Anda di halaman 1dari 5

NILAI RELIGIUS DALAM PEMBINAAN KADER PEREMPUAN

MUSLIMAT NU DI DESA DABUAN


Abdul Rozek rozeknur32@gmail.com
Ganesha Nagieo Casanova Sugiarto ganeshanagieo@gmail.com
Ismawati ismawatithok@gmail.com
Noer Alfiya Ningsih alfiyafivie@gmail.com
Abstrak
Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) adalah sebuah organisasi yang berbentuk
Nahdlatul Ulama (NU) yang peduli terhadap perempuan untuk memperoleh nilai-
nilai keagamaan melalui Nahdlatul Ulama (NU). Dengan Muslimat Nahdlatul
Ulama (NU), para muslimah dapat mencurahkan waktunya untuk lebih aktif
melakukan kegiatan seperti yasinan, tahlilan, pengajian (tausiah) yang dilakukan
setiap hari jumat, dengan mengikuti kegiatan Muslimat Nahdlatul Ulama (NU)
dengan harapan kedepannya bisa menjadi wanita Mulsimat atau wanita yang
benar-benar bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, dermawan dan dapat
bertanggung jawab. Desa dabuan menjadi salah satu sasaran desa yang banyak
mengikuti muslimat biasa disebut dengan fatayat yang beranggotakan para wanita
yaitu dimuali dari para reamaja sampai ibu ibu yang antusias untuk mengikuti
kajian Nahdlatul Ulama (NU). Dengan adanya kegiatan muslimat NU bisa
membawa hal positif bagi para wanita wanita desa Dabuan dari yang biasanya
jarang membaca yasin, tahlil dan sholawat dengan adanya muslimat NU maka
kegiatan tersebut dapat dilaksanakan setiap satu minggu sekali yaitu hari jum’at
yang mana tempatnya berpindah pindah sesuai dengan undian yang dilakukan di
akhir acara, dan hal ini dapat mengajarkan pentingnya bersosialisasi bagi para
remaja serta ibu ibu dan dapat menjaga hubungan silaturahmi antar masyarakat
desa dabuan.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia. Manusia adalah makhluk sosial bukan makhluk individu dimana
manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain yang berarti manusia
harus saling membantu dalam kehidupan. Sedangkan pendidikan diperlukan untuk
bertahan hidup di masyarakat dan pada umumnya bagi negara, khususnya dalam
aspek penanaman nilai-nilai agama. Contoh kecil di masyarakat adalah
keberadaan ormas Islam. Nu turut hadir menjadi wadah penengah bagi para
wanita di desa dabuan.
Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) hadir di tengah-tengah masyarakat
sebagai salah satu organisai perempuan Islam yang berada di bawah naungan
Nahdlatul Ulama. Di desa dabuan ini menjadi pusat salah satu sasaran desa yang
memiliki banyak muslimatan atau yang bisa disebut juga dengan perempuan yang
benar – benar melakukan kegiatan untuk bertaqwa kepada allah SWT dengan
melantunkan surat yasin , tahlilal serta pengajian tausiah yang akan dilakukan
setiap hari jum’at. Dalam fatayat ini terdapat ibu nyai yang bernama Wasilah
beliau merupakan salah satu alasan terbentuknya Muslimat NU, dalam
kemuslihatan ini memiliki keterbelakangan kaum perempuan yang ada di desa
dabuan, sehingga membuat perempuan NU itu tergerak untuk membentuk sebuah
wadah bagi kaum perempuan supaya agar dapat menuntut ilmu serta mengabdikan
diri untuk kemaslahatan keluarga dan hal tersebut sangat dibutuhkan oleh kaum
perempuan Indonesia.
Keberadaan Muslimat NU memberikan dampak yang sangat positif bagi
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kegiatan seperti yasinan,
tahlilan,peringatan dan santunan anak yatim. Dalam hal ini, wanita
membutuhkan tempat mengembangkan kegiatan yang telah aktif kembali di dalam
bidang organisasi keagamaan, agar memiliki nilai-nilai keagamaan yang
mendalam pembinaan kader muslimah perempuan NU. Penumbuhan dan
pembentukan nilai religius merupakan kegiatan bagian yang terpenting dalam
rangka menjadikan manusia yang beriman, bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, dan berbudi pekerti luhur merupakan berkepribadian yang baik untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap lembaga
kemasyarakatan dan lingkungan disekitar desa dabuan. Nilai-nilai agama
merupakan nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan tumbuh kembangnya
kehidupan beragama yang terdiri dari 3 unsur pokok yaitu, aqidah, ibadah, dan
akhlak yang akan menjadi pedoman berperilaku di kehidupan sehari hari
masyarakat yang ada di desa dabuan.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dengan jenis penelitian
kualitatif. Subjek dalam penelitian Muslimat NU Dabuan. Untuk objek penelitian
adalah upaya penanaman nilai religius dalam pembinaan kader perempuan
Muslimat NU. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan oleh salah
satu anggota Muslimat NU di Dabuan. Adapun tahapan teknik analisis data adalah
dengan melakukan reduksi data, analisis data, dan kesimpulan.
Pembahasan
Presiden pertama Indonesi kita Ir. Soekarna dengan tegas mengatakan
bahwa bangsa harus dibangun dengan mengutamakan pembangunan berkarakter,
karena pembangunan negara besar atau bangsa yang maju dan bermartabat harus
dimulai dengan membangun karakter bangsa atau menanamkan nilai-nilai agama.
Upaya peningkatan nilai-nilai agama bertujuan untuk memaksimalkan potensi
dalam diri pribadi itu sendiri yang merupakan landasan harkat dan martabat
berdaulat sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Seiring dengan penanaman
nilai-nilai religius pada muslimah NU di masyarakat, perlu adanya cara untuk
menanamkan nilai-nilai religius pada muslimah NU.
Dengan demikian proses penanaman nilai religius ini bersifat normatif
yang merupakan suatu proses memasukkan nilai agama secara penuh ke dalam
hati, sehingga ruh dan jiwa bergerak tersentuh berdasarkan ajaran agama. Dalam
proses internalisasi nilai religius sudah banyak dilakukan di sekolah-sekolah, baik
tingkat dasar maupun tingkat menengah atas. Walaupun demikian nilai religius
bukan hanya berlaku dalam pendidikan formal saja, akan tetapi internalisasi
merupakan nilai religius yang sudah menjadi kewajiban berperilaku seseorang
terhadap dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan penciptanya. Nilai
internaliasai mulai berkembang dan tercipta di desa dabuan melalui organisai –
organisai kemuslihatan yang bernaungan dari NU.
Pembinaan kader perempuan Muslim NU (Nahdlatul Ulama) memiliki
sejumlah nilai-nilai keagamaan yang menjadi dasar dan pedoman pengembangan
potensi dan kepemimpinan perempuan Muslim NU. Beberapa nilai tersebut antara
lain:
1. Tauhid (ketuhanan)
Nilai ini menekankan keyakinan pada Keesaan Allah. Pembinaan kader
perempuan Muslimat NU bertujuan untuk memahami dan berpegang teguh
pada prinsip tauhid sebagai landasan pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya. Desa Dabuan memilliki nilai ke tauhidan yang sangat tinggi
salah satu contoh dengan adanya muslimat NU, namun disamping itu
masih banyak kolom muslimat yang mendukung ke tauhidan desa Dabuan
seperti yang ada di salah satu yayasan desa Dabuan yaitu yayasan AL-
FARUQ yayasan tersebut mengadakan muslimat setiap malam kamis yang
beranggotakan masyarakat daerah sekitar yayasan AL- FARUQ, kolom
tersebut lebih dikenal oleh masyakat sekitar dengan nama “ kolom malem
kemmis” . kader dari setiap muslimat tidak hanya beranggotakan ibu – ibu
bahkan dari anak kecil ( SD), remaja, sampai dewasa sangat berantusias
mengikuti kolom muslimat tersebut baik itu kolom malem kamis dan
muslimat NU desa Dabuan. Dengan itu kita bisa melihat bahwa nilai
ketuhanan di desa Dabuan sangatlah kental, keyakinan terhadap keesaan
Allah SWT berpegang teguh kepada agama melestarikan sunnah yang
sudah dikenal sejak dulu seperti melakukan kegiatan tahlil, istighasah,
sholawatunnabwiyah serta di kolom muslimat NU diisi dengan tausiyah
yang membahas masalah lingkungan sekitar seperti permasalahan yang
susuai dengan ibu-ibu
2. Akhlak Mulia
Akhlak yang tinggi atau perilaku yang baik dan terpuji merupakan aspek
penting dalam pembinaan pengurus wanita muslim NU. Dalam konteks
ini, masyarakat desa Dabuan diajak untuk mengembangkan sifat-sifat
mulia seperti kesabaran, kejujuran, keikhlasan, dan kedermawanan. Di
desa dabuan masyarakat sekitar juga menjalankan akhlak mulia
sebagaimana mestinya untuk mampu menjaga ketenangan dan kesabaran
dalam menghadapi cobaan dan tantangan yang berkaitan dengan sifat
akhlak mulia. Masyarakat yang ada di desa bersedia untuk dapat bekerja
sama dalam membangun kontribusi masukan – masukan dari orang lain
yang memiliki sifat untuk mencerminkan akhlak mulia, akhlak mulia dapat
ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengendalikan emosi dan berpikir
dengan bijak dalam menjalankan peran kepemimpinan dan sebagai
anggota masyarakat.
3. Takwa (Ketakwaan)
Kata taqwa berasal dari waqaa-yaqii-wiqaayatan. Struktur
penyusunannya adalah huruf wa, qaf, dan ya. Dibaca waqaa,dengan arti
menjaga dan menutupi sesuatu dari bahaya. Bila kata ini digunakan
berdasarkan kaitannya dengan Allah (Ittaqullah), maka makna taqwa
adalah melindungi diri dari azabNya dan hukumanNya. Hal ini senada
dengan pendapat Sayyid Thanthawi yang menjelaskan bahwa taqwa secara
bahasa berarti melindungi dan menjaga diri dari segala sesuatu yang
membahayakan dan menyakiti.
Hal-hal yang membahayakan diri tersebut dapat dihindari dengan
memenuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan yang
menjerumuskannya kedalam neraka. Implikasi dari ketaqwaan tersebut
menjadikan orang yang bertaqwa mendapatkan faedah atau manfaat yang
besar serta kemuliaan dari ketaqwaannya. Bertumbuhnya kader perempuan
di Muslimat NU juga menekankan pentingnya taqwa atau kesadaran dan
ketaqwaan kepada Allah dalam segala tindakan. Dengan religiusitas kader
perempuan diharapkan mampu menjalankan tugasnya secara bertanggung
jawab dan mengutamakan kebaikan sesuai ajaran agama.
4. Musyawarah
Musyawarah adalah mengambil dan mengembangkan pendapat
yang terbaik dengan menggabungkan satu pendapat dengan pendapat
orang lainnya sehingga dapat digabungkan menjadi satu. Dalam
bermusyawarah sudah tertera dengan anjuran al-Qur‟an sehingga segala
sesuatu yang terjadi sudah terjadi dengan berbagai persoalan yang belum
ditemukan masalahnya berdasarkan petunjuk Allah di dalamnya. Hasil
penelitian ini menunjukkan anjuran untuk melakukan musyawarah seperti
yang di terangkan dalam QS al-Syūrā/42: 38. Bahwa sesungguhnya al-
Qur‟an sendiri sudah menganjurkan kita untuk melakukannya. Tafsir al-
Misbah dalam ayat ini menjelaskan definisi mengenai musyawarah. Tafsir
al-Ibriz menjelaskan orang masalah atau perkaranya selalu
dimusyawarahkan dengan teman-temannya.
Dengan adanya ini juga terdapat nilai religius yang mengajarkan
pentingnya mencapai kesepakatan dan musyawarah (pengambilan
keputusan bersama) dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab. Hal ini
sesuai dengan semangat solidaritas dan gotong royong yang menjadi ciri
Muslimat NU.
5. Kepedulian Lingkungan
Kader perempuan Muslimat NU juga diajarkan untuk peduli
terhadap lingkungan hidup dan alam sekitar. Dengan demikian, mereka
diharapkan dapat berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan demi
keberlangsungan kehidupan. Kepedulian terhadap sekitar pasti telah
diajarkan oleh para leluhur terdahulu, karena muslimat NU adalah
kegiatan yang bisa dibilang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap
sekitar juga Saling memahami satu sama lain, kami para anggota KPM
juga berpartisipasi dalam kegiatan muslimat NU dengan menghadiri
undangan acara pengajian (tausiyah) yang diadakan di dusun ORO dalam
acara tersebut mengusung tema selametan bujuk sema sekaligus santunan
anak yatim desa Dabuan, selain itu dalam acara tersebut juga dihadiri para
muslimat dari desa tetangga (sekitar desa dabuan) yang di undang untuk
menghadiri acara haul tersebut.
Hal ini adalah salah satu nilai religius yang diciptakan muslimat
NU dalam kepedulian lingkungan, namun tidak hanya hal yang tertera
diatas contoh lain yang kami temukan seperti halnya jika terdapat kifayah
para anggota muslimat NU dengan kompak melayat rumah yang terkena
musibah bahkan jika tempat tersebut jauh para masyarakat desa dabuan
menyewa mobil pick up tak lain juga anggota muslimat NU yang
mengompakkan hal itu. Dengan adanya kegiatan tersebut tanpa disadari
sudah mendapatkan pembelajaran yang berupa kepedulian sesama
lingkungan, meskipun tergolong sederhana hanya dengan melakukan
kifayah namun banyak hal yang diperolehnya dimulai dari
perkumpulannya hingga saling berbicra dan membacakan tahlil bersama.
Semua nilai-nilai agama tersebut menjadi dasar pembinaan kader-kader
perempuan muslimah NU untuk menjadi pemimpin yang berkualitas, beretika dan
bertanggung jawab dalam pengabdian kepada agama, masyarakat dan bangsa.
1. Internalisasi sendiri berasal dari kata intern atau internal yang dapat
diartikan bagian dalam yang menunjukkan suatu proses kaidah nilai
bahasa indonesia berakhiran dengan makna proses. Internalisasi menurut
kamus ilmiah itu sendiri memiliki arti untuk mendalami suatu ajaran nilai
yang menganut keyakinan serta kesadaran akan adanya kebenaran dalam
mewujudkan nilai sikap dan perilaku seseorang. Adapun dalam kerangka
psikologis internalisasi juga dapat dikatakan sebagai penggabungan dari
penyatuan sikap, serta standart dari tingkah laku dan seterusnya.
Internalisasi sendiri menurut Rohmat Mulyana adalah menyatunya nilai
dalam diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi merupakan penyesuaian
keyakinan, nilai, sikap, perilaku ( tingkah laku ), praktik dan aturan baku
pada diri seseorang. Sedangkan menurut Fuad Ihsan dalam bukunya
memaknai internalisasi sebagai upaya yang dilakukan untuk memasukkan
nilai-nilai ke dalam jiwa sehingga menjadi miliknya.
Menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa internalisi merupakan
peningkatan suatu nilai yang ada pada diri seseorang yang telah dapat
diberikan oleh para ahli tertentu, dari subtansi yang telah dijelaskan
merupakan suatu penanam nilai yang ada pada diri sendiri melalui binaaan
bimbingan dan semacamnya, yang berhubungan dengan sikap serta
tingkah laku yang terjadi di sekitar kita yang dilakukan setisp hari.

Penutup
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai