Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORITIK
1. Pengertian Pembinaan Akhlak
Pembinaan berasal dari kata “bana” yang berarti membina, membangun, dan
mendirikan. Menurut kamus Bahasa Indonesia, pembinaan adalah suatu usaha
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya dan berhasil untuk memperoleh
hasil yang lebih baik (Manan, 2017:52).
Sedangkan menurut Mangunhardjana, pembinaan adalah suatu proses belajar
dengan melepas hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal yang baru yng
belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya untuk
membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai
tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani secara efektif (Mangunhardjana,
1986:12).
Berdasarkan pegertian diatas, maka yang dimaksud dengan pembinaan adalah
suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, sungguh-sungguh, terencana dan konsisten
dengan cara membimbing, mengarahkan dan mengembangkan pengetahuan,
mengamalkan dan pengalaman ajaran agama Islam sehingga mereka mengerti,
memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun pengertian akhlak, menurut etimologi kata akhlak berasal dari Bahasa
Arab “Akhlaqu” bentuk jamak dari “Khuluq” yang berarti budi pekerti. Dalam kamus
Tasawuf disebutkan bahwa akhlak adalah jamak dari “Khuluq”, dalam Bahasa
Indonesia, akhlak sering diartikan sebagai perilaku, moral (Solihin dan Anwar,
2002:20). Dengan demikian kata Akhlaq atau Khuluq secara kebahasaan berarti budi
pekerti, adat kebiasaan (perilaku).
Berdasarkan definisi-definisi pembinaan dan akhlak di atas, maka yang dimaksud
dengan pembinaan akhlak adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, sungguh-
sungguh, terencana dan konsisten dalam pembentukan akhlak mulia dengan
membimbing, mengarahkan dan mengembangkan pengetahuan, kecakapan dan
pengalaman ajaran Islam.
Menurut Al-Ghazali bahwa akhlak dalam hal ini berarti kelakuan yang berarti
juga ilmu kesopanan, ilmu kesusilaan, etika, budi pekerti atau moral. Dalam Islam
akhlak itu bentuknya ditunjukkan kepada Allah, manusia dan makhluk lain.
Ada 6 akhlak dalam Perspektif Pendidikan Islam, yaitu:
1) Akhlak kepada Allah SWT
Diaplikasikan dengan cara mencintainya, mensyukuri nikmatnya, malu
berbuat maksiat, selalu bertobat, bertawakkal, dan senantiasa mengharapkan
limpahan Rahmatnya.
2) Akhlak kepada Rasulullah SAW
Diaplikasikan dengan cara mengenalnya lebih jauh, kemudian berusaha
mencintai dan mengikuti sunnah-sunnahnya, termasuk pula banyak
bershalawat, menerima seluruh ajaran beliau dan menghidupkan kembali
sunnah-sunnah yang beliau contohkan.
3) Akhlak terhadap Al-Qur’an
Diaplikasikan dengan membacanya penuh perhatian, tartil. Kemudian
berusaha untuk memahami, menghafal, dan mengamalkannya.
4) Akhlak kepada orang-orang di sekitar kita
mulai dari cara memperlakukan diri sendiri, kemudian orang tuam kerabat,
tetangga, hingga saudara seiman.
5) Akhlak kepada orang kafir
Caranya adalah dengan membenci kekafiran mereka. Namun kita harus tetap
berbuat adil kepada mereka. Agama memperbolehkan kita berbuat baik pada
mereka selama hal itu tidak bertentangan dengan syari’at Islam atau untuk
mengajak mereka pada Islam.
6) Akhlak terhadap lingkungan dan makhluk hidup lain
Caranya dengan berusaha menjaga keseimbangan alam, menyayangi binatang,
melestarikan tumbuh-tumbuhan, dan lainnya.
Akhlak dalam perspektif pendidikan Islam selaras dengan tujuannya untuk
mencapai kebahagiaan akhirat yang telah dijanjikan Allah kepada orang-orang
yang berhubungan dengan perseorangan dan masyarakat.
a) Dasar Pembinaan Akhlak
Dasar adalah tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu
tersebut tegak kokoh berdiri. Dengan adanya dasar dalam pelaksanaan
pembinaan akhlak maka akan menjadi pijakan atau sumber langkah
untuk menuju tujuan yang diharapkan (Erna, 2009:16).
Adapun dasar dari pelaksanaan pembinaan akhlak tidak lain adalah
dasar yang dijadikan pedoman hidup umat muslim yaitu Al-Qur’an
dan Sunnah Rasulullah. Karena keduanya merupakan dasar pokok
ajaran Islam, dan pembinaan akhlak termasuk bagian integral dari
ajaran Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam (QS. Al-
Ahzab:21).

(tulis arab)
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
b) Tujuan Pembinaan Akhlak
Tujuan pendidikan pada dasarnya ialah pembentukan akhlak. Islam
menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia. Akhlak
mulia ini sangat ditekankan karena di samping akan membawa
kebahagiaan bagi individu, juga membawa kebahagiaan
masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak utama
yang ditampilkan seseorang, tujuannya adlaah untuk mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Azmi, 2006:61).
Para ahli pendidikan Islam berpendapat bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak. Muhammad
Athiyah Al-Abrasy mengatakan pembinaan akhlak dalam Islam
adalah untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik, sopan
dalam berbicara dan perbuatan mulia dalam tingkah laku, bersifat
bijaksana, sopan dan beradab. Jiwa dari pendidikan Islam
pembinaan moral atau akhlak (Al-Abrasy,2003:8).

c) Metode Pembinaan Akhlak


1. Metode Ceramah, adalah metode yang sering digunakan dalam
pembinaan yaitu suatu metode yang di dalam menyampaikan
materi dengan menerangkan dan penuturan lisan. Di sini pihak
terbina bertindak pasif untuk mendengarkan keterangan keterangan
yang disampaikan oleh pembina. Metode ini bersifat satu arah.
Akan tetapi untuk mengurangi kecenderungan sebagai metode satu
arah, dari penceramah kepada peserta pembinaan yang menjadi ciri
khas metode ini pada akhir ceramah para peserta dirangsang dan
didorong untuk mengajukan pertanyaan
(Mangunhardjana,1986:53).

2. Metode tanya jawab, maksud dari metode ini adalah setelah

ceramah atau penjelasan dan penerangan selesai, peserta diberi

kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan kemudian

penceramah akan menjawab pertanyaan tersebut dan bila perlu

pertanyaan tersebut dilempar ke peserta lain yang bisa

menjawabnya. Atau sebaliknya penceramah yang bertaya dan

peserta yang menjawabnya (Zuhairin, 1983:86)


3. Metode diskusi, adalah suatu metode di dalam mempelajari
bahan atau menyampaikan bahan dengan mendiskusikan, sehingga
berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku

anak remaja. Remaja dengan kemampuannya mengutarakan

pendapatnya mengenai masalah atau materi yang sulit

dipecahkan. Dan metode ini tidak bisa berdiri sendiri, dalam

pelaksanaannya selalu dibarengi dengan metode lain (Zuhairin,

1983:89).

d) Pentingnya Pembinaan Akhlak

Akhlak merupakan fungsionalisasi agama. Artinya keberagamaan


menjadi tidak berarti bila tidak dibuktikan dengan berakhlak. Orang
mungkin banyak sholat, puasa, membaca Al-Qur’an dan berdo’a, tetapi
bila perilakunya tidak berakhlak, maka keberagamaannya menjadi tidak
benar dan sia-sia. Dibawah ini ada beberapa akhlak yang paling penting
untuk dibina diantaranya adalah:

1. Akhlak berpakaian
Quraish Shihab dalam bukunya menyatakan bahwa
harus diakui pakaian tidak menciptakan santri tetapi pakaian
dapat mendorong pemakainya untuk berperilaku seperti santri
atau sebaliknya menjadi setan, tergantung dari cara dan model
pakaiannya. Pakaian tempat yang terhormat, sekaligus
mencegahnya ke tempat-tempat yang tidak senonoh. (Shihab,
2018:47).
2. Akhlak berbicara, Akhlak bersikap kepada teman dan guru
Etika berbicara sopan dalam kehidupan sehari-hari sangat
dibutuhkan terutama untuk menghargai dan menghormati yang
lebih tua. Menurut zuhairin bahwa berbicara mempunyai definisi
mengucapkan kata-kata atau kalimat kepada seseorang atau
kelompok orang baik kecil maupun besar untuk mencapai tujuan
tertentu. Dengan kata lain memberikan informasi atau komunikasi.
Tujuan utama dari berbicara adlah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, seyogyanya sang pembicara
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.
(Sumedi, 2018:50). Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
berbicara adalah proses menyampaikan pesan melalui bahasa lisan
untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui hal tersebut, diharapkan
mampu untuk meningkatkan etika berbicara dengan teman sebaya
terutama berbicara dengan orang yang lebih tua.
2. Program Tahassus
a. Pengertian Program Tahassus
Istilah program sering sekali kita dengar. Program adalah sederetan kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Suryabroto,
1997:271). Jadi program merupakan kegiatan yang direncanakan untuk
dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan.
Program takhassus (yang saya ambil dari nama program madrasah itu
sendiri) yakni ‫ اًصْ ُوصُ خ‬yang memiliki makna mengkhususkan. Jadi, penulis
mengistilahkan program tahassus sebagai bentuk kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan disekolah dengan cara khusus atau khas tersendiri.
Sedangkan menurut hasil wawacara dengan kepala sekolah Madrasah
Tsanawiyah Roudlotul Furqon program takhassus adalah: “program yang
memiliki ciri khusus atau ciri khas dengan syarat berbagai kajian-kajian
keagamaan. Program ini juga sebagai
identitas sekolah” (Santosa, 23 April, Pukul 09.30).
Jadi dapat disimpulkan, bahwa program takhassus adalah kegiatan pembelajaran
di sekolah yang berkenaan dengan aspek keagamaan sebagai kegiatan
pengembangan keagamaan siswa dengan tujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan keagamaan
dan wawasan keislaman serta keimanan yang mapan.
b. Tujuan dan Ruang Lingkup Kegiatan Program Tahassus
Teknik pembelajaran tahassus dimaksudkan untuk memperluas wawasan
ilmu pengetahuan dan kemampuan siswa yang berhubungan dengan
pengetahuan keagamaan. Berbeda dengan pengajaran estrakurikuler yang
warna akademiknya begitu dominan, kurikulumnya jelas, jadwal waktunya tetap,
dan kebanyakan tempat proses belajar mengajarnya di kelas, lebih bersifat
teoritis. Contohnya pelajaran pendidikan agama Islam. Sebaliknya jika
pendidikan agama Islam ini dilaksanakan dengan kegiatan jam tambahan akan
berada dalam tataran implementasi. Jadi ruang lingkup dari kegiatan ini adalah
kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang serta dapat mendukung program
intrakulikuler dan kokuler yaitu dengan mengembangkan pengetahuan dan
meningkatkan kreatifitas siswa.
Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan program takhassus adalah :
1) Untuk ikut serta membantu pemerintah dibidang pembangunan pendidikan
nasional dengan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan
berjiwa Qur’ani.
2) Menciptakan peserta didik sebagai individu mukmin yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, terampil dan berwawasan keagamaan yang luas
sehingga dapat mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Adapun mengenai tujuan dan ruang lingkup program takhassus
berdasarkan analisis kajian lapangan dan kepustakaan, penulis menggambarkan
tujuan dan ruang lingkup program takhassus sebagai berikut:
Guna meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Konsep kognitif yang dianut Psikologi Gestalt adalah
tentang “insight” yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap
hubungan-hubungan antarbagian-bagian di dalam suatu situasi permasalahan
(Soemanto, 1998:128).
Jika di hubungkan dengan kegiatan belajar menjadi, tingkah laku seseorang yang
senatiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan
situasi berdasarkan insight (mengamati dan memahami) guna memecahkan
masalah. Jadi aspek kognitif yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam
memahami, pelajaran-pelajaran yang telah diberikan sebelumnya.
Kemudian yang kedua tentang aspek afektif, maksud disini adalah,
keanekaragaman perasaan seperti rasa takut, marah, sedih, gembira,
kecewa,senang, benci dan sebagainya. Tingkah laku semacam ini tidak terlepas
dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karenanya, hal ini juga dianggap sebagai
perwujudan perilaku belajar.
Kemudian yang ketiga adalah aspek psikomotorik yang dimaksud di sini adalah
sebagai tingkah laku siswa itu sendiri. Misalkan sekolah menginginkan para siswa
menggunakan pakaian rapi, lihat apa yang dilakukan siswa tersebut. Apakah ia
mentaati peraturan tersebut atau tidak.
1. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi
menuju manusia seutuhnya yang positif.
2. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Materi-materi kurikulum takhassus
dibuat atas dasar kebutuhan masyarakat dan kemampuan siswa.
c. Jenis Kegiatan Program Tahassus
Adapun kegiatan program takhassus yang bersifat rutin dalam bentuk mata
pelajaran adalah:
1. Program menghafal Jus 30 dan Yasin, Waqi’ah dan Ar’ Rahman
2. Program menghafalkan Hadits
3. Program Baca kitab/ Nahwu Shorof
4. Program Praktek Ibadah
5. Program membaca Al-Qur’an dan Tajwid
6. Program Do’a,Tahlil dan Istighotsah.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Anda mungkin juga menyukai