Anda di halaman 1dari 11

KONSEP PENDIDIKAN PEREMPUAN DI TAMANSISWA

Yuliati
Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Malang

Abstrak. perempuan memiliki peran penting untuk mendewasakan anak-anak. Mereka sudah sewajarnya
untuk dilengkapi dengan berbagai kemampuan terutama kemampuan pedagogis. Tamansiswa menyadari
hal ini. Mereka melihat perempuan harus diperlakukan sesuai dengan kodratnya. Namun demikian, perihal
emansipasi juga harus diarahkan dengan tidak menyalahi kodratnya. Beragam permasalahan yang
menimpa perempuan kini karena mereka telah mengingkari kodratnya. Oleh karena itu, sistem among
begitu dianjurkan untuk diterapkan. Materi yang diajarkan adalah pendidikan kebangsaan, idealisme, dan
cinta tanah air.

Kata-kata kunci: perempuan, sistem among, pendidikan perempuan

Abstract. Women have the important role to nurture the children. They have already directed to have many
competencies, especially the competence of pedagogy. Tamansiswa realizes this thing. They look that
women should be treated as their nature. However, they could struggle for emancipation but they cannot
ignore their nature. Many problems coming out at present is caused by ignoring the nature. Therefore, the
among system is really suggested to be implemented. The taught material is education for nation, idealism,
and nationalism.

Keywords: woman, among system, education for woman

Di lingkungan Tamansiswa, perempuan memiliki yang hendak mencari pasangan hidup seharusnya
arti yang istimewa dan penilaian ini berpangkal mencari bibit yang sehat(Dewantara, 1935a:143).
dari kodrat perempuan. Perempuan sebagai Adapun bebet berarti turunan, ialah bakal
pemangku (wadah) keturunan, dan laki-laki adalah mempelai harus lah keturunan orang baik-baik,
lajer (penyambung) keturunan. Oleh karena jika memungkinkan keturunan orang yang
manusia dilengkapi dengan cipta, rasa dan karsa mempunyai derajad, baik ukuran lahir maupun
yang menghasilkan kebudayaan, maka manusia batin. Etika kebangsaan kita, biasanya orangtua
berbeda dengan ciptaan Tuhan yang lain. menganjurkan untuk mendapat menantu dari
Dengan budinya maka manusia selalu lingkungan / tingkat yang dianggap luhur, yakni
berusaha untuk memperbaiki kualitas turunan pandita atau turunan ksatria. Bobot artinya
keturunannya dan disini peran perempuan penting. ialah bahwa yang mencari pasangan hidup
Fenomena persoalan yang berhubungan dengan hendaknya mencari orang yang “berat”,”berisi”,
masalah keturunan manusia, khususnya yang yang mempunyai budi pekerti, yaitu yang
berhubungan dengan perempuan yang akan mempunyai nilai baik lahir maupun batinnya.
menjadi pemangku keturunan, diperhatikan di Dalam memilih jodoh, peran orang tua
lingkungan Tamansiswa, sehingga perjodohan tidak boleh ditinggalkan, mereka sebagai
yang menjadi sarana kelanggengan keturunan penasehat bagi anak-anaknya, dan tidak memaksa
harus dilaksanakan menurut tuntunan kebudayaan. anak, anak harus diberi kemerdekaan secukupnya.
Pemilihan jodoh harus mempertimbangkan Dalam menentukan perjodohan harus berhati-hati,
pedoman Bibit-bebet-bobot, yang biasanya menerapkan ukuran jangan dengan satu ukuran
diberikan oleh orang tua kepada anaknya yang misalnya kekayaan atau rupa, karena tidak jarang
hendak mencari pasangan hidup (De-wantara, orang yang “di luar sehat” namun jahat dalamnya,
1935a:144). Persyaratan ini membuktikan adanya seorang keturunan ksatria namun berwatak sudra,
hasrat untuk memperbaiki keturunan. jadi bebetnya baik, tetapi bibitnya jelek, atau tidak
Pertimbangan bibit dimaksudkan untuk berbobot. Sebagai solusinya, Ki Hajar memberi
mengetahui asal usul calon pengantin, bahwa jalan keluar, yakni carilah orang yang sehat lahir
mereka harus sehat jasmani dan rohani, jadi orang batinnya, turunan orang baik dan sedapat-

114
Yuliati, Konsep Pendidikan Perempuan Taman Siswa 115

dapatnya orang yang bernilai (Dewantara, Masalah perempuan merupakan


1935a:144). persoalan penting sejak dahulu hingga kini, karena
Oleh kodrat, laki-laki dan perempuan mempengaruhi hidup manusia di dunia. Hidup
dianugerahi sifat saling tertarik, dan perempuan perempuan dapat menjadi kesucian dan selamatan,
diberi naluri kesucian. Naluri kesucian membuat tetapi juga seringkali dapat menjadi hina dan
perempuan misalnya merasa malu bila melanggar sengsara. Ajaran keagamaan dapat dijadikan
kesusilaan. Jika perempuan telah kehilangan naluri pedoman untuk mendapatkan syarat-syarat yang
kesuciannya, maka akan terjadi kemunduran susila perlu dan berfaedah untuk mengetahui hal
dan mengenai masalah ini Ki Hadjar memberi perempuan. Namun karena agama hanya
kiasan yang diambil dari literatur tentang sebuah menerangkan pokok dan asal ilmu Tuhan, maka
sayembara yang diadakan seorang raja diserta perlu bagi orang menggunakan fikirannya sendiri.
syarat tertentu tujuan sebenarnya untuk Permasalahan perempuan, yang
mendapatkan keturunan yang berkualitas terpenting dan tidak boleh dipungkiri adalah
(Dewantara, 1935a:143). Sebuah sayembara yang tentang kodratnya. Kodrat perempuan adalah
mencari calon menantu yang dapat mengalahkan kenyataan yang tidak terpungkiri, yang hak dan
raja, akan dijodohkan dengan anak perempuannya. menjadi penunjuk jika orang memikirkan soal
Maksud sayembara ini adalah sang raja sedang perempuan (Dewantara, 1928:80). Kodrat
mencari menantu laki-laki (lajer atau penyambung perempuan di Indonesia tidak sama dengan yang
keturunan) yang kuat (berkualitas). terdapat di Eropa yang sedang berusaha keras
Sebaliknya sang lajer jika sungguh untuk mendapatkan berbagai macam persamaan
memiliki adab, akan memilih perempuan yang dengan laki-laki. Cita-cita yang ingin diraih oleh
baik, karena seorang lajer tidak akan para perempuan di Eropa adalah memang sudah
menghasilkan keturunan yang berkualitas jika semestinya, akan tetapi gerakan untuk
pemangku keturunannya, yaitu perempuan mendapatkan persamaan dengan laki-laki tersebut
tersebut tidak baik, atau tidak memiliki adab, lama kelamaan menimbulkan keadaan yang tidak
seperti dikisahkan dalam cerita rakyat Andhe- cocok dengan kodrat perempuan.
andhe Lumut, yang menolak pemangku keturunan Emansipasi yang ingin diperjuangkan
sisa dari Yuyukangkang yang telah merusak oleh perempuan Eropa tidak hanya menuntut
keadaban dan kesopanan, dan menjatuhkan pilihan persamaan hak saja, namun mencari persamaan
pada roro Kleting Kuning, karena hanya dialah tentang segala hal. Persamaan hak tidak lagi
yang masih suci dalam segalanya, walaupun ia menjadi satu-satunya tuntutan, namun persamaan
tidak cantik dan miskin (Wasita, Oktober 1928, dalam segala hal, misalnya berpakaian,
Djilid 1, no. 1, hal.85). Mengambil makna dari kesenangan, hidupnya, pekerjaan, dan lainnya.
cerita di atas, bahwa untuk kemajuan hidup Gambaran perjuangan perempuan Eropa yang
manusia lajer turunan harus kuat, sedang menuntut persamaan hak di segala bidang
pemangku keturunan harus suci. kehidupan pada masa itu dinilai Ki Hadjar
Naluri kesucian yang dimiliki setiap Dewantara sudah lupa akan kodratnya. Mereka
perempuan, berperan dalam memperbaiki lupa bahwa tubuh perempuan berbeda dengan
keturunan, namun juga dapat berpengaruh pada badan laki-laki, karena perbedaan itu berhubungan
lingkungan sekitar. Di dalam kelompok manusia, dengan kodrat perempuan yang mempunyai
jika terdapat perempuan suasana akan lain, kewajiban menjadi ibu, akan mengandung dan
pertemuan tersebut akan diliputi oleh kehalusan, melahirkan (Dewantara, 1928:80).
tidak terdengar ucapan-ucapan kotor dan tidak Oleh karena kodrat perempuan yang
wajar, atau perbuatan-perbuatan yang kurang utama dan bersifat alamiah, tidak terpungkiri
senonoh, karena perempuan dikodratkan sebagai karena sudah menjadi titah Tuhan, yaitu sebagai
mahluk yang memiliki jiwa halus, sifat yang tidak ibu yang akan melahirkan generasi yang akan
senang akan perbuatan kotor dan tidak senonoh. datang, maka persamaan hak laki-laki dan
perempuan itu belum mengandung arti bahwa
116 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesepuluh, Nomor 1, Juni 2016

perempuan diperkenankan menjalankan tingkah kecantikannya, untuk kemaksiatan, karena lebih


laku seperti laki-laki, karena seorang perempuan murah upahnya daripada pekerja laki-laki, atau
acapkali tidak dapat meniru perbuatan dan karena pekerjaan tertentu lebih cakap dikerjakan
pekerjaan laki-laki, karena bukan kodratnya. oleh perempuan, misalnya mengasuh anak, juru
Jikalau dapat melakukan tenaga laki-laki, rawat, bidan, perancang busana, guru, yang
dikhawatirkan akan berbahaya untuk kesehataan memang sesuai dengan kodrat perempuan.
tubuhnya. Pilihan pekerjaan bagi perempuan bukan
Untuk perempuan seharusnya tidak ada hanya masalah jasmani, namun juga masalah
persamaan dengan laki-laki mengenai tingkah moral, karena cara hidup perempuan Indonesia
laku, perbuatan dan pekerjaan, demikian juga berbeda dengan cara hidup perempuan di negara
dengan kehidupan batinnya. Perempuan yang Eropa. Sebagai misal para pemilik modal di Eropa
ditakdirkan menjadi ibu dan akan memelihara dan menggunakan perempuan sebaga strategi
mendidik anak-anak, tentu tabiatnya beda dengan bisnisnya untuk menarik publik, terutama laki-
orang laki-laki. Maka dari itu, seorang perempuan laki, misalnya sebagai penjaga toko dan penjaga
yang kasar wataknya tidak laras hidupnya sebagai restoran serta cafe “... mereka disuruh berputar-
seorang ibu, seorang perempuan yang tidak suka putar di dalam kota untuk mengajak tuan-tuan
berdekatan dengan anak-anak, dapat dikatakan yang kaya, masuk ke dalam restoran atau cafe
memungkiri kodratnya. majikannya dan perempuan itu diwajibkan
Laki-laki dan perempuan, berbeda bersuka hati, meskipun tuan-tuan tamu itu dalam
mengenai hal-hal yang bersifat lahir (misalnya hal bersenda-gurau ada yang melebihi batas
pakaian, olah raga, tingkah laku, perbuatan, kesopanan (Dewantara, 1935b:216).
pekerjaan), maupun mengenai hal batin (susila, Pekerjaan-pekerjaan lain yang hanya
cinta kasih, malu, kehalusan budi, kesucian, memakai perempuan sebagai sarana penarik
kesopanan). Akhirnya Ki Hajar Dewantara publik, misalnya sebagai peragawati, penari atau
menyimpulkan, jika ingin mengerti tentang pemain musik, yang memakai ukuran kecantikan,
keperluan perempuan, maka harus mengingat kepantasan dan kerelaan untuk dijadikan
kodratnya, sehingga akan mengerti mana yang permainan publik. Hal ini bagi perempuan di
baik dan mana yang berbahaya. Tidak perlu Indonesia tentu bukan pilihan pekerjaan yang baik
meniru cara yang modern atau cara Eropa; jangan dari sisi moral.
pula terikat rasa konservatif atau rasa sempit, tetapi Kodrat perempuan menjadikan hidupnya
cocokkan dengan kodratnya. beda dengan laki-laki, baik secara jasmani dan
Pekerjaan bagi perempuan merupakan hal rohani, sehingga keduanya tidak boleh
yang perlu difikirkan. Dipaksa oleh keadaan di disamakan. Sebagai konsekuensinya, tidak semua
dalam keluarga, berduyun-duyun para perempuan pekerjaan yang hingga kini dilakukan oleh laki-
meninggalkan rumah untuk mendatangi dan laki dapat diberikan kepada perempuan.
mencari berbagai-macam pekerjaan. Semboyan Pemilihan kerja untuk perempuan harus
lama, misalnya makan tidak makan asal kumpul, dilakukan dengan hati-hati, agar pekerjaan yang
hidup bersandar kepada pertolongan saudara diperoleh berguna untuk keselamatan dan
laksana parasit, makin berkurang. Siapa yang tidak kebahagiaan pekerja perempuan, demikian juga
mandiri, hidupnya akan terlantar. Mencari dan untuk masyarakat. Maka yang perlu diperhatikan
menemukan pekerjaan untuk laki-laki sudah berat, adalah pertama, wajib menyelidiki keadaan lahir
lebih-lebih untuk perempuan sebagai makhluk batin perempuan yang akan mencari pekerjaan,
yang tenaganya lebih lemah dan masih terikat misalnya bagaimana budi pekertinya, baguskah
syarat- syarat kesopanan, sehingga pilihannya kelakuannya?, memadaikah pengetahuannya
semakin terbatas. untuk melakukan pekerjaan itu? kuat atau tidak
Kelompok pemilik modal memakai orang fisiknya untuk jabatan itu? Rupanya harus
perempuan sebagai pegawainya karena berbagai dihindari memberi pekerjaan yang tidak selaras
alasan, seperti untuk penarik publik karena dengan kecakapanya, baik yang berhubungan
Yuliati, Konsep Pendidikan Perempuan Taman Siswa 117

dengan fikiran dan pengetahuannya, maupun memerlukan orang sedikit, hal itu sering
perasaannya atau dengan keadaan kesehatannya mengurangi semangat untuk mencari pekerjaan
(Dewantara, 1935b:216). lain, sehingga dapat dikatakan menyempitkan
Orang yang kurang sabar tidak akan cakap minat pada pekerjaan lain. Orang yang dari kecil
untuk menjadi guru, pengasuh anak, perawat, dan diberi dorongan dan dididik untuk menjadi juru
pekerjaan lain yang membutuhkan kesabaran. tullis atau priyayi, biasanya tidak mempunyai
Orang yang kurang tertib jangan memegang semangat untuk mencari pekerjaan lain selain
pekerjaan yang memerlukan ketertiban optimal, yang telah dikonsepkan sejak dini oleh orang tua.
misalnya, bidang administrasi dan pembukuan. Oleh karena itu perlu sekali, anak-anak sejak dini
Untuk keperluan pekerjaan, jangan lupa diperkenalkan dengan beberapa pekerjaan lain
untuk meminta pertimbangan dari ahli kesehatan, agar kelak dapat memilih sendiri.
misalnya dokter untuk mengetahui kesehatan atau Pertimbangan ketiga adalah untuk
keadaan jasmani dan rohani para perempuan yang memperhatikan keinginan dari sang anak, agar
akan mencari pekerjaan, dari psikolog akan mereka dapat memilih pekerjaan dengan merdeka,
diketahui tentang baik dan tidaknya mental karena pilihan yang merdeka akan memberi
seorang perempuan memegang suatu pekerjaan; kepuasan atau kebahagiaan pada anak. Dalam hal
bahkan saran dari seorang pendidik dan pengajar ini perlu diperhatikan, bahwa pemberian
diperlukan juga untuk menimbang kecakapan kebebasan menentukan pekerjaan ini dilakukan
seorang perempuan melakukan suatu pekerjaan setelah anak dewasa dan bijaksana menjatuhkan
berhubung dengan pengetahuan dan pilihan.
kecerdikannya. Pertimbangan keempat adalah dalam upaya
Pengujian ini perlu dilakukan agar orang mencari pekerjaan untuk anak perempuan, tidak
tersebut kenal akan dirinya sendiri, agar dapat boleh melupakan perbedaan pekerjaan laki-laki
mengurangi pilihan-pilihan yang salah dalam hal dengan perempuan. Dimanapun berada, orang
kemampuannya. Hal ini amat penting karena perempuan senantiasa dikelilingi oleh berbagai
biasanya orang menerima tawaran pekerjaan macam keadaan yang mengkhawatirkan
dengan tidak ada pertimbangan baik dan buruknya keselamaatannya, maka perlu dipertimbangkan
serta dampak yang ditimbulkan, hingga sering berat kepentingan penghidupan (ekonomi) atau
terjadi suatu pekerjaan merugikan diri dan kepentingan penghidupan (kebahagiaan).
pekerjaannya. Akhirnya perlu dipertimbangkan juga
Pertimbangan kedua adalah selalu pilihan pekerjaan bagi perempuan di negeri kita
mengingat akan jumlah jabatan yang ditawarkan. bahwa pertimbangan kebangsaan, moral,
Jika lowongan jabatan hanya sedikit, jangan perikehidupan, perlu diperhatikan agar
kiranya orang tua mendorong-dorong anak pemandangan semakin luas, sehingga dapat
gadisnya untuk mengejar jabatan itu, jika anak diadakan sifat-sifat dan wujud pekerjaan yang
gadisnya tidak sungguh cakap untuk dapat sesuai dengan hidup dan penghidupan perempuan
bersaing dengan orang lain buat pekerjaan itu. di negeri ini.
Pemikiran ini semata-mata atas pertimbangan Semakin bertambah jumlah perempuan di
ketidakseimbangan antara permintaan dan Tamansiswa, baik sebagai pamong, istri pamong
penawaran, karena hal ini adalah kesempatan maupun sebagai siswa, makin banyak muncul
terbaik buat majikan untuk merendahkan derajad persoalan-persoalan yang menyangkut tentang
dari si pencari kerja dan pekerjaannya, sedang buat keperempuanan. Masalah keperempuanan
pencari kerja lalu tidak setimpal kecakapan, tercakup di dalamnya seperti soal pendidikan anak
kepandaian, pengetahuan, dan budi pekertinya perempuan, pengajaran kepandaian puteri,
dengan derajat jabatan itu (Dewantara, pemeliharaan gadis, pelanggaran adab dan
1935b:236). kesopanan oleh atau terhadap wanita, soal
Selain itu, jika terlampau banyak orang kesucian dan keadaban, tentang tingkah laku, etika
memperebutkan suatu pekerjaan yang hanya pakaian perempuan, ceritera atau bacaan yang baik
118 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesepuluh, Nomor 1, Juni 2016

untuk anak perempuan, dan sebagainya terdapat suara dari perempuan(Mangoensarkoro,


(Dewantara, 1994:256). 1932:88).
Masalah seperti tersebut di atas tidak dapat Sejak tahun 1932 itu juga Wanita
dipecahkan sendiri oleh Tamansiswa, sehingga Tamansiswa mengadakan pembenahan-
peran anggota Tamansiswa perempuan pembenahan organisasi dan melakukan tugas-
diperlukan. Tugas ini telah diemban oleh Nyi tugas keputrian, misalnya soal pendidikan wanita,
Hajar Dewantara sejak berdirinya Tamansiswa pengajaran kepandaian putri dan lainnya(Buku
pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta, dibantu oleh ibu- Peringatan 70 tahun Taman Siswa, 1992). Sebagai
ibu lainnya, seperti Nyi Rumsiah, Ibu Jumilah, Ibu pengurus yang terpilih dalam konferensi itu
Siti Marsidah dan Ibu Sutatmo. Di luar adalah: Nyi Hajar Dewantara sebagai Ketua, Ni
Yogyakarta, yaitu di cabang-cabang Tamansiswa Surip sebagai Panitera, Anggota terdiri dari Nyi
peran perempuan demikian juga, di samping Sudarminto dan Nyi Sunaryati Sukemi, adapun
sebagai pengajar juga mengurusi urusan yang Nyi Sri Mangunsarkoro sebagai wakil Pusat di
ditujukan kepada kepentingan perempuan di Jawa Barat, dan Nyi Sujarwo sebagai wakil Pusat
tempat masing-masing. di Jawa Timur.
Menginsyafi akan pentingnya bersatunya Dalam kurun waktu antara tahun 1932 –
Wanita Tamansiswa yang ada di cabang-cabang di 1936 berdiri cabang-cabang Wanita Tamansiswa,
seluruh Indonesia serta untuk menyesuaiakan diri misalnya berdirinya Wanita Tamansiswa
dengan tuntunan alam dan jaman serta banyaknya Golongan Blambangan pada 15 Februari 1933 dan
kegiatan yang dilakukan oleh Wanita Tamansiswa, telah diumumkan pada pertemuan Tamansiswa
maka diperlukan adanya suatu wadah dan Golongan Blambangan ke IX di Rogojampi
kepengurusan yang modern dan sesuai dengan Banyuwangi tanggal 12 Maret 1933, yang
tuntutan jaman. Maka atas usaha Nyi memutuskan mendirikan badan Wanita
Mangunsarkoro dengan anggota-anggota Tamansiswa dengan pertimbangan agar lebih
perempuan yang lain di Yogyakarta pada sempurnanya segala urusan tentang perempuan
Konferensi Tamansiswa daerah Jawa Tengah pada dan kesusilaan di Tamansiswa Golongan
tanggal 31 Maret 1931 dibentuk suatu Badan Blambangan dan juga sangat terbelakangnya
Wanita Tamansiswa lengkap dengan susunan kemajuan perempuan di Golongan Blambangan.
kepengurusannya. Kondisi tiap cabang Wanita Tamansiswa
Dalam pidato pembentukan Wanita tidak sama. Semakin kecil cabang, makin sedikit
Tamansiswa, Nyi Sri Mangunsarkoro pula anggota dan kecakapannya, misalnya sidang
mengingatkan dua kewajiban anggota Wanita pertama Wanita Tamansiswa dari Golongan Selo
Tamansiswa, pertama kewajiban memperbaiki Gilang dan Jonggring Salaka di Rambipuji yang
nasib perempuan, dan kedua kewajiban mendidik diadakan pada tanggal 25 Desember 1925. Rapat
anak untuk mencapai cita-cita Indonesia Baru. yang dibuka pukul 8 pagi dan berakhir pukul 13 ini
Indonesia Baru disini adalah bangsa Indonesia pimpinan sidang diserahkan kepada Ki
yang jiwanya kembali seperti asalnya, yaitu jiwa Suhardjono, instruktur Tamansiswa daerah itu
Indonesia namun disesuaikan dengan jaman yang karena anggota Wanita Tamansiswa belum bisa
berlaku (Mangoensarkoro, 1932:88). memimpin sidang(Poesara, April 1932, Djil. II, No.
Selanjutnya melalui Rapat Besar 3-4, hal.26-27).
(Konferensi) Tamansiswa yang pertama pada Keadaan sebaliknya terjadi di cabang
tahun 1932, Badan Wanita Tamansiswa disahkan. Jakarta, yang merupakan dari beberapa cabang
Dalam Rancangan Tentang Pendirian Persatuan Tamansiswa yang berkembang. Setelah cabang
Wanita Tamansiswa Badan Pengurus Besar berada Wanita Tamansiswa Jakarta didirikan, maka
di Majelis Pusat Wanita Tamansiswa, dan Wanita tanggal 6 Maret 1933 telah mengadakan
Tamansiswa harus mempunyai wakil di dalam pertemuan dengan ibu-ibu siswa dari sekolah
Majelis Luhur agar di dalam Majelis Luhur Tamansiswa di Jatibaru, Tanah Abang dengan
tujuan untuk membuka pintu pertalian antara
Yuliati, Konsep Pendidikan Perempuan Taman Siswa 119

anggota Tamansiswa dengan ibu siswa agar menjadi pendidik yang sempurna, maka
pendidikan Tamansiswa dimengerti sedalam- pengetahuan harus dikuasai, dan memiliki
dalamnya(Poesara, April 1933, Djilid III, No. 7, keyakinan di dalam hidupnya disertai memiliki
hal. 112). Wanita Tamansiswa cabang Jakarta, budi dan tabiat yang baik. Jika tidak dapat
selain telah membentuk susunan pengurus, juga memenuhi syarat demikian maka tidak boleh dan
menyertakan nama –nama anggota sebanyak 7 tidak pantas menjadi pendidik anak dan bangsa
orang, bakal anggota terdiri 4 orang dan anggota karena pendidik itu harus menjadi contoh bagi
luar biasa 3 orang. yang dididik.
Mengenai sifat pendidikan anak-anak
SEBAGAI PENDIDIK terutama untuk perempuan harus mengingat
tujuan umum pendidikan, yaitu agar dapat
Menurut Ni Surip, kewajiban terpenting membangun dan menguatkan sifat-sifat yang
perempuan Indonesia adalah sebagai pendidik, utama dan melawan sifat yang kurang sopan,
terutama pendidik anak dan pendidik bangsa, yang namun pendidikan yang sifatnya umum belum
dianggapnya sebagai suatu pekerjaan yang berat cukup karena lengkapnya pendidikan harus
sekaligus mulia(Warsita, Juli 1935, No. 6, Tahun ke ditujukan kepada Tuhan, tanah air dan bangsa
I, hal. 127). Tampak bahwa lingkungan pendidikan (Mangoensarkono, 1931).
yang diemban perempuan telah lebih luas dari Cara pendidikan Among yang digunakan di
lingkungan keluarga ke dalam lingkungan bangsa. dalam pendidikan di Tamansiswa, menempatkan
Tugas perempuan sebagai pendidik di perempuan pada posisi penting, terutama
Indonesia akarnya dapat ditelusuri sejak jaman kedudukannya sebagai pamong perempuan,
Kartini (1879-1904) dengan gagasan tentang karena di dalam perempuan terdapat semangat
kemajuan bagi perempuan menjadi pokok kodrati yang dapat digunakan memelihara dan
fikirannya(Soedjono dan Leirissa, 2008: 263- membimbing kemajuan anak-anak. Dengan
265).. Kehidupan perempuan yang masih terikat semangat kodrati yang yang terdapat dalam jiwa
adat lama dan keterbelakangan pendidikan perempuan itu maka dalam dunia pendidikan
menjadi pola umum saat itu. Keinginan Kartini Taman siswa, khususnya pada pendidikan anak-
untuk memberi pendidikan dan pengajaran bagi anak menyerahkan urusan pada pamong
gadis-gadis bukan untuk menyaingi orang laki- perempuan. Oleh karenanya juga yang mendidik
laki melainkan hendak menjadikan perempuan menjadi calon pamong bagi Taman Indria adalah
lebih cakap kewajibannya sebagai seorang ibu – perempuan(Buku Peringatan Taman Siswa 30
yaitu pendidik manusia pertama di dunia. Tahun, 1952:355).
Kewajiban perempuan memberi pendidikan Sifat- sifat yang dimiliki kaum perempuan
kepada anak-anak dengan jalan sebaik-baiknya, seperti sifat sabar, teliti, tekun dan cinta kasih
harus disertai cinta yang sedalam-dalamnya karena itulah yang diperlukan dalam mendekati anak,
mereka adalah generasi penerus. Seorang pendidik karena memang secara psikologis , masa anak-
baru berjasa dan hati merasa senang jika sudah anak masih membutuhkan hubungan batin dengan
melihat anak anak baik pendidikannya, bertabiat ibunya, sehingga anak-anak biasanya akan lebih
baik dan berkelakuan utama (sopan), serta tahu diri tertarik dengan pamong perempuan. Pamong laki-
sendiri dalam pergaulan (Soerip, 1938). Seorang laki mengenai kesabaran, ketelitian, pemeliharaan,
ibu yang memiliki anak demikian adalah ibu yang cinta kasih dan watak-watak lainnya tidak dapat
beruntung sekali dan bangsa yang beribu atau disamakan dengan pamong perempuan, meskipun
memiliki perempuan demikian adalah bangsa yang ia mengerti akan kewajibannya sebagai guru dan
bahagia dan patut mendapat tempat mulia. berniat untuk akrab dengan anak, akan tetapi
Untuk menjadi perempuan pendidik yang wataknya sebagai laki-laki tidak dapat
menghasilkan generasi yang diidamkan keluarga ditinggalkan.
dan bangsa, maka perempuan itu harus dan harus Dengan mengingat perempuan yang
mendidik diri sendiri, artinya siapapun hendak mempunyai peran penting dalam pendidikan,
120 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesepuluh, Nomor 1, Juni 2016

terutama pendidikan bagi anak-anak, maka membatasi pergaulan mereka, dengan tuntunan
tidaklah salah kalau Ki Hajar Dewantara menurut kodrat masing-masing dua-duanya dalam
mempunyai pandangan bahwa perempuan cocok kehidupannya untuk saling menghargai, karena
sekali berkecimpung dalam dunia pendidikkan, keduanya mengerti kepada kepentingan dan
sehingga tidak salah kalau beliau menyerukan kepandaiannya masing-masing (Man-
dalam tulisannya: “hai kaum perempuan goensarkoro, 1931:27).
Indonesia, masuklah kedunia pendidikan! Dalam pendidikan bersama atau ko edukasi,
Disitulah kamu akan merasakan kenikmatan diri, cara dan alat pendidikan yang digunakan dijumpai
karena kamu bekerja dengan kemuliaan rakyat dan perbedaan. Perbedaan ini bertalian dengaan sifat
bangsa, selaras dengan kodratmu lahir dan batin” laki-laki dan perempuan yaitu sifat kehalusan
(Dewantara, 1994:249). perasaan (sensitivitas) anak perempuan, sehingga
Di samping adanya sifat-sifat kaum mendidik anak perempuan lebih sulit dari pada
perempuan yang baik sekali dijadikan saran untuk anak laki-laki. Pengaruh anak perempuan pada
mendidik anak-anak , juga keberadaan perempuan lingkungannya dapat berupa kesucian, tetapi juga
dalam suatu tempat memang mempunyai kehinaan, misalnya seorang anak perempuan yang
pengaruh yang positif, yaitu dalam hal kesucian, tidak mempunyai kesopanan tentu membawa
kehalusan dan dalam rasa batin, yang yang dampak di sekelilingnya. Di sekolah atau di dalam
berfaedah untuk perbuatan lahir dalam dunia kelas yang ada beberapa anak perempuan yang
pendidikan . sopan tingkah lakunya, anak lelaki tentu menjadi
sopan dan halus juga, dan malu untuk memakai
MATERI PENDIDIKAN PEREMPUAN perkataan-perkataan yang tidak senonoh. Begitu
juga pengaruh perempuan kepada yang
Jika di suatu tempat terdapat perempuan, dididiknya, berfaedah buat keadaban anak
setidaknya akan membawa pengaruh positif, hal didiknya.
ini menjadi suatu dasar diadakannya suatu Melalui cara pendidikkan Among , dalam
pendidikan dan pengajaran bersama di sekolah pendidikkan Tamansiswa ada semacam aturan-
antara laki-laki dan perempuan dalam aturan yaitu:
Tamansiswa, atau lebih dikenal ko-edukasi dan ko- Sampai umur 14 tahun ko-edukasi dan ko-
instruksi. Waktu anak di dalam sekolahan banyak instruksi yaitu pendidikkan dan pengajaran
pengaruh satu dengan lainnya, pengaruh ini jika bersama justru baik sekali pada masa ini , karena
dituntun oleh yang mendidik menjadi baik untuk untuk menumbuhkan pergaulan yang selaras.
kedua fihak. Anak laki-laki yang dididik bersama Menurut Ki Hajar Dewantara, pada masa
anak perempuan akan mendapat perasaan sekolah tingkat dasar , apabila antara anak laki-laki
kehalusan dan kesopanan, demikian juga anak dan anak perempuan dipisah, misalnya pendidikan
perempuan yang dididik bersama dengan anak khusus anak perempuan saja, maka cara
laki-laki mendapat keberanian dan kesederhanaan. pendidikan khusus tersebut dapat menimbulkan
Sebagai pendidik harus benar-benar dampak yang kurang baik. Oleh karena anak
memperhatikan kewajibannya dan mendidik anak- perempuan yang tidak pernah bercampur gaul
anak dengan kesopanan, anak laki-laki dan dengan anak laki-laki akan merasa aneh atau luar
perempuan lebih baik dididik bersama, dan biasa apabila berkumpul dengan anak laki-laki dan
didikan bersama atau ko edukasi sudah menurut rasa ini dapat menimbulkan rasa-rasa yang kurang
kodrat, sebab keadaan dunia tidak akan sempurna baik. Kemudian anak perempuan yang senantiasa
jika hanya ada lelaki atau perempuan saja yang diasingkan itu biasanya akan sempit pandangan
bekerja untuk kemajuan, laki-laki dan perempuan pengetahuan maupaun adat istiadatnya(Man-
harus bersama-sama memikirkan. goensarkoro, 1931:251).
Akan tetapi meskipun dalam proses Ketika siswa perempuan sudah berusia 14
pendidikan dicampur antara siswa laki-laki dengan tahun dan siswa laki-laki kurang lebih 16 tahun
perempuan, bukan berarti tidak ada aturan yang yakni masa puber, ko-instruksi masih tetap
Yuliati, Konsep Pendidikan Perempuan Taman Siswa 121

dijalankan tetapi untuk pendidikan yang sehingga anak lelaki dan perempuan dapat
menyangkut nilai-nilai, misalnya dalam pergaulan menahan nafsunya. Suatu cara untuk menahan
antara laki-laki dan perempuan harus diatur sesuai nafsu adalah menyalurkan idealismenya (cita-cita)
dengan asas kesucian dan sifat kesopanan. dan kegemaran anak waktu itu untuk
Sementara itu peran orang tua pada anak-anak mengorbankan tenaga bagi keperluan umum,
yang memasuki masa tersebut dalam hal karena masa puber menurut Sri Mangunsarkoro
pendidikkan orangtua harus dapat berlaku secara adalah masa orang mendapat keyakinan dan
waspada. idealisme.
Terhadap anak menengah ini menurut Ki Pendidikan waktu itu harus diarahkan
Hadjar Dewantara ada baiknya pendidikkan antara kepada idealisme itu. Maka manfaat perkumpulan-
laki-laki dan perempuan dipisah sebab menurut perkumpulan pemuda yang bekerja ketujuan yang
beliau ketika anak memasuki masa birahi menjadi mulia harus disokong oleh sekalian orang tua,
sukar sekali belajar kalau melihat atau bersamaan misalnya kepanduan dan lain-lain perkumpulan
dengan anak perempuan. Oleh sebab itu sebaiknya pergerakan yang bercita-cita memperbaiki
dipisahkan siswa perempuan dari laki-laki agar bangsanya.
mereka mudah memusatkan pikirannya dan jika Dalam kepanduan anak-anak dididik
masih belajar bersama sama, proses pendidikan kepada perbuatan kemanusiaan dan kecintaan
harus diamati dengan keras karena mereka sudah kepada bangsa dan tanah airnya. Agar maksud itu
akil balik, anak perempuan mengerti bisa dijalankan, maka masalah kesehatan harus
keperempuannya, dan anak lelaki mengerti akan diperhatikan juga. Dalam berolah raga untuk anak-
kelakiannya. anak perempuan, para pendidik harus
Saat anak seusia 14-16 tahun, jika anak- memperhatikak kodrat perempuan yang berbeda
anak tersebut tidak memiliki kesopanan yang kuat dengan kodrat laki-laki. Badan perempuan telah
, tentu akan menjadi bingung merasakan hal hal diatur oleh alam supaya mencukupi kewajibannya
baru dan banyak dari anak-anak tersebut menjadi seorang ibu. Anak perempuan dalam
terjerumus ke dalam jurang kehinaan dan tidak berolah raga tidak boleh menjadi anak perempuan
dapat melepaskan diri dari keadaan itu. Maka yang mempunyai tabiat kasar, sebab hal itu
untuk pendidikan masa puber harusnya diberikan melanggar kodrat.
dengan hati-hati dan di waktu ini peran pendidik Pedoman untuk mendidik anak perempuan
sangat besar. Pada waktu puber ini anak lelaki dan usia puber adalah harus melihat dahulu kepada
perempuan dengan sengaja diberi kesempatan luas syarat-syarat, adat istiadat dan aturan-aturan
untuk berinteraksi, dan hal ini sudah dijalankan di kesusilaan dari bangsa Indonesia serta dari segi
Tamansiswa yang mempunyai dua macam asrama, keagamaan. Dari hal itu kita akan mengetahui,
yaitu asrama laki-laki dan perempuan. bahwa dari syarat dan aturan tadi, jika dimengerti
Peraturan mengamat-amati dengan keras maksudnya masih banyak yang dapat dipakai
harus dilakukan oleh orang tua bekerjasama untuk segala jaman, misalnya anak perempuan
dengan sekolah, apabila anak perempuan sudah tidak boleh memegang anak laki-laki. Hal tersebut
memasuki usia 16 sampai 18 tahun dan laki-laki adalah suatu hukum atau syarat agar anak
berumur 16-25 tahun, sebab pada masa itu perempuan jangan sampai dibuat sembarangan
merupakan masa menyala-nyalanya birahi, oleh anak laki-laki. Contoh lain adalah anak
sehingga bila dalam pergaulan mereka kurang perempuan tidak boleh datang ke rumah anak laki-
diawasi secara ketat dapat saja terjerumus dalam laki, maksudnya adalah sebagai penjagaan buat
perbuatan yang melanggar tata susila. keperempuannya, jadi dari dahulu perempuan
Bercampur gaulnya anak usia puber ketika sudah mempunyai perasaan menghargai dan
di sekolah harus mendapat pengawasan guru menjaga diri sendiri.
(pendidik) sehingga pergaulan dapat teramati. Anak laki-laki dan perempuan tidak
Waktu usia puber didikan tentang kesopanan harus diijinkan untuk pergi berdua, setidaknya harus ada
diperhatikan sekali agar hati menjadi kuat, seorang lagi yang menemani, lebih-lebih pada
122 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesepuluh, Nomor 1, Juni 2016

malam hari. Jika berduaan, maka harus ada yang rakyat, sebab dalam adat istiadat seringkali
mengamati, dan dalam proses mengamati tidak terdapat syarat-syarat yang selaras dengan
boleh mempunyai prasangka, pengamat harus kodratnya.
mempunyai kepercayaan, bahwa anak-anak Penerapan metode Among dalam
tersebut tidak akan melakukan perbuatan yang pendidikkan Tamansiswa yang menganut cara ko-
tidak sopan. edukasi tersebut, dibatasi adanya aturan-aturan
Anak yang mempunyai keteguhan dalam tertentu, dalam aturan tersebut menekankan
kesopanan artinya anak itu telah mempunyai pagar penting menjaga pergaulan antara siswa laki-laki
keselamatan yang kuat, dan kesopanan adalah dengan siswa perempuan. Demi tercapainya
panji-panji pendidikan perempuan yang terutama. tujuan pendidikan masing-masing, sangat
Tidak ada anak laki-laki akan berbuat diperhatikan segi-segi perkembangan jiwa anak,
sembarangan kepada anak perempuan yang sopan, sehingga tidak disamakan untuk menerapkan
begitu juga sebaliknya. Kesopanan menjauhkan aturan.
dari tindakan tidak terpuji, seruan Nyi Untuk mereka yang dewasa diadakan
Mangunsarkoro kepada sekalian orang tua dan pembatasan dan pengawasan secara bijaksana.
pendidik “... peganglah kesopanan kita sendiri Siswa yang telah dewasa diberi kebebasan yang
yang keras, soepaja kita bisa mendidik anak-anak bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas
kita dengan kesopanan itoe, sebab kesopanan masing-masing, sementara siswa yang tergolong
pendidik itoe jadi pokoknya” (Mangoensarkoro, anak-anak dan remaja senantiasa mendapatkan
1931:28). bimbingan dan pengwasan yang cukup ketat dari
Kemudian setelah perempuan berumur 20 pamong bekerja sama dengan orang tua demi
tahun dan laki-laki berumur 25 tahun hendaknya kemajuan masing-masing anak didik.
mereka diberi kemerdekaan untuk menentukan Tidak mudah untuk memberi batasan yang
langkah sendiri, karena mereka dianggap cukup terang antara pendidikan anak perempuan dengan
pendidikan batinnya, dan apabila mereka menikah pendidikan anak laki-laki karena ada pengaruh
pun sudah layak. Pada masa ini pendidikan banyak timbal balik, sehingga harus diselidiki faedah dan
diserahkan kepada anak sendiri yang sekarang tujuan pendidikan itu untuk anak perempuan
telah menjadi orang dewasa. Jika pendidikan yang Indonesia. Sri Mangunsarkoro memberi garis
diberikan sebelumnya dijalankan dengan benar, besarnya agar mempunyai pegangan untuk
maka maka yang telah dewasa itu mempunyai mendidik anak perampuan, yaitu harus diingat
penunjuk jalan sendiri yang terletak di bahwa anak perempuan yang dididik itu anak
sanubarinya, yaitu keyakinan idealismenya. perempuan Indonesia(Man-goensarkoro, 1931:7).
Dalam menerapkan peraturan-peraturan Memberi sebutan anak perempuan
tersebut, sedapat mungkin tidak menimbulkan rasa Indonesia memang disengaja karena para pendidik
terkekang bagi mereka untuk bergaul secara luas. suatu bangsa mempunyai kewajiban besar kepada
Dalam pendidikkan syarat-syarat kemanusiaan tanah air dan bangsanya. Pendidikan kepada anak
diperhatikan, jangan sampai menitik beratkan pada perempuan harus diselaraskan dengan kodratnya
intelektulitas saja. Oleh karena itu perlu sekali bagi sebagai anak perempuan dan kodratnya sebagai
siswa perempuan dibiasakan untuk hidup biasa, di anak dari suatu bangsa, yaitu Bangsa Indonesia.
mana melalui kehidupan seperti ini, mereka akan Maka tidak cukup jika anak perempuan dididik
mendapatkan contoh-contoh keadaan yang dapat secara umum, pendidikan anak perempuan
membangkitkan kesadaran tentang rasa dan cara Indonesia harus diberi dasar kebangsaan.
kemanusiaan. Pendidikan kebangsaan adalah pendidikan
Untuk menetapkan suatu pendapat atau yang selaras dengan kodratnya bangsa itu, yang
peraturan, jika dijumpai kebingungan maka perlu sesuai dengan adat istiadat bangsa itu, sehingga
sekali meluaskan pandangan, yakni dengan pendidikan kebangsaan bukan pendidikan yang
berdasarkan pada kodrat serta memperhatikan akan mempengaruhi baik buruknya terhadap
contoh-contoh dan syarat dalam adat istiadat
Yuliati, Konsep Pendidikan Perempuan Taman Siswa 123

bangsa lain, atau kepada pendidikan dunia sebaliknya juga jangan terikat kepada cara-cara
seluruhnya. kuno yang untuk sekarang sudak tidak cocok lagi.
Pendidikan kebangsaan sifatnya harus luas Jadi buat garis yang tetap, cocokkan semua barang
dan dalam, sehingga pengaruh-pengaruh dari luar dengan keadaan kodrat, sebab kodrat sebagai
yang dapat memperbaiki dan mempertinggi penunjuk jalan yang sebenarnya(Man-
pendidikan kebangsaan Indonesia harus diterima goensarkoro, 1931:27).
dengan senang hati, akan tetapi pengaruh-
pengaruh tadi harus diselaraskan dengan keadaan KESIMPULAN
Indonesia dan diberikan kepada anak –anak
Indonesia menurut cara-cara Indonesia, sehingga Tamansiswa memberi perhatian istimewa
prinsip seleksi dan adopsi perlu dijalankan. pada perempuan, hal ini berhubungan dengan
Pendidikan kebangsaan sifatnya kodrat perempuan, yakni sebagai pemangku
membangun dan menguatkan kecintaan kepada (wadah), tempat cikal bakal manusia. Sebagai
bangsa dan tanah air, dan kecintaan ini harus pemangku keturunan, perempuan penting untuk
berdasar kepada keadilan. Dengan perasaan memperhatikan hal-hal sejak pemilihan pasangan
keadilan tadi, kita tidak akan senang jika melihat hidup yang berkualitas dengan tidak melalaikan
hak bangsa kita diganggu bangsa lain. Seseorang melihat bibit, bebet, dan bobot.
atau suatu bangsa mempunyai hak kepada Semakin berkembang cabang Perguruan
kemerdekaannya sendiri asal kemerdekaan itu Tamansiswa, makin bertambah pula anggota, dan
tidak melanggar batas dan menganggu permasalahan pun makin kompleks, terutama
kemerdekaan orang atau bangsa lain. Inilah yang yang menyangkut masalah perempuan, baik
dimaksud dengan pendidikan kebangsaan yang pamong perempuan maupun istri pamong, dan hal
luas dan dalam. ini tidak dapat diatasi oleh Tamansiswa, sehingga
Pendidikan kebangsaan yang luas dan didirikan Wanita Tamansiswa.
dalam menurut Sri Mangunsarkoro dengan Perempuan Indonesia cocok sebagai
sendirinya sudah mengandung religi, yaitu rasa pendidik bangsa dan pendidik anak.
keagamaan, dan pendidikan yang seperti ini tidak Pendidikan yang dijalankan di Tamansiswa
akan menolak pengaruh-pengaruh agama yang memakai sistem Among. Materi yang
selalu akan memperluas dan memperdalam diajarkan adalah pendidikan kebangsaan,
pendidikan, sehingga menghasilkan pendidikan idealisme, cinta tanah air dan bangsa.
yang dijiwai oleh agama.
DAFTAR RUJUKAN
Dalam pendidikan kebangsaan
dipergunakan alat-alat yang selaras dengan kodrat Buku Peringatan 70 Tahun Tamansiswa
bangsa dan disesuaikan dengan jaman, yang alat- (1922-1992).
alatnya dapat dicari dalam adat istiadat rakyat 1992.Yogyakarta: MLPTS
Indonesia, dan harus berani membuang syarat- Buku Peringatan Tamansiswa 30
syarat yang mengikat kemajuan jaman (Poesara, Tahun, (1952)
Juli 1935). Yogyakarta: MLPTS
Pendidikan untuk anak perempuan Dewantara, K.H. 1928. Kodrat Perempoean.
Indonesia selain hal di atas perlu diberi penyadaran Wasita, Desember 1928, Djilid 1,
sebagai perempuan mereka akan menjadi Ibu, akan no. 3, hal. 80.
memelihara dan mendidik anaknya, disini tempat __________. 1935a. Perempoean Didalam
pokok kehalusan perempuan. Maka seorang Pertoemboehan Adab. Poesara, Juli
perempuan yang kasar tabiatnya tidak patut 1935, Tahoen ke 1, no. 6, hal.144.
menjadi seorang ibu, sehingga seorang ibu harus __________. 1935b. Beroepskeuze Bagi
berhati-hati jika menggunakan cara-cara bangsa Perempoean. Wasita Okt/Nop.
lain untuk mendidik anak perempuan, karena cara 1935, Th. Ke-1 No. 9/10, hal. 216.
bangsa lain belum tentu baik buat kita, namun
124 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesepuluh, Nomor 1, Juni 2016

__________. 1994. Karya Ki Hadjar Dewantara


Bagian II. Yog-yakarta: Majelis
Luhur Persatuan Taman Siswa.
Mangoensarkoro, S. 1931.Pendidikan Anak
Perempoean. Poesara, 31 Oktober
1931, djilid I, no. 1-2, hal.7.
__________. “ Mengapa Wanita
Tamansiswa haroes diatoer?”
dalam Poesara
13 Djanoeari 1932, Djilid I, No. 10,
hal. 88.
Poesara, 13 Djanuari 1932. Rantjangan Garis-
garis Tentang Pendirian
Persatoean Wanita Tamansiswa,,
hal. 89.
Poesara, April 1932, Djil. II, No. 3-4.
Soeara Persatoean.
Golongan Blambangan, hal.26-27.
Poesara, April 1933, Djil. III, No. 7,
Roeang Perempoean.
Perslah Rapat Wanita
Taman Siswa Bersama
Sama Dengan Iboe Iboe Moerid di
Djatibaroe, Djakarta, hal.112.
Poesara, Maret 1933, Djil. 3, No. 6 ,
Soeara Persatoean.
Conferentie Golongan Selo Gilang
jang ke III di Rambepoedji t.t. 24
Desember ’32, hal. 68-69.
Soedjono, R.P. dan Leirissa, R.Z.
eds., (2008), Sejarah Nasional
Indonesia V. Edisi Pemutakhiran,
Jakarta: Balai Pustaka, hal.263-
265.
Soerip. 1935. Perempoean Sebagai Pendidik,
dalam Wasita, Juli 1935, No. 6
Tahoen ke I, hal. 127.
Wasita, Oktober 1928, Djilid 1, no. 1,
“Perempoean-perempoean Oetama”,
hal.85.

Anda mungkin juga menyukai