Anda di halaman 1dari 16

AL-QUR’AN DAN HADITS SEBAGAI PEDOMAN HIDUP

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu:

HM. Luthfi Thomafi, Lc., M. Pd.

Oleh:

Dea Romadhoni E (2019.02.02.1499)

Fina Rahmawati (2019.02.02.1485)

Ilfa Minatika (2019.02.02.1493)

PROGRAM PENDIDIKAN STUDI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANWAR

SARANG REMBANG

2021
Al-Qur’an dan Hadits Sebagai Pedoman Hidup
Oleh: Dea Romadhoni E, Fina Rahmawati, dan Ilfa Minatika

A. Pendahuluan
Berbicara tentang manusia tidak lepas dari pembahasan
kehidupan sosialnya, budaya, nilai, lingkungan, perkembangan, serta
sumber alam yang ada disekitarnya. Seiring berjalannya waktu
peradaban demi peradaban terus berevolusi. Umat manusia juga terus
melakukan pengembangan-pengembangan diri. Memajukan mereka
yang berinovasi dan menelankan mereka yang hanya berjalan di
tempat. Berbagai inovasi yang dilahirkan memberikan kemudahan
gerak manusia dalam segala aspek. Islam menuntut umatnya untuk
terus belajar dan berinovasi. Seperti yang termaktub dalam al-Qur’an
tentang perbedaan antara orang yang berkal dan yang tidak. Mereka
yang tidak belajar dan tidak menggunakan akalnya untuk mempelajari
luasnya keilmuan tidak akan bisa menerima pelajaran dan akan
tergerus zaman.1 Tidak dapat dipungkiri, dari berbagai perkembangan
inovasi yang telah dilahirkan tentu akan menumbuhkan dua sisi.
Begitulah manusia, dari kesempurnaan yang utuh dibanding makhluk
lain tentu memiliki kekurangan yang mendominasi. Sisi yang positif
dalam arti kemudahan dan sisi negatif yang berarti timbul
problematika kontemporer.
Timbulnya gejolak berbagai konflik menjadi salah satu akibat
dari agresifnya perkembangan Iptek (Ilmu pengetahuan dan
teknologi). Termasuk permasalahan tentang pergeseran akidah dan
akhlak yang terus menjadi pertanyaan. Bagi mereka yang masih kuat
menggenggam akidah dan memperindah akhlak menjadi primadona
pada era global ini. Terlebih lagi bagi mereka yang memiliki
keseimbangan antara garis vertikal (akhirat) dan horizontal (dunia).

1
Ziauddin Sardar, Ngaji Qur’an di Zaman Edan, (Jakarta : Srambi, 2011), 44
Tidak melulu hal semacam itu tertuju pada umat Islam. Setiap umat
beragama tentu akan memiliki pandangan yang sama dengan Agama
Islam. Pergeseran karakter menjadi permasalahan setiap umat dan
upaya mempertahankannya terus digalakkan. Mengajak umatnya
untuk menjadi mulia di dunia maupun akhirat. Serta memiliki
pegangan kuat terhadap hukum ataupun kitab yang autentik menurut
kepercayaan masing-masing.
Al-Qur’an menjadi pegangan paling dasar dan disusul dengan
hadits-hadits Nabawi dalam Islam. Kajian al-Qur’an maupun Hadits
tidak hanya relevan pada zaman Nabi, sahabat, tabi’ien atau tabiut
tabi’ien. Tapi al-Qur’an dan hadist sangat relevan, mengglobal, dan
totalitas menyokong perguliran zaman sebagai pedoman bagi setiap
umat Muslim. Jika ditelisik lebih dalam lagi, al-Qur’an juga menjadi
kitab yang autentik bagi kalangan Non-Muslim. Berbagai macam
kajian tentang al-Quran dan hadits terus digalakan oleh mereka.
Sebagai contoh orang-orang orientalis. Sebenarnya orang-orang
orientalis telah mengkaji ketimuran (Ke-Islaman) sudah terjadi
berabad-abad lalu. Pada awalnya kajian itu dilakukan sebagai bentuk
ketidaksukaan terhadap kejayaan Islam pada masa itu yang terus
menerus masuk pada peradaban Eropa. Meskipun awalnya mereka
hanya mengkaji tentang sastra, namun seiring waktu mereka mulai
mempelajari al-Qur’an dan Hadits.2
Al-Qur’an sebagai kiblat umat Islam yang diturunkan kepada
Rasulallah Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alaihy wa Sallām sebagai bacaan
umat Muslim. Al-Qur’an sebagai pedoman penyelesaian masalah yang
diperlukan alat untuk menunujukan kiblat tersebut yakni, al-Hadist.
Keberadaan Hadits bukan pula hal hanya diambil dan digunakan
sebagai hujjah. Keduanya sama-sama memiliki otoritas yang perlu
pemikiran dan kajian untuk menjadi sumber pedoman hidup manusia.

2
Idri, Hadits dan Orientalis, (Depok : Kencana, 2017), 61.
Al-Qur’an maupun Hadits tidak tertutup sehingga hanya
menjadi obsesi individu terhadap aspek kehidupan tertentu seperti,
pakaian, hukum dan ibadah tanpa pemikiran, kelas superior dan
temuan-temuan sains. Dengan begitu keduanya bisa dipersoalkan dan
tidak berpatri pada pikiran teoritis terhadap penemuan suatu
permasalahan dan penyelesaiannya. Karena dalam al-Qur’an
sesungguhnya manusia dituntut untuk merenung dan berpikir dengan
cara memaknainya. Dengan korelasi yang seimbang antara al-Qur’an
dan hadits. Maka keduanya benar-benar menjadi penyuci jiwa dan
pedoman manusia.3
B. Al-Qur’an dan Hadits Sebagai Pedoman Hidup
1. Pengertian Al-Qur’an dan Hadits
a. Al-Qur’an
Secara bahasa al-Quran berasal dari kata ً ‫ قرأن=ا‬-‫ يقرأ‬-‫ قرأ‬yang
berarti bacaan atau yang dibaca. Sedangkan secara istilah al-
Qur’an adalah firman atau kalam Allah Subḥānahu wa Ta’ālā
yang disampaikan kepada Nabi Muhammad şalla Allah
‘Alaihy wa Sallam melalui perantara malaikat Jibril, diturunkan
secara berangsur-angsur, dibukukan dalam mushaf, diawali
dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas, dan
bernilai ibadah bagi yang membacanya.4
b. Al-Hadits
Kata hadits berasal dari ‫ ُح= ُدوْ ثًا‬- ‫ُث‬
ُ ‫َث – يَحْ = د‬
َ ‫ َح= د‬dari segi
bahasa mempunyai beberapa arti yaitu baru (jadid) lawan kata
dari terdahulu, dekat (qorib), berita (khabar). Pengertian hadits
secara istilah menurut ahli hadits adalah segala sesuatu yang
disandarkan pada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam baik berupa perkataan, perbuatan dan ketetapan.5
3
Ziauddin Sardar, Ngaji Qur’an di Zaman Edan, (Jakarta : Srambi, 2011), 44.
4
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 35.
5
Mahmud Thahan, Ulumul Hadits (Yogyakarta: Darul Tsaqafah Islamiyah, 2016), 10.
2. Fungsi Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup
Al-Qur’an sebagai sumber hukum yang pertama
menjadi pedoman bagi kehidupan manusia. Seperti yang telah
kita ketahui bahwasannya manusia diciptakan dari segumpal
darah yang tertera dalam al-Qur’an surat al-‘alaq yang
memiliki arti keterikatan.6 Dapat disimpulkan bahwa manusia
tidak terlepas dari al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya seperti
firman Allah Subhanahu Wata’ala dalam QS. Al-baqarah ayat
185.

ٍ َ‫َّاس وبِّين‬ ِ ِ ِ
‫ات ِّم َن اهْلُ َد ٰى‬ َ َ ِ ‫ض ا َن الَّذي أُن ِز َل في ه الْ ُق ْرآ ُن ُه ًدى لِّلن‬ َ ‫َش ْهُر َر َم‬
ِ ِ
‫يض ا أ َْو َعلَ ٰى َس َف ٍر‬
ً ‫ َو َمن َك ا َن َم ِر‬ ۖ ُ‫ص ْمه‬ ْ ‫ فَ َمن َش ِه َد من ُك ُم الش‬ ۚ ‫َوالْ ُف ْرقَان‬
ُ َ‫َّهَر َف ْلي‬
‫ْملُ وا‬ ِ ‫ ي ِري ُد اللَّه بِ ُكم الْيس ر واَل ي ِري ُد بِ ُكم الْعس ر ولِتُك‬ ۗ ‫فَعِ َّدةٌ ِّمن أَيَّ ٍام أُخ ر‬
َ َُْ ُ ُ َ َُْ ُ ُ ُ ََ ْ
]٢:١٨٥[ ‫الْعِ َّدةَ َولِتُ َكِّبُروا اللَّهَ َعلَ ٰى َما َه َدا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكُرو َن‬

“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,


bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
bathil). Karena itu, barang siapa diantara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa
pada bulan itu , dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak
hari yang ditinggalkannya itu. Pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
pentunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.” (QS. Al-Baqarah : 185)

Dari ayat diatas dapat diambil keismpulan bahwa


fungsi al-Qur’an bagi kehidupan manusia sebagai berikut:

6
Amirullah Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca al-Qur’an, (Bandung: Ruang Kata
Imprint Kawan Pustaka, 2012), 38.
1) Al-Huda (petunjuk)
Al-Qur’an sebagai petunjuk menjelaskan
tentang konsep dan tata cara hidup yang akan
mengantarkan manusia pada keselamatan. Al-
Qur’an dapat dijadikan petunjuk mengenai
perintah, larangan dan ancaman. Seperti firman
Allah

‫إِ َّن َٰه َذا الْ ُق ْرآ َن َي ْه ِدي لِلَّيِت ِه َي أَْق َو ُم َويُبَشُِّر‬

‫َجًرا َكبِ ًريا‬ ِ ‫الصاحِل‬


َّ ‫ات أ‬ ِ َّ ِ‫الْمؤ ِمن‬
ْ ‫َن هَلُ ْم أ‬ َ َّ ‫ين َي ْع َملُو َن‬
َ ‫ني الذ‬
َ ُْ
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan
petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-
orang mukmin yang mengerjakan amal
shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang
besar.” {QS Al-Israa’ :9}

2) Al-Furqan (pembeda)
Al-Furqan yaitu yang membedakan atau
memisahkan antara yang haq dan yang batil.al-
Qur’an sebagai pembeda antara manusia yang
berada dijalan Allah dan orang-orang yang jauh
dengan Allah.
3. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Secara umum fungsi hadits terhadap al-Qur’an adalah sebagai
penjelas makna kandungan al-Qur’an yang sangat dalam dan
global.7 Hadits sebagai sumber ajaran islam kedua menjadi
penjelas isi kandungan al-Qur’an tersebut.

ِ ‫الذ ْكَر لِتَُبنِّي َ لِلن‬


‫َّاس َما نُِّز َل إِلَْي ِه ْم َولَ َعلَّ ُه ْم‬ ِّ ‫ك‬َ ‫َنزلْنَا إِلَْي‬
َ ‫ َوأ‬ ۗ ‫الزبُِر‬
ِ َ‫بِالْبِّين‬
ُّ ‫ات َو‬ َ
‫َيَت َف َّكُرو َن‬
7
Miftahul Asror, Membedah Hadits Nabi SAW, (Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2015), 32.
“(mereka kami utus) dengan membawa keterangan-ketarangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan kami turunkan al-Qur’an
kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang
telah di turunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.”
(QS. An-Nahl : 44)

Fungsi hadits terhadap al-Qur’an secara garis besar ada empat


makna, sebagai berikut:
a. Bayan at-Taqrir
Bayan at-taqrir disebut juga dengan bayan al-ta’kid,
yaitu berfungsi untuk menetapkan dan memperkuat apa
yang telah di terangkan di dalam al-Qur’an. Dalam artian
hadits hanya memperkokoh isi kandungan al-Qur’an.
Sebagaimana dicontohkan dalam Hadits Riwayat Bukhori
sebagai berikut :
tidak diterima sholat seseorang yang berhadats
sebelum ia berwudhu. (HR. Bukhari)
Hadits diatas mentaqrir qur’an surat al-madiah ayat 6
mengenai keharusan bewudhu jika berhadats, ketika
seseorang akan melaksanakan sholat
ِ ِ ِ َّ
َ ‫ين َآمنُوا إِذَا قُ ْمتُ ْم إِىَل الصَّاَل ة فَا ْغسلُوا ُو ُج‬
‫وه ُك ْم‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
ِ ِ
ِ ‫وس ُكم وأ َْر ُجلَ ُكم إِىَل الْ َك ْعَبنْي‬ ِِ ِ ِ
ْ َ ْ ُ‫وأَيْديَ ُك ْم إىَل الْ َمَرافق َو ْام َس ُحوا بُرء‬ َ
Artinya: “wahai orang-orang yang beriman! Apabila
kamu hendak melaksanakan sholat, maka basuhlah wajahmu
dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuhlah) kedua kakimu sampai kedua mata kaki....(al-
Maidah 5:6)
b. Bayan al-Tafsir
Bayan al-Tafsir adalah fungsi hadits untuk memberikan
rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang
masih bersifat global (Mujmal), memberikan batasan atau
persyaratan (Taqyid) ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat
mutlak dan mengkhususkan (Takhsis) terhadap ayat al-
Qur’an yang masih bersifat umum. Adapun contoh ayat al-
Qur’an yang masih mujmal adalah perintah mengerjakan
shalat, puasa dan zakat, adapun contoh hadisnya:
َ ُ‫صلُّوا َك َما َرأَ ْيتُ ُموْ نِ ْي أ‬
)‫صلِّي (رواه البخارى‬ َ
”Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat. (HR. Bukhari ) “
Hadits ini menjelaskan bagaimana mendirikan shalat,
sebab dalam al-Quran tidak dijelaskan secara rinci. Adapun
salah satu ayat al-Qur’an yang memerintahkan mendirikan
shalat adalah Al-Baqarah 43
ِ ِ َّ ‫الز َكا َة وار َكعوا مع‬ ِ
‫ني‬
َ ‫الراكع‬ َ َ ُ ْ َ َّ ‫يموا الصَّاَل َة َوآتُوا‬
ُ ‫َوأَق‬
“Dan kerjakanlah shalat, tunaikan zakat dan ruku’lah
beserta orang-orang yang ruku’ .” (QS al-Baqarah :43)
c. Bayan al-Tasyri’
Bayan al-Tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau
ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam al-Qur’an. Dalam
hadits ini menjelaskan suatu hukum yang belum ada dalam
al-Qur’an terhadap berbagai permasalahan yang muncul,
seperti contoh perkawinan senasab.
d. Bayan al-Nasakh
Terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama terhadap
bayan al-nasakh, ada yang mengakui adanya bayan al-
nasakh dan ada sebagian yang menolaknya.
Secara bahasa kata Nasakh berarti al-ibthal
(membatalkan), izalah (menghilangkan) dan taghyir
(mengubah). Maksudnya ketentuan yang datang kemudian
menghapus ketentuan terdahulu karena dipandang lebih
luas dan lebih cocok dengan nuansanya. Hadis yang
datangnya setelah al-Qur’an dapat menghapus ketentuan
dan isi kandungan al-Qur’an.
4. Al-Qur’an Dan Hadits Sebagai Penyelesaian Permasalahan
Umat

Sejak diutusnya seorang hamba bernama Muhammad


menjadi Rasul, tanah Makkah digemparkan dengan ajaran-ajaran
yang dibawanya. Banyak penentang dan sedikit pengikut.
Perjuangan Rasulallah Ṣalla Allāh ‘Alaihy wa Sallām sebagai
seorang utusan tidak mulus dan mudah sehingga menumbuhkan
hasil yang luar biasa hingga saat ini. Setiap jengkal perjuangannya
tidak lepas dari do’a dan tuntunan dari Allah subhana Allahu wa
Ta’alā. Periode Mekkah menjadi salah satu bukti kegigihan
Rasulallah dalam penyampaian risalahnya. Walaupun hanya
segelintir orang yang mengikuti ajarannya. Akidah demi akidah
terus ditanamkan baik secara sembunyi maupun terbuka.

a. Pengukuhan Iman

Ayat-ayat yang berkaitan dengan pemantapan iman dan segala


bentuk konsekuensinya terus turun di Makkah. Mulai dari pertama kali
diturunkannya ayat pertama yang membahas tentang tauhid rububiyah
yakni, pada surat al-Alaq 1.

)1( ‫ك الَّ ِذي َخلَ َق‬


َ ّ‫إقرأ باس ِم َرب‬

“Bacalah Dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.”


al-Alaq (96:1).8

Pada wahyu pertama itu Allah tidak langsung mencantumkan


nama Allah untuk penyebutan “Tuhan”. Hal itu ditafsirkan karena pada
zaman Jahiliah, nama Allah telah familiar didengar. Namun, nama Allah
tidak teguh dengan istilah Tuhan yang Maha Esa atau atas dasar Islam.
Nama Allah kala itu, disamakan dengan dewa-dewa, juga dikaitkan dengan
ruh yang memiliki keterkaitan dengan jin. Jadi, pada ayat itu dapat
8
Al-Qur’an
diartikan penyebutan nama Tuhanmu itu agar tidak tercampur maknanya.
Jadi, sudah jelas bahwa penanaman tauhid pertama kali adalah tentang
rububiyah dari yang paling mendasar.9

Selain penanaman tentang tauhid rububiyah, Rasulallah juga


menanamkan tauhid Mulkiyah ( mengimani Allah sebagai satu-satunya
raja) dan tauhid Ilahiyah (mengimani Allah sebagai satu-satunya yang
wajib disembah).10 Itulah tauhid-tauhid yang diajaran Rasulallah lewat
turunya al-Qur’an maupun dari hadits. Walaupun Hadits substansi
kebenarannya tidak langsung dari Allah namun, hakikatnya setiap apa yang
diucapkan oleh Rasulallah itu adalah berasal dari Allah. Hanya saja pesan
itu tersampaikan secara tersirat dan tidak tersampaikan secara tersurat
seperti halnya al-Qur’an.

Pada periode Mekkah belum memiliki banyak persoalan pada


kehidupan. Sehingga pegangan hukum dari al-Qur’an dan Hadits baru
melonjak ketika periode Madinah. Paska hijrahanya Rasulallah ke Madinah
inilah, sebuah kehidupan dengan tatanan baru dari segala aspek dibentuk
sedemikian rupa oleh Rasulullah. Dari keimanan sebagai dasar kehidupan
yang berhubungan dengan Tuhannya (Hablu Min Allah) mauapun segala
sesuatu yang berhubungan dengan manusia hablu min annas. Keduanya
menjadi tujuan dari dakwah Rasulullah Ṣalla Allāh ‘Alaihy wa Sallām.
Seperti yang diungkapkan oleh Fati Yakan yang dikutip oleh Yuniar
(2015:75) bahwa perkara yang harus diperoleh manusia menurut orientasi
al-Quran dan hadits adalah keseimbangan hidup. Keseimbangan hidup ini
dapat dipahami dengan lima hal yakni :

1.) Tujuan hidup, sebagai hamba Allah tujuan hidup manusia


adalah ibadah kepada Allah. Segala sesuatu yang dikerjakan di

9
Tim tafsir ilmiah salman, Tafsir Salman, tafsir ilmiah atas juz ‘amma, (Bandung : Mizan, 2014), 370.
10
Yunahar Ilyas, Cakrawala al-Qur’an : Tafsir tematis tentang berbagai aspek kehidupan,
(Yogyakarta : iqon publhising, 2015). 32.
muka bumi semata-mata hanya untuk memperoleh ridho Allah
Subḥānahu wa Ta’ālā Seperti termaktub dalam ayat al-Qur’an
surat adz zariyat ayat 56.

ِ ‫وما خلَ ْقت اجْلِ َّن واإْلِ نس إِاَّل لِيعب ُد‬


‫ون‬
]٥١:٥٦[
ُْ َ َ َ ُ َ ََ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku.”
2.) Nilai dunia dengan akhirat dunia ini jika dibandingkan dengan
akhirat sangat jauh sekali. Dunia ini sebnarnya sangat hina.
Dunia ini ibarat sebuah penjara bagi orang-orang yang
beriman, namun dunia ini ibarat surga bagi orang-orang kafir.
3.) Hakikat kematian, setiap yang bernaya akan mati. Semua yang
dibumi akan dibinasakan oleh Allah sesuai dengan umur yang
telah ditentukan. Sebagai manusia yang beriman hendaklah
mempersiapkan kematian dengan mengabdi kepada Allah
Subḥānahu wa Ta’ālā. Tetapi, bukan berarti tidak
mementingkan keadaanya di dunia. Jadi, tetaplah
mempersiapkan kebaikan seakan-akan ajal besok akan
menjemput dan terus berusaha memperbaiki kedaan di dunia
seakan-akan hidup selamanya. Cari kata atau haditsnya
4.) Hakikat jahiliah, Islam datang pada masa kejahiliahan, maka
Islam juga akan hilang dengan kejahiliahan. Dengan begitu
mempelajari kejahiliahan bukanlah hal yang buruk. Tetapi, hal
itu dilakukan guna membentengi diri agar tidak terjerumus
pada kejahiliahan.11
b. Pengetahuan, Teknologi dan Realitas Kehidupan
Setelah pengukuhan jiwa dengan Tuhannya, manusia
dianjurkan untuk memperbaiki hubungannya dengan sesama
manusia. Sebelum memenuhi kewajiban itu, manusia juga

11
Ibid, 26.
diwajibkan untuk terus mengembara dalam memperluas keilmuan
di dunia. Ilmu hal yang dipelajari itulah yang akan mendasari
segala aspek. Mengulas kembali tentang wahyu pertama. Dalam
wahyu tersebut Allah menyuruh Nabi Muhammad untuk
membaca. Dalam hal keilmuan berarti meneliti, mengetahui,
membaca alam maupun sejarah. Perintah mencari ilmu telah ada
sekitar 14 abad lalu yakni, ketika pertama kali wahyu diturunkan
kepada Nabi Muhammad. Dari kilas balik itu seharusnya umat
Islam telah banyak menghasilkan banyak penemuan dan terdepan
dalam bidang iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang
dilandasi dengan Imtaq (iman dan taqwa). Namun, bagaiamana
kenyataan saat ini ? Keadaan justru terbalik.12

Dari kaca mata seluruh umat, dapat dilihat dengan jelas


beberapa fakta antara kemajuan negara dengan mayoritas umat
Islam seperti Indonesia dan negara yang mayoritas beragama non-
Muslim. Seperti halnya Amerika dengan Protestanisnya, Jepang
dengan Budis Taoisnya, Korea dengan Konfusianis Taosinya dan
Israel dengan keyahudiannya. Negara-negara itu adalah negara
yang berjalan lebih cepat bahkan terdepan dibanding yang
penduduknya mayoritas musli.13 Membuka mata dan pikiran
adalah salah satu jalan yang harus dilakukan untuk mengejar
ketertinggalan tersebut. Perintah sudah jelas beserta pedoman dan
sumbernya. Tinggal bagaimana manusia mengerakan dirinnya.

Setiap umat memiliki standart masing-masing dalam


menjalankan kehidupan berdasarkan agamanya. Tidak terkecuali
umat Islam yang memiliki dua pedoman hidup luar biasa dan
fenomenal untuk mencapai standart kehidupan yakni, al-Qur’an
12
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: tafsir temtik atas pelbagai persoalan umat, (Bandung :
Mizan Pustaka, 2013), 570.
13
Ismail Nawawi Uha, pendidikan Agama Islam, (Jakarta : VIV Press, 2013), 403.
dan Hadits. Al-Qur’an dan Hadits tidak hanya hujjah untuk
membelit seseorang pada aturan tertentu yang tidak bisa
memahami pendapat lain. Al-Qur’an dan Hadits jauh lebih tinggi
dan luas pembahasannya. Umat Islam dalam al-Qur’an dijadikan
sebagai umat yang berada pada tengah-tengah wasath. Dalam
artian umat yang moderat, yang dapat dilihat seluruh penjuru,
menjadi saksi syuhadā dan yang terpenting menjadi teladan
sebagai cerminan Rasulallah Ṣalla Allāh ‘Alaihy wa Sallām.
Ketertinggalan umat Islam seharusnya menjadi cerminan, agar
menggunakan kedua pedoman hidup itu untuk kemajuan dan
kesuksesan dunia dan akhirat. Dengan al-Qur’an dan Hadist itulah,
umat Islam dapat hidup teratur dengan membacanya keluhuran
tidak akan luntur dan membaca diri akan membentengi diri dari
tadabur. Membaca diri adalah pangkal kesempurnaan dalam
kehidupan. Seseorang yang pandai yang begitu kuat ibadahnya
tidak akan sempurna keimananya. Namun, semua itu dapat
dicegah dan kesempurnaan dapat dicapai dengan cara
bismirabbika ladzi kholaqo “Dengan menyebut nama Tuhanmu
yang menciptakan”.14

Kamus bahasa Indonesia mengartikan teknologi sebagai


“kemampuan Teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta
dan berdasarkan proses teknis”. Ilmu pengetahuan dan sains
dipelajari oleh karenanya tercipta teknologi untuk kenyamanan
dan kesejahteraan manusia. Menelisik adanya ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam al-Qur’an telah dibicarakan dan diperjelas
oleh rasulallah lewat beberapa hadist tentang ilmu pengetahuan.
Sejak diciptakannya Adam Alayhi al-Salām, Allah telah
mengajarkan nama-nama yang ada di alam. Itulah potensi pertama
yang dimilliki manusia. Mengetahui rahasia yang tersedia di alam,
14
Ibid, 517.
karena alam tidak mampu mengetahui hukum alam dan m engolah
kekayaannya sendiri maka, manusialah yang memanfaatkannya.
Hasil pemanfaatan itulah yang dinamakan teknologi.15

Dalam al-Qur’an teknologi dapat diteliti dari ayat yang


menjelaskan tentang besi. Surat al-hadid ayat 25.

ِ َّ‫يد َو َم نَ افِ ُع لِ لن‬


... ‫اس‬ ٌ ‫ْس َش ِد‬ ِ ِ َ ‫ و أَ نْز لْنَ ا ا حْل ِد‬...
ٌ ‫يد ف يه بَ أ‬ َ َ َ
“ Dan kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan
banyak manfaat bagi manusia.”

Potongan ayat itu menjelaskan tentang besi, yang mana teknologi


bermetafora dari besi. Dengan besi dapat dikembangankan sebagai
teknologi yang menjadi sarana perlindungan, senjata militer, untuk
navigasi maupun eksplorasi lain. Rasulallah Ṣalla Allāh ‘Alaihy wa
Sallām sangat menghargai ilmu dibanding ibadah semata. Walaupun
sholat seribu kali dalam satu malam, lebih utama mengkaji alam walau
satu jam. Namun sejatinya tidak semua pengetahuan itu baik
dipelajari. Layaknya mempelajari ilmu sihir. Itulah mengapa
mempelajari ilmu pengetahuan harus dibarengi dengan Imtaq.16

Teknologi yang lahir berawal dari penemuan terhadap cara


kerja baru dari cara kerja tradisional. Pada waktu tertentu atau bahkan
bersamaan teknologi dapat memberikan manfaat yang luar biasa serta
memberikan kerusakan yang tinggi pula.17 Persebaran ilmu dan
teknologi lebih banyak berevolusi melalui media masa, sehingga
banyak permasalahan yang sulit dipecahkan. Termasuk permasalahan
kontemporer yang hadir pada saat ini. Seperti banyaknya berita yang
masuk melalui media massa tanpa ada filter. Dalam kasus ini pula, al-
Qur’an dan hadits menjadi titik terang penyikapan terhadap hal itu. Al-
15
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: tafsir temtik atas pelbagai persoalan umat, (Bandung :
Mizan Pustaka, 2013), 583.
16
Ziauddin Sardar, Ngaji Qur’an di Zaman Edan, (Jakarta : Srambi, 2011), 44
17
Ismail Nawawi Uha, pendidikan Agama Islam, (Jakarta : VIV Press, 2013), 669.
Qur’an memberikan pedoman bagi umat manusia agar selalu kritis dan
bijak menyikapi berbagai informasi yang sumbernya dari segala
penjuru. 18

C. Kesimpulan
Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber ajaran Islam dimana
keduanya menjadi pegangan hidup bagi manusia. Al-Qur’an yang serat
akan makna menjadi mudah difahami dengan adanya Hadits sebagai
penyempurnanya. Seiring berkembangnya zaman, teknolog dan
pengetahuan semakin canggih. Manusia semakin dipermudah dengan
adanya teknologi. Namun, dari perkembangan yang pesat luar biasa itu
menimbulkan berbagai masalah baru atau kontemporer. Permasalahan
itu sebelumnya tidak pernah dialami di masa nabi maupun sahabat.
Maka dari itu al-Qur;an dan al-Hadits memberikan jawaban atas
problematika yang ada.

Daftar Pustaka

Al-Qur’an
Arifin , Moch. “al-Qur’an dalam Merespon Fenomena Hoax: Kajian Tafsir tematik”.
al-Itqon Jurnal Studi al-Qur’an, Vol. 4, No. 1, Juli 2018.
Idri. Hadits dan Orientalis. Depok : Kencana. 2017.
Ilyas, Yunahar. Cakrawala al-Qur’an : Tafsir tematis tentang berbagai aspek
kehidupan. Yogyakarta : iqon publhising.. 2015.
Sardar, Ziauddin . Ngaji Qur’an di Zaman Edan. Jakarta : Srambi. 2011.
Shihab , M. Quraish. Wawasan al-Qur’an: tafsir temtik atas pelbagai persoalan
umat. Bandung : Mizan Pustaka. 2013.
Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

18
Moch. Arifin, “al-Qur’an dalam Merespon Fenomena Hoax: Kajian Tafsir tematik”, al-Itqon Jurnal
Studi al-Qur’an, Vol. 4, No. 1, Juli 2018.
Syarbini, Amirullah dan Sumantri Jamhari. Kedahsyatan Membaca al-Qur’an.
Bandung: Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka. 2012.
Thahan, Mahmud .Ulumul Hadits. Yogyakarta: Darul Tsaqafah Islamiyah. 2016.
Tim tafsir ilmiah salman. Tafsir Salman, tafsir ilmiah atas juz ‘amma. Bandung :
Mizan. 2014 .
Uha , Ismail Nawawi. pendidikan Agama Islam. Jakarta : VIV Press. 2013.

Anda mungkin juga menyukai