Makalah
Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu:
Oleh:
SARANG REMBANG
2021
Al-Qur’an dan Hadits Sebagai Pedoman Hidup
Oleh: Dea Romadhoni E, Fina Rahmawati, dan Ilfa Minatika
A. Pendahuluan
Berbicara tentang manusia tidak lepas dari pembahasan
kehidupan sosialnya, budaya, nilai, lingkungan, perkembangan, serta
sumber alam yang ada disekitarnya. Seiring berjalannya waktu
peradaban demi peradaban terus berevolusi. Umat manusia juga terus
melakukan pengembangan-pengembangan diri. Memajukan mereka
yang berinovasi dan menelankan mereka yang hanya berjalan di
tempat. Berbagai inovasi yang dilahirkan memberikan kemudahan
gerak manusia dalam segala aspek. Islam menuntut umatnya untuk
terus belajar dan berinovasi. Seperti yang termaktub dalam al-Qur’an
tentang perbedaan antara orang yang berkal dan yang tidak. Mereka
yang tidak belajar dan tidak menggunakan akalnya untuk mempelajari
luasnya keilmuan tidak akan bisa menerima pelajaran dan akan
tergerus zaman.1 Tidak dapat dipungkiri, dari berbagai perkembangan
inovasi yang telah dilahirkan tentu akan menumbuhkan dua sisi.
Begitulah manusia, dari kesempurnaan yang utuh dibanding makhluk
lain tentu memiliki kekurangan yang mendominasi. Sisi yang positif
dalam arti kemudahan dan sisi negatif yang berarti timbul
problematika kontemporer.
Timbulnya gejolak berbagai konflik menjadi salah satu akibat
dari agresifnya perkembangan Iptek (Ilmu pengetahuan dan
teknologi). Termasuk permasalahan tentang pergeseran akidah dan
akhlak yang terus menjadi pertanyaan. Bagi mereka yang masih kuat
menggenggam akidah dan memperindah akhlak menjadi primadona
pada era global ini. Terlebih lagi bagi mereka yang memiliki
keseimbangan antara garis vertikal (akhirat) dan horizontal (dunia).
1
Ziauddin Sardar, Ngaji Qur’an di Zaman Edan, (Jakarta : Srambi, 2011), 44
Tidak melulu hal semacam itu tertuju pada umat Islam. Setiap umat
beragama tentu akan memiliki pandangan yang sama dengan Agama
Islam. Pergeseran karakter menjadi permasalahan setiap umat dan
upaya mempertahankannya terus digalakkan. Mengajak umatnya
untuk menjadi mulia di dunia maupun akhirat. Serta memiliki
pegangan kuat terhadap hukum ataupun kitab yang autentik menurut
kepercayaan masing-masing.
Al-Qur’an menjadi pegangan paling dasar dan disusul dengan
hadits-hadits Nabawi dalam Islam. Kajian al-Qur’an maupun Hadits
tidak hanya relevan pada zaman Nabi, sahabat, tabi’ien atau tabiut
tabi’ien. Tapi al-Qur’an dan hadist sangat relevan, mengglobal, dan
totalitas menyokong perguliran zaman sebagai pedoman bagi setiap
umat Muslim. Jika ditelisik lebih dalam lagi, al-Qur’an juga menjadi
kitab yang autentik bagi kalangan Non-Muslim. Berbagai macam
kajian tentang al-Quran dan hadits terus digalakan oleh mereka.
Sebagai contoh orang-orang orientalis. Sebenarnya orang-orang
orientalis telah mengkaji ketimuran (Ke-Islaman) sudah terjadi
berabad-abad lalu. Pada awalnya kajian itu dilakukan sebagai bentuk
ketidaksukaan terhadap kejayaan Islam pada masa itu yang terus
menerus masuk pada peradaban Eropa. Meskipun awalnya mereka
hanya mengkaji tentang sastra, namun seiring waktu mereka mulai
mempelajari al-Qur’an dan Hadits.2
Al-Qur’an sebagai kiblat umat Islam yang diturunkan kepada
Rasulallah Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alaihy wa Sallām sebagai bacaan
umat Muslim. Al-Qur’an sebagai pedoman penyelesaian masalah yang
diperlukan alat untuk menunujukan kiblat tersebut yakni, al-Hadist.
Keberadaan Hadits bukan pula hal hanya diambil dan digunakan
sebagai hujjah. Keduanya sama-sama memiliki otoritas yang perlu
pemikiran dan kajian untuk menjadi sumber pedoman hidup manusia.
2
Idri, Hadits dan Orientalis, (Depok : Kencana, 2017), 61.
Al-Qur’an maupun Hadits tidak tertutup sehingga hanya
menjadi obsesi individu terhadap aspek kehidupan tertentu seperti,
pakaian, hukum dan ibadah tanpa pemikiran, kelas superior dan
temuan-temuan sains. Dengan begitu keduanya bisa dipersoalkan dan
tidak berpatri pada pikiran teoritis terhadap penemuan suatu
permasalahan dan penyelesaiannya. Karena dalam al-Qur’an
sesungguhnya manusia dituntut untuk merenung dan berpikir dengan
cara memaknainya. Dengan korelasi yang seimbang antara al-Qur’an
dan hadits. Maka keduanya benar-benar menjadi penyuci jiwa dan
pedoman manusia.3
B. Al-Qur’an dan Hadits Sebagai Pedoman Hidup
1. Pengertian Al-Qur’an dan Hadits
a. Al-Qur’an
Secara bahasa al-Quran berasal dari kata ً قرأن=ا- يقرأ- قرأyang
berarti bacaan atau yang dibaca. Sedangkan secara istilah al-
Qur’an adalah firman atau kalam Allah Subḥānahu wa Ta’ālā
yang disampaikan kepada Nabi Muhammad şalla Allah
‘Alaihy wa Sallam melalui perantara malaikat Jibril, diturunkan
secara berangsur-angsur, dibukukan dalam mushaf, diawali
dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas, dan
bernilai ibadah bagi yang membacanya.4
b. Al-Hadits
Kata hadits berasal dari ُح= ُدوْ ثًا- ُث
ُ َث – يَحْ = د
َ َح= دdari segi
bahasa mempunyai beberapa arti yaitu baru (jadid) lawan kata
dari terdahulu, dekat (qorib), berita (khabar). Pengertian hadits
secara istilah menurut ahli hadits adalah segala sesuatu yang
disandarkan pada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam baik berupa perkataan, perbuatan dan ketetapan.5
3
Ziauddin Sardar, Ngaji Qur’an di Zaman Edan, (Jakarta : Srambi, 2011), 44.
4
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 35.
5
Mahmud Thahan, Ulumul Hadits (Yogyakarta: Darul Tsaqafah Islamiyah, 2016), 10.
2. Fungsi Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup
Al-Qur’an sebagai sumber hukum yang pertama
menjadi pedoman bagi kehidupan manusia. Seperti yang telah
kita ketahui bahwasannya manusia diciptakan dari segumpal
darah yang tertera dalam al-Qur’an surat al-‘alaq yang
memiliki arti keterikatan.6 Dapat disimpulkan bahwa manusia
tidak terlepas dari al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya seperti
firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam QS. Al-baqarah ayat
185.
ٍ ََّاس وبِّين ِ ِ ِ
ات ِّم َن اهْلُ َد ٰى َ َ ِ ض ا َن الَّذي أُن ِز َل في ه الْ ُق ْرآ ُن ُه ًدى لِّلن َ َش ْهُر َر َم
ِ ِ
يض ا أ َْو َعلَ ٰى َس َف ٍر
ً َو َمن َك ا َن َم ِر ۖ ُص ْمه ْ فَ َمن َش ِه َد من ُك ُم الش ۚ َوالْ ُف ْرقَان
ُ ََّهَر َف ْلي
ْملُ وا ِ ي ِري ُد اللَّه بِ ُكم الْيس ر واَل ي ِري ُد بِ ُكم الْعس ر ولِتُك ۗ فَعِ َّدةٌ ِّمن أَيَّ ٍام أُخ ر
َ َُْ ُ ُ َ َُْ ُ ُ ُ ََ ْ
]٢:١٨٥[ الْعِ َّدةَ َولِتُ َكِّبُروا اللَّهَ َعلَ ٰى َما َه َدا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكُرو َن
6
Amirullah Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca al-Qur’an, (Bandung: Ruang Kata
Imprint Kawan Pustaka, 2012), 38.
1) Al-Huda (petunjuk)
Al-Qur’an sebagai petunjuk menjelaskan
tentang konsep dan tata cara hidup yang akan
mengantarkan manusia pada keselamatan. Al-
Qur’an dapat dijadikan petunjuk mengenai
perintah, larangan dan ancaman. Seperti firman
Allah
إِ َّن َٰه َذا الْ ُق ْرآ َن َي ْه ِدي لِلَّيِت ِه َي أَْق َو ُم َويُبَشُِّر
2) Al-Furqan (pembeda)
Al-Furqan yaitu yang membedakan atau
memisahkan antara yang haq dan yang batil.al-
Qur’an sebagai pembeda antara manusia yang
berada dijalan Allah dan orang-orang yang jauh
dengan Allah.
3. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Secara umum fungsi hadits terhadap al-Qur’an adalah sebagai
penjelas makna kandungan al-Qur’an yang sangat dalam dan
global.7 Hadits sebagai sumber ajaran islam kedua menjadi
penjelas isi kandungan al-Qur’an tersebut.
a. Pengukuhan Iman
9
Tim tafsir ilmiah salman, Tafsir Salman, tafsir ilmiah atas juz ‘amma, (Bandung : Mizan, 2014), 370.
10
Yunahar Ilyas, Cakrawala al-Qur’an : Tafsir tematis tentang berbagai aspek kehidupan,
(Yogyakarta : iqon publhising, 2015). 32.
muka bumi semata-mata hanya untuk memperoleh ridho Allah
Subḥānahu wa Ta’ālā Seperti termaktub dalam ayat al-Qur’an
surat adz zariyat ayat 56.
11
Ibid, 26.
diwajibkan untuk terus mengembara dalam memperluas keilmuan
di dunia. Ilmu hal yang dipelajari itulah yang akan mendasari
segala aspek. Mengulas kembali tentang wahyu pertama. Dalam
wahyu tersebut Allah menyuruh Nabi Muhammad untuk
membaca. Dalam hal keilmuan berarti meneliti, mengetahui,
membaca alam maupun sejarah. Perintah mencari ilmu telah ada
sekitar 14 abad lalu yakni, ketika pertama kali wahyu diturunkan
kepada Nabi Muhammad. Dari kilas balik itu seharusnya umat
Islam telah banyak menghasilkan banyak penemuan dan terdepan
dalam bidang iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang
dilandasi dengan Imtaq (iman dan taqwa). Namun, bagaiamana
kenyataan saat ini ? Keadaan justru terbalik.12
C. Kesimpulan
Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber ajaran Islam dimana
keduanya menjadi pegangan hidup bagi manusia. Al-Qur’an yang serat
akan makna menjadi mudah difahami dengan adanya Hadits sebagai
penyempurnanya. Seiring berkembangnya zaman, teknolog dan
pengetahuan semakin canggih. Manusia semakin dipermudah dengan
adanya teknologi. Namun, dari perkembangan yang pesat luar biasa itu
menimbulkan berbagai masalah baru atau kontemporer. Permasalahan
itu sebelumnya tidak pernah dialami di masa nabi maupun sahabat.
Maka dari itu al-Qur;an dan al-Hadits memberikan jawaban atas
problematika yang ada.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an
Arifin , Moch. “al-Qur’an dalam Merespon Fenomena Hoax: Kajian Tafsir tematik”.
al-Itqon Jurnal Studi al-Qur’an, Vol. 4, No. 1, Juli 2018.
Idri. Hadits dan Orientalis. Depok : Kencana. 2017.
Ilyas, Yunahar. Cakrawala al-Qur’an : Tafsir tematis tentang berbagai aspek
kehidupan. Yogyakarta : iqon publhising.. 2015.
Sardar, Ziauddin . Ngaji Qur’an di Zaman Edan. Jakarta : Srambi. 2011.
Shihab , M. Quraish. Wawasan al-Qur’an: tafsir temtik atas pelbagai persoalan
umat. Bandung : Mizan Pustaka. 2013.
Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
18
Moch. Arifin, “al-Qur’an dalam Merespon Fenomena Hoax: Kajian Tafsir tematik”, al-Itqon Jurnal
Studi al-Qur’an, Vol. 4, No. 1, Juli 2018.
Syarbini, Amirullah dan Sumantri Jamhari. Kedahsyatan Membaca al-Qur’an.
Bandung: Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka. 2012.
Thahan, Mahmud .Ulumul Hadits. Yogyakarta: Darul Tsaqafah Islamiyah. 2016.
Tim tafsir ilmiah salman. Tafsir Salman, tafsir ilmiah atas juz ‘amma. Bandung :
Mizan. 2014 .
Uha , Ismail Nawawi. pendidikan Agama Islam. Jakarta : VIV Press. 2013.