Anda di halaman 1dari 11

TUGAS EKLESIOLOGI

GEREJA DAN KESETARAAN GENDER

KELOMPOK 6

Febrianti Sariwating
Anthonia V. Latumapina
Bernhard Marantika
Inggrid C. Telussa
Anastasia Sinay

Olphy R. Amanupunyo

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Indonesia Maluku


Gereja

Gereja adalah persekutuan orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat, yang dibentuk oleh Allah melalui pekerjaan Roh Kudus (Kis.2). Allah sendiri
yang memanggil dan menghimpun orang-orang dari berbagai suku, bangsa, bahasa, seks dan
lapisan sosial menjadi satu persekutuan tubuh Kristus, di mana Kristus menjadi kepala
dan Tuhan (1Kor.12:13,20; Ef.4:3-16; Kol.2:19; Why.7:9). Oleh kuasa Roh Kudus gereja
diutus untuk memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang besar di segala tempat sepanjang
masa (1Ptr.2:9; Mrk.16:15; Mat.28:9-10; Kis.1:8; Kis.2:38). Gereja dibentuk berdasarkan
kasih karunia dan pengampunan Allah kepada manusia (Kis.2:38). Gereja memiliki aspek
persekutuan (1Kor.12:20), institusi (1Tim.3:1-14) dan personal (1Kor.12:27).
Kata gereja berasal dari kata Portugis igreya yang merupakan terjemahan dari kata
Yunani kyriake. Kyriake berarti yang menjadi milik Tuhan. Milik Tuhan di sini adalah orang-
orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juru Selamatnya. Maka yang dimaksud
dengan gereja adalah persekutuan para orang beriman. Dalam Perjanjian Baru, kata yang
dipakai untuk menyebut gereja adalah ekklesia. Ekklesia berarti rapat atau perkumpulan yang
terdiri dari orang-orang yang dipanggil untuk berkumpul. Mereka berkumpul karena
dipanggil dan dikumpulkan. Jadi kata gereja yang kita gunakan berasal dari bahasa Portugis,
sedangkan pengertian gereja sebagaimana diterangkan di atas bertolak dari pengertian kyriake
dan ekklesia.1

Kesetaraan Gender

Kesetaraan Gender, dikenal juga sebagai keadilan gender, adalah pandangan bahwa semua orang
harus menerima perlakuan yang setara dan tidak didiskriminasi berdasarkan identitas gender mereka,
Masyarakat kita adalah masyarakat patriakhat, yang mengunggulkan laki-laki. Laki-laki
adalah makhluk ciptaan yang paling baik, paling unggul dan berkuasa atas perempuan.
Pandangan ini telah mengakibatkan perempuan diabaikan, dieksploitasi untuk kepentingan laki-
laki, menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Pandangan yang keliru ini ikut dibenarkan
oleh agama dengan antara lain menafsir secara keliru cerita penciptaan manusia menurut
Kejadian 2:18-23. Kata ―penolong‖ dalam cerita tersebut berarti yang dipercaya dan diandalkan,
sama seperti kalau kita katakan bahwa Allah adalah penolong kita. Aplagi dalam Kejadian
1:26,27 manusia, laki-laki dan perempuan disebut sebagai gambar Allah. Dan Rasul Paulus
mengatakan ―dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa
perempuan. Sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan
oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah‖ (1 Kor.11:11,12). Karena itu laki-laki dan
perempuan sehakekat, punya harkat dan martabat yang sama, diciptakan oleh Allah untuk
menjadi mitra sejajar dalam mengemban tugas dan panggilan bersama berpartisipasi dalam karya
penyelamatan dari Allah atas seluruh ciptaan.2

1
Ajaran Gereja Protestan Maluku, No 114
2
Ibid, No. 433
A. Pokok-pokok Pembahasan

 Pengertian Gender
 Budaya Patriakhis
 Perempuan, Anak, LGBT Dan Yesus
 Perempuan, Anak, LGBT Dan Gereja

B. Isi
 Pengertian Gender
Sepanjang sejarah peradaban manusia, persoalan ketidakadilan sosial umumnya menimpa kaum
perempuan yang semata-mata diposisikan pada peran domistik dan reproduksi sangat menghambat
kemajuan mereka menggeluti dunia public dan produksi. Hal tersebut merupakan rekayasa culture dan
tradisi yang menciptakan peleabelan atau stereotype tertentu pada perempuan yang telah mengakar kuat
dalam masyarakat. Budaya dan tradisis juga sangat berperan dalam membentuk stereotype yang
menciptakan ketergantungan perempuan pada laki-laki cukup besar.
Untuk meresposisi peran perempuan dalam pergaulan masyarakat sosial maka disini konsep gender lahir
untuk merekrontruksi hubungan laki-laki dan perempuan secara universal untuk membuka peluang yang
sama untuk menggeluti berbagai bidang kehidupan tanpa adanya perbedaan gender laki-laki atau
perempuan.
Secara terminiologis gender bisa didefenisikan sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan
perempuan. Gender juga dipandang sebagai suatu konsep kultural yang dipakai untuk membedahkan
peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang
dalam masyarakat. karena gender berfungsi untuk memandang, menilai dan menetukan sikap baik laki-
laki maupun perempuan dalam masyarakat, maka Gender juga dapat berkembang dan berubah,
sebag2aimana masyarakat dan budaya berkembang dan berubah.3
Gender juga memiliki kedudukan yang penting dalam kehidupan sesorang dan dapat menentukan
pengalaman hidup yang akan ditempuhnya. Gender dapat menentukan akses seseorang terhadap
pendidikan, dunia kerja dan sector public lainnya. Gender juga dapat menentukan kesehatan, harapan
hidup dan kebebasan gerak seseorang. Maka dapat simpulkan bahwa Gender adalah suatu kontruksi atau
bentuk social yang sebenarnya bukan bawaan dari lahir, sehingga secara implementasinya di lapangan
dapat dibentuk atau diubah tergantung dari tempat, wilayah, waktu, cultur, status social, pemahaman
religi. Hal ini dikarenakan Gender bukan kodrat Tuhan yang bersifat parmanen. 4

 Budaya patriarki
Ada beberapa istilah yang sama digunakan dalam semua ilmu sosial ( human science)
termasuk teologi, salah satunya yaitu kedudukan perempuan lemah karena tatanan masyarakat
bersifat patriarkal; dalam patriarki ( pater = bapak, arkhe = asal mula yang menentukan) laki-laki
berkuasa atas semua anggota masyarakat yang lain dan mempertahankan kuasa itu sebagai milik

3
Pengantar gender dan feminisme pemahaman awal kritik sastra, (Yogyakarta,Garudhawaca, September : 2015 )
hal. 1
4
Dr. Dra. Alifiulahtin Utaminingsih, M.Si, Gender dan Wanita karir, ( Malang, UB Press, September:2017),Hal. 5
yang sah, baik melalui lembaga masyarakat, harta maupun pengetahuan. Dalammasyarakat,
pandangan androsentrus ( andris= laki-laki, sentrus= berhubungan dengan inti) menentukan
budaya, yakni segala peristiwa dilihat dari sudut laki-laki. Pandangan perempuan tersembunyi.5
Pertentangan antara gender dengan budaya adalah contoh khas yang bisa kita amati sendiri.
Jika sebuah organisasi berusaha menentang dan mendorong perubahan kondisi ketidaksetaraan
gender dalam organisasi-organisasi mitra yang dibantunya, sering sekali muncul tudingan bahwa
melanggar batas budaya atau bahkan memaksakan penjajahan budaya, lantas usaha memperbaiki
situasi kesetaraan gender itu malah dianggap sebagai kejahatan melawan keragaman, di mana
budaya maskulin dan feminin secara ideal dianggap harus hidupberdampingan secara damai
tanpa saling campur tangan dalam urusan’ dalam negeri’ masing-masing.6 Mengenai gender
terkaitbudaya patriarki jika dilihat lebih lanjut sebenarnya sudah begitu dalam tertanam dalam
kebudayaan.
Unsur-unsur Feminis ( gender) seperti kasih sayang, solidaritas, pengorbanan, pemeliharaan
dan sebagainya yang menjadi kekuatan perempuan untuk keluar dariketertindasan dan sekaligus
mendobrakstruktur-struktur sosial yang membelenggu dirinya, sebenarnya dapat berlaku secara
universal ( termasuk di dalamnya laki-laki yang tertindas) baik laki-laki maupun
perempuanharus senantiasa mengembangkan kekuatan yang positif dari unsur feminitas dalam
rangka menciptakan suatu dunia dan kehidupan baru yang lebih baik di mana tidak ada lagi
diskriminasi atas nama gender ( jenis kelamin.). oleh sebab itu masyarakat harus mau membuka
diri untuk mendobrak struktur budaya yang menindas ( budaya patriarki), yang membelenggu
kemanusiaan manusia, terutama perempuan, dan memberi peluang kepadanya untuk
berpartisipasi secara aktif menyumbangkan segala potensi yang dimilikinya. Sebab, perempuan
pun sebagai makhluk ciptaan Tuhan merupakan kenyataan berharga yang perlu diperhatikan.7 3

 Perempuan, Anak, LGBT Dan Yesus

- PEREMPUAN DAN ANAK


Perempuan dan anak adalah kelompok yang perlu mendapatkan perlindungan, karena sistem sosial
budaya dan kondisi fisik mereka. Perempuan mempunyai posisi yang khas di dalam setiap masyarakat
dan negara-negara di dunia. Banyak kontribusi yang diberikan oleh perempuan di hampir seluruh lingkup
kehidupan sehari-hari, seperti mengurus rumah tangga, mengurus anak, bekerja dan sebagainya.

5
Hati Allah Bagaikan Hati Seorang ibu “ PengantarTeologi Feminis”. Jakarta: Gunung Mulia,2011.BPK Gunung
Mulia. Cet ke-4
6
Mandy Macdonald, Ellen Sprenger dan Ireen Dubel.Gender dan Perubahan Organisasi.” Menjembatani
Kesenjangan Antara Kebijakan dan Praktik”.Juli 1999.INSIST ( Institute for Social Transformation) bekerja sama
dengan REMDEC (Resource Management and Development Consultant). Hal19
7 Fakultas Theologia Universitas

Kristen Duta wacana Perempuan Indonesia Berteologi Feminis dalam Konteks. Pusat Studi Feminis. Jogjakarta
2004. Hal 137-138.
Namun seringkali mereka menjadi warga negara kelas 2 (dua) dan terabaikan. Mereka seakan-akan
menderita dalam ketiadaan dan menjadi kelompok dalam posisi yang sering kali tidak menguntungkan
dalam menghadapi berbagai halangan dan rintangan. Karena itu perlu penguatan kemampuan dan
persamaan hak berdasarkan pada sensitivitas gender di tengah-tengah masyarakat masihlah menjadi
masalah utama mereka. Intensifikasi permasalahan perempuan dan gerakan pendukung hak-hak
perempuan di seluruh dunia telah direfleksikan melalui berbagai macam Konvensi yang telah dikeluarkan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Beberapa perlindungan yang diakui secara internasional tersebut telah
membantu mengartikulasikan ideologi dari para kaum pejuang hak perempuan.

Untuk memahami pengertian perempuan tidak bisa lepas dari persoalan gender dan sex. Perempuan
dalam konteks gender didefinisikan sebagai sifat yang melekat pada seseorang untuk menjadi feminim.
Sedangkan perempuan dalam pengertian sex merupakan salah satu jenis kelamin yang ditandai oleh alat
reproduksi berupa rahim, sel telur dan payudara sehingga perempuan dapat hamil, melahirkan dan
menyusui.

Perjuangan untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak perempuan dan anak guna melindungi
kaum perempuan dan anak-anak dari kekerasan domestik sudah dilakukan sejak dahulu, dan perjuangan
melalui pembentukan peraturan perundang-undangan akhirnya berhasil dengan disahkannya UU No. 23
Tahun 2002 tentang perlindungan anak, UU No. 23 Tahun 2004 Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau
sering disebut dengan UU KDRT, Dll.

Perlunya jaminan perlindungan terhadap perempuan dan anak ini muncul seiring dengan adanya
kesadaran untuk memberikan perlindungan khusus karena banyaknya persoalan yang dihadapi kaum
perempuan dan anak seperti kekerasan fisik dan psikis, diskriminasi, keterbelakangan dalam berbagai
bidang, dan sebagainya sehingga dalam berbagai kajian kelompok ini digolongkan kedalam kelompok
yang vurnarable. Perlakuan khusus yang diberikan juga dijamin dalam konstitusi, yakni dalam Pasal 28H
ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 yang menentukan:” Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan
khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
Perlindungan juga diberikan dengan pertimbangan bahwa itu adalah merupakan hak dari subyek hukum
baik perempuan maupun anak-anak.8

- LGBT
LGBT adalah singkatan dari: Lesbian, Gay, Bi-sex, Transgender, Intersexual
- a. Lesbian adalah orientasi seksual seorang wanita yang hanya mempunyai
hasrat kepada sesama wanita.
- b. Gay adalah orientasi seksual seorang pria yang hanya mempunyai hasrat
kepada sesama pria.
- c. Bi-sex adalah sebuah orientasi seksual seorang pria/wanita yang menyukai baik
pria maupun wanita.
- d. Transgender adalah sebuah orientasi seksual seorang pria atau
wanita dengan mengidentifikasi dirinya menyerupai pria atau4 wanita.

8
https://id.m.wikipedia.org/wiki/LGBT
9
Ajaran Gereja Protestan Maluku, No 434
Jadi LGBT adalah mereka yang memiliki orientasi seksual yang berbeda dengan
masyarakat pada umumnya.9

Istilah LGBT ini sangat banyak digunakan untuk penunjukkan diri. Istilah ini juga digunakan oleh
mayoritas komunitas dan media yang berbasis identitas seksualitas dan gender di Amerika Serikat dan
beberapa negara berbahasa Inggris lainnya. Tidak semua kelompok yang disebutkan setuju dengan
akronim ini. Beberapa orang dalam kelompok yang disebutkan merasa tidak berhubungan dengan
kelompok lain dan tidak menyukai penyeragaman ini. Beberapa orang menyatakan bahwa pergerakan
transgender dan transeksual itu tidak sama dengan pergerakan kaum "LGB". Terdapat pula keyakinan
"separatisme lesbian & gay", yang meyakini bahwa kelompok lesbian dan gay harus dipisah satu sama
lain. Selain itu, ada juga yang tidak menggunakan istilah ini karena mereka merasa bahwa: akronim
LGBT merupakan sebuah upaya untuk mengategorikan berbagai kelompok dalam satu wilayah abu-abu;
dan penggunaan akronim ini menandakan bahwa isu dan prioritas kelompok yang diwakili diberikan
perhatian yang setara. Di sisi lain, kaum interseks ingin dimasukkan ke dalam kelompok LGBT untuk
membentuk "LGBT" (tercatat sejak tahun 1999) . ada beberapa Faktor Penyebab Terjadinya LGBT antara
lain : Faktor Lingkungan, Faktor keluarga , Faktor Genetik.10

- YESUS
a. Yesus sebagai seorang Guru

Apabila diingat bahwa kata kerja didaske (mengajar) dalam berbagai bentuknya telah dipakai 9 kali
dalam Matius sebagai Gambaran kegiatan Yesus, 15 kali dalam Markus dan Lukas, dan 8 kali dalam
Yohanes, maka “mengajar” itu jelas merupakan bagian yang amat penting dalam pelayanan Yesus. Ia
mengajar di bait Allah, di rumah ibadat, di pantai danau atau perahu nelayan, di bukit dan tempat yang
datar. Singkatnya, Ia mengajar di mana saja.

Dengan laporan singkat itu maka jelaslah mengapa dari segi para saksiNya, kegiatan Yesus lebih sering
5
digambarkan dengan kata-kata “mengajar” daripada kata kerja “membritakan” atau “berkhotbah”. Kata
kerja tersebut condong dipakai justru karna Yesus betul-betul seorang Guru, Rabi, dan kata benda “guru”
itu melambangkan peranan-Nya ditengah-tengah mereka selama jangka waktu sebelum Ia disalibkan.

b. Gaya mengajar Yesus


1. Ceramah
Dengan metode ceramah,, Yesus menyampaikan pengetahuan kepada murid-muridNyaatau
menafsirkan pengetahuan tersebut. Dan melalui pendekatan itu Ia mengharapkan 2 tanggapan dari
para pendengarNya, yaitu ; pengertian mendalam dan perilaku baru
2. Bimbingan
Jadi di dalam mengajar murid-muridNya melalui ceramah, sambil di situ juga Ia memberikan
bimbingan kepada mereka. Mereka diajar melalui tinjauan dan kemudian harus diamalkan
3. Menghafalkan
Meskipun tidak ada perintah khusus dari Yesus bahwa murid-muridNya harus menghafalkan
ayat-ayat suci tertentu, tetapi kepentingan-Nya Yesus itu jelas sekali bagi pribadi Yesus. Tidak

10
https://id.m.wikipedia.org/wiki/LGBT
11
Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Agama Kristen, Hal. 61-65
jarang Yesus itu mengutip ayat dari taurat, nubuat misalnya untuk membenarkan perilaku atau
gagasan yang di kemukakan (Mat. 12:1-8)
4. Perwujudan
Dalam metode ini kita melihat bahwa penulis injil Matius terhadap pelayanan-Nya Yesus. Tuhan
itu dituliskan sebagai perwujudan dalam diri pribadiNya sebagian dari bangsa Israel. Ia sama
seperti keturunan Yakub.
Meskipun sebagian dari metode “perwujudan” itu melalui pendekatan injil Matius, tetapi
contohnya diberikan oleh Yesus sendiri. Melalui pengajaran-Nya Yesus mengatakan bahwa Israel
telah terwujud dalam diri pribadi-Nya sebagai hamba Tuhan yang menderita (Mrk 10:32—34;45)
5. Dialog
Metode ini banyak sekali contohnya dalam keempat injil. Dan metode dialog ini dia memainkan
peranan yang penting juga pada waktu Yesus mengajar seorang dari samara (Yoh 4) dan dahaga
Yesus yang merupakan titik tolak bagi dialog tersebut. “berilah Aku minum” (Yoh 4:7b), dari situ
kita dapat melihat bahwa di dalam kehidupa Yesus Ia juga pernah berdialog dengan manusia-
manusia pada saat itu. Dan dialog ini merupakan cara-cara mengajar dari Yesus
6. Studi kasus
Perumpamaan yang diceritakan oleh Yesus merupakan studi kasus. Dengan melakukan
pendekatan itu, Yesus menggariskan seluk beluk salah satu “kasus”. Dengan misalnya studi kasus
tentang “Anak yang hilang”, nah di situ bagi para pendengar-Nya didorong untuk
melakukan/memikirkan inti persoalan dan bagaimana memecahkanya.
7. Perjumpaan
Dengan metode ini, tujuanya para pelajar ditantang secara langsung untuk mengambil sebuah
keputusan. Di sini Yesus tidak bercerita. Ia memprakarsai pertanyaan yang pribadi dan besar
sekali maknanya. Salahh satu contoh yaitu peristiwa di Kaisarea filipi, kepada semua muridnya
Yesus bertanya, “kata orang siapakah Anak Manusia itu?” (Mat 16:13). Nah dari contoh di atas
dapat kita simpulkan bahwa metode perjumpaan ini membuahkan sesuatu untuk mengambil suatu
keputusan. Dan Metode ini banyak sekali dipakai oleh Yesus.
8. Perbuatan simbolis
Pada awal pelayanan Yesus di depan umum, Ia dibaptiskan oleh Yohanes pembabtis. Tindakan
itu menimbulkan pertanyaan dalam diri manusia dan mungkin saja sampai saat ini orang akan
bertanya akan hal itu. Mengapa yesus dibabtiskan oleh Yohaness?, sedang makna pembabtisan
Yohanes itu dikaitkan dengan pengampunan dosa? Mengapa yesus memerlukan babtisan
demikiann?
Jadi rupanya di dalam metode ini, Yesus mau mengajarkan murid-murid-Nya melalui perbuatan
simbolis ini. Pertama-tama Ia mengajarkan bahwa pelayanan-Nya berarti perlunya pengorbanan
diri sebagai tujuan utama kehidupan-Nya. Hubungan antara pengorbanan dan babtisan
dinyatakan melalui jawaban-Nya kepada Yakobus dan Yohanes, yang memohon agar mereka
boleh menerima hak isitimewa nanti. Kata-Nya, “Dapatkah kamu . . . dibabtis dengan babtisan
yang harus Kuterima?” (Mrk 10:38).

Jadi, babtisan-Nya merupakan lambang kesengsaraan-Nya nanti. Kedua, melalui lambang


baptisan itu Yesus mau mengajarkan bahwa perlunya solider dengan semua orang lain, dan
bahwa solidaritas itu hanya dapat dinyatakan sebagai hamba yang merendahkan diri dan yang
menderita.11
 Perempuan Anak Lgbt Dan Gereja

PEREMPUAN DAN GEREJA

Kesadaran kaum perempuan akan ketertindasan mereka perlahan-perlahan mulai tampak ke


permukaan. Mereka mulai menyuarakan penolakan terhadap pengajaran-pengajaran misoginis
yang ada dalam tubuh Gereja dan model-model patriarkis dalam kepemimpinan. Kesadaran ini
pun menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi parapemimpin maupun umat Gereja patriarkat
masa kini. Keluarga Kristen dapat dikatakan sebagai Gereja rumah tangga. Hal ini dikarenakan
bahwa dalam persekutuan orang-orang Kristen yang menjadi kepala persekutuan itu adalah
Kristus, oleh sebab itu dalam keluarga Kristen yang menjadi kepala dalam keluarga adalah
Kristus. Disisi lain, perlu juga kita pahami, bahwa “Gereja” berasal dari kata Yunani kyriake
oikia, memiliki arti “Keluarga Allah”. Dengan demikian jelas bahwa dalam keluarga Kristen
termasuk komunitas yang diselamatkan.

Alkitab mencatat beberapa nama perempuan yang perannya dalam keluarga sebagai Perempuan
atau Istri yang begitu bervariasi. Ada yang sesuai dengan kehendak Allah, namun adapula yang
menyimpang.

1). Hawa (Kej.3) – mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan Adam, suaminya.

2). Sarai (Kej.25) – meragukan dan menertawakan janji TUHAN, bahkan mendahului waktu
TUHAN dengan memberikan Hagar kepada Abraham.

3). Ribka (Kej.25) – pilih kasih terhadap kedua anaknya dan mengajari Yakub untuk berdusta
sehingga mendahului waktu TUHAN.

4). Rahel – Lea (Kej.29-30) – selalu berselisih dan saling cemburu untuk mendapatkan cinta
Yakub.

5). Tamar dan Rahab (Kej.38; Yos.2) – mementingkan keselamatan keluarga dan mau dipulihkan
dari masa lalunya yang buruk, sehingga nama mereka tercantum dalam silsilah Yesus Kristus.

6). Abigail (1 Sam.25) – melayani hamba-hamba TUHAN (yaitu Daud dan rombongannya),
sekalipun tanpa sepengetahuan Nabar, suaminya yang kikir itu.
7). Izebel (1 Raja 21) – istri Ahab yang hidup dalam penyembahan berhala dan tindakannya
begitu jahat di hadapan TUHAN.

8). Safira (Kis.5) – setuju dengan keputusan suaminya untuk mendustai Roh Kudus, sehingga
akhirnya dibinasakan TUHAN.

9). Priskila (Kis.18) – bekerjasama dengan suaminya mengerjakan pembuatan kemah untuk
menopang pelayanan bagi TUHAN.

Dari beberapa contoh di atas, seorang perempuan sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa,
yang jika diarahkan kepada hal yang positif sangat konstruktif. Sebaliknya, jika diarahkan
kepada hal yang negatif menjadi sangat destruktif.

- PEREMPUAN DALAM PELAYANAN GEREJA

Ajaran Rasul Paulus tentang peranan perempuan dalam pelayanan gereja merupakan
kelanjutan ajaran Yesus. Seperti diketahui para penulis Alkitab tidak menuliskan kitabnya sesuka
hati mereka tetapi dengan pertolongan dan dorongan Roh Kudus sehingga tulisannya tidak
mengandung kesalahan dan kekeliruan meskipun menceritakan kehidupan dan pelayanan mereka
sendiri. Kitab mereka merupakan bagian firman Allah yang diilhamkan Allah (2 Timotius 3:16;
2 Petrus 1:20-21). Tulisan para Nabi dan Rasul adalah firman Allah yang dimiliki gereja
sekarang dan merupakan pedoman satu-satunya dalam hidup, iman dan pelayanan.

Dalam Perjanjian Baru, Paulus memberikan petunjuk pelayanan yang harus


diimplimentasikan dalam pelayanan gereja. Peranan perempuan dalam gereja secara khusus tidak
luput dari perhatian. Ia memberikan regulasi yang mengatur pelayanan mereka. Meski demikian
ia tidak pernah merendahkan pelayanan perempuan. Ia justru sangat menghargai pelayanan
mereka dalam gereja dan pelayanannya (Roma 16), namun Ia menempatkannya sesuai dengan
ketentuan dan kapasitas mereka sebagaimana diatur dalam firman Allah.12

- Anak dan Gereja

Anak adalah milik pusaka Tuhan yang diperhatikan dan dilindungi oleh Tuhan. Dalam
Matius 18 Yesus berkata bahwa barangsiapa menyesatkan anak-anak maka lebih baik baginya
jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. Tuhan
tahu bahwa anak adlah manusia tidak berdaya dn milik pusakaNya. Tuhan mau kita melayani
anak-anak dengan segenap hati karena Dia punya perhatian yang sangat besar kepada anak-anak.

Anak seperti anak panah di tangan pahlawan , yang pertama anak panah itu harus lurus. Yang
kedua harus kuat. Tuhan mau anak-anak yang dikaruniakan kepad kita entah itu anak kandung
maupun anak-anak rohani kita menjadi anak yang lurus hidupnya dan kuat baru dia bisa menjadi
anak panah di tangan pahlawan. Orang tua, guru-guru di sekolah, pendeta, guru sekolah minggu
adalah para pahlawan yang mempunyai peran yang besar dalam membentuk anak.

Anak hidup dalam suatu konteks. Rumah, gereja, kerabat dan kebijakan pemerintah.
Kehidupan di rumah akan mempengaruhi anak. Jika hubungan orang tua kurang harmonis maka
akan mempengaruhi kejiwaan anak. Jika gereja tidak punya program pembinaan anak yang baik
maka akan mempengaruhi pertumbuhan rohani anak. Klau sekolah guru-gurunya tidak
mempersiapkan pengajaran dengan baik dan memeberikan teladan, maka akan mempengaruhi
anak. Kerabat dan kebijakan pemerintah juga mempengaruhi anak. Anak tidak bisa tumbuh
dengan sendirinya, ada konteks lingkungan yang mempengaruhi dia. Selain dipengaruhi maka
anak bisa mempengaruhi orang-orang di sekitarnya misalnya orang tua nya walaupun pengaruh
anak kepada lingkungannya kadang-kadang bisa kecil dan besar

Yesus memerhatikan anak-anak, begitu pula seharusnya dengan gereja lokal. Gereja
merupakan tempat di mana anak-anak disambut dan diajarkan kebenaran-kebenaran Alkitab.
Sayangnya, beberapa gereja tidak memandang anak-anak layaknya Yesus memandang anak-
anak; hasilnya gereja tidak banyak berusaha mengembangkan pelayanan anak yang terencana
dengan baik dan ditujukan untuk memberikan pelatihan. Tentu saja pelatihan dalam pelayanan
anak harus dimulai dengan membangun dasar yang alkitabiah dalam diri bayi dan anak-anak
prasekolah dan harus berujung dengan membimbing anak-anak yang lebih dewasa kepada
Kristus. Proses ini kemudian harus dilanjutkan dengan upaya untuk membentuk anak-anak ini
supaya menjadi murid yang setia. Beberapa gereja mungkin tidak memiliki pelayanan anak yang
mantap karena mereka tidak tahu bagaimana mengatur dan merencanakan pelayanan anak yang
komprehensif. Gereja lainnya mungkin tidak memerhatikan pelayanan anak hanya karena
mereka ti dak mau meluangkan waktu. Apa pun alasannya, harus ditekankan bahwa Yesus
memandang anak-anak sebagai bagian yang penting dalam kerajaan Allah. Oleh sebab itu, gereja
harus mengusahakan dan melakukan visi Yesus.13
- LGBT dan gereja

Lesbian, gay, biseksual, transgender, interseksual dan queer/questioning (LGBTIQ) sering


tidak diterima dunia layaknya yatim piatu sebagaimana halnya Roh Kudus yang diperlakukan
demikian. Namun Yesus berjanji untuk tidak membiarkan muridnya seperti yatim piatu.

Ada gereja yang menyatakan bahwa ia menerima LGBTIQ+ tapi tidak mau disebut sebagai
bagian dari gerakan LGBTIQ+. Hal itu seolah-olah membuat batasan gereja sebagai posisi yang
superior (yang kuat dan melindungi) dan LGBTIQ+ sebagai posisi yang inferior (yang dilindungi
dan dianggap lemah) padahal seharusnya setara,” papar Suarbudaya yang secara terbuka
menjadikan gerejanya sebagai yang pertama menerima jemaat dengan orientasi seksual yang
berbeda-beda di Indonesia.14

12
http://mpgpps.org/index.php?pg=view-artikel-rohani&artikel=13-peranan-perempuan-dalam-pertumbuhan-gereja

13
https://www.mormonnewsroom.or.id/artikel/anak-anak-dalam-gerejaanak-anak-dalam-gereja

Anda mungkin juga menyukai