Kedudukan perempuan yang dianggap lebih rendah dari laki-laki sudah terjadi sejak
zaman pra-islam yaitu zaman sebelum masuknya islam atau biasa disebut dengan zaman
jahiliah (zaman kebodohan), dari namanya saja sudah dapat ditebak. Tidak adanya ilmu dan
pemimpin yang baik membuat orang-orang pada masa itu menjadi bodoh, mereka meyakini
sesuatu secara salah, menyalahi aturan dan tidak mengerjakan apa yang seharusnya mereka
kerjakan. Mereka menggunakan akal pikirannya untuk hal-hal yang tidak baik, keji dan tidak
selayaknya untuk dilakukan.
Perempuan pada masa ini berada pada tingkat kehinaan dan kerendahan, seolah tidak
memiliki harga diri mereka hanya dianggap sebagai sampah yang sepatutnya untuk dibuang,
diperlakukan seperti budak, hina dan rendah. Nasib perempuan benar-benar dianggap seperti
barang yang bisa dimanfaatkan dan diperlakukan semaunya oleh laki-laki, tugas seorang
perempuan adalah melayani seorang laki-laki dan harus siap kapan pun saat diperlukan. Pada
masa itu perempuan pun hanya dianggap sebagai penghasil keturunan.
Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur kesejahteraan dan kehidupan
manusia baik dalam hubungan manusia dengan Rabb-nya (Hablum Minallah) maupun
hubungan manusia dengan manusia lainnya (Hablum Minannas). Sebelum islam datang,
kedudukan perempuan direndahkan, namun setelah islam datang kedudukan perempuan
diseimbangkan atau dinaikkan derajatnya. Kedudukan laki-laki dan perempuan dalam islam
adalah sama, mereka diciptakan sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi yang
senantiasa harus beriman, beribadah dan bertakwa hanya kepada-Nya, melakukan perintah
dan menjauhi larangan-larangannya. Hal ini terdapat pada QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56 yang
artinya “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku.”
Tokoh yang saya sebutkan di sini adalah Kartini yang dikenal sebagai seorang
pejuang emansipasi perempuan khususnya perempuan di pulau Jawa, pada masa itu dia juga
mendapatkan perlakuan sebagai seorang perempuan pada masanya. Dia dikurung di dalam
rumah saat usia 12 tahun. Peran Kartini dalam gerakan perempuan adalah Kartini
mencurahkan keinginannya agar kaum wanita dapat mengenyam pendidikan tinggi melalui
surat-suratnya kepada sahabatnya. Generasi kedua setelah Kartini lahir, kondisi perempuan
saat itu sudah lebih baik, mereka bebas dan terlepas dari kekangan yang mengikat diri dan
menghalanginya untuk menunjukkan potensi yang dimiliki. Perempuan kini berhak
menempuh pendidikan yang baik dan tinggi, bekerja sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, memiliki peran dalam aspek kehidupan, dan dapat melakukan kegiatan yang
bermanfaat dan memberikan arti dalam kehidupan. Namun walau hal ini diakui, tetapi belum
sepenuhnya seluruh perempuan dapat termasuk ke dalamnya.
Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam islam, keduanya memiliki
kedudukan yang sama, hal yang membedakan hanyalah pahala dan amal ibadah yang
dimiliki. Keadilan untuk perempuan sangat penting, mereka juga manusia yang memiliki skill
keterampilan dan keahlian yang dapat mereka tunjukkan secara bebas tanpa aturan atau
kekangan. Kesetaraan gender juga harus diterapkan untuk menghilangkan diskriminasi,
kekerasan serta pelecehan yang sering dialami perempuan.