Anda di halaman 1dari 10

KEDUDUKAN PEREMPUAN DAN ANAK

DALAM PERPEKTIF BERBAGAI AGAMA

A. PENGANTAR
Berkaitan dengan perkembangan zaman, masyarakat sekarang membutuhkan peran
perempuan dalam segala aspek, pendidikan, sosial ekonomi, hukum, politik, dan lain-lain.
Hal tersebut juga dipengaruhi oleh tuntutan bangsa-bangsa atas nama masyarakat global
bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan bagaimana bangsa tersebut peduli dan memberi
akses yang luas bagi perempuan untuk beraktifitas di ranah public, terlebih dalam ranah
agama
Seiring tujuan Kowani yaitu : 1. Mantapnya persatuan dan kesatuan dalam
mendayagunakan potensi wanita Indonesia. 2. Terwujudnya pribadi wanita Indonesia yang
maju dan mandiri, dalam rangka mengisi kemerdekaan agar tercapai masyarakat adil dan
makmur berasaskan Pancasila dan berdasarkan UUD 1945 yang menjamin pelaksanaan
hak-hak wanita Indonesia. 3. Terwujudnya kemitrasejajaran wanita sebagai kekuatan sosial
dalam pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya menuju masyarakat madani, maka
sudah selayaknya mengadakan kegiatan yang bersinergi
Indonesia dengan beragamnya suku dan agama sebagai pemimpin yang mengayomi
perlu kiranya memberikan tatanan dan konsep untuk masyarakat khususnya perempuan
dengan berbagai kegiatan yang bisa di terapkan
Perempuan di atur dalam dalam undang-undang dan ada kementrian yang
mengayomi di dalamnya yaitu Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga.
Islam hadir meninggikan derajat perempuan sekaligus menegaskan hak-haknya
dengan cahaya dan keadilan. Syariat Islam yang toleran melingkupinya dengan prinsip-
prinsip keadilan dan mengakui hak kehidupan yang mulia baginya—setelah sebelumnya
menjadi sasaran kebencian semenjak kelahirannya—, memberikan hak bagiannya dalam
warisan dan hak untuk mengurus hartanya sebesar apapun jumlahnya, baik digunakan
untuk membeli maupun dijual, memberi hadiah ataupun mewasiatkan dan memberi hak
penuh dalam pekerjaan yang dilakukannya. Islam juga telah memberikan hak-hak sosial
yang adil bagi perempuan. Di dalam Islam, perempuan mendapatkan segala hal yang
menampakkan kepribadiannya yang sempurna, bukan dengan menggambarkannya sebagai
pengekor bersayap patah, tetapi dengan kapasitasnya sebagai makhluk manusiawi yang
dimuliakan Allah dengan akal. Sejarah Islam dipenuhi banyak sekali contoh tentang
perempuan yang begitu cemerlang dalam menguasai ilmu-ilmu agama, baik fikih, hadits,
metode penetapan hukum dan ilmu-ilmu sastra yang mencakup syair dan bahasa. Orang
yang membaca sejarah sastra Arab tidak dapat mengingkari keberadaan puluhan pujangga
perempuan sepanjang sejarah Islam. Kedudukan perempuan dan anak dalam pandangan
Agama Islam
Keluarga adalah satuan unit terkecil dalam masyarakat. Di dalam keluarga yang
terdiri dari laki-laki dan perempuan, ada Ayah, Ibu, dan Anak serta anggota keluarga
lainnya. Perempuan dan Anak sebagai bagian dari anggota keluarga mempunyai
kedudukan yang penting, baik dalam keluarga itu sendiri, maupun dalam bermasyarakat.
Islam sangat memuliakan kedudukan perempuan. Hal ini ditandai dengan banyaknya ayat-
ayat dan hadits yang memberikan perhatian yang besar serta kedudukan yang terhormat
kepada perempuan. Bahkan, disebutkan sebagai sebuah nama surat dalam Al-Qur'an yaitu
Surat An-Nisa'. Perempuan mempunyai multi peran, baik ketika ia sebagai ibu, istri, atau
anak. Peran-peran tersebut antara lain, perempuan sebagai sumber keturunan yang sehat,
perempuan sebagai pendidik anak, perempuan sebagai istri yang setia dan bijaksana,
perempuan sebagai pengatur rumah tangga, dan perempuan sebagai anggota masyarakat
yang berilmu dan beramal shaleh. Adapun kedudukan anak, juga menjadi perhatian yang
penting dalam Islam. Setiap anak yang dilahirkan semuanya dalam keadaan suci ( fithrah).
Anak adalah amanah yang diberikan Allah SWT kepada kedua orang tuanya. Maka
kewajiban orang tua lah untuk membentuk kepribadian dan keshalehan anak.
Tanggungjawab orang tua memenuhi hak-hak anak. Sebaliknya anak juga mempunyai
kewajiban berbakti kepada orang tuanya sebagai tanggungjawab moralnya.
Demikian juga umat Kristiani, mempunyai keeratan dalam memberikan kedudukan
perempuan yang baik di tengah keluarga, gereja sebagai sarana tenpat beribadah mampu
memberikan kenyamanan atas umatnya, Oleh sebab itu, semua Gereja mempunyai koridor
masing – masing dalam beribadah. Pelayanannya terdiri dari : 1. Persekutuan Lansia 2.
Persekutuan Kaum Bapak 3. Persekutuan Kaum Ibu 4. Persekutuan Pemuda dan Pemudi 5.
Persekutuan Anak Remaja 6. Persekutuan Anak. Dari enam persekutuan pelayanan ini
setiap Minggu berkumpul di Gereja untuk beribadah. Jadi baik orangtua dan anak – anak
ada hubungan erat dalam Ibadah, Pembinaan yang sangat berhubungan erat satu dengan
yang lain.
Perempuan itu harus bijaksana, setia dan sabar dalam menjaga hubungan antara ibu
atau perempuan dengan anak agar dapat berjalan dengan baik dengan menjalin hubungan
yang erat dalam bermasyarakat, berbangsa dan berkeluarga.Dari enam persekutuan ini
sangat erat hubungannya, saling menegur, saling mengisi satu dengan yang lain yang
terjadi pada setiap hari minggu. Ibu – Ibu atau perempuan dengan setia membawa anak –
anak ke Gereja yang dengan sabar menunggu sampai selesai sekolah minggu dan
peajarannya. Dengan kata lain hubungan dan kedudukan perempuan dan anak, remaja,
pemuda-pemudi, kaum bapak, kaum ibu, dan para lansia ini sangat ini karena setiap
minggu ada 4 kali pertemuan yaitu pada hari Minggu, hari Rabu, hari Kamis dan hari
Sabtu. Inilah uraian kami sebagai perempuan Kristen dan anak – anak khususnya dan
secara umum bagi ibu, bapak dan lansia. Uraian pertemuan rutin yaitu hari Minggu secara
bersama, hari Rabu juga secara bersama, hari Kamis khusus pertemuan ibu pada sore hari
dan pada malam hari bapak – bapak. Hari Sabtu pertemuan dengan lansia. Demikianlah
hubungan orangtua, perempuan bersama anak – anak. Semoga Tuhan memberkati kita
semua
Perempuan di dalam ajaran agama Hindu adalah suci dan harus dihormati. Peran
perempuan dalam kehidupan ini sangatlah penting yaitu sebagai isteri untuk suami dan
sebagai Ibu untuk putra putrinya harus melalui jalan dharma atau sesuai ajaran -ajaran
Hindu sehingga tercapailah moksa. Kedudukan dalam perkawinan, keluarga dan
masyarakat pun sejajar dengan kaum laki-laki. Sehingga perempuan menjadikan dirinya
menjadi perempuan yang kuat dan tangguh dalam menjalankan kehidupan di dunia ini. Ibu
rumah tangga adalah isteri adalah pemberi kasih. Sebagai Dewi, Ibu rumah tangga wajib
menumbuhkan dirinya sebagai pelita yang menyinari rumah tangga dan memberi
penerangan jiwa kepada anak - anaknya. Sebagai Permaisuri, Ibu rumah tangga berfungsi
memimpin dan mengatur rumah tangga termasuk anak - anaknya. Anak merupakan
dambaan setiap keluarga, yang memberikan kehangatan dan kebahagiaan seluruh anggota
keluarga. Anak Saputra atau anak yang baik dan mulia merupakan harta yang tak ternilai
harganya
Kedudukan anak mempunyai kewajiban yang sangat besar yaitu menjadi anak yang
Saputra. Yang akan bertanggung jawab kepada orangtuanya dan yang terpenting kepada
leluhurnya. Menurut agama Buddha seperti yang dijelaskan dalam Majjhima Nikaya,
tinggi rendah kedudukan seorang manusia tidak ditentukan kelahiran, kekayaan atau pun
oleh jenis kelamin. Yang membedakan manusia apakah hina atau mulia adalah perbuatan
mereka. Baik perempuan maupun laki-laki sama-sama dapat mencapai tingkat kesucian
(Mahavacchagotta Sutta). Dalam masa kehidupan Buddha Gautama, terdapat banyak
murid wanita Beliau, yang berhasil mencapai tingkat kesucian, baik itu para bhikkhuni
maupun umat perumah tangga yang menikah. Seorang perempuan, Oh, Raja manusia,
dapat lebih baik dari pada seorang laki-laki, ia mungkin menjadi bijaksana dan bermoral,
seorang istri yg baik dan menghormati mertuanya. Seorang perempuan dapat melahirkan
putra yang mungkin menjadi pahlawan atau pemimpin (Samyutta Nikaya. I. 86) Di dalam
Karaniya Metta Sutta, Buddha mengibaratkan cinta kasih bagai seorang ibu yg melindungi
anaknya yg tunggal, ini berarti wanita merupakan pelindung yg hebat dengan kasih
sayangnya. Kasih sayang dari seorang Ibu bisa membuat anaknya menjadi generasi
penerus yg hebat. Buddha sering menggunakan istilah ,matugama untuk menggambarkan
betapa besarnya peranan wanita sbg seorang ibu bagi anak-anaknya sekaligus sebagai ibu
bangsa atau ibu rakyat. Hal ini menunjukkan penghargaan yang tinggi diberikan oleh
Buddha kepada kaum wanita. Di dalam tradisi Buddhis Mahayana, Bodhisattva
Avalokitesvara yang terkenal akan kesucian, cinta kasih dan welas asihnya, sering
disimbolkan dengan perwujudan seorang wanita. Sehingga dapat dikatakan wanita
merupakan simbol kelembutan, cinta kasih dan kasih sayang. Buddha juga memaparkan
peran perempuan sbg istri yg berada di balik kesuksesan suaminya (Angutara Nikaya III:
295-297 :Nakulapitu Sutta) yg menceritakan Nakulamata sbg istri yg menasehati dan
mengajari suami nya Nakulapita saat sakit menjelang ajal agar suaminya dapat meninggal
dengan tenang karena ia berjanji untuk terus melakukan tugas sebagai istri dan ibu yang
baik, sekaligus juga menggantikan suaminya sebagai sebagai ayah bagi anak-anaknya. Di
sini jelas terlihat bahwa di balik kesuksesan seorang pria ada peran wanita sebagai seorang
pendamping yang sempurna dalam keyakinan dan moralitas, dermawan dan terus menerus
memurnikan jalan menuju kehidupan mendatang yang aman dan bahagia saat ajal
menjemput. Dalam Mahavastu Avadana dijelaskan tentang peran wanita sebagai
pendamping pria dalam mencapai pencerahan sempurna yg dicerminkan dalam kisah
jalinan jodoh antara Pangeran Siddharta dan Putri Yashodara . Dalam kehidupan lampau
mereka sebelumnya, Putri Yashodara senantiasa mendampingi Pangeran Siddharta dalam
menjalani kehidupan secara berulang-ulang dalam berbagai kelahiran mereka sebelumnya,
dalam usaha untuk memupuk kebajikan agar dapat mencapai pencerahan sempurna.
Sebagai istri, seorang wanita dapat mempelajari seluk beluk pekerjaan suami sehingga
dapat berperan dalam mendukung pekerjaan atau usaha suaminya sesuai yang
dipahaminya. Ia harus cakap mengelola rumah tangga, mengatur seluruh penghuni rumah,
melaksanakan kewajibannya dan mengamankan pendapatan suami ( Angutara Nikaya III:
36-37). Wanita yang memiliki kualitas semacam itu akan berhasil meraih kekuasaan, dan
dunia akan ada dalam genggamannya (Angutara Nikaya IV: 270). Jelaslah, sebenarnya
dalam agama Buddha, seorang wanita pun bisa menjadi pemimpin yang sukses dengan
terlebih dahulu memenuhi kewajiban utamanya di dalam keluarga. Di sini terlihat bahwa
Buddha mengakui, kedudukan wanita dalam suatu negara dan bangsa adalah sangat
penting, karena di tangan wanita lah rakyat dan generasi mudanya dibentuk. Di tangan
wanitalah para pemimpin, pahlawan dan orang hebat dalam suatu negara dan bangsa bisa
ada. Dalam Digha Nikaya III : 190, pada Sigalovada Sutta, Buddha menjelaskan
kewajiban istri pada suami antara lain adalah: melakukan tugasnya dengan baik, ramah
tamah, setia, menjaga kekayaan suami, pandai dan rajin mengatur rumah tangga.
Kewajiban suami: memperhatikan kebutuhan istrinya, bersikap lemah lembut, setia,
memberi kekuasaan, memberi perhiasan atau pun perhatian dan perlakuan khusus pada
istrinya. Baik suami maupun istri harus saling menghormati dan menjaga hubungan yg
baik dengan kerabat kedua belah pihak.
Dengan demikian Buddha juga telah menunjukkan tentang hak dan kewajiban pria
dan wanita dalam keluarga, Buddha sangat peduli pada kesejahteraan wanita, sehingga
wanita harus diperlakukan dengan baik selain bahwa wanita harus memenuhi kewajiban
utamanya sebagai pendamping/istri, ibu, pendidik, dan pengayom keluarga, dan dengan
sendirinya juga pengayom bangsa dan negara. Adapun kedudukan Anak, Anak sering
dianggap sbg kekayaan bagi orang tua orang tua, ibarat investasi yg dapat memberi
jaminan sosial atau ekonomi di hari tua, hingga memenuhi kepuasan psikologis dan emosi.
Dalam Angutara Nikaya III: 43, Buddha menjelaskan 5 hal yg biasanya menjadi
pertimbangan orang ingin mempunyai anak, yakni: 1. Agar kelak anak balas budi dengan
menyokong balik orangtua. 2. Agar anak dapat membantu melakukan pekerjaan orang tua,
3. Agar silsilah keluarga bisa berlanjut, 4.Agar ada yg dapat hmengurus warisan orang tua,
5.Agar anak dapat mendoakan dan melimpahkan jasa pada orang tua ketika orang tua
meninggal dunia. Buddha menasehati kita untuk tidak perlu terlalu melekat pada anak dan
mencemaskannya secara berlebihan, karena sesungguhnya anak bukanlah milik kita,
bahkan diri kita sendiri pun bukan milik kita, demikian pula dengan kekayaan kita juga
bukanlah milik kita. (Dhammapada: 62) Barang siapa yang mempunyai 100 kemelekatan
pada kepemilikan, akan mempunyai100 kesedihan.
Barang siapa yang mempunyai 1 kemelekatan pada kepemilikan, akan mempunyai
1 kesedihan, barang siapa yang tidak mempunyai satu pun kemelekatan pada kepemilikan
tidak akan mempunyai kesedihan. (Udana 91-92), Dalam Sigalovada Sutta disebutkan
bahwa kewajiban anak kepada orang tua adalah berbakti kepada orang tua, menjaga
kehormatan orang tua, menjaga warisan keluarga, mendoakan orang tua yg sudah
meninggal dunia ataupun melakukan pelimpahan jasa untuk mereka. Sedangkan kewajiban
orang tua kepada anak adalah mencegah anak berbuat jahat, menganjurkan anak berbuat
baik, memberikan pendidikan yang sesuai, mencarikannya pasangan bila perlu,
memberikan warisan pada saat yg tepat. Menurut Lhama Zopa Rinpoche, sbg orang tua,
harus memiliki rencana mengasuh anak-anak dengan baik sehingga kehadiran anak
hendaknya membawa lebih banyak berkah kebahagiaan bagi keluarga dan masyarakat.
Pengasuhan anak hendaknya dijadikan sebagai praktik Dharma. Merawat anak seyogyanya
menjadi kegiatan yg dilakukan dg welas asih sebagai ladang kebajikan untuk mendukung
kemajuan spiritual orang tua dan juga anak-anaknya. Kehadiran anak akan memperkaya
pengalaman hidup orang tua karena pengasuhan anak akan menambah kesempatan bagi
orang tua untuk praktik Dharma dan meningkatkan peran sosial orang tua, sebab
dibutuhkan kolaborasi banyak pihak untuk mendidik dan merawat anak.
Dengan demikian, kedudukan anak dalam suatu keluarga, bangsa dan negara
menurut pandangan Buddhis juga sangat penting, yakni sebagai generasi penerus keluarga,
negara dan bangsa, sehingga harus dirawat, dididik dan dipelihara dengan baik agar dapat
menjadi generasi yang berkualitas, bermoral, berakhlak mulia, namun mempunyai
kehidupan nya sendiri, sehingga tidak perlu menjadi suatu kemelekatan bagi orang tua,
karena pada hakikatnya anak bukanlah milik orang tua. Keberadaan anak merupakan
sarana untuk melatih diri bagi orang tua agar dapat tumbuh menjadi pribadi yang lebih
sabar, penuh cinta kasih, welas asih dan bijaksana hingga dapat mencapai pencerahan bagi
diri sendiri dan juga membimbing anak agar juga dapat mencapai pencerahan sebagai
tujuan akhir umat Buddha.
Latar Belakang ini maka kowani akan menyelenggarakan Seminar tetang
Kedudukan Perempuan dan Anak dalam perpektif berbagai Agama bekerja sama dengan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam rangka
memperingati Hari Ibu Tahun 2023

B. TEMA:
Kedudukan Perempuan Dan Anak Dalam Perpektif Berbagai Agama (lintas Agama)

C. DASAR PELAKSANAAN
1. Undang Undang Dasar 1945
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia
3. Kementerian Agama Pusat Kerukunan Umat Beragama
4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Kowani Tahun 2019.
5. Hasil Kongres Kowani XXV Tahun 2019.
6. Program Kerja BIdang Agama Hasil Raker tahun2023

D. TUJUAN
Tujuannya dari kegiatan ini adalah

1. Lebih mengenal dan menghargai kedudukan perempuan dalam keluarga, masyarakat


dan negara dari berbagai sudut pandang agama di Indonesia

2. Meningkatnya Toleransi Umat Beragama dengan memahami Perempuan dalam


lingkungan Keluarga, Masyarakat di Indonesia

3. Memahami kedudukan Anak dalam berbagai sudut pandang agama di Indonesia

E. SASARAN DAN NARASUMBER


1. Peserta zoominar 2022 adalah:
a. Dewan Pimpinan dan Pengurus Kowani = 60 orang
b. TIM ahli dan Tim Khusus Kowani = 14 orang
c. 97 Organisasi anggota Kowani @ 2 orang = 194 orang
d. 34 Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW)
Tingkat Provinsi @ 5 orang = 170 orang
e. Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Tingkat
Kabupaten/Kota @ 3 orang x 34 = 102 orang
f. Yayasan - Yayasan Kowani 5 x 5 = 50 orang
Jumlah = 600 orang.
2. Narasumber 5 orang adalah:
a. Sambutan Ketua Umum Kowani
b. Sambutan Skretaris Jenderal Kementerian Agama RI
c. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Keynote Speaker.

F. WAKTU DAN TEMPAT


Zoominar Kedudukan dan Anak dalam perspektif semua Agama akan dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal : Hari, …..November 2023
Waktu : Pukul. 09.00 - 11.30 WIB
Tempat : Aplikasi Zoom

G. PELAKSANAAN KEGIATAN
Panitia Pelaksana kegiatan Webinar Kedudukan Perempuan dan Anak dalam
Perspektif Agama oleh Bidang Agama Kowani bekerjasama dengan Kementerian Agama
Republik Indonesia Pusat Kerukunan Umat Beragama

H. RENCANA ANGGARA BELANJA (RAB) / Menyesuaikan dengan Anggaran


Kementerian Agama

Zoominar Kedudukan Perempuan :


No Uraian Harga satuan Jumlah Biaya
(Rp)
1 Paket data Rapat Persiapan 10 org x 3 x Rp150.000,- 4.500.000
2 ATK 1 kegiatan 2.200.000
3 Honor Narasumber 5 org x 2 x Rp 1.300.000,- 13.000.000
4 Honor Moderator 2 org x 2 jam x Rp 700.000, 2.800.000
5 Honor Panitia 10 org x Rp 150.000 4.000.000
6 Paket data Panitia 10 org x Rp 150.000 1.500.000
7 Bingkisan tanda kasih (pengganti 50 org x Rp 100.000 5.000.000
paket data) Pengurus Kowani
8 Biaya IT (Hybrid) 1 kegiatan 3.000.000
9 Dokumentasi 1 kegiatan 2.000.000
10 Publikasi 1 kegiatan 2.000.000
11 Spanduk 4 bh x Rp 500.000 2.000.000
12 Laporan dan pengandaan 1 kegiatan 2.000.000
Jumlah
Terbilang : Lima puluh juta rupiah

I. PEMBIAYAAN

Biaya Kegiatan Kedudukan Perempuan adalah kerjasama dengan Kementerian Agama


Republik Indonesia.
Demikian Proposal dibuat sebagai acuan bagi semua pihak yang berkepentingan.
Semoga kegiatan ini dapat terlaksana dengan lancar dan berhasil baik.

Jakarta, Agustus 2023

Dewan Pimpinan Kowani

LAMPIRAN - LAMPIRAN:
1. Profil Kowani
2. Surat Ijin Pendirian Kowani
3. Nomor Rekening Kowani
4. Nomor NPWP
PROFIL ORGANISASI KOWANI

1 Nama Lembaga Kongres Wanita Indonesia


2 Alamat Lengkap Jln.Imam Bonjol No.58
Desa/Kel. Menteng
Kecamatan Menteng
Kab/Kota Jakarta Pusat 10310
Propinsi DKI Jakarta
3 Email Lembaga Kowani1928@gmail.com
4 Akta Notaris/Izin Pendirian Depdagri No.85/D.III.2/IX/2007
5 Tahun Berdiri 1928
6 Bank
Nama Bank Bank Mandiri
Cabang Jl. Imam Bonjol, Menteng Jakarta 10310
Nama Rekening Bank Kongres Wanita Indonesia (Kowani)
Nomor Rekening 122-00-9201474-8
7 NPWP
Nomor NPWP 02.584.477.0-071.000
Nama NPWP Kongres Wanita Indonesia (Kowani)
8 Nama Ketua Lembaga/Organisasi Dr.Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd.
9 Nomor Kontak Aktif
Telepon 021) 3152787 / (021) 3152785
HP 0811163436
Email Kowani1928@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai