Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Majlis ta’lim merupakan lembaga pendidikan islam yang sudah ada dari dulu. Tempat
dilaksanakannya majlis ta’lim dulu hanya di masjid-masjid saja, perkembangan berikutnya,
tidak hanya diadakan di masjid tetapi di lembaga-lembaga, instansi-instansi, maupun di
rumah-rumah jamaahnya.
Majlis ta’lim memberikan pengetahuan agama, konsen terhadap pendidikan akhlak,
perbaikan tingkah laku jamaahnya. Kegiatan majlis ta’lim berupa ngaji bersama,
mendengarkan ceramah, bermusyawarah, dan berbagi pengalaman antar jamaah. Majlis
ta’lim banyak diikuti oleh ibu-ibu, dijadikan kegiatan positif bagi ibu-ibu di sela-sela
tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
Majelis ta’lim merupakan tempat menimba ilmu sekaligus memperluas pengetahuan,
serta memberikan pendidikan yang sangat bermanfaat untuk jamaahnya. Majelis ta’lim
biasanya diikuti oleh para Ibu-ibu rumah tangga untuk menambah kegiatan dari pada diam
dirumah, biasanya ibu- ibu rumah tangga semangat mengikuti kegiatan tersebut, tapi tidak
sedikit yang malas dan tidak ada waktu untuk pergi ke majelis ta’lim.
Dari segi etimologis, perkataan majlis ta’lim berasal dari dua kata yaitu majelis
dan taklim, majelis artinya tempat duduk, tempat, siding, dewan. Dan taklim yang
diartikan dengan pengajaran (Ahmad Warson Munawir: 1038). Dengan demikian
secara bahasa majlis ta’lim adalah tempat untuk melaksanakan pengajaran atau
pengajian agama islam.
Secara istilah, pengertian majelis taklim sebagaimana dirumuskan pada
Musyawarah Majelis Taklim se DKI Jakarta tahun 1980, adalah: Lembaga
pendidikan nonformal islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan
secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak, bertujuan
untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara
manusia dengan Allah SWT; antara manusia dengan sesamanya, serta antara
manusia dengan lingkungannya dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa
kepada Allah SWT (Hasbullah, 1999: 95).
Majelis ta’lim itu bertujuan sebagai salah satu peningkatan kualitas kepada
jamaahnya (ibu-ibu rumah tangga) dalam berperilaku di masyarakat. Karena jamaah
yang mengikuti kegiatan di majelis ta’lim itu berarti mereka itu penuntut ilmu
artinya sama dengan berpendidikan sudah seharusnya memiliki akhlak, perilaku,
budi pekerti yang baik sebagai contoh bagi orang lain yang ada disekitarnya.
Perilaku manusia yang berhubungan dengan sesama manusia terdiri atas:
perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri, perilaku yang berhubungan dengan
keluarga, dan perilaku yang berhubungan dengan masyarakat (Zainuddin Ali, 2007:
34).
Akhlak adalah kriteria-kriteria perbuatan manusia baik yang bersifat bathin
maupun yang bersifat lahir. Dalam perwujudannya baik yang bathin maupun yang
lahir ada yang mulia dan ada yang tercela. Jika ia sesuai dengan perintah Allah dan
Rasul- Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang
dinamakan akhlak mulia. Jika tidak sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul- Nya,
maka dinamakan akhlak tercela (Ali Nurdin dkk, 2009: 522).
Perilaku sosial adalah tindakan sukarela yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa
pun (kecuali kemungkinan perasaan telah melakukan kebaikan).
Sebagai manusia yang tidak bisa hidup sendiri, pasti memerlukan bantuan orag
lain, sudah sepantasnya memperlakukan orang lain dengan baik. Untuk
menciptakan masyarakat yang damai dan sejahtera, maka masing-masing anggota
masyarakatnya harus saling tolong menolong, saling menghormati, saling
menghargai dan saling menjaga perasaan. Seperti firman Allah dalam QS. Al-
Hujurat: 49

           
Bahwasannya orang-orang yang beriman itu bersaudara, hidup dalam keadaan
damai dan rukun, maka damaikanlah di antara saudara-saudarmu itu, apabila
sebagian mereka memerangi sebagian, dan bertakwalah kepa Allah, supaya kamu
mendapat rahmat (Hasbi Ash- Shiddieqy, 2012: 516).
Berdasarkan penelitian awal di masyarakat RT. 001 RW. 002 Desa Pegagan
Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon begitu rukun dan damai, khususnya ibu-
ibu yang membantu suami dengan berdagang. Keadaan tersebut mungkin karena
pengaruh dari keberadaan Majlis Ta’lim Nurul Islam di RT. 001 RW. 002 Desa
Pegagan Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon, yang memberikan pengetahuan
agama, mengajarkan hal-hal yang baik khususnya yang berkenaan dengan perilaku
sosial. Namun setelah diamati dengan seksama, didapati kenyataan bahwa masih
ada beberapa ibu-ibu pedagang yang melakukan perilaku yang tidak terpuji, seperti
saling menjelek-jelekkkan, mengumbar keburukan orang lain dan pelit terhadap
tetangga. Dari fenomena tersebut timbul suatu masalah yang penting untuk diteliti
yakni bagaimana kontribusi Majlis Ta’lim Nurul Islam dalam meningkatkan
pendidikan akhlak dan hasil-hasilnya bagi perubahan perilaku sosial ibu-ibu di Desa
Pegagan Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon (Tahun 2013)?
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian dalam skripsi ini berkaitan dengan Pendidikan Luar Sekolah
(PLS).
b. Pendekatan Penilitian
Pendekatan penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
tentang aktifitas Majlis Ta’lim Nurul Islam dalam meningkatkan pendidikan akhlak
ibu-ibu pedagang di RT. 001 RW.002 Desa Pegagan Kecamatan Palimanan
Kabupaten Cirebon.
c. Jenis Masalah
Jenis masalah dalam skripsi ini adalah sejauh mana upaya yang dilakukan pengurus
Majlis Ta’lim Nurul Islam dalam meningkatkan pendidikan akhlak ibu-ibu.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian berjalan sesuai dengan
efektif dan efesien, maka masalah yang diteliti perlu dibatasi sesuai dengan kemampuan
peneliti, penelitian ini di batasi hanya ibu-ibu pedagang di RT. 001 RW. 002 Desa
Pegagan Kecamata Palimanan Kabupaten Cirebon saja. Maka rumusan pembatasan
masalah sebagai masalah sebagai berikut:
- Upaya pengurus Majlis Ta’lim Nurul Islam dalam meningkatkan pendidikan akhlak
ibu-ibu pedagang di RT. 001 RW. 002 Desa Pegagan Kecamatan Palimanan
Kabupaten Cirebon.
- Pendidikan akhlak itu penting dalam membentuk perilaku sosial yang baik.
3. Pertanyaan Penelitian
Dari pembatasan masalah di atas, maka pertanyaan penelitiannya adalah sebagai
berikut:
a. Kegiatan apa sajakah yang ada di Majlis Ta’lim Nurul Islam dalam meningkatkan
pendidikan akhlak ibu-ibu pedagang di RT. 001 RW. 002 Desa Pegagan Kecamatan
Palimanan Kabupaten Cirebon?
b. Bagaimanakah perilaku sosial ibu-ibu pedagang di RT. 001 RW. 002 Desa Pegagan
Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon?
c. Bagaimanakah kontribusi pengurus Majlis Ta’lim dalam meningkatkan pendidikan
akhlak dan hasil-hasilnya bagi perubahan perilaku sosial ibu-ibu pedagang di RT. 001
RW. 002 Desa Pegagan Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka dapat diketahui tujuan dari penelitian ini
adalah untuk:
a. Memperoleh informasi tentang kegiatan yang ada di Majlis Ta’lim Nurul Islam dalam
meningkatkan pendidikan akhlak ibu-ibu pedagang di RT. 001 RW. 002 Desa Pegagan
Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon.
b. Memperoleh informasi perilaku sosial ibu-ibu pedagang di RT. 001 RW. 002 Desa
Pegagan Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon.
c. Memperoleh informasi tentang kontribusi pengurus Majlis Ta’lim Nurul Islam dalam
meningkatkan pendidikan akhlak dan hasil-hasilnya bagi perubahan perilaku sosial ibu-
ibu pedagang di RT. 001 RW. 002 Desa Pegagan Kecamatan Palimanan Kabupaten
Cirebon.
D. Kerangka Pemikiran
Keberadaan majelis ta’lim dan masyarakat merupakan dua sisi yang tidak dapat
dipisahkan lagi, karena keduanya saling mempengaruhi. Sebagian besar majelis ta’lim
berkembang karena adanya dukungan besar dari masyarakat, dan secara sederhana berdirinya
majelis ta’lim merupakan insiatif dari masyarakat itu sendiri.
Majelis ta’lim merupakan lembaga pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal adalah
jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Bila dilihat dari struktur organisasinya, majelis ta’lim termasuk organisasi
pendidikan luar sekolah yang bercirikan keagamaan Islam. Bila dilihat dari segi tujuan,
majelis Ta’lim termasuk lembaga atau sarana dakwah Islamiyah yang dapat mengatur dan
melaksananakan kegiatan kegiatannya. Di dalamnya berkembang prinsip demokrasi yang
berdasarkan musyawarah untuk mufakat demi pelaksanaan al-ta’lim al-Islamy sesuai dengan
tuntutan pesertanya.
Majlis ta’lim adalah wadah bagi masyarakat untuk mengembangkan diri, ajang
silaturahim, dan menambah pengetahuan. Majlis taklim merupakan salah satu lembaga
pendidikan islam yang bersifat nonformal, yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur
dan mulia, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan jamaahnya, serta
memberantas kebodohan umat jamaah, serta memberantas kebodohan umat islam agar dapat
memperoleh kehidupan yang sejahtera.
Oleh karena itu, jika dilihat dari segi strategi pembinaan umat. Maka dapat dikatakan
bahwa majlis ta’lim itu adalah merupakan wadah/ wahana dakwah Islamiah yang murni
institusional keagamaan. Sebagai institusi keagamaan Islam, system majlis ta’lim adalah
built-in (melekat) pada agama Islam itu sendiri (M. Arifin, 1991: 119).
Majlis ta’lim jika dilihat dari stuktur organisasinya, termasuk organisasi
pendidikan luar sekolah atau satu lembaga pendidikan islam yang bersifat
nonformal, yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan mulia,
meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan jama’ahnya, serta
memberantas kebodohan umat Islam agar dapat memperoleh kehidupan yang
bahagia dan sejahtera serta ridha oleh Allah SWT.
Bila dilihat dari segi historis. Majelis ta’lim dengan dimensinya yang berbeda-beda telah
berkembang sejak zaman Rasulullah SAW. Jika dilihat dari segi strategi pembinaan umat,
dapat dikatakan bahwa majelis-majelis ta’lim merupakan wadah/wahana dakwah Islamiyah
yang murni institusional keagamaan. Sebagai institusi keagamaan Islam, sistem majelis
ta’lim adalah built-in (melekat) pada agama Islam itu sendiri.
Majlis ta’lim adalah sebagai tempat pemberitahuan, menerangkan,
menggambarkan, yaitu memberitahukan atau menerangkan suatu ilmu, baik ilmu
agama maupun ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara
berulang-ulang dan sering sehingga dapat mempersepsikan maknanya dan berbekas
pada diri muta’alim dengan tujuan agar ilmu yang disampaikan bermanfaat,
melahirkan amal saleh, memberi petunjuk ke jalan kebahagiaan dunia akhirat untuk
mencapai ridho Allah SWT, serta untuk menanamkan dan memperkokoh (adab)
seorang manusia (Halmawati, 2013: 85-86).
Majlis ta’lim atau pengajian agama merupakan lembaga pendidikan tertua
dalam Islam walaupun tidak disebut majlis ta’lim. Ia adalah lembaga pendidikan
islam nonformal yang mempunyai kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara
berkala dan teratur yang diikuti oleh jamaah yang relatif banyak yang bertujuan
untuk membina dan mengembangkan serta mencerahkan kehidupan majlis ta’lim
(Bukhari Umar, 2010: 142).
Selain itu, majelis ta’lim sebagai salah satu faktor penunjang dalam
keberhasilan suatu pendidikan dan sebagai suatu lembaga non formal, sebagaimana
terdapat dalam pasal 26 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:
1. Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
2. Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan, pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
3. Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, serta pendidikan lain yan signifikan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik.
4. Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, lembaga
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majlis ta’lim serta pendidikan yang
sejenis.
Majlis ta’lim bertujuan untuk mengubah pola perilaku jamaahnya dari yang tidak baik
menjadi berperilaku baik, dengan pemberian pengetahuan baik pengetahuan agama maupun
pengetahuan umum. Dengan adanya majlis ta’lim diharapkan akan adanya perubahan yang
signifikan dari jamaahnya.
Sebagai lembaga pendidikan nonformal, majlis ta’lim berfungsi, sebagai berikut
( Abbasi Fadlil, 2001: 183-184):
a. Membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk
masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.
b. Sebagai taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya bersifat santai.
c. Sebagai ajang berlangsungnya silaturahim masal yang dapat menghidup-
suburkan dakwah dan ukhuwah Islamiah.
d. Sebagai sarana dialog kesinambungan antara ulama dan umara dengan umat.
e. Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan
umat dan bangsa pada umumnya.
Perilaku adalah segala aktifitas manusia dalam kehidupan. Manusia yang merupakan
makhluk sosial tidak akan bisa hidup tanpa orang lain. Manusia memerlukan orang di luar
dirinya untuk dijadikan teman berbicara, berbagi pengalaman dan juga untuk meminta
bantuan. Karenanya manusia harus memiliki perilaku yang baik di masyarakat agar tidak
adanya permusuhan dan kesalah pahaman.
Kepribadian atau personalitas bukankah merupakan hal yang diwarisi, yang
diperolehnya dari keturunan, tetapi personalitas itu adalah hasil resultants daripada
proses interaksi social secara fundamental antara individu dengan individu-individu
di dalam dan dengan seluruh pola kebudayaan yang ada di sekitar individu-individu
baik materil maupun nonmaterial, baik individual maupun sosial (Abu Ahmadi,
2007: 93).
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, ia akan
memerlukan orang lain baik untuk dijadikan patner atau karena membutuhkan
bantuan. Selain itu, manusia memiliki kewajiban yaitu menjaga bumi sebagai
khalifah. Untuk itu manusia berkewajiban menjaga bumi agar selalu baik dan
damai, seperti firman Allah dalam QS. Al- Baqarah: 30:

                 

            

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seseorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakkan padanya dan menumpahkan darah, padahal kamu senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Hasbi Ash-
Shiddieqy, 2012: 7).

Ayat di atas jelas menerangkan bahwa sebagai manusia, kita diharuskan untuk
menjaga alam ini, serta menjaga hubungan antar sesama manusia. Saling
menghargai dan menghormati antar tetangga sehingga tercipta kerukunan dan
kedamaian.
Ibu merupakan sentral dari pendidikan anak. Segala tingkah laku seorang ibu akan
dijadikan contoh oleh anaknya. Jika seorang ibu perilakunya tidak baik maka anak pun akan
menjadika itu sebagai contoh. Maka seorang ibu dituntut untuk berperilaku baik dengan siapa
pun, baik itu terhadap diri sendiri, anak maupun orang lain.
Agus Sujanto dkk (2009: 157), apapun yang dilakukan oleh orang-orang yang ada
disekitarnya, akan ditirukan oleh anak-anak. Dengan demikian, betapa harus berhati-hatinya
orang tua membawa diri di depan anak-anak, sebab tiap geraknya, tiap ucapannya akan
diisikan kedalam kandung kepribadiannya. Ibu rumah tangga selain sebagai jamaah dalam
suatu lembaga yang harus dijadikan panutan bagi orang lain dalam berperilaku, para ibu-ibu
rumah tangga itu harus menunjukan sikap yang ke-ibuan karena seorang ibu itu adalah
contoh bagi anak-anaknya. Ibu rumah tangga selain sibuk di dalam rumah sebagai pengurus
rumah tangga, yaitu sebagai sosok yang sangat terpandang di dalam keluarga terutama anak-
anaknya.
Ibu rumah tangga yaitu pengurus rumah tangga ia harus mampu membagi-bagi waktu dan
tenaga untuk melakukan 1001 macam tugas pekerjaan di rumah, dari subuh dini hari sampai
larut malam. ( Kartini kartono, 1992: 9). Tugas seorang Ibu sebagai pengelola rumah tangga
diantaranya adalah agar melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar seperti halnya laki-laki,
baik dirumah, disekolah maupun dimasyarakat. Contoh di masyarakat dalam melaksanakan
amar ma’ruf yaitu mau mengikuti kegiatan di majelis ta’lim, selain bermanfaat untuk diri
sendiri, orang lain, juga bermanfaat bagi kehidupan dirinya beserta keluarga.
E. Langkah-Langkah Penelitian
1. Sumber Data
a. Data Teoritik
Data teoritik diperoleh dari sejumlah buku dan literature lainnya yang ada
hubungannya dengan judul skripsi untuk dijadikan sumber rujukan.
b. Data Empirik
Data empirik diperoleh dari beberapa tehnik penelitian yang dilakukan
dilapangan, yaitu di RT. 001 RW.002 Desa Pegagan Kecamatan Palimanan
Kabupaten Cirebon.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu pedagang di RT. 001 RW. 002
khususnya mereka yang aktif dalam Majlis Ta’lim Nurul Islam Desa Pegagan
Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon sejumlah 19 orang.
b. Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 19 orang, dalam hal ini penulis
menggunakan penelitian populasi sebagaimana pendapat Suharsimi Arikunto (1996:
107) menyatakan:

“ Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya
jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20- 25% atau lebih”.

3. Tehnik Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan berbagai data yang ada, maka peneliti menggunakan teknik-
teknik pengumpulan data yaitu, antara lain:
a. Observasi
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di
masyarakat RT. 001 RW. 002 Desa Pegagan untuk melihat dari dekat kegiatan yang
dilakukan.
b. Studi Pustaka
Teknik ini dilakukan dengan menggali sejumlah buku dan literatur lainnya yang ada
hubungannya dengan judul skripsi untuk dijadikan sumber rujukan.
c. Wawancara
Wawancara ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab langsung bersama nara
sumber yaitu pengurus Majlis Ta’lim Nurul Islam tentang: kegiatan-kegiatan yang
digalakan. Selain itu wawancara juga dilakukan pada ibu-ibu pedagang di RT. 001
RW. 002 tentang: perilaku mereka di masyakat.
4. Teknik Analisis Data

Data yang sudah diklasifikasikan, dianalisis dan diberikan argumen seperlunya dan
langkah selanjutnya adalah disimpulkan, agar dapat menghasilkan kesimpulan yang
benar-benar valid maka data-data yang telah terkumpul penulis akan menggunakan
metode deduktif dan induktif.
1. Induktif
Induktif yaitu pola pemikiran yang berangkat dari suatu peristiwa yang khusus
kemudian ditarik generalisasi yang bersifat umum. Penulis mengolah data
berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan dari sumber yang menjadi tujuan
penelitian yaitu para ibu-ibu pedagang, khususnya yang aktif di Majlis Ta’lim
Nurul Islam dengan melakukan observasi di lapangan dan wawancara.
2. Deduktif
Deduktif adalah suatu cara menarik kesimpulan dari sumber data yang bersifat
umum kedalam suatu kesimpulan.
Setelah penulis mendapatka data yang lengkap dari sumber data yang menjadi
sasaran penelitian yaitu para ibu-ibu pedagang, khususnya yang aktif di Majlis
Ta’lim Nurul Islam kemudian penulis tarik menjadi suatu kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai