Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling

sempurna, tetapi kesempurnaan itu tidak berarti, manakala manusia

itu tidak mampu mempertahankannya, dengan jalan beribadah kepada

Allah, menjauhi larangan-larangan-Nya serta melaksanakan segala

perintah-Nya, sehingga akan terbentuklah pribadi yang taat beribadah.

Islam sebagai agama yang universal memberikan pedoman hidup

bagi seluruh manusia menuju kebahagiaan hidup baik di dunia

maupun akhirat. Kebahagiaan hidup manusia itulah menjadi sasaran

hidup manusia yang didambakan oleh setiap insan manusia diseluruh

dunia. Bimbingan dipandang sebagai salah satu aspek yang berperan

penting dalam membentuk generasi mendatang. Dengan adanya

bimbingan diharapkan mampu menghasilkan manusia yang

berkualitas, bertanggung jawab dan berguna bagi orang tua,

lingkungan dan negaranya.

Salah satu pilar utama dalam kehidupan manusia adalah ibadah,

ibadah sebagai kendaraan untuk mendekatkan diri kepada Allah,

sekaligus jalan kesempurnaan manusia. Ibadah yang dapat

menghantarkan manusia menuju kesempurnaan, sekaligus menjadi

tujuan atau sasaran, tentu bisa juga menjadi alat untuk mencapai
tujuan. Melalui ibadah, Islam mengarahkan setiap orang pada

pembentukkan moral dan sikap sosial. Dan ibadah merupakan suatu

media yang dianggap paling berpengaruh terhadap pembentukan jiwa

dan moral manusia.1

Ketaatan ibadah yang disebut sebagai bentuk hubungan antara

hamba dan Tuhannya, kecintaan kepada Allah dan pemutus hubungan

dengan segala sesuatu selain Allah. Kita semua pasti terpesona

menyimak munajat yang disampaikan Amirul Mukminin r.a,

“Tuhanku, tidaklah aku beribadah kepada-Mu karena takut neraka,

juga tidak karena menginginkan surga. Aku beribadah kepada-Mu

semata-mata karena aku sadar bahwa hanya engkau Zat yang berhak

aku sembah”.2

Pada hakekatnya manusia diciptakan oleh Allah SWT, untuk

tujuan beribadah kepadanya. Ibadah merupakan bentuk penghambaan

manusia sebagai makhluk kepada Allah sang pencipta. Karena ibadah

merupakan fitrah (naluri) manusia, maka ibadah kepada Allah

membebaskan manusia dari pemujaan.

Islam memberikan fungsi yang jelas kepada manusia sebagai

makhluk sosial, yakni fungsi ibadah, sehingga seluruh aktivitas sosial

manusia selalu bermuatan ibadah. Fungsi penciptaan manusia adalah

untuk penyembahan kepada Allah SWT. Penyembahan manusia

1
Syekh Tosun Bayark & Murtadha Muthahhari, Energi Ibadah, (Jakarta : PT.
Serambi Ilmu Semesta, 2004)h191
2
Ibid, h.94
kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap

terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil.

Dampak spritual, moral dan sosial dari ibadah mengacu kepada

satu hal, yakni ingat kepada Allah dan melupakan yang lain. Ia juga

berpengaruh terhadap kejiwaan seseorang untuk mengubah perilaku,

ketika sesoran banyak mengingat Allah, tentu ia takkan melakukan

perbuatan maksiat. Seseorang melakukan maksiat bukan karena tidak

mengetahui kemaksiatan, melainkan karena tidak mengingat Allah.

Semakin lupa kepada Allah, semakin banyak ia maksiat dan semakin

sering mengingat Allah, semakin enggan bermaksiat.

Kemudian, fungsi ibadah lainnya adalah untuk memperkukuh

kehidupan spritual manusia. Jika berpikir akan menajamkan pikiran,

takwa dan kesucian hati akan menguatkan kehendak maka ibadah bisa

memperkukuh hubungan batin dan mengobarkan keimanan. Iman

mendorong manusia untuk beribadah dan ibadah akan memperkukuh

imannya.

Pentingnya kegiatan beribadah adalah untuk membina dan

mengasuh anak didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam

secara menyeluruh. Bimbingan ibadah bertujuan meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman anak didik

tentang agama islam. Sehingga mengubah perilaku menjadi manusia

muslim yang beriman dan bertaqwa.


Pada dasarnya bimbingan ibadah harus dimulai dari keluarga sejak

masih kecil. Bimbingan tidak hanya berarti memberikan pengajaran

agama kepada anak-anak yang belum mengerti tetapi yang paling

utama adalah penanaman jiwa percaya kepada Tuhan, membiasakan,

mematuhi dan menjaga nilai-nilai serta kaidah-kaidah yang

ditentukan oleh ajaran agama.

Dan yang paling penting adalah melalui latihan-latihan keagamaan

yang menyangkut ibadah seperti Shalat, membaca Al-Qur’an,

menghapal surat-surat pendek dan lainnya yang harus dibiasakan,

sehingga lama kelamaan akan tumbuh rasa tenang dalam melakukan

ibadah.

Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa tantangan yang

dihadapi dalam pelaksanaan ketaatan beribadah di sekolah saat ini

adalah bagaimanakah agar ketaatan beribadah tidak hanya

mengajarkan pengetahuan tentang agama, melainkan dapat

mengarahkan anak untuk menjadi manusia yang benar-benar

mempunyai kualitas keagamaan yang kuat serta memilik kemampuan

mengembangkan diri. Dengan demikian materi bimbingan ibadah

bukan hanya menjadi pengetahuan, melainkan dapat membentuk

tingkah laku yang lebih baik.

Beribadah merupakan naluri untuk mencari sesuatu yang sempurna

tanpa dicela, yang indah tanpa noda. Orang yang menyembah

makhluk yang sebenarnya telah memalingkan naluri ini dari garis


asasinya.3

Manusia tak bisa hidup tanpa ibadah. Bagaimanapun bentuk dan

caranya, semua orang pasti pernah melakukan praktek ibadah, karena

naluri untuk beribadah merupakan fitrah manusia. Jelasnya, manusia

cenderung memandang suci sesuatu dan kemudian berusaha

mendekatkan diri kepadanya.

Al-Qur’an menyeru, “Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu, Zat

yang menguasai segala urusanmu”. Jika Tuhanmu yang

mengendalikan segala sesuatu itu sedetik saja alpa, hancurlah segala

yang ada.” Dialah yang menciptakan kamu dan orang-orang

sebelum kamu”. (Al- baqarah ayat 21)

Ibadah adalah wujud ketundukan dan pemujaan manusia kepada

Tuhan. Hanya dengan Tuhanlah manusia bisa menjalin hubungan

semacam itu, tidak dengan yang lain-Nya. Jika kita mengetahui

bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta dan penguasa dalam

semesta, kita harus mengabdi kepada-Nya, dan tidak menyekutukan-

Nya dengan sesuatu pun.

Dalam penegasannya tentang ibadah Nucholish Madjid

mengemukakan bahwa ibadah mencakup keseluruhan kegiatan

manusia dalam hidup di dunia ini, termasuk kegiatan “duniawi”

sehari-hari, jika kegiatan itu dilakukan dengan sikap batin serta niat

3
Syekh Tosun Bayrak & Murtadha Muthahhari, Energi Ibadah (Selami Makna,
Raih Kematangan Batin),(Jakarta : PT Serabi Ilmu Semesta, 2007) h. 12
pengabdian dan penghambaan diri kepada Tuhan yakni sebagai

tindakan yang bermoral.4

Salah satu sarana yang efektif untuk meningkatkan keagamaan

seseorang yaitu melalui ibadah, karena dengan ibadah dapat

melahirkan hubungan yang secara terus menerus serta perasaan

mengabdi kepada Allah. Apabila anak tidak terbiasa melakukan

ajaran agama terutama ibadah secara kongkrit seperti shalat, puasa,

berdoa, membaca Al-Qu’ran dan lain sebagainya serta tidak bisa

dilatih untuk melaksanakan hal-hal yang diperintahkan Allah dalam

kehidupan sehari-hari, maka pada saat dewasa nanti ia akan

cenderung acuh anti agama atau bahkan ia tidak merasakan pentingya

agama bagi dirinya.

Sebagai lembaga pendidikan Islam SMK Attaqwa 03 Wates

Babelan. SMK Attaqwa 03 Wates Babelan menerima siswanya dari

berbagai jenjang lulusan tingkat menengah dari SMP (Sekolah

Menengah Pertama) dan MTs (Madrasah Tsanawiah) yang

berdomisili dalam wilayah maupun luar wilayah desa kedung jaya.

SMK Attaqwa 03 Wates Babelan memfasilitasi anak didiknya

untuk mempelajari keagamaan seperti taddarus Al-Qur’an, menghapal

Al-Qur’an, Qira’ah dan mentoring keagamaan. Alasan diadakan

kegiatan keagamaan tersebut dikarenakan banyaknya anak didik yang

4
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban : Sebuah Telaah Kritis tentang
Masalah Keimanan, Kemanusian dan Kemodernaan, (Jakarta :
Paramadina,1992)h.58
kurang memperhatikan kewajiban untuk beribadah kepada Allah. Dan

tujuannya agar anak didiknya lebih termotivasi untuk melakukan

segala bentuk kegiatan dan menjalankan sesuai dengan ajaran islam.

Ketaatan beribadah yaitu meningkatkan kualitas diri pada anak

didik berfungsi sebagai sistem nilai yang memuat norma-norma

tertentu, secara umum norma-norma tersebut manjadi acuan untuk

bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama

yang dianutnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas

suatu yang berjudul skripsi Strategi Dakwah Dalam Menguatkan

Ketaatan Beraqidah Di Sekolah SMK Attaqwa 03 Babelan.

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah pada penelitian yang akan diteliti

adalah sebagai berikut:

1. Banyaknya sisiwa yang belum mengenal agama pada tingkat

sekolah menengah kejuruan, dengan prilaku yang tidak

mencerminkan berbudi pekerti luhur dalam ketaqwaan

beragama.

2. Perencanaan yang dilakukan sekolah dalam menanamkan nilai

keagamaan kepada setiap siswa-siswi, sehingga dapat

menerapkan dalam kehidupan serta meningkatkan ketaqwaan.

C. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat ketaatan keagamaan anak didik di SMK

Attaqwa 03 Babelan?

2. Bagaimana deskripsi ketaatan keagamaan anak didik di SMK

Attaqwa 03 Babelan?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat ketaatan beribadah anak

didik di Sekolah SMK Attaqwa 03 Babelan.

2. Untuk mengetahui Bagaimana Deskripsi ketaatan beribadah anak

didik di Sekolah SMK Attaqwa 03 Babelan.

E. Manfaat Penelitian

Kegunaan manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis

Dapat memberikan informasi, pengetahuan dan wawasan

mengenai Ketaatan Beribadah di SMK Attaqwa 03 Babelan anak

didik yang telah dilaksanakan dan dapat dijadikan rujukkan untuk

peneliti yang selanjutnya.

2. Manfaat praktis
Memberikan kontribusi mengenai Ketaatan Beribadah guna

meningkatkan mutu dan kualitas anak didik yang lebih baik.

Serta memberi masukan kepada lembaga pendidikan untuk

dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan belajar.

Anda mungkin juga menyukai