Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pergerakan perempuan yang kita lihat dan rasakan hasilnya saat ini, bukan
merupakan sesuatu yang tiba-tiba ada, dan semata sebagai anugerah Tuhan,
karena jika menilik lebih jauh pada sejarahnya, perjuangan perempuan untuk
memperjuangkan hak-hak mereka di hadapan masyarakat dan hukum sudah
dimulai sejak berabad-abad yang lalu, baik di luar maupun di dalam negeri. Hal
ini dilakukan, saat perempuan memiliki kesadaran aktif akan apa yang sebenarnya
sedang mereka alami, sehingga semangat untuk mencapai kesetaraan gender
antara laki-laki dan perempuan pun tak dapat lagi dibendung hingga saat ini.
Pembahasan mengenai Sejarah Wanita ini, bertujuan untuk mengetahui lebih
lanjut tentang seluk beluk peranan dan bagaimana wanita yang sudah dirintis,
bahkan sebelum kita dilahirkan. Hal ini menjadi fondasi awal bagi siapa saja yang
ingin mempelajari tentang gender, kesetaraan serta pengaruhnya terhadap
pembangunan. Melalui berbagai pendekatan dengan uraian singkat sejarah wanita
akan diulas sehingga kita dapat mengetahui sejarah sesungguhnya.

B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan singkat pada latar belakang di atas, pada makalah ini akan
dibahas tentang sejarah wanita melalui pendekatan sejarah sosial, sejarah
kebudayaan dan sejarah politik, dan perkembangannya hingga saat ini.

C. Tujuan
Menjelaskan pentingnya sejarah wanita dalam berbagai pendekatan
dengan tujuan supaya gambaran mengenai sejarah wanita menjadi lebih jelas dan
mudah dipahami.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Pada zaman dahulu wanita hanya dipandang sebelah mata yang tidak bisa
menguasai berbagai aspek. Dengan karangan karangan sejarah yang
menggunakan kata peranan secara tidak langsung merujuk pada ‘hanya’ atau
menunjukkan bahwa posisi wanita ditempat kedua sesudah laki laki. Pada
dasarnya sejarah wanita sangat luas bidang pengkajiannya, namun belum banyak
orang yang membuat buku mengenai sejarah wanita itu sendiri. Sehingga hanya
sedikit penjelasan penjelasan mengenai sejarah wanita itu sendiri. Adapun sejarah
wanita mulai dibahas melalui beberapa pendekatan, yaitu pendekatan sosial,
pendekatan budaya dan pendekatan politik.
1. Pendekatan sosial
Sebagai spesialisasi dalam kajian sejarah, sejarah wanita dapat dimasukkan
dalam sejarah sosial. Tulisan tentang wanita dapat mencermikan dengan jelas
sistem dan waktu wanita itu. Persoalan sekitar keuangan,hukum, pergaulan ritual
semuanya terungkap dalam kisah Cornelia. Kisah seorang gadis peranakan yang
pindah ke kota penjajahan yang menikah dengan seorang yang terhormat bernama
Piter Cnoll yang dikaruniai dua anak namun pernikahan itu tidak berlangsung
lama dikarenakan Piter yang meninggal. Beberapa tahun kemudian ia menikah
dengan Johan Bitter. Setelah menikah anak pertamanya meninggal, hidup Cornelia
dalam keadaan tertekan karena Bitter memberikan kesulitan kesulitan yang luar
biasa, tetapi rupanya ia seorang yang tegar dan penuh keberanian ia hidup didalam
rumah yang dilayani oleh 50 budak, tetapi tidak mampu menciptakan
ketentraman. Pada akhirnya Cornelia meninggalkan Bitter ketempat yang lebih
asing di belanda (Leonard Blusse, 1988). Namun yang penting bagi pendekatan
sejarah sosial ialah kenyataan bahwa sejarah wanita adalah sejarah itu sendiri.
Pendekatan sejarah sosial semacam ini yang sebenarnya juga merupakan sejarah
keluarga akan memperkaya pengetahuan kita tentang masyarakat dimasa lampau
terutama tentang sisi-sisinya yang tak terungkapkan dalam sejarah dengan cara
lainnya (Kuntowijoyo, 2003).

2
2. Pendekatan kebudayaan
Kita belum menemukan bagaimana sejarah wanita didekatkan dengan
pendekatan kebudayaan, kecuali dengan menunjuk pada buku Johan Huizinga
“The Wanning of Middle Ages”. Meskipun buku itu tidak bercerita secara khusus
mengenai sejarah wanita, tetapi ketika melukiskan soal percintaan, pinangan dan
kehidupan istana kita mendapat gambaran tentang kehidupan para wanitanya.
Pendekatan budaya dalam buku Huizinga ialah ‘cultural morphology’ yaitu suatu
usaha untuk melukiskan pola-pola kehidupan kesenian dan pikiran secara
keseluruhan pemahaman morfolgis atas budaya mencoba untuk menenukan
historical sensation, historical contact, historical imagination atau histori vision
tentang masa lalu sehingga kehadiran masa lalu itu terasa benar. Dalam hal ini jika
kita menulis sejarah wanita dalam artian kultural kita dapat melukiskan morfologi
budaya wanita dalam bentuk dan fungsinya sebagai mana tampak dalam simbol
simbol budaya motif, tema, konsep, cita-cita, gaya dan sentimen. Sejarah budaya
mementingkan bentuk bentuk sosial. Bagaimana dunia wanita muncul dalam
simbol-simbol budaya suatu masa adalah permasalahan yang ingin digarap oleh
sejarah budaya.
3. Pendekatan politik
Istilah politik disini agak berbeda artinya dengan kamus konvensial ilmu
politik dalam sejarah wanita pendekatan politik artinya ialah politik seks dimana
kaum wanita dan laki laki memperebutkan hegemoni dan kekuasaan
(Kuntowijoyo, 2003). Pendekatan politik muncul dari kalangan gerakan
pembebasan wanita yang mencoba untuk melepaskan diri dari dunia yang
dikuasai laki laki. Gerakan tersebut adalah gerakan melawan dunia yang sexist
dalam hubungan sosial, ekonomi, politik dan bahkan keagamaan. Belum banyak
pula buku yang mengulas mengenai sejarah wanita dalam pendekatan politik
namun beberapa buku merujuk pada sejarah pemikiran kaum wanita mengenai
emansipasi wanita.

3
B. Sejarah Wanita dalam berbagai Kebudayaan
kita melihat kebudayaan yunani kuno, kedudukan wanita itu sangat rendah dan
mengenaskan. Mereka hanya di gambarkan sebagai penduduk kelas dua yang
hanya di gunakan sebagai eksploitasi yang berhubungan dengan seks. Banyak
dibuat patung-patung wanita telanjang yang seksi dan cantik. Di peradaban ini
wanita memainkan peranan penting, tapi juga digunakan sebagai simpanan
makanya wajar di Yunani orang-orang banyak membuat patung wanita layaknya
wanita simpanan. Karena hal ini di contohkan oleh dewa mereka sendiri yang
memiliki wanita simpanan atau selingkuhan. Jadi wajar dan biasa kalau manusia
selingkuh karena dewanya pun mencontohkan selingkuh. Banyak sekali kisah
para dewa mereka yang menceritakan perselingkuhan wanita. Mulai dari kisah
Dewa Zeus yang beristrikan Dewi Hera yang memiliki banyak anak. Tapi Dewa
Zeus ini masih merasa belum cukup sehingga banyak berselingkuhlah dengan
manusia maka lahir lah manusia-manusia setengah dewa, salah satunya adalah
Hercules dan Perseus. Kemudian ada juga kisah dewi kecantikan sejagat Dewi
Aphrodite. Dewi Aphrodite ini awalnya dinikahkan dengan saudara Dewa Zeus,
yakni Dewa Hefaistus dewa pande besi. Dewa yang kerjanya membuat senjata di
bawah bumi ini ternyata sangat buruk rupa, sehingga Dewi Aphrodite pun merasa
tidak puas dan mencari selingkuhan yakni Dewa Ares si dewa perang. Jadi di
kebudayaan yunani ini wanita kerjaanya sangat jelas hanya mengekspoliatasi
kecantikan dan keseksian diri serta berperan untuk selingkuh dan diselingkuhi saja
yang intinya hanya sebagai tempat pemuas hasrat seks belaka
Lalu kita berpindah di kebudayaan India. Di kebudayaan ini wanita sama
saja dan lebih mengenaskan. Kedudukan mereka hanya dianggap sebagai manusia
rendahan yang memiliki hak hidup selama suaminya hidup. Maka di India ada
tradisi yang bernama Sadhi. Tradisi sadhi adalah tradisi hindu dimana jika
seorang wanita telah menikah kemudian suaminya meninggal maka hak hidup
sang wanita pun habis dan harus ikut dibakar bersama sang suami. Dan saat ini
tradisi ini pun masih di lakukan di beberapa tempat di India. Dan itulah hak hidup
wanita-wanita dalam tradisi hindu. Kemudian kita berpindah kepada tradisi
budaya yahudi. Dalam kitab mereka Talmud seorang lelaki diwajibkan berdoa
dalam 24 jam dengan doa “terima kasih tuhan karena engkau tidak menjadikanku

4
seorang wanita atau budak belia”. Dalam ayat ini menggambarkan bahwa wanita
hanya sebagai kutukan belaka, karena sang lelaki yang berdoa bersyukur tidak
diciptakan sebagai wanita. Kemudian juga masih dalam Talmud disebutkan bahwa
“bila seorang lelaki dewasa bersetubuh dengan anak perempuan maka tidak
mengapa”. Jadi wajar kalau perlakuan mereka terhadap wanita itu tidak adil dan
merendahkan karena memang di kitabnya banyak sekali mengajarkan tentang hal
tersebut.
Kemudian kita lihat dalam tradisi Kristen orang-orang Romawi, kedudukan
wanita sama saja rendah dan hanya sebagai objek seks belaka. Mereka orang-
orang Romawi merendahkan wanita dengan menggunakan dalil-dalil agama.
Seperti contohnya adalah dalil tentang kisah ‘diusirnya’ Adam dan Hawa. Dan
sampai saat ini doktrin diusirnya Adam dan Hawa itu masih sering di pakai
sehingga umat islam pun keliru dalam memaknainya sehingga ikut-ikutan
mengatakan di usir dari surga. Sebenarnya yang mengatakan dan merasa di usir
itu adalah orang Kristen saja, dalam islam tidak diusir tapi diturunkan karena
memang Allah berkehendak tuk menurunkannya di bumi sebagai khalifatul ardhi.
Di dalam injil dalam kasus ini dikisahkan bahwa Hawa memakan buah yang
dilarang tuhan kemudian mengajak suaminya Adam memakannya pula sehingga
menyebabkan kemurkaan tuhan dan di usirlah mereka dari surga sehingga dalam
terminologi Kristen munculah dosa waris. Dosa waris dosa yang diturunkan Adam
dan Hawa kepada manusia sampai saat ini. Kisah ini di sebutkan dalam kitab
genesis yang berjudul buah kecerdasan. Sehingga dalam pandangan Kristen
penyebab diusirnya manusia dari surga adalah wanita, wanita penyebab kutukan
tuhan sehingga mendapat murka dan di usir dari surga. Dan berujung pada semua
gereja Romawi percaya bahwa wanita adalah perangkap setan yang harus di
sucikan dengan disalib dan dibakar. Sehingga saat itu wanita tidak boleh
melakukan kegiatan-kegiatan seperti lelaki. Wanita-wanita yang pandai dan
berilmu maka disebut penyihir dan harus disucikan dengan dibakar. Wanita ke
dudukannya hanya rendah seperti budak belaka.
Maka wajarlah saat ini banyak sekali di barat atau kebudayaan lain muncul
gerakan feminisme yang menyuarakan persamaan hak antara pria dan wanita.

5
Karena memang mereka merasa tidak puas dengan kebudayaan yang memiliki
latar belakang menggambarkan wanita sangatlah rendah
C. Sejarah Perempuan Indonesia
Sejak berabad-abad lalu, sebenarnya perempuan sudah memiliki kedudukan
yang tinggi di masyarakat, misalnya pada kurun abad ke-14, dalam sejarah tercatat
ada tiga penguasa Islam perempuan di Indonesia,yaitu Sultanah Khadijah,
Sultanah Maryam, dan Sultanah Fatimah.
Tapi sayang, mereka harus menyerahkan kekuasaannya, karena pada saat itu
muncul peraturan dari Qodli Makkah (sebagai pusat pemerintahan Islam), bahwa
perempuan tidak boleh menjadi pemimpin. Hal ini menunjukkan diskriminasi
hukum yang diterima perempuan, meski sebenarnya kapabilitas mereka tidak
kalah dari kaum laki-laki. Jika ditelaah lebih lanjut tentang peristiwa tersebut,
masyarakat memiliki penerimaan yang lebih baik terhadap peran perempuan
dibanding hukum yang diberlakukan.
Selain itu, ada juga Ratu Tri Buana Tungga Dewi dalam sejarah Majapahit
serta Ratu Sima dari kerajaan Kalingga. Ini menunjukkan bahwa di Indonesia,
perempuan sudah diakui peran dan kapasitasnya di sektor publik sejak zaman
dahulu.
Pada masa penjajahan, perempuan Indonesia juga turut andil dalam perjuangan
menuju kemerdekaan, sebut saja misalnya Nyi Ageng Serang, Tjut Nyak Dien,
Tjut Meutia, Martha Christina Tiahahu, Wolanda Maramis juga tokoh-tokoh
perempuan lain yang perannya tidak boleh dianggap kecil dalam proses
pencapaian kemerdekaan.
Dalam masa selanjutnya, muncul Kartini yang namanya melegenda disebabkan
trobosan pemikiran yaang terhitung sangat maju dibanding zamannya, Kartini
mulai mencoba mendobrak sekat-sekat yang sudah mapan pada saat itu mengenai
diskriminasi terhadap perempuan, terutama pada bidang pendidikan, sehingga
Kartini mendirikan sekolah bagi perempuan ketika dia diperistri oleh Bupati
Rembang. Selain itu, sikapnya yang menolak ketika akan dimadu mencerminkan
sikap Kartini yang tegas terhadap keadilan yang dirasanya timpang terhadap kaum
perempuan.

6
Di samping Kartini, ada toko-tokoh wanita lain seperti Rohana Koedoes yang
mendirikan sekolah Kerajinan Perempuan (1911), di sekolah ini selain diajarkan
berbagai macam kerajinan demi tercapainya kemandirian secara ekonomi, juga
diajarkan pendidikan agama termasuk baca tulis Arab. Selanjutnya pada 1912, ia
mulai menerbitkan surat kabar Soenting Melayu yang menjadi tonggak persebaran
informasi serta media menyebarkan semangat memajukan perempuan.
Tokoh perempuan lain yang berkecimpung dalam dunia perempuan adalah
Rasuna Said, Rahmah el-Yunusiah, Dewi Sartika, dan Nyai Dahlan. Sementara di
dunia jurnalistik muncul Hj. Siti Latifah Herawati Diah.

7
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari ketiga teori yang diuraikan diatas bisa disimpulkan bahwa dalam sejarah
wanita berbagai dipelajari melalui berbagai pendekatan. Meskipun belum banyak
literatur pendukung yang mengulas banyak hal mengenai sejarah wanita namun
kita dengan ini kita dapat menggambarkan bagaimana sejarah wanita itu sendiri
bermula.
Melalui pendekatan sosial kita mengetahui bahwa sejarah wanita adalah
kenyataan mengenai sejarah itu sendiri. Melalui pendekatan kebudayaan kita bisa
menyimpulkan bahwa sejarah wanita ialah melukiskan morfologi wanita dalam
berbagai bentuk dalam berbagai bentuk dan fungsinya sebagaimana yang tampak
dalam simbol-simbol budaya. Melalui pendekatan politik kita akan mengerti
bahwa sejarah wanita itu mengenai tentang pergerakan kaum wanita yang
mencoba melepaskan diri dari dunia yang dikuasai oleh laki-laki, dimana
hegemoni dan kekuasaan diperjuangkan untuk direbutkan. Adapaun mengenai
contoh sejarah wanita di indonesia adalah beberapa contoh mengenai peranan dan
juga gerakan yang telah dilakukan oleh wanita-wanita indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya


http://ibbaspakistan.blogspot.com/2013/05/sejarah-wanita-dalam-berbagai
kebudayaan.html

9
MAKALAH

SEJARAH PERJUAGAN PEREMPUAN

Oleh :
SRI WAHYUNI NASUTION

Dosen Pembimbing :
Aida Yunizar, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AUFA ROYHAN
PADANG SIDIMPUAN
2018

KATA PENGANTAR
10
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga saya berhasil
menyelesaikan makalah “Langkah-Langkah Manajemen Asuhan Kebidanan”.
Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
bersifat membangun guna kesempurnaan makalah penulis selanjutnya.
Akhir kata, penulis menyucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta
penulis berharap agar makalah ini dapat bermamfaat untuk kita semua.

Padangsidimpuan, Oktober 2018


Penulis

11
DAFTAR ISI
i

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Kebidanan................................................. 2
B. Langkah- Langkah Manajemen Kebidanan.................................... 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................... 9
B. Saran............................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA

12

ii
13

Anda mungkin juga menyukai