Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fikri Satrio Permadi

Kelas : PGMI 9
Nim : 23051060278
Mk : Sejarah Kebudayaan Islam

A. Arab Pra Islam


Arabia pra-Islam merujuk pada keadaan jazirah Arabia sebelum tersebarnya
Islam pada tahun 630-an. Jazirah ini dihuni oleh bangsa Arab, salah satu dari
rumpun bangsa Semit.[1] Sebagian bangsa Arab masa itu telah hidup menetap,
sementara sebagian lagi hidup sebagai baduiyang nomaden.[1] Informasi perihal
peradaban mereka tidak terlalu banyak, terbatas pada bukti-bukti arkeologis,
berbagai catatan bangsa lain tentang Arabia, kisah dalam kitab-kitab suci agama
Samawi, serta syair-syair Arab klasik yang dicatat oleh para sejarawan Muslim
pada masa sesudahnya.Jazirah Arab secara umum beriklim amat panas, kering,
sedikit hujan, dan sungai yang hanya terdapat di bagian selatan.Ikatan kesukuan
sangat kuat dalam kehidupan bangsa Arab pada masa pra-Islam, dan sering terjadi
konflik antar kabilah, yang mengakibatkan permusuhan dan peperangan yang
berlangsung lama.Ikatan kesukuan sangat kuat dalam kehidupan bangsa Arab
pada masa pra-Islam, dan sering terjadi konflik antar kabilah, yang
mengakibatkan permusuhan dan peperangan yang berlangsung lama.

B. Sistem Politik
Secara etimologis, sistem politik Indonesia berasal dari tiga kata, yaitu sistem,
politik, dan Indonesia. Sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu "systema" yang
berarti:
1. keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian (Shrode dan Voich,
1974: 115);
2. hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara
teratur (Ad, 1979: 4).

Dengan demikian, kata "systema" berarti sehimpunan bagian atau komponen


yang saling berhubungan secara teratur, integral, dan merupakan satu keseluruhan
(a whole). Dalam perkembangannya, istilah itu mengalami pembiasan sehingga
memiliki banyak arti, bergantung pada objek dan cakupan pembicaraannya. Akan
tetapi, setiap definisi mewujudkan gagasan dari sekelompok objek atau unsur yang
berada dalam hubungan struktural dan karakteristiknya masing-masing yang satu
dan lainnya berinteraksi pada dasar karakteristik tertentu.

C. Kemasyarakatan dan sistem Kepercayaan dan Kebudayaan masyarakat Arab


Pra Islam
1. Kepercayaan bangsa arab pra islam
Menurut Watt dalam bukunya Muhammad’s Mecca (1988), melalui kajiannya
terhadap al- Qur’an dikombinasikan dengan sumber arkeologis dan literal lain
ada 4 sistem kepercayaan religius yang berkembang di Arab pra Islam, yaitu:
a. Fatalisme
Kepercayaan ini menganggap bahwa “waktu” merupakan manifestasi
dariTuhan. Menurut mereka terdapat dua hal yang wujudnya ditakdirkan; pertama,
kematian (‘ajal) dan kedua, rezeki. Dua hal inilah yang keberadaanyya di luar
kontrol manusia. Sehingga muncul kepercayaan bahwasanya peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam hidup ini merupakan produk dan ditentukan oleh waktu.
b. Paganisme
Kepercayaan paganisme ini adalah realitas yang niscaya dalam masyarakat Arab.
Menurut Watt, di Jazirah Arab terdapat sepuluh Tuhan yang disembah. Tiga
diantaranya diidentifikasi sebagai Tuhan feminim, yaitu al-Lat, al-Uzzah, dan
Manat. Mereka berada di tempat-tempat suci di sekitar Makkah, Thaif, Nakhla dan
Qudaid. Tujuh lainnya berkarakter Tuhan maskulin antara lainWadd yang disembah
oleh suku Kalb, Suwa’ disembah suku Yanbu, Yaghuts disembah oleh suku Madhij,
Yauq oleh suku Khiwan dan Nasr oleh suku di Yaman dan Himyar.
c. Kepercayaan kepada Allah
Konsep Allah dalam masyarakat Arab pra Islam setidaknya mengandung beberapa
pengertian:
1) Sebagai Tuhan pencipta alam semesta
2) Sebagai pemberi hujan dan kehidupan yang ada di muka bumi
3) Digunakan dalam sumpah yang sakral
4) Sebagai objek penyembahan dari apa yang dapat dikatakan sebagai monotheisme
sementara
5) SebagaiTuhanKa’bah
6) Sebagai Tuhan yang disembah melalui perantaraan dewa-dewa lain. Menurut
Watt, secara literal bentuk kepercayaan ini tampak seperti ide ketuhanan yang
bercorak monotheistik. Namun sesungguhnya dalam konteks kehidupan
masyarakat Arab pra Islam, bentuk keyakinan seperti ini bukanlah bagian dari
corak monotheistik. Hal ini tidak lain karena disamping mempercayai akan Allah
sebagai super Tuhan namun pada saat yang bersamaan ia membuat sekutu
kepadanya. d. Monotheisme
Rippin menjelaskan dalam kaitanyya dengan monotheisme masyarakatArab pra
Islam setidaknya terdapat tiga teori yang dimunculkan; pertama, monotheisme sebagai
akibat pengaruh dari agama Yahudi; kedua, monotheisme merupakan sesuatu yang
bersifat alamiah. Monotheisme merupakan merupakan evolusi pemikiran secara
umum dari masyarakat ; dan ketiga monotheisme berkaitan dengan term “hanif” ,
agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim (Muhammad, 2022).

2. Kebudayaan bangsa arab pra islam


Bangsa Arab adalah bangsa pecinta syair. Penyair-penyair mereka sangat berpengaruh
terhadap masyarakat. Rakyat bangsa tersebut mempunyai kebiasaan pergelaran puisi yang
diselenggarakan di pasar-pasar seperti Ukaz dan Zulmajz. Kabilah-kabilah Arab
meriwayatkan al-ayyam (hari-hari penting) yang terdiri dari peperangan dan kemenangan,
untuk tujuan membayangkan atau membanggakan diri terhadap kabilah-kabilah lain, baik
dalam bentuk syair maupun prosa yang diselang-selingi syair. Syair itulah yang
melestarikan perpindahan dan mendiseminasikan berita itu. Puisi Jahiliyah (pra Islam) tidak
menggambarkan tentang konflik pribadi, tetapi nyanyian kemenagan suku dan
mengekspresikan etos keberanian, kemurahan hati, kehormatan dan keunggulan keturunan.
Bentuk tradisi Arab pra Islam yang mengandung informasi sejarah lainnya adalah al- Ansab
(jamak dari nasab: silsilah / geneology). Pada masa itu pengetahuan tentang nasab
merupakan satu cabang kajian yang dianggap penting. Setiap kabilah hafal akan silsilahnya.
Semuaanggota keluarga menghafalkannya agar tetap murni dan silsilah itu dibanggakan
terhadap kabilah lain. Hanya saja pada waktu itu di negeri-negeri Arab pendidikan belum
tersebar, karena bangsa Arab dari sebelumnya tidak dikenal sebagai menaragading. Kita
tidak mempunyai data yang bisa menjadikan acuan bahwa negeri-negeri Arab terutama
Makkah saat itu sudah menaruh perhatian terhadap pendidikan dan pengajaran tentang baca
tulis bagi para puteranya. Pendidikan yang berlangsung pada saat itu hanya berdasarkan
hajat mereka. Anak-anak langsung diajari oleh orang tuanya (Hasan 2022). Adapun tentang
pengetahuan masyarakat Arab yang bersifat murni yang lahir karena dorongan lingkungan
dan karakkter negeri Arab itu sendiri adalah seperti : Ilmu Meteorologi, Ilmu arkeologi,
Ilmu Nasab.

Anda mungkin juga menyukai