Anda di halaman 1dari 5

MATERI PEMBELAJARAN

KD 3.1
PERTEMUAN KE-3
MEMAHAMI DIRI YANG MEMILIKI KEMAMPUAN DAN KETERBATASANNYA

A. Kesetaraan Laki-laki dan perempuan


1. Kesetaraan Laki-laki dan Perempuan
Pada usia remaja, seseorang mengalami pertumbuhan jasmaniah dan
rohaniah yang sangat besar. mereka mengalami adanya dorongan-
dorongan dan daya-daya tertentu dalam dirinya, khususnya daya tarik
terhadap lawan jenisnya. Daya tarik terhadap lawan jenis ini sering belum
disadari secara penuh oleh para remaja sebagai hal yang luhur, indah,
wajar, dan manusiawi. Ketidaktahuan dan ketidaksadaran akan adanya
dorongan dan daya tarik terhadap lawan jenis ini dapat menyebabkan
remaja tidak pandai menempatkan diri dalam pergaulan antarjenis.
Bahkan, pergaulan antarjenis di kalangan para remaja sering
“menyimpang”. Karena itulah, para remaja memerlukan bimbingan agar
mereka memiliki pengetahuan dan kesadaran yang memadai tentang
hakikat kepriaan dan kewanitaan serta daya tarik terhadap lawan
jenisnya. Dengan demikian, para remaja dapat menghargai dirinya sendiri
dan lawan jenisnya (pria dan wanita) sebagai ciptaan Tuhan yang indah,
luhur, dan suci.
Dalam pembahasan ini peserta didik akan diajak untuk menyadari bahwa
lakilaki dan perempuan diciptakan semartabat dan sederajat. Keduanya
diciptakan menurut citra Allah: diciptakan menurut gambar dan rupa Allah
yang satu dan sama (Kejadian 1, 26 -27). Lebih dari itu, mereka
dianugerahi kepercayaan dan kesempatan yang sama untuk mengambil
bagian dalam karyaNya yang agung. Mereka dipanggil untuk membangun
persekutuan (communio) dan bekerja sama dalam pengelolaan dunia dan
seisinya serta pelestarian generasi umat manusia (Kejadian 1, 31).
Laki-laki dan perempuan saling melengkapi. Sifat korelatif itu
sangat jelas dalam bentuk pria dan wanita. Tetapi juga kelihatan
dalam seluruh kemanusiaannya, seperti: perasaan, cara berpikir,
dan cara menghadapi kenyataan, termasuk Tuhan. Tuhan
mengatakan: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku
akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”
(Kejadian 2: 18).
Laki-laki dan perempuan diciptakan bukan pertama-tama sebagai tuan
dan hamba atau atasan dan bawahan, tetapi rekan yang sepadan. Tugas
dan tanggung jawab yang diberikan kepada keduanya sama. Nilai karya
dan peran mereka pada karya Allah pada umumnya tidak berbeda: tidak
ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah. Sabda Allah yang
berbunyi: “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa
kita…”(Kejadian 1, 26) dan “…yang dijadikanNya itu sungguh amat baik”
(Kejadian 1, 31) menunjukkan perbedaan manusia dengan ciptaan lain.
Sabda itu menunjukkan keistimewaan mereka sebagai laki-laki dan
perempuan di antara semua ciptaan, bukan perbedaan mereka sebagai
laki-laki dan perempuan.

Dalam Kitab Kejadian juga diceritakan bahwa pria dan wanita merupakan
ciptaan Tuhan yang paling indah. Pria dan wanita diciptakan Tuhan untuk
saling melengkapi, untuk menjadi teman hidup. Pria saja tidaklah lengkap.
Allah sendiri berkata: “Tidaklah baik, kalau manusia itu seorang diri saja.
Aku akan menjadikan seorang penolong baginya, yang sepadan dengan
dia” (Kejadian 2: 18). Untuk menyatakan bahwa wanita sungguh-sungguh
merupakan kesatuan dengan pria, maka Tuhan menciptakan wanita itu
bukan dari bahan lain, tetapi dari tulang rusuk pria itu. Maka, pria itu
kemudian berkata tentang wanita itu demikian: “Inilah dia, tulang dari
tulangku dan daging dari dagingku” (Kejadian 2: 23). Dari kutipan Kitab
Suci ini jelaslah bahwa hubungan pria dan wanita adalah hubungan yang
suci dan sepadan.

Kesetaraan Martabat Laki-laki dan perempuan


Manusia pada hakikatnya adalah citra Allah. Manusia diciptakan seturut
gambaran dan rupa Allah baik laki laki maupun perempuan (lih Kej 1:27).
Maka dari itu, laki laki dan perempuan adalah makhluk yang setara.
Namun, laki laki dan perempuan berbeda fungsinya. Laki laki harus
menghormati perempuan sebagai sesamanya, begitu pula sebaliknya.
Serta masing-masing dari mereka harus saling melengkapi agar
tercapainya firman Allah dalam Kejadian 1:28.

2. Peran dan tugas laki-laki dan perempuan


3. Kesetaraan laki-laki dan perempuan menurut Kitab Suci Kej 1 : 26-31
Dalam pembahasan ini peserta didik akan diajak untuk menyadari
bahwa lakilaki dan perempuan diciptakan semartabat dan
sederajat. Keduanya diciptakan menurut citra Allah: diciptakan
menurut gambar dan rupa Allah yang satu dan sama (Kejadian 1,
26 -27). Lebih dari itu, mereka dianugerahi kepercayaan dan
kesempatan yang sama untuk mengambil bagian dalam karyaNya
yang agung. Mereka dipanggil untuk membangun persekutuan
(communio) dan bekerja sama dalam pengelolaan dunia dan
seisinya serta pelestarian generasi umat manusia (Kejadian 1, 31).
Laki-laki dan perempuan saling melengkapi. Sifat korelatif itu
sangat jelas dalam bentuk pria dan wanita. Tetapi juga kelihatan
dalam seluruh kemanusiaannya, seperti: perasaan, cara berpikir,
dan cara menghadapi kenyataan, termasuk Tuhan. Tuhan
mengatakan: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku
akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”
(Kejadian 2: 18).
Dalam Kitab Kejadian juga diceritakan bahwa pria dan wanita
merupakan ciptaan Tuhan yang paling indah. Pria dan wanita
diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi, untuk menjadi teman
hidup. Pria saja tidaklah lengkap. Allah sendiri berkata: “Tidaklah
baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan
seorang penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:
18). Untuk menyatakan bahwa wanita sungguh-sungguh
merupakan kesatuan dengan pria, maka Tuhan menciptakan
wanita itu bukan dari bahan lain, tetapi dari tulang rusuk pria itu.
Maka, pria itu kemudian berkata tentang wanita itu demikian:
“Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku”
(Kejadian 2: 23). Dari kutipan Kitab Suci ini jelaslah bahwa
hubungan pria dan wanita adalah hubungan yang suci dan
sepadan

Anda mungkin juga menyukai