MORAL PERKAWINAN
1. NORMA MORAL KRISTIANI
Moral adalah
Pedoman atau ajaran tentang “baik-buruk”, halal-haram, wajib-dosa mengatur sikap
batin dan prilaku kita. Atau: pedoman bagaimana kita harus mengatur hidup kita supaya
menjadi “baik”= sesuai dengan maksud Tuhan Pencipta Yang Maha Baik (dan dengan
demikian juga akan “bahagia”).
Ukuran untuk menilai tentang baik-buruknya sikap dan perbuatan kita pada dasarnya
ada dua.
Hati Nurani atau suara hati yang berasal dari dalam.
Norma (perintah, larangan atau pedoman) berasal dari luar, yang secara objektif
memberi tahu mana yang “baik” yang harus dilakukan dan mana yang “tidak
baik” yang harus dihindari supaya kita dapat hidup dengan tenang dalam
masyarakat.
Salah = Objektif tidak sesuai dengan norma
Dosa = Dengan sengaja (dengan tau dan mau) melanggar norma yang
diketahui.
Hati nurani adalah “pedoman” atau “guru dari dalam” yang
Memberitahu kepada kita mana yang harus dilakukan;
Menuntut kita untuk berbuat baik dan menjauhi yang buruk;
Menilai perbuatan kita sebelum-sedang-sudah berbuat.
Kalau kita berbuat baik, hati kita tenteram. Tetapi kalau kita berbuat tidak baik, hati
nurani akan menegur. Oleh karena itu sering disebut sebagai “guru dari dalam” atau “suara
Tuhan dalam hati manusia”.
Tetapi suara hati juga dapat keliru; menganggap baik yang sebenarnya buruk;
menganggap tidak apa-apa padalah sebenarnya “apa-apa saja”; atau menganggap buruk apa
yang sebenarnya tidak buruk. Masalah timbul karena perkembangan zaman yang begitu
cepat, dimana banyak aturan/norma lama semakin ditinggalkan, tetapi yang baru belum
ditemukan. Misalnya hubungan seks sebelum menikah dianggap “enggak apa-apa”, baru
merasa bersalah kalau ketahuan/hamil-lalu dari pada mendapat malu “lebih baik” anak
dihilangkan saja. Oleh karena itu kita perlu belajar norma.
Norma tingkah laku kita diterima dari luar: dari pendidikan oleh orang tua, dari
lingkungan masyarakat sekitar, adat kebiasaan, hukum negara dan ajaran agama. Ada norma
yang hanya menunjukan yang “biasa” atau “normal”, mana yang tidak dapat diterima oleh
lingkungan kita. Ada juga yang mewajibkan kita melakukan (atau tidak melakukan) sesuatu,
disertai sanksi kalau tidak ditaanti.
Sumber Moral
Sumber moral kristiani ada dua (yang saling melengkapi)
Kitab Suci dan Ajaran Gereja; pedoman/prinsif umum yang diberikan kepada
kita “dari atas”.
Penalaran akal budi manusia, dilengkapi dengan pengalaman dan ilmu
pengetahuan yang “dari bawah”.
Pedoman dasar moral menurut Kitab Suci dan ajaran agama adalah hukum kasih.
Untuk mewujudkan hukum dasar tersebut, kita diberi sejumlah besar pedoman, baik
berupa perintah, nasehat maupun larangan. Tetapi, penerapannya dalam situasi konkert
masih tetap memerlukan pemikiran dan tanggung jawab sendiri. Selain itu untuk
berbagai masalah konkret sehari-hari, tidak ada pedoman yang mutlak dari agama (harus
begini, tak boleh begitu), sehingga mungkin timbul keraguan. Dalam hal itu kita harus
berpikir sendiri, berdoa mohon petunjuk dari Tuhan dan memikirkannya masak-masak
apa/bagaimana perbuatan kita, apa akibatnya, motivasinya, situasi dan kondisi yang ikut
mempengaruhi, dsb, dan juga mau belajar dari pengalaman (baik pengalaman sendiri
maupun pengalaman orang lain) dan juga perkembangan ilmu. Misalnya untuk menilai
baik-buruknya atau halal-haramnya cara-cara KB seperti spiran atau vasektomi jelas
tidak akan dapat ditemukan pedoman dari ayat-atat Kitab Suci. Maka penilaiannya harus
lain.
Orang bertindak dengan “baik” kalau bertindak sesuai dengan hati nurani yang
jujur dan benar (=sesuai norma moral) dan dapat mempertanggungjawabkan tingkah laku
dan perbuatannya dihadapan Tuhan dan sesama.