SKRIPSI
b. Manfaat Praktis
.4.1 Bagi Subjek
Untuk memberikan informasi kepada subjek supaya lebih
mendapatkan pemahaman tentang diri subjek dan juga pada saat
menjalani kewajiban dari Allah.
.2 Remaja
.2.1 Definisi Remaja
Menurut Santrock (2007) masa remaja merupakan periode
transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan
sosioemosional, yang dimulai dari rentang usia 10 hingga 13 tahun
dan berakhir pada usia sekitar 18 hingga 22 tahun. Perubahan
biologis yang terjadi diantaranya adalah pertambahan tinggi tubuh
yang cepat, perubahan hormonal, dan kematangan alat reproduksi.
Pada kognitif, perubahan yang terjadi seperti meningkatnya
kemampuan berpikir abstrak, idealistik, dan logis. Sementara,
perubahan sosioemosional yang dialami remaja seperti kemandirian,
keinginan untuk lebih sering meluangkan waktu bersama teman
sebaya, dan mulai muncul konflik dengan orang tua (Santrock,
2007).
Berbagai perubahan penting terjadi pada masa remaja,
sehingga Hall (dalam Santrock, 2007) memandang masa remaja
sebagai masa yang penuh badai dan stress . Pandangan tersebut
dikarenakan pada masa remaja terjadi fluktuasi emosi yang lebih
sering daripada sebelumnya. Berbagai pikiran, perasaan, dan
tindakan terjadi berubah-ubah, seperti antara kesombongan dan
kerendahan hati, niat baik dan godaan, kebahagiaan dan kesedihan,
dan kondisi bertolak belakang lainnya yang berubah-ubah dalam
jarak waktu yang singkat (Santrock, 2007). Lebih lanjut, Hurlock
(1980) menjelaskan kondisi fluktuasi emosi atau ketidakstabilan pada
remaja merupakan konsekuensi dari usaha penyesuaian dirinya pada
pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Kondisi tersebut
membuat remaja rentan untuk mengalami kemarahan, depresi,
kesulitan dalam mengatasi emosi, yang selanjutnya dapat memicu
munculnya berbagai masalah seperti kesulitan akademis,
penyalahgunaan obat,gangguan makan, dan kenakalan remaja
(Santrock, 2007).
Batasan remaja menurut WHO adalah suatu masa dimana
secara fisik individu berkembang dari saat pertama kali menunjukan
tanda-tanda seksual skunder sampai mencapai kematangan seksual,
secara psikologis individu mengalami perkembangan dan pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dengan batasan usia
10-20 tahun (Sarwono, 2010). Remaja menurut Hurlock (1992),
adalah suatu priode transisi dari masa kanak-kanak menjadi dewasa
awal dan mencapai kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik
(Pratiwi, 2015). Santrock (1999) mengungkapkan remaja adalah
masa transisi baik secara fisik, transisi secara intelektual serta
transisi peran sosial.
Dapat disimpulkan bahwa remaja adalah suatu masa peralihan
dari masa anak-anak menuju masa dewasa dengan batasan usia
antara 10-20 tahun dengan menunjukan kematangan fisik,
psikologis, dan sosial. Dari masa peralihan tersebut remaja menjadi
relative mandiri secara sosial.
intelek.
Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan
b.
lagi.
Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri
d.
sendiri.
Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya
e.
3) Mengkhayal
Keinginan dan angan-angan remaja tidak tersalurkan,
akibatnya remaja akan mengkhayal, mencari kepuasan,
bahkan menyalurkan khayalan mereka melalui dunia fantasi.
Tidak semua khayalan remaja bersifat negatif. Terkadang
khayalan remaja bisa bersifat positif, misalnya menimbulkan
ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.
4) Akitivitas berkelompok
Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua akan
mengakibatkan kekecewaan pada remaja bahkan
mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan remaja
mencari jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi dengan
berkumpul bersama teman sebaya. Mereka akan melakukan
suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala
dapat mereka atasi bersama.
2) Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan
perkembangan hormon, dapat ditandai dengan emosi yang
sangat labil. Remaja belum bisa mengendalikan emosi yang
dirasakannya dengan sepenuhnya (Sarwono, 2011).
3) Perkembangan Kognitif
Remaja mengembangkan kemampuannya dalam
menyelesaikan masalah dengan tindakan yang logis. Remaja
dapat berfikir abstrak dan menghadapi masalah yang sulit
secara efektif. Jika terlibat dalam masalah, remaja dapat
mempertimbangkan beragam penyebab dan solusi yang
sangat banyak (Potter & Perry, 2009).
4) Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial ditandai dengan terikatnya
remaja pada kelompok sebaya. Pada masa ini, remaja mulai
tertarik dengan lawan jenis. Minat sosialnya bertambah dan
penampilannya menjadi lebih penting dibandingkan
sebelumnya. Perubahan fisik yang terjadi seperti berat badan
dan proporsi tubuh dapat menimbulkan perasaan yang tidak
menyenangkan seperti, malu dan tidak percaya diri (Potter&
Perry, 2009).
.3 Majelis Ta’lim
.3.1 Definisi Majelis Ta’lim
Istilah majelis ta’lim berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari
dua suku kata yaitu majelis yang berarti tempat duduk dan ta’lim
yang artinya belajar. Dengan demikian, secara bahasa yang
dimaksud majelis ta’lim adalah tempat belajar. Adapun secara istilah,
majelis ta’lim adalah sebuah lembaga pendidikan nonformal yang
memiliki jamaah dengan jumlah yang relatif banyak, usia yang
heterogen, memiliki kurikulum berbasis.
1. Keagamaan dan waktu yang fleksibel sesuai kebutuhan
jamaah.
Selain itu ada beberapan tokoh yang memaparkan
pengertian majelis ta’lim. Muhsin menyatakan bahwa
majelis ta’lim adalah tempat atau lembaga pendidikan,
pelatihan, dan kegiatan belajar mengajar dalam
mempelajari, mendalami, dan memahami ilmu pengetahuan
agama Islam dan sebagai wadah dalam melaksanakan
berbagai kegiatan yang.
2. Memberikan kemaslahatan kepada jamaah dan masyarakat
sekitarnya. Effendy Zarkasyi dalam kutipan Muhsin
mengatakan, “Majelis ta’lim merupakan bagian dari model
dakwah dewasa ini dan sebagai forum belajar untuk
mencapai suatu tingkat pengetahuan agama”. Masih dalam
Muhsin, Syamsuddin Abbas juga mengartikan majelis ta’lim
sebagai “Lembaga pendidikan non-formal Islam yang
memiliki kurikulum sendiri, diselenggarakan secara berkala
dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak”.
Helmawati menuturkan bahwa majelis ta’lim adalah tempat
memberitahukan, menerangkan, dan mengabarkan suatu ilmu, baik
ilmuagama maupun ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dilakukan secara berulang-ulang sehingga maknanya dapat
membekas pada diri muta’allimuntuk kemudian ilmu yang
disampaikan bermanfaat, melahirkan amal saleh, memberi petunjuk
ke jalan kebahagiaan dunia akhirat, untuk mencapai ridha Allah
SWT, serta untuk menanamkan dan memperkokoh akhlak.
Dari beberapa penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa majelis ta’lim adalah suatu tempat kegiatan transfer ilmu
agama Islam dari mu’allim kepada muta’allim yang dilakukan secara
rutin untuk menambah pengetahuan keagamaan, memperkuat iman,
dan menanamkan akhlak mulia sehingga mendapatkan kebahagiaan
di dunia dan akhirat.
b. Metode Halaqoh
Dalam hal ini mu’allim memberikan pelajaran biasanya
dengan memegang suatu kitab tertentu. Jamaah
mendengarkan keterangan mu’allim sambil menyimak kitab
yang sama atau melihat ke papan tulis di mana pengajar
menuliskan hal-hal yang disampaikannya. Bedanya dengan
metode ceramah terbatas adalah dalam metode halaqah
peranan mu’allim sebagai pembimbing jauh lebih menonjol
karena mu’allim seringkali harus mengulang-ulang sesuatu
bacaan dengan ditirukan oleh jamaah serta membetulkan
bacaan yang salah.
c. Metode Mudzakarah
Metode ini dilaksanakan dengan cara tukar menukar
pendapat atau diskusi mengenai suatu masalah yang telah
disepakati untuk dibahas. Dalam metode ini, mu’allim seolah-
olah tidak ada, karena semua jamaah biasanya terdiri dari
orang-orang yang pengetahuan agamanya setaraf atau
jamaahnya terdiri dari pada ulama. Namun demikian, peserta
awam biasanya diberi kesempatan.
d. Metode Campuran
Dalam hal ini berarti satu majelis ta’lim menyelenggarakan
kegiatan pendidikan atau pengajian tidak dengan satu macam
metode saja, melainkan dengan berbagai metode secara
berselang-seling.
BAB III
METODE PENELITIAN
.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatifdeskriptif, yaitu data
yang dikumpulkan berbentuk kata-kata,gambar, bukan angka-angka.
Menurut Bogdan dan Taylor,sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J.
Moleong, penelitiankualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
datadeskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orangdan
perilaku yang diamati.
Sementara itu, penelitian deskriptif adalah suatubentuk penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan ataumenggambarkan fenomena-
fenomena yang ada, baikfenomena alamiah maupun rekayasa manusia.
Adapun tujuan dari penelitian deskriptif adalah untukmembuat
pencandraan secara sistematis, faktual, dan akuratmengenai fakta dan
sifat populasi atau daerah tertentu.
.4 Metode Penelitian
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini berupa gabungan dari
teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik-teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
.4.1 Observasi
Menurut Herdiansyah (2015) menyatakan bahwa observasi
merupakan kumpulan data yang menggunakan alat indera. Dalam
suatu kondisi yang alami, observasi merupakan tindakan dari
pengamatan fenomena sosial didunia nyata dan merekam kejadian-
kejadian yang terjadi.
Patton (dalam Sugiyono, 2012) menjelaskan manfaat dari
observasi adalah sebagai berikut :
a. Melalui observasi di lapangan sehingga peneliti dapat
memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial
serta memperoleh pandangan yang holistik dan
menyeluruh.
b. Melalui observasi akan memperoleh pengalaman secara
langsung, sehingga peneliti dapat menggunakan
pendekatan induktif, dan tidak dipengaruhi oleh konsep
atau pandangan sebelumnya.
c. Melalui observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang
kurang ataupun tidak diamati oleh orang lain, khususnya
orang yang berada dalam lingkungan tersebut karena telah
dianggap “biasa” yang tidak terungkapkan dalam
wawancara.
d. Melalui observasi, peneliti dalam menemukan sesuatu yang
tidak terungkapkan oleh responden dalam wawancara,
karena bersifat sensitif atau ditutupi karena dapat
merugikan nama lembaga.
e. Melalui observasi, peneliti dapat menemukan kejadian
diluar persepsi responden, sehingga peneliti dapat
memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
f. Melalui observasi dilapangan peneliti tidak hanya
mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga dapat
memperoleh kesan-kesan yang pribadi dan merasakan
suasana situasional dalam penelitian.
.4.2 Wawancara
Menurut Herdiansyah (2015) wawancara merupakan suatu
interaksi yang terhadap pertukuran aturan, tanggung jawab,
perasaan kepercayaan, motif, dan informasi didalamnya. Wawancara
bukanlah suatu kegiatan dimana satu orang yang melakukan
pembicaraan, sedangkan yang lainnya mendengarkan, tetapi lebih
melibatkan komunikasi dua arah yang terdapat tujuan yang ingin
dicapai melalui komunikasi tersebut. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan wawancara tak terstruktur
(unstructured interview), yaitu suatu wawancara yang secara bebas,
dimana peneliti tidak menggunakan suatu pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya merupakan
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan kepada
sumber data (Sugiyono, 2012).
Pada wawancara tak terstruktur, belum dapat peneliti ketahui
dengan jelas data apa yang akan diperoleh dalam penelitian,
sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan
oleh responden. Peneliti akan melakukan analisis terhadap setiap
jawaban yang diberikan oleh responden, maka peneliti akan
mengajukan beberapa pertanyaan yang lebih terarah pada tujuan
penelitian. Melalui teknik wawancara ini, peneliti bermaksud untuk
mendapatkan data secara lebih mendalam mengenai kehidupan
beragama pada remaja dan bagaimana sikap para remaja yang
memiliki kematangan beragama sejak usia muda.
.4.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu.
Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen tulisan misalnya catatan
harian, sejarah kehidupan dan biografi. Dokumen gambar misalnya
foto, gambar hidup, sketsa, serta catatan lainnya yang berhubungan
dengan penelitian. Dokumen yang berbentuk karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film dan lain sebagainya. Dokumentasi
dapat berupa surat-surat, gambar, foto, dan catatan lain yang
berhubungan dengan penelitian (Sugiyono, 2012).
Sugiyono (2012) mengatakan bahwa studi dokumen
merupakan suatu pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Penelitian dari observasi dan
wawancara akan memberikan hasil yang lebih kredibel atau dapat
dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa
kecil, disekolah, ditempat kerja, dimasyarakat dan autobiografi.
Tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua dokumen memiliki
kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak
mencerminkan keadaan aslinya karena foto dibuat untuk kepentingan
tertentu. Demikian juga autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri
yang sering kali bersifat subjektif.
.5 Analisis Data
Nasution (dalam Sugiyono, 2012) menyatakan bahwa analisis dalam
penelitian kualitatif telah mulai dilakukan sejak merumuskan dan
menjelaskan suatu masalah yang dimulai sebelum terjun ke lapangan, dan
berlangsung terus sampai penulisan hasil dari penelitian. Dalam
kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses
pengumpulan data daripada setelah selesai pengumpulan data.
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data ketika peneliti
belum memasuki lapangan. Analisis ini dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan atau data sekunder yang digunakan untuk menentukan
fokus penelitian. Fokus penelitian ini masih memiliki sifat yang sementara
dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama peneliti sedang
berada di lapangan.
Herdiansyah (2015) menjelaskan ada beberapa prosedur dalam
melakukan studi pendekatan fenomenologi, diantara lain :
a. Prosedur pertama, yaitu peneliti harus dapat memahami
perspektif dan filosofi yang ada dibelakang pendekatan yang akan
digunakan, khususnya mengenai “bagaimana individu mengalami
suatu fenomena yang terjadi”. Konsep “epoche” merupakan
proses mengesampingkan atau menghilangkan semua prasangka
peneliti terhadap suatu fenomena yang merupakan inti ketika
peneliti mulai menggali serta mengumpulkan ide-ide mereka
mengenai suatu fenomena, dan juga mencoba memahami
fenomena yang terjadi menurut sudut pandang subjek penelitian
yang bersangkutan.
b. Prosedur kedua, peneliti kemudian membuat pertanyaan
penelitian yang menggali serta mengeksplorasi arti dari
pengalaman subjek dan juga meminta subjek untuk menjelaskan
pengalaman tersebut.
c. Prosedur selanjutnya adalah peneliti mulai mencari, menggali, dan
mengumpulkan data yang berasal dari subjek penelitian yang
terlibat secara langsung dengan fenomena yang terjadi.
d. Setelah datanya terkumpul, peneliti kemudian mulai melakukan
analisis data yang terdiri atas tahap-tahapan analisis.
e. Prosedur terakhir, ketika laporan penelitian fenomenologi diakhiri
dengan diperolehnya pemahaman yang lebih esensial, dan juga
dengan struktur yang invariant dari suatu pengalaman-
pengalaman yang dialami suatu individu, dan juga mengenali
setiap unit terkecil dari arti yan diperoleh berdasarkan
pengalaman-pengalaman suatu individu tersebut.
Kaelani. 2000. Islam, Iman, dan Amal Saleh. Jakarta: Pt Rineka Cipta
Nata, Abudin. 2006. Metodologi Study Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Tim pustaka phonix. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi baru .
Jakarta: Pustaka phonix
Yunus, Mahmud. 2004. Tafsir Qur’an Karim. Cet 73. Jakarta: PT.
Hidakarya Agung