Anda di halaman 1dari 15

UPAYA PASTORAL UNTUK MENINGKATKAN PERAN KAUM

PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN MENGGEREJA

Maksimilianus Jemali
Prodi PGSD STKIP Santu Paulus Ruteng, Jl. Ahmad Yani, No. 10, Ruteng-Flores 86508
email: lianjemali28@gmail.com

Abstract: Pastoral Efforts to Increase the Role of Women in the Life of the Church. In principle, the Church has
an openness to the involvement of all people in the proclamation of the Kingdom of God. The Church is involved
in defending women’s rights. Willing to be by their side. The Church has not forgotten the history that women have
taken part in the development of people’s lives. The historical awareness of the role of women in the liturgy of the
Church needs to be shared by the people. By that awareness, the people are expected to develop their attitude to
accept and appreciate the presence of women and men in the liturgical region. The church should choose its ministers
not by gender. Rather, by virtue of talents, charisma, the ability to evangelize well to anyone who needs the message
most. As a living community in the faith, the Church has the authority to fight for equality and justice in society. We
must recognize that lately many women have a role in religious service, as well as ministry around the altar.

Keywords: pastoral, women, Church, Holy Bible

Abstrak: Upaya Pastoral Untuk Meningkatkan Peran Kaum Perempuan dalam Kehidupan Menggereja.
Gereja pada prinsipnya memiliki keterbukaan terhadap keterlibatan semua umat dalam pewartaan Kerajaan Allah.
Gereja turut terlibat membela hak-hak kaum perempuan. Bersedia berada di samping mereka. Gereja tidak melupakan
sejarah bahwa kaum perempuan telah ikut ambil bagian dalam pengembangan kehidupan jemaat. Kesadaran historis
mengenai peran perempuan dalam liturgi Gereja perlu dimiliki oleh umat. Oleh kesadaran itu umat diharapkan
berkembang sikapnya untuk menerima dan menghargai kehadiran perempuan dan laki-laki di wilayah liturgis.
Gereja hendaknya memilih pelayan-pelayannya bukan berdasarkan gender. Melainkan, berdasarkan talenta, karisma,
kemampuan untuk mewartakan Injil dengan baik kepada siapapun yang paling membutuhkan pewartaan itu. Sebagai
komunitas yang menghayati hidup dalam kesetaaan, Gereja memiliki wibawa untuk memperjuangkan kesetaraan
dan keadilan dalam masyarakat. Kita mesti mengakui bahwa akhir-akhir ini juga banyak perempuan berperan dalam
pelayanan religius, juga pelayanan di sekitar altar.

Kata Kunci: pastoral, perempuan, Gereja, Kitab Suci

PENDAHULUAN seringkali tidak mendapat tempat yang semestinya.


Mereka selalu dinomorduakan. Peran-peran
Karya pastoral Gereja mengandaikan mereka tidak diperhitungkan. Bahkan pihak yang
keterlibatan. Terlibat berarti ikut mengambil bagian layak untuk melakukan pelayanan adalah hanya
di dalamnya. Gereja tidak pasif atau bergerak dari kaum laki-laki saja. Di sisi lain, Gereja juga
luar tetapi bergerak menuju ke dalam konteks. mesti memperhatikan nilai-nilai keperempuanan
Namun, muncul pertanyaan: bagaimana Gereja yang menjadi kekuatannya dalam menjalankan
mesti terlibat? Apa dasar keterlibatannya? Siapa- karya pastoral. Bahkan pelayanan Gereja mesti
siapa saja yang terlibat? Pertanyaan-pertanyaan didominasi oleh dimensi-dimensi cinta kasih,
tersebut menuntun penulis untuk merefleksikan solider, setia melayani, setia berkorban dan lain
secara tepat posisi setiap orang dalan berpastoral. sebagainya.
Kaum yang cukup menarik untuk ditilik Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian
keterlibatannya adalah kaum perempuan. Dalam Baru menceritakan kisah-kisah tentang kaum
sejarah panjang kekristenan, kaum perempuan perempuan. Dari kisah-kisah tersebut, tampak peran

204
Jemali, Upaya Pastoral Untuk Meningkatkan Peran Kaum Perempuan ... 205

kaum perempuan dalam memaklumkan kehendak Dalam kehidupan keagamaan Yahudi, para
Allah. Kisah-kisah ini juga menjadi inspirasi perempuan tidak bakal bisa menjadi pemimpin
sekaligus tonggak bagi Gereja dalam meningkatkan upacara. Soalnya, tubuh mereka dianggap tidak
peran dan keterlibatan kaum perempuan. bersih akibat menstruasi. Fakta ditutupnya pintu
kepemimpinan bagi perempuan dengan alasan
KETERLIBATAN KAUM PEREMPUAN biologis melulu, dapat membantu kita untuk
DALAM KONTEKS BIBLIS melihat bagaimana peran perempuan dalam
Perjanjian Lama kehidupan beragama. Segala kegiatan keagamaan
adalah tanggung jawab laki-laki. Peranan bapa
Kitab Suci Perjanjian Lama (Hommes,
keluarga sangat penting. Pendidikan agama untuk
1992:128, Bergant dan Karris, 2002: 40-44,
anak-anak juga menjadi tanggung jawab bapa
Clifford, 2002: 97-103) khususnya kitab Kejadian
keluarga (1 Mak 2:1-14).
melihat perempuan sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari laki-laki. Laki-laki juga adalah Kendatipun masih mengakar kuat, namun
bagian yang tidak terpisahkan dari perempuan. dalam perkembangan lanjut akibat pengaruh
Perempuan adalah partner yang sepadan, yang kebudayaan Yunani dan Romawi, kaum perempuan
sungguh merupakan kawan yang melengkapi perlahan-lahan mulai diberi sedikit kebebasan
manusia itu (Kej 2:18). Perempuan yang dipanggil terutama dalam kehidupan religius. Ada beberapa
Hawa adalah bagian dari tulang laki-laki (“inilah tokoh yang dipercayakan Allah menyampaikan
tulang dari tulangku dan daging dari dagingku”, sabdaNya. Contohnya Myriam (Kel 15:20-21),
Kej 2:23). Teks ini menempatkan kaum perempuan Debora (Hak 4:4-6) dan Hulda (2 Raj 22:14-20).
sejajar dengan laki-laki. Mereka semua dipandang sebagai nabiah yang
Di pihak lain dalam tradisi Yahudi, kaum dipilih Allah untuk menyampaikan kebenaran ilahi.
perempuan kurang mempunyai peranan. Hal Musa, tokoh terkenal PL, sering menggambarkan
ini bisa dipahami bila kita mempelajari struktur Allah seperti ibu yang mengandung dan melahirkan
masyarakat Perjanjian Lama yang sangat kuat (Bil 11:12). Atau dalam Hosea Allah digmbarkan
diwarnai oleh budaya patriarkal. Kaum laki-laki sebagai ibu yang merawat (Hos 11:1, 3-40).
lebih ditonjolkan dalam dimensi hidup. Fungsi dan Dengan kata lain, gambaran Allah sebagai ibu
peranan perempuan hanya sebagai istri dan ibu adalah sumber kekuatan dan kehidupan (Yer 31:22)
bagi suami dan anak-anak. Kekuasaan laki-laki ini serta sumber kebijaksanaan yang mesti diraih (Keb
mempengaruhi hukum dalam masyarakat khusunya 8).
dalam bidang perkawinan, moral dan adat-istiadat. Lewat uraian-uraian di atas, kita dihadapkan
Kaum perempuan hanya hidup patuh dan pada suatu kenyataan bahwa keberadaan kaum
taat di bawah laki-laki. Mereka tidak bertindak perempuan dikondisikan oleh budaya patriarkat
bebas dalam masyarakat. Mereka berada penuh pada waktu itu. Walaupun demikian, itu tidak berarti
dalam kekuasaan laki-laki, entah kepada ayahnya mereka, (kaum perempuan) pasif dalam segala
ataupun kepada suaminya. Dalam soal pemilihan aspek kehidupan. Mereka diberi kebebasan untuk
jodoh misalnya, perempuan tidak boleh secara turut berperan dalam setiap bidang kehidupan.
bebas memilih calon suaminya, melainkan otoritas Ada beberapa tokoh perempuan Perjanjian Lama
ayahnyalah yang menentukan semuanya itu. Kisah yang memiliki peran tersendiri dalam sejarah dan
anak perempuan Yefta (Kej 29-40) dan anak-anak kehidupan umat Israel.
perempuan Lot (Kej 18:4-8) mengilustrasikan
Hawa (Kej 3)
perintah ayahnya yang tidak dapat dibantah. Dalam
konteks seperti ini, biasanya kaum perempuan tidak Hawa adalah perempuan yang ikut
dapat berbuat banyak, kecuali dengan mendengar, menentukan jatuh bangunnya keluarga manusia.
menerima, menaati dan melaksanakan segala Ia adalah ibu segala yang hidup. Namun, dengan
sesuatu yang telah diputuskan. Sistem ini berakar mudah perempuan (Hawa) juga menggeser
kuat dan bertumbuh subur dalam masyarakat kesalahan kepada orang lain. Ia berat untuk
Perjanjian Lama. bertanggungjawab. Namun ia tetap setia dalam
206 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 10, Nomor 2, Juni 2018, hlm. 137-273

suka maupun duka. Kesetiaan menjadi sekaligus atas pengalaman religius yang mendalam. Hidupnya
kekuataan dan kelemahan perempuan ini. dijadikan pujian bagi Allah. Sebagai pejuang ia
Namun, Allah tetap menyayangi baik perempuan tidak kehilangan sosok feminin yang lembut,
maupun laki-laki. Gambaran pada akhir kisah cantik, dan anggun. Seluruh pribadi mencerminkan
mengisyaratkan secara lembut bagaimana Allah kelembutan, kecantikan, dan keanggunan. Ini tentu
memperlakukan manusia. Kendati mereka diusir saja tampil dalam prilaku dan budi bahasanya.
dari taman, namun Allah tetap mengenakan pakaian Perempuan demikian tampil sebagai tokoh yang
kulit hewan untuk menunjukkan kepedulian Allah pantas dikagumi, diagungkan dihargai, bukan
kepada manusia (Darmawiyata, 2003:22). untuk dilecehkan. Yudit menghadapi kekerasan
dengan kelembutannya (Darmawiyata, 2003:51-
Sara (Kej 18:1-15)
53).
Sara menunjukkan posisinya sebagai
ibu rumah tangga. Dia berusaha menampilkan Ester (Est 2:15-18)
keramahan keluarganya. Di sinilah keluarga bisa Kisah Ester mau menunjukkan peranan
menampilkan kualitas kehidupan lain. Keramahan seorang ratu. Ia menampilkan mutu kehidupan
itu tidak hanya tampak dalam tutur sapa dan budi yang menimbulkan kekaguman sehingga orang
bahasa, melainkan juga dalam perbuatan. Keluarga tidak akan melecehkannya. Peranan Ester yang
yang ramah itu juga berani hidup berdasarkan mendasar adalah membela kebenaran dan keadilan,
kepercayaan. Keluarga itu hidup menanggapi karena yakin bahwa kesejahteraan rakyat adalah
sabda yang dinyatakan dalam hidup mereka. hukum yang utama. Ester pandai membangun
Mereka hidup atas dasar janji dan harapan. Sara kerja sama. Kecantikan sejati Ester terpancar pada
juga tampil sebagai perempuan yang penuh humor. kepenuhan mutu pribadi yang menjadi berkah bagi
Mampu menertawakan diri sendiri dan apa saja sesama. Berkat imannya kepada penyelenggaraan
yang menjadikan keluarga itu gelisah. Humor ilahi, maka Ester berjuang lewat kedudukan,
menjadi solusi yang tepat dalam mengatasi tatanan wibawa pribadi, dan peranannya sebagai ratu untuk
krisis yang berat (Darmawiyata, 2003:29-30). kepentingan semua orang.
Ribka (Kej 25:20-34) Rut (Rut 1:1-22)
Ribka adalah ibu rumah tangga yang Profil Rut dan perempuan yang dilukiskan
tidak patah semangat karena tragedi kemandulan dalam kisah ini sungguh mengharukan. Mereka
melainkan tetap gigih berusaha mengembangkan adalah wanita-wanita yang tabah. Banyak
masa depan secara kreatif dan dinamis. Ibu ini juga perempuan harus berjuang dengan tabah untuk
sangat religius yang sangat percaya pada rencana keluarga, untuk masa depan anak-anak mereka,
dan kehendak Allah. Ia tidak hanya cerdas berpikir untuk mmasyarakat yang mereka hidupi. Banyak
tetapi juga peka dalam kehidupan iman sehingga perempuan yang rela menderita demi semua itu.
hidupnya terarah pada rencana dan kehendak Naomi, mertua yang baik budi dan menghendaki
Allah. Ribka menyayangi anak yang rumahan, menantunya bahagia. Orpa adalah menantu yang
karena ia adalah ibu rumah tangga. Di sinilah rasional. Ia memikirkan masa depannya secara
tampak kelemahan seorang ibu yang akhirnya sulit nyata. Rut adalah tokoh yang diagungkan karena
mengarahkan anak-anaknya pada kemampuan kesetiaannya. Tanpa kesetiaan hidup ini bisa
masing-masing, karena mengikuti selera dan naluri hancur lebur. Rut juga merupakan tokoh beriman
pribadi. Ribka juga adalah seorang ibu rumah yang berani percaya kepada mertua dan sekaligus
tangga yang mampu menata masa depan anak- percaya akan penyelenggaraan ilahi (Darmawiyata,
anaknya (Darmawiyata, 2003:36-38). 2003:62-63).
Yudit (Yud 16:1-17) Mengikuti perkembangan kisah Rut orang
Yudit adalah seorang pejuang bangsa. Ia sebetulnya diajak memahami karya Allah dalam
berjuang atas nama Allah. Ia adalah pejuang iman sejarah bangsa, lewat peristiwa-peristiwa harian
yang gigih. Perjuangannya diwarnai dan didasarkan yang tampaknya tidak ada artinya. Namun, dalam
Jemali, Upaya Pastoral Untuk Meningkatkan Peran Kaum Perempuan ... 207

peristiwa harian itu justru diwujudkan kasih setia selimut yang hangat. Ia menguatkan posisi
Allah yang telah mengikat perjanjian dengan suaminya di masyarakat. Ay 24-29, perempuan
bangsa yang dipilihnya. Perwujudan kasih dan ini sungguh cakap. Hal itu digambarkan dengan
kesetiaan Allah tersebut tampak dalam kasih dan pelbagai tindakan yang kreatif. Kerajinan yang
kesetiaan manusia terhadap sesamanya. Kasih setia dikembangkan menyebabkan keluarga sejahtera.
itu bukan hanya mengagumkan, mengharukan, Ay 30-31 di sini dirumuskan semacam patokan
melainkan menciptakan masa depan yang amat untuk penilaian kaum perempuan, sehingga ajakan
berharga. untuk meneladan perempuan demikian ditegaskan
Tanpa kehadiran perempuan yang sabar, dalam dua ayat ini secara nyata. Beberapa gagasan
setia, tekun, dan telaten dalam membina kehidupan, bisa digarisbawahi: 1) kecantikan bukanlah ukuran,
mutu bangsa manusia memang bisa berantakan. melainkan sikap terhadap Tuhan yakni takut akan
Kuasa mungkin tetap ada dalam tangan pria, tetapi Tuhan. 2) sukses dalam usaha sebagai ibu rumah
kehalusan, ketekunan, kesabaran, dan akhirnya tangga (Darmawiyata, 2003:77-78).
keselamatan, terjamin dalam perjuangan mereka.
Oleh karena itu, merenungkan kisah rut bukan Perjanjian Baru
sekedar merenungkan kehidupan harian yang Yesus sebagai tokoh utama perjanjian baru
romantis dan rutin, melainkan juga yang penuh tampaknya terus memperjuangkan kesamaan dan
misteri. Misteri kasih, misteri kesetiaan, misteri kesetaraan antara kaum perempuan dan laki-laki.
harapan, minteri penderitaan terutama misteri Dalam karya-Nya, Yesus sering menaruh perhatian
penyelamatan. Karya Allah tersembunyi di dalam kepada kaum perempuan. Yesus juga bersahabat
misteri itu, tetapi sekaligus juga dinyatakan. dengan mereka (bdk. Luk 7:35-50). Karena itu,
Orang yang mampu menangkap karya Allah dalam dalam perjalanan karya misioner-Nya Yesus juga
misterinya itu lalu juga akan terlibat penuh di “mengijinkan” kaum perempuan turut serta. Dan
dalamnya (Darmawijaya, 1998:95). harus diakui bahwa kaum perempuanlah yang
senatiasa setia mengikuti Yesus. Jika keduabelas
Kidung Perempuan Bijaksana (Ams 31:10-31)
rasul mengejar-ngejar kesuksesan dan kedudukan
Peran seorang istri dalam kidung terhormat, para perempuan tidak (bdk. Luk 7:37-
perempuan sangat luar biasa. Hal tersebut bisa 38). Jika kedua belas rasul kecewa dan meninggalkn
dilihat dalam penjelasan per ayat. Ay. 10, istri Yesus ketika Ia ditangkap dan disalibkan, para
memiliki kemampuan dan keterampilan dalam perempuan justru terus “mengikuti” `jalan
mengelola rumah tangga yang membuat orang salib sampai wafatNya (Injil mencatat: Maria
senang di rumah. Ay 11-12 kidung indah ini Magdalena, Yoana, Susana, Maria, Salome, dan
memperlihatkan keistimewaan perempuan banyak perempuan lain mengikuti Yesus dari
dari sudut pandang laki-laki, seakan-akan nilai Galilea sampai di bawah salib, Mrk 15:40-41, Mat
perempuan berpuncak dalam peranannya sebagai 27:55-56, Luk 8:1-3;23:55; Yoh 19:25) (Lan dalam
penolong bagi pria. Ujan dan Kirchberger (ed.), 2006:262-263.
Ay 13-18a, dalam bait ini perempuan Dalam mewartakan Injil, Yesus sebenarnya
digambarkan sebagai yang mampu, mahir baik bersentuhan dengan banyak perempuan, entah
dalam memperhatikan kebutuhan harian rumah dengan perempuan Yahudi maupun bukan Yahudi.
tangga maupun terutama dalam usaha untuk Ia menyembuhkan ibu mertua Simon (Mrk 1:29-
meningkatkan kesejahteraan dalam keluarga 31), anak perempuan Yairus (Luk 8:40-42, 49-
dengan segala cara dan kerajinan. Ay 18b-20, 56), perempuan yang sakit pendarahan selama
meski ia amat rajin dan rupanya tidak memerlukan dua belas tahun (Luk 8:43-48), perempuan yang
seseorang pun dalam mengubahkan susksesnya, sudah delapan tahun kerasukan roh jahat sehingga
namun keberhasilan itu tidak menutup matanya ia sakit sampai bungkuk punggungnya (Luk 13:10-
bagi orang yang kurang beruntung. 17). Ia membiarkan kakinya di basuh dan dijamah
Ay 21-23, dengan hadirnya ibu seperti ini, oleh seorang perempuan (Luk 7:38, Luk 8:44). Ia
keluarga tidak akan berkekurangan. Ia membuat bersahabat dengan Maria dan Marta (Luk 10:38-
208 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 10, Nomor 2, Juni 2018, hlm. 137-273

42, Yoh 11:1-44, 12:1-11) (Lan dalam Ujan dan Sebab sama seperti perempuan berasal dari
Kirchberger (ed.), 2006:262). laki-laki demikian pula laki-laki dilahirkan oleh
Kalau merujuk pada Injil, maka murid- perempuan; dan segala sesuatu bersal dari Allah”
murid Yesus terdiri dari laki-laki dan perempuan. (1Kor 11:11-12). Teks yang bagus ini bukan tidak
Kata “mengikuti” dalam Injil mempunyai arti membawa kesulitan kemudian. Bagi semua orang
keterlibatan dalam kehidupan Yesus, berkaitan yang menghidupi gaya kesetaraan ini ditantang
dengan kemuridan. Misi Yesus juga digambarkan masyarakat luas (Lan dalam Ujan dan Kirchberger
sebagai pelayanan. Yang melakukan pelayanan (ed.), 2006:264-265, Darmawiyana, 1991:38-44).
adalah para perempuan: ibu mertua Simon (Mrk Dalam konteks jemaat perdana, banyak
1:31, Mat 8:15, Luk 4:39), Maria Magdalena, perempuan Kristen yang menjadi pemimpin.
Yoana, Susana (Luk 8:1-3; Mrk 15:41, Mat 27:55), Mereka adalah rekan kerja Paulus di berbagai
dan Marta (Luk 10:40, Yoh 12:2). Karakter lain tempat. Ada Yunia (Rm 16:7), Lidia (Kis 16:14-15,
seorang murid dalam Injil adalah sebagai pendoa 40), Maria, ibu Yohanes, yang disebut juga Markus
yang setia, beriman dan menyerahkan hidup (Kis 12:12-17), Kloe (1 Kor 1:11), Nimfa (Kol
sepenuhnya kepada Allah, yang tampak pada sosok 4:16), Priska (atau Priskila, Rm 16:3-5), Akwila (1
perempuan seperti Elisabet, Maria, dan Hana (Luk Kor 1:11), dan Febe (Rm 16:1) (Lan dalam Ujan
1-2), janda yang tekun memohon keadilan (Luk dan Kirchberger, 2006:265). Lewat uraian singkat
18:1-8), dan janda miskin yang mempersembahkan ini ditemukan satu titik simpul bahwa ternyata
seluruh miliknya (Luk 21:1-4) (Lan dalam Ujan kaum perempuan sangat berperan dalam sejarah
dan Kirchberger (ed.), 2006:263-264). Perjanjian Baru meskipun secara eksplisit tidak
Dalam tulisan-tulisan St. Paulus, kedudukan disebutkan. Sebagai anggota tubuh mistik Kristus,
kaum perempuan dalam komunitas kristen waktu kaum perempuan turut bertanggung jawab dalam
itu terus didiskusikan. Dalam tata aturan menjadi menghayati imannya. Mereka berpartisipasi aktif
pemeluk Agama Kristen – mengakui dan mengikuti mewartakan kristus yang menderita dan bangkit
Kristus sebagai Tuhan – seseorang harus memasuki itu (bdk. Kis 9:2). Beberapa tokoh yang bisa dilihat
‘pintu’ pembaptisan. Pintu masuk pembaptisan ini dalam konteks Perjanjian Baru bisa dilihat dalam
sebtulnya langsung bersentuan dengan apa yang poin berikut:
kita sebut sebagai kebebasan Gender. Rumusan Elisabeth dan Hana: Dua Nabiah Zaman Baru
teks Paulus yang ditulis sekitar tahun 54 atau 55 (Luk 1:39-45, Luk 2:36-38)
M memuat satu maklumat teologis yang sangat
penting bagi pengalaman kaum kecil dan tertindas Kedua kisah tentang Elisabet dan Hana
teristimewa perempuan. Teks yang masyur itu merupakan bagian dari kisah tentang masa kanak-
berbunyi: “Kamu semua yang telah dibaptis dalam kanak Yesus menurut Injil Lukas. Kisah tentang
Kristus telan mengenakan Kristus. Dalam hal ini Elisabeth tampil pada tempat paling awal dalam
tidak ada laki-laki dan perempuan, karena kamu Injil Lukas dan ditenun apik dalam kisah tentang
semua satu di dalam Kristus. Dan jikalau kamu Maria (Luk 1:39-45); sedangkan cerita tentang
adalah milik Kristus, Maka kamu juga adalah Hana berada pada penghujung kisah tentang masa
keturunan Abraham (dan tentunya juga keturunan kanak-kanak Yesus, pada waktu kanak-kanak
Sarah) dan berhak menerima janji.” (Gal 3:27-29). Yesus dipersembahkan di kenisah (Luk 2:36-
Teks ini mengungkapkan secara jelas paham paulus 38). Kedua perempuan ini, sama-sama terbilang
tentang kesatuan gender. Hal ini dapat dimengerti usur, sudah melewati usia untuk bisa memperoleh
dari konteks pertumbuhan sebuah kelompok baru keturunan: Elisabet hidup menikah namun
yang ingin merangkul semua orang sebagai murid- tidak mempunyai anak, sedangkan Hana hidup
murid Kristus yang sederajat dan semartabat dalam menjanda dan tidak mempunyai anak. Keduanya
nama Kristus. Hal yang bisa dilihat sebagai dasar menunjukkan kedudukan istimewa di dalam
kesetaraan ini adalah keterpautan dalam Tuhan: masyarakat: Elisabet, keturunan Harun, adalah istri
“Dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki- Zakharia yang termasuk dalam rombongan imam
laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Abia (1:5); sedangkan Hana adalah anak Fanuel
Jemali, Upaya Pastoral Untuk Meningkatkan Peran Kaum Perempuan ... 209

yang berasal dari suku Asyer, salah satu suku kedua mulai dalam ayat 8:6b, Yesus membungkuk
yang terbilang makmur di antara kedua belas suku dan menulis dengan jariNya di tanah, disusul
Israel (2:36). Keduanya juga dikenal oleh karena dengan perkataanNya kepada ahli-hali taurat dan
relasi mereka yang benar dengan Allah: Elisabet, orang-orang Farisi. Bagian yang terakhir ada dalam
demikian pula suaminya Zakharia, dilukiskan 8:8 di mana Yesus mengulangi lagi tindakan-Nya
sebagai orang “benar di hadapan Allah dan hidup seperti dalam bagian yang kedua, membungkuk
menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dan menulis dengan jarinya di tanah, diikuti
dengan tidak bercacat” (1:6); sedangkan Hana dengan perkataan-Nya kepada perempuan itu.
digambarkan sebagai orang yang tidak pernah Bagian ini diakhiri dengan Yesus yang membiarkan
meninggalkan kenisah dan siang malam beribadah perempuan itu pergi dengan selamat. Yesus tidak
kepada Allah dengan berdoa dan berpuasa (2:37). membiarkannya binasa tetapi menyelamatkannya
Dalam kisah-kisah tentang keduanya, tema tentang dari kegelapan (Galares, 2002: 55-57)
kehampaan dan kepenuhan, tentang kepercayaan
Perempuan Siro Fenesia (Mrk 7:24-30)
dan penantian yang sabar, tentang kesaksian dan
pemakluman, jalin-menjalin seumpama seutas Perempuan itu adalah seorang ibu yang
benang yang mempertautkan semua motif yang penuh kasih kepada anak perempuannya yang
saling terkait ke dalam satu tema sentral dalam sakit. Demi anaknya, dia berani menyeberangi
narasi ini –keselamatan dan pembebasan (Galares, tapal-tapal batas demi anak kesayangannya itu.
2002: 23-24). Hampir tidak ada kasih yang lebih kuat daripada
kasih seorang ibu. Namun kasih perempuan ini
Perempuan Samaria (Yoh 4:27-38)
mendapat ciri khas oleh karena penghampaan
Kisah tentang perempuan Samaria ini dirinya serta keberaniannya untuk berjuang demi
jelas merupakan upaya lain Yohanes untuk kebaikan orang lain yakni anak perempuannya.
menerangkan karunia Allah di dalam diri Kristus. Proses pengajuan permohonannya di hadapan Yesus
Dalam perjumpaan Yesus dengan perempuan membangkitkan di dalam dirinya sebentuk iman
Samaria ini, sang penginjil melukiskan karunia yang barangkali dahulunya tidak ia ketahui ada di
Allah itu sebagai “mata air pemberi kehidupan, sana, yakni iman yang pantang menyerah kepada
yang terus menerus memancar sampai kepada Allah yang belum pernah ia jumpai sebelumnya.
hidup yang kekal”; sebagai suatu “iabadat yang Allah pun menyembuhkan anaknya.
berkenan kepada Allah, yang adalah Roh,”suatu
Maria Ibu yang Setia (Yoh. 19:25-27)
ibadat dalam Roh kebenaran. Labih lanjut, sang
penginjil menandaskan bahwa makanan Yesus Bunda Maria dihormati di lingkungan
ialah melakukan kehendak Bapa, dan sebagian orang Kristen partama-tama karena ia adalah ibu
darinya ialah karya misioner di ladang-ladang yang Yesus yang digelari Kristus. Walaupun demikian,
sudah menguning dan matang untuk dituai. Namun, penghormatan yang sesungguhnya justru karena
sebelum masa panen itu tiba, perempuan Samaria bunda Maria tampil sebagai tokoh iman, yang
ini memainkan suatu peran yang tak terduga: ia mewujudkan perjuangan imannya itu dengan
akan menjadi orang pertama yang melaksanakan mengabdikan diri secara setia kepada karya
peran kerasulan dalam Injil (Yoh 4:27-38) (Galares, penyelamatan Allah sebagaimana dilaksanakan
2002: 53-55) oleh Yesus. Berkat iman itulah bunda Maria setia
mendapmpingi Anaknya yang berjuang dengan
Perempuan yang Berzinah (Yoh 8:1-11)
gigih mewartakan Kerajaan Allah. Kegigihan Yesus
Kisah ini terdiri dari tiga bagian yang ditata itu tentu bukan saja karena panggilan Allah yang
secara saksama, yang berawal dari kedatangan menjadi nyata sekali di dalamn kehidupanNya,
ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi sambil melainkan juga karena pembinaan iman dan
membawa kepada Yesus seorang perempuan yang pendampingan Bunda-Nya yang setia itu.
kedapatan berbuat zina, dan meminta Yesus untuk Sudah sewajarnya bila kini ibu itu juga
mengadili kasus-kasus tersebut (3-5). Bagian dihormati karena di bawah perlindungan ibu
210 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 10, Nomor 2, Juni 2018, hlm. 137-273

itu orang Kristen menemukan pendampingan Quadragesimo Anno. Menurutnya, kaum ibu yang
sampai kepada Yesus Kristus, yang menjadi pusat perhatiannya harus terpusat pada tugas-tugas
kehidupan orang Kristen. Lebih daripada itu, kewajiban rumah tangga, terutama wajib bekerja di
Bunda Maria juga menjadi pola perjuangan iman rumah, atau dekat-dekat di sekitarnya. Suster Maria
yang penuh kesetiaan, kegigihan, ketekunan, dan Riley menegaskan bahwa dalam dokumen tertentu
kesabaran. Oleh karena itu di bawah bimbingan para perempuan tidak dipandang sebagai orang
bunda Maria, orang Kristen bisa mengharapkan dewasa yang otonom. Kebiasaan mengidentikkan
pendidikan kesetiaan, justru karena ibu itu sendiri perempuan dengan anak-anak serta orang-orang
belajar dan mengajarkan kesetiaan iman kepada yang tergantung lainnya (seperti orang tua/cacat/
orang Kristen. Ibu itu bahkan sudah diserahkan jompo) ini diterima sebagai norma oleh banyak
secara resmi untuk menjadi ibu kaum beriman. karya Katolik, terutama Kitab Hukum Kanonik
Kisah penyerahan Bunda Maria sebagai ibu kaum (Kristiyanto, 2008:115).
beriman itu ditampilkan dalam Injil Yohanes 19:25- Paus Pius XII (1939-1958) mendesak
27 (Darmawijaya, 1998: 95-96). perlakuan yang sama terhadap laki-laki dan
Pengalaman-pengalaman pastoral kaum perempuan menyangkut masalah upah yang sama
perempuan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian bagi pekerjaan yang sama. Karyawan laki-laki
Baru menjadi inspirasi bagi perempuan masa kini memperoleh gaji yang lebih besar dari perempuan,
dalam berpastoral. Misalnya setia melayani Tuhan meski mereka melakukan jenis pekerjaan, lama
dan sesama, teguh hati dalam berdoa pribadi dan bekerja, keterampilan dan ijasah sama. Semua itu
bersama, berani memberikan kesaksian tentang dengan pertimbangan utama,bahwa laki-laki adalah
iman, hidup dalam cinta kasih, ramah tamah kepala keluarga dan dengan demikian menjadi
terhadap sesama, serta membangun persekutuan penanggungjawab utama bagi kehidupan keluarga.
yang berlandaskan pada cinta Tuhan. Kaum Oleh karena itu salah satu hal yang didesakkan
perempuan memiliki peran besar dalam kehidupan oleh Paus Pius XII adalah perlakuan yang sama
Menggereja dengan kualitas-kualitas pribadi yang terhadap laki-laki dan perempuan menyangkut
mereka miliki (Bergant dan Karris: 2002:94-95) masalah upah yang sama bagi pekerjaan yang sama
(Kristiyanto, 2008:112-116).
PANDANGAN PARA PAUS TENTANG Paus Yohanes XXIII mengungkapkan
KAUM PEREMPUAN bahwa setiap orang dianugerahi kemampuan untuk
Para Paus memiliki pandangan tersendiri berpikir dan berkehendak bebas serta memiliki
terkait dengan kehidupan kaum perempuan. Paus hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang bersifat
Leo XIII (1878-1903) dalam surat edarannya universal serta tidak boleh diperkosa, seperti
Rerun Novarum menyebut dua tema untuk misalnya hak-hak politis, ekonomis, sosial, kultural,
berbicara tentang kaum perempuan. Pertama, dan moral. Dengan memasukkan perempuan
perempuan itu sepertinya anak-anak, tergantung secara eksplisit dalam dokumen Pacem in Terris
dan membutuhkan perlindungan. Kedua, “demi Yohanes XXIII bermaksud mengajarkan, bahwa
kodratnya” perempuan itu terikat pada rumah perempuan memiliki hak-hak dan kewajiban yang
(rerun Novarum 43). Di dalam kenyataanya, sama sebagaimana laki-laki miliki (Kristiyanto,
pengalaman para perempuan tidaklah sejalan 2008:128).
dengan pandangan “idealistic” Leo XIII. Mereka Paus Yohanes Paulus II mengatakan
bekerja di luar rumah dan demikian juga anak-anak bahwa kita hendaknya menghormati secara khusus
sehingga muncul istilah “buruh perempuan” dan ibu-ibu yang memelihara dan dalam peristiwa-
“buruh anak-anak”. Mereka ini semua diajak dan peristiwa besar seperti saat mengandung dan
dirangkul untuk masuk dalam perserikatan buruh melahirkan seorang manusia. Peristiwa ini adalah
dan protes-protes yang bersifat politis (Kristiyanto, dasar pada mana pendidikan seorang insan
2008:112-114). dibangun. Pendidikan tergantung pada kepercayaan
Paus Pius XI melanjutkan garis pemikiran padanya, yang telah memberikan kehidupan
yang sama dalam ensikliknya (1931) yang berjudul (Kristiyanto, 2008:128).
Jemali, Upaya Pastoral Untuk Meningkatkan Peran Kaum Perempuan ... 211

KAUM PEREMPUAN DALAM AJARAN sikapnya untuk menerima dan menghargai


SOSIAL GEREJA kehadiran perempuan dan laki-laki di wilayah
liturgis. Gereja hendaknya memilih pelayan-
Dalam Konsili Vatikan II terlihat dalam tiga
pelayannya bukan berdasarkan gender. Melainkan,
penegasan Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes
berdasarkan talenta, karisma, kemampuan untuk
(Kristiyanto, 2008:121-122):
mewartakan Injil dengan baik kepada siapapun
a. Kaum perempuan menuntut kesamaan dengan yang paling membutuhkan pewartaan itu. Sebagai
kaum laki-laki berdasarkan hukum dan dalam komunitas yang menghayati hidup dalam kesetaaan,
kenyataan, bila kesamaan itu belum mereka Gereja memiliki wibawa untuk memperjuangkan
peroleh (9); kesetaraan dan keadilan dalam masyarakat. Kita
b. Pengembangan peranan sosial perempuann mesti mengakui bahwa akhir-akhir ini juga banyak
yang sewajarnya (52, sejajar dengan gagasan perempuan berperan dalam pelayanan religius,
tentang perannya dalam keluarga, bahwasanya juga pelayanan di sekitar altar. Umat mengenal
peran perempuan sebagai ibu tidak dipakai putri altar dan putri sakristi (Lan dalam Ujan dan
untuk merendahkan). Kirchberger (ed.), 2006:270-273).
c. Kaum perempuan memang sudah berperan serta Berbagai nilai yang dapat kita temukan
dalam hampir segala bidang kehidupan. Namun, dalam kehidupan perempuan adalah adanya cinta
sebaik-baiknya mereka mampu menjalankan kasih, mengikuti Yesus, melakukan pelayanan
peranan mereka sepenuhnya menurut sifat secara total dan rela berkorban. Nilai-nilai yang
keperempuanan mereka. Hendaknya siapa melekat dalam kehidupan kaum perempuan sangat
saja berusaha agar keterlibatan khas kaum bermanfaat bagi pelaksanaan karya pastoral
perempuan yang diperlukan bagi kehidupan Gereja. Gereja pun bisa menjalankan misinya
budaya diakui dan dikembangkan. melalui katekese tentang kaum perempuan,
Dalam surat apostolik Mulieris Dignitatem, seminar, sinode, sharing Kitab Suci, pelatihan
Yohanes Paulus II mengungkapkan bahwa laki-laki dan penyadaran terkait posisi perempuan dalam
dan perempuan saling memandang bahwa yang kehidupan bermasyarakat dan menggereja.
satu adalah “aku yang lain dalam kemanusiaan Gereja Berupaya Menemukan dan
yang sama”. Sejak awal mereka tampil sebagai Meningkatkan Kekuatan Kaum Perempuan
kesatuan dari dua orang (MD, Maret 1994). Gereja Memberi Kesempatan kepada Kaum
Perempuan untuk Setia dalam Pelayanan
UPAYA PASTORAL UNTUK Salah satu karakter yang melekat dalam
MENINGKATKAN PERAN KAUM kehidupan kaum perempuan adalah mereka setia
PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN dalam pelayanan. Misalnya, sebagai seorang ibu
MENGGEREJA rumah tangga dan ibu keluarga, seorang perempuan
akan selalu setia melayani keluarganya dan selalu
Praksis Pastoral Gereja berusaha memberikan yang terbaik. Kalau kita
Gereja pada prinsipnya memiliki lihat profil dari tokoh-tokoh perempuan dalam
keterbukaan terhadap keterlibatan semua umat Kitab Suci maka mereka dekat dengan Allah
dalam pewartaan Kerajaan Allah, termasuk kaum karena kesetiaan mereka terhadap Allah. Mereka
perempuan. Gereja turut terlibat membela hak- menjalankan praktik beriman yang dikehendaki
hak kaum perempuan. Bersedia berada di samping Allah.
mereka. Gereja kiranya tidak melupakan sejarah Kalau kita menilik lagi teks Kitab Suci
bahwa perempuan-perempuan telah ikut ambil maka kesetiaan kerap kali dihubungkan dengan
bagian dalam pengembangan kehidupan jemaat. sifat Allah. Meskipun terkadang manusia tidak
Kesadaran historis mengenai peran perempuan setia namun Allah tetap setia. Kesetiaan Allah itu
dalam liturgi Gereja perlu dimiliki oleh umat. erat sekali hubungannya dengan kerahiman atau
Oleh kesadaran itu umat diharapkan berkembang kasih karunia yang dinyatakan kepada manusia
212 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 10, Nomor 2, Juni 2018, hlm. 137-273

(Kej 24:27, Kel 34:6-7, Mzm 31:6, Why 3:14). Kristus dan Yesus juga yang menjadi penentu
Kesetiaan Allah dihubungkan secara erat sekali keselamatan manusia. Iman menjadi kata kunci
dengan kebaikan, sifat dan sikap Allah yang dalam menghayati dan melaksanakan kesetiaan
menyenangkan (Darmawijaya, 1989: 47-53). Di Allah. Iman tersebut mendapat kekuatan dalam
mana ada kesetiaan, maka di situ juga akan ada Roh Allah sendiri.
kebaikan dan praksis hidup yang menyenangkan. Lalu, bagaimanakah hubungan kesetiaan
Umumnya kaum parempuan seringkali yang merupakan salah satu kekayaan kaum
dikategorikan sebagai figur yang sangat taat. Taat perempuan dalam hubungannya dengan pelayanan
untuk melayani kebutuhan keluarga. karya pastoral Gereja? Gereja juga dalam karya
Perbuatan yang menunjukkan saling setia pastoralnya mesti menghidupkan semangat
–seperti kesetiaan sendiri juga – menumbuhkan “kesetiaan” tersebut. Setia melayani semua umat
hubungan baik, tetapi sekaligus juga meminta dengan segala situasi mereka. Dalam kesetiaan
kewajiban. Allah konsisten dengan kesetiaannya. tersebut, Gereja mesti memberikan dirinya secara
Kasih karunia Allah itu tidak ditarik, meskipun Israel total. Dengan demikian, karya misi Allah mendapat
serinngkali gagal dan jatuh. Sebagaimana matahari pemenuhannya. Sama seperti Allah yang konsisten
tidak berhenti menyalurkan sinarnya, meskipun dengan kesetiaannya, maka Gereja juga mesti
berada di belakang awan yang menutup penglihatan, konsisten dengan kesetiaannya.
demikian juga Allah tetap memancarkan sinarnya Kesetiaan Gereja sebagai buah iman
bagi bangsa yang dicintainya, meskipun mereka itu kepada Allah akan tampak jika diwujudkan dalam
menutup hati seperti mendung yang tebal. Paulus kehidupan sehari-hari. Praksisnya adalah kesetiaan
memaparkan kasih karunia Allah sebagai berikut membuahkan kesaksian dalam bidang etis dan
(Darmawijaya, 1989: 53-60): sosial (Bdk. Chang, 2002:48-49).
a. Manusia berdosa, gagal menanggapi rahmat Pertama, pada bidang etis: hidup iman
dan kasih karunia Allah namun berkat kasih sebagai kesaksian berarti pemahaman kembali
karunia Allah itu pula Allah mengaruniakan hidup moral kristiani. Berdasarkan iman akan
kemualiaan yang agung lewat Yesus Kristus, sabda dan rahmat ilahi, orang Kristen akan menjadi
yaitu cintaNya yang kekal dan berkuasa saksi yang setia. Kesetiaan kepada Allah pada
membangun kehidupan baru. waktu yang sama menunjukkan kesetiaan kepada
b. Yesus kristus menjadi penentu karya Allah diri sendiri. Kesaksian dan kesetiaan orang Kristen
yang menyelamatkan karena dalam diri dengan sendirinya mengungkapkan diri si pemberi
Yesus Kristus itu, karya kasih Allah menjadi kesaksian sebagai ciptaan baru di dalam dirinya
sangat pribadi sifatnya, dan dengan demikian dan di dalam Kristus (2 Kor 5:17).
menuntut tanggapan pribadi pula. Kedua, dalam bidang hidup sosial.
c. Iman yang menjadi landasan sikap menerima Kesaksian dan kesetiaan iman orang Kristen akan
kasih karunia itu, dan yang menyebabkan orang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keadaan
sampai menerima penyelamatan Allah. hidup sosial politik dalam suatu masyarakat aatau
d. Kasih karunia Allah itu dilestarikan dalam Negara. Dalam kehidupan sosial ini, iman kristiani
kehidupan orang beriman oleh kekuatan Roh kita tak bisa tinggal sebagai teori ilmu pengetahuan
Allah, yang juga adalah Roh Yesus Kristus; belaka, namun harus diwujudkan dalam cara pikir
Roh itu dihadirkan terus-menerus di dalam dan tindak tanduk yang nyata.
kehidupan jemaah yang perdana. Gereja Memberi Kesempatan kepada Kaum
Pernyataan yang diungkapkan Paulus Perempuan untuk Teguh dalam Iman
memiliki beberapa poin penting yang bisa kita Dalam pelayanan pastoralnya, Gereja
hubungkan dengan kesetiaan dalam pelayanan memiliki banyak tantangan. Tantangan itu bisa
pastoral Gereja. Poin-poin tersebut adalah datang dari dalam (internal) tetapi juga bisa dari
kesetiaan Allah yang mengabadi dalam diri Yesus luar (eksternal). Tantangan internal misalnya, krisis
Jemali, Upaya Pastoral Untuk Meningkatkan Peran Kaum Perempuan ... 213

iman, Gereja acuh tak acuh terhadap kenyataan Gereja Memberi Kesempatan kepada Kaum
sosial politik kemasyarakatan dan tidak membela Perempuan untuk Solider dengan Orang Lain
kepentingan rakyat kecil dan tertindas. Tantangan Kaum perempuan sangat terkenal dengan
eksternal adalah munculnya berbagai ancaman sentuhan-sentuhan kasihnya. Sebagai misal, Bunda
dari kelompok-kelompok fanatik agama lain yang Maria sangat mengasihi Yesus Kristus dan umat
hendak memecah belah persatuan dan kesatuan manusia. Begitu juga kaum perempuan lain yang
orang Kristen. Berhadapan dengan kenyataan diceritakan oleh Kitab Suci. Dalam sentuhan kasih,
seperti itu maka Gereja perlu memperkuat dan mereka berusaha memberikan perhatian yang total.
memperteguh iman umatnya. Ada hubungan yang sangat erat antara sentuhan
Kalau kita menillik lagi pada praktik kasih dan perhatian; antara ibu dan seorang anak.
hidup kaum perempuan yang ada dalam Kitab Seorang anak ketika masih kecil akan berusaha
Suci dan latar lahirnya feminisme, maka mereka mencari cinta dan perhatian ibunya. Kita mesti
kerapkali diperlakukan tidak adil oleh masyarakat. berani meninggalkan keegoan dan berusaha untuk
Perlakuan yang tidak adil tersebut bisa merusak benar-benar hadir bagi orang yang ada di sekeliling
dan menghancurkan keberadaan mereka yang kita.
semestinya mendapat kehormatan sebagai makhluk Para Uskup Katolik pada Konsili Vatikan
berharkat dan bermartabat. Di tengah situasi seperti II memulai dokumen mereka yang berdaya tilik
itu, Allah memberi peneguhan kepada mereka Gereja dalam Dunia Modern dengan lukisan
untuk setia kepada iman mereka. Peneguhan ini tentang belas kasih manusiawi berikut ini (GS 1):
membuka ruang untuk mereka setia mencintai “Kegembiraan dan pengharapan, kedukaan dan
kehidupan. kegelisahan orang-orang zaman sekarang, terutama
Dalam kenyataan yang lebih sederhana, orang-orang yang miskin dan tertimpa derita , entah
kaum perempuan seringkali mendukung anak- besar entah kecil, semuanya itu juga kegembiraan
anak dengan peneguhan-peneguhan yang mereka dan pengharapan, kedukaan dan kegelisahan
lakukan. Oleh karena itu, sama seperti Allah para pengikut Kristus. Sesuangguhnya, tidak ada
dan kaum perempuan, Gereja juga mesti berani perkara yang betul-betul bersifat manusiawi yang
melakukan peneguhan kepada umat yang mungkin tidak bergema di dalam hati mereka” (McGinnis,
mengalami krisis iman. Peneguhan menjadi salah 1997:139-140).
satu aktivitas kunci dalam pelayanan pastoral.
Barangkali tempat yang paling sukar dan paling Gereja Memberi Kesempatan kepada Kaum
baik, untuk mempraktikkan cinta kasih yang Perempuan untuk menghidupkan Keramahan
sebagai Saudara dalam Tuhan
tak bersyarat adalah di antara orang-orang yang
paling dekat dengan kita: orang yang hidup/tinggal Keramahan juga merupakan salah satu
bersama kita, yang bekerja bersama kita. Kita kekuatan perempuan dalam kehidupan bersama.
lebih banyak melihat kekurangan mereka daripada Ketika orang-orang masuk dalam rumah maka
kekuatan dan segi baik mereka. perempuan akan berusaha melayani dengan
Gereja dalam praksisnya sarat dengan ajaran penuh keramahan. Hal ini juga didukung oleh
kepedulian sosial. Esensi ajaran Kristen yang kebudayaan kita yang sangat melekat dengan
ditemukan dalam total kepelbagaian kesaksian tradisi keramahtamahan. Membuka rumah kita
Kitab Suci adalah panggilan kepada manusia kepada orang lain adalah cara untuk membuka hati
untuk menjawab kepedulian Allah terhadap kita. Orang lain itu bisa tetangga, kawan anak-anak,
manusia dalam bentuk kepedulian terhadap sesama pengunjung dari luar kota, anak belasan tahun.
manusia. Dalam sudut pandang itu, memberikan Bisa juga orang tuna wisma yang memerlukan
kekuatan dan peneguhan dalam praksis pastoral tumpangan, sanak saudara yang sudah lanjut usia.
Gereja merupakan jawaban akan panggilan Allah Menyediakan diri dan barang milik kita, khususnya
dan kepedulian akan situasi sosial (Ngelow, 2004: rumah, mengubah hati kita sedikit demi sedikit
162-164). (McGinnis, 1997:141).
214 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 10, Nomor 2, Juni 2018, hlm. 137-273

Dalam pelayanan pastoralnya, Gereja juga seluruh kepribadiannya. Cinta akan Allah dilihat
mesti terbuka terhadap semua orang. Ketika semua sebagai ‘kesetiaan’, ‘ketaatan’ dan keikhlasan yang
orang datang kepadanya, maka gereja pun mesti ditampakkan dengan melaksanakan kehendak
menerimanya dengan penuh keramahan. Gereja Tuhan. Cinta akan Tuhan tidak hanya di mulut saja,
bukan institusi yang membuat orang takut tetapi tapi sungguh ditunjukkan dalam perbuatan nyata.
menjadi tempat yang selalu tumpuan pertama Kehendak Tuhan ini diwujudkan dalam bentuk
dan terakhir dalam mengatasi berbagai persoalan perjanjian yang mengikat manusia. Yahweh adalah
kehidupan. Berusaha memandang dengan ramah Allah yang hidup. Dia menuntut cinta total dan
berarti mengalami perasaan yang medalam. eksklusif, sebab Tuhanlah sumber kebaikan. Hati
Berkisar dari perasaan mali ke perasaan takut, orang-orang Israel harus memelihara dengan teguh
ke belas kasih, dan ke cinta kasih (McGinnis, perintah untuk mengasihi Tuhan dengan seluruh
1997:142). Pandangan yang ramah adalah seni hidup, perasaan dan kemampuan manusiawi.
memperhatikan dari Gereja. Memperhatikan apa Pengakuan iman yang diungkapkan dalam
yang ada di depannya adalah suatu cara berdoa. teks-teks tersebut merupakan khasanan dalam
Pandangan yang ramah berarti menikmati Allah praksis pastoral Gereja. Gereja perlu secara total
dengan memperhatikan secara langsung apa yang mengimani Allah dengan melibatkan secara total
ada di depan matanya. jiwa dan raganya. Oleh karena itu Gereja tidak
perlu takut menghadapi berbagai tantangan karena
Gereja Memberi Kesempatan kepada Kaum Tuhan yang Esa akan melindungi manusia dengan
Perempuan untuk Mencintai Tuhan dan Sesama cinta kasihNya.
Komponen cinta kasih merupakan hal Dalam Kitab Imamat 19:18 tertulis:
yang khusus dalam agama Kristen dan manusia. “Janganlah engkau menuntut balas, dan
Cinta kasih menjadi tolok ukur dalam kehidupan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang
bersama. Usaha kaum perempuan yang diceritakan sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu
dalam Kitab Suci juga secara nyata perwujudan manusia seperti dirimu sendiri; akulah Tuhan”.
akan cinta kasih Yesus Kristus. Berikut akan Siapakah sesamaku dalam konteks di atas?
dideskripsikan pandangan biblis tentang Kitab Suci Sesama di sini adalah siapa saja dari komunitas
dan akan dihubungkan dengan kehidupan kaum Israel. Gagasan sesama ini harus menghubungkan
perempuan serta praksis pastoral pelayanan Gereja anggota-anggota masyarakat. Ini juga terbuka
dalam kehidupan nyata (Chang, 2002:78-79). bagi orang-orang asing yang tinggal di Palestina.
Menicintai sesama menjadi tingkah laku atau
Dalam Perjanjian Lama, perintah cinta
atau sikap global persaudaraan. Darah, sejarah,
kasih yang disampaikan Tuhan bermakna ganda.
tradisi religius dan iman ternyata mempertautkan
Dalam Kitab Ulangan 6:4-5 tertulis: “Dengarlah
orang-orang Israel sebagai suatu kesatuan. Sesama
hai orang Israel: ‘Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu
manusia haruslah dipandang sebagai diri sendiri.
Esa! Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap
Gereja juga terbuka berdialog dengan
jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”. Itu
komunitas-komunitas dan agama-agama lain.
berarti mengasihi Allah dilakukan secara total
Dengan demikian Gereja mencintai semua umat
yang melibatkan jiwa dan kekuatan. Tidak ada
manusia tanpa ada dendam atau melakukan tindakan
toleransi terhadap penyembahan bagi allah lain.
kekerasan. Gereja juga terbuka terhadap orang-
Sebagai pengkotbah yang ingin menasehati,
orang yang mencintainya. Tindakan Tuhan sendiri
pengarang Kitab Ulangan ingin menunjukkan
yang telah mengasihi umat-Nya menjadi cirri khas
pengakuan iman monoteistik akan Yahweh yang keberadaan Tuhan. Kebaikan Tuhan dilukiskan
unik. Tak ada tempat penyembahan berhala bagi dalam Mz 135. Pada masa para nabi, cinta kasih
orang beriman Israel, sebab mereka mengakui dilukiskan dalam bentuk tali perkawinan: “ … Aku
dan mengimani hanya ada satu Tuhan. Di sini teringat akan kasihmu pada masa mudamu, akan
ditekankan sikap dasar untuk mencintai Tuhan cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin,
dengan segenap hati, jiwa dan tenaga. Atau, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang
manusia diminta untuk mencintai Tuhan dengan gurun,, di negeri yang tiada tetaburannya”.
Jemali, Upaya Pastoral Untuk Meningkatkan Peran Kaum Perempuan ... 215

Dalam Perjanjian Baru, cinta kasih mendapat Cinta akan Tuhan, selain tercermin dalam
aktualitasnya ketika Yesus Kristus menjadikannya cinta akan sesama, juga tampak dalam sikap dasar
sebagai hukum yang pertama dan utama (Chang, penghormatan dan pemujaan Tuhan yang lahir
2002:80-81). Cinta ilahi menurut PB diungkapkan dari kerendahan hati yang murni dan pengakuan
dalam tindakan unik ini: Yesus datang untuk hidup akan ketergantungan mutlak kita pada cinta
sebagai Tuhan Allah dan manusia dalam suatu dialog Tuhan. Tingkah laku akan mengarahkan hidup
cinta antara Tuhan dengan manusia. “Karena bagitu kita kepada ucapan syukur dan terimakasih atas
besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah segala anugerahnya, atas keindahan ciptaan dan
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya kegembiraan karya penyelamatan. Cinta akan
setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh Tuhan oleh Gereja seharusnya ditampakkan dalam
hidup kekal (Yoh 3:16). Yohanes menggarisbawahi kehidupan sehari-hari. Sabda ilahinya Gereja
sumber dan asal muasal cinta kasih adalah Tuhan. pelihara dan wujudkan, sesama Gereja cintai
Dalam hal ini, bukanlah manusia yang mencintai dan tugas-tugas penghormatan dan pemujaan
Tuhan, melainkan Tuhanlah yang lebih dulu Tuhan Gereja laksanakan dalam kehidupan
mencintai manusia dengan mengutus Putera-Nya sehari-hari. Sebagai komunitas beriman Gereja
untuk menyilih dosa-dosa manusia (1 Yoh 4:10). bertanggungjawab atas tindakannya, sehingga
buah tindakannya itu sungguh mencerminkan cinta
Injil sinoptik seringkali menekankan
kasih Gereja akan Tuhan yang menganugerahkan
anugerah mutlak cinta kasih Tuhan. Pernyataan
segala-galanya kepada manusia (Chang, 2002:94-
cinta kasih Tuhan bagi pra pendosa lebih bernada
95).
skandal bagi telinga orang-orang Yahudi dan
bagi telinga orang-orang kafir. Menanggapi sikap Gereja Memberi Kesempatan kepada Kaum
orang-orang Farisi terhadap Yesus, ketika mereka Perempuan untuk Taat dalam Menjalankan
melihat Yesus makan bersama pemungut cukai dan Perintah Tuhan
pendosa, Yesus berkata: “Bukan orang sehat yang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah ketaatan berasal dari kata dasar taat, yang memiliki
dan pelajarilah arti firman ini: yang Kukehendaki arti: senantiasa tunduk (kepada Tuhan, pemerintah,
adalah belas kasihan dan bukan persembahan, dsb); patuh (contoh: Kol 3:20 mengungkapkan, “hai
karena aku datang bukan untuk memanggil orang anak-anak, taatilah orang tuamu karena itulah yang
benar, melainkan orang berdosa” (Mat 9:12-13) indah di dalam Tuhan); tidak berlaku curang; setia
(Chang, 2002:81). (contoh: ia adalah seorang anak yang taat); saleh;
Cinta kasih merupakan keseluruhan tingkah kuat beribadah (contoh: Jadilah Anda seorang anak
laku manusia yang disampaikan kepada kita yang taat kepada Allah) (KBBI, 2003:1392).
melalui pewahyuan cinta Allah, yang diungkapkan Kalau ditilik secara teologis, maka ketaatan
dalam penderitaan sukarela Kristus. Cinta kasih (obedience) adalah “kesediaan untuk tunduk kepada
mendapat keistimewaan di antara semua keutamaan hukum atau perintah atau menerima pernyataan
lain, sebab cinta kasih itu sendiri adalah universal yang dikemukakan oleh pimpinan sebagai hal
dalam jangkauannya dan hadir sebagai janatung yang benar”. Dalam definisi ini, ketaatan menjadi
atau bentuk batiniah semua keutamaan. Cinta kasih sebentuk kesediaan untuk mengakui eksistensi atau
membuka diri manusia bagi seluruh kenyataan. keberadaan pimpinan. Perintah yang dilaksanakan
Ternyata tak ada kenyataan apapun yang tak bisa berdasarkan pada kesediaan untuk menjalankannya.
menjadi obyek cinta kasih kita. Sebagai jantung Dalam konteks pandangan terhadap Allah, hanya
batiniah semua keutamaan, cinta kasih memberikan Allah yang mempunyai kekuasaan tertinggi dan
kekhasan dan bentuk moral kepada keutamaan mutlak. Manusia dalam tingkat dan kadar tertentu
lain. Hanya cinta kasih yang memberikan bentuk turut mengambil bagian dalam kekuasaan ilahi.
keutamaan sebagai keutamaan. Gereja dalam hal Dalam menjalankan kehendak Bapa-Nya, Kristus
ini menjadikan cinta kasih sebagai paradigma dasar “taat sampai mati” (Fil 2:8; lbr 5:8). Ketaatan
dalam karya pastoralnya (Chang, 2002:90-91). Kristus memberikan kepada kita contoh sempurna
216 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 10, Nomor 2, Juni 2018, hlm. 137-273

tentang ketaatan penuh kasih (Yoh 15:10). Ketaatan retak dan disharmoni akan terjadi. Relasi antara
juga dihubungkan dengan iman. Itu berarti ketaatan manusia dan Allah tampak juga dalam relasi antara
kepada Allah dan perintah-perintah Ilahi-Nya (Mat anak dengan seorang ibu (orang tua). Kalau anak
7:21; Rm 1:5; 16:26 (https://www.scribd.com/ taat terhadap orang tua maka harmoni tetap terjaga;
doc/131392452/Ketaatan-Obedience, diakses pada dalam arti ada upaya untuk saling menghargai
tanggal 28 Maret 2018). satu dengan yang lain. Diskursus ketaatan dan
John Anthony Hardon, seorang teolog Yesuit, ketidaktaatan (dalam relasi antara anak orang tua
mendefinisikan ketaatan sebagai berikut: ”Ketaatan atau antara manusia terhadap Allah) merupakan
adalah kebajikan moral yang mencondongkan hal yang sering diungkapkan dalam Kitab Suci.
kehendak agar tunduk kepada kehendak yang lain Oleh karena itu penulis mendeskripsikan ketaatan
yang mempunyai wewenang untuk memerintah”. seorang ibu dalam membimbing dan menjaga
Ada orang lain yang memiliki otoritas lebih tinggi anak-anaknya dalam konteks biblis.
dan memiliki kekuasaan. Hardon menerangkan: Dalam pemahaman penulis, yang juga
“Ketaatan kepada Allah adalah tanpa batas, tidak kalah pentingnya adalah bagaimana peran
sedangkan ketaatankepada manusia dibatasi dari seorang perempuan dalam mendidik anak
oleh hukum yang lebih tinggi yang tidak boleh sehingga anak-anak juga memiliki respek terhadap
dilanggar, dan oleh kompetensi atau otoritas dia keberadaan orang tua. Melalui bimbingan Roh
yang memberikan perintah” (https://www.scribd. Kudus, Salomo menuliskan kitab Amsal yang di
com/doc/131392452/Ketaatan-Obedience, diakses dalamnya terdapat suatu pernyataan penting yang
pada tanggal 28 Maret 2018). berhubungan dengan hal ini yaitu, “Didiklah anak-
Ketaatan juga memiliki hubungan yang anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman
sangat erat dengan penghormatan. Kata “hormat” kepadamu” (Amsal 29:17). Dalam kesempatan
berasal dari kata Ibrani “kabed” yang berarti yang lain Salomo juga berkata, “Didiklah anak-
menghormati atau memuliakan. Kewajiban seorang anakmu pada jalan yang patut baginya, maka pada
anak menghormati orang tuanya mempunyai dua masa tuanya-pun ia tidak akan menyimpang dari
dimensi yaitu anak harus menghormati orang tua jalannya” (Amsal 22:6). Berdasarkan kemaha-
dan memperhatikan segala kebutuhan fisik mereka tahuanNya, Allah mengilhami pernyataan Salomo
(Sanjaya dalam Hadiarto (ed.), 2013: 189-190). ini untuk diperhatikan dan dilakukan oleh para
orang-tua (ibu) demi masa depan anak-anak. Dalam
Berdasarkan beberapa definisi tersebut,
Perjanjian Lama juga, orang Yahudi melihat bahwa
penulis dapat mengungkapkan bahwa ketaatan
mendidik anak sejak kecil merupakan tugas yang
adalah kesediaan untuk patuh terhadap otoritas
dipercayakan oleh Allah kepada orang tua. Dalam
yang berwenang (orang tua, Allah, pemerintah).
berbagai peristiwa yang penting dalam perjalanan
Konsekuensi dari ketaatan tersebut adalah
Israel sebagai sebuah bangsa, Allah berkenan hadir
seseorang harus senantiasa menjalankan perintah
dan menunjukkan kasihNya. Allah memberikan
secara keseluruhan. Namun, bukan dengan
perintah agar para orang tua mendidik anak-anak
keterpaksaan (ketaatan buta) tetapi dengan
mereka dalam iman akan Allah (Marsunu, dalam
kebebasan yang disertai tanggung jawab.
Hadiarto (ed.) 2013:169-184).
“Ketaatan” merupakan salah satu kata
Keluarga merupakan salah satu institusi
kunci dalam menelisik hubungan antara Allah dan
penting dalam kehidupan umat Israel. Sebagai
manusia. Dengan adanya ketaatan, maka harmoni
satu institusi, kehidupan berkeluarga selalu ditata
tetap terjaga. Oleh karena itu manusia mesti taat
supaya sesuai dengan kehendak Allah. Oleh karena
terhadap hukum-hukum dan perjanjian-perjanjian
itu ada aturan yang menuntun dan termaktub dalam
yang dilakukan bersama Allah. Lawan dari ketaatan
Dekalog terutama bagaimana hubungan ketaatan
adalah adanya ketidaktaatan. Ketidaktaatan tampak
anak dengan orang tua (Harun, dalam Hadiarto
dalam sikap tidak saling menghargai, sombong,
(ed.), 2013:161-162):
menganggap rendah orang lain, dan tidak melihat
yang lain sebagai bagian dari keluarga atau saudara. 1. Anak yang bijak mendatangkan sukacita
Kalau manusia tidak taat maka hubungan menjadi kepada ayahnya, tetapi anak yang bebal adalah
Jemali, Upaya Pastoral Untuk Meningkatkan Peran Kaum Perempuan ... 217

kedukaan bagi ibunya (Ams 10:1; juga 15:20; Katolik agar keluarga betul-betul disebut gereja
17:25). rumah tangga. Dalam hubungannya dengan ini
perlu dipupuk ketaatan. Suami taat kepada istrinya;
2. Anak yang menganiaya ayahnya atau mengusir
begitupun sebaliknya, sementara anak-anak juga
ibunya, memburukkan dan memalukan diri
mesti taat kepada ayah dan ibu mereka.
(19:26, 20:20, 28:24, 30:11,17).
Keluarga juga merupakan persekutuan
3. Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan pembela Kehidupan. Dalam hal ini Allah memanggil
engkau, dan janganlah menghina ibumu kalau laki-laki dan perempuan untuk menjadi satu daging.
ia sudah tua. Ayah seorang yang benar akan Keduanya mengambil bagian dalam cinta kasih dan
bersorak-sorak; yang memperanakkan orang- kebahagiaan-Nya, dengan melahirkan kehidupan
orang yang bijak akan bersukacita karena yang baru ( prokreasi ). Secara istimewa mereka
dia. Biarlah ayahmu dan ibumu bersukacita, mengambil bagian dalam karya penciptaan-Nya
biarlah beria-ria dia yang melahirkan engkau seperti yang dikatakan dalam Kej 1:28: “Beranak
(23:22,24-25; dan lain-lain). cuculah dan bertambah banyak dan penuhlah muka
Ada beberapa bentuk tanggung jawab orang bumi dan taklukkan dunia”. Dan hendaklah anak-
tua bagi pendidikan anak dalam keluarga Israel. Di anak mereka sebagai anak yang dikasihi oleh Allah
sini kita menemukan bahwa ketaatan kepada orang sendiri (bdk Ef. 3:5). Di sini tugas suami istri ialah
tua dihubungkan dengan ketaatan kepada Allah melahirkan anak dan membesarkan anak-anak dan
(http://KamKik.blogspot.com//2013/08/moral- juga mendidik mereka dengan penuh tanggung
dekalok.html,diakes 25 Mei 2018), seperti: jawab.
a. Agar pada masa tuanya, sang anak ”Tidak akan Anak merupakan penerus atau warisan
menyimpang dari jalan Tuhan”: Amsal Salomo yang diberikan oleh Tuhan untuk menjaga
22:6 ”Didiklah orang muda menurut jalan yang dan melestarikan bumi yang Dia ciptakan.
patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia Konsekuensinya, orang tua harus mampu
tidak akan menyimpang dari pada jalan itu ”. mempercayakan tugas yang diberikan Allah dengan
mendidik anak-anak dengan baik. Kesetiaan dalam
b. Agar dapat memberi ketentraman bagi orang membela kehidupan juga menjadi contoh yang baik
tua. Amsal Salomo 29:17 ”Didiklah anakmu, bagi anak-anak dalam kehidupan bersama.
maka ia akan memberikan ketentraman
kepadamu, dan mendatangkan sukacita
kepadamu. Hal penting dalam pendidikan anak KESIMPULAN
adalah:
Gereja memiliki kewajiban untuk
c. Mereka tidak akan menyimpang dari jalan menemukan kekuatan yang terdapat dalam diri
Tuhan kaum perempuan dan berupaya untuk menemukan
d. Mereka memberikan ketentraman metode yang tepat. Ada beberapa praksis pastoral
yang bisa dilakukan dalam meningkatkan
e. Mereka memberikan sukacita kepada orang tua keterlibatan kaum perempuan dalam kehidupan
mereka. menggereja. Dengan demikian, kaum perempuan
Keberadaan keluarga berawal dari suatu selalu merasa bahwa mereka juga memiliki hak
kesepakatan perkawinan. Laki-laki dan perempuan yang sama dalam kehidupan menggereja. Kitab Suci
saling menyerahkan diri dan saling menerima Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menceritakan
untuk membangun rumah tangga. ”Sebab itu kisah-kisah tentang kaum perempuan. Hal yang
seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya sama juga bagi para Paus dan Ajaran Sosial
dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga Gereja yang memiliki pandangan positif terhadap
keduanya menjadi satu daging” (Kej. 24; Mat.19:5- eksistensi kaum perempuan. Dari kisah-kisah
6a). Suami istri dipanggil untuk membangun hidup tersebut, tampak peran kaum perempuan dalam
yang baik bagi keluarganya, yang bisa mendidik memaklumkan kehendak Allah. Kisah-kisah ini
dan membesarkan anak-anak mereka dengan iman juga menjadi inspirasi sekaligus tonggak bagi
218 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio, Volume 10, Nomor 2, Juni 2018, hlm. 137-273

Gereja dalam meningkatkan peran dan keterlibatan Hardianto, Jarot (ed.). 2013. Keluarga Bersekutu
kaum perempuan. Ada banya nilai keperempuanan dalam Sabda. Jakarta: Lembaga Biblika
(cinta kasih, ketaatan, pengorbana, keteguhan, Indonesia.
pelayanan) menjadi kekuataan bagi Gereja untuk Hommes, Anne. 1992. Perubahan Peran Pria dan
terus berkembang sesuai dengan kehendak Allah. Wanita dalam Gereja dan Masyarakat.
Yogyakarta: Kanisius.
https://www.scribd.com/doc/131392452/Ketaatan-
DAFTAR RUJUKAN Obedience
Bergant, Dianne dan Robert Karris. 2002. Tafsir http://KamKik.blogspot.com//2013/08/moral-
Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta: dekalok.html
Kanisius. Kristiyanto, Eddy. 2008. Sakramen Politik:
Bergant, Dianne dan Robert Karris. 2002. Tafsir Mempertanggungjawabkan Memoria.
Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Yogyakarta: Lamalera.
Kanisius. KWI. 1995. Katekismus Gereja Katolik. Ende:
Chang, William. 2002. Menggali Butir-Butir Arnoldus.
Keutamaan. Yogyakarta: Kanisius. Lan, Jap Fu. 2006. “Sebuah Refleksi Keberadaan
Perempuan dalam Wilayah Liturgis
Clifford, Anne M. 2002. Memperkenalkan Teologi
Gereja”, dalam Bernadus Boli Ujan dan
Feminis. Maumere: Ledalero.
Georg Kirchberger. Liturgi Relevan dan
Darmawiyata, St. 2003. Perempuan dalam Autentik. Maumere: Ledalero.
Perjanjian Lama, Yogyakarta: Kanisius. McGinnis, James. Menjadi Pembawa Damai.
Darmawiyata, St. 1991. Perempuan dalam Yogyakarta: Kanisius, 1997.
Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Ngelow, Zakaria J. 2004. “Hamba Kehidupan:
Darmawiyata, St.1998. Kesetiaan Suatu Tantangan. Spiritualitas Kehidupan Sosial Kristen”,
Yogyakarta: Kanisius. dalam Interfidei, Seri Dian II Tahun 1.
Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Galares, Judette A. 2002. Model-Model Keberanian
Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa
Perempuan dalam Perjanjian Baru.
Indonesia. Jakarta: Depdikbud Balai
Maumere: LPBAJ.
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai