Anda di halaman 1dari 15

PENGHORMATAN ISLAM TERHADAP PEREMPUAN

ABSTRAK

Perempuan dalam islam merupakan makhluk Tuhan yang sangat dihargai.

Begitu banyak tanda-tanda dalam islam yang menunjukkan penghormatannya

terhadap perempuan. Salah satunya adalah Allah SWT menegaskan bahwa laki-

laki dan perempuan adalah sama dihadapan-Nya.

Seiring kemajuan zaman, fakta penghormatan islam terhadap perempuan

telah dilupakan. Banyak yang mengatakan bahwa islam adalah agama yang

mengekang kebebasan perempuan. Perempuan merupakan makhluk nomor dua

setelah laki-laki. Itulah beberapa dalil yang sering dilontarkan oleh kaum feminis

barat. Bahkan orang islam sendiri pun meragukan keadilan yang ada dalam islam.

Oleh latarbelakang itulah, penulis makalah mencoba untuk menguraikan

bagaimana islam memperlakukan perempuan. Dengan menggunakan pendekatan

sejarah, penulis akan menjelaskan bagaimana perempuan diperlakukan sebelum

dan sesudah datangnya islam. Sehingga dapat diketahui bagaimana cara islam

mengahargai dan menghormati kaum perempuan.

Kata kunci: penghormatan islam dan perempuan

1
PEMBAHASAN

A. Perempuan Sebelum dan Sesudah Datangnya Islam

1. Perempuan sebelum datangnya islam

Sebelum datangnya islam, perempuan selalu dianggap tidak ada

dalam kehidupan masyarakat. Perempuan hanya dianggap sebagai

makhluk pemuas seks dan setelah itu mereka ditelantarkan. Tidak

memiliki akses yang sama dengan laki-laki di masyarakat.

Memiliki anak perempuan merupakan sebuah aib yang sangat

besar dalam keluarga. Perempuan sebelum datangnya islam, tidak

memiliki derajat sama sekali. Mereka hanya berguna untuk memelihara

keturunan dan mengatur rumah tangga. Apabila mereka melahirkan anak

yang tidak cantik maka mereka akan dibunuh.

Seorang pemikir besar seperti Aristoteles dan Plato yang diagung-

agungkan hingga sekarang pun juga memandang rendah perempuan.

Aristoteles menganggap perempuan adalah manusia yang serba

kekurangan. Sedangkan Plato berpandangan bahwa keberanian laki-laki

adalah dalam kepemimpinan dan keberanian perempuan adalah dalam

melakukan pekerjaan-pekerjaan yang rendah.1

Penindasan terhadap perempuan terjadi dimana-mana. Pada zaman

yahudi, perempuan dianggap setaraf dengan pelayan atau hamba sahaya

dan ayahnya berhak untuk menjualnya. Perempuan tidak boleh menerima

warisan sedikitpun kecuali jika tidak memiliki anak laki-laki. Bahkan yang
1
Ahmad Nizam Awang, Kedudukan Wanita Sebelum Islam dan Wanita Kini
http://hikmatun.wordpress.com/2008/09/13/kedudukan-wanita-sebelum-islam-dan-wanita-kini/.
(diakses pada tanggal 14 Desember 2013).

2
lebih parah lagi, agama yahudi menganggap perempuan adalah sumber

dosa, selain itu mereka juga menganggap bahwa gejala-gejala kewanitaan

yang dialami setiap perempuan yang normal sebagai sebuah kutukan. Hal

tersebut dapat dilihat dari pernyataan para pendeta yahudi tentang 9

kutukan kepada wanita;

“Kepada perempuan, Tuhan memberi 9 kutukan kepada


perempuan, darah mastrubasi dan darah keperawanan , beban
kehamilan, beban melahirkan anak,  kepalanya ditutup seperti
orang yang berkabung, dia melubangi kuping seperti budak
permanen gadis budak yang melayani tuannya, dia tidak dipercaya
sebagai saksi, dan terakhir kematian”.2
Pandangan terhadap perempuan di bangsa romawi juga tidak jauh

berbeda dengan di masa zaman yahudi. Hukum Romawi menyatakan

bahwa perempuan dianggap hamba lelaki dan sebagai barang dagangan

murah yang dapat dipergunakan sebagaimana dikehendaki. Pemilikan

mereka terhadap perempuan sama seperti kepemilikan terhadap hewan dan

benda mati. Laki-laki melihat perempuan sebagai pembangkit syahwat dan

perempuan dianggap seperti syaitan dan kotor.

Kaum laki-laki melarang perempuan untuk bercakap-cakap mulai

dari merangkak sehingga berjalan, kemudian bekerja di rumahnya tanpa

mengucapkan sepatah katapun. Mereka menganggap bahwa apabila

perempuan berbicara maka akan menimbulkan bencana. Karena

percakapannya adalah sebuah alat merayu. Dalam sebuah lembaga di

Athena pernah mengeluarkan keputusan bahwa kaum wanita adalah

binatang najis yang tidak memiliki ruh yang abadi, tetapi mereka tetap

2
Warsito, Perempuan Dalam Ajaran Yahudi,
http://thesmartestteacher.blogspot.com/2012/04/perempuan-dalam-ajaran-yahudi.html (diakses
pada tanggal 12 Desember 2013).

3
diwajibkan beribadah dan berbakti. Mulut mereka dibungkam laksana

unta, anjing, dan sapi, tidak boleh tertawa dan berbicara. Hal ini

disebabkan mereka dianggap sebagai tali temali setan.3 Yang lebih kejam

lagi, ada suku bangsa yang menganjurkan wanita yang ditinggal mati

suaminya agar bunuh diri. Istri yang malang terjun dari tempat yang tinggi

sehingga patah lehernya atau patah tulang rusuknya. Adakalanya wanita

membakar dirinya di dalam api yang digunakan untuk membakar jasad

suaminya.

Bangsa Yunani yang terkenal dengan peradaban dan kebudayaan

yang maju pada masanya juga masih memperlakukan perempuan dengan

tidak baik. Beberapa fakta memperlihatkan bahwa perempuan pada sistem

kemasyarakatan bangsa Yunani tidak memilliki tempat yang layak. Bahkan

kaum lelaki mempercayai kalau perempuan adalah sumber penyakit dan

bencana. Sehingga mereka memposisikan perempuan sebagai makhluk

yang sangat rendah. Hal tersebut dapat dilihat ketika para lelaki menerima

tamu, para perempuan saat itu hanya dijadikan pelayan dan budak semata.

Bahkan, perempuan tidak boleh disejajarkan dalam satu meja makan

dengan kaum pria.4

Sedangkan pada masa arab jahiliyah, perempuan juga diperlakukan

tidak adil oleh kaum laki-laki maupun dalam masyarakat. Perempuan

sering dianggap tidak pernah ada. Tidak memiliki akses baik dalam

keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Perlakuan teburuk

3
Muhammad Rasyid Ridha, Panggilan Islam Terhadap Wanita. (Bandung: Penerbit Pustaka, 1986)
hal 2.
4
Askariyyun, Beginilah Wanita Sebelum Islam Datang
http://askarohisbiounpad.wordpress.com/2013/04/28/islam-keren/. (diakses pada tanggal 14
Desember 2013).

4
yang dilakukan oleh kaum arab jahiliyah terhadap perempuan adalah

mengubur bayi perempuan secara hidup-hidup. Seringkali perempuan

diperjualbelikan laksana binatang dan barang, dipaksa kawin dan ditindas,

diwarisi dan tidak mewarisi, dikuasai dan tidak pernah menguasai, dan

kalaupun ada yang mau memberikan kekayaan kepada mereka, tetap saja

mereka dilarang membelanjakan tanpa izin suami.

2. Perempuan sesudah datangnya islam

Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Islam pembawa keadilan

bagi manusia. Tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan.

Hal tersebut terbukti dengan turunnya firman-firman-Nya dalam al-

Qur’an. Islam merupakan agama yang pertama dan sekaligus terakhir yang

menggariskan hak-hak kaum wanita secara jelas dan mengemukakan pula

hal-hal yang sebaliknya, tentu saja mendudukkan kaum perempuan pada

tempat yang terhormat.

Menurut aziz mayshuri, sedikitnya ada empat tahapan kaum

perempuan, yaitu perempuan sebagai anak, sebagai istri, ibu dan anggota

masyarakat yang di zaman pra-islam diperlakukan dengan semena-mena.

Pada fase pertama saat menjadi anak. Pada zaman jahiliyah (kebodohan),

para orang tua yang memiliki anak perempuan akan merasa malu dan

terhina sehingga mereka akan mengubur anak perempuan secara hidup-

hidup. Sebab anak perempuan dianggap tidak berguna dan jika kelak

dewasa, ia hanya dijadikan sebagai nafsu pemuas lelaki. Bahkan khalifah

Umar Ibn Khattab sebelum memeluk islam pernah melakukan perbuatan

5
keji tersebut. Perbuatan tersebut disinggung dalam al-Qur’an surah an-

Nahl ayat: 58-59;

s ŒÎ )u r t Ïe ±ç 0 N è d ß ‰y m r & 4 Ó s \ R W {$ $ Î / ¨@ sß ¼ çm ßg ô _ u r #t Šuq ó ¡ ã B #


uqèdur ×Lì Ïà x . ÇÎÑÈ 3 “u‘º uqtG tƒ z `ÏB ÏQ ö qs)ø 9 $# `ÏB Ïä þ qߙ $tB uŽÅe ³ ç0
ÿ ¾ ÏmÎ/ 4 ¼çmä 3 Å¡ôJ ãƒr& 4’n ? tã A cq èd ôQr& ¼çm”™ß‰tƒ ’Îû É >#uŽ—I 9$# 3 Ÿw r&
uä!$y™ $tB tbq ßJä3øt s† ÇÎÒÈ
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan

(kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan

dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak,

disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. apakah dia

akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan

menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. Ketahuilah, alangkah

buruknya apa yang mereka tetapkan itu”.

Kemudian rasulullah bersabda mengenai keengganan sebagian

orangtua yang memiliki anak perempuan;

‫ ُك َّن لَهُ ِس ْت ًرا ِم َن النَّا ِر‬،‫َأح َس َن ِإل َْي ِه َّن‬ ٍ ِ َ‫م ِن ْابتُلِي ِمن الْبن‬
ْ َ‫ ف‬،‫ات بِ َش ْيء‬ َ َ َ َ
Artinya: “Barangsiapa yang diberi cobaan dengan anak

perempuan kemudian ia berbuat baik pada mereka, maka mereka akan

menjadi penghalang baginya dari api neraka.”5

Hadits tersebut dimaksudkan sebagai ibtila’ (cobaan), karena

sebagian orang tidak menyukai keberadaan perempuan. Bahkan Allah

mengancam perbuatan mengubur anak perempuan yang disebabkan karena

malu memilikinya. Al-Qur’an menegaskan dalam surah at-Takwir ayat: 8-

9;

5
HR. Al-Bukhari no. 1418 dan Muslim no. 2629.

6
s ŒÎ )u r äo yŠ¼â äöqyJø9$# ôM n=Í ´ß™ ÇÑÈ Äd “r' Î/ 5 =/RsŒ ôMn=ÏGè% ÇÒÈ#
Artinya: “Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup

ditanya. Karena dosa apakah dia dibunuh”.

Demikianlah islam memulyakan perempuan, makhluk yang

dianggap rendah pada masa itu. Bahkan Rasulullah mengutuk perbuatan

keji tersebut;

َ َ‫ َوَك ِرَه لَ ُك ْم قِ ْي َل َوق‬،‫ات‬


َ‫ َوَك ْث َرة‬،‫ال‬ ِ َ‫ ووْأ َد الْبن‬،‫ات‬
َ ََ
ِ ‫ وم ْنع ا و َه‬،‫ات‬
َ ً ََ
ِ ‫ُألم َه‬ َّ
َّ ْ‫إن اهللَ َح َّرَم َعلَْي ُك ْم عُ ُق ْو َق ا‬

،‫َؤ ِال‬ ‫الس‬


ُّ

ِ ‫اعةَ الْم‬
‫ال‬ َ ‫َوِإ‬
َ َ‫ض‬

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka pada

ibu, menolak untuk memberikan hak orang lain dan menuntut apa yang

bukan haknya, serta mengubur anak perempuan hidup-hidup. Dan Allah

membenci bagi kalian banyak menukilkan perkataan, banyak bertanya,

dan menyia-nyiakan harta.”6

Fase kedua, saat anak perempuan menjadi istri. Pada masa

jahiliyyah, kaum perempuan dapat diwariskan baik secara sukarela

maupun dipaksa apabila suaminya sudah merasa bosan dengannya. Dan

jika suaminya ingin menceraikannya maka dia akan menuduh istrinya

berselingkuh. Menurut adat Arab Jahiliyyah, seorang wali (pria) berkuasa

penuh atas perempuan yang berada dalam asuhannya serta harta yang

dimilikinya. Jika perempuan tersebut cantik, maka akan dinikahi dan

diambil hartanya, jika buruk rupa, maka dihalangi nikahnya dengan lelaki

6
HR. Al-Bukhari no. 5975 dan Muslim no. 593.

7
lain. Tujuannya agar walinya dapat menguasai seluruh hartanya. Perbuatan

tersebut ditentang keras oleh al-Qur’an dalam surah an-Nisa’ ayat 127;

y 7 t Rq ç G ø ÿ tGó ¡ o „ur ’Îû Ïä!$|¡Ïi Y9 $# ( È @è% ª !$# öNà 6‹ÏGøÿ ム£ `ÎgŠÏù $tBur
4‘n=÷F ムöNà6ø‹n=tæ ’Îû É=»tGÅ3ø9$# ’Îû ‘yJ»tGtƒ Ïä!$|¡ÏiY9$# ÓÉL »© 9$# Ÿw
£`ßgtRqè? ÷s è? $tB |=ÏGä. £`ßgs9 tbqç6 xî ös?ur br& £`èdqßs Å3Z s?
tûü Ïÿyè ôÒ tFó¡ßJø9$#ur šÆ ÏB Èbºt$ ø!Èqø9$# cr&ur (#qãBqà)s? 4’yJ»tFu‹ù =Ï9
ÅÝ ó¡É)ø9$$Î/ 4 $tBur (#qè=yèøÿs? ô`ÏB 9 Žöyz ¨bÎ*sù © !$# tb%x. ¾ÏmÎ/ $V JŠÎ=tã
ÇÊËÐÈ
“Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para wanita.

Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa

yang dibacakan kepadamu dalam Al Quran (juga memfatwakan) tentang

para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang

ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin mengawini mereka dan

tentang anak-anak yang masih dipandang lemah. dan (Allah menyuruh

kamu) supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara adil. dan kebajikan

apa saja yang kamu kerjakan, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha

mengetahuinya”.

Agar diketahui, bahwa laki-laki dan perempuan itu berasal dari diri

yang satu, dan kemanusiaan ini tidak mungkin dapat ditegakkan kecuali

oleh mereka berdua. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa laki-laki dan

perempuan memiliki derajat yang sama, hanya ketaqwaan yang

membedakan manusia dihadapan Allah. Surah al-Hujurat ayat: 13;

p k š‰r ' ¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»o Yø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré &ur öNä3»oYù=yèy_ur$
$\ /qãèä© Ÿ@ͬ!$t7 s%ur (#þqèùu‘$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò 2 r& y‰YÏã «!$# öNä39 s)ø?
r& 4 ¨bÎ) ©!$# î LìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

8
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-

mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi

Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Fase ketiga, ketika perempuan menjadi seorang ibu. Pada masa

jahiliyyah, ketika ada anaknya yang meninggal dunia, ibu tidak

mendapatkan warisan sedikitpun. Dalam islam, jika seorang meninggal

dunia dan meninggalkan seorang ibu maka ibu tersebut berhak untuk

mendapatkan warisan dari anaknya sesuai yang telah ditetapkan oleh al-

Qur’an.

Islam juga sangat menghormati dan menghargai seorang ibu.

Bahkan orang pertama yang wajib dihormati oleh anak adalah ibunya.

Dalam hadits disebutkan ada seorang lelaki datang kepada rasulullah saw.

Kemudian bertanya: siapakah orang yang paling berhak mendapat

perlakuan baik? Beliau menjawab: ibumu. Ia bertanya lagi sampai tiga

dengan pertanyaan yang sama. Kemudian Rasulullah menjawab dengan

jawaban yang sama pula. Hingga pertanyaan yang keempat, baru beliau

menjawab bapakmu.7

Fase yang terakhir adalah ketika seorang perempuan menjadi

anggota masyarakat. Pada masa jahiliyyah, seorang perempuan memiliki

gerak langkah yang terbatas. Perempuan hanya diposisikan sebagai

pengurus keluarga saja tanpa memiliki akses di masyarakat. Ia dianggap

sebagai makhluk nomor dua. Hal ini terlihat pada zaman yahudi dan

7
Abu Syuqqah, Jati Diri Wanita Menurut Al-Qur’an dan Hadits, (Bandung: Al-Bayan, 1993) hal
145

9
kristiani bahwa perempuan tercipta dari tulang rusuk laki-laki dan karena

perempuanlah Adam terusir dari surga. Hal inilah yang menyebabkan

perempuan diposisikan sebagai makhluk nomor dua setelah laki-laki. Dan

juga dianggap sebagai sumber dosa oleh kaum laki-laki. Karena

diskriminasi inilah islam datang dan meluruskan kesalahan-kesalahan

yang sudah melekat di masyarakat arab jahiliyyah. Islam sebagai agama

rahmatan lil ‘alamin menentang ketidak adilan terhadap perempuan.

Al-Qur’an secara tegas menyatakan bahwa laki-laki dan

perempuan memiliki derajat yang sama, hanya ketaqwaan yang

membedakan manusia dihadapan Tuhan.8 Pada masa Rasulullah, banyak

kaum perempuan yang ikut serta dalam kegiatan kaum laki-laki dalam

masyarakat. Salah satu contohnya adalah Aisyah ra. Istri Rasulullah

merupakan wanita yang banyak meriwayatkan hadits dan pernah ikut serta

berperang.9 Dalam ayat lain juga ditegaskan bahwa kemuliaan seseorang

tidak diukur dengan besarnya tanggung jawab atau pangkat dan

kedudukannya, tetapi karena ketaatan dan ketaqwaannya terhadap Allah

SWT.10 Begitu juga pada surah an-Nisa’ ayat 124, siapa yang mengerjakan

amal kebajikan baik laki-laki maupun perempuan dan dia beriman kepada

Allah SWT, maka mereka akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak

dizalimi sedikit pun. Ketidaksetaraan dan ketidak adilan antara laki-laki

dan perempuan ini sangat dikecam oleh islam.11

8
Q.S. al-Hujurat ayat: 13
9
Abu, Jati Diri... hal 127
10
Q.S. al-Hujurat ayat: 11
11
Dia, Masa Kelam Nasib Perempuan Pra-Islam,
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/09/07/09/61229-masa-kelam-nasib-
perempuan-pra-islam (diakses pada tanggal 14 Desember 2013).

10
B. Analisis

Islam Memulyakan Kaum Perempuan

Sesungguhnya Islam telah memberikan penghargaan dan

penghormatan kepada kaum wanita dengan setinggi-tingginya. Ia memberikan

kedudukan yang teramat mulia dan luhur, mengangkat mereka dari lembah

kehinaan dan sumber keburukan, menyelamatkan mereka dari kekejaman dan

perlakuan keji manusia yang tidak beradab. Islam datang dengan membawa

rahmat bagi seluruh umat di dunia khususnya kaum perempuan yang tertindas.

Allah melalui agama Islam memberi penghormatan yang sangat tinggi kepada

kaum perempuan bahwa surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu. Sebagai

seorang istri, mereka harus diperlakukan dengan penuh kelembutan dan kasih

sayang. Sebagai seorang anak perempuan, mereka harus dididik dengan

pendidikan yang benar, diasuh hingga masa menikah. Bahkan seorang ayah

yang dapat mengasuh dan mendidik dua orang atau lebih anak putrinya

dengan sebaik-baiknya akan mendapatkan jaminan surga. Karena tingginya

pahala yang dimiliki oleh seseorang yang dapat mendidik mereka dengan

sebaik-baiknya.

Bukti-bukti tentang Islam memulyakan kaum perempuan terlihat

dalam al-Qur’an. Salah satu nama surah dalam al-Qur’an terdapat kata

perempuan yakni surah an-nisa’. Islam juga membuka kesempatan kepada

kaum perempuan untuk berpartisipasi dalam ranah sosial di masyarakat.

Semisal, shalat jum’at yang biasa dilakukan oleh kaum laki-laki. Perempuan

juga disyari’atkan akan tetapi tidak mewajibkannya kepada mereka, dan itu

merupakan suatu keringanan. Sementara itu, dalam hal ibadah sosial seperti

11
haji, kewajiban mereka sama dengan kaum lelaki, dan selama menjalankan

ihram mereka dilarang menutup kepala dan berkaus tangan. Selain itu, Allah

juga memberikan kesempatan besar kepada mereka dalam kegiatan-kegiatan

sosial dan politik lebih dari apa yang disebutkan di atas. Allah berfirman

dalam surah at-Taubah ayat 71;

tbq ã Z Ï B ÷s ß J ø9 $ #ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/ âä!$uŠÏ9÷rr& <Ù ÷èt/ 4

šcrâßD ù'tƒ Å$r ã÷èyJø9$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç `tã Ì s3ZßJø9$# šcqßJŠÉ)ãƒur no4qn=

¢Á 9$# šcqè?÷sãƒur no4qx.¨“9$# šcqãèŠÏÜ ãƒur ©!$# ÿ¼ã&s!qߙu‘ur 4 y7 Í´¯»s9' ré&

ãNßgçH xq ÷Žzy™ ª!$# 3 ¨bÎ) ©!$# ͕tã Ò OŠÅ3ym

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,

sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.

mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,

mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-

Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Dalam ayat di atas, menjelaskan bahwa Allah memberikan medan

kegiatan kepada kaum Mukminat yang mutlak sama dengan yang diberikan

kepada kaum laki-laki. Seperti persaudaraan, kasih-sayang, tolong menolong

baik dengan harta maupun kegiatan sosial, membantu urusan perang dan

politik. Hanya saja Allah tidak mewajibkan mereka terjun langsung dalam

medan perang. Kaum wanita dan istri-istri Rasulullah seringkali ikut serta

dalam medan perang. Mereka menyediakan air minum, makanan, mengobati

yang terluka dan memberi dorongan dalam berperang.12

12
Muhammad, Panggilan... hal 6

12
Islam juga menghapus tradisi-tradisi Arab dan non-Arab yang

diberlakukan atas kaum perempuan berupa pelarangan atau pembatasan hak

untuk membelanjakan harta yang mereka miliki dan kesewenang-wenangan

suami terhadap istri dalam masalah harta. Islam pun menetapkan hak

kepemilikan dan pembelanjaan atas harta kepada kaum wanita, juga menerima

wasiat dan hak waris seperti halnya kaum pria. Bahkan lebih dari itu,

perempuan juga memiliki hak penuh atas mahar dan nafkah, meskipun mereka

dari keluarga yang berada. Selain itu juga mereka diberi hak untuk terlibat

dalam kegiatan jual beli, perdagangan, memberikan hibbah, sedekah dan lain-

lain.13

Sebelum datangnya islam, jika suami sudah bosan dengan istrinya

maka dia akan menuduh istrinya telah berselingkuh darinya lalu

menceraikannya. Meskipun dalam islam, suami memiliki hak untuk

menceraikan istrinya, akan tetapi Islam juga memberi hak kepada kaum

perempuan untuk mengajukan cerai (khulu’) terhadap suaminya dengan syarat

membayar iwadh. Sehingga hal tersebut tidak terjadi ketertimpangan di antara

keduanya.

Begitu banyak sekali bukti bahwa Islam sangat memulyakan kaum

perempuan. Hal tersebut bertolak belakang dengan apa yang dilontarkan oleh

orang-orang anti Islam jika islam mendiskriminasi kaum perempuan.

13
Muhammad, Panggilan... hal 13

13
PENUTUP

Sebelum datangnya Rasulullah beserta islam, kaum perempuan mengalami

diskriminasi dan mendapatkan perlakuan tidak hormat. Kaum perempuan selalu

dianggap tidak ada dalam kehidupan masyarakat. Yang lebih kejam lagi, bayi

perempuan dikubur hidup-hidup hanya karena malu untuk memilikinya. Mereka

beranggapan bahwa perempuan adalah manusia yang menjijikkan dan pembawa

kesialan. Kemudian Islam datang untuk meluruskan kesalahan-kesalahan yang

terjadi sejak lama. Islam menegaskan tentang hak-hak perempuan dalam al-

Qur’an. Bahkan islam juga merubah secara total kebiasaan-kebiasaan buruk yang

mereka lakukan terhadap kaum perempuan. Sehingga perempuan mendapatkan

hak-hak dan kehormatannya setelah sekian abad tertindas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ridha, Muhammad Rasyid, Panggilan Islam Terhadap Wanita. Bandung: Penerbit


Pustaka, 1986;
Syuqqah, Abu, Jati Diri Wanita Menurut Al-Qur’an dan Hadits, Bandung: Al-
Bayan, 1993;
Ahmad Nizam Awang, Kedudukan Wanita Sebelum Islam dan Wanita Kini
http://hikmatun.wordpress.com/2008/09/13/kedudukan-wanita-sebelum-
islam-dan-wanita-kini/. (diakses pada tanggal 14 Desember 2013).
Askariyyun, Beginilah Wanita Sebelum Islam Datang
http://askarohisbiounpad.wordpress.com/2013/04/28/islam-keren/.
(diakses pada tanggal 14 Desember 2013)
Dia, Masa Kelam Nasib Perempuan Pra-Islam,
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/09/07/09/61
229-masa-kelam-nasib-perempuan-pra-islam (diakses pada tanggal 14
Desember 2013).
Warsito, Perempuan Dalam Ajaran Yahudi,
http://thesmartestteacher.blogspot.com/2012/04/perempuan-dalam-ajaran-
yahudi.html (diakses pada tanggal 12 Desember 2013).

15

Anda mungkin juga menyukai