Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AL-Quran terus mengoreksi setiap pelanggaran atau konsepsi salah yang
diyakini oleh orang-orang jahiliah tentang perempuan sehingga fajar baru
peradaban yang lebih manusia pun hadir di tengah-tengah umat manusia.
Tidak hanya itu, Rasulullah saw. pun sebagai pembawa risalah, melalui
lisannya yang mulia mengungkapkan konsepsi-konsepsi baru tentang
kedudukan wanita dalam masyarakat dan pola interaksi mereka dengan kaum
laki- laki.
Dari sisi lain, betapa pada hakikatnya sebagian kecil dunia mengakui
bahwa cara, metode, dan prindip-prinsip penghormatan islam terhadap
perempuan menginspirasi dunia.
Dengan demikian Peradaban Islam menjadi tonggak bangkitnya kemulian
perempuan. Sejarah mencatat banyak tokoh-tokoh dari golongan hawa yang
sukses menorehkan prestasi di berbagai bidang. Mereka berperan dalam
membangun peradaban yang bermartabat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Derajat Kaum Hawa Sebelum Islam?
2. Bagaimana Cara Islam Mengangkat Kaum Hawa?
3. Siapa Saja Tokoh Perempuan Dalam Berbagai Bidang keilmuan?
C. Tujuan Rumusan Masalah
1. Mengetahui Derajat Kaum Hawa Sebelum Islam.
2. Mengetahui Cara Islam Mengangkat Kaum Hawa.
3. Mengetahui Tokoh Perempuan Dalam Berbagai Bidang keilmuan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bagaimana Derajat Kaum Hawa Sebelum Islam
1. Bangsa Yunani
Bangsa Yunani terkenal memiliki peradaban dan kebudayaan yang
maju pada masanya. Sayangnya, sejumlah fakta mengungkap bahwa
perempuan pada sistem kemasyarakatan bangsa Yunani tidak memiliki
tempat yang layak. Bahkan kaum lelaki saat itu mempercayai bahwa
perempuan merupakan sumber penyakit dan bencana. Sehingga
mereka memposisikan perempuan sebagai makhluk yang rendah. Ini
bisa dilihat ketika para lelaki menerima tamu, para perempuan saat itu
hanya dijadikan pelayan dan budak semata. Bahkan, perempuan tidak
boleh disejajarkan dalam satu meja makan dengan kaum pria.
Beberapa perubahan yang terjadi seiring perjalanan waktu, tak banyak
memberikan keuntungan bagi perempuan. Nafsu syahwat dijadikan
dasar diberikannya kebebasan bagi kaum perempuan atau dengan kata
lain kebebasan yang diberikan hanya sebatas kebebasan seksual
semata. Maka tak heran bila pada zaman itu banyak perempuan yang
menjadi pelacur.
Perempuan pezina saat itu justru dianggap memiliki kedudukan yang
tinggi. Para pemimpin Yunani berlomba-lomba untuk mendapatkan
dan mendekati mereka. Perempuan saat itu, dipandang hanya sebagai
komoditas yang bisa dikuasai oleh siapapun. Lelaki boleh memiliki
dan menguasai perempuan tanpa melalui ikatan pernikahan yang suci.
Kerendahan sikap masyarakat Yunani hingga merekayasa cerita yang
bernuansa seksual. Salah satu kisah yang berkembang adalah cerita
tentang Dewa Asmara Cupid yang merupakan hasil hubungan gelap
Dewi Aphrodite dengan salah seorang manusia. Padahal, sang dewi
merupakan istri dari salah satu dewa. Dari cerita seperti inilah,
masyarakat Yunani tidak lagi peduli dan mengindahkan norma
pernikahan.

2
2. Hindhu dan China

Begitu pula Hindu dan China, mereka memperlakukan wanita


dengan sadis dan memperihatinkan. Seorang istri harus rela di bakar-
hidup hidup, sebagai bukti kesetiaan terhadap sang suami. Ternyata,
ini masih di praktekan oleh sebagian rakyat India sampai saat ini.

3. Bangsa Arab Jahiliyah

Bangsa Arab sebelum Islam dikenal juga dengan zaman Jahiliyah.


Ungkapan jahiliyah memiliki konotasi barabarisme, yaitu tidak
beradab, kasar, buas, dan tak berbudaya. Kebiasaan Arab kala itu
sangat buruk terhadap derajat kaum hawa, seperti membunuh anak
perempuan karena dianggap pembawa sial bagi keluarga. Bangsa Arab
sebelum Islam menjadikan adat sebagai hukum dengan berbagai
bentuknya. Dalam perkawinan mereka mengenal beberapa macam,
yaitu:

- Istibdla, yaitu seorang suami menyuruh istrinya berjimak dengan


lelaki yang dipandang mulia. Selama istri berhubungan dengan
lelaki tersebut sebelum terbukti hamil, suami menahan diri untuk
tidak berjimak dengan istrinya. Tujuannya adalah agar anak yang
dilahirkan berasal dari orang terhormat.
- Maqthu, yaitu seorang lelaki menikahi ibu tirinya setelah ayahnya
meninggal dunia. Ibu tirinya tidak berhak menolak jika anak tirinya
tersebut hendak menikahinya. Jika sang anak masih kecil, ibu tiri
harus menunggu hingga dewasa untuk keputusan apakah sang anak
mau menikahinya atau melepasnya.
- Badal, yaitu tukar menukar istri tanpa bercerai lebih dulu dengan
tujuan memuaskan hasrat dan menghindari kebosanan.
- Shighar, yaitu seorang wali menikahkan anak atau saudara
perempuannya kepada seorang lelaki tanpa mahar.

3
4. Bangsa Romawi

Kaum lelaki pada masa itu, memiliki hak mutlak terhadap keluarganya.
Ia bebas melakukan apa saja terhadap istrinya, bahkan diperbolehkan
membunuh istri mereka dalam keadaan tertentu. Meski peradaban
Romawi mengalami perkembangan, namun tetap saja perempuan
berada dalam posisi yang hina; sebagai pemuas nafsu lelaki saja.
Meski perempuan mendapatkan kebebasan, bentuknya hanya sebatas
bebas menikah dengan lelaki mana saja. Tak pelak bila perceraian pada
masa itu jumlahnya sangat besar, ditemukan dalam banyak kasus
penyebabnya sangat sepele.
Sebuah fakta terungkap oleh Kardinal Gerum bahwa ada seorang
perempuan yang tanpa merasa berdosa dan malu telah menikah untuk
ke-23 kalinya. Di saat yang sama, ia menjadi istri ke-21 dari suaminya
yang terakhir.
Bentuk yang saat itu menjadi trend adalah pementasan teater dengan
menampilkan perempuan telanjang sebagai obyek cerita. Selain itu,
masyarakat itu juga memiliki tradisi mandi bersama, antara para lelaki
dan perempuan di muka umum. Tentu saja, kedua kebiasaan itu
mendudukkan posisi perempuan tidak pada tempat yang terhormat.

5. Peradaban Persia

Persia merupakan koloni yang menetapkan hukum dan sistem


sosial bagi wilayah jajahannya. Sayangnya, hukum yang mereka
terapkan, tak memberikan keadilan bagi perempuan. Bila ada
perempuan yang melakukan kesalahan meskipun kecil- akan dihukum
dengan berat. Bahkan bila ia mengulangi kesalahannya, tak segan
hukuman mati akan dijatuhkan.
Di negeri itu, seorang perempuan dilarang menikah dengan lelaki yang
bukan penganut ajaran Zoroaster (agama kuno di Persia) sedangkan
lelaki bebas bertindak sesuai dengan kehendaknya. Kehidupan

4
perempuan menjadi terbelenggu. Tidak itu saja. Bila dalam keadaan
haidh, maka mereka akan diisolasi ke tempat yang jauh di luar kota
dan tak satu pun yang boleh bergaul dengan mereka, selain pelayan
yang meletakkan makanan atau minuman untuknya.

6. Peradaban India

Meski dikenal dengan ilmu pengetahuan dan kebudayaannya,


peradaban India menempatkan kaum perempuan pada derajat
kehinaan. Pada umumnya, masyarakat India mempercayai bahwa
perempuan merupakan sumber dosa, kerusakan akhlak dan pangkal
kehancuran jiwa. Sehingga mereka tak memiliki hak-hak kebendaan
dan warisan. Bahkan hak hidup mereka juga dicabut ketika suami
mereka meninggal. Setiap perempuan harus dibakar hidup-hidup
bersama mayat suaminya.

7. Umat Kristen

Tak berbeda dengan peradaban lainnya. Pada zaman ini, syariat


Nasrani telah diselewengkan sehingga mendudukkan perempuan
dalam kerendahan dan tak sesuai dengan fitrahnya. Penyimpangan ini
juga diafirmasi dengan pandangan bahwa perempuan merupakan
sumber dosa dan kemaksiatan yang menyebabkan lelaki terjerumus
dalam kedurhakaan. Menurut salah seorang pemimpin Kristen, Paus
Tertulianus mengatakan, Wanita adalah pintu masuknya setan ke
dalam jiwa manusia. Dialah (Hawa) yang telah mendorong seorang
(Adam) mendekati pohon larangan, perusak aturan Allah dan membuat
buruk citra lelaki.
Para pendeta juga berpendapat bahwa hubungan seksual merupakan
perbuatan kotor yang harus dihindari meski dengan cara yang halal
melalui pernikahan. Dalam pandangan itu, hidup membujang
merupakan puncak ketinggian akhlak seseorang sehingga banyak

5
pendeta yang memilih jalan ini agar akhlak mereka tetap terpelihara.
Ironinya, sejumlah fakta justru terkuak di kalangan gereja dengan
mencuatnya kasus perzinahan, sodomi dan aborsi yang dilakukan para
pendeta dan biarawati.

8. Umat Yahudi

Pada bangsa Yahudi, perempuan selayaknya komoditas yang bisa


diperjual-belikan di pasar. Sehingga, posisi kaum perempuan saat itu
hanya sebatas pemuas nafsu kaum lelaki saja. Tak heran bila saat itu,
merebak praktik pelacuran di tengah masyarakat. Lebih sesat lagi,
masyarakat Yahudi kerap membalut praktik pelacuran dengan topeng
ibadah. Mereka melakukan perzinahan di rumah ibadah dengan dalih
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dengan dalih seperti itu, para pendeta Yahudi melakukan perzinahan
untuk menghapus dosa mereka. Ini juga dilegalkan melalui kitab suci
mereka yang telah diubah, bahwa Allah mengharamkan atas orang
Yahudi berbuat zina dengan perempuan yang masih kerabatnya,
namun diperbolehkan dengan perempuan di luar kerabatnya.

B. Cara Islam Mengangkat Derajat Kaum Hawa


Ketika kaum jahiliah merasa malu apabila memiliki anak
perempuan sehingga mereka tega menguburnya hidup-hidup, Al-Quran
setelah sebelumnya memberi penjelasan yang jelas tentang kedudukan
kaum wanita yang sesungguhnya di masyarakat, beserta hak-hak dan
kewajiban yang dimilikinya langsung mempertanyakan alasan kaum
jahiliah membunuh anak-anak perempuan mereka yang tidak punya salah
apa-apa. "Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup
ditanya karena dosa apa dia dibunuh?" (QS at-Takwir [81]: 8-9)
Ketika orang-orang jahiliah berargumen bahwa mereka membunuh
bayi-bayi perempuannya karena takut miskin, Al-Quran pun
membantahnya dengan tegas disertai dengan logika yang sangat

6
tepat. "Katakanlah (Muhammad), "Marilah aku bacakan apa yang
diharamkan Tuhan kepadamu, langan mempersekutukan-Nya dengan apa
pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu
karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada
mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang
terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang
yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah
Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti." (QS al-Anam [6]:
151)
Ketika kaum wanita tidak mendapatkan warisan apa- apa dan harus
menebus dirinya ketika suaminya meninggal, atau bahkan ia diwariskan
kepada sanak keluarga suaminya, Islam pun datang dengan membawa
pembelaan yang sangat melegakan, "Wahai orang-orang beriman! Tidak
halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa dan janganlah
kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian
dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka
melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka
menurut cara yang patut. lika kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal
Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya." (QS an-Nisa [4]: 19)
Ketika kaum jahiliah merendahkan kaum wanita karena asai
kejadiannya sebagai "alat iblis" untuk menjerumuskan manusia, khususnya
kaum laki-laki, Al-Quran pun memberi sanggahan yang sangat indah
bahwa kehormatan seorang manusia tidak dilihat dari "asai kejadiannya"
atau kekayaannya, tetapi dari keimanan dan amal saleh yang dimilikinya,
siapa pun orangnya, laki-laki atau perempuan. "Sungguh, laki-laki dan
perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan
perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang
benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang
khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara

7
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
hesar." (QS al-Ahzab [33]: 35)
Ketika kaum jahiliah memperlakukan wanita seenaknya layaknya
benda mati yang bebas diperjualbelikan dan memandang kaum lelaki lebih
superior dan terhormat, Islam datang membawa konsep hubungan yang
egalitarian, yaitu laki-laki adalah pelindung wanita dan wanita adalah
partner yang layak dihormati. Keduanya adalah saudara yang harus saling
membantu, bahkan keduanya bagaikan pakaian antara satu dan lainnya.
"Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian
mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan
shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul- Nya. Mereka
akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa,
Mahabijaksana." (QS at-Taubah [9]:71)
Pada ayat lain disebutkan, "Dihalalkan bagimu pada malam hari
puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan
kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak
dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan
memaafkan kamu..." (QS al-Baqarah [2]: 187)
Sejumlah hadits berikut ini tentang perempuan:
- Rasulullah saw. bersabda, "Wanita adalah belahan separuh (yang
sama) dengan pria." (HR Abu Dawud dan Ahmad)
- Dari Mughirah bin Syubah bahwa Rasulullah saw. bersabda,
"Sesungguhnya Allah mengharamkan kalian durhaka kepada ibu,
mengubur anak perempuan hidup- hidup, menahan dan menuntut;
dan Dia tidak suka kalian banyak bicara, banyak bertanya, dan
menghambur- hamburkan harta." (HR Muttataq Alaih)
- Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tidak boleh
dimadu antara seorang perempuan dan saudara perempuan ayahnya

8
dan antara seorang perempuan dan saudara perempuan ibunya."
(HR Muttataq Alaih)
- Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw. bersabda, "Barang- siapa
beriman kepada Allah dan Hari Akhir, janganlah ia menyakiti
tetangganya, dan hendaklah engkau sekalian melaksanakan wasiatku
untuk berbuat baik kepada para wanita. Sebab mereka itu diciptakan
dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok ialah yang
paling atas. jika engkau meluruskannya berarti engkau
mematahkannya dan jika engkau membiarkannya, ia tetap akan
bengkok. Maka hendaklah kalian melaksanakan wasiatku untuk
berbuat baik kepada wanita." (HR Muttafaq Alaih)
- Hakim bin Muawiyah, dari ayahnya berkata, "Aku bertanya, Wahai
Rasulullah, apakah kewajiban seseorang dari kami terhadap
istrinya?" Beliau menjawab, "Engkau memberinya makan jika engkau
makan, engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian, jangan
memukul wajah, jangan menjelek-jelekkandan jangan menemani
tidur, kecuali di dalam rumah." (HR Ahmad, Abu Dawud, Nasai, dan
Ibnu Majah).
- Rasulullah saw. bersabda, "Laki-laki terbaik adalah laki- laki yang
paling lembut kepada istrinya, dan aku adalah yang paling baik
terhadap istriku." (HR Turmudzi)
Derajat kaum wanita segera terangkat dengan hadirnya risalah Islam
yang dibawa oleh Rasulullah saw. Dengan semangat rahmatan lil alamin,
beliau membawa pesan- pesan pembaharuan dalam hubungan antara laki-
laki dan perempuan. Pihak pertama tidak lebihtinggi dari pihak kedua,
tidak ada pula penguasaan, penindasan, dan kezaliman. Semuanya sama di
hadapan Allah Azza wa jalla. Satu hal prinsip yang membedakan
keduanya hanyalah ketakwaan dan kedekatannya kepada Allah
SWT. "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.

9
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.."
(QS al-Hujurat [49] :13).
Sebagai langkah nyata atas bimbingan Al-Quran Rasulullah saw.
Mensyariatkan perolehan hak diberikan kepada wanita, yaitu hak waris,
hak jaminan bagi kebebasan berpendapat dan berekspresi (dalam batas-
batas tertentu ), hak kesetaraan di hadapan hukum, hak mendapatkan
pedidikan dan nafkah yang layak dari saminya, hak larangan menceraikan
istri tanpa sebab, dan hak larangan membunuh atau membenci bayi-bayi
perempuan. Rasulullah SAW pun memberikan mekanisme "pertahanan
dan perlindungan diri" bagi wanita agar senantiasa terjaga kehormatannya,
misalnyadengan mewajibkan berjilbab, larangan bepergian jauh sendirian,
dan larangan berdua duaan dengan pelaku yang bukan mahramnya. Semua
itu ditetapkan dalam aturan yang jelas, tegas, dan adil.
C. Tokoh Perempuan dalam Berbagai Bidang keilmuan
1. Bidang Fiqih
a. Amra Binti Abdurrahman (98 H/716 M)
Amrah binti Abdurrahman Berasal dari kalangan Ansar, lahir &
tinggal di Madinah. Ia Dikenali sebagai ahli feqah. Merupakan Anak
murid Aisyah r.a. Membesar dalam didikan Saidatina Aisyah dan
merupakan wanita alim, berpengalaman dan luas ilmunya. Ia juga
Perawi yang dipercayai.
Qasim Ibnu Muhammad berkata kepada Ibnu Syihab, Aku
melihat pada dirimu terdapat semangat tinggi mencari ilmu. Apakah
kamu bersedia aku tunjukkan wadah ilmu itu sendiri? Dia
menjawab,Ya, aku bersedia. Temuilah Amrah, sesungguhnya dia
dididik oleh Aisyah. Kemudian Ibnu Syihab melanjutkan, Kemudian
aku mendatanginya dan aku seperti melihat laut yang tidak pernah
kering.

10
Ibnu Saad menggelarnya, Wanita pintar. Umar Ibnu Abdul Aziz
berkata, Tidak ada seorang pun yang lebih memahami hadis-hadis
Aisyah selain Amrah.
b. Hafsah Binti Sirrin
Ia adalah saudara perempuan Muhammad bin Sirin: seorang
Tabiin yang senantiasa beribadah dan sekaligus ahli dalam bidang
fiqih.
hafsah hafal Al-Quran dengan sangat baik semenjak berusia 12
tahun. Bahkan Muhammad bin Sirin sendiri di saat merasa kesukaran
dalam memahami sesuatu yang berhubungan dengan Al-Quran,
memerintahkan kepada muridnya untuk pergi menghadap Hafsah. la
berkata menghadaplah kalian semua kepada Hafsah, dan bertanyalah
kepadanya tentang bagaimana cara ia memahami permasalahannya ini
(permasalahan yang bersangkutan dengan Al-Quran). Sebab, ia
bagaikan orang yang telah meminum bahtera keilmuan yang ada dalam
Al-Quran.
Kemuliaannya sangat dikenal oleh ulama-ulama semasanya.
Terbukti dari perkataan lyyas bin Muawwiyah: aku tak pernah
melihat satu pun orang yang lebih mulia dari Hafsah binti Sirin.
Khasan Basri dan bin Sirin sendiri juga mengakui, tak ada seorang pun
yang bisa menandingi keutamaan Hafsah. Sehingga tidaklah
mengherankan lagi, jika bin Dawud menggolongkannya sebagai
wanita-wanita mulai dari kalangan para tabiin.
la selalu berpuasa selama setahun penuh, kecuali pada hari-hari
yang tak diperbolehkan melakukan puasa. Setiap malam ia selalu
membaca separuh dari ayat-ayat Al-Quran. Ia mempunyai sebuah kain
kafan yang senantiasa ia pakai di saat menunaikan ibadah Haji maupun
di saat sedang melakukan ibadah di malam kesepuluh hari terakhir
pada bulan suci Ramadhan.
Salah satu dari kata-kata bijaknya adalah wahai para pemuda,
pergunakan waktumu sebaik-baiknya di saat kalian dalam keadaan

11
muda. Sesungguhnya, aku melihat banyak sekali amal perbuatan yang
bisa dilakukan oleh para pemuda.
la mengambil riwayat Hadits dari saudara laki-lakinya sendiri yang
bernama Yahya, begitu pula dari Anas bin Malik, Ummu Athiah al
Anshariah, dan selain dari mereka. Sedang orang-orang yang
mengambil periwayatan hadits darinya adalah Muhammad bin Sirin,
Qatadah, Asyim al Ahwal dan selainnya. Ibni Hibban, Yahya bin
Muayyan dan Ahmad bin Abdullah, menganggap Hafsah termasuk
para perawi Hadits yang dapat dipercaya.
Ia meninggal dunia di Madinah pada tahun 101 Hijriyah dengan
usia mendekati 70 tahun

Tokoh lainnya dalah Aisyah binti Thalhah, cucu abu bakar shidiq, dan
Ummu al-Banin Atikah. Tokoh perempuan yang tercatat sebagai ahli
hukum abad ke-4 hijriah adalah Ummu Isa binti Ibrahim (328 H/939).
Selain itu Ain al-syam binti Ahmad (610 H/1213 M) dari Isfahan dan
Ummu al-Baqa Khadijah binti al-Hasan (641 H/1243 M) dari damaskus.
Selain yang disebut diatas masih banyak lagi yang lainnya.

2. Bidang Syair
Perempuan-perempuan yang ahli dalam bidang syair diantaranya :
Salamah al-Qash yang hidup semasa dengan Yazid bin Abdul Malik
(101-105/720-724), khansa atau nama lengkapnya Thumadir binti
Amru bin Syarid al-Sulamiyah al-Mudhariyah, Rabiah al-Adawiyah
juga banyak menciptakan puisi sufi.
3. Bidang Hadist
Tercatat beberapa nama perempuan yang menjadi perawi hadis,
antara lain :
a. Aisyah RA
Di samping Khadijah RA, istri Nabi Muhammad SAW yang paling
masyhur dan banyak dibicarakan oleh masyarakat dunia hingga

12
sekarang adalah Aisyah RA. Nama Aisyah, dalam bahasa Arab
bermakna Hidup dan Sehat.
Aisyah RA dinikahi oleh Rasulullah SAW setelah Khadijah dan
Saudah RA. Ia dikenal sebagai wanita yang amat cerdas dan banyak
sekali meriwayatkan hadits. Bahkan menurut ulama, seperempat hadits
tentang hukum diriwayatkan oleh istri Nabi SAW yang satu ini.
Istimewanya lagi, hadits darinya diakui sebagai paling terpercaya.
Aisyah adalah putri Abu Bakar Ash-Shiddiq RA dan Ummi
Ruman, yang memiliki seorang saudara kandung bernama
Abdurrahman. Ia dilahirkan di Makkah pada 614 Masehi, atau 8
Sebelum Hijriyah. Karena kedua orang tuanya adalah Muslim, maka
Aisyah sudah dididik secara Islam sejak dini. Aisyah binti Abu Bakar
(meriwayatkan 2210 hadis).
b. Ummu Salamah binti Zadur Rakb atau Hindun Binti Umayyah
(meriwayatkan 387 hadis).
c. Maimunah binti al-Haris (meriwayatkan 76 hadis),
d. Ummu Habibah binti Abu Sofyan (meriwayatkan 65 hadis) dan
masih banyak juga yang lainnya.

Tokoh-tokoh perempuan yang mengajarkan hadis antara lain : Nafisah


binti al-Hasan (208 H/824 M) yang mengajarkan hadis kepada Imam
SyafiI, Ummu Umar al-Tsaqafuyah meriwayatkan hadis kepada Ibn
Batutah.

4. Bidang Tasawuf

Perempuan yang ahli dalam bidang tasawuf


a. Rabiah al-Adawiyah merupakan tokoh sufi perempuan yang sudah
banyak dikupas oleh banyak tokoh dalam banyak buku.
b. Selain itu para sufi yang tercatat dalam sejarah antara lain : Nafisah
lahir di Makkah tahun 145 Hadalah buyut dari Hasan bin Ali bin
Abi Thalib.

13
c. Pada masa selanjutnya, pada abad 8/14 adalah Aisyah dari Andalus
(705-750 H/1305-1349 M). selain yang disebut di atas masih terdapat
banyak yang lain.

14
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dari Rahim perempuanlah peradaban ini tumbuh. Jauh sebelum era
modern, peradaban islam telah melahirkan perempuan-perempuan yang
unggul yang bersanding bersama kaum adam membangun peradaban
gemilang. Risalah agama ini datang untuk memulikan peremuan.

15

Anda mungkin juga menyukai