Anda di halaman 1dari 8

Islam Tidak Patriarki

Pemikiran Asma Barlas


Sekilas Latar Belakang Asma Barlas

• Ilmuwan wanita dari Pakistan


• Pernah diusir oleh Pemerintahan Pakistan karena kritiknya, kemudian mendapatkan suaka
politik dari Amerika Serikat
• Riwayat pendidikannya dimulai dari Sarjana bidang Sastra Inggris dan Master di bidang
Jurnalisme. Kemudian studinya dilanjutkan di Amerika dan mendapatkan gelar M.A dan Ph. D.
dalam bidang kajian internasional di Universitas Denver, Colorado.
• Menggunakan hermaneutik dalam memahami Al-Qur’an
• Judul buku yang mendasari presentasi ini, A Brief Introduction: Believing Woman in Islam
(Asma Barlas & David Reaburn Finn: Universitas of Texas Press 2019; 7 bab ditulis Asma Barlas,
sisanya oleh David Reaburn)
Ide pokok Asma Barlas Terhadap isu
gender

• Asma Barlas memberikan spirit bahwa Allah memberikan potensi yang sama
sama besar terhadap wanita dan laki-laki untuk menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. (33:35, 9 :71))
• Allah di dalam firmannya tidak memberikan hak spesial kepada laki-laki
hanya karena jenis kelaminnya,. Laki-laki tidak lebih superior dari perempuan
Patriarki Patriarki adalah sistem dimana kekuasaan
dalam keluarga dipegang oleh para ayah
(father-rule). Diartikan pula, patriarki berarti
menurut politik diskriminasi jenis kelamin yang
mengunggulkan laki-laki dibandingkan

Asma Barlas : perempuan sehingga terjadi ketidaksetaraan


berdasarkan jenis kelamin.
Asal mula penafsiran Al-Qur’an yang
patriarki

1. Pandangan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam dan Hawa yang
menyebabkan manusia turun ke bumi
2. Pengaruh budaya jahiliyah yang mendeskriditkan perempuan. Sebelum
datangnya Islam, wanita tidak diakui sebagai subjek hukum sehingga tidak
dapat mewaris, dianggap sebagai harta kepemilikan sehingga dapat
diperdagangkan, bahkan banyak bayi perempuan yang dibunuh
3. Image bahwa Tuhan adalah laki-laki
4. Tafsir Al-Qur’an lebih banyak ditulis oleh laki-laki.
Bantahan Asma Barlas terhadap penafsiran
patriarki
1. Nafs tidak berjenis kelamin (49:13), sehingga tidak dapat ditarfsirkan bahwa Hawa diciptakan melalui
tulang rusuk Adam. Penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam adalah ide yang datang dari budaya Nasrani
dan Yahudi. Hawa dan Adam, sama-sama bersalah tidak menaati perintah Allah (7:23, 20:120-121)
2.  Islam hadir untuk mengangkat derajat perempuan dari budaya jahiliyah yang sangat mendeskreditkan
perempuan. Hadirnya Islam memberikan keadilan kepada wanita sehingga ia bisa menjadi subyek hukum
di mana dulu perempuan dianggap sebagai harta kepemilikan bagi laki laki.
3. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan konsep Tuhan sebagai Bapak. Perspektif Tuhan adalah laki-laki
dipengaruhi oleh ajaran Nasrani soal bapak dan anak.
4. Penulisan sejarah dan tafsir yang didominasi laki-laki, mengakibatkan sejarah dan tafsir itu sendiri
cenderung ditulis untuk kepentingan laki-laki, mengalienasi hak dan potensi perempuan. Para penafsir Al-
Qur’an tidak cukup menggali keberagaman budaya, etnik dan kondisi geografis dalam komunitas muslim.
Banyak dari mereka masih menggunakan pemahaman dari budaya jahiliah dalam menafsirkan Al-Qur’an.
Banyak juga yang menggunakan hadist untuk melegitimasi praktik patriarki yang telah lama berlangsung
Pandangan Asma Barlas dalam
beberapa isu penting
• Terkait hubungan suami istri
Suami tidak berhak memukul istrinya (4:34) dengan alasan apapun, apabila diketemukan kesalahan pada istri,
penyelesaiaannya adalah dengan pendekatan persuasif seperti memberikan contoh, jika tetap berlanjut maka suami dapat
melibatkan pihak ke-3, seperti hakim
• Terkait waris
Formula pembagian waris yang disebutkan dalam Al-Qur’an tidak berlaku mutlak. Formula semestinya dipandang sebagai
upaya Islam untuk memberikan hak kepada wanita untuk mewaris yang mana sebelumnya tidak diberikan
• Terkait hijab
Berhijab adalah anjuran bukan perintah(24:30-31), anjuran tersebut bukan didasari atas ide bahwa penampilan perempuan
dapat membangkitkan birahi (sexual arousing). Di zamannya, jilbab ditujukan untuk menutupi dada, bukan kepala, leher,
tangan atau kaki. Jilbab dtujukan untuk membedakan wanita muslim dan budak/pekerja seks yang sering menjadi objek
kekerasan. Jilbab tidak ditujukan untuk membatasi perempuan di ruang publik
Refleksi

• Pesan Asma Barlas bahwa perempuan setara dengan laki-laki menjadi penting
mengingat banyak wanita Muslim yang tidak bisa berkembang karena menanggung
‘stigma’ (contoh Perempuan adalah sumber fitnah; perempuan adalah mahluk tidak
sempurna, kurang intelektualnya)
• Pesan Asma Barlas berpotensi besar sebagai dasar perwujudan masyarakat yang
lebih adil khususnya untuk perempuan
• Potensi praktikal jika ide ini tersebar di masyarakt: KDRT berkurang, Wanita diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk menempuh Pendidikan, mereduksi stigma
negative yang melekat pada perempuan, dll.

Anda mungkin juga menyukai