Anda di halaman 1dari 6

Bangsa Arab Sebelum Islam

Pemahaman konteks masyarakat sebelum kedatangan Islam, memiliki peran penting bagi
kita untuk dapat memahami bahwa hadirnya Islam telah memberikan kontribusi yang
signifikan dalam kehidupan.

Islam muncul tidak lain merupakan sebuah upaya untuk memberikan jawaban terhadap
problem-problem kemanusiaan baik yang menyangkut keyakinan, sosial, politik, ekonomi
yang sedang melingkupi masyarakat arab saat itu.

Kondisi masyarakat arab sebelum kedatangan islam secara umum ditandai dengan beberapa
kondisi antara lain kondisi sosial budaya, kondisi sosial politik dan kondisi religius.

1. Kondisi Sosial Budaya

Kondisi kehidupan masyarakat Arab pra Islam secara umum dikenal dengan sebutan zaman
jahiliyah (zaman kebodohan). Hal ini dikarenakan dalam waktu yang lama, masyarakat Arab
tidak memiliki kitab suci, ideologi agama dan tokoh besar yang membimbing mereka.

Mereka tidak mempunyai sistem pemerintahan yang ideal dan tidak mengindahkan nilai-nilai
moral sehingga masyarakatnnya memiliki akhlak yang sangat rendah (krisis moral). Dapat
disimpulkan bahwa keaadaan sosial budaya masyarakat arab Arab pra islam di antaranya:

a. Orang-orang Arab sebelum kedatangan Islam adalah orang-orang yang menyekutukan


Allah (musyrikin), yaitu mereka menyembah patung-patung (berhala) karena dianggap suci.
b. Mereka menguburkan anak-anak perempuan mereka hidup-hidup karena takut malu dan
celaan (mereka menganggap perempuan membawa kemiskinan dan kesengsaraan)

c. Budak diperlakukan majikannya secara tidak manusiawi, memperlakukannya seperti


binatang dan barang dagangan, dijual atau dibunuh. Para budak tidak mendapatkan
kebebasan untuk hidup layaknya manusia merdeka.

d. Mereka orang-orang yang suka berselisihan, yang suka bertengkar, lantaran sebab-sebab
kecil yakni suka meminum khamr, segolongan dari mereka memerangi akan segolongannya.

2. Kondisi sosial politik

Kondisi sosial politik sebelum kedatangan Islam di masyarakat arab diwarnai oleh intrik
politik perebutan pengaruh diantara tiga kekuatan dunia pada saat itu yaitu pertama, Kristen
Byzantium, berpengaruh kuat di sekitar laut merah bahkan sampai di Abisinia. Kedua,
Persia Zoroater, dengan ibukota di Ctesiphon di Mesopotamia, pengaruhnya mencapai
sebelah Timur Arabia dan sepanjang Panti Selatan Yaman. Ketiga, Kerajaan Arab Selatan di
bawah kekuasaan dinasti Himyar.

a. Adanya persaingan dalam Konteks keagamaan antara kekaisaran Byantium dan Persia.

Agama bangsa Persia kuno adalah Zoroaster (kepercayaan yang menyembah kepada ahura
Mazda yaitu tuhan yang bijaksana), selama lima abad Persia dikalahkan oleh kekaisaran
Byzantium ternyata tetap bertahan. Dengan bertahannya agama itu, mereka hampir-hampir
tidak terpengatuh ajaran agama misteri Yunani dan Romawi maupun Kristen.

b. Lengsernya kerajaan arab selatan akibat beralihnya peta perekonomian ke Romawi.

Bangkitnya perekonomian romawi telah merubah peta perdagangan dalam konteks dunia
Arab yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian linear, akibatnya terjadi kekeringan
yang maha dahsyat telah menjadikan kerugian pertanian dan ekonomi lokal.

3. Kondisi religius

Terdapat enam kategori kehidupan Religius masyarakat Arab Pra- Islam

1) Fetishism (penyembahan pada batu)

2) Animism (kepercayaan terhadap roh)


3) Dinamism (kepercayaan terhadap nenek moyang)

4) Totemism (kepercayaan kekuatan dalam suatu berupa brung, ikan binatang atau
tumbuhan)

5) Astral Triadism (kepercayaan pada tiga serangkaian benda langit, matahari bulan dan
Venus)

6) Monoterism (Mempercayai bahwa Tuhan adalah satu atau tunggal dan berkuasa penuh
atas segala sesuatu

Menurut Watt dalam bukunya Muhammad's Mecca, mengidentifikasi adanya empat sistem
kepercayaan religius yang berkembang di Arab Pra Islam, yaitu :

a. Fatalisme

Kepercayaan bahwasanya peristiwa yang terjadi dalam hidup ini merupakan produk dan
ditentukan oleh waktu. Waktulah yang menentukan segalanya. Terdapat dua hal yang
wujudnya ditakdirkan; pertama, kematian (ajal) dan kedua, rezeki. Dua hal inilah yang
keberadaannya di luar kontrol manusia.

b. Paganisme

Kepercayaan masyarakat Arab pra Islam yang paling ditentang oleh Islam adalah
kepercayaan model pagan. Di jazirah arab terdapat 10 Tuhan yang disembah. Tiga diantarnya
tuhan feminim dan tujuh lainnya berkarakter tuhan maskulin.

Kepercayaan tersebut dilatari oleh keyakinan bahwa tuhan-tuhan itu bisa memberikan
kesuburan bagi tanaman. Sehingga dalam ritual mereka mengadakan persembahan sebagian
hasil bumi mereka dan penyediaan rezeki untuk berhala-berhala.

c. Kepercayaan kepada Allah sebagai Super Tuhan

Konsep "Allah" dalam masyarakat Pra Islam mengandung beberapa pengertian anatara lain;
Sebagai Tuhan pencipta alam semesta, sebagai pemberi hujan dan kehidupan, digunakan
dalam sumpah yang sakral, sebagai objek penyembahan/ monoteisme sementara, sebagai
tuhan ka'bah, sebagai tuhan yang disembah melalui perantaraan dewa-dewa lain.

d. Monotheisme
Monoteisme masyarakat pra-Islam terdapat 3 teori yang dimunculkan; Pertama, Monoteisme
pengaruh dari agama Yahudi. Kedua, Monoteisme merupakan sesuatu yang bersifat alamiah,
atau merupakan evolusi pemikiran secara umum dari masyarakat. Ketiga, Monoteisme
berkaitan dengan istilah "hanif" (pegangan tauhid yang dibawa nabi Ibrahim As), hal ini di
jelaskan dalam Q.S Al-Imran : 67.

Ikhtiar Menemukan Kekhasan Islam

Islam yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw mempunyai keterkaitan dengan dasar-
dasar keimanan, keyakinan dan tradisi religius masyarakat Arab pra Islam. Islam walaupun
mempunyai keterkaitan dengan keyakinan dan tradisi terdahulu, telah memberikan corak
kebertuhanan yang berbeda.

Memang mereka percaya adanya Tuhan, tidak asing dengan istilah "Allah". Namun dalam
Islam bertauhid, tidak cukup dan tidak berarti percaya kepada Allah saja, tetapi mmencakup
pula pengertian yang benar tentang Allah dan bagaimana kita bersikap, beribadah
kepadanya.
Advertisment
Masyarakat arab sebelum islam itu sudah percaya kepada Allah, hal ini telah dijelaskan
dalam Q.S Az-Zumar :38, namun keimanan mereka tidak apat disebut tauhid karena pada
realitasnya mereka membuat sekutu terhadap Allah, keimanan mereka penuh dengan mitos.
Pada titik inilah konsep keyakinan dan keimanan Islam yang dibawa oleh Muhammad saw
menemui signifikasinya.

referensi :

Buku Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam. Penulis Muhammad In'am Esha,
M.Ag. Penerbit UIN MALIKI PRESS : Malang.

http://dunia-sejarahku.blogspot.com/2017/08/keadaan-sosial-dan-budaya-bangsa-arab.html

Anda mungkin juga menyukai