Anda di halaman 1dari 3

Nama : Hilmy Fajar Islamy

Nim : 1124010053

Perkembangan spiritual care di Indonesia


Secara umum program spiritual care di berbagai rumah sakit di Indonesia masih jauh
tertinggal. Negara yang berdasarkan ketuhanan ini dengan pasien terbanyak beragama islam,
ternyata jauh lebih sekuler dari negara Barat sekali pun. Hal ini dapat ini dapat terlihat dari
umumnya (tidak semua) pradigma sekuler yang dianut dimulai dari para direktur rumah sakit,
manajement rumah sakit, para dokter, dan para perawatan yang masih beranggapan bahwa
spiritual care dan maslah pelaksanaan keagamaan pasien adalah soal pribadi pasien bukan
tanggung jawab pihak rumah sakit. Beberapa asumsi sekuler itu antara lain :
1. Masalah ibadah dan keagamaan pasien adalah soal pribadi pasien bukan tanggung
jawab pihak rumah sakit.
2. Pihak rumah sakit dan dokter dan perawat tidak bisa memaksa pasien untuk
melaksanakan ibadah , perawat hanya menjadi fasilitator.
Kondisi itu diperburuk oleh suasana dan fakta lapangan dari hasil penelitian seperti yang
dikemukakan oleh: (1) Rnkin dan De Lashmutt (2006) dalam penelitiannya menemukan
bahwa banyak perawat belum memahami secara jelas antaraa konsep spiritualitas dan
religius. (2) Rieg, Mason dan Preston, (2006) dalam setudinya juga memperlihatkan terdapat
banyak perawat yang mengaku bahwa mereka tidak dapat memberikan asuhan spiritual
secara kompeten karena selama masa pendidikannyakurang mendapatkan panduan tentang
bagai mana memberikan asuhan spiritual secara kompeten. Dan masih banyak lagi fakta-fakta
yang memper buruk spiritual care di Indonesia.
Psikologi Orang Sakit
Sakit dan perumahsakitan berpengaruh terhadap kondisi psikologis seseorang. Kondisi ini
menimbulkan berbagai reaksi psikologis yang dapat diekspresikan bermacam-macam yang
harus difahami oleh orang-orang terkait disekitarnya terutama oleh para perawat atau
keluarga si sakit. Diantara prilaku psikologis yang penting difahami adalah prilaku
psikologis, tahapan sakit, dan dampak dari sakit.

1. Prilaku pada orang sakit


Pada saat seseorang ditimpa suatu kondisi yang disebut sakit perubahan prilaku yang
terjadi selama skit antara lain :
a. Muncul perasaan takut
Prilaku ini dapat terjadi pada semua orang dengan di tandai munculnya berbagai
prasangka mengenai perubahaan fungsi dari tubuhnya karena munculnya berbagai
symptom atau gejala. Secara psikologis rasa takut yang menguat ini akan berpengarug
kepada sugesti dan alam fikiran si sakit.
b. Cemas dan menarik diri
jika berbagai simptoma penyakit mulai terasa tidak dapat diatasi, maka si sakit akan
mengalami proses kecemasan. Untuk mengurangi kecemasan, maka seseorang akan
berprilaku menarik diri seperti diam jika tidak diberi pertanyaan. Gejala menarik diri ini
dilakukan terutama jika dirasa jika makin banyak bertanya pada ornag malah makin
membuat rasa cemas mengenai penyakitnya bertambah.
c. Egosentris
Gejala ini ditunjukkan dengan banyak mempersoalkan dirinya sendiri dan tidak mau
mendengarkan perasaan orang lain.

Tahapan prilaku dan logika orang sakit


Pada saat orang sakit maka akan muncul prilaku sakit (illness behavior) yang akan
terlihat tahapan-tahapan kondisi sakit. Beberapa tahapan tersebut antara lain, yaitu:
a. Symtomatis, yaitu tahapan mulai adanya gejala dan tanda-tanda sakit. Pertama tama si
sakit akan berusaha tidak menggangap gejala ini dengan serius dan diharapkan hilang
begitu saja.
b. Vonis, pada saat ia mendatangi ahli seperti dokter sebenarnya hanya ingin memeastikan
apakan betul-betul ia sakit atau tidak, dapat diatasi atau tidak. Jika kemudian seorang
ahli memutuskan bahwa ia benar benar sakit , maka hanya ada dua kemungkinan ,
pertama percaya atau tidak percaya.
c. Berobat, adalah tahapan berikutnya setelah ia menerima vonis sebagaai ornag sakit.
Dilema yang muncul biasanya si sakit tidak suka dengan obat , ia akan mengalami
konflik karena ia harus berperang dengan keingginan untuk sembuh dengan rasa tidak
suka terhadap obat.
d. Tahapan ketergantungan, tahapan ini adalah tahapan dimana si sakit harus membuat
keputusan dan bersikap. Salah satu pilihan yang diambil adalah si sakit menyerahkan
sepenuhnya kendali dirinya ke dokter agar sembuh.
e. Recovery dan rehabilitasi, bagi orang sakit yang telah dapat mengatasi sakitnya, maka
ia akan mengalami tahapan berikutnya yaitu fase pemulihan dan perbaikan.
Psikologi kematian
Pada dasarnya tidak ada yang dapat menolak mengenai satu eksistensi peristiwa ini, yaitu
kematian. Sebagai sebuah fenomena yang ada dan dapat diamati oleh semua sudut pada
manusia, maka akhirnya muncul berbagai pendapaat tentang apa itu kematian. Menurut
kalish (1987) menyebut kematian sebagai berhentinya segala fungsi dan komponen
kehidupan secara permanen. Speece dan Brant (1984) menyebut kematian paling tidak
menghentikan 4 komponen:
1. Perhentian dalam kehidupan adalah berhentinya segala proses kehidupan seperti
pergerakan, sensasi dan pemikiran.
2. Irrevesity adalah kondisi mutlak berhenti dan tidak dapat diobati akibat berhentinya segala
proses bilogikal tubuh manusia.
3. Kehilangan setatus adalah suatu keadaan kehidupan yang bisa dilalui, lalu hilang semua
ciri-ciri yang mewakili kehidupan lalunya.
4. Kematian somatic adalah matinya semua sek dalam badan.

Kematian merupakan sesuat yang penuh misteri sehingga banyak ditinjau tentang
kematian itu dari berbagai segi. Ada yang meninjau dari segi mistik, segi agama (religius),
dan dari segi ilmu pengetahuan. Di tinjau dari segi ilmiah, kematian dijelaskaan dengan
penalaran ilmiah berdasarkan pengalamaan manusia. Salah satu tinjauan ilmiah adalah
tinjauan dari sisi psikologi. Sebagai suatu ilmu pengetahuan empiris psikologi terikat pada
pengalaman dunia. Psikologi tidak menlihat kehudupan manusia setelah mati, melainkan bagi
mana mempelajari bagi mana sikap dan pandangan mausia terhadap maslah kematian, bagai
mana jiwa manusia di saat-saat menjelnga kematian (sakaratul maut).
Pada saat manusia mengetahui akan datangnya kematian maka terdapat beberapa tahapan
yaitu :
1. Shock dan tidak percaya.
2. Tawar menawar
3. Menolak
4. Bergaining
5. Tidak berdaya dan menerima

Anda mungkin juga menyukai