Anda di halaman 1dari 5

FORM REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


Nama Dokter Muda

: Arista Ardi Gunandika

Stase

: Ilmu Bedah

NIM

: 09711299

Identitas Pasien
Nama / Inisial

: Ny.T

Umur

: 65 tahun

Diagnosis/ kasus

: Ca Mammae

Jenis kelamin : P

Pengambilan kasus pada minggu ke-8


Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman
sifatnya wajib)
a.
b.
c.
d.
e.

Ke-Islaman*
Etika/ moral
Medikolegal
Sosial Ekonomi
Aspek lain : Psikologi

Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang
diambil ).
Seorang perempuan datang ke poli bedah RSUD wonogiri dengan luka di
payudara kiri. Keluhan sudah durasakan sejak 1 bulan yang lalu. Sebelum muncul
luka awalnya terdapat benjolan di payudara kiri sejak 3 bulan yang lalu, benjolan
perlahan-lahan mulai membesar dan kemudian pecah dan muncul luka kecil yang
semakin meluas. Luka terasa nyeri, mudah berdarah, dan terkadang mengeluarkan
nanah. Pasien juga mengeluhkan adanya benjolan di leher kiri, mulai dirasakan sejak
1 bulan yang lalu, benjolan terasa nyeri saat disentuh. Pasien tidak nafsu makan, dan
berat badannya cenderung turun. Pasien sudah pernah dioperasi mastektomy
sebelumnya di RS Ponorogo.

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus


Berdasarkan

data WHO penyakit

kanker

merupakan

penyebab

kematian

terbanyak di dunia, dimana kanker sebagai penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar
13% setelah penyakit kardiovaskular. Setiap tahun, 12 juta orang di dunia menderita
kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Diperkirakan pada 2030 kejadian
tersebut dapat mencapai hingga 26 juta orang dan 17 juta di antaranya meninggal akibat
kanker, terlebih untuk negara miskin dan berkembang kejadiannya akan lebih cepat.

Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang


dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan
salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based
Registration di Indonesia, KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif
sebesar 18,6%. Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah 12/100.000
wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita dengan mortalitas
yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada
wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki laki dengan frekuensi sekitar 1%.
Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut,
dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang
upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta
upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat

dilakukan

secara optimal.
Beberapa cara penyembuhan kanker payudara adalah radioterapi, kemoterapi,
dan mastektomi. Mastektomi adalah tindakan operasi pengangkatan payudara

yang

terkena kanker. Mastektomi hanya dapat dilakukan pada stadium II dan III. Ada
beberapa alternatif cara dan reaksi yang dapat ditimbulkan dari masing-masing cara
penyembuhan. Mastektomi dapat menghambat proses perkembangan

sel kanker

dan umumnya mempunyai taraf kesembuhannya 85% sampai dengan 87%. Namun
penderita akan kehilangan sebagian atau seluruh payudara, mati rasa pada kulit,
kelumpuhan (jika tidak ditangani secara seksama). Reaksi psikis negatif yang dapat
muncul adalah menurunnya self esteem (harga diri) sebagai perempuan karena
kehilangan payudara, stress, atau depresi (Wagman, 1996).

3. Refleksi dari aspek psikologis


Shelley (1999), menjelaskan bahwa pada saat pasien dan dokter memutuskan
pengangkatan

payudara

(mastektomi) sebagai cara penyembuhan, seringkali


1

hanya aspek fisik yang menjadi pertimbangan. Namun sebenarnya, operasi ini tidak
sekadar

operasi

pengangkatan organ tubuh manusia saja. Operasi ini akan

memunculkan simtom psikologis tertentu, seperti depresi, stres, kecemasan, dan


masalah-masalah psikologis lainnya. Dalam sejarah ilmu kedokteran modern,
terdapat beberapa kasus penderita kanker payudara mengalami depresi. Gejala
depresi muncul setelah mastektomi.
Kehilangan payudara secara utuh baik bagian kanan atau kiri akan mengubah
body image perempuan. Mastektomi tak hanya meninggalkan bekas luka secara
fisik, tetapi juga luka secara psikologis, yakni menurunnya perasaan bangga dan
harga diri perempuan. Berbagai reaksi pada perempuan pasca mastektomi dapat
muncul dalam bentuk depresi (menarik diri dari lingkungan), menurunnya self
esteem, anoreksia dan insomnia (Zamralita, 1999).
Greist (1987), mendefinisikan

depresi

adalah

suatu gangguan fungsi fisik

dan psikis yang disertai dengan mood yang tertekan dan gejala-gejala yang
berhubungan seperti gangguan

tidur,

gangguan

nafsu

makan, gangguan

konsentrasi, perasaan lelah, putus asa, tidak berdaya, dan pikiran bunuh diri. Nolen
(2004), mengatakan bahwa individu yang mengalami depresi pada awalnya akan
mengalami beberapa gejala yang tergolong ke dalam empat aspek depresi
fisik

vegetatif,

yaitu

emosional (afektif), kognitif, dan tingkah laku (behavioral).

Pertama, aspek fisik vegetatif, individu mengemukakan satu atau lebih keluhan fisik
seperti kelelahan atau kenyerian. Kemudian individu tersebut menunjukkan
kehilangan minat akan hal- hal yang menjadi kebiasaannya, cepat marah dan
iritable (cepat tersinggung). Hal ini termasuk ke dalam aspek afektif. Individu
juga akan merasa pesimis dan cenderung menyalahkan dirinya, hal ini termasuk
dalam aspek kognitif. Depresi dapat berupa gangguan gejala tingkah laku yaitu
menarik diri. Hal ini termasuk dalam aspek behavioral.

4. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai


Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk
upaya memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syariat islam
ditegakkan, terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;

1.

Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:



Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap

penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang
haram. (HR.AbuDawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa
Dhaif al-Jami 2643)
2.

Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada
Nabishallallahu alaihi wa sallam:

) :
: (
( ) :
Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,berobatlah, karena
sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya,
kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya), mereka bertanya,apa itu ? Nabi
bersabda,penyakit tua.
Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:

Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka


menyelamatkan jiwa adalah wajib.

Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib


padahal dia mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh,
berobat semacam ini adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.

Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular
adalah wajib untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.

Jika penyakit diduga kuat

mengakibatkan kelumpuhan total, atau

memperburuk penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu


mudhorot yang timbul lebih banyak daripada maslahatnya seperti berakibat
tidak bisa mencari nafkah untuk diri dan keluarga, atau membebani orang lain
dalam perawatan dan biayanya, maka dia wajib berobat untuk kemaslahatan
diri dan orang lain.
Daftar Pustaka
Al Quran Al Karim

Depkes RI. 2015. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan Deteksi
Dini Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara : Kementerian
Kesehatan RI
Greist, J. H, Depresi dan penyembuhannya, (C. Subrata: penerj.), BPK Gunung Mulia,
Jakarta, 1997.
rd

Nolen, S. E, Abnormal psychology, (3 ed.), McGraw-Hill, Singapore, 2004.


th

Shelley, E. J, Health psychology, (4 ed.), McGraw-Hill, Singapore, 1999.


Wagman, R. J, Medical and health encyclopedia, J. G. 1,2 Ferguson Publishing Company,
New York, 1996.

Zamralita, Self esteem dan strategi penanggulangan stress pada perempuan pasca mastektomi,
Phronesis, I (1). 6-14, 1999.

Anda mungkin juga menyukai