab hadis terbilang amat beragam. Sehingga, ada ulama yang
menggolongkannya sebagai al-musnad, yakni kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan
nama sahabat yang menerima hadis dari Rasulullah SAW.

Berbagai upaya dilakukan para ulama periode berikutnya. Para tabiin dan generasi sesudah
tabiin mencoba memisahkan antara sabda Rasulullah SAW dengan fatwa para sahabat dan
tabiin. Para ulama pun menuliskan hadis yang termasuk sabda Rasulullah lengkap dengan
sanadnya atau dikenal sebagai al-musnad.

Meski telah memisahkan antara hadis sabda Rasulullah SAW dengan fatwa sahabat dan
tabiin, al-musnad dianggap masih memiliki kekurangan, karena masih mencampurkan hadis
sahih, hasan, daif, bahkan hadis palsu alias maudhu.

Memasuki abad ke-3 H, para ulama mulai memilah hadis-hadis sahih dan menyusunnya ke
dalam berbagai topik. Abad ini disebut sejarah islam sebagai era tadwin atau pembukuan
Alquran. Pada masa ini, muncul ulama-ulama ahli hadis yang membukukan sabda Rasulullah
SAW secara sistematis.

Para ulama hadis yang muncul di abad pembukuan hadis itu antara lain; Imam Bukhari
menyusun Sahih al-Bukhari; Imam Muslim menyusun Sahih Muslim; Abu Dawud menyusun
kitab Sunan Abi Dawud; Imam Abu Isa Muhammad At-Tirmizi menyusun kitab Sunan at-
Tirmizi; Imam An-Nasai menyusun kitab Sunan An-Nasai dan Ibnu Majah atau Muhammad
bin Yazid ar-Rabai al-Qazwini. Keenam kitab hadis ini kemudian dikenal dengan sebutan al-
Kutub as-Sittah atau kitab hadis yang enam.
Perawi hadits adalah daftar tokoh-tokoh cendekiawan muslim yang menyusun buku/kitab
hadits. Terdapat banyak para tokoh pengumpul hadits, beberapa diantaranya yang paling
terkenal adalah enam imam yang dikenal dengan karyanya yang disebut Kutubus sittah, yakni
eman kitab yang disusun oleh enam imam tersebut, Keenam kitab ini merupakan kitab hadits
yang disusun oleh para pengumpul hadits yang kredibel. Kitab-kitab tersebut menjadi rujukan
utama oleh para pemeluk Islam dalam merujuk kepada perkataan Nabi Muhammad SAW.

Klasifikasi perawi Hadits:

 As-Sab’ah (imam yang tujuh) adalah : Ahmad Bin Hanbal, Al-Bukhari, Muslim, Abu
Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa`i, dan Ibnu Majah.

 As-Sittah (imam yang enam) adalah : semua nama di atas kecuali Ahmad Bin Hanbal.

 Al-Khamsah (imam yang lima) adalah : semua nama di atas kecuali Al-
Bukhari dan Muslim. Terkadang diistilahkan juga dengan Al-Arba’ah dan Ahmad.

 Al-Arba’ah (imam yang empat) adalah : nama-nama di atas kecuali tiga nama
pertama.

 Ats-Tsalatsah (imam yang tiga) adalah : Abu Dawud, At-Tirmidzi,An-Nasa`i.

 Muttafaq ‘alaihi adalah : Al-Bukhari dan Muslim.

Para imam penulis Kutubus sittah:

 Imam Bukhari

 Imam Muslim

 Imam Abu Dawud

 Imam Tirmidzi

 Imam Nasa'i

 Imam Ibnu Majah


Diantara para ulama hadits yang telah berjasa dalam pengkordifikasikan hadits dan ilmu
hadits, sejak pertama dikumpulkan secara resmi sampai pada penyelesaiannya antara yang
shahih dan yang bukan shahih adalah :

1. Umar Ibn Abdul Al-Aziz ( 61-101 H)

Nama lengkapnya adalah Umar Ibn Abdul al-Aziz Ibn Marwan Ibn al-Hakam Ibn Abi al-Ash
Ibn Umayyah Ibn Abdul Syams al-Qurasyi al-Umawi Abu Hafs al-Madani al-Dimasyzi,
Amir al-Mu’minin. Ibunya adalah Umm’Ashim binti Ashim Ibn Umar Ibn al-Khaththab.
Dengan demikian, dia adalah cucu dari Umar Ibn al-Khathathab dari garis keturunan ibunya,
beliau lahir pada tahun 61 H.

Meskipun seorang Khalifah, Umar Ibn Abdal-Aziz juga seorang perawi hadits. Beliau
menerima hadits dari Anas, Al-Sa’ib Ibn Yazid, Abdullah, sedangkan yang meriwayatkan
hadits-haditsnya diantaranya adalah Abu Salamah Ibn Abd al-Rahman dan kedua anaknya
yakni Abdullah dan Abd al-Aziz, dua orang anak Umar Ibn Abd al-Aziz, saudaranya yakni
Zuban Ibn Abd al-Aziz, anak pamannya yakni Maslamah Ubn al-Malik Ibn Marwan, Abu
Bakar Muhammad Ibn Amr Ibn Hazm, Al-Zuhri, Anbasah Ibn Sa’id Ibn al-Ash dan lain-lain.

Umar ibn Abd al-Aziz meninggal dunia pada bulan Rajab tahun 101 H.

2. Muhammad ibn Syihab Al-Zuhri (50-124)

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibn muslim ibn’ Ubaidillah ibn Syihab ibn
Abdullah ibn al-Harits ibn Zuhrah ibn Kilab ibn Murrah al-Qurasyi al-Zuhri al-Madani,
beliau lahir pada tahun 50 H, yaitu pada masa pemerintahan khalifah mu’awiyah ibn Abi
Sufyan.

Al-Zuhri hidup pada akhir masa sahabat, dan dia masih bertemu dengan sejumlah sahabat
ketia dia berusia 20 tahun lebih. Oleh karenanya, dia mendengar hadits dari para sahabat
seperti Anas ibn Malik. Abdullah ibn Umar, Jabir ibn Abdillah, Sahal ibn Sa’ad, Abu At-
Thufail, Al-Masur ibn Makhramah dan lainnya.

Al-Zuhri adalah seorang yang sangat intens dan bersemangat dalam memelihara sanad hadits
bahkan beliau yang pertama menggalakan penyebutan sanad hadits tatkala meriwayatkannya.
Dan beliau telah memberikan perhatian yang besar dalam pengkajian dan penuntutan ilmu
hadits, bahkan beliau bersedia memberikan bantuan materi terhadap mereka yang
berkeinginan mempelajari hadits namun tidak mempunyai dana untuk itu. Al-Zuhri memiliki
sekitar 2000/2200 hadits. Menurut al-Nasdi ada empat jalur sanad yang terbaik dari beliau
yaitu :
a. Al-Zuhri dari Ali ibn al-Husain, dari ayahnya dari kakeknya.

b. Al-Zuhri dari Ubaidillah, dari ibn Abbas.

c. Al-Zuhri dari Ayyub, dari Muhammad dari Ubaidah dari Ali.

d. Al-Zuhri dari manshur, dari ibrahim dari Al-Qamah dari Abdullah.

Beliau meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun 124 H.

3. Muhammad ibn Hazm (W.117 H)

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar ibn Muhammad ibn Amr ibn Hazm al-Anshari al-
Khazraji al-Najjari al-Madani al-Qadhi. Ada yang menyebutkan bahwa namanya adalah Abu
Bakar dan kuniyagnya Abu Muhammad dan ada bahka ada yang mengatakan bahwa nama
dan kuniyahnya adalah sama. Tahun lahirnya tidak diketahui dan tahun meninggalnya,
menurut al-Haitsam ibn Adi, Abu Musa dan ibn Bakir adalah tahun 117 H, dan pendapat ini
dipegang oleh Ajjaj al-Khathib, sementara itu, al-Waqidi dan ibn al-Madini berpendapat
bahwa ibn Hzm meninggal pada tahun 120 H, dan pendapat ini diikuti oleh Hasbi ash-
Shidieqy.

Dalam kapasitasnya sebagai Gubernur Madinah dan sekaligus sebagai ulama hadits dia
pernah diminta oleh Khalifah Umar ibn abd al-Aziz untuk menuliskan hadits-hadits Nabi
SAW yang ada pada ‘Umrah binti Abd al-Rahman (W.98 H0 serta al-Qasim ibn Muhammad
(W.107 H) dan ibn hazm lantas menuliskannya umrah yang adalah makcik dari ibn Hazm
sendiri, pernah tinggal bersama Aisyah dan dia adalah yang paling terpecaya dari kalangan
Tabi’in dalam hal hadits Aisyah.

4. Al-Ramahurmuzi (W. 360 H)

Namanya adalah Abu Muhammad al-Hasan ibn abd al-Rahman ibn Khallad al-
Ramahurmuzi. Tahun kelahirannya tidak disebutkan secara ekspelesit oleh para ahli sejarah,
namun dari riwayat perjalanan hidupnya dan kegiatan periwayatan hadits yang dilakukannya,
Ajjaj al-Khathib menyimpulkan bahwa al-Ramahurmuzi lahir sekitar tahun 265.

Al-Ramahurmuzi adalah seorang ulama besar dan terkemuka dalam bidang hadits pada
zamannya, dan beberapa karyanya muncul seiring dengan kebesarannya dalam bidang hadits
tersebut. Al-Sam’ani berkata, “Dia (Al-Ramahurmuzi) adalah seorang yang termuka dan
banyak pembendaharaannya dalam hadits. Komentar dari Al-Dzahabi yang mengatakan, “Al-
Ramahurmuzi adalah seorang imam hafiz, seorang muhaddist non Arab, dia menulis,
menyusun dan melahirkan berbagai karya ilmiah mengikuti jejak para ulama hadits dan juga
ahli syi’ir, kemudian, dari segi kualitas pribadinya dia adalah seorang yang hafizh, tsiqat,
ma’mun dan melalui kesan-kesan, pengalaman dan peninggalan karya ilmiahnya, dapat
disimpulkan bahwa dia adalah seorang yang terpelihara muru’ah-nya, mulia akhlaknya dan
bagus kepribadiannya.

Al-Ramahurmuzi meninggal dunia pada tahun 360 H di Ramahurmuzi.


5. Bukhari (194-256 H)

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn Al-Mughirah
Ibn Bardizbah al-Ju’fi (al-Ja’fai) al- Bukhari. Dia dilahirkan pada hari jum’at 13 Syawal 194
H di Bukhara, ayahnya Isma’il adalah adalah seorang ulama hadits yang pernah belajar hadits
dari sejumlah ulam terkenal seperti Malik ibn Anas, Hammad ibn Zaid, dan ibn al-Mubarak.
Namun, ayahnya meninggal dunia ketika Bukhari masih dalam usia sangat muda.

Bukhari mulai mempelajari hadits sejak usianya masih nuda sekali, bahkan sebelum
mencapai usia 10 tahun. Meskipun usianya masih sangat muda, dia memiliki kecerdasan dan
kemampuan menghafal yang luar biasa, menjelang usia 16 tahun dia telah mampu menghafal
sejumlah buku hasil karya ulam terkenal pada masa sebelumnya, seperti ibn al-Mubarak,
Waki’, dan lainnya. Dia tidak hanya menghapal hadits-hadits dan karya ulama terdahulu saja,
tetapi juga mempelajari dan menguasai biografi dari seluruh perawi yang terlibat dalam
periwayatan setiap hadits yang di hafalnya, mulai dari tanggal dan tempat tanggal lahir
mereka, juga tanggal dan tempat mereka meninggal dunia, dan sebagainya.

Beliau wafat pada malam sabtu selesai sholaat Isya, tepat pada malam Idul Fitri tahun 252 H.
dan dikebumikan sehabis sholat Dhuzur di Khirtank, suatu kampung tidak jauh dari kota
Samarkand.

6. Muslim (204-261 H)

Nama lengkapnya Imam Muslim adalah Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairy,
beliau dinisbatkan kepada Naisabury, karena beliau adalah putra kelahiran Naisabur, pada
tahun 204 h, yakni kota kecil di Iran bagian timur laut. Beliau juga dinisbatkan kepada nenek
memangnya Qusyair bin Ka’ab Rabi’ah bin Sha-sha’ah suatu keluarga bangsawan besar.

Imam Muslim salah seorang Muhaddisin, hafidh lagi terpercaya terkenal sebagai ulama yang
gemar bepergian mencari hadits. Ia mulai belajar hadits pada tahun 218 H saat berusia kurang
lebih lima belas tahun. Beliau kunjungi kota Khurasan untuk berguru hadits kepada Yahya
ibn Yahya dan Ishaq ibn Rahawaih, didatanginya kota Rey untuk belajar hadits pada
Muhammad ibn Mahran, Abu Mas’ad dan di Mesir beliau berguru kepada Amir ibn Sawad,
Harmalah ibn Yahya dan kepada ulama hadis yang lain.

Imam muslim wafat pada hari ahad bulan Rajab 261 H dan dikebumikan pada hari senin di
Naisabur.

7. Imam Malik bin Anas (93-179 H)

Imam Abu Abdillah Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir bin Amr bin Amr bin al-Harits
adalah seorang imam Darul Hijrah dan seorang faqih, pemuka mazhab malikiyah. Silislah
beliau berakhir sampai kepada Ta’rub bin al-Qahthan al-Ashbahy.

Imam Malik bin Anas, dilahirkan pada tahun 93 Hijriah, dikota Madinah, setelah tak tahan
lagi menunggu didalam rahim ibunya selama tiga tahun.
Karya beliau yang sangat gemilang dalam bidang ilmu hadits, ialah kitab-kitab Al-
Muwaththa tersebut ditulis pada tahun 144 H, atas anjuran khalifah Ja’far al-Manshur,
sewaktu bertemu di saat-saat menunaikan ibadah haji.

Beliau wafat pada hari ahad, tanggal 14 Rabiul Awwal tahun 169 (menurut sebagian
pendapat, tahun 179 H), di Madinah, dengan meninggalkan 3 orang putra : Yahya,
Muhammad dan Hammad.

8. Imam Ahmad bin Hanbal

Imam Abu Abdillah bin Muhammad bin Hanbal al-Marwazy adalah ulama hadits yang
terkenal kelahiran Bagdad. Disamping sebagai seorang muhadditsin, terkenal juga sebagai
salah seorang pendiri dari salah satu mazhab empat yang dikenal oleh orang-orang kemudian,
dengan nama mazhab Hanabilah (Hanbaly). Beliau dilahirkan pada bulan Rabi’ul Awal,
tahun 169 H. dikota Bagdad.

Beliau sendiri adalah seorang murid imam As-Syafi’I yang paling setia. Tidak pernah
berpisah dengan gurunya kemana pun sang guru berpergian.

Beliau wafat pada hari Jumat bulan Rabiul Awal tahun 241 H di Bagdad dan dikebumikan di
Marwaz, sebagian ulama menerangkan bahwa disaat meninggalnya. Jenazahnya diantar oleh
800.000 orang laki-laki dan 60.000 orang perempuan dan suatu kejadian yang menakjubkan
disaat itu, pula 20.000 orang dari kaum Nasrani, Yahudi dan Majusi masuk agama Islam,
makamnya paling banyaj dikunjungi orang.

Anda mungkin juga menyukai