Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, suatu lembaga

Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang bernuansa Islam, memiliki program yang

membimbing mahasiswa untuk senantiasa melaksanakan ibadah keagamaan sebagai

mahasiswa yang taat kepada Allah SWT. Akan tetapi pada kenyatannya, tidak bisa

dipungkiri kalau masih ada mahasiswa UIN yang tidak melaksanakan sholat pada saat

adzan telah di kumandangkan, puasa pada bulan ramadhan, bisa jadi mahasiswa tersebut

tidak tahu atau lupa bagaimana cara bertharah, hukum shalat wajib dan sunnah,

pemularasan jenazah, shaum wajib dan sunnah, berhaji dan umrah.

Pada dasarnya pendidikan adalah proses secara sadar dalam membentuk peserta

didik untuk mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani maupun rohani,

dan proses ini merupakan usaha pendidik membimbing peserta didik dalam arti khusus

misalnya memberikan dorongan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.

Dalam diri manusia terdapat kemampuan fitrah, baik rohaniah maupun

jasmaniah. Kemampuan tersebut tidak akan berkembang baik, tanpa adanya bimbingan

keagamaan sebagai salah satu usaha untuk mensejahterakan kehidupan bangsa yang

mengacu kearah kemajuan. Oleh sebab itu, pelaksanaan dan pengembangan bimbingan

keagamaan terhadap manusia sangat diharapkan baik dari segi kualitas maupun dari segi

kuantitas, sehingga dari hasil bimbingan keagamaan diharapkan dapat meningkatkan

kesadaran dalam beribadah dan mengaplikasikan nya secara maksimal dan utuh.

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW, diyakini dapat

menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Didalamnya
terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup

dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya.Petunjuk-

petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat didalam

sumber ajarannya, al-quran dan al-hadits, tampak sangat ideal dan agung. Islam

mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, dengan senantiasa mengembangkan

kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada

kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan

persaudaraan, berakhlak mulia dan sikap-sikap positif lainnya (H.M. Arifin,1992:11).

Gambaran ajaran Islam yang demikian ideal itu pernah dibuktikan dalam sejarah

dan manfaatnya dirasakan oleh seluruh umat manusia di dunia.Namun, kenyataan Islam

sekarang menampilkan keadaan yang jauh dari cita ideal tersebut.Ibadah yang dilakukan

umat Islam seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya hanya berhenti pada sebatas

membayar kewajiban dan menjadi lambang keshalehan, sedangkan buah dari ibadah

yang berdimensi kepedulian sosial sudah kurang tampak.

Inilah ibadah-ibadah yang harus ditanam kepada generasi kita sehingga tertanam

di dalam lubuk hati mereka keimanan kepada Allah SWT yang akan melahirkan keataan

kepadaNya, dan inilah yang menjadi sumber kebahagian hidup dunia dan akhirat. Karena

sehebat, sekuat dan sepintar apapun manusia kalau hatinya tidak ditanami keimanan

maka hanya akan menyebabkan kerusakan di dunia. Dengan melatih kader dakwah untuk

senantiasa mendekatkan dirinya kepada allah swt dengan memperbanyak ibadah baik

yang wajib maupun yang sunnah, diharapkan allah swt berkenan membantu mereka

dalam berdakwah dan meneguhkan setiap ayunan langkah untuk berdakwah. Karena

tidaklah mungkin seseorang berdakwah tetapi ia tidak memperbanyak ibadahnya bahkan

lupa kepada allah, karena allah berfirman :


          



19. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan

mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.

“Mereka melupakan allah, maka allah pun melupakan mereka” (QS. Al-Hasyr:

19)

Dengan menyiapkan kader dakwah yang  terlatih untuk beribadah dan dibiasakan

untuk menerapkan ajaran islam pada keseharian mereka, maka diharapkan miniature

masyarakat islam ini mampu  membentuk masyarakat islam yang sesungguhnya yang

bernafaskan dengan ruh islam.

Dengan konsinten beribadah, kita memiliki sumber kekuatan dari dalam yang

membuat kita percaya diri dalam menghadapi badai apapun dalam hidup ini karena kita

tahu semua berada dalam kendali Yang Maha Kuasa. Dengan konsisten menjalankan

idabah, kita akan menjadi manusia yang bertakwa yang merupakan derajat manusia

tertinggi di sisi Tuhan. Takwa itu sendiri memiliki definisi pokok menjalankan segala

perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Sebuah definisi yang kelihatannya

singkat, namun boleh jadi akan lebih sulit untuk mempraktekkannya. Walaupun

demikian, manusia yang sukses sejati adalah manusia yang selain sukses secara duniawi

juga sukses secara ukhrowi, yakni yang telah mencapai derajat takwa tersebut.

Islam ialah agama yang mengajarkan keseimbangan antara kepentingan material

dan kepentingan spiritual dengan tujuan terbentuknya manusia yang sempurna atau yang

di sebut dengan ‘insan kamil’, hal ini dapat di capai melalui proses peningkatan kualitas

diri dari masing-masing individu masyarakat Islam itu sendiri.


“Bimbingan keagamaan yaitu bimbingan dalam rangka membantu pemecahan

problem seseorang dalam kaitannya dengan masalah-masalah keagamaan, melalui

keimanan menurut agamanya”.(Syamsul Munir Amin, 2015:58)

Dengan menggunakan pendekatan keagamaan dalam bimbingan tersebut, klien

dapat diberi insight (kesadaran terhadap adanya hubungan sebab-akibat dalam rangkaian

problem yang dialaminya) dalam pribadinya yang dihubungkan dengan nilai

keimanannya yang mungkin pada saat itu telah lenyap dari dalam jiwa klien.

“Bimbingan keagamaan merupakan suatu proses pemberian bantuan, artinya

bimbingan itu tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar membantu

individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk allah, sehingga

mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat” (Aunur rohim faqih,2001 : 4).

Masa Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa

awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada

usia 18 tahun hingga 22 tahun. Rentang waktu usia ini di bagi menjadi tiga, yaitu masa

remaja awal, masa remaja madya, masa remaja akhir. Disini akan dibahas tentang remaja

akhir karena objek yang akan diteliti itu usia sekitar 18 sampai 22 tahun. Masa ini

merupakan permulaan masa dewasa, emosinya mulai stabil dan pemikirannya pun mulai

matang (kritis). (Syamsu, 2004:205)

Setiap individu pada dasarnya sudah memiliki kesadaran beribadah dalam

beragama khususnya yang beragama islam, hanya saja ada yang bersifat positif dan

bersifat negatif. Orang yang memiliki kesadaran beribadah positif akan bersikap optimis

dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu. Individu yang memiliki kesadaran

beribadah positif akan mampu menghargai dirinya sendiri dan melihat hal-hal yang

positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan dimasa depan.


Individu yang memiliki kesadaran beribadah negative meyakini dan memandang

bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal,

malang, tidak menarik tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Individu

ini akan cenderung bersikap pesimis terhadap kehidupan dan kesempatan yang

dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai

halangan. Individu yang memiliki kesadaran beragama negatif akan mudah menyerah,

mengeluh sebelum berperang dan ketika ia mengalami kegagalan akan menyalahkan diri

sendiri maupun menyalahkan orang lain.

Tak heran jika banyak manusia khususnya ketika menginjak remaja lalai akan

perintah agamanya seperti ibadah, karena ibadah sendiri merupakan bagian dari agama

yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena ibadah adalah perintah Allah yang

harus dilaksanakan sebagai hambanya yang memiliki agama khususnya Islam.Ibadah

sendiri harus dilakukan oleh manusia dengan penuh kesadaran tanpa paksaan serendah-

rendahnya dengan ikhlas.

Ibadah adalah amalan pokok dalam kehidupan manusia, sebab manusia

diciptakan oleh Allah swt, tidak lain adalah dalam rangka untuk mengabdi

(beribadah).Allah berfirman di dalam Al-Qur’an surat adz-Dzariyat ayat 56.

      

Tidaklah Aku (Allah) menciptakan jin dan manusia kecuali untuk

mengabdi/beribadah kepada-Ku. Jelaslah ayat di atas menjadi dasar bagi manusia dalam

beribadah.

Belajar dan mengambil pelajaran, adalah proses utama untuk mendapatkan

kesadaran. Maka selama muaranya jelas dan benar, yaitu mencari kesadaran atau pun

kembali ke kesadaran di sisi Allah, maka proses belajar memiliki ruang yang sangat luas
tanpa batas. Dimulai dari keinginan kuat di dalam hati.Dilanjutkan dengan penalaran

yang tajam dengan pikiran, dibuktikan dengan keteguhan sikap, lalu yang terakhir

berbuahkan perilaku yang baik dan bermanfaat.

Sebagai upaya untuk meminimalisir kekurangan tersebut, pimpinan UIN Sunan

Gunung Djati Bandung mengharuskan kepada semua jurusan untuk melaksanakan

bimbingan praktik ibadah, agar terlaksanaya kesadaran beribadah bagi peserta didiknya.

Dalam implementasinya, penyelenggaraan praktik ibadah ini membutuhkan dukungan

dan komitmen seluruh sivitas akademik mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati untuk

memenuhi segala ketentuan yang termuat dalam aturanya. Sehingga pelaksanaan praktik

ibadah sebagai salah satu komiten untuk terciptanya mahasiswa memiliki kesadaran

dalam beribadah. Dengan ketentuan waktunya diagendakan di luar jam perkuliahan.

Mengenai prosedur dan ketentuan-ketentuannya, diserahkan sepenuhnya kepada tiap

fakultas. Misalnya untuk nama praktik ibadah tiap fakultas dibedakan, sesuai dengan

orientasi dan visi fakultas bersangkutan. Pihak fakultaspun punya kewenangan untuk

menentukan siapa saja bagi mahasiswa yang berhak dan tidak berhak, termasuk para

pembimbingnya.

Bimbingan peraktik mahasiswa ini biasanya diadakan pada waktu kosong atau

senggang perkuliahan, dengan maksud agar tidak menggangu kegiatan perkuliahan.

Adapun status peraktik ibadah, meskipun tidak dimasukan sebagai mata kuliah berbobot

SKS (Sistem Kredit Semester), namun bukti kelulusannya akan menjadi salah satu

persyaratan sidang komprehensif.

Seperti halnya fakultas-fakultas lainnya, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Sunan Gunung Djati Bandung, yang terdiri dari enam jurusan, yakni Bimbingan dan

Komuikasi Islam (BKI), Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Manajemen Dakwah

(MD), Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Jurnalistik, dan Hubungan Masyarakat


(HUMAS). Praktik Ibadah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi juga dilaksanakan

dengan pedoman buku falkutas, yang menjadi ciri khas praktik ibadah fakultas dan

membedakan dengan fakultas-fakultas lainnya.

Kegiatan praktik ibadah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, bertujuan untuk

meningkatkan kualitas mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi dalam menguasai,

menghayati pengetahuan ibadah dan pelaksanaannya, serta merefleksikan hikmah (pesan

moral dan etik) ibadah dalam prilaku nyata dalam pergaulan sebagai al-basyar (makhluk

sosial) baik dari perwujudan tujuan pendidikan nasional (Panduan Penyelenggaraan

Praktik Ibadah, 2012 : 6).

Kenyataan dilapangan menunjukan lain, banyak mahasiswa yang masih saja

belum menyadari akan pentinya beribadah. Hal ini terungkap masih saja mahasiswa

belum sadar untuk melaksanakan sholat pada saat setelah adzan dikumandangkan ketika

berada di lingkungan kampus yang bernuansa Islam.Misalnya saja seperti ngobrol di

kelas, nangkring di kantin, mengerjakan tugas dan lain-lain. (hasil pengamatan, 13 juli

2016).

Sedangkan ibadah sendiri perintahnya adalah wajib bagi setiap

manusia.Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kesadaran beribadah,

merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut khusunya yang berkesinambung

dengan program UIN Sunan Gunung Djati Bandung yaitu praktik ibadah.Dalam hal ini

penelitian dibatasi oleh jurusan Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) dan angkatan

pertahun pada priode 2014-2015. Untuk mempermudah proses penelitiannya, penelitian

ini berjudul :“Bimbingan Keagamaan dalam Mengembangkan Kesadaran Beribadah

Mahasiswa” (Studi terhadap kelompok bimbingan praktik ibadah Mahasiswa Jurusan

BKI angkatan 2014-2015).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka untuk mempertegas permasalahan

yang akan di analisis. Penulis mengklasifikasi permasalahan-permasalahan yang akan

diteliti, di antaranya:

1. Materi bimbingan seperti apa untuk meningkatkan kesadaran beribadah dalam

peraktik ibadah mahasiswa jurusan BKI angkatan 2014-2015?

2. Metode apa yang digunakan dalam meningkatkan kesadaran beribadah dalam

praktik ibadah mahasiswa jurusan BKI angkatan 2014-2015?

3. Bagaimana tahapan-tahapan bimbingan keagamaan untuk meningkatkan kesadaran

beribadah dalam praktik ibadah mahasiswa BKI angkatan 2014-2015?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Dengan mempertimbangkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui materi bimbingan dalam praktik ibadah dalam meningkatkan

kesadaran beribadah di jurusan BKI angkatan 2014-2015.

2. Untuk mengetahui metode bimbingan dalam praktik ibadah dalam meningkatkan

kesadaran beribadah mahasiswa jurusan BKI angkatan 2015-2016.

3. Untuk mengetahui tahapan-tahapan bimbingan keagamanan dalam meningkatkan

kesadaran beribadah dalam peraktik ibadah mahasiswa BKI angkatan 2014-2015.

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

informasi yang mampu memberikan kontribusi yang sangat penting untuk menambah

serta memparkaya khasanah ke ilmuan dalam upaya mengembangkan landasan teori

baru dalam bimbingan praktih ibadah mahasiswa Bimbingan Konseling Islam. Secara

praktis hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan sebuah model dalam proses

pengaplikasian kesadaran diri dalam beribdah sehari-hari serta berkesinambungan

dalam tujuan utamanya sebagai mahasiwa Bimbingan Konseling Islam.


D. Kerangka Teori

Bimbingan dalam istilah lain disebut guidance. Kata guidance adalah dari kata

kerja to guide, artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang lain yang

membutuhkan. Jadi pengertian bimbingan secara harfiah adalah “menunjukkan, memberi

jalan atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya masa kini

dan masa mendatang”. (Arifin, 1982)

Sedangkan menurut Walgito (1983) pengertian bimbingan secara umum,

bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau

sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam

hidupnya, agar individu atau sekumpulan individu tersebut dapat mencapai kesejahteraan

hidupnya.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan bimbingan dalam penelitian ini, yaitu

sebuah proses bantuan yang diberikan kepada mahasiswa, untuk mengembangkan

potensi dan mengatasi hambatan yang terkait dengan masalah kesadaran beribadah.

Sehingga mahasiswa mampu mengatasi kesulitannya sesuai dengan kemampuan yang

ada pada dirinya.

Sedangkan Keagamaan berarti kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan

dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan dan

pemohonan dan membentuk sikap hidup manusia menurut alam bedasarkan ajaran

agama (Daud Ali 2002:40). Keagamaan yang dimaksud dalam penelitian ini sejalan

dengan pemikiran Daud Ali, bahwa konsep ibadah adalah melakukan ritual atas dasar

kesadaran diri setiap mahasiswa.

Menurut Prof. K.H M. Taib Thahir Abdul Muin (1986:7), agama adalah suatu

peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal memegang
peraturan Tuhan dengan kehendaknya sendiri untuk mencapai kebahagiaan hidup dan

kebahagiaan kelak di akhirat.

Selain itu bimbingan keagamaan menurut Zaenal Arifin (2009:1), ) mengartikan

sebagai proses internalisasi, tranmisi, difusi, transformasi ajaran islam yang melibatkan

unsur subjek (da’i), pesan (mawdhu), metode (ushlub), media (wasilah), dan objek

(mad’u) yang berlangsung dalam rentang ruang dan waktu untuk mewujudkan kehidupan

individu dan kelompok yang salam (selamat dan damai), hasanah (baik), thayyibah

(jelas), dan memperoleh ridha Allah.

Sejalan dengan pengertian tentang bimbingan dan keagamaan tersebut maka yang

dimaksud dengan bimbingan keagamaan adalah usaha pemberian bantuan kepada

seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahir maupun batiniah, yang menyangkut

kehidupan dimasa kini dan masa mendatang.Bantuan tersebut berupa pertologan di

bidang mental dan spiritual, dengan maksud agar orang yang bersangkutan mampu

mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui

dorongan dari kekuatan iman dan takwa kepada Allah SWT (Arifin, 1994:2).

Kesadaran berasal dari kata dasar “sadar” yang memiliki arti insaf, yakin, merasa,

tahu dan mengerti, sehingga kesadaran berarti keadaan tahu, mengerti dan merasa atau

keinsafan (yang timbul dari hati nurani). (W.J.S Poerwodarminta 1982 : 847). Dari

pengertian tersebut dapat dipahami bahwa kesadaran adalah suatu keadaan dimana

pikiran dan perasaan seseorang tidak berbeda dengan apa yang dikerjakan dan yang

diucapkan.

Ibadah yaitu penyembahan seseorang hamba terhadap tuhannya yang dilakukan

dengan merendahkan diri serendah-rendahnya, dengan hati yang ikhlas menurut cara-

cara yang ditentukan oleh agama (Slamet Abidin 1980:11).


Sedangkan menurut Zakiyah (1995) Ibadah mencakup semua ketaatan yang

nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati.Seperti dzikir, tasbih, tahlil

dan membaca Al-Qur’an; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amarma’ruf nahimungkar,

berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnusabil. Begitu pula cinta

kepada Allah dan RasulNya, khasyyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali)

kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar terhadap hukumNya, ridha dengan qadha’-Nya,

tawakkal, mengharap nikmat Nya dan takut dari siksa-Nya.

Praktik Ibadah dalam penelitian ini, adalah bagian dari proses pembekalan dan

penguasaan untuk bisa menghayati pengetahuan ibadah dan pelaksanaannya, serta

merefleksikah hikmah ibadah dalam perilaku nyata dalam pergaulan sebagai al-basyar

baik di dalam maupun di luar kampus sebagai bagian dari perwujudan tujuan pendidikan

nasionl (Panduan Praktik Ibadah 2012:6).

Asumsi diatas, jika dikaitkan dengan praktik ibadah sebagai sebuah proses

bimbingan, yang melibatkan banyak unsur terkait dengannya, yakni pembimbing,

mahasiswa, materi, metode, dan media bimbingan. Bimbingan praktik ibadah di jurusan

Bimbingan Konseling Islam, penekanannya lebih terfokus pada pola pengembangan dan

aktualisasi diri mahasiswa. Sehingga mahasiswa dituntut untuk mengembangkan daya

kreatifitasnya melalui kegiatan praktik ibadah.

Dalam prosesnya, praktik ibadah dilaksanakan di bawah arahan seorang

pembimbing, yang memiliki kadar kompetensi di bidang tersebut. Pembimbing berperan

sebagai pelaksana, pengaruh dan pengontrol atas jalannya kegiatan bimbingan. Evaluasi

dalam praktik ibadah menyangkut tiga aspek, yakni: aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik, dalam standar minimal yang telah ditentukan.

Di samping itu, peran dosen pembimbing peraktik ibadah, yakni sebagai stimulan

melalui penyajian materi dengan cara yang tepat. Sehingga mahasiswa terangsang
setelah mengikuti beberapa kali praktik ibadah, dan terkesan dengan sendirinya

mengembangkan kesadaran beribadah secara optimal.

Dari sini dapat diuraikan bahwa praktik ibadah yang berlangsung di jurusan

Bimbingan Konseling Islam, secara tidak langsung sudah mengemas dan terformulasikan

oleh teori klien terpusat. Untuk lebih jelas lihatlah skema di bawah ini:

Materi

Pembimbing Klien Media

Metode

Gambar 1. Skema Kerangka Konsep Praktik Ibadah

E. Langkah-langkah Penelitian

Langkah- langkah penelitian lazim juga disebut prosedur penelitian dan ada pula

yang menyebut metodologi penelitian. Langkah- langkah penelitian ini secara garis beras

mencakup penentuan lokasi penelitian, metode penelitian, polulasi dan sampel, teknik

pengumpulan data yang digunakan,cara pengelolaan dan analisis data yang ditempuh.
1. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi yang akan penulis teliti bertempat di Universitas Islam Negeri

(UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, Fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan

Bimbingan Konseling Islam yang terletak di Jalan Raya A. H. Nasution No. 105

Cibiru, Kota Bandung. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di jurusan

Bimbingan Konseling Islam, yakni karena adananya masah yang relevan untuk

diteliti dengan munculnya mahasiswa yang belum sadar dalam beibadah serta tujuan

praktik ibadah yang dilakukan tiap tahun sebagai upaya pengaflikasian sehari-hari

sudah efektif atau kah belum.

2. Metode Penelitian

Ditinjau dari segi metodologik, penelitian ini merupakan jenis penelitian

kualitatif.Menurut Bogdan dan Taylor yang di kutip oleh Lexy J. Moleong (2007: 4)

mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang

dapat diminati.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini di bagi menjadi dua:

a. Data primer diperoleh dari mahasiswa jururan Bimbingan Konseling Islam

angkatan 2015-2016 dan para Dosen Bimbingan Konseling Islam.

b. Adapun sumber skundernya didapat dari hasil observasi, buku-buku yang

terkait serta dokumentasi dan arsip-arsip resmi dan sebagainnya yang ada

kaitannya dengan penulisan ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan langkah-langkah

penelitian sebagai berikut:


a. Observasi

Jenis observasi dalam penelitian ini adalah jenis observasi parsitipatif

adalah dengan mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang

diucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Alasannya karena

dengan jenis observasi seperti ini data yang di dapat lebih akurat, dan juga

karena sasaran penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling

Islam akan mudah mendapatkan data yang diinginkan jika dengan

menggunakan observasi parsitipatif.

b. Wawancara

Jenis wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara

terstrukutur yaitu dengan mempersiapkan pedoman wawancara gambar, alat

tulis dan alat-alat penunjang proses wawancara. Alasannya karena dengan

wawancara terstruktur peneliti dapat mendapatkan data dan fakta yang jelas,

dan untuk mempermudah proses wawancara.

c. Dokumentasi

Jenis dokumentasi dalam penelitian ini adalah dokumentasi resmi yaitu

dapat berupa pengamatan, seperti memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu

lembaga, struktur organisasi, system yang diberlakukan, hasil notulensi rapat,

dan lain sebagainya. Alasan menggunakan jenis dokumentasi ini karena objek

penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling Islam sebuah

objek yang bernaung dilembaga, maka jenis dokumentasi resmi lebih

menunjang untuk proses penelitian.

d. Analisis Data

Proses analisis data yang digunakan dalam proses penelitian kualitatif ini

dengan langkah-langkah sebagai berikut:


1) Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode wawancara,

pengamatan atau observasi, dokumentasi dan sebagainya membandingkan dan

menelaah untuk memperoleh kebenaran dari tiap-tiap sumber.

2) Reduksi Data

Reduksi datayang dilakukan dengan jalan melakukan abstraksi, yang

merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pertanyaan-

pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya.

3) Dikategorisasi

Pada tahap ini penulis menyusunnya dalam satuan-satuan data yang

dihasilkan dalam proses pengumpulan data untuk mengkategorisasikannya.

4) Pengambilan kesimpulan

Data yang diperoleh selama dilapangan sejak semula telah mencakupi

suatu kesimpilan. Dimana proses penarikan kesimpulan didasarkan pada

gabungan informasi yang tersusun dalam suatu bentuka yang padu pada

penyajian data pada informasi tersebut (Moleong, 2007:247).

Anda mungkin juga menyukai