Anda di halaman 1dari 7

EMANSIPASI WANITA JAWA

YANG DIPELOPORI R.A. KARTINI

PAPER
untuk memenuhi tugas matakuliah
Teori Sosial Budaya
yang dibina oleh Drs. Dewa Agung Gede Agung, M. Hum.

oleh
Harum Dwi Rahayu
(160731614942)

Off C

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
Desember 2016
BAB I
LATAR BELAKANG
Kita pasti sudah mengenal siapa itu R.A. Kartini. Beliau adalah pahlawan perempuan
yang lahir di Jepara, Jawa Tengah. Kartini adalah seorang anak dari seorang Bupati Jepara,
yaitu Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan ibunya M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji
Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, sepasang guru agama di Telukawur. Peraturan yang
menharuskan seorang bupati menikah dengan orang berdarah biru menyebabkan ayah Kartini
harus menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjan). Setelah menikah, ayah Kartini
menduduki tahta ayah kandung R.A. Woerjan sebagai Bupati Jepara.
R.A. Kartini mampu mengubah pemikiran orang-orang Belanda terhadap masyarakat
Jawa, khususnya perempuan Jawa melalui tulisan-tulisan yang dibuatnya. Hari lahir Kartini
pun menjadi salah satu hari nasional di Indonesia, namun demikian masih ada yang tidak
setuju dengan keputusan tersebut. Alasan mereka adalah agar tidak ada pilih kasih antara
Kartini dengan pahlawan-pahlawan perempuan yang lain, seperti Cut Nyak Dien, Dewi
Sartika, dan lain-lain. Mereka juga berpendapat tidak adil bahwa hanya Kartini yang
diistimewakan, karena Kartini hanya berjuang melalui tulisan-tulisannya, tidak seperti
pahlawan perempuan lain yang turut serta dalam peperangan.
Apa yang dilakukan oleh Kartini merupakan salah satu contoh dari teori feminisme.
Feminisme adalah gerakan perempuan yang menuntut haknya disamakan dengan laki-laki.
Teori ini menentang teori patriarki yang menganggap laki-laki selalu benar dan perempuan
dianggap rendah. Menurut bahasa, Feminisme berasal dari bahasa Latin, femina yang artinya
perempuan. Menurut Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, feminis dari Asia Selatan,
feminisme adalah “suatu kesadaran akan penindasan terhadap perempuan dalam masyarakat,
di tempat kerja, dalam keluarga, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk
mengubah keadaan tersebut.” Dari pegertian diatas, dapat disebutkan 3 ciri feminisme, yaitu:
(1) menyadari adanya ketidakadilan gender di masyarakat maupun di keluarga; (2) memaknai
gender bukan sebagai sifat kodrati melainkan sebagai hasil proses sosialisasi; (3)
memperjuangkan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.
Kedudukan perempuan dalam pandangan umat-umat sebelum islam sangat rendah
dan hina. Dalam tradisi Hindu, perempuan dilihat sebagai pembawa keberuntungan karena
mereka haid, menjadi istri dan melahirkan anak. Perempauan ideal adalah sati, yaitu
perempuan yang menikah dan berkorban untuk menyelamatkan suami. Dalam tradisi Buddha,
perempuan dianggap sebagai makhluk kotor yang suka menggoda laki- laki yang ingin
menjadi suci. Kaum Yahudi menempatkan perempuan dalam kedudukan sebagai pelayan.
Kaum Yahudi dan kaum Nasrani, Perempuan merupakan pangkal keburukan dan sumber
bencana.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Biografi R.A. Kartini


Raden Adjeng Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Mayong, Jepara, Jawa Tengah.
Ayah Kartini adalah seorang bupati di Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Ibunya
adalah M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru di
Telukawur. Sebelum menjadi bupati, ayah Kartini adalah seorang wedana di Mayong,
peraturan kolonial yang mengharuskan seorang bupati menikah dengan anak keturunan
ningrat menyebabkan ayah Kartini menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerdan (Moerjan)
keturunan raja Madura, karena ibu Kartini, M.A. Ngasirah bukanlah keturunan ningrat.
Setelah menikah dengan R.A. Woerjan, ayah Kartini diangkat sebagai Bupati Jepara.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari pernikahan R.M. Ario
Sosrodiningrat dengan M.A. Ngasirah, Kartini adalah anak perempuan tertua. Pangeran Ario
Tjodronegoro IV adalah salah satu bupati pertama yang memberikan pendidikan barat kepada
anak-anaknya. Kartini hanya boleh bersekolah sampai ia berumur 12 tahun, setelah itu ia
akan dipingit untuk menunggu laki-laki yang mau menikahinya. Dalam proses pingit
tersebut, Kartini tidak hanya diam, ia lebih memilih untuk banyak membaca buku-buku dari
Eropa. Buku yang biasa dibaca olehnya antara lain surat kabar Semarang De Locomotief,
majalah tentang kebudayaan dan ilmu pengetahuan, dan majalah wanita Belanda De
Hollandsche Lelie. Kartini mulai menulis tentang apa yang ia rasakan, terkadang Kartini
mengutip beberapa kalimat dari buku-buku yang dibacanya. Perhatian Kartini dalam
membaca membuat tulisannya dimuat dalam majalah De Hollandsche Lelie. Perhatian
Kartini tidak hanya soal emansipasi wanita saja, namun juga masalah sosial umum.
Usia 24 tahun, Kartini disuruh menikah dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo
Adiningrat, seorang bupati Rembang yang telah memiliki tiga orang istri. Kartini menikah
tanggal 12 November 1903. Suami Kartini mengerti apa yang diingankan istrinya, maka
didirikanlah sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kantor Kabupaten Rembang, dan
saat ini dialihfungsikan sebagai gedung pramuka. Tanggal 13 September 1904 lahirlah anak
laki-laki Kartini yang bernama Soesalit Djojoadiningrat, dan beberapa hari kemudian,
tepatnya 17 September 1904 Kartini meninggal dan dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan
Bulu, Rembang.
Surat-surat yang ditulis Kartini berisi tentang pemikirannya terhadap wanit-wanita Jawa
yang dikekang oleh adat Jawa yang menghambat kemajuan wanita Jawa. Kartini ingin wanita
di Jawa memiliki kebebasan dalam pendidikan. Kartini juga menulis tentang penderitaan
wnaita Jawa yang tidak boleh sekolah setelah berumur 12 tahun, harus bersedia dipingit,
dinikahkan dengan orang yang tidak dikenal, bahkan harus bersedia di madu. Meski memiliki
seorang ayah yang terbilang sudah mau menyekolahkan anak wanitanya walau hanya sampai
berumur 12 tahun, tetapi Kartini masih ingin melanjutkan studinya hingga ke tanah Eropa dan
keinginan itu tidak diperboehkan oleh sang ayah. Kartini tidak diperbolehkan melanjutkan
sekolah ke Eropa, namun dia hanya boleh belajar menjadi guru di Betawi.
Para sahabat pena Kartini sangat mendukung keinginan Kartini untuk melanjutkan
sekolah di Eropa. Namun secara tiba-tiba, pertengahan tahun 1904, Kartini mengurungkan
niatnya untuk sekolah di Eropa karena ia akan menikah. Menjelang pernikahannya,
pemikiran Kartini berubah, ia lebih bisa toleransi kepada adat Jawa yang selama ini
dianggapnya sebagai penghambat kemajuan wanita Jawa. Menurutnya, dengan menikah akan
membawa keuntungan tersendiri baginya dan ia dapat mendirikan sekolah untuk wanita Jawa
kala itu.

2. Teori Feminisme
Gerakan feminisme muncul di Barat, sejak zaman dulu sampai awal abad
modern, perempuan disamakan dengan budak. Para paderi gereja menganggap
perempuan sebagai pembawa malapetaka dan penyebab Adam diusir dari surga.
Akibatnya peran perempuan dibatasi hanya di lingkup rumah tangga saja. Abad
pertengahan, di Eropa nasib perempuan masih mengenaskan, bahkan sampai tahun
1805 pemerintah Inggris mengakui hak-hak suami untuk menjual istrinya.
Feminisme pertama muncul diperkenalkan oleh Charles Fourier (1837)
seorang aktivis sosialis. Feminisme muncul pada abad ke-18 di Eropa, tepatnya di
Perancis. Dalam revolusi Perancis (1789-1793). Sayangnya revolusiyang diiringi
dengan semboyan liberty kebebasan), equality persamaan), dan fraternity
(persaudaraan) ini tidak merubah keadaan perempuan. Hal ini menyebabkan para
perempuan protes kepada pemerintah Eropa.
Perkembangan teori feminisme menurut Rosemarie Tong adalah sebagai
berikut:
a. Feminisme Liberal
Aliran feminisme yang menuntut agar perempuan diberi kesempatan yang
sama dengan laki-laki karena perempuan memiliki kemampuan yang sama
dengan laki-laki.
b. Feminisme Marxis
Aliran feminisme yang berpendapat bahwa sumber ketertindasan
perempuan adalah sistem produksi dalam keluarga, dimana laki-laki
bekerja di luar rumah dan mendapat uang sedangkan perempuan tidak, hal
ini yang bisa mendominasi laki-laki.
c. Feminisme Radikal
Aliran feminisme yang berpandangan bahwa penindasan kepada
perempuan disebabkan fisik perempuan yang lebih lemah dibandingkan
laki-laki. Dimana perempuan mengalami haid, menopause, hamil,
mnyusui, dan sebagainya, hal ini menyebabkan perempuan tergantung
pada laki-laki.
d. Feminisme Psikoanalitik
Aliran feminisme yang berangkat dari teori Sigmund freud yang
mengatakan bahwa perempuan makhluk yang tidak lengkap (= tidak
normal). Teori ini mencampuradukkan sisi keberadaan manusia secara
jasmani.
3. Analisis peristiwa terhadap teori feminisme
Peristiwa Kartini ini sesuai dengan teori feminisme yang didukung oleh
Rosemarie Tong, Nancy F. Cott, Simone de Beauvoir, Barret, dan Will Durant. Teori
ini berpendapat bahwa perempuan memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki
dalam segala aspek kehidupan. Walaupun dalam beberapa aspek perempuan memang
kalah dari laki-laki, namun teori ini masih tetap kukuh dengan prinsipnya, bahwa
perempuan dan laki-laki adalah sama. Adanya ketidakadilan terhadap perempuan,
karena banyak yang menganggap perempuan bukanlah manusia yang sempurna dan
sumber bencana merupakan salah satu faktor penyebab suatu konflik.
Perempuan-perempuan di dunia ini pastinya tidak ingin dipandang sebelah
mata. Mereka juga ingin diakui secara sah, sama seperti laki-laki. Protes yang
dilakukan Kartini adalah salah satu bentuk protes secara halus, namun hasilnya
memuaskan. Kartini juga mampu mengubah cara pandang orang Belanda terhadap
perempuan-perempuan Jawa. Kartini juga mengkritik terhadap adat Jawa yang
dianggapnya sebagai penghalang perempuan Jawa untuk maju. Beliau menuntut
kesamaan pendidikan antara perempuan dengan laki-laki Jawa, meskipun harus sering
berdebat dengan sang ayah yang melarangnya untuk melanjutkan pendidikan setelah
Kartini berusia 12 tahun.
KESIMPULAN
 R.A. Kartini lahir pada 21 April 1879 di Mayong, Jepara, Jawa Tengah
 Ayah Kartini bernama Raden Mas Ario Sosroningrat, seorang bupati Jepara dan
ibunya M.A. Ngasirah bukan dari kalangan bangsawan
 Suami Kartini adalah K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adiningrat, seorang bupati
Rembang yang telah memiliki tiga orang istri
 Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari pernikahan R.M.
Ario Sosrodiningrat dengan M.A. Ngasirah, Kartini adalah anak perempuan tertua
 Kartini menganggap adat Jawa adalah penghambat kemajuan wanita Jawa, maka ia
menuliskan rasa protesnya melalui tulisan-tulisan yang dikirimnya ke majalah-
majalah Eropa, khususnya Belanda
 Feminisme pertama muncul diperkenalkan oleh Charles Fourier (1837) seorang
aktivis sosialis
 Perkembangan teori feminisme yaitu feminisme liberal, feminisme marxis, feminisme
radikal, dan feminisme psikoanalitik
Daftar Rujukan
Dr. Yusuf Hanafi, M. d. (2014). Pendidikan Islam Transformatif : Membentuk Pribadi Berkarakter.
Malang: Dream Litera.

Fajar Apriani, S. M. (2013). Berbagai Pandangan Mengenai Gender dan Feminisme.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini

Anda mungkin juga menyukai