Masyarakat Arab pada zaman jahiliah, kata jahiliyyah berasal dari kata jahl dan
jahalah, yang berarti bodoh dan kebodohan, yang berarti zaman kebodohan (dalam
pengertian kebodohan rohani, moral, dan hukum), yakni zaman sebelum Islam.
Kehidupan beragama di kawasan Arab pada zaman jahiliyah umumnya bertumpu pada
penyembahan berhala, ada sebagian kecil penganut agama Zoroaster (Majusi) dan di
daerah-daerah tertentu terdapat juga penganut Kristen dan Yahudi. Pada jaman itu,
mendudukkan perempuan di tempat yang sangat rendah, perempuan dipandang tidak
berharga. Mereka (perempuan) tidak mendapat bagian waris dari suami, ayah, atau
anggota keluarga yang lain. Malahan perempuan dimungkinkan menjadi harta warisan
untuk dibagi-bagikan. Adat lain yang berlaku adalah membunuh anak kandung, terutama
perempuan. Masyarakat Arab tertentu biasa membunuh anaknya dengan cara mengubur
hidup-hidup. Anak perempuan dipandang dapat membawa aib kepada keluarga.
Peradaban Hindu kuno dan Cina tidak lebih baik dari peradaban Yunani dan Romawi.
Hak hidup seorang wanita yang bersuami harus berakhir pada saat kematian suaminya;
istri harus dibakar hidup-hidup pada saat mayat suaminya dibakar. Ini baru berakhir pada
abad ke-17 Masehi. Wanita pada masyarakat Hindu ketika itu sering dijadikan sesajen
bagi apa yang mereka namakan dewa-dewa. Petuah sejarah kuno mereka mengatakan
bahwa "Racun, ular dan api tidak lebih jahat daripada wanita." Sementara itu dalam
petuah Cina kuno diajarkan "Anda boleh mendengar pembicaraan wanita tetapi sama
sekali jangan mempercayai kebenarannya."
Peradaban Yahudi kuno, martabat wanita sama dengan pembantu. Ayah berhak
menjual anak perempuan kalau ia tidak mempunyai saudara laki-laki. Ajaran mereka
menganggap wanita sebagai sumber laknat karena dialah yang menyebabkan Adam
terusir dari surga.