KESADARAN BERIBADAH
Untuk mengetahui makna bimbingan keagamaan, terlebih dahulu harus mengerti arti
bimbingan keagamaan yang terdiri dari dua suku kata, yaitu bimbingan dan
keagmaan.
2009:666) Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti: (1)
mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4)
menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini, dan masa
mendatang. Adapun istillah bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris
guidance yang berasal dari kata kerja to guidance yang berarti menunjukkan (Arifin, 1982:1).
Menurut Walgito (1980:4) bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan
Masdar Helmy berpendapat (1973:17) adalah “segala usaha atau ikhtiar dan kegiatan
Bimbingan dan penyuluhan atau “guidance and counseling” merupakan salah satu
program pendidikan yang diarahkan kepada usaha pembaharuan pendidikan nasional yang
akan segera dilaksanakan dalam tahun mendatang ini. Bilamana melihat arti dan tujuan
bimbingan dan penyuluhan secara mendalam, maka manfaatnya adalah sangat besar bagi
usaha pemantapan hidup generasi dalam berbagai bidang yang menyangkut ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental dalam masyarakat yang sedang membangun
Agama, menurut asal katanya tidak berasal dari kata bahasa Arab tapi berasal dari
bahasa Sansekerta, karena tafsir agama tidak mungkin dibahas berdasarkan ayat-ayat al-
Qur’an yang diwahyukan Allah dalam bahasa Arab, selain itu kata agama tidak ada dalam
bahasa Arab.
Adapun kata keagamaan berasal dari kata “agama” yang mendapat imbuhan ke-an,
yang dimaksudkan untuk menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan agama” (W. J. S
Poerwodarminto, 2002:400).
keagamaan berasal dari kata “agama”, yaitu al-din, religi (religare) dan agama. Al-din berarti
undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa arab, kata ini mengandung arti
menguasai, mendudukkan, patuh, utang, balasan dan kebiasaan. Adapun dari kata religi
(latin) berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian, religare berarti mengikat. Adapun
kata agama (a = tak; gam = pergi) mengandung arti tak pergi, tetap di tempat atau diwarisi
turun menurun. Pengertian kata-kata tersebut intisarinya adalah ikatan. Karena itu, agama
mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud berasal
dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat
ungkap dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan
manusia sehari-hari.
bimbingan memahami tentang dirinya, mengarahkan diri, serta berperilaku atau bersikap
sesuai dengan melalui cara-cara yang efektif yang bersumber pada ajaran agama serta nilai-
Sejalan dengan pendapat H. M. Arifin, Ainur Faqih dalam buku Bimbingan Konseling
bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
Dan pengertian bimbingan keagamaan yang dikemukakan oleh H.M Arifin (1994:1) ini
tingkah laku manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan berupa getaran
batin, yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola
hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya. Dari aspek inilah manusia
dengan tingkah lakunya itu, merupakan perwujudan dari pola hidup yangtelah
ajaran tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan yang sesuai dengan
bimbingan keagamaan adalah corak bimbingan sosial yang didasari oleh azas-azas psikologi
agama, berupa kegiatan pemberian bantuan secara professional untuk mencegah atau
lingkungan serta meningkatkan motivasi dan upaya untuk mengembangkan kesehatan mental
Keagamaan didefinisikan sebagai peraturan dan ajaran yang meliputi aqidah, ibadah,
akhlak, dan syariah yang akan mengatur manusia baik secara pribadi maupun
kemasyarakatan, baik dari segi jasmani maupun rohani, untuk kebahagiaan didunia dan
diberikan pembimbing kepada klien (siswa) agar mereka mampu menghadapi dan
bimbingan keagamaan para siswa dibantu mencarikan alternatif bagi pemecahan masalah-
bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis untuk
untuk mengarahkan dirinya, sesuai dengan potensi dan kemampuan dalam menyesuaikan diri
Dengan demikian dapat dipahami bahwa bimbingan keagamaan adalah suatu proses
bantuan kepada individu dalam rangka memberi arahan yang berupa ajaran agama yang
dianut agar mereka mampu menemukan dan mengembangkan potensi dan kemampuan yang
mendapatkan kebahagiaan di masa sekarang dan masa yang akan datang. Bimbingan
keagamaan merupakan usaha bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik
lahiriyah, maupun bathiniyah, yang menyangkut kehidupan di masa kini dan masa yang akan
datang.
diartikan sebagai usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik
lahiriyah maupun batiniyah yang menyangkut kehidupan dimasa kini dan masa akan datang.
Dan bantuan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual. Hal ini dimaksudkan agar
orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya
sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwa kepada tuhannya. Bimbingan ini
dalam pelaksanaan nya dilakukan secara terus menerus dan secara berkesinambungan dengan
pembimbing agar yang dibimbing memiliki kualitas kemandirian yang dipengaruhi oleh
membantu dan merumuskan sebuah keputusan, dan menyadarkan klien agar memahami
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sedangkan tujuan secara khusus
terdiri atas:
baik atau yang lebih baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak
Penyuluhan Islam adalah untuk menegakan sifat kefitrian manusia sesuai dengan ajaran
islam, sehingga manusia mampu hidup selaras dengan ajaran-ajaran islam dan
2009:73).
dan mental jiwa menjadi tenang, jinak, dan damai (muthmainnah), bersikap
(mardhiyah).
b. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku
yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga,
c. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan
d. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan
e. Untuk menghasilkan potensi ilahiyah sehingga dengan potensi itu individu dapat
melakukan dengan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, dapat
kehidupan.
merupakan sebuah tujuan yang ideal dalam rangka mengembangkan kepribadian muslim
Selain dari pada itu, keberadaan bimbingan keagamaan mempunyai fungsi yang
yang dihadapi seseorang dan jika individu telah mengalami masalah mereka akan
mencari solusi atas masalah yang dihadapi berlandaskan pada ajaran-ajaran Islam dengan
meningkatkan potensi keimannya. Sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia
masalah baginya.
b. Fungsi kuratif dan korektif, yaitu membantu individu memecahkan masalah yang
c. Fungsi perservatif, yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi
yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan
dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan
orang lain.
bimbingan yaitu:
memilih dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan
Untuk mencapai fungsi seperti yang disebutkan diatas, dan sejalan dengan Malini
konseling islam melakukan kegiatan dalam garis besarnya dapat disebutkan sebagai
berikut:
Sebab dalam keadaan tertentu dapat terjadi individu tidak maengenal atau tidak
fitrahnya.
baik dan buruknya, kekuatan serta kelemahannya, sebagai sesuatu yang memang
telah di tetapkan oleh Allah (qadha dan qadhar), tetapi juga menyadari bahwa
manusia wajib berikhtiar, kelemahan yang ada pada dirinya bukan untuk terus
menerus disesali. Dan kekuatan atau kelebihan bukan untuk membuatnya lupa
diri.
c. Membantu individu memahami keadaan (situasi dan kondisi) yang dihadapi saat
ini.
a. Irsyad qauli, yaitu bimbingan dari mursyid ke mursyid bih yang disampaikan
secara langsung melalui lisan dan bentuk nasihat. Dalam konteks inilah seorang
b. Irsyad amali, yaitu bentuk bimbingan dari mursyid bih yang disampaikan secara
tidak langsung biasanya dalam bentuk prilaku, contoh, dan perbuatan baik.
Dalam konteks inilah seorang mursyid harus memiliki abilitas pribadi yang kuat
sikap sifat sabar, jujur amanah dan lain-lain. Dalam pelaksanaannya antara
bentuk irsyad qauli dan irsyad amali hanya dapat dipisahkan, keduanya kadang-
lisan dalam bentuk nasihat sedangkan Irsyad amali bentuk bimbingannya dengan cara
tidak langsung dalam bentuk prilaku sehingga dalam pelaksanaannya antara bentuk
pengertian secara harfiyah KBBI metode adalah jalan yang harus dilalui, untuk mencapai
suatu tujuan, karena kata metode berasal dari meta yang berarti melalui dan hodos berarti
jalan. Namun pengertian hakiki dari metode ialah segala sarana yang dapat digunakan
untuk mencapai yang diinginkan baik sarana tersebut berupa fisik maupun non fisik.
sarana yang digunakan dalam proses bimbingan untuk mencapai suatu tujuan yang
Moh.Ali Aziz (2009:115) mengartikan metode sebagai suatu kerangka kerja dan
dasar-dasar pemikiran untuk mendapatkan cara-cara yang sesuai dan tepat untuk
mencapai suatu tujuan. Maka metode dakwah adalah suatu cara yang bisa ditempuh atau
cara yang ditentukan secara jelas oleh da’i untuk mencapai dan menyelesaikan suatu
tujuan, rencana, sistem dan tata pikir manusia dalam dakwah. Dapat pula diartikan
metode dakwah sebagai cara yang ditempuh oleh da’i dalam melakukan tugasnya
keagamaan dimana sasarannya adalah metode yang memiliki kesulitan mental spiritual
yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dalam dirinya maupun luar dirinya.
a. Wawancara adalah suatu cara untuk memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat
c. Metode non-directive yaitu cara lain untuk mengungkapkan segala perasaan dan
pikiran yang tertekan dengan dua cara yaitu client centered dan edukatif.
e. Metode directive adalah metode yang lebih bersifat mengarahkan kepada anak
permasalahan klien.
kedudukan anak bimbingan dalam hubungan kelompok (M. Arifin, 1982: 41-4).
Adapun menurut Ainur Rahim Faqih (2001: 53-55) menjelaskan bahwa yang
a. Metode langsung
1) Metode individual
Teknik yang digunakan diantaranya: percakapan pribadi, kunjungan ke rumah
2) Metode kelompok
Metode tidak langsung adalah metode bimbingan yang dilakukan melalui media
komunikasi masa, hal ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok
adalah keimanan yang murni tanpa adanya campuran dengan ibadah kepada
selain Allah. Itulah keimanan yang mendatangkan ketenangan dan juga petunjuk
1) Shalat adalah satu nama yang menunjukkan adanya suatu ikatan yang kuat
berperan sebagai penekanan segala bentuk depresi yang timbul dari tekanan
dan akhirat.
3) Puasa merupakan salah satu latihan dan didikan bagi jiwa dan banyak
mengandung terapi penyakit kejiwaan dan penyakit fisik. Puasa juga mampu
menjaga ruh, hati, dan tubuh dari manfaat yang tidak terhingga khususnya
4) Haji merupakan pusat pelatihan bagi manusia agar bisa melepaskan dirinya
dari kebencian dan iri dengki kepada manusia dengan memperkuat hubungan
ibadah haji pada khususnya dan juga seluruh manusia pada umumnya, antara
lain:
yang dianggap baik, dan efektif serta efesien, sejauh metode atau teknik tersebut tidak
informasi, nasihat tentang materi bimbingan dan metode tidak langsung dengan memberi
kesempatan kepada terbimbing untuk bebas memilih langkah yang terbaik sehingga
menimbulkan kesadaran dan motivasi secara mandiri, meningkatkan kualitas dan tarap
tersebut, maka koordinasi yang baik antar unsur-unsur ini akan berpengaruh terhadap
jalannya proses bimbingan keagamaan ini. Sehingga unsur-unsur tersebut mutlak ada
segala jenis hambatan belajar, baik bersifat psikologis maupun fisiologis (rohaniyah).
Sebagaimana diungkapkan oleh Dewa Ketut Sukardi (2009: 231) bahwa secara umum
sasaran bimbingan adalah mengembangkan apa yang terdapat pada diri tiap-tiap individu
secara optimal agar setiap individu biasa berguna bagi dirinya sendiri, lingkungannya,
masyarakat pada umumnya. Secara lebih khusus sasaran bimbingan mencakup tahapan-
diri (5) perwujudan diri. (1993: 9) menurut teori lain bahwa yang dikatakan sasaran
bimbingan adalah terbimbing yaitu individu baik orang perorang maupun kelompok,
yang menghadapi masalah ataupun tidak, sesuai dengan fungsi bimbingan dengan
demikian terbimbing biasa, meliputi banyak orang berbeda dengan konseling yang
a. Individu atau kelompok yang tidak beragama dan belum meyakini akan perlunya
agama.
b. Individu atau kelompok individu yang tidak atau belum beragama dan bermaksud
beragama, tetapi belum mempunyai keyakinan yang pasti untuk menganut agama
yang mana.
syariat Islam.
f. Individu atau kelompok individu yang belum menjalankan ajaran agama Islam.
tujuan bimbingan tidak akan terwujud. Pada dasarnya materi pokok yang disampaikan
dalam bimbingan keagamaan merupakan inti dari ajaran islam itu sendiri.
yang harus di sampaikan oleh seorang kiyai kepada santri, yaitu keseluruhan ajaran
islam, yang ada di dalam kitabullah maupun sunah rasul-Nya. (Enjang AS, Aliyudin,
sebagai berikut:
yang meliputi rukun iman, atau segala sesuatu yang yang harus diimani atau
Syraiah merupakan aturan yang diberikan Allah yang berhubungan dengan lahir
bersifat pelengkap dan penyempurna dari kedua amal diatas dan yang
d. Ibadah merupakan aspek ajaran islam yang berhubungan dengan ritual dalam
pelajarannya.
masalah-masalah yang berkaitan erat dengan rukun iman, serta meliputi masalah-
masalah yang dilarang sebagai lawan dari rukun iman, seperti syirik (menyekutukan
Allah), tidak percaya adanya Allah, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan
keyakinan.
Sedangkan syari’ah dalam islam berhubungan erat dengan amal lahir amal lahir
manusia dalam rangka mentaati semua peraturan yang menjadi hukum Allah. Untuk
mengatur hubungan antara manusia dengan Allah (hablum minallah), seperti masalah
hokum shalat, puasa, zikir dan lain sebagainya.dan mengatur hubungan manusia dengan
sesama manusia (hablum minannaas), seperti hukum jual beli, berumah tangga, mencuri
dan sebagainya.
Adapun prilaku manusia sebagai perwujudan dari iman dan syari’at yang
diamalkan oleh manusia.Akhlak ini merupakan hal yang melengkapi keimanan dan
Kata akhlak berasal dari bahasa arab yang merupakan bentuk jamak dari kata
khuluuqun, yang menurut bahasa artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau
tabiat”.
Keimanan yang teguh kepada Allah dapat menjadi landasan dalam melakukan
segala hal yang tentunya sesuai dengan kehidupan islam. Menurut Tatang (1994:76),
Akhlak terbagi menjadi dua macam, yaitu akhlak yang terpuji (akhlak al-mahmudah),
dan akhlak tercela (akhlak al-madzmumah) akhlak mahmudah yaitu segala macam sikap
dan tingkah laku yang baik (terpuji). Karena perbuatan ini dilandasi dengan keimanan
Sebaliknya akhlak madzmumah yaitu segala sikap dan tingkah laku yang tercela.
a. Tahap persiapan
Tuhan). Melalui motivasi ini, akan dibangkitkan dengan rasa dan nilai
b. Tahap operasional
Program pengumpulan informasi atau data tentang mahasiswa, yang bertujuan
untuk memperoleh keterangan atau data yang mencangkup segala aspek kehidupan
sebagai berikut:
e) Evaluasi dan tindak lanjut guna mengetahui hasil pemberi bantuan yang
a. Pengertian Kesadaran
Kesadaran berasal dari kata dasar “sadar” yang memiliki arti insaf, yakin, merasa, tahu
dan mengerti, sehingga kesadaran berarati keadaan tahu, mengerti dan merasa atau keinsafan
dikatakan oleh Komarudin (1993:91), kesadaran merupakan keseluruhan isi dari unsur-unsur
yang tersendiri-sendiri. Kesadaran merupakan unsur pokok pembeda antara manusia dengan
hewan, karena kesadaran dapat diperoleh melalui proses berfikir dimana hal yang dapat
Kesadaran penuh yang kita maksudkan adalah, keadaan dimana pikiran dan perasaan
seseorang tidak berbeda dengan apa yang dikerjakan dan diucapkan. Persepsi menyatu
dengan tindakan dan ucapan. Pikirannya tidak dipenuhi berbagai praduga. Apabila pikiran
tertuju pada apa yang sedang dikerjakan, apabila hati sepenuhnya terlibat di dalamnya, dan
apabila tidak ada sesutau yang membuatnya lalai, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut
Kesadaran dalam Islam merupakan hal yang sangat penting untuk diciptakan. Hal ini
diseababkan kesadaran itu diperlukan untuk mencapai siatuasi kehidupan yang lebih baik. Inti
dari hidup sesungguhnya kesadaran diri. Setiap diri semestinya menyadari akan
eksistensinya sebagai manusia di samping sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.
Oleh karena itu semestinya setiap diri memiliki kesadaran yang tinggi dikaitkan dengan
tujuan hidup, tugas hidup, tantangan hidup, teman hidup, lawan hidup, perbekalan hidup dan
Dari segi tujuan hidup, manusia diciptakan hanyalah untuk beribadah kepadanya dan
menjadi khalifah di muka bumi. Beribadah kepada Allah (abdi) dilakukan dengan penuh
dalam menjalankan kehidupan akan mendorong manusia untuk selalu berbuat optimal dan
terhindar dari perasaan terpaksa dan memberatkan. Begitu pula halnya sebagai khalifat yang
ditugaskan untuk mengatur dan menata kelola kehidupan di bumi dengan cara-cara yang
dirdhoi Allah swt yakni dengan kasih sayang dan keadilan serta menjadi rahmat bagi
sekalian alam.
Menurut Achmad Mubarok (2005) mengemukakan indikator yang dijadikan identitas
atau karakteristik dari kesadaran atau tanda-tanda khusus dari kesadaran antara lain:
1) Tahu dan mengerti dengan apa yang diucapkan dan yang dilakukan.
2) Bertanggung jawab.
5) Memiki kesiapan dalam menjalani kehidupan dan mengerti resiko yang akan
b. Pengertian Ibadah
Arti ibadah yaitu penyembahan seseorang hamba terhadap tuhannya yang dilakukan
dengan merendahkan diri serndah-rendahnya, dengan hati yang ikhlas menurut cara-cara
dengan do‟a.
Segala lafadh ibadah dalam Al Qur‟an, diartikan dengan tauhid. Allah s.w.t
berfirman :
Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
syari’at(hukum).
Dalam pengertian ini masuk “akhlak” (budi pekerti) dan dan masuk segala
bersama.
tunduk, dan takut kepada Allah (Tono dan Sularno, 1998: 3).
Jadi kesadaran beribadah merupakan keinsafan yang timbul dari hati nurani untuk
membaktikan atau mengabdikan diri kepada Allah dengan cara mengamalkan atau
menunaikan segala yang diperintahkan oleh Allah. Kesadarn beribadah juga bisa
1) Ibadah umum
aktivitas kehidupan di dunia ini agar benar-benar bernilai ibadah adalah “niat”
yang ikhlas untuk memenuhi tuntutan agama dengan menempuh jalan yang halal
2) Ibadah khusus
Artinya ibadah yang macam dan cara pelaksanaannya ditetukan dalam syara‟
(ditentukan oleh Allah dan Nabi Muhammad SAW). Ibadah khusus ini bersifat
tetap dan mutlak, manusia tinggal melaksanakan sesuai dengan peraturan dan
tuntunan bersuci (wudhu), salat, puasa ramadhan, ketentuan nisab zakat (Tono
d. Perintah Ibadah
ini, sebenarnya, adalah suatu keutamaan-Nya yang besar kepada kita. Jika kita renungi
hakikat „ibadah, kita pun yakin, bahwa perintah beribadah itu, pada hakikatnya berupa
peringatan: memperingatkan kita untuk menunaikan kewajiban terhadap “Tuhan” yang telah
Artinya: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-
Salat merupakan ibadah pertama yang diwajibkan dalam Islam. Kewajiban itu
diterima Nabi Muhammad SAW langsung dari “sidrat al muntaha” sewaktu peristiwa
Isra‟ dan Mi‟raj. Shalat adalah ibadah pertama yang akan ditanyakan di hari kiamat.
ibadah khusus yang menjadi salah satu sendi ajaran agama Islam. Karena itu, ibadah
yang paling utama bagi setiap manusia adalah shalat. Allah berfirman dalam surat
mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada
mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang
pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan. (Q.S Ibrahim :31)
waktunya. Allah berfirman dalam surat An-Nisa‟ (4): 103 yang berbunyi:
103. “…Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas
Adanya indikator kesadaran beribadah dalam beragama pada seseorang yaitu dengan
adanya keselarasan atau kesesuaian antara kententraman hati dan tingkah laku, serta sikapnya
akan mengarah pada hal-hal yang positif dan produktif. Di dalam kesadaran beribadah dalam
beragama akan nampak pada seseorang nilai-nilai keagamaan yang akan mempengaruhi
gejolak jiwanya.
Salah satu indikator adanya kesadaran beribadah dalam beragama bagi seseorang
psikis yang mempunyai landasan ilmiah dalam waktu kejadian manusia. Dorongan psikis
manusia tersebut mempunyai interpretasi baru bagi dirinya untuk mengenal dan bertaqwa
kepada Allah SWT. Sesungguhnya keadaan seperti ini dapat dilihat pada tingkah laku dalam
tersebut terbeda-beda. Namun yang penting adalah bukan konsep keberagamannya, tetapi
dan sosialnya setelah melakukan ibadah-ibadah spiritual, maka sama saja dengan tidak
melakukan ibadah keagamaan karena tidak memberikan bekas kepada yang melakukannya.
Seharusnya orang yang telah melakuka ibadah spritual seperti shalat, puasa, dzikir dan lain
Dalam perilaku ritual, semakin energis dalam melakukan ibadah ritualnya, seperti
meningkatnya shalat sunnaah, gemar membaca al-qur’an dan lain sebagainya. Sementara itu
dalam perilaku sosialnya, ia semakin kuat dan nilai solidaritasnya semakin tinggi, seperti
suka menolong tanpa mengharapkan imbalan, toleransi beragama dan sikap-sikap sosialnya.
Dalam kontek agama bagi kehidupan manusia, terdapat dua dimensi keberagamaan
yang memiliki ketrkaitan dalam kehidupan para pemeluk umat keberagamaan yang memiliki
keterkaitan dalam kehidupan para pemeluk umat beragama, yaitu: pertama, agama digunakan
oleh para pemeluknya sebagai pandangan hidup yang menjelaskan keberadaan manusia di
dunia sehingga agama merupakan satu-satunya kebudayaan yang menjelaskan ke arah dan
tujuan hidup manusia. Kedua, agama tidak hanya menagatur hubungan manusia dengan
Tuhan, melainkan mengatur juga hubungan manusia dengan manusia hanya sehingga agama
bersifat oprasional dalam kehidupan sosial manusia. (Header Natsir, 1997: 103)
Secara psikologis kedua hal ini dapat menjadi indikator adanya kesadaran beribadah
dalam beragama pada manusia. Sebab agama bagi manusia itu merupakan fitrah yang tidak
dapat dipungkiri untuk mewujudkan nilai-nilai moral manusia, maka adanya perwujudan
nilai-nilai moral manusiawi inilah dapat dikatakan sebagai implementasi dari kesadaran
diantaranya masa anak-anak, remaja, dan dewasa dan pada fase-fase tersebut tingkat
kesadaran beragamannya sudah tentu berbeda. Oleh karena itu mengenai tingkatan-tingkatan
kesadaran beribadah dalam beragama akan dibahas pada tingkatan pada masa remaja dan
tahapannya:
sekedar badan jasmaniah, tetapi merupakan suatu kehidupan psikologis rohaniah berupa
“pribadi”. Remaja bersifat kritis terhadap dirinya sendiri dan segala sesuatu yang menjadi
milik pribadinya. Ia menemukan pribadinya terpisah dari pribadi-pribadi lain dan terpisah
pula dari alam sekitarnya. Pemikiran, perasaan, keinginan, cita-cita dan kehidupan psikologis
rohaniah lainnya adalah milik pribadinya. Penghayatan penemuan diri pribdi ini dinamakan
“individuasi”, yaitu adanya garis pemisah yang tegas antara diri sendiri dan bukan diri
sendiri, antara aku dan bukan aku, antara subjek dan dunia sekitar.
Penelusuran diri pribadinya sebagai sesuatu yang berdiri sendiri menimbulkan rasa
kesepian dan rasa terpisah dari pribadi lainnya. Dalam rasa kesendiriannya, remaja
mengembangkan kepribadiannya.
Keadaan labil yang menekan menyebabkan remaja mencari ketentraman dan pegangan
hidup. Penghayatan kesepian, perasaan tidak berdaya, perasaan yang tidak dipahami oleh
orang lain dan penderitaan yang dialaminya, menjadika remaja berpaling kepada Tuhan
sebagai satu-satunya pegangan hidup, pelindung dan penunjuk jalan dalam keguncangan
psikologi yang dialaminya. Si remaja menemukan semua yang dibutuhkan itu dalam
Masa dewasa merupakan salah satu fase dalam rentang kehidupan individu setelah
masa remaja. Pengertian masa dwasa ini dapat dihampiri dari sisi biologis, psikologis, dan
padagogis (moral-spiritual). Dan sisi biologis masa dewasa dapat diartikan sebagai suatu
priode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan tubuh secara
Dari sisi psikologis, masa ini dapat diartikan sebagai priode dalam kehidupan individu
lekas marah, sedih, cemas, gugup, frustrasi, atau tidak mudah tersinggung.
2) Memiliki sens of reality kesadaran realitasnya cukup tinggi, mau menerima
Sementara dari sisi padagogis, masa dewasa ini ditandai dengan adanya tanda-tanda
sebagai berikut:
lain.
Jiwa beragama atau keasadaran beribadah dalam beragama merujuk kepada aspek
rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah dan pengaktualisasinya
hablumminnannas. Keimanan kepada Allah dan aktualisasinya dalam ibadah merupakan hasil
dari internalisasi, yaitu proses pengenalan, pemahaman, dan kesadaran pada diri seseorang
Setiap individu yang dilahirkan didunia ini memiliki suatu hereditas tertentu. Ini berarti
dari kedua orang tuanya. Adapun pertumbuhan dan perkembangan individu ini tidak terlepas
dari lingkungannya, baik fisik, psikologis, maupun lingkungan social (Dalyono, 1997:120).
Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi kesadaran beribadah ataupun kepribadian
seseorang secara garis besar berasal 2 faktor, yaitu faktor internal (dari dalam atau
Faktor internal disini adalah faktor dari dalam diri seseorang yaitu segala sesuatu yang
dibawa sejak lahir (fitrah). Fitrah disini adalah kemampun dasar yang suci pada setiap orang
yang lahir, yaitu kepercayaan akan adanya tuhan. Fitrah akan berlangsung lurus atau
sebaliknya, tergantung pada pengaruh dan usaha orang tua dan lingkungan yang mendidiknya
(Thalib, 1996:196).
Motivasi beragama timbul dari realisasi potensi manusia sebagai mahkluk rohaniah.
Motivasi kehidupan Bergama mulanya berasal dari dorongan biologis seperti rasa lapar, haus,
dan kebutuhan jasmaniah lainnya. Motivasi beragama juga dapat juga berasal dari kebutuhan
psikologis seperti rasa kasih sayang, pengembangan diri, kekuasaan, rasa ingin tahu dan
Perbedaan hakiki antara mnusia dan hewan adalah bahwa manusia memiliki fitrah
(potensi) beragama. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini, baik yang masih primitif
(bersahaja) maupun yang moderen; baik yang lahir di negara komunis maupun beragama;
baik yang lahir dari orang tua yang shalih maupun yang jahat, sejak Nabi Adam sampai akhir
zaman, menurut fitrahnya mempunyai potense beragama, keimanan kepada Tuhan, atau
percaya terhadap suatu dzat yang mempunyai kekuatan yang menguasai dirinya atau alam
dimana dia hidup. Dalam perkembangannya, fitrah beragama ini ada yang berjalan secara
alamiah dan ada yang mendapat bimbingan dari agama, sehingga fitrahnya ini berkembang
secara benar sesuai denga kehendak Allah SWT. Keyakinan bahwa manusia mempunyai
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
“Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), Kami
menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: “Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
untuk berkembang. Namun, perkembangan itu tidak akan terjadi manakala tidak ada faktor
luar (eksternal) yang memberikan pendidikan (bimbingan, pengjaran, dan latihan) yang
memungkinkan fitrah itu berkembang dengan sebaik-baiknya. Faktor itu tiada lain adalah
lingkungan dimana individu (anak) itu hidup, yaitu keluarga, sekolah (kelembagaan), dan
masyarakat.
1) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat
dengankelompoknya. Kelompok yang ada dalam keluarga merupakan kelompok primer yang
termasuk ikut serta dalam pembentukan norma-norma sosial pada diri seseorang.
Pengalaman-pengalaman interaksi sosial dalam keluarga juga ikut menentukan cara
bertingkah laku terhadap orang lain dalam pergaulan sosial diluar keluarganya, termasuk
Dalam hal ini, orang tua memiliki peran penting sebagai Pembimbing pribadi yang
pertama dalam kehidupan anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka
merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung yang dengan sendirinya akan masuk
dan mempengaruhi pribadi anak yang sedang tumbuh dan berkembang (Daradjat, 1970:56).
Anak yang baru lahir merupaka mahluk yang tidak berdaya namun ia dibekali oleh
berbagai kemampuan yang bersifat bawaan. Disini terlihat adanya dua asfek yang
kontradiktif. Di satu bayi atau anak yang baru lahir berada dalam kondisi tanpa daya,
Perkembangan agama berjalin unsur-unsur kejiwaan sehingga sulit untuk didentifikasi secara
jeas, karena masalah yang menyangkut kejiwaan, manusia demikian rumit dan kompleksnya.
Namun demikian, melalui fungsi-fungsi jiwa yang masih sangat sederhana, agama terjalin
dan terlihat di dalamnya. Melalui jalinan unsur-unsur dan tenaga kejiwaan ini pulalah agama
itu berkembang.
Jadi dengan melalui hubungan yang baik antara orang tua dan anak dalam proses
pendidikan, maka kesadaran beragama dapat berkembang melalui peran keluarga dalam
bertanggungjawab untuk membentuk perilaku keagamaan pada diri anak dalam kaitannya
kesadran beribadah.
2) Lingkungan sekolah
Pengaruh sekolah terhadap perkembangan kepribadian peserta didiknya amat besar,
karena sekolah merupakan sibstitusi dari kelurga dimana guru berperan layaknya orang tua
untuk mengembangkan potensi peserta didiknya. Oleh karena itu, sekolah dalam hal ini
terutama guru, mempunyai peran yang sangat penting dalam mengembangkan wawsan
Lingkungan pendidikan agama juga turut andil dalam pembenahan kepribadian dan
gotong royong dan sholat berjama’ah, maka secara tidak langsung siswa/santri akan meniru
4) Lingkungan Masyarakat
Yang dimaksud lingkungan masyarakat ini adalah situasi atau kondisi interaksi sosial
dan sosiokultural yang secara potensial berpengaruh terhadap perkembangan fitrah beragama.
Di sinilah terjadi hubungan antara lingkungan dan sikap masyarakat terhadap nilai-nilai
agama. Di lingkungan masyarakat santri barangkali akan lebih memberi pengaruh bagi
pembentukan jiwa keagamaan dibandingkan dengan masyarakat lain yang memiliki ikatan
yang longgar terhadap norma-norma keagamaan. Dengan demikian fungsi peran masyarakat
akan sangat tergantung dari seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung norma-norma
Sebagai contoh, seorang siswa atau santri yang selalu giat membaca media komonikasi
berupa buku-buku dan kitab-kitab yang berisi tentang anjuran sholat berjama’aah, maka
secara otomatis jiwanya akan terdorong untuk melakukan dan membiasakan sholat
berjama’ah.
masyarakat; yaitu para pemimpin baik formal atau pun non formal. Dengan kewibawaan
mereka, akan dengan mudah muncul simpati dan sugesti mereka pada seseorang atau
masyarakat, sehingga nasehat atau petuah yang mereka sampaikan akan dapat dengan mudah
diterima dan dilaksanakan oleh seseorang atau masyarakat yang pada kelanjutannya akan
membawa kepada kejiwaan indifiduatau masyarakat beragama yang lebih baik. (Nur Falah
Yasin : 2008)