Disusun Oleh:
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama bagi kemerdekaan kaum perempuan dan
memandangnya sejajar dengan kaum laki-laki, Islam memberikan hakhak
yang penuh dalam semua aspek kehidupan bagi kaum perempuan. Kaum
wanita (perempuan) dengan rahmat Allah SWT dan dibawah risalah Islam
dikembalikan pada kedudukannya yang mulia sebagai panglima keadilan
dan pelindung Islam.
Sejarah Islam mencatat, kedudukan dan peran wanita mengalami
pasang surut sesuai dengan budaya masyarakat yang berlaku dalam
masanya. Pada masa pra-Islam posisi perempuan berbeda dengan masa
Islam. Pada masa Islam dapat dikategorikan menjadi 3 masa yakni masa
klasik, pertengahan, dan modern.
Oleh karenanya, makalah ini akan membahas perjalanan
perempuan sepanjang sejarah Islam dalam kaitannya dengan kondisi dan
peran perempuan, apakah terjadi kesetaraan atau justru mengalami
ketidakadilan.
B. Rumusan Makalah
1. Bagaimana kondisi sosio-historis perempuan pada masa pra
Islam ?
2. Bagaimana kedudukan dan peran perempuan pada masa Rasulullah
dan Khulafaur Rasyidin ?
3. Bagaimana kedudukan dan peran perempuan pada masa Dinasti-
Dinasti Islam ?
4. Bagaimana sejarah perjuangan kesetaraan perempuan dalam dunia
Muslim pra-abad 19 ?
C. Tujuan Makalah
Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk menguraikan secara jelas,
bagaimana kondisi dan peran perempuan dalam sejarah Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Di India
Dia harus memuja suaminya. Dia juga harus melayani ayah dari suaminya,
karena perempuan dianggap barang milik suami, dan dia harus patuh kepada
anak-anaknya. Seorang perempuan India dijadikan permainan nafsu kebinatangan
belaka, masyarakat India memandang hubungan seks antara seorang laki-laki dan
perempuan sebagai sesuatu yang menjijikkan dan zalim dengan tidak memandang
sah atau tidaknya hubungan tersebut.
4. Masyarakat Yahudi
Seorang suami memiliki hak penuh atas milik istri selama mereka terikat
dalam ikatan pernikahan. Jika ia menemukan suaminya di tempat tidur bersama
perempuan lain, maka dia harus tetap diam dan tidak boleh mengeluh. Hal ini
disebabkan suami mempunyai hak penuh atas dirinya, suami dapat berbuat sesuka
hatinya.
5. Masyarakat Kristen
Hanya ada satu kekecualian yaitu terhadap Maryam; ibunda Isa Almasih.
Seabad kemudian,konferensi yanglain digelar dengan mengambil topik bahasan
hakikat perempuan, apakah dia itu manusia atau bukan. Mereka akhirnya sampai
pada satu titik kesimpulan bahwa perempuan adalah manusia. Perempuan
diciptakan sebagai pelayan dan untuk keuntungan kaum laki-laki. 1
Perempuan seperti halnya kaum laki-laki adalah makhluk sosial yang tidak
bisa hidup sendiri. Ruang lingkup sosial itu sendiri amat luas, dari kehidupan
keluarga sampai masyarakat dapat dikatakan masalah sosial. Jadi peran
perempuan dalam keluarga dapat dikatakan peran sosial karena keluarga
merupakan salah satu bagian dari kehidupan bermasyarakat. Dalam sebuah
lingkungan nyata, kontribusi sosial dan politik perempuan haruslah diletakkan
dalam suatu cara bahwa aktivitas-aktivitas kolektif didasarkan atas sebuah
kehendak bebas, sukarela, sadar, dan aktif. Inilah sebuah situasi ketika individu
masyarakat mengorganisasikan dan mengatur urusan urusan sosial (baik langsung
maupun tidak) serta membantu membentuk kehidupan masyarakat yang beradab.
Pada masa awal Islam, perempuan tidak dilarang untuk ambil bagian
dalam persoalan-persoalan sosial atas dasar dua prinsip utama yaitu, pertama,
seorang perempuan tak dapat mengorbankan tanggung jawab dan tugas penting
1
R. Magdalena, “KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM PERJALANAN SEJARAH (Studi Tentang
Kedudukan Perempuan dalam Masyarakat Islam)” , Harkat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan
Anak,Vol.II,No.1,2017. hlm 16-19.
mengatur keluarga dan mendidik anak-anak yang akan menjadi anggota
masyarakat yang berharga pada masa selanjutnya (the next generation). Salah satu
tanggung jawab krusial seorang perempuan dalam Islam adalah menjadi sosok ibu
dan pendidik anakanak yang saleh. Perempuan bertanggung jawab membesarkan
generasi muda dalam masyarakat. Artinya, kaum perempuan, dengan
menggunakan metode-metode pendidikan yang benar, dapat membangun pribadi-
pribadi muslim yang luar biasa dan melahirkan generasi muslim yang unggul dan
kompetitif.
3
Marzuki dan Suharno Keterlibatan Perempuan Dalam Bidang Politik Pada Masa Nabi
Muhammad SAW dan Masa Khulafaur Rasyidin, Vol. 13, No. 1, April 2008: 77
4
Zaky Ismail Perempuaan dan Politik Pada Masa Awal Islam (Studi Tentang Peran Sosial dan
Politik Perempuan Pada Masa Rasulullah) Volume 06, No 01 Juni 2016 Hal. 155
membela Islam. Hal ini membuat posisi politis perempuan juga terangkat dengan
sendirinya.
Kaum perempuan juga aktif memainkan peran-peran politis yang lain pada
masa Khulafaur Rasyidin. Ummahat al-Mu’minin menjadi motor penggerak kaum
perempuan pada waktu itu untuk aktif dalam peran-peran politik tersebut. Yang
paling banyak terlibat dalam aktivitas politik pada masa ini dan paling banyak
disebut-sebut dalam literatur sejarah adalah Aisyah r.a. Dialah yang banyak
berperan dalam melakukan rekonsiliasi umat Islam pada saat terjadinya masa
kekacauan, baik pada masa Usman bin Affan maupun pada masa Ali bin Abi
Thalib. Problem besar yang dihadapi pada masa Khulafaur Rasyidin adalah bahwa
yang saling bertikai pada saat kekacauan adalah sesama Muslim dan juga ulah
kaum munafik, seperti yang dimotori Abdullah bin Saba’. Dialah yang
menyebarkan provokasi di tengah-tengah umat Islam, sehingga umat Islam
termakan dan mengalami masa kekacauan yang cukup panjang.5
Masa Dinasti Islam seringkali disebut juga masa abad pertengahan Islam
yang berlangsung sekitar 1000-1800 M. Meski begitu, munculnya Dinasti Islam
sebenarnya sudah berlangsung sejak akhir abad ke-VII M dengan berdirinya
Dinasti Umayyah. Kemudian dilanjutkan oleh Dinasti Abbasiyah yang
berlangsung sejak 750-1258 M, yang sekaligus disebut masa keemasan Islam.
5
Marzuki dan Suharno Keterlibatan Perempuan Dalam Bidang Politik Pada Masa Nabi
Muhammad SAW dan Masa Khulafaur Rasyidin, Vol. 13, No. 1, April 2008: 194
Zainab binti at-Thasyriyyah dari Bani ‘Amir yang dikenal karena kefasihan dan
syair-syairnya yang tenang.6
6
Mufidatutdiniyah, “Peran Perempuan Masa Daulah Abbasiyah Periode 158 H/775 M-321 H/933
M” Skripsi, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013. hlm. 3.
7
Viky Mazaya, “Kesetaraan Gender dalam Perspektif Sejarah Islam”, Jurnal SAWWA – Volume
9, Nomor 2 (April, 2014), hlm 337.
8
Mufidatutdiniyah, “Peran Perempuan Masa Daulah Abbasiyah Periode 158 H/775 M-321 H/933
M” Skripsi,... hlm. 6.
9
Siti Zubaidah, Pemikiran Fatima Mernissi tentang Kedudukan Wanita dalam Islam (Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2010), hlm. 82.
kemewahan, posisi perempuan menukik tajam. Pada masa itu, perempuan
digambarkan sebagai perwujudan dari sifat licik, khianat, dan wadah bagi semua
perilaku tercela. Pemikiran mereka tak dihargai, oleh karenanya menjadi warga
yang terpinggirkan.10
10
Viky Mazaya, “Kesetaraan Gender dalam Perspektif Sejarah Islam”, Jurnal SAWWA..., hlm.
337.
Sekembalinya dari Barat dia mulai memikirkan tentang tradisi yang tidak
membolehkannya tampil tanpa jilbab di negerinya sendiri, yang akhirnya Huda
menanggalkan jilbabnya dan tak pernah memakainya lagi; yang kemudian diikuti
oleh perempuan-perempuan lainnya baik di Mesir, maupun di Negara-negara
Timur Tengah. Selanjutnya ia dikenal sebagai pemimpin feminis yang paling
radikal di dunia Islam.
11
Siti Zubaidah, Pemikiran Fatima Mernissi tentang Kedudukan Wanita dalam Islam...hlm. 83-85.
BAB III
KESIMPULAN
Ismail, Zaky. (2016). Perempuaan dan Politik Pada Masa Awal Islam (Studi
Tentang Peran Sosial dan Politik Perempuan Pada Masa Rasulullah)
Volume 06, No 1.
Mazaya, Viky. (2014). Kesetaraan Gender dalam Perspektif Sejarah Islam, Jurnal
SAWWA – Volume 9, Nomor 2.