Anda di halaman 1dari 46

mnqnn4 Aqnmn Jnm

DRMURH QREI UHRRD HRU


I
e
H

QRR : RRHR HIDRUR
MB)RH : X. HEI. A
Q. REHBQ : M7

HR Q@I I #y

}I. Iondidikan No. 21 Malaian ToIp. (O37O) 6218O3
DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW
1. Masyarakat Arab Pada Masa Pra-Islam
ARAB PRA ISLAM
Ditilik dari silsilah keturunan dan cikal bakalnya, para sejarawan membagi kaum-kaum
Bangsa Arab menjadi Tiga bagian, yaitu :
1. Arab Ba'idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa
dilacak secara rinci dan komplit. Seperti Ad, Tsamud, Thasn, Judais, Amlaq dan
lain-lainnya.
2. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya`rub bin
Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah.
3. Arab Musta'ribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma`il,
yang disebut pula Arab Adnaniyah.
1. SISTEM POLITIK DAN KEMASYARAKATAN
a. Kondisi Politik
Bangsa Arab sebelum islam, hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan berdiri sendiri-
sendiri. Satu sama lain kadang-kadang saling bermusuhan. Mereka tidak mengenal rasa
ikatan nasional. Yang ada pada mereka hanyalah ikatan kabilah. Dasar hubungan dalam
kabilah itu ialah pertalian darah. Rasa asyabiyah (kesukuan) amat kuat dan mendalam pada
mereka, sehingga bila mana terjadi salah seorang di antara mereka teraniaya maka seluruh
anggota-anggota kabilah itu akan bangkit membelanya. Semboyan mereka ' Tolong
saudaramu, baik dia menganiaya atau dianiaya '.
Pada hakikatnya kabilah-kabilah ini mempunyai pemuka-pemuka yang memimpin
kabilahnya masing-masing. Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang asas eksistensi
politiknya adalah 0satuan fanatism0, adanya manIaat secara timbal balik untuk menjaga
daerah dan menghadang musuh dari luar kabilah.
Kedudukan pemimpin kabilah ditengah kaumnya, seperti halnya seorang raja.
Anggota kabilah harus mentaati pendapat atau keputusan pemimpin kabilah. Baik itu seruan
damai ataupun perang. Dia mempunyai kewenangan hukum dan otoritas pendapat, seperti
layaknya pemimpin dictator yang perkasa. Sehingga adakalanya jika seorang pemimpin
murka, sekian ribu mata pedang ikut bicara, tanpa perlu bertanya apa yang membuat
pemimpin kabilah itu murka.
Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah system dictator. Banyak hak yang terabaikan.
Rakyat bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus mendatangkan hasil dan memberikan
pendapatan bagi pemerintah. Lalu para pemimpin menggunakan kekayaan itu untuk Ioya-
Ioya mengumbar syahwat, bersenang-senang, memenuhi kesenangan dan kesewenangannya.
Sedangkan rakyat dengan kebutaan semakin terpuruk dan dilingkupi kezhaliman dari segala
sisi. Rakyat hanya bisa merintih dan mengeluh, ditekan dan mendapatkan penyiksaan dengan
sikap harus diam, tanpa mengadakan perlawanan sedikitpun.
Kadang persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin yang memakai sistem
0turunan paman kerap membuat mereka bersikap lemah lembut, manis dihadapan orang
banyak, seperti bermurah hati, menjamu tamu, menjaga kehormatan, memperlihatkan
keberanian, membela diri dari serangan orang lain, hingga tak jarang mereka mencari-cari
orang yang siap memberikan sanjungan dan pujian tatkala berada dihadapan orang banyak,
terlebih lagi para penyair yang memang menjadi penyambung lidah setiap kabilah pada masa
itu, hingga kedudukan para penyair itu sama dengan kedudukan orang-orang yang sedang
bersaing mencari simpati.
b. Kondisi Masyarakat
Dikalangan Bangsa Arab terdapat beberapa kelas masyarakat. Yang kondisinya berbeda
antara yang satu dengan yang lain. Hubungan seorang keluarga dikalangan bangsawan sangat
diunggulkan dan diprioritaskan, dihormati dan dijaga sekalipun harus dengan pedang yang
terhunus dan darah yang tertumpah. Jika seorang ingin dipuji dan menjadi terpandang dimata
bangsa Arab karena kemuliaan dan keberaniannya, maka dia harus banyak dibicarakan kaum
wanita.
Karena jika seorang wanita menghendaki, maka dia bisa mengumpulkan beberapa kabilah
untuk suatu perdamaian, dan jika wanita itu mau maka dia bisa menyulutkan api peperangan
dan pertempuran diantara mereka. Sekalipun begitu, seorang laki-laki tetap dianggap sebagai
pemimpin ditengah keluarga, yang tidak boleh dibantah dan setiap perkataannya harus
dituruti. Hubungan laki-laki dan wanita harus melalui persetujuan wali wanita.
Begitulah gambaran secara ringkas kelas masyarakat bangsawan, sedangkan kelas
masyarakat lainnya beraneka ragam dan mempunyai kebebasan hubungan antara laki-laki dan
wanita.
Para wanita dan laki-laki begitu bebas bergaul, malah untuk berhubungan yang lebih
dalam pun tidak ada batasan. Yang lebih parah lagi, wanita bisa bercampur dengan lima
orang atau lebih laki-laki sekaligus. Hal itu dinamakan hubungan poliandri. Perzinahan
mewarnai setiap lapisan masyarakat. Semasa itu, perzinahan tidak dianggap aib yang
mengotori keturunan.
Banyak hubungan antara wanita dan laki-laki yang diluar kewajaran, seperti :
1. Pernikahan secara spontan, seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada laki-laki
lain yang menjadi wali wanita, lalu dia bisa menikahinya setelah menyerahkan
mas kawin seketika itu pula.
2. Para laki-laki bisa mendatangi wanita sekehendak hatinya. Yang disebut wanita
pelacur.
3. Pernikahan Istibdha', seorang laki-laki menyuruh istrinya bercampur kepada laki-
laki lain hingga mendapat kejelasan bahwa istrinya hamil. Lalu sang suami
mengambil istrinya kembali bila menghendaki, karena sang suami menghendaki
kelahiran seorang anak yang pintar dan baik.
4. Laki-laki dan wanita bisa saling berhimpun dalam berbagai medan peperangan.
Untuk pihak yang menang, bisa menawan wanita dari pihak yang kalah dan
menghalalkannya menurut kemauannya.
Banyak lagi hal-hal yang menyangkut hubungan wanita dengan laki-laki yang diluar
kewajaran. Diantara kebiasaan yang sudah dikenal akrab pada masa jahiliyah ialah poligami
tanpa da batasan maksimal, berapapun banyaknya istri yang dikehendaki. Bahkan mereka
bisa menikahi janda bapaknya, entah karena dicerai atau karena ditinggal mati. Hak
perceraian ada ditangan kaum laki-laki tanpa ada batasannya.
Perzinahan mewarnai setiap lapisan mayarakat, tidak hanya terjadi di lapisan tertentu atau
golongan tertentu. Kecuali hanya sebagian kecil dari kaum laki-laki dan wanita yang memang
masih memiliki keagungan jiwa.
Ada pula kebiasaan diantara mereka yang mengubur hidup-hidup anak
perempuannya, karena takut aib dan karena kemunaIikan. Atau ada juga yang membunuh
anak laki-lakinya, karena takut miskin dan lapar. Disini kami tidak bisa menggambarkannya
secara detail kecuali dengan ungkapan-ungkapan yang keji, buruk, dan menjijikkan.
Secara garis besar, kondisi masyarakat mereka bisa dikatakan lemah dan buta.
Kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khuraIat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup
layaknya binatang. Wanita diperjual-belikan dan kadang-kadang diperlakukan layaknya
benda mati. Hubungan ditengah umat sangat rapuh dan gudang-gudang pemegang kekuasaan
dipenuhi kekayaan yang berasal dari rakyat, atau sesekali rakyat dibutuhkan untuk
menghadang serangan musuh.
. SISTEM KEPERCAYAAN DAN KEBUDAYAAN
Kepercayaan bangsa Arab sebelum lahirnya Islam, mayoritas mengikuti dakwah Isma`il
laihis-Salam, yaitu menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim laihis-Salam yang intinya
menyeru menyembah Allah, mengesakan-Nya, dan memeluk agama-Nya.
Waktu terus bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan
ajaran yang pernah disampaikan kepada mereka. Sekalipun begitu masih ada sisa-sisa tauhid
dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga muncul Amr Bin Luhay, (Pemimpin Bani
Khuza`ah). Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal baik, mengeluarkan shadaqah dan respek
terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir
mereka menganggapnya sebagai ulama besar dan wali yang disegani.
Kemudian Amr Bin Luhay mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat
penduduk Syam menyembah berhala. Ia menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik dan
benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat para Rasul dan kitab. Maka dia pulang sambil
membawa &BAL dan meletakkannya di Ka`bah. Setelah itu dia mengajak penduduk
Mekkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah. Orang orang Hijaz pun banyak yang
mengikuti penduduk Mekkah, karena mereka dianggap sebagai pengawas Ka`bah dan
penduduk tanah suci.
Pada saat itu, ada tiga berhala yang paling besar yang ditempatkan mereka ditempat-
tempat tertentu, seperti :
1. Manat, mereka tempatkan di Musyallal ditepi laut merah dekat Qudaid.
2. Lata, mereka tempatkan di Tha`iI.
3. &a, mereka tempatkan di Wady Nakhlah.
Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil
bertebaran disetiap tempat di Hijaz. Yang menjadi Ienomena terbesar dari kemusyrikan
bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya berada pada agama Ibrahim.
Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala yang mereka lakukan, seperti :
1. Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, berkomat-kamit dihadapannya,
meminta pertolongan tatkala kesulitan, berdo`a untuk memenuhi kebutuhan, dengan
penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa memberikan syaIaat disisi Allah dan
mewujudkan apa yang mereka kehendaki.
2. Mereka menunaikan Haji dan ThawaI disekeliling berhala, merunduk dan bersujud
dihadapannya.
3. Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut namanya.
Banyak lagi tradisi penyembahan yang mereka lakukan terhadap berhala-berhalanya,
berbagai macam yang mereka perbuat demi keyakinan mereka pada saat itu.
Bangsa Arab berbuat seperti itu terhadap berhala-berhalanya, dengan disertai keyakinan
bahwa hal itu bisa mendekatkan mereka kepada Allah dan menghubungkan mereka kepada-
Nya, serta memberikan manIaat di sisi-Nya.
Selain itu, Orang-orang Arab juga mempercayai dengan pengundian nasib dengan anak panah
dihadapan berhala ubal. Mereka juga percaya kepada perkataan Peramal, Orang Pintar dan
hli Nufum.
Dikalangan mereka ada juga yang percaya dengan #amalan Nasib Sial dengan sesuatu. Ada
juga diantara mereka yang percaya bahwa orang yang mati terbunuh, jiwanya tidak tentram
jika dendamnya belum dibalaskan, ruh nya bisa menjadi burung hantu yang berterbangan di
padang seraya berkata,Berilah aku minum, berilah aku minum!jika dendamnya sudah
dibalaskan, maka ruh nya akan menjadi tentram.
Sekalipun masyarakat Arab jahiliyah seperti itu, toh masih ada sisa-sisa dari agama Ibrahim
dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya, seperti pengagungan terhadap ka`bah,
thawaI disekelilingnya, haji, umrah, WuIuq di AraIah dan MuzdaliIah. Memang ada hal-hal
baru dalam pelaksanaannya.
Semua gambaran agama dan kebiasaan ini adalah syirik dan penyembahan terhadap berhala
menjadi kegiatan sehari-hari , keyakinan terhadap hayalan dan khuraIat selalu menyelimuti
kehidupan mereka. Begitulah agama dan kebiasaan mayoritas bangsa Arab masa itu.
Sementara sebelum itu sudah ada agama Yahudi, Masehi, Mafusi, dan Shabiah yang masuk
kedalam masyarakat Arab. Tetapi itu hanya sebagian kecil oleh penduduk Arab. Karena
kemusyrikan dan penyesatan aqidah terlalu berkembang pesat.
Itulah agama-agama dan tradisi yang ada pada saat detik-detik kedatangan islam. Namun
agama-agama itu sudah banyak disusupi penyimpangan dan hal-hal yang merusak. Orang-
orang musyrik yang mengaku pada agama Ibrahim, justru keadaannya jauh sama sekali dari
perintah dan larangan syari`at Ibrahim. Mereka mengabaikan tuntunan-tuntunan tentang
akhlak yang mulia. Kedurhakaan mereka tak terhitung banyaknya, dan seiring dengan
perjalanan waktu, mereka berubah menjadi para paganis (penyembah berhala), dengan tradisi
dan kebiasaan yang menggambarakan berbagai macam khuraIat dalam kehidupan agama,
kemudian mengimbas kekehidupan social, politik dan agama.
Sedangkan orang-orang Yahudi, berubah menjadi orang-orang yang angkuh dan sombong.
Pemimpin-pemimpin mereka menjadi sesembahan selain Allah. Para pemimpin inilah yang
membuat hukum ditengah manusia dan menghisab mereka menurut kehendak yang terbetik
didalam hati mereka. Ambisi mereka hanya tertuju kepada kekayaan dan kedudukan,
sekalipun berakibat musnahnya agama dan menyebarnya kekuIuran serta pengabaian
terhadap ajaran-ajaran yang telah ditetapkan Allah kepada mereka, dan yang semua orang
dianjurkan untuk mensucikannya.
Sedangkan agama Nasrani berubah menjadi agama paganisme yang sulit dipahami dan
menimbulkan pencampuradukkan antara Allah dan Manusia. Kalaupun ada bangsa Arab
yang memeluk agama ini, maka tidak ada pengaruh yang berarti. Karena ajaran-ajarannya
jauh dari model kehidupan yang mereka jalani, dan yang tidak mungkin mereka tinggalkan.
Semua agama dan tradisi Bangsa Arab pada masa itu, keadaan para pemeluk dan
masyarakatnya sama dengan keadaan orang-orang Musyrik. Musyrik hati, kepercayaan,
tradisi dan kebiasaan mereka hampir serupa.
. Masyarakat Mekkah Setelah Islam
Pada kesempatan ini, hanya akan dibahas secara singkat dan sederhana tentang masyarakat
Makkah pra dan pasca bi'tsah saja.
Masyarakat Makkah pra Bitsah
Di sini kita akan mencoba menelusuri kejayaan Quraisy di Makkah yang pada akhirnya
berhasil membawa Makkah menjadi Baladan minan dan menjadi Ummul Qura bagi seluruh
wilayah Jazirah 'Arab, khususnya Hijaz Merdeka; dan inti atau sumber yang menjadikan
mereka disebut 'Masyarakat Jahiliyyah'.
Kejayaan Quraisy di Makkah bukan merupakan sesuatu yang sekonyong-konyong mereka
dapatkan, dan bukan juga merupakan hadiah cuma-cuma, tetapi benar-benar merupakan hasil
kerja keras mereka selama berabad-abad. Sepanjang yang dapat ditelusuri, bermula dari
kegigihan dan kekeras-kepalaan Fihr bin Malik untuk tetap bertahan di Makkah terhadap
Khuza'ah, bangsa asing dari Yaman yang pada saat itu menguasai Makkah, setelah mereka
berhasil merebut kekuasaan Makkah dari tangan Jurhum.
Perlawanan Fihr ini baru berhasil setelah berlalu lima generasi. Qushaiy bin Kilab,
keturunannya yang keenam, berhasil merebut kekuasaan atas Makkah dari tangan Khuza'ah,
tanpa kekerasan. Berkat bantuan dari seluruh keturunan Adnan (Fihr adalah keturunan Adnan
yang kesepuluh) yang selama masa kekuasaan Khuza'ah atas Makkah menyebar ke berbagai
penjuru Jazirah 'Arab dan berhasil membangun kekuatan, Qushaiy kemudian berhasil
mengusir Khuza'ah dari Makkah dan mematahkan perlawanan-perlawanan mereka yang
berusaha hendak kembali menguasai Makkah.
Di tangan Qushaiy, Makkah menjadi Baladan minan (Kota yang aman) dengan cara
Qushaiy mengganti sistem pemerintahan 'Monarkhi' ala Khuza'ah menjadi pemerintahan
'Aristodemokrasi' yang lembaganya dinamai Dar an-Nadwah.
Sesudah Qushaiy, Makkah semakin maju ke depan menjadi Ummul Qura (Kota yang
dipertahankan bersama oleh seluruh suku-suku 'Arab yang terikat persekutuan dengan
Makkah), di tangan Hasyim bin 'Abdu ManaI, cucu Qushaiy. Mulanya Hasyim berhasil
mengisi kekosongan dalam perdagangan internasional pada masanya yang timbul akibat
peperangan antara dua adikuasa saat itu, Romawi dan Persia. Setelah dia berhasil
mendapatkan jaminan keamanan dari Kaisar Romawi bagi para saudagar Makkah untuk
berdagang ke Syria, bersama-sama dengan saudara-saudara seayahnya, 'Abdu Syams, NawIal
dan Muththalib, yang masing-masing juga berhasil mendapatkan keamanan dari Raja Yaman,
Kisra Persia dan Najasyi Habasyah, Hasyim menentukan rencana perjalanan KaIilah Dagang
Makkah, dua kali dalam setahun; ke selatan di musim dingin dan ke utara di musim panas,
yang pada akhirnya berhasil mengubah perdagangan Makkah dari lokal menjadi berskala
internasional. Dalam menjaga keamanan dan keberlangsungan perdagangan tersebut yang
sangat tergantung pada sikap dari berbagai suku, baik yang tinggal di jalur-jalur perdagangan
maupun yang memproduksi barang-barang perdagangan, maka Hasyim menawarkan kepada
mereka 'kerja sama'. Untuk itu Hasyim menggunakan berbagai pendekatan: (1) Pendekatan
'keagamaan' kepada mereka yang memiliki rasa hormat dan memiliki terhadap Tanah Haram,
Ka'bah dan bulan-bulan Haram; (2) Pendekatan 'ekonomi' kepada mereka yang murni hanya
selaku produsen barang; dan (3) Pendekatan 'sosial' kepada mereka yang tidak termasuk
kelompok pertama dan atau kelompok kedua, tetapi tidak dapat diabaikan begitu saja dalam
pertahanan dan keamanan (perdagangan) Makkah.
Kelompok pertama kemudian terikat dalam persekutuan yang dinamakan hlullah (Keluarga
Allah) atau l-ums (Ksatria Pengayom Agama). Kelompok kedua terikat dalam
persekutuan yang dinamakan al-af; sedangkan kelompok ketiga terikat dalam persekutuan
l-Jiwar; yang pada akhirnya semua persekutuan itu menjadikan Makkah Ummul Qura, dan
menjadikan semakin berkibarlah keturunan Fihr dengan julukan Quraisy, sebuah nama yang
menunjukkan berbagai macam makna; bisa berarti Qirsy (hewan laut yang kuat dan ganas),
Qarrasya (berpencaharian sebagai pedagang), maupun Taqarrasya (memperhatikan
kekurangan orang lain dan menutupinya).
Kejayaan Quraisy semakin menjadi legenda di bawah pimpinan Muthalib dan 'Abdul
Muthalib. Muthalib adalah seorang pejabat #ifada dan Siqaya yang menggantikan Hasyim,
yang karena dedikasinya terhadap Ka'bah dan para peziarahnya, ia mendapat kehormatan
tinggi di antara bangsa Arab dan mendapatkan julukan sebagai l-Fai:, yang murah hati.
Adapun 'Abdul Muthalib, seperti halnya Hasyim, ayahnya, ia memperoleh posisi yang tidak
diperselisihkan lagi di antara bangsa 'Arab, karena siIatnya yang murah hati dan tidak pernah
buruk sangka. Kebijaksanaan, kelihaian dan akhlaq memerintahnya yang mulia menyebabkan
ia dapat menjadi tokoh utama Makkah selama kira-kira 59 tahun, sesudah Muthalib, ayah
angkatnya.
Ada dua hal utama yang disandarkan kepada 'Abdul Muthalib. Pertama, adalah
keberhasilannya menemukan dan memIungsikan kembali sumur zam-zam yang telah lama
hilang tertimbun pasir. Kedua, adalah kebijaksanaan dan keperwiraannya dalam menghadapi
ambisi Abrahah dan pasukan gajahnya yang ingin menghancurkan Ka'bah. Terakhir,
keberhasilan Quraisy mematahkan 'Agresi Militer' Hawazin, yang terkenal dengan nama
arb al-Fifar (25 atau 15 tahun sebelum bitsah), semakin menguatkan pengaruh Quraisy di
Jazirah Arab, sebagai satu-satunya bangsa yang tak tertandingi. Sayangnya, keberhasilan-
keberhasilan dan kemajuan-kemajuan Quraisy dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan
militer ini, tidak membawa mereka beranjak dari keadaan mereka yang dalam terminologi
agama dinamakan 'Masyarakat Jahiliyah'. Mengapa?
Kata 'Jahiliyah' di dalam al-Qur'an digunakan secara umum untuk menunjukkan segala
sesuatu yang salah, yang menyimpang dari dan bertentangan dengan kebenaran. Keyakinan
dan Iaham yang salah tentang Allah, al-Qur'an menyebutnya :hann al-fahiliyyah (154);
hukum dan pemerintah yang salah, disebutnya hukm al-fahiliyyah (550); perilaku individual
atau sosial yang salah, disebutnya tabarraf al-fahiliyyah (); dan kebanggaan atau
Ianatisme yang salah, disebutnya hamiyyat al-fahiliyyah (48). Lebih menarik lagi, empat
ayat tersebut turun setelah hijrah atau setelah Rasulullah saw memiliki Madinah; dan dua ayat
pertama yang disebutkan menurut asbab an-nu:ul turun mengomentari keyakinan dan Iaham
serta perilaku berhukum dan berpemerintahan yang salah berkembang di lingkungan warga
Madinah. Jelasnya, ayat pertama diturunkan berkenaan dengan keyakinan dan Iaham yang
salah dari salah seorang prajurit di barisan Islam pada waktu perang Uhud. Ayat kedua
diturunkan berkenaan dengan perilaku berhukum dan berpemerintahan yang salah dari
sebagian orang Yahudi warga Madinah.
Menilai suatu keyakinan atau Iaham suatu masyarakat adalah :hann jahiliyyah, hukum dan
pemerintahan atau perilaku hukum dan pemerintahan mereka adalah hukm jahiliyyah,
perilaku individual dan sosial mereka adalah tabarraf jahiliyyah, serta kebanggaan atau
Ianatisme mereka adalah hamiyyat jahiliyyah; sehingga secara keseluruhannya masyarakat
tersebut adalah 'Masyarakat Jahiliyyah', tidaklah mudah sebelum kita menemukan 'inti' atau
'sumber' kesalahan mereka. Cobalah bayangkan kondisi Mesir sebelum dikuasai oleh Nabi
YusuI as. Al-Qur'an menceritakan bahwa ketika YusuI, yang pada saat itu berstatus sebagai
budak, diajukan ke pengadilan oleh Julaikha, yang pada saat itu berstatus sebagai isteri salah
seorang pembesar Mesir, dengan tuduhan 'pelecehan' terhadapnya, proses pengadilan yang
dilakukan benar-benar berjalan di atas 'asas praduga tak bersalah', dan YusuI mendapat
pengacara yang benar-benar tidak memihak kecuali kepada kebenaran yuridis-konstitusional
dan Iakta yang jelas. Sehingga pengadilan benar-benar berjalan di atas rel 'keadilan' dan
'persamaan hak dan jaminan yang sama di hadapan hukum', yang pada akhirnya benar-benar
pengadilan itu melahirkan keputusan yang 'adil'. Tidak peduli YusuI hanya seorang budak,
jika ia terbukti tidak bersalah, pengadilan akan berpihak kepadanya; dan bagi Julaikha,
walaupun seorang isteri pejabat, jika Iakta menunjukkan bahwa tuduhannya kepada YusuI itu
tidak berdasar, maka pengadilan tidak akan pernah memenangkan perkaranya (15-).
Demikian pula ketika Raja Mesir pada waktu itu mengangkat YusuI duduk menjabat suatu
urusan dalam pemerintahannya. Ia tidak hanya memilih YusuI berdasarkan laporan dari anak
buahnya, juga tidak hanya menjadikan latar belakang YusuI sebagai pertimbangan satu-
satunya, tetapi ia 'berdialog langsung' dengan YusuI, benar-benar bersih dari 'KKN' (14-
5).
Jika melihat dua peristiwa ini saja, dapatkah dengan mudah mengatakan dan menerima
bahwa pengadilan dan pemerintahan yang 'bersih' seperti di Mesir saat itu jahiliyyah? Tentu
saja tidak. Kecuali setelah membaca ayat: "Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman
kepada llah melainkan dalam keadaan mempersekutukan llah." (110)
Dengan ayat itu jelas, inti atau sumber yang menyebabkan keyakinan atau Iaham suatu
masyarakat adalah :hann jahiliyyah, hukum dan pemerintahan atau perilaku hukum dan
pemerintahan mereka adalah hukm jahiliyyah, perilaku individual dan sosial mereka adalah
tabarraf jahiliyyah, serta kebanggan dan Ianatisme mereka adalah hamiyyat jahiliyyah;
sehingga secara keseluruhannya masyarakat tersebut adalah 'Masyarakat Jahiliyyah'; adalah
syirk bi llah: Penyekutuan terhadap dan kepada Allah. Dengan kata lain 'Masyarakat
Jahiliyyah' adalah 'Masyarakat Syirk' atau 'Masyarakat yang hidup dalam Syirk'. Kemudian
dengan menelaah ayat-ayat al-Qur'an, maka akan tampak jelaslah bahwa penyekutuan mereka
kepada dan terhadap Allah ada dua kategori:
1) Mereka mempersekutukan dengan Allah oknum-oknum tertentu, baik yang masih hidup
maupun yang sudah mati, baik benda-benda hidup maupun benda-benda mati, baik manusia
maupun hewan, bahkan mereka persekutukan jin-jin, para Malaikat dan Nabi-nabi dengan
Allah di bidang metaIisika, bahwa yang mereka persekutukan dengan Allah itu diyakini turut
berkuasa menentukan kudrat, hukum sebab-akibat dan mengendalikan situasi di alam semesta
ini. Oleh karena itu, mereka tidak hanya memanjatkan doa kepada Allah, akan tetapi kepada
yang mereka persekutukan dengan Allah. Kepada Allah dan kepada yang dipersekutukan
dengan Allah itulah mereka pun mengada-adakan upacara-upacara keagamaan, peribadatan-
peribadatan dan pengorbanan-pengorbanan atau sajian-sajian (1).
2) Mereka tidak mengakui bahwa kedaulatan dan hak menggariskan hukum di bidang politik,
sosial dan ekonomi itu di tangan Allah. Oleh karena itu, mereka angkat para pendeta atau
kepala-kepala suku untuk menentukan dan mengendalikan semua bidang tersebut, menurut
kebijakan pendapat mereka semata-mata atau berdasarkan kepada kebijakan-kebijakan yang
pernah ditetapkan oleh nenek moyang mereka yang tidak mengacu kepada hukum-hukum
Allah (170, 17, 550, 1).
Itulah sebabnya ajaran para Rasul dimana dan kapanpun sama, intinya adalah menyerukan
tauhid; Laa ilaaha illallah (15).
Masyarakat Makkah pasca Bitsah
Di sini kita akan mencoba meninjau secara singkat dan sederhana masyarakat Makkah
sesudah bitsah Rasul. Tepatnya setelah diturunkannya surat al-'Alaq ayat 1-5 kepada Nabi
saw; kemudian turun surat al-Muddatstsir ayat 1-7; lalu turun ayat 1 surat asy-Syu'ara
dan ayat 4 surat al-Hijr; dimana Nabi kemudian menyampaikan peringatan secara terbuka
(fahriyyah).
Bi'tsah Rasul tersebut menimbulkan bermacam-macam reaksi di kalangan masyarakat
Makkah ketika itu. Segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik seruan Rasulullah
saw; dan sebagian besar yang lain menolak seruan itu dengan berbagai alasan dan kemudian
mulai melancarkan permusuhan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sesudah bi'tsah,
masyarakat Makkah tidak lagi homogen, dalam arti satu, Masyarakat Jahiliyyah, tetapi telah
berpecah belah menjadi dua golongan, yaitu 'Masyarakat Jahiliyyah' dan 'Masyarakat Islam'.
Masyarakat Islam di Makkah adalah hasil dari mubayaah atau baiat antara seseorang dengan
Rasulullah saw, apabila orang hendak masuk Islam, mengikatkan diri pada sebuah struktur
yang baru (din al-Islam) dan melepaskan dirinya dari keterikatannya pada tertib dan sistem
masyarakat yang lama (din ghair al-Islam), yang tidak sesuai dan tidak menjalankan Islam.
Pada masa itu masyarakat Islam hidup dalam keminoritasan (aqlaliyyat), ketertindasan (adh
afiyyat) dan ancaman bahaya yang bisa datang sewaktu-waktu secara tiba-tiba (akhwafiyyat)
sebagaimana yang diingatkan kembali oleh Allah kepada mereka ketika sudah menempati
Madinah: "Dan ingatlah ketika kalian masih berfumlah sedikit lagi tertindas di negeri
Makkah, kalian selalu diliputi kekhawatiran kalau-kalau orang-orang akan menangkap
kalian." (8)
Keadaan tersebut menimbulkan beberapa Ienomena dalam gerakan Islam pada saat itu, di
antaranya:
1) Melakukan da'wah secara terbatas, dan merahasiakan gerakan dan pengorganisasian
perlawanan (Siriyyat ad-Dawah wa at-Tan:him);
2) Memecah konsentrasi barisan ke dalam berbagai regu dan wilayah, yang satu sama lainnya
tidak berhubungan secara horisontal (ktsara at-Tafammu);
3) Menyembunyikan keimanan (Kitman);
4) MemanIaatkan undang-undang jahiliyyah untuk menyelamatkan barisan atau membuka
peluang lebih baik untuk kemajuan da'wah Islam (Istifadah).
Kondisi Masyarakat Sebelum diutus Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa salam
Kehidupan bangsa Arab sebelum diutus Rasulullah berada dlm kekacauan yg luar biasa.
Mereka menyekutukan Allah banyak berbuat maksiat tdk memiliki norma percaya kepada
khuraIat dan berbagai bentuk kebobrokan moral lain.
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam yg merupakan Nabi dan Rasul terakhir diutus
di saat tiada para Rasul. Vakum masa itu dari para pembawa risalah dikarenakan Allah murka
kepada penduduk bumi baik orang Arab dan selain kecuali sisa-sisa dari ahlul kitab yg
mereka telah meninggal. dlm sebuah riwayat Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda :
Sesungguh Allah melihat kapada penduduk bumi. Lalu murka kepada mereka Arab atau ajam
kecuali sisa-sisa dari ahlul kitab.
Saat itu memang hanya satu di antara dua orang ahlul kitab yg berpegang dgn kitab yg sudah
dirubah dan/atau dihapus atau dgn agama yg punah baik bangsa Arab atau lainnya. Sebagian
tdk diketahui dan sebagian yg lain sudah ditinggalkan. Akibat seorang yg umi hanya bisa
bersemangat beribadah namun dgn apa yg ia anggap baik dan disangka memberi manIaat
baik berupa bintang berhala kubur benda keramat atau yg lainnya
Manusia saat itu benar-benar dlm kebodohan yg sangat akan ucapan-ucapan yg mereka
sangka baik padahal bukan serta amalan yg disangka baik padahal rusak. Paling mahir
mereka adl yg mendapat ilmu dari warisan para Nabi terdahulu namun telah samar bagi
mereka antara haq dan batil. Atau yg sibuk dgn sedikit amalan meski kebanyakann
mengamalkan bid`ah yg dibuat-buat. Walhasil kebatilan berlipat-lipat kali dari kebenarannya.
Inilah gambaran ringkas keadaan manusia yg sangat parah saat itu khusus di kota Makkah
dan sekitarnya. Keadaan tersebut mulai terlihat sejak muncul Amr bin Luhay Al-Khuza`iy. Ia
dikenal sebagai orang yg gemar ibadah dan beramal baik sehingga masyarakat waktu itu
menempatkan sebagai seorang ulama.
Sampai suatu saat Amr pergi ke daerah Syam. Ketika mendapati para penduduk beribadah
kepada berhala-berhala Amr menganggap sebagai sesuatu yg baik dan benar. Apalagi Syam
dikenal sebagai tempat turun kitab-kitab Samawi
Ketika pulang Amr membawa oleh-oleh berhala dari Syam yg bernama Hubal. Ia kemudian
meletakkan di dlm Ka`bah dan menyeru penduduk Makkah utk menjadikan sebagai sekutu
bagi Allah dgn beribadah kepadanya. Disambutlah seruan itu oleh masyarakat Hijaz Makkah
Madinah dan sekitar krn disangka sebagai hal yg benar.
Sejak itulah berhala tersebar di tiap kabilah. Di samping Hubal yg menjadi berhala terbesar di
Ka`bah dan sekitar dan juga menjadi sanjungan orang2 Makkah terdapat pula berhala Manat
di antara Makkah dan Madinah. Manat merupakan sesembahan orang2 Aus dan Khazraj dan
qabilah dari Madinah. Juga ada Latta di ThaiI dan Uzza. Ketiga berhala ini merupakan yg
terbesar dari yg ada.
Akibat peribadatan kepada berhala menjadi pemandangan yg sangat mencolok. Apalagi
kesyirikan tersebut disangka masyarakat waktu itu sebagai agama Ibrahim alaihis salam.
Padahal tradisi menyembah berhala-berhala itu kebanyakan adl hasil rekayasa Amr bin
Luhay yg kemudian dianggap bid`ah hasanah
Dijelaskan oleh Nabi Shallallahu alaihi Wasallam tentang perbuatan Amr ini: 'Saya melihat
Amr bin Amir Al-Khuza`iy menyeret usus di neraka. Dia yg pertama kali melukai unta
Diantara tradisi syirik masyarakat waktu itu adl menginap di sekitar berhala itu memohon
mencari berkah dari krn diyakini dapat memberi manIaat thawaI tunduk dan sujud kepada
menghidangkan sembelihan dan sesaji kepada dan lain-lain. Mereka melakukan hal itu krn
meyakini bahwa itu akan mendekatkan kepada Allah dan memberi syaIaat sebagaimana
Allah kisahkan dlm Al Qur`an. Mereka mengatakan:
'Kami tdk menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah
dgn sedekat-dekatnya.
'Dan mereka menyembah kepada selain Allah apa yg tdk dapat mendatangkan
kenmudharatan kepada mereka dan tdk manIaat. Dan mereka berkata `Mereka itu adl
pemberi syaIaat kepada kami di sisi Allah`.
Selain kesyirikan kebiasaan jelek yg mereka lakukan adl perjudian dan mengundi nasib dgn 3
anak panah. Cara dgn menuliskan 'ya 'tidak dan dikosongkan pada ketiga anak panah itu.
Ketika ingin bepergian misal mereka mengundinya. Jika yg keluar 'ya mereka pergi dan jika
'tidak tdk jadi pergi. Jika yg kosong mk diundi lagi.
Mereka juga mempercayai berita-berita ahli nujum peramal dan dukun serta menggantungkan
nasib melalui burung-burung. Ketika ingin melekukan sesuatu mereka mengusir burung. Jika
terbang ke arah kanan berarti terus jika ke arah kiri berarti harus diurungkan. Selain itu
mereka juga pesimis dgn bulan-bulan tertentu. Misal krn pesimis dgn bulan saIar mereka
kemudian merubah aturan haji sehingga tdk mengijinkan orang luar Makkah utk haji kecuali
dgn memakai pakaian dari mereka. Jika tdk mendapatkan mk melakukan thawaI dgn
telanjang
Kehidupan sosial kemasyarakatan dlm kaitan dgn hubungan lain jenis pun sangat rendah
khusus di kalangan masyarakat menengah ke bawah. Sampai-sampai pada salah satu cara
pernikahan mereka seorang wanita menancapkan bendera di depan rumah. Ini merupakan
tanda utk mempersilahkan bagi laki2 siapa saja yg ingin mendatanginya`. Jika sampai
melahirkan mk semua yg pernah melakukan hubungan dikumpulkan dan diundang seorang
ahli nasab utk menentukan siapa bapak kemudian sang bapak harus menerimanya.
Poligami saat itu juga tdk terbatas sehingga seorang laki2 bisa menikahi wanita sebanyak
mungkin. Bahkan sudah menjadi hal yg biasa seorang anak menikahi bekas istri ayah dgn
mahar semau laki-laki. Jika perempuan itu tdk mau mk laki2 itu akan memaksa wanita itu utk
menikah kecuali dgn siapa yg diizinkan olehnya. Sehingga dlm banyak hal wanita terdzalimi.
Sampai yg tdk berdosapun merasakan kedzaliman itu yaitu bayi-bayi wanita yg ditanam
hidup-hidup krn takut miskin dan hina
Tentu kenyataan yg ada lbh dari yg tergambar di atas. Meski tdk dipungkiri di sisi lain
mereka memiliki siIat atau perilaku yg baik namun itu semua lebur dlm kerusakan agama
moral yg bejat yg di kemudian hari seluruh ditentang oleh Islam dgn diutus Rasullallah
Shallallahu alaihi Wasallam sebagai pelita yg sangat terang bagi umat ini.
. Metode Dakwah Rasulullah
DAKWAH SECARA RAHASIA
Nabi saw mulai menyambut llah swt dengan mengajak manusia untuk menyembah llah
swt semata dan meninggalkan berhala. Tetapi dakwah Nabi ini dilakukan secara rahasia
untuk menghindari tindakkan buruk orang-orang Quraisy yang Ianatik terhadap kemusyrikan
dan peganimismenya. Nabi saw tidak menampakkan dakwah di majelis-majelis umum orang-
orang Quraisy, dan tidak melakukan dakwah kecuali kepada orang yang memiliki hubungan
kerabat atau kenal baik sebelumnya.
Orang-orang yang pertama kali masuk Islam ialah Khadijah binti Khuwailid, Ali bin Abi
Thalib, Zaib bin Haritza mantan budak Rasulullah saw, dan anak angkatnya, Abu Bakar bin
Abi QuIahah, Ustman bin AIIan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin AuI, Sa`ad bin Abi
Waqqash dan lainnya.
Mereka ini bertemu dengan Nabi secara rahasia. Apabila salah seorang di antara mereka ingin
melaksanakan salah satu ibadah, ia pergi ke lorong-lorong Mekkah seraya bersembunyi dari
pandangan orang-orang Quraisy.
Ketika orang-orang yang menganut Islam lebih dari tiga puluh lelaki dan wanita, Rasulullah
saw memilih rumah salah seorang dari mereka, yaitu rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam,
seebagai tempat pertemuan untuk mengadakan pembinaan dan pengajaran. Dakwah pada
tahapan ini menghasilkan sekitar empat puluh lelaki dan wanita telah menganut Islam.
Kebanyakan mereka adalah orang-orang Iakir, kaum budak dan orang-orang Quraisy yang
tidak memiliki kedudukan.
Beberapa Pelajaran
1. Sebab Sirriyah pada permulaan dakwah Rasulullah saw.
Tidak diragukan lagi, bahwa kerahasiaan dakwah Nabi saw selama tahun-tahun pertama ini
bukan karena kekhawatiran Nabi saw terhadap dirinya. Sebab, ketika beliau dibebani dakwah
dan diturunkan kepadanya Iirman llah swt :

ai orang yang b0rs0limut, bangunlah, lalu b0rianlah p0ringatan", beliau sadar, bahwa
dirinya adalah utusan llah swt kepada manusia. Karena itu beliau yakin bahwa llah swt
yang mengutus dan membebaninya dengan tugas dakwah ini mampu melindungi dan
menjaganya dari gangguan manusia. Kalau llah swt memerintahkan agar melakukan
dakwah secara terang-terangan sejak hari pertama, niscaya Rasulullah saw tidak akan
mengulur waktu sedetikpun, sekalipun harus menghadapi resiko kematian.
Tetapi llah swt memberikan ilham kepadanya, dari ilham kepada Nabi saw adalah semacam
wahyu kepadanya, agar memulai dakwah pada tahapan awal dengan rahasia dan tersembunyi,
dan agar tidak menyampaikan keculai kepada orang yang telah diyakini akan menerimanya.
Ini dimaksudkan sebagai pelajaran dan bimbingan bagi para da`i sesudahnya agar melakukan
perencanaan secara cermat dan mempersiapkan sarana-sarana yang diperlukan untuk
mencapai sasaran dan tujuan dakwah. Tetapi hal ini tidak boleh mengurangi rasa tawakal
kepada llah swt semata, dan tidak boleh dianggap sebagai Iaktor-Iaktor yang paling
menentukan . Sebab hal ini akan merusak prinsip keimanan kepada llah swt, di samping
bertentangan dengan tabiat dakwah kepada Islam.
Dari sini diketahui bahwa uslub dakwah Rasulullah saw pada tahapan ini merupakan Siyasah
syari`ah (kebijaksanaan) darinya sebagai imam, bukan termasuk tugas-tugas tablighnya dari
llah swt sebagai seorang Nabi.
Berdasarkan hal itu, maka para pimpinan dakwah Islamiyah pada setiap masa boleh
menggunakan keluwesan dalam cara berdakwah, dari segi Sirriyah dan Jariyah atau
kelemahlembutan dan kekuatan, sesuai dengan tuntutan keadaan dan situasi masa di mana
mereka hidup. Yakni keluwesan yang ditentukan oleh syari`at Islam berdasarkan kepada
realitas Nabi saw, sesuai dengan empat tahapan yang telah disebutkan , selama tetap
mempertimbangkan kemashlahatan kaum Muslimin dan dakwah Islamiyah pada setiap
kebijaksanaan yang diambilnya. Oleh karena itu Jum hur Fuqaha sepakat jika jumlah kaum
Muslim sedikit atau lemah posisinya, sehingga diduga keras mereka akan dibunuh oleh para
musuhnya tanpa kesalahan
apapun bila para musuh itu telah bersepakat akan membunuh mereka, maka dalam keadaan
seperti ini harus didahulukan kemashlahatan menjaga atau menyelamatkan jiwa, karena
kemashlahatan menjaga agama dalam kasus seperti ini belum dapat diapstikan.
Al`Izzu bin Abdul Salam menyatakan keheranan melakukan jihad (perang) dalam kondisi
seperti ini : ,..Apabila tidak terjadi kerugian, maka wajib mengalah (tidak melakukan
perlawanan), karena (perlawanan dalam situasi seperti ini) akan mengakibatkan hilangnya
nyawa, di samping menyenangkan orang-orang kaIir yang menghinakan para pemeluk agama
Islam. Perlawanan seperti ini menjadi maIsadah (kerugian) semata, tidak mengandung
maslahat.'
Saya berkata :' Mendahulukan kemaslahatan jiwa di sini hanya dari segi lahiriyah saja. Akan
tetapi pada hakekatnya juga merupakan kemaslahatan agama. Sebab kemaslahatan agama
(dalam situasi seperti ini) memerlukan keselamatan nyawa kaum Muslimin agar mereka
dapat melakukan jihad pada medan-medan lain yang masih terbuka. Jika tidak , maka
kehancuran mereka dianggap sebagai ancaman terhadap agama itu sendiri, dan pemberian
peluang kepada orang-orang kaIir untuk menerobos jalan yang selama ini tertutup.
Singkatnya , wajib mengadakan perdamaian atau merahasiakan dakwah apabila tindakan
menampakkan dakwah atau perang itu akan membahayakan dakwah Islamiyah. Sebaliknya
tidak boleh merahasiakan dakwah apabila bisa dilakukan dengan cara terangterangan dan
akan memberikan Iaidah. Tidak boleh mengadakan perdamaian dengan orang-orang yang
dzalim dan memusuhi dakwah, apabila telah cukup memiliki kekuatan dan pertahanan. Juga
tidak boleh berhenti memerangi orang-orang kaIir di negeri mereka, apabila telah cukup
memiliki kekuatan dan sarana untuk melakukannya.
. Orang-orang yang Pertama Masuk Islam dan Hikmahnya.
Sirah menjelaskan kepada kita bahwa orang-orang yang masuk Islam para marhala (tahapan)
ini kebanyakan mereka terdiri dari orang-orang Iakir, lemah dan kaum budak. Apa hikmah
dari kenyataan ini ? Apa rahasia tegakknya Daulah Islamiyah di atas pilar-pilar yang
terbentuk dari orang-orang seperti mereka ini ? Jawabannya, bahwa Ienomena ini merupakan
hasil alamiah dari dakwah para Nabi pada tahapannya yang pertama. Tidakkah anda
perhatikan bagaimana kaum Nuh mengejeknya karena orang-orang yang mengikutinya
hanyalah orang-orang kecil?

ami tida m0lihat amu , m0lainan (s0bagain s0orang manusia (biasa) s0p0rti ami,
dan ami tida m0lihat orang-orang yang m0ngiuti amu, m0lainan orang-orang yang
hina dina di antara ami yang l0as p0rcaya saja .... (QS Huud 7)
Tidakkah anda perhatikan bagaimana Fir`aun dan para pendukungnya memandang rendah
para pengikut Musa as sebagai orang-orang yang tertindas sampai llah swt menyebutkan
mereka setelah menceritakan kehancuran Fir`aun dan para pendukungnya ?

an ami pusaaan 0pada aum yang t0lah ditindas itu, n0g0ri-n0g0ri bahagian timur
bumi dan bahagian baratnya yang t0lah ami b0ri b0rah padanya............"(QS Al-A`raaf
7)
Tidakkah anda perhatikan bagaimana kelompok elite kaum Tsamud menolak Nabi Shaleh ,
dan hanya orang-orang tertindas di antara mereka yang mau beriman kepadanya, hingga
llah swt mengatakan tentang mereka di dalam Iirman-Nya :

!0mua-p0mua yang m0nyombongan diri di antara aumnya B0rata 0pada orang-
orang yang dianggap l0mah yang 10lah b0riman di antara m0r0a: "1ahuah amu
bahwa Shal0h di utus (m0njadi rasul) ol0h 1uhannya?". m0r0a m0njawab:
"S0sungguhnya ami b0riman 0pada wahyu, yang Shal0h diutus untu
m0nyampaiannya". Orang-orang yang m0nyombongan diri b0rata: "S0sungguhnya
ami adalah orang yang tida p0rcaya 0pada apa yang amu imani itu". (QS al-A`raaf
75-7)
Sesungguhnya hakekat agama yang dibawa oleh semua Nabi dan Rasul llah swt ialah
menolak kekuasaan dan pemerintahan manusia , dan kembali kepada kekuasaan dan
pemerintahan llah swt semata. Hakekat ini terutama sekali bertentangan dengan
,ketuhanan' orang-orang yang mengaku sebagai ,tuhan'. Dan kedaulatan orang-orang yang
mengaku berdaulat. Dan terutama sekali , sesuai dengan keadaan orang-orang yang tertindas
dan diperbudak. Sehingga reaksi penolakan terhadap ajakan untuk berserah diri kepada llah
swt semata datang terutama dari orang-orang yang mengaku berdaulat tersebut. Sementara
orangorang yang tertindas menyambut dengan baik.
Hakekat ini nampak dengan jelas dalam dialog yang berlangsung antara Rustum, komandan
tentara Persia pada perang al-Qadisiyah , dan Rabi` bin Amir, seorang prajurit biasa di jajaran
tentara Sa`ad bin Abi Waqqash. Rustum berkata kepadanya :'pa yang mendorong kalian
memerangi kami dan masuk ke negeri kami?' Rabi` bin Amir berkata : ami datang untu
m0ng0luaran siapa saja dari p0ny0mbahan manusia 0pada p0ny0mbahan Allah swt
s0mata. Kemudian melihat barisan manusia di kanan dan kiri Rustum tunduk dan ruku`
kepada Rustum,
Rabi` bin Amir berkata dengan penuh keheranan,'Selama ini kami mendengar tentang kalian
hal-hal yang mengagumkan, tetapi aku tidak melihat kaum yang lebih bodoh dari kalian.
Kami kaum Muslimin tidak saling memperbudak antara satu dengan lainnya. Aku mengira
bahwa kalian semua sederajat sebagaimana kami. Akan tetapi lebih baik dari apa yang kalian
perbuat jika kalian jelaskan kepadaku bahwa sebagian kalian menjadi tuhan bagi sebagian
yang lain.
'Mendengar ucapan Rubi` bin Amir ini orang-orang yang tertindas antara mereka saling
berpandangan seraya berguman,' Demi llah swt, orang Arab ini benar.' Tetapi bagi para
pemimpin , ucapan Rubi` bin Amir ini ibarat geledek yang menyambut mereka, sehingga
salah seorang di antara mereka berkata :' Dia telah melemparkan ucapan yang senantiasa
dirindukan oleh para budak kami.'
Tetapi ini tidak berarti bahwa keislaman orang-orang yang tertindas itu tidak bersumber dari
keimanan, bahkan bersumber dari kesadaran dan keinginan untuk bebas dari penindasan dan
kekuasaan para tiran. Sebab baik para tokoh Quraisy maupun kaum tertindasnya sam-sama
berkewajiban mengimani llah swt semata, dan membenarkan apa yang dibawa oleh
Muhammad saw. Tidak seorang pun dari mereka kecuali mengetahui kejujuran Nabi saw dan
kebenaran apa yang disampaikan dari Rabb-Nya. Kaum elite dan para tokoh tidak tunduk dan
mengikuti Nabi saw karena dihalangi oleh Iaktor gengsi kepemimpina mereka. Contoh yang
paling nyata adalah pamannya, Abu Thalib. Sedangkan kaum tertindas dan lemah dengan
mudah mau menerimannya dan mengikuti Nabi saw, karena mereka tidak dihalangi oleh
sesuatu apapun. Di samping bahwa keimanan kepada Uluhiyah llah swt akan menumbuhkan
rasa i::ah (wibawa) pada diri seseorang, dan menghapuskan rasa gentar kepada kekuatan
selain dari kekuatan-Nya.Perasaan yang merupakan buah keimanan kepada llah swt ini ,
pada waktu yang sama, memberikan kekuatan baru dan menjadikan pemiliknya merasakan
kebahagiaan.
Dari sini kita dapat mengetahui besarnya kebohongan yang dibuat oleh para musuh Islam di
masa sekarang. Ketika mereka mengatakan dakwah yang dilakukan oleh Muhammad saw
hanyalah berasal dari inspirasi lingkungan Arab tempat ia hidup. Dengan kata lain, dakwah
Muhammad saw hanya mencerminkan gerakan pemikiran Arab di masa itu.
Seandainya demikian, hasil dakwah selama tiga tahun tersebut tidak hanya berjumlah empat
puluh orang lelaki dan wanita. Dan kebanyakan mereka adalah kaum Iakir, tertindas dan
budak. Bahkan ada yang berasal dari negeri asing, yaitu Shuhaub ar-Rumi dan Bilil al-
Habasyi.
Pada pembahasan mendatang akan anda ketahui bahwa lingkungan Arab itu sendirilah yang
justru memaksa Nabi saw untuk melakukan hifrah dari negerinya dan memaksa pengikutnya
berpencar-pencar, bahkan pergi hifrah ke Habasyiah. Ini semua karena kebencian lingkungan
tersebut terhadap dakwah yang mereka tuduh sebagai nasionalis Arab.
DAKWAH SECARA TERANG TERANGAN
Ibnu Hisyam berkata : ,Kemudian secara berturut-turut manusia, wanita danlelaki, memeluk
Islam, sehingga berita Islam tersiar di Mekkah dan menjadi bahan pembicaraan orang. Lalu
llah swt memerintahkan Rasul-Nya menyampaikan Islam dan mengajak orang kepadanya
secara terang-terangan, setelah selama tiga tahun Rasulullah saw melakukan dakwah secara
sembunyi, kemudian llah swt berIirman kepadanya :

Maa sampaianlah ol0hmu s0cara t0rang-t0rangan s0gala apa yang dip0rintahan
(0padamu) dan b0rpalinglah dari orang-orang yang musyri". (QS Al-Hijr 4)

an b0rilah p0ringatan 0pada 0rabatmu yang t0rd0at, dan r0ndahanlah dirimu
t0rhadap orang-orang yangm0ngiutimu, yaitu orang-orang yang b0riman. (QS asy-
Syu`ara 14-15)

an ataanlah S0sungguhnya au adalah p0mb0ri p0ringatan yang m0nj0lasan.'
(QS al-Hijr 8)
Pada waktu itu pula Rasulullah saw segera melaksanakan perintah llah swt. Kemudian
menyambut Iirman llah swt: (dalam QS l-ifr. 94 tersebut diatas) dengan pergi ke atas
bukit ShaIa lalu memanggil,ahai Bani Fihr, wahai bani :adi, Sehingga mereka
berkumpul dan orang yang tidak bisa hadir mengirimkan orang untuk melihat apa yang
terjadi. Maka Nabi Muhammad saw berkata :Bagaimanaah p0ndapatmu jia au
abaran bahwa di b0laang gunung ini ada s0pasuan uda musuh yang datang aan
m0ny0rangmu, apaah amu m0mp0rcayaiu ?
Jawab mereka :' Ya, kami belum pernah melihat kamu berdusta.' Kata Nabi saw :
0t0huilah, s0sungguhnya au adalah s0orang p0mb0ri p0ringatan 0pada alian dari
sisa yang p0dih. Kemudian Abu Lahab memprotes,'Sungguh celaka kamu sepanjang hari ,
hanya untuk inikah kamu mengumpulkan kami.' Lalu turunlah Iirman llah swt :

Binasalah 0dua b0lah tangan Abu Lahab, dan s0sungguhnya dia aan binasa". (QS Al-
Lahab 1)
Kemudian Rasulullah saw turun dan melaksanakan Iirman llah swt, an b0rilah
p0ringatan 0pada 0rabatmu yang t0rd0at, (QS asy-Syu`ara 14-15) dengan
mengumpulkan semua keluarga dan kerabatnya lalu berkata kepada mereka, ahai Bani
a'b bin Lu'au, s0lamatanlah dirimu dari api n0raa! ahai bani Murrah bin a'ab ,
s0lamatanlah dirimu dari api n0raa! ahai Bani Abdi Syams, s0lamatanlah dirimu
dari api n0raa! ahai Bani Abdul Muththalib, s0lamatanlah dirimu dari api n0raa!
ahai fatimah, s0lamatanlah dirimu dari api n0raa! S0sungguhnya, au tida aan
dapat m0mb0la alian di hadapan Allah swt, s0lain bahwa alian m0mpunyai tali
00luargaan yang aan au sambung d0ngan hubungannya".
Dakwah Nabi saw , secara terang-terangan ini ditentang dan ditolak oelh bangsa Quraisy,
dengan alasan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan agama ynag telah mereka warisi dari
nenek moyang mereka, dan sudah menjadi bagian dari tradisi kehidupan mereka. Pada saat
itulah Rasulullah saw mengingatkan mereka akan perlunya membebaskan pikiran dan akal
mereka dari belenggu taqlid. Selanjutnya dijelaskan oleh Nabi saw bahwa tuhan-tuhan yang
mereka sembah itu tidak dapat memberi Iaidah atau bahaya sama sekali. Dan bahwa turun-
temurun nenek moyang mereka dalam menyembah tuhan-tuhan itu tidak dapat dijadikan
alasan untuk mengikuti mereka secara taqlid buta. Firman llah swt menggambarkan mereka
:

an apabila diataan 0pada m0r0a,Iutlah apa yang t0lah diturunan Allah swt,
m0r0a m0njawab, (1ida), t0tapi ami hanya m0ngiuti apa yang t0lah ami dapati dari
(p0rbuatan) n0n0 moyang ami. (Apaah m0r0a aan m0ngiuti juga) walaupaun
n0n0 moyang m0r0a tida m0ng0tahui suatu pun dan tida m0ndapat p0tunju ? (QS
al-Baqarah 170)
Ketika Nabi saw mencela tuhan-tuhan mereka, membodohkan mimpi-mimpi mereka, dan
mengecam tindakan taqlid buta kepada nenek moyang mereka dalam menyembah berhala,
mereka menentangnya dan sepakat untuk memusuhinya, kecuali pamannya Abu Tahlib yang
membelanya.
Beberapa Pelajaran
Pada bagian Sirah Nabi saw ini terdapat tiga hal yang penting untuk di catat :
Pertama , sesungguhnya Rasulullah saw ketika menyampaikan dakwah Islam secara terang-
terangan kepada bangsa Quraisy dan bangsa Arab pada umumnya, mengejutkan mereka
dengan sesuatu yang tidak pernah mereka pikirkan atau asing sama sekali. Ini secara jelas
nampak dalam reaksi Abu Lahab terhadapnya, dan kesepakatan tokoh-tokoh Quraisy untuk
memusuhi dan menentangnya.
Hal ini kiranya cukup menjadi jawaban telak bagi orang-orang yang berusaha
menggambarkan syariat Islam sebagai salah satu buah nasionalisme Arab, dan menganggap
Nabi saw dengan dakwah yang dilakukannya sebagai mencerminkan idealisme dan pemikiran
Arab pada masa itu.
Bagi pengkaji Sirah Nabawiyah tidak perlu menyusahkan diri untuk menyanggah atau
mendiskusikan tuduhan-tuduhan lucu itu. Sebenarnya orang-orang yang melontarkan tuduhan
itu sendiri mengetahui kenaiIan dan kepalsuannya. Tetapi betapapun tuduhan-tuduhan
tersebut, dalam pandangan mereka , harus dilontarkan guna menghancurkan Islam dan
pengaruhnya. Tidaklah penting bahwa tuduhan tersebut harus benar. Yang penting bahwa
kepentingan dan tujuan mereka memerlukan pengelabuhan seperti itu.
Kedua, sebenarnya bisa saja llah swt tidak memerintahkan Rasul-Nya untuk memberi
peringatan kepada keluarga dan kerabat dekatnya secara khusus, karena sudah cukup dengan
keumumam perintah-Nya yang lain, yaitu Iirman-Nya :' Maka siarkanlah apa yang
diperintahkan kepadamu.' Perintah ini sudah mencakup semua anggota keluarganya dan
kerabatnya. Lalu apa hikmah dikhususkan perintah untuk memberi peringatan kepada
keluarganya ini ?
Jawabannya, bahwa ini merupakan isyarat kepada beberapa tingkat tanggungjawab yang
berkaitan dengan setiap Muslim pada umumnya, dan para da`i pada khususnya. Tingkat
tanggung jawab yang paling rendah ialah tanggung jawab seseorang terhadap dirinya sendiri.
Karena mempertimbangkan penumbuhan tingkat tanggung jawab ini, maka rentang waktu
permulaan wahyu berlangsung sekian lama. Yakni sampai Muhamad saw mantap dan
menyadari bahwa ia seorang Nabi dan Rasul dan bahwa apa yang diturunkan kepadanya
adalah wahyu dari llah swt yang harus diyakininya sendiri terlebih dahulu, dan
mempersiapkan dirinya untuk menerima prinsip , sistem, dan hukum yang akan diwahyukan.
Tingkatan berikutnya ialah tanggung jawab seorang Muslim terhadap keluarga dan kerabat
dekatnya. Sebagai pengarahan kepada pelaksanaan tanggung jawab ini, llah swt secara
khusus memerintahkan Nabi-Nya agar memberi peringatan kepada keluarga dan kerabat
dekatnya, setelah perintah bertabligh secara umum. Tingkat tanggungjawab ini merupakan
kewajiban bagi setiap Muslim yang memiliki keluarga dan kerabat. Tidak ada perbedaan
antara dakwah Rasul kepada kaumnya dan dakwah seorang Muslim kepada keluarganya.
Hanya saja, yang pertama berdakwah kepada syariat baru yang diturunkan llah swt
kepadanya, sementara yang kedua berdakwah dengan dakwah Rasul. Sebagaimana Nabi atau
Rasul tidak boleh untuk tidak menyampaikan dakwah kepada keluarga dan kerabat dekatnya.
Bahkan ia wajib memaksa keluarganya untuk melaksanakannya, maka demikian pula halnya
seorang Muslim terhadap keluarganya dan kerabat dekatnya.
Tingkat ketiga ialah tanggung jawab seorang alim terhadap kampung atau negerinya, dan
tanggung jawab seorang penguasa terhadap negara dan kaumnya. Masing-masing dari
keduanya menggantikan tanggung jawab Rasulullah saw, karena keduanya merupakan
pewaris Rasulullah saw secara syariat, sebagaimana sabda beliau : &lama adalah p0waris
para Aabi. Selain itu, Imam dan penguasa juga disebut halifah (pengganti) , yakni
pengganti Rasulullah saw.
Tetapi seorang imam dan penguasa dalam masyarakat Islam, diharuskan memiliki ilmu.
Sebab tidak ada perbeda-an antara tabiat tanggung jawab yang diemban Rasulullah saw dan
tanggung jawab yang diembang oleh para ulama dan penguasa. Bedanya bahwa Rasulullah
saw menyampaikan syariat mereka mengikuti jejak Rasulullah saw dan berpegang teguh
dengan Sunnah dan Sirahnya dalam apa yang mereka lakukan dan sampaikan.
Jadi , sebagai seorang mukluk llah swt, Nabi saw bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri. Sebagai pemilik keluarga dan kerabat, Nabi saw bertanggung jawab kepada keluarga
dan kerabatnya. Dan sebagai seorang Nabi dan Rasul llah swt, beliau bertanggung jawab
terhadap semua umat manusia.
Demikian pula halnya dengan diri kita, baik sebagai seorang mukallaI , pemilik keluarga,
ataupun ulama. Dan seorang penguasa memiliki tanggung jawab yang sama sebagaimana
Nabi saw.
Ketiga, Rasulullah saw mencela kaumnya karena mereka menjadi ,tawanan' tradisi nenek
moyang mereka tanpa berpikir lagi tentang baik dan buruknya. Kemudian Rasulullah saw
mengajak mereka untuk membebaskan akal mereka dari belenggu taqlid buta dan Ianatisme
terhadap tradisi yang tidak bertumpu di atas landasan pemikiran dan logika sehat.
Hal ini menjadi dalil bahwa agama ini termasuk masalah keyakinan dan hukum bertumpu di
atas akal dan logika. Karena itu, di antara syarat terpenting kebenaran iman kepada llah swt
dan masalah-masalah keyakinan yang lain ialah, bahwa keimanan tersebut harus didasarkan
kepada asas keyakinan dan pemikiran yang bebas, tanpa dipengaruhi oleh kebiasaan atau
tradisi sama sekali. Sehingga pengarang kitab Jauharatut Tauhid mengatakan :
S0tiap orang yang b0rtaqlid dalam masalah tauhid 0imanannya tida t0rb0bas dari
0raguannya
Dari sini dapat anda ketahui bahwa Islam datang untuk memerangi tradisi dan melarang
masuk ke dalam jeratnya. Sebab semua prinsip dan hukum Islam didasarkan pada akal dan
logika yang sehat. Sementara itu, tradisi di dasarkan pada dorongan ingin mengikuti semata
tanpa ada unsur seleksi dan pemikiran. Kata tradisi dalam bahasa Arab berarti sejumlah
kebiasaan yang diwarisi secara turun temurun, atau yang berlangsung karena Iaktor pergaulan
dalam suatu lingkungan atau negeri, dimana taqlid semata merupakan penopang utama bagi
kehidupan kesinambungan tradisi tersebut.
Semua pola kehidupan yang dibiasakan manusia, seperti beberapa permainan pada saat-saat
kegembiraan, atau berpakaian hitam pada saat kesusahan dan kematian, yang bertahan secara
turun-temurun karena Iaktor pewarisan atau transIormasi melalui pergaulan, dalam istilah
bahasa dan ilmu sosial disebut tradisi.
Dengan demikian, Islam sama sekali tidak mengandung unsur tradisi, baik yang berkaitan
dengan aqidah , hukum atau sistem. Karena aqidah di dasarkan pada landasan akal dan
logika. Demikian pula hukum, ia didasarkan pada kemaslahatan duniawi dan ukhrawi.
Kemaslahatan ini tidak dapat diketahui kecuali melalui pemikiran dan perenungan,
kendatipun oleh sebagian akal manusia tidak dapat diketahui karena sebab-sebab tertentu.
Dengan demikian, jelaslah kesalahan orang-orang yang mengistilahkan peribadahan, hukum-
hukum, syariat dan akhlak Islam dengan tradisi Islam. Sebab, per-istilahan yang dzalim ini
akan memberikan konotasi bahwa perilaku dan akhlak Islam tersebut bukan karena statusnya
sebagai prinsip Ilahi yang menjadi Iactor kebahagiaan manusia, tetapi sebagai tradisi lama
yang diwarisi turun-temurun. Tentu saja istilah ini pada gilirannya akan menimbulkan rasa
enggan pada kebanyakan orang untuk menerima warisan lama yang ingin ditetapkan kepada
masyarakat yang serba berkembang dan maju ini.
Sesungguhnya penyebutan hukum-hukum Islam dengan istilah tradisi Islam bukan
merupakan kesalahan yang tidak disengaja, tetapi merupakan mata rantai penghancuran Islam
dengan istilah-istilah menyesatkan.
Tujuan utama dari pemasaran tradisi Islam ini ialah agar semua sistem dan hukum Islam
dipahami sebagai tradisi. Sehingga setelah makna tradisi ini terkait dengan sistem-sistem dan
hukum-hukum Islam selama masa sekian lama dalam benak manusia, dan mereka lupa bahwa
sistem-sistem tersebut pada hakekatnya merupakan prinsip-prinsip yang di dasarkan pada
tuntutan akal sehat, maka menjadi gampanglah bagi musuh-musuh Islam untuk
menghancurkan Islam melalui ,pintu' yang telah dipersiapkan tersebut.
Tidak diragukanlagi , jika kaum Muslim telah menyadarai semua prinsip dan hukum Islam,
seperti masalah pernikahan dan thalaq, jilbab wanita, serta semua perilaku dan akhlak Islam
sebagai tradisi maka wajar, saja jika kemudian muncul orang yang mengajak kepada
penghancuran tradisi dan pembebasan diri dari ikatannya, terutama pada abad di mana
kebebasan pendapat dan berpikir sangat dominan.
Tetapi sesungguhnya tidak ada tradisi dalam Islam. Islam adalah agama yang datang untuk
membebaskan akal manusia dari segala ikatan tradisi, sebagaimana kita lihat pada langkah-
langkah awal dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Sesungguhnya semua sistem dan
perundang-undangan yan dibawa oleh Islam merupakan prinsip. Prinsip adalah sesuatu yang
tegak di atas landasan pemikiran dan akal, dan bertujuan mencapai tujuan tertentu. Jika
prinsip manusia kadang menyalahkan kebenaran karena kelemahan pemikirannya, maka
pirnsip Islam tidak pernah sama sekali menyalahkan kebenaran, karena yang
mensyariatkannya adalah Pencipta akal dan pemikiran. Ini saja sudah cukup menjadi dalil
aqli untuk menerima dan meyakini kebenaran prinsip-prinsip Islam.
Tradisi hanya merupakan arus perilaku manusia yang terbawa olehnya secara spontan karena
semata-mata Iaktor peniruan dan taqlid yang ada padanya. Prinsip adalah garis yang harus
mengatur perkembangan jaman, bukan sebaliknya. Sedangkan tradisi ialah sejumlah benalu
yang tumbuh secara spontan di tengah ladang pemikiran yang ada pada masyarakat, tradisi
adalah (hasyisy & candu) berbahaya yang harus dimusnahkan dan dijatuhkan dari pemikiran
sesat.

ia-lah yang m0nurunan Al itab (Al Quran) 0pada amu. di antara (isi) nya ada ayat-
ayat yang muhamaat[183j, Itulah poo-poo isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat)
mutasyaabihaat[184j. adapun orang-orang yang dalam hatinya condong 0pada
0s0satan, Maa m0r0a m0ngiuti s0bahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat
daripadanya untu m0nimbulan fitnah untu m0ncari-cari ta'wilnya, padahal tida ada
yang m0ng0tahui ta'wilnya m0lainan Allah. dan orang-orang yang m0ndalam ilmunya
b0rata: "ami b0riman 0pada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, s0muanya itu dari sisi
1uhan ami." dan tida dapat m0ngambil p0lajaran (daripadanya) m0lainan orang-
orang yang b0raal. (QS Ali Imran 7)
[183j Ayat yang muhamaat ialah ayat-ayat yang t0rang dan t0gas Masudnya, dapat
dipahami d0ngan mudah.
[184j t0rmasu dalam p0ng0rtian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang m0ngandung
b0b0rapa p0ng0rtian dan tida dapat dit0ntuan arti mana yang dimasud 0cuali s0sudah
dis0lidii s0cara m0ndalam; atau ayat-ayat yang p0ng0rtiannya anya Allah yang
m0ng0tahui s0p0rti ayat-ayat yang b0rhubungan d0ngan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-
ayat yang m0ng0nai hari iamat, surga, n0raa dan lain-lain.
4. Sasaran Dakwah
1. SASARAN DAKWAH KEPADA KELUARGA TERDEKAT
Berdasarkan catatan sejarah (Maliki, 1977: 10; Hamka, 1975: 1143), Nabi Muhammad
(lahir 570 M) dibesarkan sebagai yatim piatu. Pada saat ia masih dikandung ibunya, ayahnya
yang bernama Abdullah meninggal dunia. Ketika ia berusia enam tahun, ibunya yang
bernama Aminah juga meninggal, sehingga ia dipelihara oleh kakeknya yang sudah tua yaitu
Abdul Muthalib. Sesudah kakeknya meninggal, Nabi diasuh oleh Abu Thalib, salah seorang
pamannya yang tergolong miskin. Waktu itu, Nabi Muhammad baru berumur delapan tahun.
Kehidupan awal Nabi Muhammad secara umum dapat dibagi kepada tiga bagian, yaitu
kehidupan keseharian, perdagangan, dan keagamaan. Kehidupan keseharian Nabi pada
awalnya diuntungkan dengan keberadaan kakeknya Abdul Muthalib yang merupakan tokoh
kepala kaum yang disegani dalam Bani Hasyim maupun kaum Quraisy pada umumnya. Ia
pula yang dipercaya sebagai pengelola rumah suci Ka`bah. Menurut Ibn Ishak, sebagaimana
dikutip oleh Hamka (1975: 1144), Abdul Muthalib memiliki suatu hamparan tempat duduk di
bawah lindungan Ka`bah, di mana Nabi sering bermain bersama paman-pamannya. Pernah
juga Nabi membantu paman-pamannya ketika terjadi peperangan Fujjar antara kaum Quraisy
dan kaum Qaisy di Makhlah, suatu wilayah antara Mekkah dan ThaiI.
Adapun kehidupan perdagangan Nabi dimulai saat ia diasuh oleh Abu Thalib yang
sering melakukan perjalanan dagang antara lain ke Syam (Syiria). Meskipun aktivitas
perdagangannya mungkin lebih dominan, pada saat yang sama Nabi juga mengembala
kambing. Kehidupan perdagangan tersebut agaknya berkembang terus dan mulai mendapat
perhatian dari seorang saudagar perempuan yang kaya raya, yaitu Khadijah binti Khuwailid
yang kemudian menjadi isterinya.
Sementara itu, kehidupan keagamaan Nabi terdiri dari kegiatan mengasingkan diri
(u:lah) di salah satu gua yang bernama Hira dengan tujuan beribadah dan menjauhi dosa
(tahannuf) dan mendekatkan diri kepada Tuhan (tahnnuts). Di gua inilah Nabi diangkat
menjadi Rasul (utusan) Allah pada umur 40 tahun. Ia pun memulai misi kerasulannya atau,
dalam konteks tulisan ini, gerakan reIormasinya.
Secara psikologis, umur 40 tahun mungkin merupakan usia yang relatiI matang dalam
menapaki kehidupan lebih lanjut. Namun secara metodologis, Nabi Muhammad belum
pernah diserahi tugas dan tanggung jawab seberat tugas barunya sebagai Rasul di mana ia
harus menyebarluaskan wahyu yang diterimanya dari Allah. Di samping itu, substansi ajaran
yang akan disampaikannya sangat bertentangan dengan yang selama ini dianut oleh
masyarakatnya. Waraqah bin NauIal, saudara sepupu Khadijah, pernah mengingatkan bahwa
Nabi akan menerima sesuatu yang besar dan karena itu akan menghadapi tantangan yang
besar pula (Haekal, 1992: 84-85).
Dengan kondisi permulaan (start) seperti itu, masalah pertama yang dihadapi Nabi
adalah bagaimana menyampaikan ajaran (risalah) tersebut kepada kaumnya yang terkenal
Ianatik itu. Masalah itu bertambah berat ketika wahyu lanjutan yang diharapkan Nabi sebagai
petunjuk pelaksanaan dari Allah juga tidak kunjung turun. Sehingga, tulis Haekal (1992:86),
Nabi merasa ketakutan seperti sebelum turunnya wahyu pertama.
Rangkaian dari surat 93 (Adh-Dhuha) yang kemudian turun ternyata belum
menjelaskan problem metodologis yang dihadapi Nabi Muhammad. Ayat-ayat tersebut pada
dasarnya memberi konIirmasi kepada Nabi bahwa Allah yang telah mengutusnya tidak akan
meninggalkannya apalagi menyia-nyiakannya. Hanya pada ayat terakhir Allah
memerintahkan agar Nabi menyebarkan nikmat (kurnia) Allah yang berupa ajaran-ajaran-
Nya. Dengan ayat ini, Nabi memiliki dorongan yang lebih kuat untuk memulai misinya
mengajak ke jalan Allah.
Problem metodologis tersebut dipecahkan secara perlahan oleh Nabi dengan melakukan
ajakan (dakwah) secara tersembunyi kepada keluarga dan teman-teman dekatnya. Mulailah
Nabi bersembahyang bersama Khadijah, wanita pertama yang memeluk Islam, kemudian Ali
bin Abi Thalib (sepupu Nabi sebagai pemuda Muslim pertama), dan Zayd bin Haritsah, bekas
pembantu Nabi. Setelah itu Nabi mendekati teman-teman akrabnya, yaitu Abu Bakar, Utsman
bin AIIan, Abdurrahman bin AuI, Thalhah bin Ubaidillah, Sa`d bin Abi Waqash, Zubair
bin Awwam, dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Kelompok inilah yang menjadi generasi
pertama Muslim (ssabiqul al-wwalun).
Metode dakwah seperti itu dapat digambarkan sebagai metode sentriIugal (centrifugal
method) yaitu memulai sesuatu dari diri sendiri, kemudian menyebarkannya kepada
lingkungan keluarga yang terdekat dan terus meluas kepada lapisan yang paling jauh. Dengan
metode ini, Nabi secara sadar mulai memIungsikan dirinya sebagai suatu kekuatan sentriIugal
(centrifugal force), yaitu kekuatan yang berada pada suatu titik tengah yang kemudian
menyebar dari lingkaran terdekat yang terkecil hingga lingkaran terluas yang hampir tanpa
batas.
Dengan metode tersebut, sulit dihindari bahwa pada saatnya akan makin banyak orang
yang tahu dengan agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Dan itulah yang terjadi.
Makin lama pengikut Nabi makin bertambah jumlahnya. Setelah tiga tahun berjalan, Nabi
pun diperintahkan (QS. 26: 214-216; 15: 94) untuk menggunakan metode dakwah secara
terbuka, termasuk pamannya Abu Thalib. Sasaran dakwah selanjutnya adalah kaum Quraisy
secara umum. Pidato publiknya yang pertama, sebagaimana dituturkan oleh Haekal (1992:
92) dilakukan di atas bukit ShaIa di mana Nabi mengajak segenap masyarakat Quraisy untuk
beriman dengan mengucapkan la ilaha illa llah (Tiada Tuhan selain Allah). Pidato publik
yang sangat terbuka ini merupakan genderang nyaring yang menegaskan keberadaan dan
keberbedaan Nabi Muhammad yang selama ini dipandang sebagai salah satu anggota
masyarakat yang cukup terhormat.
Publik mulai merasa bahwa Muhammad sekarang harus dipandang berbeda, karena
konsep Tuhan yang diajarkannya tidak sama dengan konsep yang selama ini mereka yakini.
Pidato publik tersebut mengandung satu substansi ajaran, yaitu tauhid yang secara
literal berarti pengesaan Allah dan secara kebahasaan diIormulasikan dalam kalimat la ilaha
illa llah. Secara kebahasaan pula, kata ilah maupun bentuk jamaknya alihah merupakan
perbendaharaan kata yang juga dipakai oleh masyarakat saat itu. Namun substansi dari kata
tersebut berbeda, antara apa yang diyakini oleh masyarakat dan apa yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad.
Menurut banyak ahli, penekanan kepada tauhid inilah yang menjadi Iokus dari dakwah
Nabi Muhammad selama di Mekkah. Ayat-ayat al-Qur`an yang diturunkan di Mekkah
(Makkiyyah) pada umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan,
ancaman dan pahala, serta kisah-kisah umat terdahulu yang mengandung pelajaran dan budi
pekerti (Dep. Agama, 1982: 17-18). Penekanan terhadap tauhid ini menjadi landmark bagi
struktur ajaran Islam dan bahkan ajaran semua Nabi, sebagaimana diceritakan dalam al-
Qur`an (QS. 10, 11, 12, 14, dan 47). Tauhid dipandang sebagai pondasi awal yang harus
dibangun pada seseorang atau masyarakat sebelum segala sesuatu yang lain. Kalau struktur
atau konstruksi bangunan Islam itu digambarkan piramida, maka bahagian terbawahnya
adalah prinsip-prinsip dasar ketauhidan.
Konsep tauhid dijabarkan lebih lanjut kepada sejumlah pokok keimanan yang pada
dasarnya bermuara pada dua hal saja, yaitu keimanan kepada Allah dan kepada hari akhirat.
Wawasan al-Qur`an tentang pokok-pokok keimanan, menurut Quraish Shihab (1996: 1-133),
terdiri atas tujuh tema, yaitu tentang al-Qur`an, Tuhan, Nabi Muhammad, takdir, kematian,
hari akhirat, serta keadilan dan kesejahteraan.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, keberagaman bangsa Arab didominasi oleh
paganisme di mana penyembahan terhadap tuhan dimaniIestasikan dengan penyembahan
terhadap benda-benda yang diartikan sebagai tuhan. Berhala-berhala besar dan kecil
memenuhi Ka`bah sebagai tuhan-tuhan (alihah), sebagai sumber segala keyakinan dan
pengambilan keputusan. Keberagamaan seperti inilah yang ingin diubah dan dibentuk
kembali oleh Nabi dengan konsep tauhid. Dengan demikian, reIormasi pertama yang
dilakukannya adalah reIormasi keimanan. Secara konsisten, selama lebih kurang 13 tahun
keberadaannya di Mekkah,
Nabi mengajak kaum Quraisy untuk meyakini keesaan Allah dan untuk menyembah
hanya kepada-Nya. Hal ini tergambar dari surat-surat Makkiyyah dan di antara topik-topik
utamanya, menurut al-Qaththan (t.t. : 55, 63), adalah ajakan untuk bertauhid dan beribadah
hanya kepada Allah semata, penegasan tentang kerasulan Nabi, tentang Hari Kebangkitan
dan Pembalasan (Hari Kiamat), perbedaan dengan kaum musyrikin, serta gambaran tentang
alam semesta.
Setelah keimanan, atau pada saat yang sama, tema kedua yang direIormasi oleh Nabi
adalah etika (akhlak). Etika dapat diartikan sebagai tata cara atau prilaku seseorang dalam
menjalani kehidupannya. Etika juga menggambarkan suasana mental dalam diri seseorang
yang terimplementasikan dalam tindakan-tindakan nyata. ReIormasi etika merupakan upaya
yang dilakukan Nabi untuk memperbaiki prilaku masyarakat Arab yang selama ini
didasarkan kepada paganisme.
ReIormasi etika merupakan lanjutan dari apa yang harus dilakukan dalam rangka
mengisi struktur bangunan piramida Islam, sebagaimana telah disebut di atas. Jika keimanan
merupakan landasan dasar dari struktur tersebut, etika adalah lapisan di atasnya. Dengan kata
lain, setelah membangun konsep tauhid, Nabi juga harus membangun etika hubungan yang
dilandasi oleh tauhid tersebut, baik menyangkut hubungan antara manusia dengan
penciptanya maupun antara sesama manusia. Menurut al-Qaththan (t.t.: 63), salah satu topik
utama dari surat-surat Makkiyyah adalah juga tentang peletakan dasar-dasar umum bagi
pembangunan hukum dan etika bermasyarakat.
Aspek terpenting dari reIormasi etika adalah upaya Nabi dan sahabatnya menyadarkan
masyarakat bahwa penyembahan terhadap Tuhan tidak dapat direpresentasikan (diwakilkan)
melalui penyembahan terhadap benda-benda alam seperti batu (berhala), gunung, dan
sebagainya. Sebagai gantinya, penyembahan terhadap Allah dilakukan tanpa perantara
apapun. Allah tidak dikonkritkan dalam suatu bentuk, tetapi diwujudkan dalam konsep yang
abstrak.
Selanjutnya, reIormasi etika ditujukan untuk memperbaiki hubungan kemanusiaan, di
mana paling sedikit terdapat dua prilaku bangsa Arab yang ingin dihilangkan. Pertama adalah
masalah pembunuhan terhadap anak perempuan. Menurut catatan al-Qur`an (QS. 16: 58-59),
orang Arab saat itu merasa tertekan dan emosional apabila dianugerahi seorang anak
perempuan (untsa).
Lantas ia berIikir apakah membiarkan anak itu hidup tetapi menanggung malu, atau
menguburnya hidup-hidup. Dengan demikian, pembunuhan terhadap anak perempuan ini
dilandasi oleh asumsi bahwa anak perempuan, atau perempuan pada umumnya, akan
membawa aib atau kehinaan bagi individu atau suku yang memilikinya.
Konsep tentang perempuan yang diajarkan dan dipraktekkan oleh Nabi Muhammad
sangat berbeda dengan kebiasaan bangsa Arab tersebut. Bagi Nabi, perempuan mempunyai
kedudukan yang sama seperti laki-laki dan merupakan pasangan bagi bagi laki-laki guna
kelangsungan hidup umat manusia itu sendiri. Dalam prakteknya, dari enam orang anak Nabi
dengan isterinya Khadijah, empat di antaranya adalah perempuan-perempuan yang sangat
dikasihi Nabi dan dibesarkannya hingga mandiri. Salah seorang di antaranya adalah Fatimah
yang kemudian menjadi sosok yang darinya terlahir keturunan Nabi hingga saat ini.
Prilaku kedua yang ingin direIormasi Nabi atas bangsa Arab adalah masalah
perbudakan, yaitu perbudakan di mana seseorang mendominasi secara total orang lain yang
telah dibeli atau diwarisinya. Pada umumnya, status atau kedudukan budak tersebut sama
dengan barang, sehingga ia dapat diperjualbelikan, dihadiahkan, atau ditukarkan dengan yang
lain. Sedangkan bagi majikannya, kepemilikan budak dapat pula menjadi simbol kekayaan
atau ketinggian status sosialnya di tengah-tengah masyarakat.
Nabi sendiri secara bertahap membebaskan para budak dan sistem perbudakan tersebut
dengan berbagai pendekatan. Di antaranya ialah upaya Nabi dan sahabatnya membeli para
budak dan kemudian memerdekakannya, seperti yang terjadi atas diri Bilal bin Rabah. Selain
itu, Nabi juga menyampaikan sejumlah aturan di mana salah satu sanksi apabila melanggar
aturan itu adalah membebaskan budak (lihat QS. 4: 92; 5: 89; 58: 3; 90: 13).
Ajakan untuk menghapus perbudakan ini tentu saja mengundang reaksi keras
masyarakat Arab. Konsep persamaan derajat menusia yang terkandung dalam ajakan tersebut
bertentangan dengan paradigma pemikiran mereka yang memandang budak sebagai makhluk
dengan status sosial terendah, atau bahkan tidak punya status kemanusiaan sama sekali
sehingga dipersamakan dengan barang yang dapat ditransaksikan. Ajakan tersebut juga
makin memperkuat penolakan dari pemuka-pemuka kaum kaIir Quraisy dan mendorong
mereka untuk segera memusnahkan Nabi dan para pengikutnya. Apalagi dua orang
pendukung Nabi yang sangat disegani, yaitu Khadijah dan Abu Thalib, dalam waktu yang
hampir bersamaan keduanya meninggal dunia pada tahun kesepuluh atau kesebelas dari masa
kerasulan Nabi. Dua atau tiga tahun berikutnya adalah masa-masa sulit bagi Nabi dan para
sahabatnya dengan meningkatnya ancaman dari kaum kaIir Quraisy, hingga akhirnya pada
tahun 622 Nabi melakukan hijrah (migrasi) dari Mekkah ke Madinah di mana ia memulai
reIormasi babak baru.
. SASARAN DAKWAH KEPADA SAHABAT-SAHABAT
Siapa yang tidak kenal dengan bu Bakr s-Siddiq, beliaulah khaliIah pertama yang menjadi
pemimpin umat setelah Rosulullah waIat, nama ayahnya adalah Abu QuhaIah, nama asli
ayahnya adalah Utsman bin amir bin amr bin ka`ab bin sa`ad bin taim bin murrah bin ka`ab
bin luai bin ghalib bin Iihr. Nama asli abu bakr adalah Abdullah dan mendapatkan julukan
Atiq karena ketampanan wajahnya dan pembebasan budak yang ia lakukan.
Abu bakr adalah orang yang diterima di kaumnya, dicintai, orang quraisy yang paling ahli
tentang nasab quraisy dan orang yang paling tahu tentang kebaikannya dab keburukan
quraisy. Selain itu beliau juga seorang pedagang yang berakhlak baik dan baik hati. Tokoh-
tokoh di kaumnya banyak yang senang kepadanya karena ilmu yang dimilikinya, karena
perniagaanya, serta karena tanggapannya yang baik.
Abu bakr merupakan sosok laki-laki yang begitu rendah hati, begitu mudah tcrharu dan
begitu halus perasaannya. Tetapi dalam dirinya terpendam suatu kekuatan yang dahsyat.
Dengan kemampuan yang luar biasa dalam membina tokoh-tokohserta dalam menampilkan
posisi dan bakat mereka, ia tak kenal ragu, pantang mundur. Ia mendorong mereka terjun ke
dalam lapangan yang bcrmanIaat untuk kepentingan umum, menyalurkan segala kekuatan
dengan kemampuan yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka.
Abu Bakr adalah orang pertama di luar kerabat Rasul yang memeluk Islam. Ia dikenal
sebagai orang yang selalu membenarkan ucapan Rosulullah, itu sebabnya beliau mendapat
julukan 's-Siddiq`. Ketika orang-orang menghujat Muhammad karena mengatakan baru
mengalami Isra` Mi`raj, Abu Bakr menyatakan keyakinannya terhadap peristiwa itu. Bahkan
beliau mengatakan 'demi ALLAH jika itu yang ia(Rosulullah) katakan, sesungguhnya ia
berkata benar. Apa yang aneh bagi kalian?? Demi ALLAH, sesungguhnya ia berkata
kepadaku bahwa ceritanya tersebut datang kepadanya dari langit kebumi hanya dalam waktu
sesaat pada waktu malam atau sesaat pada waktu siang. Dan aku mempercayainya, inilah
puncak keheranan kalian..
Itulah sosok beliau, makannya akupun tak heran mengapa banyak sahabat yang masuk islam
karena dakwah Abu bakr, sahabat-sahabat Rosulullah yang masuk islam karena dakwah Abu
bakar adalah
1. Utsman bin AIIan
Utsman bin AIIan adalah salah seorang sahabat nabi yang menjadi khaliIah ke tiga
menggantikan Umar bin Khatab, Rosulullah sangat menyayangi Ustman, sehingga ia
dinikahkan dengan Ruqaya, putri Muhammad. Setelah Ruqayah meninggal, Muhammad
menikahkan kembali Ustman dengan putri lainnya, Ummu Khulthum, oleh sebab itu beliau
mendapat gelar Dzunnurrain (yang punya dua cahaya).
Masyarakat mengenal Ustman sebagai dermawan. Dalam ekspedisi Tabuk yang dipimpin
oleh Rasul, Ustman menyerahkan 950 ekor unta, 50 kuda dan uang tunai 1000 dinar. Artinya,
sepertiga dari biaya ekspedisi itu ia tanggung seorang diri. Pada masa pemerintahan Abu
Bakr, Ustman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk
membantu kaum miskin yang menderita di musim kering itu.
2. Az-Zubair bin Al-Awwam
Zubair termasuk dalam rombongan pertama yang masuk Islam, karena ia adalah dari
golongan tujuh orang yang mula-mula menyatakan keislamannya, beliau masuk islam ketika
usianya baru limabelas tahun. Ia telah diberi petunjuk, nur dan kebaikan ketika masih remaja.
Ia benar-benar seorang penunggang kuda dan berani sejak kecilnya. hingga ahli sejarah
menyebutnya bahwa pedang pertama yang dihunuskan untuk membela Islam adalah Zubair
bin Awwam.
Pada suatu hari ketika masih pada masa dakwah sembunyi-sembunyi di rumah Arqam, tiba-
tiba tersebar berita bahwa Rasul terbunuh. Seketika itu, Zubair menghunus pedang dan
mengacungkannya, ia berjalan di jalan-jalan kota Mekah laksana tiupan angin kencang,
padahal ia masih muda belia! Ia pergi mula-mula mencari berita tersebut dengan bertekadad
jika berita itu ternyata benar, maka niscaya pedangnya akan menebas semua pundak orang
Quraisy, sehingga ia mengalahkan mereka, atau mereka menewaskan-nya. Di suatu tempat
ketinggian kota mekah, Rosulullah menemukannya,
lain bertanya kepadanya akan maksudnya. Zubair menyampaikan berita tersebut. Maka
Rosulullah memohonkan bahagia dan mendu`akan kebaikan baginya serta keampuhan bagi
pedangnya.
3. Abdurrahman bin AuI
Abdurahman bin AuI. Beliaulah saudagar yang berhasil. dia orang yang kaya raya.
Kekayaannya banyak dan melimpah ruah. Dan beliau membelanjakan hartanya di jalan
ALLAH.beliau termasuk salah satu dari delapan orang yang pertama masuk Islam. Abu, Bakr
datang kepadanya menyampaikan Islam, begitu juga kepada Utsman bin AIIan, Zubair bin
Awwam, Thalhah bin Ubedillah, dan Sa`ad bin Abi Waqqash. Maka tak ada persoalan yang
'tertutup bagi mereka, dan tak ada keragu-raguan yang menjadi penghalang, bahkan mereka
segera pergi bersama Abu Bakr Shiddiq menemui RasuIullah saw. menyatakan bai`at dan
memikul bendera Islam
4. Sa`ad bin Abu Waqqash
Inilah salah satu tokoh sahabat yang menjadi salah satu idola bagi penulis, yup, dialah Singa
yang menyembunyikan kukunya, yaitu Sa`ad bin Malik az Zuhri atau yang biasa dikenal
dengan nama Sa`ad bin Abu Waqqash.
Beliau masuk Islam ketika berusia berusia l7 tahun, dan keislamannya termasuk yang
terdahulu di antara para shahabat. Hal ini pernah diceritakannya sendiri, katanya, 'Pada suatu
saat saya beroleh kesempatan termasuk tiga orang pertama yang masuk Islam. Maksudnya
bahwa ia adalah salah seorang di antara tiga orang yang paling dahulu masuk Islam.
Pada hari-hari pertama Rosulullah menjelaskan tentang Allah Yang Esa dan tentang Agama
baru yang dibawanya, dan sebelum beliau mengambil rumah al-Arqam untuk tempat
pertemuan dengan shahabat-shahabatnya yang telah mulai beriman, Sa`ad bin Abi Waqqash
telah mengulurkan tangan kanannya untuk bai`at kepada Rosulullah saw.
Ada riwayat yang menceritakan bahwa ia termasuk salah seorang yang masuk Islam bersama
dan atas hasil usaha Abu Bakr. Bisa jadi ia menyatakan keislamannya secara terang-terangan
bersama orang-orang yang dapat diyakinkan oleh Abu Bakr, seperti Utsman bin AIIan,
Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin AuI dan Thalhah bin Ubaidillah. Dan ini, tidak
menutup kemungkinan bahwa ia lebih dulu masuk Islam secara sembunyi-sembunyi.
Banyak sekali keistimewaan yang dimiliki oleh Sa`ad ini, yang dapat ditonjolkan dan
dibanggakannya. Tetapi di antara semua itu dua hal penting yang selalu menjadi dendang dan
senandungnya. Pertama, bahwa beliaulah yang mula-mula melepaskan anak panah dalam
membela Agama Allah, dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Dan kedua,
bahwa beliau merupakan satu-satunya orang yang dijamin oleh Rosulullah dengan jaminan
kedua orang tua beliau. Bersabdalah Rosulullah saw di waktu perang Uhud, 'Panahlah hai
Sa`ad! Ibu bapakku menjadi jaminan bagimu. Selain itu beliau juga beliau memiliki 2
senjata paling ampuh, yaitu panah dan doanya, jika ia memanah musuh dalam peperangan,
pastilah akan mengenai sasarannya, dan jika ia menyampaikan suatu permohonan kepada
Allah pastilah dikabulkan-Nya. Hal ini dikarenakan pada suatu hari ketika Rosulullah
menyaksikan dari Sa`ad sesuatu yang menyenangkan dan berkenan di hati beliau, maka
Rosulullah mendoakannya , 'Ya Allah, tepatkanlah bidikan panahnya, dan kabulkanlah
do`anya. (kok jadi panjang gini??? Kisah Sa`ad bin Abu Waqash insyaALLAH akan ditulis
di lain pembahasan.)
5. Ammar bin Yatsir
Ammar bin Yatsir, yup inilah putra dari syahidah pertama muslimin yaitu Sumayah binti
Khayyath, putra dari pasangan Yatsir bin Amir dengan Sumayah binti Khayyath. Ammar
dan keluarganya masuk islam pada masa-masa awal, keluarga Yatsir telah ditakdirkan oleh
Allah SWT termasuk dalam golongan yang martabatnya tidak tinggi, sehingga keluarga
Yatsir termasuk ke dalam kelompok yang mendapat perlakuan yang zalim dari kaIir Qurays.
Setiap hari, Yatsir, Sumayyah, dan Ammar dibawa ke padang pasir Mekah yang demikian
panas, lalu didera dengan berbagai adzab dan siksa. Sehingga sumayah dan yatsir menuju
jalan untuk berjumpa dengan Rabb-nya.
Ammar menghadapi cobaan dan siksaan itu dengan ketabahn luar biasa, hingga pendera-
penderanya merasa lelah, lemah, dan bertekuk lutut di hadapan tembok keimanan yang maha
kokoh. Memang, demikianlah Al-Qur`an mendidik para pemeluknya: menghadapi kekejaman
dan kekerasan dengan kesabaran, keteguhan dan pantang menyerah, yang merupakan hikmah
dari keimanan.
Selain ke lima sahabat tersebut, masih banyak sahabat-sahabat yang lain, diantaranya adalah
Thalhah bin ubaidillah, Abu Ubadah, Amir bin Fuhairah, Sa`id bin Al-Ash, Hathib dan Abu
hudzaiIah, Waqid bin Abdullah, Bani Al-Bukair(khalid, amir, aqil dan Iyas), Suhaib.
Semoga sosok sahabat-sahabat Rosulullah bisa menjadi salah satu inspirator kita dalam
menegakkan agama ALLAH.
5. Peperangan Yang Pernah Diikuti oleh Rasulullah Ketika Belum
Menjadi Rasul
!#AAC BAA#
Setelah hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah bersama-sama para sahabatnya dan
diterima baik oleh orang-orang anshar, Islam telah berkembang, tersebar luas dan diterima
oleh banyak kabilah-kabilah arab. Kekuatan dan ekonomi Madinah telah menjadi kukuh.
Orang-orang arab Quraisy Makkah tidak senang hati dengan kemajuan ini. Perang Badar
merupakan perang pertama yang dilalui oleh umat Islam di Madinah. Ia merupakan isyarat
betapa mulianya umat Islam yang berpegang teguh pada tali agama Allah. Kemenangan
besar kaum muslimin tidak terletak pada jumlah tentara yang ikut serta tetapi terkandung
dalam kekuatan iman yang tertanam disanubari mereka. Dengan Keyakinan mereka pada
Allah yang sangat kukuh itu, Allah telah menurunkan bantuan ibarat air yang mengalir
menuju lembah yang curam. Tidak ada sesiapa yang dapat menahan betapa besarnya
pertolongan Allah terhadap umat yang senantiasa menjalankan perintahnya dan menjauhi
larangannya. Sejarah : Serangan yang dilakukan oleh Abdullah Ibn Jahshin terhadap angkatan
perdagangan kaum Quraisy pada bulan Rejab yang diharamkan berperang telah dianggap
oleh mereka sebagai tamparan dan cabaran hebat kepada mereka. Kaum Quraisy merasakan
kematian Al-Hadhrami seharusnya dibela dan memusnahkan semua pihak yang bersangkutan
dengan pembunuhan itu. Rasulullah sememangnya menyedari pihak Quraisy pasti akan
menuntut bela. Baginda telah membuat persediaan yang lebih awal. Pada bulan Ramadhan
tahun 2 Hijriah, Rasulullah bersama 313 orang tentera telah keluar dari Madinah untuk
menyekat angkatan perdagangan kaum Quraisy yang pulang dari negeri Syria (Syam) dalam
usaha mereka hendak melemahkan persiapan tentera Quraisy Makkah untuk menyerang
Madinah. Abu SuIyan yang mengetuai angkatan perdagangan tersebut telah menyedari
tindakan Rasulullah itu lalu beliau telah menghantar utusannya yang bernama Dham Dham
bin Amr Al-GhiIari meminta bantuan dari Makkah. Di Makkah pula, 3 hari sebelum Dham
Dham sampai, Atiqah Binte Abdul Muthalib telah bermimpi sesuatu yang sungguh
menakutkan. Atiqah telah bermimpi melihat seorang musaIir datang dengan mengendarai
unta. Ia berdiri diatas tanah lapang.
Kemudian, lelaki tersebut berteriak dengan suara yang amat kuat. 'Ketahuilah wahai
keluarga Ghudar, berangkatlah kalian kepada tempat-tempat kematian kalian dalam masa 3
hari. Atiqah melihat manusia berkumpul dekat musaIir tersebut kemudian ia masuk dalam
masjid diikuti orang ramai dan berdiri ia diatas untanya didepan Ka`bah dan dilaungkan lagi
perkataan yang sama. Lelaki itu kemudian berdiri dihadapan Abu Qais dan diulangi
ucapannya buat kali ketiga. MusaIir itu kemudian mengambil batu besar dan
melemparkannya. Batu itu jatuh bergolek. Ketika batu itu tiba dibawah gunung, ia pecah
berkeping-keping. Tidak sebuah rumah pun yang ada di Makkah terlepas dari dimasuki
pecahan batu besar tersebut. Mimpi Atiqah itu walaupun diminta supaya dirahsiakan, telah
tersebar luas di Kota Makkah hingga kepengetahuan Abu Jahal. Tetapi Abu Jahal dengan
sikap bongkak dan sombongnya tidak memperdulikan mimpi itu malah diperlecehkan
olehnya. Al-Abbas bin Abdul Muthalib, orang pertama yang mengetahui tentang mimpi
Atiqah telah mendengar saudaranya di ejek oleh Abu Jahal. Beliau ingin mempertahankan
saudaranya lalu keluar untuk mencari Abu jahal. Pada ketika beliau terjumpa Abu Jahal,
Dham Dham, yaitu utusan dari Abu SuIyan telah sampai ke Makkah dengan membawa berita
Abu SuIyan meminta bantuan. Ketika itu juga Makkah menjadi kecoh dengan berita ini.
Ramai pembesar-pembesar Quraisy merasa marah dengan tindakan Muhammad. Mereka lalu
mengumpulkan orang untuk keluar membantu Abu SuIyan. Tidak ada seorang lelaki pun
yang ingin ketinggalan dalam peperangan ini. Ada diantara mereka yang tidak dapat ikut
tetapi mengutus orang suruhan mereka untuk ikut serta. Sebelum berlaku peperangan di
Badar, Nabi Muhammad S.A.W telah mengutuskan Talhah Bin Ubaidullah dan Said bin Zaid
untuk mengumpul maklumat tentang kabilah Abu SuIyan. Mereka mengumpulkan maklumat
ynag perlu dan kembali ke Madinah untuk menyampaikan pada Rasul. Baginda bergerak
bersama-sama para pengikutnya. Baginda menuju ke Badar tetapi terlebih dahulu Baginda
mengutus Ali bin Abu Talib, Zubir bin Al-Awwam dan Saad Bin Abi Waqqas bersama
beberapa orang lain ke Badar mengumpulkan maklumat terbaru tentang orang Quraisy serta
musuh mereka. Maklumat yang diperolehi daripada dua orang budak lelaki yang telah
mendedahkan tentang tempat persinggahan orang Quraisy. Apabila Rasulullah bertanya
berapa ekor binatang yang disembelih untuk makanan mereka setiap hari, kanak-kanak itu
menjawab 9 atau 10 eokr. Dengan kebijaksanaan Rasulullah, Beliau dapat mengagak jumlah
tentera musuh ada 900 hingga 1000 orang tentera. Dengan maklumat yang diperolehi itu,
Rasulullah pada waktu itu merasa khawatir kalau-kalau nanti setelah kejadian tenteranya
bertempur dengan tentera Quraisy lalu dari tenteranya ada yang mengundur diri.
Nabi Muhammad S.A.W juga ingat bahwa asal mulanya berangkat dari madinah adalah
hendak mengejar seperangkatan unta yang memuatkan perdagangan kaum Quraisy yang di
ketuai oleh Abu SuIyan, sedangkan mereka telah lepas jalan ke Makkah. Rasulullah bimbang
jika ada diantara tenteranya yang tidak suka bertempur dengan tentera Quraisy dan ada yang
berperasaan. Angkatan Unta yang dikejar telah terlepas jalan.
Pasukan tentera Quraisy begitu besar berlipat ganda. Alat perang Quraisy lebih lengkap dan
mereka serba kekurangan. Dengan kebijaksanaan sebagai seorang Nabi dan pesuruh Allah,
maka Nabi Muhammad S.A.W mengadakan permusyawaratan bersama pahlawan-pahlawan
tenteranya meminta pendapat mereka. Pada mulanya, mereka berkata bahwa mereka keluar
hanya untuk perdagangan Quraisy dan bukan untuk berperang. Ketika itu Rasulullah amat
merasa susah hati dan berubah wajahnya. Apabila Abu Bakar r.a melihat keadaan ini, lalu
beliau berkata: 'Ya Rasulullah, lebih baik kita bertempur dengan musuh!. Diikuti pula
dengan Umar r.a. Kemudian seorang sahabat Miqdad Bin Al-Aswad lalu berdiri dan berkata
: 'Ya Rasulullah, teruskanlah pada barang apa yang Allah telah perintahkan pada Tuan!
Maka kita serta Tuan. Demi Allah, kita tidak akan berkata kepada Tuan seperti perkataan
kaum Bani Israil kepada Nabi Musa pada zaman dahulu. 'Pergilah engkau bersama
Tuhanmu, maka berperanglah engkau berdua. Kita sesungguhnya akan duduk termenung
saja.. Akan tetapi berkata kita pada Tuan sekarang 'Pergilah Tuan bersama Tuhan Tuan!
Dan berperanglah Tuan bersama Tuhan Tuan. Kita sesungguhnya berserta Tuan dan Tuhan
Tuan. Kita ikut berperang. Demi Allah, jikalau Tuan berjalan dengan kita sampai kedesa
Barkul Ghamad, nescaya kita berjuang bersama Tuan daripada yang lainnya. Kita akan
berperang dari sebelah kanan Tuan dan di antara hadapan Tuan dan belakang Tuan. Ketika
itu Rasulullah juga ingin kepastian dari kaum Anshar. Melihat keadaan itu, Sa`ad Bin Muaz
lalu berdiri dan berkata dengan kata-kata yang memberi keyakinan pada Rasulullah sama
seperti kaum Muhajirin. Di ikuti pula oleh suara-suara pahlawan yang lain. Setelah
mendengar kata-kata daripada sahabat dan tenteranya yang sungguh meyakinkan,
bercahayalah muka Nabi seraya tertampak kegirangannya. Pada saat itu juga Allah
menurunkan wahyunya yang tercatat di Surah Al-AnIal ayat 5-7 yang ertinya : 'Sebagai
Tuhanmu(Muhammad) mengeluarkan akan kamu dari rumhamu yang benar. Dan
bahawasanya sebahagian dari orang-orang yang beriman itu sungguh benci. Mereka
membantah kamu dalam urusan kebenaran (berperang) sesudah terang-benderang, seolah-
olah mereka digiring akan salah satu dari dua (golongan Al`Ier dan golongan An NaIier),
bahawasanya ia bagimu,
dan kamu mengharapkan yang tidak berkekuatan senjata adalah bagi kamu, dan Allah
berkehendak akan menyatakan kebenaran dengan semua sabdanya, dan memutuskan
kekalahan orang-orang yang tidak percaya
(Al-Quran Surat Al-AnIal Ayat 5-7)
Setelah itu, nabi S.A.W lalu bersabda pada seluruh tenteranya: 'Berjalanlah kamu dan
bergiranglah kerana sesungguhnya Allah telah memberi janji kepadaku salah satu daripada
dua golongan (yaitu Al-Ier dan An-NaIier). Demi Allah, sungguh aku seakan-akan sekarang
ini melihat tempat kebinasaan kaum Quraisy, Mendengar perintah Rasulullah S.A.W yang
sedemikian itu, segenap kaum muslimin memulakan perjalanan dengan tulus ikhlas dan
berangkatlah mereka menuju ketempat yang dituju oleh Nabi. Mereka selalu ta`at dan patuh
kepada perintah Nabi dengan melupakan segala sesuatu yang menjadi kepentingan diri
mereka sendiri. Dipihak Quraisy pula ada beberapa kocar kacir yang terjadi sehingga
beberapa kaum yang berjalan berpatah balik ke Makkah. Rasulullah tidak henti-henti
memanjatkan do`a kepada Allah memohon pertolongan. Untuk menebalkan iman tenteranya
dan meneguhkan semangat barisannya, Rasulullah menghadapkan mukanya kepada sekelian
tenteranya sambil memohon kepada Allah yang ertinya : 'Ya Allah! Hamba memohon
kepada Engkau akan janji dan perjanjian Engkau. Ya Allah! Jika Engkau berkehendak
(mengalahkan pada hamba), tidak akan Engkau disembah lagi. Diriwayatkan diwaktu itu,
Nabi S.A.W berulang-ulang memohon kepada Allah sehingga Abu Bakar r.a yang senantiasa
berada disisinya telah memegang selendang dan bahu Nabi sambil berkata bahwa Tuhan akan
meluluskan padanya apa yang telah Allah janjikan. Selanjutnya, sebagai kebiasaan bangsa
Arab, sebelum berperang maka diantara pahlawan-pahlawannya lebih dulu harus bertanding
dan beradu kekuatan dengan pahlawan musuh. Dipihak kaum Quraisy, 3 pahlawan yang
keluar adalah 1. Utbah Bin Rabi`ah, 2. Syaibah Bin Rabi`ah dan 3. Walid Bin Utbah. Dan
dari tentera Islam ialah 1. AuI bin Al-Harits, 2. Mu`adz bin Harts dan 3. Abdullah bin
Rawahah. Mereka bertiga adalah dari kaum Anshar. Tetapi kerana kesombongan kaum
Quraisy yang merasakan bangsanya lebih baik, tidak mahu menerima kaum Anshar, malah
meminta Rasulullah mengeluarkan 3 orang pahlawan dari kaum Quraisy sendiri. Maka
Rasulullah mengeluarkan 1. Hamzah Bin Abdul Muthalib, 2. Ali Bin Abi Thalib dan 3.
Ubadah Bin Al-Harits. Mereka berenam beradu tenaga sehingga akhirnya tentera Quraisy
jatuh ketiga-tiganya dan tentera Islam hanya Ubaidah Bin Al-Harits yang syahid. Ini adalah
petanda bahwa kaum Quraisy akan tewas. Setelah itu pertempuran terus berlaku.
Tentera Islam yang seramai 313 orang berlawan mati-matian untuk menewaskan tentera
Quraisy. Rasulullah senantiasa mengamati gerak-geri tentera Islam. Dengan sebentar waktu,
berpuluh-puluh tentera musyrikin menghembuskan naIasnya, melayang jiwanya
meninggalkan badannya bergelimpangan diatas tanah bermandikan darah. Tentera Islam
senantiasa menyebut 'Esa! Esa! Esa!. Rasulullah pula tidak henti-henti memanjatkan do`a
pada Allah memohon kemenangan tentera Islam.
Ada seketika dengan tidak ada sebab apapun, Rasulullah telah jatuh dengan mendadak
sebagai orang pengsan. Tubuhnya gementar dan kedinginan bagaikan orang ketakutan.
Tetapi tidak berapa minit, Beliau bangun dengan tegak lalu bersabda kepada Abu Bakar r.a.
yang senantiasa berada disisinya, yang ertinya : 'Gembiralah oleh mu hai Abu Bakar. Telah
datang pertolongan dari Allah kepadamu. Ini Malaikat Jibril sampai memegang kendari kuda
yang ia tuntun atas kedua gigi sarinya berdebu. Rasulullah memberi semangat kepada
tenteranya dengan sabdanya yang membawa maksud dan jaminan bahwa tentera Islam yang
turut serta diperang Badar dijamin masuk syurga. Mendengar ini, tentera Islam semakin
berkobar-kobar semangatnya. Ramai pembesar-pembesar Quraisy yang terkorban dan pada
akhirnya, mereka bubar dan melarikan diri. 70 orang kaum Quraisy terbunuh dan 70 yang
lain tertawan. Manakala tentera Islam pula hanya 14 yang syahid (6 dari Muhajirin dan 8
dari Anshar). Tentera Islam mendapat kemenangan dari sebab keteguhan dan ketabahan hati
mereka. Bangkai-bangkai tentera musyrikin dilempar dan dikuburkan didalam sebuah
perigi/sumur di Badar. Kemenangan ini disambut dengan riang gembira oleh orang yang
tidak mengikut peperangan, yaitu kaum perempuan, kanak-kanak dan beberapa orang lelaki
yang diberi tugas mengawal Madinah dalam masa pemergian tentera Islam ke Badar itu. Di
Madinah pula, Rasulullah memikirkan bagaimana cara yang patut dilakukan keatas orang
tawanan perang. Rasulullah juga berpesan pada orang ramai supaya bersikap baik dan belas
kasihan kepada orang tawanan. Sehingga ada kaum muslimin yang memberikan satu-satunya
roti yang ada kepada orang tawanan. Sehingga orang tawanan merasa segan dengan kebaikan
yang ditunjukkan. Rasulullah kemudian berbincang dengan orang Islam tentang nasib
tawanan Badar. Ada yang menyatakan dibunuh saja kerana mereka telah engkar dengan
Allah dan mengusir kaum Muhajirin dari Makkah. Ada pula yang lebih lembut hatinya dan
disuruh lepaskan saja dengan harapan mudah-mudahan mereka akan insaI dan tertarik dengan
Islam. Setelah lam berbincang, mereka akhirnya mengambil keputusan untuk melepaskan
mereka dengan mengenakan tebusan sekadar yang sepatutnya mengikut keadaan masing-
masing. Setinggi empat ribu dirham dan serendah satu ribu dirham.
Bagi yang miskin tetapi ada pengetahuan membaca dan menulis dikehendaki supaya
mengajar sepuluh orang kanak-kanak Islam. Mereka semua dibebaskan apabila tebusan telha
dibayar atau kanak-kanak itu telah pandai.
PERANG UHUD
Pertempuran Uhud adalah pertempuran yang pecah antara kaum muslimin dan kaum kaIir
Quraisy pada tanggal 22 Maret 625 M (7 Syawal 3 H). Pertempuran ini terjadi kurang lebih
setahun lebih seminggu setelah Pertempuran Badr. Tentara Islam berjumlah 700 orang
sedangkan tentara kaIir berjumlah 3.000 orang. Tentara IslamRasulullah sedangkan tentara
kaIir dipimpin oleh Abu SuIyan. Disebut Pertempuran Uhud karena terjadi di dekat bukit
Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid Nabawi dan mempunyai ketinggian 1000 kaki dari
permukaan tanah dengan panjang 5 mil.
PERANG HUNAIN
Pertempuran Hunain adalah pertempuran antara Muhammad dan pengikutnya melawan
kaum Badui dari suku Hawazin dan TsaqiI pada tahun 630 M atau 8 H, di sebuah pada salah
satu jalan dari Mekkah ke ThaiI. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan telak bagi
kaum Muslimin, yang juga berhasil memperoleh rampasan perang yang banyak. Pertempuran
Hunain merupakan salah satu pertempuran yang disebutkan dalam Al-Qur`an, yaitu surat At-
Taubah 25-26.
|3|

PERANG TABUK
Ekspedisi Tabuk (atau Perang Tabuk/Pertempuran Tabuk), adalah ekspedisi yang
dilakukan umat Islam pimpinan Muhammad pada 630 M atau 9 H, ke Tabuk, yang sekarang
terletak di wilayah Arab Saudi barat laut.
PERTEMPURAN ZATU AL-RIQA
Pertempuran Zatu al-Riqa` (Arab:_' ' '~ ) adalah pertempuran antara pihak muslimin
dengan Bani Muharib, Bani Tsa`labah dan Bani GhathaIan, di daerah dekat Najd, dan
dimenangkan oleh pihak Arab Muslim. Dilain kisah pertempuran ini disebut pula sebagai
Perang Bani Anmar.
Etimologi
Dinamakan Perang Zatu al-Riqa` karena para prajurit muslim membalut kakinya yang telah
luka dengan potongan-potongan kain (riqa`).
|2|
Lalu setiap enam orang menahan seekor unta
sehingga membuat kaki mereka mengeluarkan darah.
Pertempuran:


Peta Peperangan Zatu al-Riqa`, dari Madinah menuju utara Khaybar.
Perang ini terjadi didekat kebun kurma, sebelah utara Khaibar, kemudian jaraknya dikatakan
hanya 100km dari utara Madinah, yang terletak antara kebun kurma, lembah al-Hanakiyah
dan asy-Syuqrah. Menurut kisah Islam, dalam perang Dzatu al-Riqa` ini, Malaikat Jibril
mengajari shalat KhauI kepada Muhammad dan umat Islam memperoleh kelonggaran untuk
bertayammum. Dalam tahun itu juga terjadi Perang Badar yang terakhir, kemudian isteri
Muhammad yang bernama Zainab binti Khuzaimah meninggal dunia. Pada tahun yang sama
pula lahir cucu Muhammad yaitu Husain anak Ali dan Muhammad menikah dengan Ummu
Salamah.
Data Korban Perang Dalam Sirah Nabawi
Kalau Islam masih dikatakan haus darah, atau disebarkan dengan pedang, mari kita teliti
lebih dalam jumlah jumlah korban tewas dalam peperangan dalam sejarah hidup Nabi
Muhammad SAW.
1. Perang Badar tahun 2 Hijriyah, korban kaIir 70 orang, korban muslim 14 orang
2. Operasi Abdullah bin Jahsy tahun 2 Hijriyah, korban kaIir1 orang, korban muslimtidak
ada.
3. Perang As-Sawiq tahun 2 Hijriyah, korban kaIir tidak ada, korban muslim tidak ada.
4. Operasi Ka''ab bin AsyraI tahun 3 Hijriyah, korban kaIir 1 orang, korban muslim tidak ada
5. Perang Uhud tahun 3 Hijriyah, korban kaIir 22 orang, korban muslim 70 orang
6. Perang Hamra''ul Asad tahun 3 Hijriyah, korban kaIir 1 orang, korban muslimtidak ada
7. Operasi Raji'' tahun 3 Hijriyah, korban kaIir tidak ada, korban muslim 7 orang
8. Operasi Bi''ru Ma''unahtahun 3 Hijriyah, korban kaIir tidak ada, korban muslim27 orang
9. Perang Khandaq tahun5 Hijriyah, korban kaIir 3 orang, korban muslim 5 orang
10. Perang Bani Quraidhahtahun 5 Hijriyah, korban kaIir 600 orang, korban muslimtidak ada.
Tapi sebenarnya angka ini tidak bisa dikatakan sebagai korban perang, karena 600 orang itu
memagdihukum mati karena pengkhianatan yang sangat menyakitkan.
11. Operasi Atik 5 Hijriyah, korban kaIir1 orang, korban muslimtidak ada
12. Perang Dzi Qird tahun6 Hijriyah, korban kaIir 1 orang, korban muslim-muslim orang
13. Perang Bani Mushthaliq tahun6 Hijriyah, korban kaIirtidak ada, korban muslim 1 orang
14. Perang Khaibar tahun 7 Hijriyah, korban kaIir 2 orang, korban muslim 20 orang
15. Perang Wadilqura tahun 7 Hijriyah, korban kaIir tidak ada, korban muslim1 orang
16. Perang Mu''tah tahun 8 Hijriyah, korban kaIir tidak ada, korban muslim11 orang
17. Perang Fathu Makkah tahun 8 Hijriyah, korban kaIir 17 orang, korban muslim3 orang
18. Perang Hunain tahun 8 Hijriyah, korban kaIir 84 orang, korban muslim 4 orang
19. Perang ThaiI tahun 8 Hijriyah, korban kaIir tidak ada orang, korban muslim13 orang
20. Perang Tabuk tahun 2 Hijriyah, korban kaIir tidak ada, korban muslimtidak ada
Itulah data otentik korban perang dalam sejarah nabi Muhammad SAW selama 23 tahun
berdakwah, jumlahnya hanya 386 jiwa saja, sudah termasuk muslim dan kaIir.
Mana buktinya kalau Islam itu haus darah dan memerintahkan pembunuhan? Semua itu
hanya tuduhan yang tidak jelas ujung pangkalnya, buatan orang-orang kaIir yang pandai
menipu. Mereka gunakan ayat Quran untuk mencari-cari alasan bahwa Islam itu haus darah,
ternyata argumentasi mereka mentah, sebab di dalam tataran sejarah, tidak pernah terbukti
tuduhan itu.
Justru kehidupan di luar Islam adalah kehidupan yang penuh bersimbah darah yang
menjijikkan.
allahu alam bishshawab, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Anda mungkin juga menyukai