Anda di halaman 1dari 15

Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN: 2548-7558 (online)

http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI ISSN: 2548-7868 (cetak)

PERDEBATAN PERANAN WANITA DALAM ORGANISASI KRISTEN:


TINJAUAN TERHADAP ISU KEPEMIMPINAN KONTEMPORER

Elkana Chrisna Wijaya


Sekolah Tinggi Teologi Internasional Harvest Semarang
Rukan Mutiara Marina No. 40 – Semarang Barat, 50144
Email:chrisna.wijaya@yahoo.co.id

Abstraksi: Elkana Chrisna Wijaya, Perdebatan Peranan Wanita Dalam Organisasi Kristen: Tinjauan
Terhadap Isu Kepemimpinan Kontemporer.Perdebatan mengenai peranan wanita, terus menjadi sorotan
dari berbagai pihak, baik dari pihak yang pro terhadap kebebasan wanita untuk berperan dalam dunia
kepemimpinan, maupun dengan pihak yang kontra terhadap persoalan tersebut. Bagaikan benang kusut
yang tidak kunjung terurai, tanpa disadari perdebatan tersebut telah berlangsung lebih dari dua dekade.
Tinjauan terhadap isu kepemimpinan kontemporer ini, di samping mengemukakan pandangan atau paham
yang pro dan kontra terhadap isu tersebut, juga menyatakan keberadaan dan perkembangan peranan
wanita dalam organisasi Kristen, khususnya dalam ranah kepemimpinan. Hasil daripada tinjauan tersebut
memberikan pemahaman bahwa efektif atau tidaknya seorang pemimpin, bukan didasarkan pada gender
seseorang. Meskipun tidak dapat memberikan solusi bagi perdebatan yang berlangsung, namun
diharapkan penulisan ini dapat memberikan kontribusi yang berartibagi masing-masing pihak. Selain itu,
juga dapat memberikan kontribusi bagi organisasi-organisasi Kristen yang di dalamnya para wanita
berperan secara luas.

Kata Kunci: Perdebatan, peranan wanita, kepemimpinan, organisasi Kristen, patriakhi, feminisme.

Abstract: Elkana Chrisna Wijaya, Debate the Role of Women in Christian Organizations: An
Overview Of Leadership Contemporary Issues.The debate about the role of women, continues to be the
spotlight of various parties, both from the pro to the freedom of women to play a role in world leadership,
as well as the counter parties to the problem. Just like the tangled threads that do not biodegrade, without
realizing this debate has lasted for more than two decades. A review of the contemporary leadership
issues, besides make a point or to understand the pros and cons of the issue, also said the existence and
development of the role of women in Christian organizations, particularly in the realm of leadership. The
results of such reviews provide an understanding that the effectiveness of a leader is not based on a
person's gender. Although it can not provide a solution to the ongoing debate, but hopefully this writing
can provide a meaningful contribution to each of the parties. And also can contribute to the Christian
organizations in which women play a role widely.

Keywords: Difference, the role of women, leadership, Christian organizations, patriarchy, feminism.

PENDAHULUAN menempatkan gereja sebagai organisasi adalah ada-


Peranan wanita dalam organisasi Kristen, ber- nya aturan-aturan dan sistem yang baku dalam orga-
arti membahas dan mengamati bahkan menilai tin- nisasi yang musti ditaati oleh siapa saja yang ada da-
dakan/kedudukan/fungsi yang dilakukan oleh seorang lam wadah tersebut, sementara gereja tidak selalu da-
wanita dalam organisasi tersebut. Sementara lingkup pat bergantung secara mutlak terhadap aturan-aturan
organisasi Kristen yang dimaksud adalah berbicara maupun sistem dalam sebuah organisasi. Gereja ter-
tentang lembaga-lembaga atau institusi-institusi Kris- diri dari himpunan orang yang mengikut Tuhan dan
ten non gerejawi.Terdapat perbedaan pandangan ter- dipimpin secara mutlak oleh Roh Kudus. Argumen-
hadap keberadaan Gereja. Ada sebagian yang ber- tasi kedua adalah mengingat bahwa hanya gereja
anggapan bahwa gereja termasuk atau dikaterogikan yang mendapat predikat “tubuh Kristus,” sementara
sebagai sebuah organisasi, sementara yang lainnya predikat tersebut tidak diberikan untuk lembaga lain-
tidak menempatkan gereja sebagai organisasi Kris- nya di luar gereja. Hal yang demikian membuat ge-
ten. Argumentasi pertama mengenai ketidaksetujuan

Elkana Chrisna Wijaya, Perdebatan Peranan Wanita Dalam Organisasi Kristen.... 103
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN: 2548-7558 (online)
http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI ISSN: 2548-7868 (cetak)

reja tidak dapat disejajarkan dengan yayasan atau or- Bulan Juli 1994 yang lalu Perhimpunan Seko-
ganisasi Kristen lainnya lah-Sekolah Teologi di Indonesia mengadakan
rapat anggota di Batu-Malang. Menurut aturan
Peranan atau kiprah wanita di masa kini da-
maka yang hadir adalah utusan yang mewakili
pat dikatakan mengalami perkembangan yang cukup masing-masing yayasan, dosen dan mahasiswa.
mengagumkan. Dinamika zaman memberikan kon- Jadi satu sekoah diwakili oleh tiga orang. Ang-
tribusi yang cukup besar bagi para wanita untuk me- gota Persetia berjumlah 27 sekolah, tiga di an-
taranya tidak hadir. Dari sekian banyak yang
miliki andil dan peran yang besar dalam sebuah or-
hadir hanya terdapat 4 perempuan: dua dari ya-
ganisasi. Jika pada masa lampau keberadaan atau ke- yasan (Tomohan dan Ujung Pandang), satu dari
terlibatan wanita dapat dikatakan oleh beberapa sar- unsur dosen (Ambon) dan satu dari unsur ma-
jana yang masih terkukung dengan paradigma pa- hasiswa (Jakarta). Tentulah ini menunjukkan
bahwa jumlah perempuan yang berkecimpung
triarkhal sebagai situasi yang “tidak biasa,” atau
di bagian pengambilan keputusan/kebijakan da-
“tidak normal,” maka pada masa kini, hal tersebut lam dunia pendidikan teologi masih sangat se-
merupakan hal yang biasa, atau bahkan sangat biasa. dikit ... Kalau ditinjau dari jumlah mahasiswa
Dalam keseharian masyarakat, khususnya masyara- perempuan yang menempuh pendidikan teologi,
maka secara keseluruhan ada peningkatan yang
kat Kristiani, tidak asing lagi mendengar seorang wa-
cukup tajam ... Tetapi sudah jelas bahwa pe-
nita, bekerja di kantor, mengajar, berkhotbah, bah- ningkatan jumlah mahasiswa perempuan ini ti-
kan menjadi seorang pemimpin dalam sebuah lem- dak otomatis meningkatkan peranan perempuan
baga atau organisasi. Kondisi tersebut juga diamati dalam bidang pendidikan teologi.2
dan diteliti oleh L. Jenner dan R. Ferguson, yang se- David Hocking, sebagai seorang pendeta, pengajar
lanjutnya menyatakan bahwa jumlah wanita dalam dan penulis banyak buku, dalam salah satu tulisan-
angkatan kerja dan dalam peran kepemimpinan nya, juga mengakui tentang adanya diskriminasi ter-
mengalami peningkatan.1 hadap posisi wanita, bahwa meskipun sudah cukup
Meski peranan wanita bagi sebagian orang tampak banyak bukti mengenai peranan wanita di dalam ke-
berkembang begitu cepat dan mengalami pe- pemimpinan, namun wanita masih ketinggalan jauh
ningkatan yang pesat, namun bagi sebagian lainnya, dalam hal gaji dan posisi kepemimpinan kunci.3 Kon-
kemajuan tersebut belum seperti yang diharapkan, disi tersebut selanjutnya memunculkan pihak-pihak
khususnya di bidang keagamaan dalam hal ini ada- yang merasa berkepentingan untuk membela maupun
lah organisasi Kristen. Kemajuan dan keterlibatan pihak-pihak yang merasa keberatan dan menentang,
dari peranan wanita yang belum terlalu signifikan keterlibatan wanita dalam organisasi Kristen, dengan
dan belum menggembirakan tersebut, salah satunya berbagai argumentasi dan pertimbangan, dengan ca-
yang terjadi di lembaga-lembaga pendidikan teologi, ra yang halus sampai dengan keras.
juga mendapat sorotan dan pengamatan dari Ema- Penulis secara pribadi melalui penulisan ini
nuel Gerrit Singgih, seorang Guru Besar dalam ilmu mengamati bahwa perdebatan mengenai peranan wa-
Teologi di Fakultas Teologi Universitas Kristen Du- nita dalam organisasi Kristen akan terus bersahut-
ta Wacana, Yogyakarta, yang dalam tulisannya
mengenai “Implikasi Gender dalam Lembaga Pendi- 2
Emanuel Gerrit Singgih, “Implikasi Gender da-
dikan Teologi,” memberikan laporan sebagai beri- lam Lembaga Pendidikan Teologi,” dalam Bergereja,
kut: belum memberikan hasil yang signifikan dan Berteologi dan Bermasyarakat (Yogyakarta: Taman Pus-
taka Kristen, 2007), 104-05.
belum menggembirakan. 3
David Hocking, “Dapatkah Perempuan di pakai
dalam Kepemimpinan,” dalam Rahasia Keberhasilan Se-
1
L. Jenner & R. Ferguson, Catalyst Census of orang Pemimpin: 7 Hukum Kepemimpinan Rohani, pen.
Women Corporate Officers and Top Earners of the Martin Muslie dan lainnya, peny. Hariyono Suryadi (Yog-
FP500. Catalyst.orgom.http//www.catalyst, 2008. yakarta: ANDI Offset, 1991), 113.

104 Evangelikal, Volume 1, Nomor 2, Juli 2017


Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN: 2548-7558 (online)
http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI ISSN: 2548-7868 (cetak)

sahutan, baik bagi yang mendukung terhadap keter- Gambar 1. Proses Penelitian
libatan wanita maupun yang kontra, dan kemungkin- Tahap 1 Rancangan Tahap 2 Pengumpulan
Penelitian Referensi Sumber
an tidak ada satu pihak yang akan terpuaskan dengan Penelitian
jawaban dari masing-masing pihak. Namun demi-
kian, tujuan utama dari pada penulisan ini adalah un-
tuk memberikan kontribusi pemikiran, khususnya ba- Tahap 4
Tahap 3 Penyusunan
Kerangka Pembuatan Judul
gi pihak-pihak yang berkepentingan. Deskriptif

METODE
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan me- Tahap 5 Tahap 6
tode penelitian kualitatif studi pustaka, yang mana Pembuatan Ikhtisar Review Pakar

Peranan wanita dalam organisasi Kristen merupakan


subyek dari penelitian ini. Dalam penelitian ini, pe-
nulis melakukan tinjauan dan studi literatur terhadap Tahap 8 Tahap 7
Penulisan Laporan Revisi Laporan
salah satu isu kepemimpinan di masa kini untuk da-
pat menggali dan memahami pandangan para pakar Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 8 tahapan
yang mendukung dan menolak terhadap peranan wa- mulai dari tahap rancangan hingga tahap penulisan la-
nita tersebut. Sumber yang digunakan dalam peneli- poran, seperti yang tertera dalam gambar 1. Dalam
tian ini adalah artikel dan buku-buku tentang kepe- pelaksanaan penelitian ini, penulis tidak melakukan
mimpinan, yaitu: (1) karya David C. Hocking, Tikno pengumpulan ayat-ayat Alkitab, mengingat bahwa
Lensufiie, Irham Fahmi; (2) tentang wanita dan pe- penelitian ini berupa tinjauan terhadap salah satu isu
ranannya dalam dunia kepemimpinan, di antaranya: L. kepemimpinan kontemporer dan bersifat pragmatis.
Jenner & R. Ferguson, Thomas R. Schreiner, Alan
Belasen dan Nancy Frank, John Stott; (3) Di sam- HASIL DAN PEMBAHASAN
ping buku-buku tersebut, penulis juga menggunakan
buku-buku yang membahas secara langsung tentang Perdebatan Peranan Wanita
persoalan gender, seperti yang ditulis oleh Emanuel Kiprah atau peranan wanita yang semakin
Gerrit Singgih, Nicola Hoggard Creegan dan Chris- diakui dan berkembang semakin luas di masa kini,
tine Pohl, Suroso, Julia T. Wood, Julia Cleves Mos- bukanlah sebuah usaha yang tanpa onak duri, me-
se. (4) Selain itu juga menggunakan buku-buku dan lainkan melalui sebuah perjalanan yang cukup pan-
artikel tentang gerakan feminisme, Anne M. Clifford, jang, melalui pertentangan-pertentangan dan perde-
Maria Riley, Sandra M. Schneiders, Carol L. Me- batan-perdebatan yang berkepanjangan, bahkan sam-
yers, Janet Radcliffe Richards. Bahan ajar dan buku pai lebih dari dua dekade ini. Pertentangan dan per-
teologi dan sejarah juga mewarnai penelitian ini, debatan tersebut muncul dari pihak yang setuju dan
karya dari Linda Smith dan William Raeper, Chris dari pihak yang tidak setuju dengan keberadaan ke-
Marantika. (5) Beberapa buku dan informasi pendu- terlibatan wanita secara lebih kuat dan lebih luas,
kung yang berkaitan dengan subyek penelitian ini ju- khususnya dalam posisi-posisi yang strategis, yang
ga digunakan sebagai sumber penelitian yang penu- pada umumnya dipegang dan dikuasai oleh kaum
lis uraikan secara deskriptif dan selanjutnya mem- pria. Kelompok yang tidak setuju, secara umum di-
buat kesimpulan mengenai penelitian tersebut. pelopori oleh individu atau kelompok yang memiliki
Dalam pelaksanaan penelitian, penulis mela- paradigma patriakhi konservatif. Sedangkan kelom-
kukan seperti dengan prosedur penelitian berikut: pok yang setuju, secara umum dipelopori oleh ge-

Elkana Chrisna Wijaya, Perdebatan Peranan Wanita Dalam Organisasi Kristen.... 105
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN: 2548-7558 (online)
http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI ISSN: 2548-7868 (cetak)

rakan atau kelompok atau teologi feminis, khusus- Sementara kata “konservatif,” dipahami se-
nya gerakan feminis gelombang ketiga. bagai sebuah kata yang memiliki pengertian: “1 ko-
lot; 2 bersikap mempertahankan keadaan, kebiasaan,
Paradigma Patriarkhal Konservatif dan tradisi yang berlaku,”6 yang dalam konteks pada
Istilah “patriarkhal,” atau “patriarkhi,” atau bagian ini, berarti “sikap atau cara pandang yang
“patriarkhat,” berasal dari dua akar kata Yunani, yai- mempertahankan keadaan, kebiasaan dan tradisi pa-
tu kata pater (πατήρ) dan archö (αρχω), yang secara triakhi yang berlaku di masa lalu.” Dengan demi-
harfiah atau literal diterjemahkan sebagai “aturan kian, sebutan “patriarkhi konservatif,” ditujukan ke-
ayah,” atau “otoritas pria.” Menurut Nicola Hoggard pada kelompok atau kalangan, yang terdiri dari pria
Creegan dan Christine Pohl, istilah tersebut sering dan wanita, namun pada umumnya dipegang oleh
merujuk pada kekuasaan politik dan otoritas laki-la- kaum pria, yang memiliki sikap atau cara pandang
ki dalam masyarakat. Istilah tersebut juga dapat me- yang mempertahankan keadaan, kebiasaan dan tradi-
rujuk pada kekuatan ayah dalam keluarga. Secara si patriakhi yang dianut oleh bapak-bapak gereja dan
harfiah, arti patriarki adalah aturan ayah atau otoritas dipengaruhi oleh pemikiran Yunani di masa lalu.
laki-laki, dimana perempuan harus patuh terhadap Riset yang dilakukan oleh Carol L. Meyers,
laki-laki. Patriarki sendiri memiliki beberapa prinsip menunjukkan bahwa istilah “patriakhi,” adalah is-
yaitu dimana laki-laki harus lebih dominan dalam tilah yang nampaknya tidak masuk dalam kamus
segala bidang dibanding perempuan yang menjadi Inggris yang menunjukkan bentuk sosial atau politik
subordinatnya. Laki-laki yang lebih tua harus lebih sebelum abad ke tujuh belas.7 Bahkan Meyers men-
dominan dibandingkan dengan yang berusia muda.4 jelaskan mengenai penggunaan istilah tersebut di ka-
Tampaknya dalam perkembangannya, pa- langan para sarjana Alkitab, yang terjadi mulai akhir
triarkhi tidak hanya menjadi bagian dalam keluarga abad kesembilan belas, jika tidak sebelumnya, istilah
atau Klan, namun selanjutnya menjadi sebuah bu- “patriarki” telah disebut untuk mencari dan mema-
daya yang berkembang dalam masyarakat, yaitu hami konteks budaya teks Alkitab. Baru-baru ini,
masyarakat patriarkhi, bahkan menjadi sebuah ideo- sering muncul wacana oleh kaum feminis yang me-
logi, seperti yang dijelaskan oleh Linda Smith dan neliti dan sering mengkritik presentasi figur perem-
William Raeper, bahwa ideologi patriarki merupa- puan dalam narasi dan teks-teks lain dalam Alkitab
kan suatu ideologi yang menekankan kekuasaan ba- Ibrani.8
pak (kaum pria). Ideologi ini pun merupakan sebuah Paradigma patriarkhi yang dibangun oleh
sistem sosial yang mendukung dan membenarkan para patriarkhal konservatif tersebut adalah menge-
predominasi kaum laki-laki yang mengakibatkan nai keyakinan-keyakinan yang dianut oleh bapak-
kontrol dan subordinasi perempuan, serta mencipta- bapak gereja dan pengaruh filsafat Yunani dan tra-
kan ketimpangan atau ketidakadilan gender. Hal ini disi Yahudi. Keyakinan-keyakinan tersebut, seperti
merupakan dominasi atau kontrol laki-laki atas pe- yang diungkapkan secara kritis oleh Stott, dengan
rempuan, tubuhnya, seksualitasnya dan pekerjaan- pernyataan-pernyataan demikian:
nya, baik dalam keluarga maupun masyarakat.5 Kita tahu rendahnya derajat kaum wanita dalam
anggapan orang pada zaman dahulu kala. Plato,
yang percaya bahwa jiwa terperangkap dalam
4
Nicola Hoggard Creegan dan Christine Pohl,
6
Perempuan di Perbatasan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, http://kbbi.web.id/konservatif.
7
2010), 119. Carol L. Meyers, Was Ancient Israel a Patriar-
5
Linda Smith dan William Raeper, Ide-Ide Fil- chal Society? JBL 133, no. 1(2014): 8-27, Duke Univer-
safat dan Agama Dulu dan Sekarang, (Yogyakarta: Kani- sity, Durham, 8. [Terjemahan langsung.]
8
sius, 1991), 235. Ibid.

106 Evangelikal, Volume 1, Nomor 2, Juli 2017


Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN: 2548-7558 (online)
http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI ISSN: 2548-7868 (cetak)

tubuh, dan bahwa kelepasannya dari kerang- tang suatu masyarakat yang holistik dan egaliter
keng itu hanyalah untuk terperangkap lagi da- dalam beraneka ragam cara. Ia membatasi ke-
lam suatu reinkarnasi, melanjutkan uraiannya mampuan masyarakat untuk mendayagunakan
dengan mengatakan bahwa nasib malang yang berbagai talenta kaum perempuan. Ia juga me-
bisa menimpa laki-laki ialah kalau ia direinkar- nimpakan penderitaan yang tidak perlu ke te-
nasi sebagai wanita. Aristoteles, meskipun di- ngah kehidupan kaum laki-laki berwarna karena
hormati selaku bapak biologi berdasarkan ke- alasan-alasan yang menjadi bagian dari sejarah
dua karyanya The History of Animals dan The patriarkat. Namun bukan saja kaum perempuan
Generation of Animals, menganggap wanita se- dan laki-laki berwarna yang kehilangan peluang
bagai “sejenis pria yang tidak lengkap.” Tu- untuk mengembangkan dan mewujudkan talen-
lisnya: “Betina adalah jantan yang tidak sem- ta-talenta mereka, melainkan juga kaum laki-
purna, yang secara tidak sengaja dilahirkan de- laki berkulit putih tidak bisa menikmati talenta-
mikian akibat kekurangan si ayah atau akibat talenta yang dipunyai kedua kelompok itu, dan
pengaruh jahat angin selatan yang lembab.9 serentak tidak bisa mengembangkan talenta-
talentanya sendiri dalam relasi dengan kedua-
Selanjutnya Stott juga memberikan tanggapan atas
nya.11
pernyataan penulis-penulis Yahudi yang menurutnya
Gerakan Feminisme Gelombang Ketiga
merendahkan martabat wanita, yaitu:
Hal yang menggelisahkan tersebut, mendo-
Bahkan penulis-penulis Yahudi, yang penge-
tahuan mereka tentang Kitab Perjanjian Lama rong lahirnya sebuah gerakan yang hadir untuk me-
seharusnya memberikan mereka pengertian luruskan ketidakadilan tersebut, yang selanjutnya di-
yang lebih baik, membuat komentar-komentar sebut dengan gerakan feminisme. Menurut Suroso
yang merendahkan martabat wanita. Yosefus
sebagai salah seorang penulis yang berlatar belakang
mengemukakan pendapatnya bahwa “wanita
adalah inferior dalam segala hal ketimbang dari Gereja Baptis Indonesia yang mendukung terha-
pria.” Willian Barclay meringkaskan pandangan dap peranan wanita, dalam bukunya yang berjudul
rendah terhadap kaum wanita sebagaimana ter- “Pro-Kontra Perempuan Gembala: Studi Historis
ungkap dalam Talmu, dengan kata-kata demi-
dan Teologis,” dalam penjelasannya mengenai teo-
kian: “Dalam doa pagi orang Yahudi ... seorang
pria Yahudi setiap pagi mengucap syukur bah- logi feminisme, menyatakan bahwa:
wa Allah tidak menciptakan dia sebagai “se- Teologi feminis berangkat dari kegelisahan atas
orang kafir, seorang budak, atau seorang wani- penulisan, pembacaan, penafsiran, dan penera-
ta.”... Dalam hukum Yahudi seorang wanita pan Alkitab yang androsentris (berpusat pada
bukan suatu pribadi, melainkan suatu benda. Ia laki-laki). Alkitab ditulis oleh laki-laki, seba-
tidak mempunyai satu hak legal pun; ia milik gian besar berkisah tentang laki-laki, dikanon-
mutlak suaminya, yang boleh diperlakukan se- kan oleh bapa-bapa gereja yang semuanya laki-
suka hati.10 laki, ditafsirkan oleh teolog laki-laki, dan taf-
siran-tafsiran itu kemudian disebarluaskan oleh
Situasi dan kondisi tersebut tidak hanya sekedar
pendeta-pendeta yang sebagian besar adalah
menggambarkan sebuah kondisi yang memalukan, laki-laki. Dalam proses dan situasi yang seperti
namun yang terutama adalah mendatangkan banyak itu, mungkinkah ada keseimbangan antara teks-
kerugian, bukan hanya pada pihak wanita, namun teks yang berkisah tentang laki-laki dan perem-
puan? Apalagi latar belakang budaya ada zaman
juga merugikan pihak pria, sebagaimana penjelasan
kitab-kitab tersebut ditulis sangat mendukung
yang diberikan oleh Clifford, sebagai berikut: peminggiran kaum perempuan.12
Patriakat, dengan dinamika pengguasaan dan
penaklukannya, merupakan sebuah kendala ter-
11
hadap saling ketergantungan dan ketimbal-ba- Anne M. Clifford, “‘mengapa’ dan ‘apa’-nya
likan yang bisa mengakibatkan wawasan ten- Teologi Feminis Kristen,”dalam Memperkenalkan Teo-
logi Feminis (Maumere: Ledalero, 2002),37.
12
Suroso, Pro–Kontra Perempuan Gembala: Stu-
9
Stott, Isu-isu Global, 334. di Historis dan Teologis (Yogyakarta: Pustaka Therasia,
10
Ibid, 334-335. 2009), 75-76.

Elkana Chrisna Wijaya, Perdebatan Peranan Wanita Dalam Organisasi Kristen.... 107
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN: 2548-7558 (online)
http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI ISSN: 2548-7868 (cetak)

Gerakan ini merupakan sebuah gerakan yang dipelo- radaan dari gerakan feminisme dengan segala motif
pori oleh kaum wanita, yang dalam perkembangan dan tendensi di atas sangat diperlukan bagi perkem-
terdiri dari tiga gelombang pergerakan. Dalam salah bangan kaum wanita itu sendiri maupun bagi masya-
satu pernyataannya mengenai gerakan tersebut, Su- rakat sekelilingnya
roso juga menjelaskan bahwa gerakan feminisme
atau teologi feminisme bukan hanya sebuah teologi Sejarah Feminisme
yang dibangun oleh kaum perempuan saja, namun ju- Sebuah pernyataan dari Ratna Megawangi
ga oleh kelompok laki-laki yang tidak lagi rela me- memberikan informasi bahwa istilah “feminis,” un-
mahami perempuan sebagai objek (yang ditentukan tuk pertama kalinya digunakan oleh seorang sosialis
oleh masyarakat), melainkan sebagai subyek yang se- berkebangsaan Perancis, yaitu Charles Fourier, pada
dang mencari sejarah jati dirinya dan tidak bersedia awal abad ke-19. 15 Namun dalam buku yang ber-ju-
menyamakan dirinya dengan laki-laki saja.13 Marie dul “Memperkenalkan Teologi Feminis,” karya dari
Claire Barth juga memberikan pandangannya me- Anne M. Clifford, menuliskan bahwa istilah “femi-
ngenai gerakan tersebut dengan penjelasan, bahwa: nisme,” digunakan untuk pertama kalinya oleh se-
Teologi feminis, yang berusaha memikirkan orang wanita berkebangsaan Perancis, yaitu Huber-
kembali teologi dari sudut pandang perempuan tine Auclert, pada tahun 1882, sebagai sebutan untuk
yang tertekan, muncul pada pertengahan abad
perjuangan kaum wanita agar memperoleh hak-hak
ke-20 berbarengan dengan teologi pembebasan,
yang memihak pada kaum miskin yang ditindas politik.16 Julia T. Wood, meskipun tidak menjelas-
oleh tatanan ekonomi modern, dan ekoteologi, kan mengenai “siapa,” yang menciptakan istilah ter-
yang memikirkan pemeliharaan dunia ciptaan sebut, juga memberikan keterangan bahwa kata fe-
Allah. Ketiga aliran ini melawan dosa struk-
minisme diciptakan di Perancis pada akhir tahun
tural, yaitu tatanan yang menindas dan memis-
kinkan golongan tertentu. Patriarki ditantang 1800-an. Kata tersebut merupakan kombinasi dari
karena meremehkan kaum perempuan, meng- kata Perancis untuk "wanita" femme, dengan akhiran
gunakan alam sebagai sumber kekayaan bagi isme, yang berarti “posisi politik.”
manusia yang bermodal dan berilmu. Hal itu
Dengan demikian feminisme aslinya berarti
membahayakan kelangsungan hidup generasi
mendatang dan memusnahkan jenis makhluk “posisi politik tentang para wanita.” Selanjutnya, se-
hidup. Ketiga aliran itu saling terkait... Teologi suai dengan kebutuhan dan perkembangannya, kata
feminis secara khusus mencari pembebasan dari feminisme dimengerti sebagai sebuah “gerakan un-
Patriarkhat dan menuju hubungan yang baru.
tuk kesetaraan sosial, politik, dan ekonomi perem-
Artinya, pihak yang semula berkuasa melepas-
kan tuntutan dan kesombongannya, lalu mem- puan dan laki-laki.”17
buka diri pada pihak yang lemah. Dengan de-
mikian dikembangkan suatu persekutuan baru Perkembangan Pergerakan Feminisme
di antara mitra yang sederajat sebagai sesama
Dalam sejarah perkembangannya, gerakan
makhluk Allah dan saudara Yesus.14
feminisme mengalami pasang-surut dalam pergerakan-
Bila mengingat eksistensi kaum wanita yang sering-
nya, sehingga dalam perkembangannya, gerakan ter-
kali digambarkan secara tidak tepat dan tidak adil,
sebut dianggap memiliki tiga periode pergerakan,
bahkan sering kali hanya dipandang sebelah mata
yaitu yang disebut dengan gerakan. Untuk pertama
karena stereotipe dan masalah gender, maka kebe-
15
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda (Ban-
13
Ibid., 75. dung: Mizan, 1999), 20.
14 16
Marie Claire Barth, “Hati Allah bagaikan Hati Clifford, “‘mengapa’ dan ‘apa’-nya,” 17.
17
Seorang Ibu,” dalam Pengantar Teologi Feminis (Jakarta: Julia T. Wood, Gendered Lives Communica-
BPK Gunung Mulia, 2003), 14-16. Lihat dalam Suroso, tion, Gender, and Culture, (Boston: Wadsworth, 2009), 3.
Pro–Kontra, 77-78. [terjemahan langsung.]

108 Evangelikal, Volume 1, Nomor 2, Juli 2017


Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN: 2548-7558 (online)
http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI ISSN: 2548-7868 (cetak)

kalinya, gelombang gerakan ini muncul di Eropa dan bang kedua yang terdiri dari kaum wanita berkulit
di Amerika Serikat, pada abad ke-19, tepatnya pada putih yang didominasi oleh wanita kulit putih ter-
tahun 1960-an. Pada waktu itu, yaitu sebelum abad sebut karena dianggap telah menunivesalisasikan
ke-19, kaum wanita di hampir semua kalangan mas- pengalaman mereka, dan mengabaikan pengalaman
yarakat dipandang sebagai yang memiliki ketergan- yang bersifat khas bagi mereka. Kaum feminis ge-
tungan mutlak pada sanak kerabatnya, yaitu pria. Di- lombang ketiga ini berkeyakinan bahwa tidak ada
kucilkan dari peluang yang sama dengan kaum pria, pembebasan yang sejati, kecuali perbedaan yang di-
guna mengecap pendidikan dan terlibat dalam kehi- hasilkan oleh ras, kelas, usia, dan kiblat gender ter-
dupan publik. Selanjutnya pada abad ke-19, kaum hadap kehidupan orang sehari-hari sungguh diindah-
wanita umumnya dipandang secara moral lebih ting- kan. Gerakan yang muncul dan sedang berlangsung
gi dari laki-laki, namun terlalu lemah dan cepat ter- di Amerika Serikat ini lahir untuk merangkul per-
singgung untuk dapat bergiat di dalam dunia bisnis bedaan-perbedaan rasial dan kultural yang dahulu-
dan politik di depan umum. Rumpun perilaku yang nya diabaikan, serta saling kait antara perilaku ma-
luas diterima ini, dikenal sebagai “kultus mengenai nusia dan kesengsaraan yang ditanggung di bumi.
keperempuan sejati,” yang selanjutnya didayaguna- Dalam kebangkitan kesadaran feminis yang paling
kan oleh kaum wanita dari gelombang pertama fe- akhir ini, perhatian tidak saja diberikan kepada dam-
minisme untuk keuntungan/kepentingan sendiri. Ge- pak-dampak seksisme atas kaum perempuan, tetapi
lombang pertama feminisme ini berakhir di Amerika juga rasialisme, prasangka etnis, pengelompokan
Serikat, setelah kaum wanita memperoleh hak-hak ekonomi serta eksploitasi atas alam non insani.20 Se-
memilih. Depresi ekonomi yang melanda seluruh orang teolog feminis Katolik, yaitu Sandra M.
dunia, akibat dari Perang Dunia II, menjadi penye- Schneiders, mendeskripsikan gelombang ketiga fe-
bab merosotnya pergerakan tersebut.18 minisme tersebut sebagai sebuah gerakan pembe-
Selanjutnya pada tahun 1980-an, gelombang basan. Schneiders, menyampaikan bahwa
kedua feminisme muncul di Amerika Serikat dan Gerakan ini tidak sekedar mengupayakan ke-
Eropa Barat secara lebih luas. Gerakan ini tidak saja setaraan sosial, politik dan ekonomi kaum pe-
rempuan dengan kaum laki-laki, tetapi juga
menghidupkan kembali perjuangan politik kaum wa-
menyangkut pencitraan kembali secara hakiki
nita guna memperoleh hak-hak sipil dan upah yang atas seluruh kemanusiaan dalam relasi dengan
adil, tetapi juga menampilkan kajian-kajian kaum fe- seluruh realitas, termasuk ciptaan non insani.
minis sebagai suatu disiplin ilmu yang baru. Dalam Dengan kata lain, kesadaran feminis telah seca-
ra bertahap diperdalam, agendanya diperluas,
pergerakan kedua ini, Maria Riley, mengelompok-
dari suatu keprihatinan untuk meluruskan suatu
kannya menjadi empat model utama, yaitu: feminisme yang secara struktural salah, yakni pengucilan
liberal, feminisme kultural, feminisme radikal dan fe- kaum perempuan dari kamar-kamar suara, ke-
minisme sosialis. 19 pada tuntutan akan keterlibatan penuh kaum
perempuan di tengah masyarakat dan kebuda-
Gelombang ketiga gerakan feminisme mun-
yaan, kepada suatu cita-cita menciptakan kem-
cul pada tahun 1990-an, yang lahir sebagai respon bali kemanusiaan itu sendiri seturut pola-pola
atas kegagalan dari gelombang kedua gerakan femi- keadilan ekologis, yakni relasi yang pertalian
nisme. Gerakan yang terdiri dari kaum perempuan dengan semua realitas.21
berwarna tersebut mengkritik kaum feminis gelom-

18 20
Clifford, “‘mengapa’ dan ‘apa’-nya,” 19-20. Clifford, “‘mengapa’ dan ‘apa’-nya”, 44-48.
19 21
Maria Riley, Transforming Feminism (Kansas Sandra M. Schneiders, With Oil in Their
City, Mo.: Sheed and Ward, 1989), 46. Dikutip oleh Lamps: Faith, Feminism, and the Future (New York:
Clifford, 38. Paulist Press, 2000), 8.

Elkana Chrisna Wijaya, Perdebatan Peranan Wanita Dalam Organisasi Kristen.... 109
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN: 2548-7558 (online)
http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI ISSN: 2548-7868 (cetak)

Dibandingkan dengan gelombang-gelombang sebe- minisme merupakan “suatu gerakan untuk mengha-
lumnya, gelombang ketiga gerakan feminisme mem- pus ketidakadilan berdasarkan seks.”23
berikan kontribusi yang cukup signifikan bagi per-
samaan peranan dan hak bagi wanita di berbagai bi- Golongan Non Feminisme Yang Pro Terhadap
dang. Signifikansi daripada gerakan tersebut di atas, Peranan Wanita
memberikan ruang gerak dan kesempatan yang cu- Di samping gerakan tersebut, tidak sedikit
kup luas bagi kaum wanita yang selama ini termar- pula para sarjana dari kelompok pria maupun wanita
ginalkan karena isu gender. dari berbagai kalangan (non feminisme), yang ter-
buka dan memperjuangkan keterlibatan para wanita,
Dampak dari Munculnya Gelombang Ketiga dalam berbagai bidang, tak terkecuali bidang rohani.
Feminisme Bahkan beberapa di antara para sarjana tersebut su-
Dampak dari munculnya gelombang ketiga dah muncul jauh sebelum gerakan feminisme lahir di
feminisme pada abad ke-20 ini, mengakibatkan ke- muka bumi ini.
terlibatan kaum wanita dalam organisasi-organisasi Seorang penyair, pengarang dan anggota
dalam berbagai bidang menjadi semakin luas dan se- kehormatan dari Istana Charles V dan Jeanne de
makin pesat. Para feminis Kristen dengan dalil-dalil- Boubon, raja dan ratu Perancis, yaitu Christine de
nya mengenai kesetaraan pria dan wanita, serta per- Pizan (1365-1430), pernah menuliskan pernyataan
juangan untuk mendapatkan kesetaraan peran dan yang begitu luar biasa yang ditujukan untuk menun-
hak, membuat pertentangan dengan pihak patriakhi jukkan kesetaraan antara pria dan wanita. Pizan me-
konservatif pun semakin berkepanjangan. nuliskan demikian: “Tak ada keraguan sedikit pun
Sementara dalam komentarnya, Clifford mem- bahwa kaum perempuan termasuk dalam jemaat
berikan alasan utama dari munculnya gerakan femi- Allah dan bangsa manusia, sama hal seperti kaum
nisme tersebut, dengan penjelasan sebagai berikut: laki-laki, dan mereka bukanlah suatu jenis makhluk
“Alasan utama untuk setiap gerakan feminis ialah hidup yang lain atau ras berbeda.”24
guna mengakhiri penindasan, diskriminasi dan tin- Menurut Thomas R. Schreiner, yang melihat
dak kekerasan yang ditimpakan kepada kaum pe- tidak adanya batas bagi wanita dalam Alkitab untuk
rempuan, serta memperoleh kesederajatan dan mar- terlibat dalam bidang rohani, dalam tulisannya mem-
tabat manusia yang sepenuhnya bagi setiap perem- berikan komentar tentang hal itu, sebagai berikut:
puan.”22 Penjelasan tersebut dipertegas kembali oleh Mereka yang melihat tidak ada pembatasan pa-
Janet Radcliffe Richards, dalam bukunya yang ber- da wanita dalam pelayanan berpendapat para
nabi dari kedua Perjanjian Lama dan Perjanjian
judul “The Sceptical Feminis,” memberikan argu-
menttasinya mengenai feminisme, dengan penjelas-
23
an bahwa feminisme bukanlah gerakan irasional Janet Radcliffe Richards, The Sceptical Femi-
nist.
oleh wanita untuk wanita, di mana wanita berjuang 24
Christine de Pizan, The Book of the City of
bahu-membahu dengan wanita lain terhadap pria Ladies, edisi asli terbit tahun 1405, pen. Earl Jeffrey
untuk memenangkan setiap isu (betapa pun tak ter- Richards (New York: Persea Books, 1982), 187. Christine
de Pizan adalah putri seorang astrolog berkebangsaan
pertahankan). Menurut Richards dalam lanjutan pen- italia yang di bawa ke Perancis untuk menjadi anggota
jelasannya, feminisme timbul dari keyakinan bahwa istana Raja Charles V dan Ratu Jeanne de Bourbon, Pizan
adalah seorang penulis yang telah menghasilkan banyak
“kaum wanita menderita ketidakadilan sosial secara
karangan dan mencari nafkah dengan karya-karya itu. Ia
sistematik akibat seks mereka,” dan karena itu, fe- adalah perempuan pertama yang diketahui pernah terlibat
dalam debat-debat kesusastraan dan filosofis menyangkut
kaum perempuan (querelle des femmes), yang dikutip
22
Clifford, “‘mengapa’ dan ‘apa’-nya,” 22. oleh Anne M. Clifford, “‘mengapa’ dan ‘apa’-nya,” 14.

110 Evangelikal, Volume 1, Nomor 2, Juli 2017


Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN: 2548-7558 (online)
http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI ISSN: 2548-7868 (cetak)

Baru adalah utusan Allah yang berkuasa. Pe- kesaksian mengenai yang wanita-wanita menemani
rempuan jelas berfungsi sebagai nabiah yang Yesus dalam perjalanan pelayanan-Nya. Hal yang
baik dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian
mengejutkan terjadi dalam peristiwa kebangkitan
Baru ... Untuk tujuan kita, contoh yang paling
signifikan dari nabi adalah Debora (Hakim 4: 4- Yesus, karena orang yang melihat tubuh kebangkitan
5). Feminis evangelikal mempertimbangkan Yesus untuk pertama kalinya adalah Maria Magdalena
Deborah paling signifikan karena ia berfungsi dalam Injil Yohanes 20:11-18....27
sebagai hakim atas Israel, yang akan mencakup
Clifford juga menambahkan penjelasan, de-
menilai laki-laki, dan dia menjalankan otoritas
atas laki-laki Barak, yang adalah seorang ko- ngan memberi argumentasi demikian:
mandan pasukan Israel.25 Ketika mengikuti amanat Allah, Yesus mengum-
pulkan para pengikut, tidak saja kaum laki-laki
Dalam salah satu penjelasannya mengenai keseta-
tetapi juga kaum perempuan, dari semua lapisan
raan posisi pria dan wanita, Hocking memberikan masyarakat, guna membentuk suatu perseku-
komentar pembelaan sebagai berikut: tuan yang memiliki misi tertentu. Dalam cara
Masalah bagi orang-orang Kristen berhubungan itu menunaikan tugas ini, Yesus memberi tela-
dengan pemahaman dan penafsiran kita terha- dan bahwa tingkah laku patriarkat tidak berasal
dap pasal-pasal kunci Alkitab yang berhubung- dari Allah. Ia menerima orang-orang pinggiran
an dengan hubungan antara laki-laki dan pe- ke kalangan murid-Nya: orang-orang miskin
rempuan. Galatia 3:28 membuat pernyataan yang tidak memiliki tanah, orang-orang buang-
yang jelas tentang kesetaraan dalam arti hu- an dan para pendosa, Persekutuan-Nya berciri
bungan kita dengan Yesus Kristus: “Dalam hal inklusif, dalamnya yang pertama akan menjadi
ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, yang terkemudian, dan barang siapa ingin men-
tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada jadi yang pertama hendaklah ia melayani orang-
laki-laki atau perempuan, karena kamu semua orang lain. Hal ini secara simbolis diperagakan
adalah satu di dalam Kristus Yesus.” Perbedaan ketika Yesus membasuh kaki para murid-Nya
kelas dan jenis kelamin dihilangkan di dalam dengan perintah agar mereka melakukan hal
tubuh Yesus Kristus, di mana kita semua men- yang sama satu terhadap yang lain. Singkat ka-
jadi saudara dan saudari di dalam Tuhan dan se- ta, Yesus membentuk suatu persekutuan per-
jajar di kaki salib.26 saudaraan, yang menjadi fondasi dari apa yang
kelak berkembang menjadi Gereja setelah ke-
Chris Marantika, salah seorang tokoh Perhimpunan matian dan kebangkitan-Nya. Oleh karena itu,
Injili Baptis Indonesia (PIBI), dalam salah satu dis- Gereja kontemporer berakar dalam tugas peru-
kusi tentang “peranan wanita” dalam perkuliahan tusan Yesus Kristus, dan di dalam diri kaum
laki-laki dan perempuan yang menghayati tugas
“Sejarah dan Teologi Periode antar Perjanjian,”
perutusan itu sebagai murid-murid-Nya.28
memberikan sebuah pernyataan bahwa wanita ada-
Suroso juga menjelaskankan dalam salah satu ke-
lah favorite Allah. Hal itu disebabkan karena dalam
simpulannya dalam bukunya “Pro–Kontra Perem-
beberapa peristiwa besar dalam sejarah Alkitab, wa-
puan Gembala,” menyatakan bahwa secara pribadi
nita mendapat tempat yang spesial di hati Allah. Be-
setuju mengenai keterlibatan peranan wanita secara
berapa di antaranya adalah Maria, rahimnya menjadi
luas, termasuk sebagai perempuan gembala. Selan-
sarana untuk menggenapi rencana Allah bagi penye-
jutnya dalam kesimpulan tersebut, Suroso menam-
lamatan dunia. Alkitab, khususnya PB memberikan
bahkan bahwa para penentang perempuan gembala
25
Thomas R. Schreiner, “The Valuable Ministries dalam Gereja Baptis Indonesia pun setuju atau pro
of Women in the Context of Male Leadership: A Survey terhadap peranan perempuan dalam bidang apapun
of Old and New Testament Examples and Teaching,”
dalam Recovering Biblical Manhood and Womanhood,
27
peny. John Piper dan Wayne Grudem (Illinois: Crossway Chris Marantika, Bahan Kuliah: Sejarah dan
Books, 2006), 211. [Terjemahan langsung.] Teologi antar Perjanjian, 2014.
26 28
Hocking, Rahasia Keberhasilan Seorang Pe- Clifford, Memperkenalkan Teologi Feminis
mimpin, 115. (Maumere: Ledalero, 2002), 221.

Elkana Chrisna Wijaya, Perdebatan Peranan Wanita Dalam Organisasi Kristen.... 111
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN: 2548-7558 (online)
http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI ISSN: 2548-7868 (cetak)

kecuali sebagai perempuan gembala. Dengan demi- tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat
kian perempuan Baptis Indonesia dapat memerankan dimana manusia beraktifitas.
diri sebagai pengajar dan gembala seperti yang su- Berdasarkan konsep berpikir manusia yang
dah dilakukan dilakukan di berbagai sekolah teologi demikian, masyarakat maupun individu tanpa disa-
dan di tempat lainnya. Bahkan secara tegas pula dari telah digiring dengan paradigma dan opini
Suroso menuliskan bahwa tidak ada seorang pun mengenai hal-hal yang bisa diperankan maupun hal-
yang dapat menghambat atau menghalangi seorang hal yang tidak bisa diperankan oleh kaum wanita.
perempuan untuk menjadi gembala jika Tuhan Kondisi itulah yang hingga kini membelenggu kebe-
memanggil. 29 basan wanita dalam berperan atau terlibat secara le-
bih luas dalam berbagai bidang kehidupan, terutama
Wanita Dan Kepemimpinan dalam hal kepemimpinan.
Paradigma patriakhi konservatif yang men- Sementara realitas memberikan bukti, baik
diskreditkan keberadaan atau peran wanita, menjadi kepada individu maupun kepada masyarakat, bahwa
salah satu faktor yang menyebabkan kepemimpinan keterlibatan atau peranan wanita dalam organisasi-
Wanita tidak bisa lepas dan tidak bebas dari ber- organisasi yang ada, terutama dalam organisasi Kris-
bagai isu, salah satunya adalah isugender, seperti ten semakin meluas, dan menjadi berkat bagi organi-
yang telah diperdebatkan di atas. Kata “gender,” se- sasinya. David Hocking mengamati bahwa para wa-
benarnya berasal dari kata latingenus, yang memiliki nita tersebut melayani dalam kapasitas kepemimpin-
pengertian harfiah: “jenis, tipe,” sementara dalam an yang bervariasi dari pelayanan anak-anak sampai
bahasa Inggris, diterjemahkan sebagai “jenis kela- rektor kampus-kampus dan universitas-universitas
min.” Dalam perkembangan selanjutnya, kata terse- Kristen.32 Bahkan ada beberapa di antara para pe-
but dipakai untuk menjelaskan cara memandang, mimpin wanita, sekalipun tidak banyak, ketika di-
menilai dan menentukan sikap baik laki-laki maupun beri kesempatan seperti pemimpin pria pada umum-
perempuan dalam hubungannya dengan masyarakat nya, mampu membuat tindakan atau peran kepe-
dan kebudayaan.30 Sementara Julia Cleves Mosse mimpinannya sama bahkan jauh lebih efektif dari-
menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Half The pada sebagian besar kaum pemimpin pria. Salah sa-
World, Half a Change an Introduction to Gender tunya seperti yang dialami dan dikerjakan oleh
and Development bahwa gender adalah seperangkat Mother Teresa. Dunia tidak akan lupa dengan nama
peran, seperti halnya kostum dan topeng teather, tersebut, seorang pendiri dan pemimpin umum dari
yang bermaksud untuk menyampaikan kepada orang Missionaries of Charity (1950-1997), yang terkenal
lain bahwa kita perempuan atau laki-laki. Perangkat di dunia internasional untuk pekerjaan kemanusiaan
perilaku khusus ini mencakup penampilan, pakaian, dan advokasi bagi hak-hak orang miskin dan tak ber-
sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan di luar ru- daya. Sepanjang kehidupan kepemimpinannya,
mah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga Mother Teresa telah menjalani 610 misi di 123 ne-
dan sebagainya secara bersama-sama memoles “pe- gara, termasuk penampungan dan rumah bagi pen-
ran gender.”31 Konsep berpikir manusia mengenai derita HIV/AIDS, lepra dan TBC, program konse-
gender, menyebabkan terjadinya perbedaan peran, ling untuk anak dan keluarga, panti asuhan, dan
29
Suroso, Pro–Kontra, 119.
30 32
Marie Claire Barth, Hati Allah Bagaikan Hati David Hocking, “Dapatkah Perempuan di pakai
Seorang Ibu (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 10. dalam Kepemimpinan,” dalam Rahasia Keberhasilan Se-
31
Julia Cleves Mosse, Half the World, Half a orang Pemimpin: 7 Hukum Kepemimpinan Rohani, pen.
Change an Introduction to Gender and Development, Martin Muslie dan lainnya, peny. Hariyono Suryadi
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 3. (Yogyakarta: ANDI Offset, 1991), 114.

112 Evangelikal, Volume 1, Nomor 2, Juli 2017


Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN: 2548-7558 (online)
http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI ISSN: 2548-7868 (cetak)

sekolah.33 Sangat disayangkan bila seorang wanita bertindak sebagai pemimpin untuk melakukan hal-
yang memiliki karunia dan kapasitas yang demikian hal yang berkaitan dengan hal memimpin.
luar biasa tidak dapat mengembangkan diri dan men- Dari sudut pandang pengertian istilah, “ke-
jadi berguna bagi orang lain dan masyarakat, hanya pemimpinan”seringkali dihubungkan dengan kete-
dikarenakan gender. Hal itulah yang kemudian me- rampilan, kecakapan dan tingkat pengaruh yang di-
lahirkan kelompok-kelompok maupun individu-indi- miliki oleh seseorang. Kepemimpinan (Leadership),
vidu yang menentang ketidakadilan gender tersebut, secara umum memiliki pengertian, yaitu: “meliputi
yang selanjutnya membuka peluang yang besar un- ilmu tentang kepemimpinan, teknik kepemimpinan,
tuk para wanita berperan secara lebih luas dalam seni memimpin, ciri kepemimpinan, serta sejarah ke-
bidang-bidang yang diminatinya, tak terkecuali da- pemimpinan.”37 Sementara menurut Irham Fahmi,
lam bidang kepemimpinan. pengertian mengenai kepemimpinan secara strategis
merupakan “suatu ilmu yang mengkaji secara kom-
Prinsip Kepemimpinan Wanita prehensif tentang bagaimana mengarahkan, mempe-
Kata “pemimpin,”“memimpin,” dan “kepe- ngaruhi, dan mengawasi orang lain untuk menger-
mimpinan,” berasal dari kata dasar yang sama: jakan tugas sesuai dengan perintah yang direncana-
“pimpin.” Meskipun berasal dari akar kata yang sa- kan.”38 Dari landasan pemikiran tersebut, maka ke-
ma, namun ketiga kata tersebut digunakan dalam pemimpinan dipandang memiliki dua aspek, yaitu
konteks yang berbeda. Pemimpin adalah seseorang sebagai “ilmu,” dan sebagai “seni.” Dipandang seba-
yang menjalani perannya/lakonnya, yaitu memiliki gai “ilmu,” karena di dalam terdapat teori-teori atau
tanggung jawab baik secara fisik, maupun spiritual prinsip-prinsip yang mengajarkan tentang hal-hal
terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang di- yang berkaitan dengan kepemimpinan. Sedangkan
pimpin. Seorang yang aktif membuat rencana-ren- sebagai “seni,” karena di dalam kepemimpinan ter-
cana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan sebut mencakup ketrampilan/kecakapan/strategi mem-
memimpin pekerjaan, untuk mencapai tujuan ber- pengaruhi, mengarahkan dan mengawasi serta mem-
sama-sama. Sedangkan kata “memimpin” merupa- bangun hubungan dengan orang lain.
kan hasil dari penggunaan peran seseorang (pemim- Bila kepemimpinan ditinjau dari aspek “il-
pin) dalam kemampuannya mempengaruhi orang mu,” maka baik pria dan wanita seharusnya me-
lain dengan berbagai cara. Sementara yang dimak- miliki potensi dan kesempatan yang sama untuk
sud dengan istilah “kepemimpinan” biasanya berhu- menjadi seorang pemimpin. Sedangkan dari aspek
bungan dengan ketrampilan, kecakapan dan tingkat “seni,” tentunya kepemimpinan pria dan wanita
pengaruh yang dimiliki oleh seseorang.34 Kata “pe- memiliki perbedaan. Perbedaan dalam hal cara me-
ranan,” sendiri memiliki pengertian sebagai: “tindak- mimpin maupun gaya memimpin. Hal tersebut tidak
an yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu pe- dapat dipungkiri, dan merupakan hal yang wajar,
ristiwa,”35 dan dapat diartikan sebagai: “andil, kon- mengingat bahwa secara konstruktif pria dan wanita
tribusi.”36 Dengan demikian, “peranan wanita dalam memiliki perbedaan. Hal tersebut juga dapat dika-
kepemimpinan,” memiliki pengertian bahwa “wanita takan sebagai sesuatu yang normal dan wajar. Per-
bedaan gaya memimpin, cara memimpin, tidak ha-
nya terjadi karena pria atau wanita. Pemimpin pria
33
“Bunda Teresa,” dalam Wikipedia Bahasa In-
donesia.
34 37
“Pemimpin, Memimpin, Kepemimpinan,” da- Tikno Lensufiie, Leadership untuk Profesional
lam Kamus online KBBI dan Mahasiswa, (Jakarta: Esensi, 2010), 2.
35 38
“Peranan,” dalam Kamus online KBBI. Irham Fahmi, Manajemen Kepemimpinan: Teo-
36
“Peranan,” dalam Kamus online Tesaurus. ri dan Aplikasi (Bandung: Alfabeta, 2012), 15.

Elkana Chrisna Wijaya, Perdebatan Peranan Wanita Dalam Organisasi Kristen.... 113
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN: 2548-7558 (online)
http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI ISSN: 2548-7868 (cetak)

yang satu dengan pemimpin pria yang lainnya juga yang hendak ditawarkan, pemimpin wanita melaku-
memiliki perbedaan dalam gaya dan cara, tergantung kan penerapan dengan cara yang halus, tidak drastis,
dengan situasi yang dihadapi oleh masing-masing serta menghormati kaidah-kaidah yang sudah ada.
pemimpin. Kedua, menunjukkan kekuatan relasional.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka hal Secara umum, pemimpin wanita tidak bisa lepas dari
mengenai kepemimpinan serta masalah-masalah di kodratnya sebagai seorang wanita. Pengalaman-
dalam dan di sekeliling kepemimpinan tersebut, pengalaman dalam membina relasi secara positif di
tentunya tidak sesederhana itu. Bahkan dapat dika- dalam kehidupannya merupakan stimulus, yang da-
takan bahwa kepemimpinan adalah permasalahan pat dipergunakan dalam kepemimpinannya. Secara
yang kompleks di dunia modern. Mengingat bahwa prinsip, kekuatan relasi inilah yang seringkali men-
isu dalam kepemimpinan sangat complicated, maka jadi kekuatan dalam kepemimpinan wanita.
pertanyaan “apa,” dan “bagaimana,” seharusnya Ketiga, mendahulukan pendekatan-pende-
menjadi isu dan kebutuhan yang lebih penting dan katan yang produktif terhadap konflik dan bukan
mendesak bagi sebuah organisasi, dari pada mem- yang muncul. Kepemimpinan wanita memiliki ke-
pertanyakan “siapa,” yang menjadi pelaku kepemim- cenderungan merangkul dan tidak frontal. Pola yang
pinan tersebut. diterapkan dalam menghadapi konflik, mengandung
unsur-unsur kepemimpinan yang kooperatif (untuk
Karakteristik Kepemimpinan Wanita memuaskan pihak lain) dan assertive (untuk me-
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan, muaskan diri sendiri). Penyelesaian konflik oleh ke-
bahwa kepemimpinan dapat ditinjau dari dua aspek, pemimpinan wanita dengan lima strategi yang ber-
yaitu ilmu dan seni. Dari sudut pandang ilmu, wanita beda yaitu: menghindar, kompetisi, kompromi, ako-
memiliki potensi dan peluang yang sama dengan modasi dan mengatasi masalah.
pria.Sementara dari sudut pandang kepemimpinan Keempat, membangun suasana kerja yang
sebagai seni, harus diakui bahwa kepemimpinan pria saling mendukung. Kekuatan dari kepemimpinan
dan wanita memiliki perbedaan. Perbedaan dalam wanita adalah adanya unsur-unsur kehangatan, sa-
hal cara memimpin maupun gaya memimpin. Hal ling pengertian, saling menguatkan, saling mendu-
tersebut tidak dapat dipungkiri, dan merupakan hal kung, mengajak tumbuh bersama, mendengar, empa-
yang wajar, mengingat bahwa secara konstruktif pria ti, dan saling percaya.
dan wanita memiliki perbedaan.
Tikno Lensufiie, dalam risetnya menuliskan Gaya Kepemimpinan Wanita
beberapa karakteristik kepemimpinan wanita yang Salah satu topik pembahasan dari keragaman
pada umumnya dilakukan. Di antaranya sebagai literatur kepemimpinan adalah menjelaskan menge-
berikut:39 nai adanya teori kepemimpinan dan gaya-gaya ke-
Pertama, menggunakan konsensus dalam pemimpinan, 40 yang pada umumnya menandai ke-
pengambilan keputusan. Pemimpin wanita memiliki pemimpinan yang diaplikasikan oleh seorang pe-
kecenderungan menggunakan pandangan atau pen- mimpin. Tidak ubahnya seperti kaum pria, dalam
dapat umum yang berlaku di masyarakat. Pemimpin
40
wanita tersebut cenderung menggunakan ukuran- Teori kepemimpinan adalah teori-teori yang
menjelaskan mengenai munculnya seorang pemimpin dan
ukuran kewajaran yang sudah berkembang dan
jenis-jenis kepemimpinan yang ada, yang didasarkan pada
berlaku di masyarakat. Seandainya ada perubahan keberadaan atau situasi dari pemimpin dan pengikut. Da-
lam teori kepemimpinan tersebut juga terdapat gaya kepe-
mimpinan yang di antaranya terdiri dari gaya kepemim-
39
Lensufiie, Leadership, 97-98. pinan laizes faire, transaksional dan transformasional.

114 Evangelikal, Volume 1, Nomor 2, Juli 2017


Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN: 2548-7558 (online)
http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI ISSN: 2548-7868 (cetak)

memimpin, wanita juga memiliki gaya kepemimpin- Carli, 2007; Eagly, Johannesen-Schmidt, &
an yang berbeda-beda pula. Gaya kepemimpinan ter- Van Engen, 2003). Pandangan umum yang ber-
kembang menunjukkangaya kepemimpinan
sebut tentunya ditentukan oleh berbagai faktor, yang
gender mencerminkan perbedaan kekuasaan
tidak hanya dipengaruhi oleh gender, namun juga ju- terlihat pada masyarakat secara keseluruhan
ga kompleksitas dari kepemimpinan itu sendiri, se- (Fine, 2007), dan bahwa kualitas maskulin, se-
perti individu-individu yang dipimpin serta situasi- perti tugas fokus, ketegasan, kewenangan, dan
kurangnya emosionalitas, lebih dari pada kua-
situasi kepemimpinan yang dihadapi. Hal tersebut
litas komunal, muncul identik dengan kepe-
diteguhkan oleh Alan Belasen dan Nancy Frank mimpinan dalam budaya AS dan Eropa (Izraeli
yang memberikan pernyataan sebagai berikut: & Adler, 1994; Schein, 2001; Fine &
... adalah hal yang penting untuk memahami Buzzanell, 2000). Meskipun demikian, para pe-
perbedaan gender dan kepemimpinan. Perdebat- neliti feminis telah secara sangat beralasan bah-
an tentang gaya kepemimpinan perempuan dan wa kepemimpinan transformasional mungkin
laki-laki mendapatkan momentum pada tahun sangat menguntungkan perempuan karena kua-
1990-an karena penelitian yang baru mencoba litas androgini dan, hasil menarik memang, li-
untuk identitas gaya yang terutama selaras de- teratur penelitian substansial membandingkan
ngan kondisi organisasi kontemporer (Eagly & perempuan dan laki-laki pada gaya ini telah
Carli, 2004). Penekanan baru pada kepemim- menghasilkan termasuk temuan bahwa wanita
pinan yang transformasional dalam artian ber- cenderung untuk mempromosikan sendiri dari
orientasi pada masa depan daripada berorientasi pada laki-laki karena hambatan sistemik dan
masa kini dan memperkuat organisasi dengan stereotip (Bowles & McGinn, 2005; Eagly &
mengilhami komitmen pengikut dan kreativitas. Carli, 2007) ... Efek gender pada peran kepe-
Seperti namanya, kepemimpinan transforma- mimpinan dan efektivitas kepemimpinan telah
sional adalah proses-proses yang mengubah dan memperoleh perhatian yang diperbarui oleh
mengubah individu (Northouse, 2001).41 Eagly, Johannesen-Schmidt, dan Van Engen
(2003) benih meta-analisis dari 45 studi yang
Dari berbagai gaya kepemimpinan yang dikenal da- membandingkan manajer laki-laki dan perem-
lam teori kepemimpinan, Belasen & Frank dalam puan pada langkah-langkah dari gaya kepemim-
pengamatannya, menemukan bahwa wanita lebih pinan transformasional, transaksional, dan
laissez-faire. Secara umum, meta-analisis me-
menguntungkan bila menerapkan gaya kepemim-
nunjukkan bahwa, dibandingkan dengan pe-
pinan transformasional.42 Dalam tulisannya Belasen mimpin laki-laki, pemimpin perempuan lebih
& Frank mengungkapkan demikian: transformasional serta terlibat dalam upah kon-
Kami menemukan bahwa literatur tentang ke- tingen yang mencirikan perilaku transaksional.
pemimpinan perempuan sering berusaha untuk pemimpin laki-laki lebih mungkin disbanding-
mengidentifikasi atribut unik yang membeda- kan pemimpin perempuan untuk mewujudkan
kan antara gaya laki-laki dan perempuan yang dua aspek lain dari kepemimpinan transaksio-
menampilkan peran kepemimpinan (Eagly & nal: manajemen aktif dengan pengecualian dan
manajemen pasif dengan pengecualian. Pria ju-
ga lebih tinggi pada kepemimpinan laissez-
41
Alan Belasen dan Nancy Frank, “Womes’s faire.43
Leadership: Using the Competing Values Framework to
Evaluate the Interactive Effect of Gender and Personality Pandangan tersebut tentunya tidak di dasarkan pada
Traits on Leadership Roles,” dalam International Jurnal asumsi dan pengamatan pribadi pakar tersebut. Cu-
of Leadership Studies, vol. 7, Summer 2012, 193. [Ter-
jemahan langsung.]
kup banyak pertimbangan dan alasan yang telah di-
42
Kepemimpinan Transformasional adalah untuk uraikan dalam penjelasan di atas. Meski demikian,
menggambarkan sebuah hubungan antara pemimpin dan
pengikut menaikkan satu sama lain untuk tingkat yang
43
lebih tinggi dari motivasi dan moralitas. Kepemimpinan Alan Belasen dan Nancy Frank, “Womes’s
adalah sangat berbeda dari memegang kekuasaan, karena Leadership: Using The Competing Values Framework to
tidak terlepas dari kebutuhan pengikut. Lihat dalam J.M. Evaluate the Intera ctive Effect of Gender and Personality
Burns, Leadership (New York: Harper & Row, 1978), 18. Traits on Leadership Roles,” 194.

Elkana Chrisna Wijaya, Perdebatan Peranan Wanita Dalam Organisasi Kristen.... 115
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN: 2548-7558 (online)
http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI ISSN: 2548-7868 (cetak)

gaya kepemimpinan yang dianjurkan tersebut, ten- Kedua, meskipun perdebatan mengenai pe-
tunya tidak dapat diterapkan secara general untuk se- ranan wanita dalam organisasi Kristen masih terjadi
mua kepemimpinan wanita. Dengan demikian para dan akan terus terjadi, namun harus diakui bahwa
pemimpin wanita diharapkan dapat melihat kelebih- peranan atau kiprah wanita di masa kini dapat di-
an dan kekurangan serta keunikan yang dimiliki, se- katakan mengalami perkembangan yang sangat
hingga mampu menetapkan gaya kepemimpinan mengagumkan. Keterbukaan dan penerimaan terha-
yang paling tepat bagi organisasi. dap peranan wanita tersebut tidak terlepas dari per-
juangan dari pihak-pihak yang pro terhadap kebe-
KESIMPULAN basan peranan wanita, khususnya dalam organisasi-
Tinjauan dan pembahasan terhadap perde- organisasi Kristen di masa kini.
batan peranan wanita dalam organisasi Kristen di Ketiga, melihat kepada definisi dan praktik
masa kini, memberikan beberapa pemikiran yang dari sisi kepemimpinan, tidak ditemukan adanya
dapat diungkapkan dalam beberapa kesimpulan. pembedaan gender, sehingga tidak perlu diperdebat-
Kesimpulan-kesimpulan tersebut meliputi: kan mengenai pembedaan peranan wanita dan pria
Pertama, perdebatan mengenai peranan wa- dalam dunia kepemimpinan, khususnya dalam orga-
nita dalam organisasi Kristen akan terus bersahut- nisasi Kristen. Meski demikian pemahaman menge-
sahutan, baik bagi yang pro terhadap keterlibatan nai kesamaan atau kesederajatan gender tersebut,
wanita maupun yang kontra, dan kemungkinan tidak tidak berarti kaum wanita menuntut adanya kese-
ada satu pihak yang akan terpuaskan dengan ja- rupaan dalam berbagai hal. Maksud dari pemahaman
waban dari masing-masing pihak. Keyakinan terha- tersebut di atas secara konkret dipahami bahwa tidak
dap sebuah dogma, stereotipe gender serta pema- adanya pembedaan di antara pria dan wanita, bukan
haman tentang hirarki dalam hubungan antara pria berarti tidak ada perbedaaan karakter dan gaya ke-
dan wanita, tidak akan begitu mudah untuk dilurus- pemimpinan di antara kepemimpinan pria dan kepe-
kan. Meski demikian, seperti yang telah disampai- mimpinan wanita, mengingat adanya perbedaan baik
kan dari awal, bahwa tujuan utama dari pada pe- secara psikologis maupun fisiologis. Menghadapi
nulisan dan penelitian ini adalah untuk memberikan keberadaan tersebut, diharapkan untuk tetap waspa-
kontribusi pemikiran, baik pemikiran teoritis mau- da agar tidak terjebak dalam stereotipe gender yang
pun pemikiran pragmatis bagi pihak-pihak yang ber- telah cukup masiv dan sistemik mengakar dalam
kepentingan. masyarakat patriarkhi.

DAFTAR RUJUKAN
Belasen, Alan dan Nancy Frank, “Womes’s Leader- Creegan, Nicola Hoggard dan Christine Pohl. Pe-
ship: Using The Competing Values Frame- rempuan di Perbatasan. Jakarta: BPK Gu-
work to Evaluate the Interactive Effect of nung Mulia, 2010.
Gender and Personality Traits on Leadership Fahmi, Irham. Manajemen Kepemimpinan: Teori dan
Roles,” International Jurnal of Leadership Aplikasi. Bandung: Alfabeta, 2012.
Studies, vol. 7, Summer 2012. Gerrit Singgih, Emanuel. “Implikasi Gender dalam
Clifford, Anne M. “‘mengapa’ dan ‘apa’-nya Teo- Lembaga Pendidikan Teologi,” dalam Ber-
logi Feminis Kristen,” dalam Memperkenal- gereja, Berteologi dan Bermasyarakat. Yog-
kan Teologi Feminis. Maumere: Ledalero, yakarta: Taman Pustaka Kristen, 2007.
2002. Hocking, David. “Dapatkah Perempuan di pakai
dalam Kepemimpinan,” dalam Rahasia Ke-

116 Evangelikal, Volume 1, Nomor 2, Juli 2017


Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN: 2548-7558 (online)
http://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI ISSN: 2548-7868 (cetak)

berhasilan Seorang Pemimpin: 7 Hukum Schreiner, Thomas R. “The Valuable Ministries of


Kepemimpinan Rohani. Diterjemahkan oleh Women in the Context of Male Leadership:
Martin Muslie, dkk. Disunting oleh Hariyono A Survey of Old and New Testament Exam-
Suryadi. Yogyakarta: ANDI Offset, 1991. ples and Teaching,” dalam Recovering Bibli-
Jenner, L. & R. Ferguson, Catalyst Census of Women cal Manhood and Womanhood, peny. John
Corporate Officers and Top Earners of the Piper dan Wayne Grudem. Illinois: Cross-
FP500. Catalyst.orgom.http//www.catalyst, way Books, 2006.
2008. Smith, Linda dan William Raeper.Ide-Ide Filsafat
Lensufiie, Tikno. Leadership untuk Profesional dan dan Agama Dulu dan Sekarang. Yogyakar-
Mahasiswa. Jakarta : Esensi, 2010. ta: Kanisius, 1991.
Marantika, Chris. Bahan Kuliah: Sejarah dan Teo- Stott, Jhon. “Wanita, Pria dan Allah,” Isu-Isu
logi antar Perjanjian, 2014. Global: Menantang Kepemimpinan Kristia-
Megawangi, Ratna. Membiarkan Berbeda. Bandung: ni. Diterjemahkan oleh G.M.A. Nainggolan.
Mizan, 1999. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Ka-
Meyers, Carol L.Was Ancient Israel a Patriarchal sih/OMF, 1994), 334.
Society? JBL 133, no. 1(2014): 8-27, Duke Suroso. Pro–Kontra Perempuan Gembala: Studi
University, Durham. Historis dan Teologis. Yogyakarta: Pustaka
Mosse, Julia Cleves. Half The World, Half a Change Therasia, 2009.
an Introduction to Gender and Develop- Wood, Julia T. Gendered Lives Commonication, Gen-
ment. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. der, and Culture. Boston: Wadsworth, 2009.
Schneiders, Sandra M. With Oil in Their Lamps:
Faith, Feminism, and the Future. New York:
Paulist Press, 2000.

Elkana Chrisna Wijaya, Perdebatan Peranan Wanita Dalam Organisasi Kristen.... 117

Anda mungkin juga menyukai