Arti setara
3.
Diantara laki-laki dan perempuan tidak ada yang lebih tinggi atau lebih
rendah melainkan satu sama lain memiliki kedudukan yang sama, oleh
karena itu laki-laki dan perempuan harus saling melengkapi,
mengembangkan dan menyempurnakan.
B. PANDANGAN , KEBIASAAN , SIKAP MASYARAKAT TENTANG
KEDUDUKAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI.
Sabda Allah menegaskan itu bagi kita melalui berbagai tempat dalam Kitab
Suci:
“Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan
penolong baginya yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:18).
Wanita yang Allah “bentuk” dari rusuk pria, dibawa kepada manusia. Lalu
berkatalah manusia yang begitu bahagia karena persekutuan dengannya,
“Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kej. 2:23).
Pria menemukan wanita itu sebagai aku yang lain, sebagai sesama manusia.
Pria dan wanita diciptakan “satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah
membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap,
melainkan Ia menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi,
sehingga kedua orang itu dapat menjadi “penolong” satu untuk yang lain,
karena di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi (“tulang dari
tulangku”), sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam
kepriaan dan kewanitaannya.
Pada masa itu, kaum perempuan Yahudi banyak mendapat perlakuan tidak
adil.
Beberapa kasus dalam Kitab Suci memperlihatkan hal itu. Antara lain:
Perempuan yang kedapatan berbuat dosa, dihakimi secara sepihak oleh
orang banyak tanpa melihat bahwa kaum laki-laki juga berdosa (lih. Yoh. 8:
2-11).
Agama Khonghucu