Anda di halaman 1dari 34

BAHAN KULIAH AGAMA KRISTEN PROTESTAN

TAHUN AKADEMIK 2011-2012


(Pdt.RINA TERIASI, S.Th, M.Si)
STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA

Pengertian dan Fungsi Agama


1.

Pengertian Agama
Saat manusia bertanya tentang Tuhan, Malaikat, Roh, Sorga, Neraka, Hidup Kekal dan lainnya,

jawaban ada di bidang Agama. Istilah Agama dari bahasa Sansekerta dari kata : A-GAM-A
( A=tidak, GAM= pergi, A=kata sifat ) Agama = tidak pergi / tetap kekal. Kemudian dari kata
AGAM berarti pegangan atau pedoman hidup kekal.
Dalam bahasa latin istilah Agama disebut Religio, yang artinya pertama, memperhatikan dengan
seksama, adanya rasa takut terhadap llahi. Kedua, mengikat, adanya kata antara yang llahi dengan
manusia. Jadi Agama di definisikan sebagai.suatu kepercayaan'1gn keyakinag mengenai kuasa-kuasa
dan kenyataan yang bersifat supranatural yang dianggap sebagai lla hidan yang biasanya
dipersonifikasikan dalam wujud_dewa. ilahi. Allah dan sebaqainva.
2. Fungsi Agama
Secara umum fungsi Agama meliputi 2 (dua) hal, yaitu :
a. Fungsi Agama secara pribadi manfaatnya adalah :
-Memberikan kekuatan kepada manusia saat mengalami kesulitan dan penderitaan
yang berat.
-Memberikan dorongan, semangat, arah dan makna hidup manusia di dunia
ini.
-Memberi jawab atas pertanyaan-pertanyaan manusia tentang kehidupan
manusia setelah kematian dan kebuntuan akal manusia dalam menjawab
semua persoalan hidup.
b. Fungsi Agama secara kolektif, manfaatnya adalah :
-Memberikan dasar untuk kesatuan masyarakat dalam pandangan hidup dan sistem nilai
yang seragam, misalnya : melarang mencuri, membunuh, berdusta, korupsi dll.
-Memberikan motivasi yang sama untuk kegiatan bersama dalam masyarakat,
misalnya : dalam kegiatan-kegiatan sosial bersama. -Memberikan aturan atau norma

dalam hidup bersama, bagi mereka yang melanggar dan merugikan kepentingan umum
dikenakan sanksi sosial.

B. Agama Kristen
Agama Kristen mengakui Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat manusia,
berdasarkan firman Tuhan dalam Alkitab. Oleh sebab itu Agama Kristen mempunyai keunikan .
Dibawah ini keunikan Agama Kristen :
1. Agama Kristen sebagai Agama : mempunyai unsur-unsur seperti dosa, ritual, fungsi
kemasyarakatan dll. Agama Kristen menyembah Allah yang Esa (Kej. 1,2; Ul 6:4), Upacara
ibadah pada hari minggu(Kis. 20:7), berkumpul untuk berdoa dan membagikan sesuatu
diantara jemaat Allah (Kis. 2:2)
2. Yesus Kristus : Umast Kristen menyembah Allah. Allah yang disembah dikenal dalam nama
Yesus Kristus. Dalam firman Allah terwujud dan terbukti. Dalam pelayanan Yesus
mewujudkan kehendak Allah, yaitu datang untuk mengasihi, mencari, menyelamatkan dan
memberikan pengampunan. Semua terbukti dalam kelahiran, kematian, kebangkitanNya.
3. Alkitab : Wahyu Allah atau pernyataan Allah yang diinspirasikan oleh Roh Kudus dan tertulis
dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
4. Keselamatan : Keselamatan manusia datang dari Allah atas dasar inisiatifNya dan
anugerahNya.
C. Kristus pembaharu dalam hidup
Sebagai mahasiswa, karya Kristus menjadi teladan dan membawa pembaharuan diaspek
kehidupan. Untuk itu mahasiswa hams menunjukan ciri-ciri sebagai murid Kristus yang setia.
Dibawah ini ada 3 ciri identitas orang Kristen :
Kasih : kehidupan orang Kristen harus dimotivasi oleh kasih (Mat. 22:37-40, Rom. 13:8).
Ada empat unsur kasih yang harus diwujudkan, pertama, kasih berarti penghargaan pada kehidupan
setiap orang. Kedua, kasih bukan sikap batin saja, kasih perlu diwujudkan dalam perbuatan yang
konkrit. Ketiga, kasih berarti kepekaan kepada kebutuhan dan penderitaan sesama kita. Keempat,
kasih yang sejati tidak terbatas kepada kaum kerabat atau kawan-kawan kita. Keadilan : Alkitab
sering membicarakan keadilan, sebagai sifat Allah. Sebagai kewajiban manusia dan sebagai ciri
masyarakat yang baik. Damai sejahtera : kata Ibrani Shalom artinya kedamaian, persatuan,
keselamatan, kesejahteraan, kesehatan, keadilan dan persekutuan. Shalom berarti bahwa semua
kekacauan dalam kehidupan manusia diatur, semua penyakit : sembuhkan, semua gangguan diatasi:
semua perpecahan dipersatukan kembali.

Peran dan fungsi agama dalam pelayanan kesehatan dari sudut pandang iman Kristen
berdasarkan:
1. Matius 22 : 37 40 Hukum Kasih (ayat 39) Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri
2. Galatia 6 : 2 Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hokum
Kristus
Kasih : kehidupan orang Kristen harus dimotivasi oleh kasih (Matius 22:37-40). Ada empat
unsur kasih yang harus diwujudkan, pertama, kasih berarti penghargaan pada kehidupan setiap
orang. Kedua, kasih bukan sikap batin saja, kasih perlu diwujudkan dalam perbuatan yang konkrit.
Ketiga, kasih berarti kepekaan kepada kebutuhan dan penderitaan sesama kita. Keempat, kasih yang
sejati tidak terbatas kepada kaum kerabat atau kawan-kawan kita.
a.. Fungsi agama dan hikmah beragama dalam pelayanan kesehatan.
Dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat tentunya kita akan berjumpa dengan berbagai
ragam manusia dengan latar belakang status sosial yang berbeda, latar belakang agama yang berbeda,
latar belakang pendidikan yang berbeda, latar belakang budaya dan suku yang berbeda. Bagaimanakah
sikap anda sebagai seorang tenaga medis melaksanakan tugas melayani masyarakat?
Manakala seorang yang Kristiani sedang melaksanakan tugasnya sebagai tenaga medis (dokter,
perawat, bidan), maka ia harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan berdasarkan hukum kasih
seperti yang Tuhan Yesus ajarkan dalam Matius 22:39 :Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri.
b. Sikap hidup beragama dalam kehidupan bermasyarakat.
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beragam agama, beragam suku dan budaya
yang berbeda satu sama lain di kepulauan Nusantara yang tercinta ini. Sebagai warga negara yang baik,
bagaimanakah kita menyikapi keberagaman tersebut berdasarkan Bhineka Tunggal Ika (berbedabeda tetapi tetap satu). Perbedaan keyakinan/agama bukan sebagai penghalang atau tembok pemisah
dalam kehidupan kita bersama. Justru di dalam perbedaan kita belajar untuk saling menghargai satu
dengan yang lainnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh rasul Paulus dalam I Korintus 12:12-31:
Banyak anggota, tetapi satu tubuh. Beragama pemeluk agama yang berbeda-beda di bawah naungan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Demikian juga setiap orang harus menjadi garam dan terang bagi dunia seperti yang Tuhan
Yesus ajarkan dalam Matius 5:13-16. Menjadi pembawa terang artinya menjadi panutan atau teladan
yang baik dimanapun ia berada. Menjadi garam artinya sebagai pelopor pemersatu dan pembawa
damai bagi sekelilingnya.
c. Toleransi beragama dalam kesehatan masyarakat.

Sebagai seorang tenaga medis harus memberikan pelayanan kesehatan prima kepada masyarakat yang
berasal dari latar belakang agama/kepercayaan yang berbeda-beda dengan berdasarkan hukum Kasih
(Matius 22:37-40; 1 Korintus 13). Memberikan pelayanan medis yang terbaik terhadap siapapun, tidak
pilih kasih, serta melayani dengan tulus tanpa memandang status sosial/agama pasien tersebut.

RENCANAALLAH BAGI KELUARGA


(Kejadian 2:8-25; Kejadian 1:26-28)

Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sendiri. Di samping itu, Allah
mempunyai rencana yang indah dalam kehidupan manusia. Rencana tersebut terungkap dalam
Kejadian 2:8-25. Pada ayat 18 di-katakan, "Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja." Berbeda
dengan apa yang tertulis dalam ayat-ayat sebelumnya. Setiap kali timbul ciptaan yang baru, selalu
dituliskan, "Allah melihat bahwa semuanya itu baik." Namun, kali ini dikatakan, "Tidak baik ...."
Allah memandang bahwa tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Lalu, Allah membuat suatu
rencana agar yang tidak baik ini menjadi baik. Dan rencana itu diwujudkan dengan diciptakanNya seorang pendamping bagi Adam, yaitu Hawa. Maka, terjadilah sebuah keluarga. Jadi, pernikahan adalah sesuatu yang sudah direncanakan Allah sendiri.
Pernikahan ada di dunia ini bukan karena kebetulan atau karena kemauan manusia. Lembaga
pernikahan sudah direncanakan Allah sejak semula dan dimulai pertama kali di Taman Eden. Di
taman yang indah dan penuh kebahagiaan itulah terjadi pemikahan kudus yang pertama kali di
hadapan Tuhan. Jadi, pemikahan adalah rencana Allah yang indah bagi manusia.
Bukankah itu yang menjadi harapan kita semua, yaitu agar pemikahan kita kelak atau sekarang
merupakan pernikahan yang indah? Pemuda-pemudi yang belum menikah biasanya mempersiapkan
pemikahan mereka dengan sebaik-baiknya. Mereka studi atau bekerja untuk mengumpulkan uang,
dengan harapan bila nanti mereka menikah, mereka akan membangun sebuah keluarga yang bahagia.
Mereka membayangkan bahwa mereka akan memasuki gerbang pernikahan dengan penuh
keagungan. Saya yakin tidak ada seorang pun yang pernah mengharapkan untuk memiliki sebuah
keluarga yang berantakan. Bayangannya tentu sebuah rumah tangga yang penuh kebahagiaan.
Saya selalu mengatakan bahwa pernikahan itu bagaikan pemandangan sebuah gunung. Di
pandang dari jauh gunung itu kelihatan indah sekali, elok, sedap dipandang mata. Tetapi, begitu
Anda mendekat dan menaiki gunung itu, sudah lain pemandangannya, penuh onak dan duri, semak
belukar, binatang buas, serta jurang-jurang yang dalam. Demikian juga dengan apa yang terjadi pada
pernikahan. Dipandang dari jauh, perkawinan itu kelihatannya begitu indah, elok sekali, seolah-olah

menawarkan suatu kebahagiaan yang luar biasa. Namun, sesudah anda memasukinya, tidak
selamanya demikian. Rupanya di dalam perkawinan ada juga onak dan duri yang kadang-kadang
menusuk, jurang-jurang yang dapat membuat kita terjatuh, serta binatang-binatang buas yang
membahayakan kita. Bagi Anda yang belum menikah, mungkin belum dapat merasakan hal itu.
Tetapi, kalau .Anda bertanya kepada ayah atau ibu, mereka pasti mengiyakannya. Dari 100
pernikahan yang terjadi di negara maju seperti Amerika, 50 terancam perceraian; 45 di antaranya
diselesaikan dengan perceraian, hanya lima yang dapat bertahan. Akibatnya, banyak orang
mengalami tekanan dan gangguan jiwa karena problem keluarga yang tidak terpecahkan.
Lima keluarga yang terhindar dari perceraian itu ternyata terdiri dari suami-istri yang beriman,
atau paling tidak salah satunya (suaminya atau istrinya) beriman kepada Tuhan Yesus. Iman kepada
Yesus Kristus-lah yang membuat keluarga itu sanggup bertahan dari segala macam godaan yang
mereka hadapi.
Rahasia kekuatan dari keluarga yang bertahan itu terletak pada segitiga pengaman, yang
susunannya adalah sebagai berikut:
Allah

Suami

Istri

Allah mempersatukan mereka berdua. Allah menjaga hubungan mereka. Jika hubungan mereka
dengan Allah semakin dekat, maka hubungan di antara mereka berdua juga semakin dekat. Semakin
jauh hubungan mereka dengan Allah, semakin jauh pula hubungan di antara mereka berdua.
Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia
(Matius 19:6; I Korintus 7:3-5; Efesus 5:22-33; Kolose 3:18-21)

Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia


(Kejadian 2:18b)
Istri adalah penolong yang sepadan bagi suami. Fungsi istri disebutkan dengan jelas di sini.
Wanita diciptakan bukan untuk menjadi budak laki-laki, tetapi sebagai penolong yang sepadan.
Dalam bahasa Ibrani disebut neged, yang artinya "jodoh". Tetapi, jodoh dalam bahasa Indonesia
sudah memiliki makna yang lain, yaitu menunjukkan pasangan hidup yang sudah digariskan atau
sudah ditakdirkan. Sedangkan, jodoh yang dimaksud di sini adalah penolong yang sepadan, yang dipilihkan oleh Allah sendiri, bukan oleh pilihan manusia harus menanggapinya dengan perasaan juga.

Begitu Allah berfirman jadilah terang, maka terang itu pun jadi. Ini berbicara tentang kuasa Allah.
Jadi, kita tidak perlu memikirkan bagaimana hal itu bisa terjadi. Finnan Allah berkuasa.
Kita melihat bahwa pertama kali Allah memberikan terang kepada bumi ini. Terang itu
penting sekali. Dunia yang gelap gulita memerlukan terang. Gelap itu tidak baik, bisa
membuat orang gampang jatuh, dapat membuat orang saling bertubrukan, dan sebagainya.
Dengan adanya terang kita bisa melihat dengan jelas, tidak usah lagi terjatuh atau
bertubrukan.
Allah Melihat bahwa Terang Itu Baik (Kej. 1:4)
Allah selalu memberikan yang baik kepada manusia. Allah tidak pernah menciptakan
yang bumk bagi manusia. Ada tujuh kali kata "baik" disebutkan dalam Kej. 1. Tujuh hari
penciptaan penuh dengan segala sesuatu yang baik. Demikian juga, tujuh hari kita dalam satu
minggu hams kita isi dengan segala sesuatu yang baik. Dan yang terbaik dari semua ciptaan
adalah ketika Allah menciptakan manusia.

Membesarkan dan Mendidik Anak


Salah satu pokok yang dibahas berulang-ulang oleh Alkitab ialah tentang pentingnya mendidik
anak melalui pengajaran dan teladan. Secara jelas Kitab Ulangan menekankan bahwa anak-anak
harus diajari jalan-jalan Allah: Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau
perhatikan

haruslah

engkau

mengajarkannya

berulang-ulang

kepada

anak-anakmu

dan

membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 6:6, 7). .
Kitab Amsal adalah ringkasan dari kebijakan umat Allah. Masalah keluarga dan mengasuh anak
dalam iman adalah pokok yang mendapat tekanan kuat di dalamnya. "Didiklah orang muda menurut
jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan
itu." (Amsal 22:6).
Timotius telah dididik dalam Alkitab sejak masa kanak-kanaknya, sesuai dengan perintah Allah
dan adat bangsa Yahudi. "Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang
dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada
Kristus Yesus."(II Timotius3:15, 17).
Paulus berbicara tentang keharusan membina dan mendisiplin anak-anak kita secara terusmenerus: "Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup
di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam
dirimu." (II Timotius 1:5).
Alkitab mengajarkan bahwa orang tua bertanggung jawab untuk membina dan mendisiplin anak-

anak mereka, supaya mereka boleh dibawa untuk mengenal Alkitab dan menghormati Tuhan.
"Penyebab dasar mengapa terjadi ketidakbahagiaan dalam rumah tangga kita ialah karena kita
sudah tidak memperdulikan Allah dan prinsip-prinsip yang diberikanNya kepada kita. Kita tak
bersedia melaksanakan rencanaNya untuk keluarga. Anggota-anggota rumah tangga telah meno-lak
tanggung jawab mereka seperti yang dinyatakan di dalam Alkitab. Jelas sekali bahwa ketaatan tidak
datang dengan sendirinya. Ia harus diajarkan dan dipelajari. Anak-anak harus diajar taat, sama
banyak seperti mereka perlu diajar cara membaca dan menulis."
Strategi Bimbingan
1. Anjurkan para orangtua untuk menciptakan suasana rumah tangga yang menghasilkan
kerohanian yang kokoh dan perkembangan mental yang baik.
A. Suatu rumah tangga yang stabil, damai dan penuh kasih
B. Suatu

rumah

mana

tangga

terdapat

menguatkan.

yang

suasana

Suatu

mengutamakan

persaudaraan,

rumah

tangga

suasana

saling

di

kekeluargaan,

menghormati

mana

seisi

dan

keluarga

di
saling

melakukan

sesuatu bersama-sama, khususnya ketika anak-anak masih kecil.


C. Suatu rumah tangga yang berpusatkan menanyakan orang tua itu, apakah dia sudah
menerima
berhak

Yesus
untuk

untuk

hidup

Kristus

sebagai

menyambut
dari

sudut

Tuhan

Allah

dan

dalam

setiap

kasih

Allah

pandang

rohani.

Lihat

Amsal

berorientasi

pada

gereja.

anggotanya

Kristus,

dan

22:6.

(Di

diajar
sini

saat yang tepat untuk dan Juruselamat).


D. Suatu

rumah

mudah

tangga

untuk

yang

membesarkan

anak-anak,

bila

Adalah

kehidupan

lebih

mereka,

se-

kepada

du-

orang

tua

luruh isi keluarga beserta para sahabatnya, dipusatkan pada gereja.


E. Para
nia

orang

tua

pemikiran,

suka

membaca,

majalah-majalah
kan

les

kepada

mereka

memperkenalkan

melalui

anak-anak

musik,

contoh
pun

baik

rumah

seperti

reka remaja.

baik
yang

dalam

terhadap

harus

untuk

tangga.
olah

sejak

konflik-konflik

akan

anak-anak

maupun

tindakan.

suka

membaca.

Buku-buku

dan

harus

sudah

diperkenal-

Pengembangan

bakat

dan

kepribadian

dan

hobby,

di

SD.

Ini

yang

Jika

anak-anak,

raga

masih

mereka

akan

akan

muncul

sudah

dapat

menjadi
kelak

diperkenalkan

batas

pada

pengaman

waktu

me-

2. Bimbing orang tua untuk mengakui bahwa anak pun memiliki hak-hak mereka, tetapi hak-hak itu
harus dijalin kepada seluruh isi keluarga.
A. Anak berhak untuk dikasihi dan diterima.
B. Anak

berhak

untuk

menerima

berbagai

bentuk

bantuan

yang

akan

membuat mereka memiliki harga diri, rasa aman dan berarti.


C. Anak berhak menyaksikan kedua orang tua mereka menyatakankasih sayang dan saling
menghargai, satu kepada yang lain. Contoh-contoh kelakuan Kristen yang dewasa, perlu
mereka saksikan supaya mereka lihat bagaimana orang tua mereka menangani masalah dan
tekanan hidup.
D. Anak berhak untuk didisiplin dan dihukum secara adil dan bersitetap.
(1) Jangan menuntut lebih dari yang mampu dilakukan anak.
(2) Laksanakanlah hukuman secara adil dan benar. Tuntutan yang melampaui batas dan keras,
siksaan jasmani, cepat menimbulkan kegetiran dan pemberontakan. Orang tua perlu bersikap
luwes dan tidak berpegang pada "huruf-huruf Taurat".
(3) Jangan menghukum dalam kemarahan atau letusan perasaan hati saat itu juga.
(4) Berikan selalu penjelasan, agar mereka tahu mengapa mereka dihukum.
3.Anjurkan orang tua untuk membuka kesempatan berkomunikasi seluas-luasnya, apa pun resikonya.
A. Orang tua harus menyediakan waktu untuk menjadi pendengar yang memperhatikan dan
mengambil prakarsa untuk mendorong terjadinya percakapan. Perlu ada diskusi jujur tentang
masalah seks, obat bius, alkohol, pacaran, dan sebagainya.
B. Orang

tua

harus

membagikan

pengalaman-pengalaman

masa

kecil

dan remajanya, termasuk kesalahan dan kegagalan mereka.


C. Orang

tua

patokan

hidup

menjelaskan
kan
dapat

harus
dan

dasar-dasar
mengajak

jujur,

dan

mempersilakan

kepercayaannya.

Ini

membelanya.

Melalui

kepercayaan

dan

dan

menolong

ini,

nilai
mereka

anak

untuk

membuka
anak
hidup

kesempatan

anda
mereka

untuk

mempertanyakan
akan

untuk

merumus-

sendiri.

menyusun

Anda
sasaran-

sasaran hidupnya kini dan nanti.


Alkitab
"Orang benar yang bersih kelakuannya-berbahagialah keturunannya." (Ams. 20:7)
"Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya." (Kol. 3:21)
"Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan janganlah engkau bosan akan
peringatanNya. Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihiNya, seperti seorang ayah

kepada anak yang disayangi.(Ams. 3:11, 12)


"Hai

anak-anak,

demikian.
yang

taatilah

Hormatilah

penting,

seperti

dan

panjang

umurmu

kan

amarah

di

orang

tuamu

ayahmu
yang
di

dalam

dan

nyata
bumi.

hati

di

dalam

Tuhan,

karena

haruslah

ibumu,

ini

adalah

suatu

perintah

janji

ini:

dari
Dan

kamu,

anak-anakmu,

supaya

_bapa-bapa,
tetapi

kamu

berbahagia

janganlah

didiklah

mereka

bangkitdi

da

lam ajaran dan nasehat Tuhan." (Efesus 6:1-4;Amsal 31:10,26,27,28; Amsal 30:11;
Ulangan 12:28)

MANUSIA
A. Manusia menurut kesaksian Alkitab
1. Manusia sebagai Peta dan gambar Allah (Imago die) Manusla sebagai peta / hubungan yang
khusus dengan Allah. Hubungan yang khusus diungkapkan juga melalui penempatan
manusia dalam tarnan eden. Ada beberapa tokoh gereja yang melihat manusia sebagai peta
dan gambar Allah, yaitu :
a. Origenes berpendapat bahwa manusia dijadikan sesuai dengan peta / rupa dan gambar Aiiah
itu memilikl tabiat yang berakal, dengan maksud agar manusia telaten (baca : rajin untuk)
rnenjadi serupa dengan Allah.
b. Irenius pendapat bahwa manusia sejak semula teiah menurut peta / rupa dan gambar Allah,
yang berarti sejak semula la adalah makhluk yang berakal dan serupa dengan Allah.
c. Marthin

Luther

berpendapat

bahwa

manusia

rnemiliki

pengetahuan

akan

Allah, kebenaran dan kekudusan yang setelah manusia jatuh kedalam dosa,
hilang sama sekali
d. Yohanes Calvin berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "gambar" adalah
hakikat

manusia

yang

tldak

dapat

berubah,

sedangkan

yang

dengan "peta/rupa" adalah sifat manusla yang dapat berubah.


2. Manusia sebagai mandataris Allah
Sebagai mandataris Allah, manusia bertanggung jawab mengatur jumlah

dimaksud

umat manusla dan sekallgus memelihara makhluk-makhluk yang mendiami bumi agar tldak
penuh. Manusia harus mampu mengambil keputusannya sendiri dan mampu mempertanggung
jawabkan keputusan dan karyanya kepada Allah.
3. Kebebasan dan keterbatasan manusia
Allah menciptakan manusla sedemikian rupa, sehlngga manusia dapat berbaktl kepada Allah
dengan bebas. Manusla sudah menyalahgunakan kebebasan Ini. la sendiri Ingin menentukan
kebebasannya tanpa mengindahkan aturan-aturan dari Allah. Walaupun akibat kebebasan itu
manusia berdosa. Tetapi dalam keadaan berdosa manusia dapat berbuat banyak, misalnya :
membangun keluarganya, menyelenggarakan pemerintahan negara, memajukan kebudayaan,
dan lain sebagainya. Tetapi ada hal yang tak dapat dilakukan dengan kekuatan sendiri, yakni
dengan kemauan sendiri mengasihi Allah dan sesama. lapun telah kehilangan kebebasan itu
karena kesalahan sendiri.
4.

Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

Setiap manusia memiliki ciri dan sifat yang berbeda, tetapi walaupun manusia sebagai makhluk
individu, ia mempunyai hubungan langsung dan khusus dengan Allah. Karena manusia sebagai
gambar dan rupa Allah, namun juga la adalah makhluk sosial yang bertanggung jawab terhadap
dunia sekitarnya termasuk terhadap sesama manusia. Manusia tidak bisa hidup lepas dari
sesamanya manusia, manusia ada dalam hubungan dengan sesamanya, dalam situasi saling
menolong, saling memperhatikan, saling menghargai dll. Manusia harus menghormati
sesamanya sebagai gambar Allah.
5.

Hati nurani dan kesadaran etik manusia

Hati nurani berarti mampu membedakan mana yang baik dan yang jahat. Dalam bahasa lati
disebut Consientia artinya setahu, dengan diketahui oleh. Menurut index, judex, undex, difinisi
hati nurani adalah didalam suara hati, dengan tiada terlawan, manusia berhadapan dan bersoal
jawab dengan dirinya sendiri, dan ia menjadi pembuat peraturan, hakim dan pembalas terhadap
perbuatan sendiri. Sedangkan kesadaran etis berarti mampu memilih, dalam Mikha 6:8 "Hai
manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik, dan apa yang dituntut Tuhan dari
padamu".
Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita (Kej. 1:26)
'
Manusia merupakan puncak ciptaan Allah yang paling sempuina dan paling mulia di
antara segala ciptaan Allah yang lain. Sebagai manusia, kita diciptakan oleh Allah begitu mulia.
Kita diciptakan segambar dengan Allah. Jadi, di dalam diri kita terdapat kemuliaan Allah. Kita
bukan Allah, namun di dalam diri kita ada kemuliaan Allah. Sama halnya apabila Anda
bercermin. Anda me-lihat diri Anda ada di dalam cermin itu. Seolah-olah tidak ada beda antara

diri Anda di dalam cermin itu dengan diri Anda yang sebenamya. Namun, diri Anda tetaplah diri
Anda, dan yang ada di dalam cermin hanya bayangan atau gambar diri Anda. Itu namanya
segambar dan serupa. Sama halnya manusia dengan Allah. Manusia diciptakan menurut gambar
dan rupa Allah, namun manusia bukanlah Allah. Allah tetap Allah, dan manusia tetap manusia.
Akan tetapi, gambar dan rupa Allah yang ada di dalam manusia itu telah dirusakkan oleh
iblis. Akibatnya, manusia menjadi kekurangan (miskin) akan kemuliaan Allah (Rm. 3:23).
Meskipun demikian, Allah tetap mengasihi manusia. Allah ingin memulihkan keadaan manusia.
Roh Allah ingin "mengeramf hidup kita, sehingga kita menjadi ciptaan bam kembali. Gambar
dan rupa Allah yang telah rusak itu diganti dengan yang bam. Sebab itu, kita yang sudah
dilahirkan kembali hams menjaga gambar dan mpa Allah yang telah dikembalikan kepada kita.
Janganlah kita kembali merusakkannya.
Manusia diciptakan dengan kedudukan yang lgbjh tinggi daripada binatang, namun kadangkadang tingkah lakunya lebih buruk daripada binatang. Pada waktu saya masih berada di dalam
penjara, saya sering mendapat kiriman permen coklat, karena saya memang suka per-men
coklat. Ketika saya memakan sebatang pennen itu, ternyata ada satu gumpal yang jatuh ke
lantai. Karena sudah terlalu kotor, saya tidak tega mengambilnya kembali. Tidak lama
kemudian, datanglah seekor semut menemukan gumpalan permen coklat tersebut. Tentunya dia
senang sekali. Tetapi, dia tidak kuat mengangkatnya. Lalu, dia pergi kembali. Tidak lama
kemudian, dia datang lagi bersama rombongan kawan-kawannya. Kemudian mereka
mengangkat gumpalan coklat itu beramai-ramai secara gotong-royong. Itu semut, binatang yang
sangat kecil, yang mungkin tidak mempunyai pikiran seperti manusia.
Tetapi, bagaimana dengan manusia? Bagaimana jika manusia menemukan rezeki? Apakah
mereka akan memanggil kawan-kawannya? Jarang yang melakukan-nya. Heran, manusia yang
pandai sekali mau kalah dengan semut yang bodoh. Pantas kalau Salomo berkata, "Belajarlah
dari semut."
Gambar dan rupa Allah yang ada pada manusia telah rusak karena dosa. Marilah kita minta
gambar dan rupa yang baru, agar kita menjadi segambar dan serupa dengan Allah kembali.
Pemuda atau pemudi yang belum menikah, lihatlah dahulu adakah gambar Allah pada calon
teman hidup Anda? Jangan lihat kantongnya atau pekerjaannya saja. Memang, hal itu juga perlu
diperhatikan, sebab jangan sampai Anda menikah dengan orang yang tidak punya peken'aan.
Tetapi, yanglebih penting lagi, adakah gambar Allah di dalam dirinya?
Demikian juga suami dan istri, peilu untuk melihat kembali istri atau suami Anda. Gambar
dan rupa siapa-kah yang ada di dalam dirinya? Kalau tidak ada gambar Allah, dan yang keluar
hanya kata-kata, "Setan, lu," dia perlu diperingatkan, agar bertobat dan kembali kepada Allah.
Mengapa ada banyak anak yang bandel, tidak mau diatur, dan tidak mau mengenal Allah?
Karena mereka tidak melihat peta dan teladan Allah pada orang tuanya. Bagaimana anak bisa

diajak untuk taat kepada Allah bila setiap hari mereka melihat ayahnya berkata kepada ibunya,
"Sapi, lu." Atau kalau ibunya memarahi ayahnya, "Monyet, lu." Mereka akan berpikir, "Kalau
bapakku monyet dan ibuku sapi, lalu aku ini apa?" Dia bingung karena belum ada percobaan
sapi dan monyet di-kawinkan.
Keluarga yang demikian tidak mempunyai peta Allah di dalam dirinya. Kalau di dalam diri
bapak atau di dalam diri ibu ada peta Allah, maka anak pun akan mempunyai keyakinan bahwa
di dalam dirinya juga ada gambar dan rupa Allah.
Allah itu baik. Allah itu manis. Allah itu penuh kasih. Oleh karena itu, orang yang mempunyai
peta dan gambar Allah akan memancarkan sikap dan wajah yang demikian pula. Jadi, orang
Kristen seharusnya memancarkan wajah yang ramah, penuh senyum dan penuh kasih. Orangorang yang demikian inilah calon penghuni surga. Orang yang selalu cemberut dan selalu
marah-marah mungkin merupakan calon penghuni neraka.
Saya banyak melihat bermacam-macam ekspresi wajah orang, ketika saya berada di dalam
penjara. Dari dalam sel saya dapat melihat orang-orang yang keluar dari pengadilan. Kalau dia
keluar dengan riang dan se-nyum-senyum, tentu dia adalah orang yang dibebaskan dari
hukuman. Tetapi kalau dia diam, menunduk, wajahnya suram, sudah pasti dia tak lama lagi akan
menerima hukuman.
Nah, demikian juga dengan calon penghuni surga, dia akan mempunyai wajah yang penuh
senyum dan sukacita. Tetapi orang yang wajahnya suram, cemberut dan gampang tersinggung,
kemungkinan besar dia adalah calon penghuni neraka.
Biarlah gambar dan rupa Allah yang telah diberikan Allah sejak semula kita kembalikan
lagi. Kita minta agar Tuhan memulihkannya. Jalan sudah tersedia, dan jalan itu tidaklah rumit.
Hanya melalui Yesus Kristus saja, gambar dan rupa Allah di dalam diri kita dapat di-pulihkan.
Terimalah Dia, datanglah pada salib-Nya, akuilah dengan jujur, "Tuhan aku adalah orang yang
berdosa. Gambar dan rupa-Mu di dalam diriku telah rusak. Sekarang aku mau menerima
Engkau menjadi Juru Selamat dan Tuhanku, sehingga aku menjadi ciptaan yang baru."

B. Manusia dan Dosa


1.

Manusia itu berdosa.


Asalnya dosa, inisiatif untuk berbuat dosa tidak keiuar dari manusia tetapi dari Iblis (Kej 3).
Manusia dibujuk supaya berbuat dosa. Karena itu dosa manusia ada 2 (dua) jenis sifatnya :
a.

Unsur Pasif: manusia dibujuk, disilaukan mata, digoda, diseret oleh bujukan.
Dimanapun juga manusia selalu hidup didalam godaan Iblis.

b.

Unsur Aktif: kita tidak hanya digoda untuk berdosa, tetapi kitalun mengatakan
ya kepada dosa, karena tabiat kita yang jahat.

2.

Hakikat dosa
Kata dosa, Yunaninya ialah Amartia; ibraninya Chet atau Chatta. Amartia berarti luput, tidak
mengenai sasaran, menyeleweng dari tujuan. Manusia yang berdosa adalah manusia yang
tidak dapat mencapai tujuannya. Didalam pandangan Alkitab, bahwa dosa tidak dimulai
pada kejasmanian, tetapi justru pada inti manusia. didalam hatinya. didalam hubungan
dengan Allah.
3. Perbedaan antara dosa-dosa
Dosa tidak bisa dilihat pengertiannya secara kuantitatif, yakni mengukur dosa dengan
ukuran besar atau kecil. Dosa adalah pengertian keagamaan. Dalam hal ini beberapa
yang dilihat dalam pembedaan dosa-dosa :
-

Dosa perseorangan dan dosa kolektif (bersama-sama)


Dosa terhadap Allah dan sesama
Dosa didalam pikiran, perkataan dan perbuatan

Menghujat Roh Kudus

Dosa turunan dan tanggung jawab

Sikap Orang Kristen Terhadap Proses Perkembangan IPTEK


Manusia diciptakan Tuhan dalam keadaan keharusan berelasi dan berinteraksi dengan
Tuhan, sesama dan alarm, dengan selalu berpegang pada prinsip kasih dan keadilan (Kej 1:2829; 12:27-40)
Manusia merupakan makhluk yang berdosa tetapi juga yang dikaslhi dan diseiamatkan
oleh Tuhan, di dalam dan melalui Kristus (Roma 3:3-9; Yoh 3:16). Ini berarti bahwa kita harus
bersikap kritis terhadap apa saja yang dicapai dan dihasilkan manusia melalui IPTEK.
Ilmu Pengetahuan dan Etika llmu Pengetahuan
Pada hakekatnya ilmu pengetahuan bebas etika, artinya pada diri ilmu pengetahuan tidak
mengandung pembatasan atau pengawasan. Tugas etika mencegah penyalahgunaan hasil-hasil
IPTEK.
Like Wilardjo dari UKSW menyimpulkan "ilmu dan teknologi yang semula diharapkan
menjadi sarana pembebasan manusia dari berbagai kesulitan yang berpangkal pada kedasyatan
kekuatan alam dan ketakutan manusia akan cara menjinakan kekuatan itu, berkembang menjadi
kekuasaan yang justru menindas manusia. Kekuataan itu lengket dengan kecanggihan dan
keunggulan teknologi berbalik menjadi senjata ampuh untuk memaksakan ketidakadilan pada
mayoritas kaum lemah.
Hubungan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang dikaruniakan oleh Allah kepada manusia untuk

supaya manusia mengembangkan diri, supaya manusia selalu bisa menyesuaikan diri dimanapun
ia berada. Dengan cipta yang telah dikaruniakan itu manusia diharapkan bisa menciptakan
sesuatu yang indah dan bagus atau menghasilkan karya seni yang tinggi.
Sesuatu yang dianggap memiliki nilai seni adalah sesuatu yang memiliki nilai keindahan
atau estetika. Jadi manusia diciptakan dengan memiliki nilai tersebut diharapkan bisa melakukan
sesuatu, dengan keindahan misalnya meancang model baju, model rumah dan sebagainya. Jadi
hendaknya kita selalu mengembangkan talenta yang telah diberikan Tuhan kepada kita.
BIMBINGAN DAN PERAWATAN
SEBUAH KESAKSIAN PELAYANAN HOSPICE
Untuk beberapa waktu lamanya hati saya merasa terpanggil untuk mendampingi orangorang yang akan meninggal di hospice, tetapi saya gan melakukannya.

Pengalaman saya

bekerja sebagai perawat rumah sakit menyebabkan saya mempunyai gambaran bahwa
kematian itu adalah suatu proses yang lambat dan menyakitkan; pasiennya tidak berdaya dan
staf rumah sakit tidak mempunyai karapan lagi. Saya masih dihantui oleh ingatan saya
bagaimana saya harus mengikat pasien agar tidak menarik infus hingga lepas, berulang kali
memasukkan jarum untuk infus ke dalam tangan pasien yang sudah kurus dan membantu
memasukkan obat yang mahal upaya pasien bertahan hidup.
Ketika saya melayani orang yang akan meninggal, juga merasa tidak enak, sama seperti
ketika saya bekerja di rumah sakit membantu ibu-ibu melahirkan. Meskipun saya tahu alasan
akademik dan hukumnya untuk hal-hal yang dipraktikkan, tetapi saya tidak pernah merasa benar.
Sering pihak keluarga mengatakan kepada saya, "Kami ingin semuanya diusahakan bagi ibu
kami." Saya hanya bisa geleng kepala dan berkata dalam hati, "Mereka tidak tahu apa arti
semuanya itu." Para dokter cenderung menganggap kematian sebagai musuh dan itu biasanya
baik. Jika saya menderita suatu penyakit yang bisa disembuhkan, saya ingin dokter saya berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkannya. Tetapi sekali terbukti bahwa pengobatan
tidak akan berhasil, maka saya ingin menghabiskan hari-hari saya dengan nyaman dan tenteram.
Saya dapat memahami bagaimana para dokter sulit untuk berbalik arah pada titik ini, tetapi
saya tidak tega melihat pasien harus mengalami suatu upaya yang tidak membuat pasien
nyaman, misalnya lubang napas buatan, karena para dokter tidak mau gagal. Teman saya Dodie,
misalnya, dianjurkan untuk menjalani serangkaian kemoterapi tiga hari sebelum dia meninggal.
Untunglah, sekarang banyak dokter yang menganjurkan pasiennya untuk dirawat di rumah
sakit khusus untuk orang-orang yang akan meninggal (hospice) jika dirasa pasien tidak akan
sembuh. Dan makin banyak keluarga yang meminta, bahkan memohon, agar pasien dimasukkan
ke hospice saja jika sudah sampai saat itu.

Rumah sakit itu tempat yang penting untuk mengobati penyakit; tidak ada jeleknya. Tetapi
rumah bukan tempat yang terbaik untuk meninggal. Meskipun tidak ada pengobatan yang
menyakitkan, rutinitasnya saja sudah membuat pasien tidak nyaman. Fokus rumah sakit bukan
kenyamanan pasien, tetapi amanan staf rumah sakit dan efisiensi jalannya ramah sakit.
Setiap empat jam sekali pasien diukur suhu dan tekanan darahnya, pasien dimandikan setiap
pagi dan makanan disajikan pada waktu yang ditentukan. Pasien tidak bisa mengubah kebiasaan
ini. Staf rumah sakit masuk ke kamar siang dan malam, melakukan berbagai tugas yang
membuat mereka lega. Pengunjung tidak dapat datang seenaknya. Dan pasien biasanya
menderita karena dokter dan perawat diajar bahwa rasa sakit tidak bisa hilang, tetapi hanya
dikurangi sedikit.
Sebaliknya, pelayanan hospice terpusat pada pengendalian gejala dan bukan penyembuhan
penyakit. Di hospice tidak boleh ada rasa sakit; rasa sakit tidak perlu. Dan obat untuk rasa sakit
diberikan dengan cara yang tidak menyakitkan.
Pasien diikutsertakan dan ditanya jika pihak aospice akan membuat keputusan soal
perawatan, dan keluarga juga ikut mengambil bagian dalam perawatan itu. Alat-alat utama di
hospice ialah hati dan tangan kita, bukan peralatan teknologi canggih. Kematian :idak dipercepat
dan juga tidak diundur.
Pelayanan hospice mendukung pasien untuk menghabiskan hari-hari terakhirnya dan juga
mendukung keluarganya. Dukungan ini berupa dukungan fisik, psikologis dan rohani. Tim
hospice terdiri dari perawat, dokter, pekerja sosial, imam, sukarelawan dan pembantu; peran
mereka sering tumpang tindih.
Hospice yang pertama di Amerika Serikat dimulai pada tahun 1974, tetapi pelayanan
hospice sesungguhnya bukan pelayanan baru di AS. Orang yang akan meninggal biasanya
dirawat keluarga dan orang-orang di sekelilingnya. Tugas merawat biasanya tugas wanita dan
kebiasaan ini diturunkan ibu kepada anak perempuannya. Rumah sakit ialah tempat bagi orang
yang tidak mempunyai rumah dan miskin. Semuanya berubah sekitar tahun 1930 dan 1940-an
ketika terjadi kemajuan pesat dalam bidang kedokteran yang membuat rumah sakit menjadi
tempat pilihan yang lain selain rumah.
Dulu ketika orang tidak dapat pergi ke rumah sakit karena jarak yang jauh, keluarga pasti
merasa tidak berdaya untuk memberikan perawatan bagi yang akan meninggal, betapapun
sederhananya cara itu. Sekarang semua orang bisa memperoleh perawatan yang canggih, tetapi
sekali pilihan-pilihan itu sudah terpakai semua dan tidak ada lagi yang bisa diupayakan, keluarga
dibuat merasa tak berdaya untuk memberikan sedikit saja perawatan yang nyaman. Rumah sakit
tidak mengikutsertakan keluarga; paling-paling Keluarga hanya diperlakukan sebagai tamu. Kita
diarahkan untuk percaya bahwa kematian ialah peristiwa medis yang paling baik diurusi oleh

para ahli.
Peristiwa Kematian bagi Banyak Orang
Mungkin penyebab yang paling besar dari ketidakberdayaan kita ialah berjauhannya tempat
tinggal keluarga dan komunitas kita. Karena keluarga kita tinggal berjauhan, maka kita merasa
tidak bisa merawat sendiri orang yang menghadapi saat-saat terakhirnya. Tidak ada lagi orang
yang mempunyai segudang pengalaman seumur hidupnya yang dapat dijadikan tempat bertanya.
Tidak ada lagi bibi yang mempunyai pengalaman menunggui orang yang sakit keras. Karena
kita sibuk, kita tidak mempunyai ikatan yang erat dengan tetangga atau saudara seiman. Kita
tidak dirawat oleh seorang dokter yang sudah hampir seperti anggota keluarga sendiri, tetapi
ditangani oleh berbagai spesialis.
Tim hospice dapat mengisi kesenjangan ini, aertindak sebagai pengganti keluarga dan
komunitas, membuat keluarga berani merawat sendiri orang-orang yang mereka kasihi di rumah.
Hospice dapat memberikan orang-orang yang ahli, tetapi mereka tidak akan mendominasi.
Saya mendengar dari seorang bapak berumur 80-an, yang dianjurkan seseorang untuk
konseling. Ia menghadiri satu sisi, pulang ke rumah dan berkata, "Saya kira, itu diperuntukkan
bagi orang-orang yang tidak berkeluarga." Menurut saya, orang-orang yang akan meninggal
dimasukkan di hospice, kalau di rumah tidak ada yang orang yang dapat merawat atau kalau
yang di rumah tidak dapat menanganinya.
Karena ada begitu banyak orang yang bekerja, berat juga kalau harus seharian merawat
orang sakit. Tetapi saya melihat banyak keluarga yang mencari jalan keluar yang kreatif dan
memberikan pengurbanan besar agar orang yang mereka kasihi itu bisa tinggal di rumah. Anakanak yang sudah dewasa bergantian merawat, memanfaatkan hari libur atau mengambil cuti dari
kerja. Kadang-kadang teman-teman juga akan menggantikan. Kalau yang merawat suami atau
istri, kerabat dan teman dapat menggantikan tugas merawat itu di akhir pekan, agar suami atau
istri dapat beristirahat. Saya sudah melihat jalan keluar seperti itu bagi orang yang bekerja, dan
bahkan pasangan yang telah bercerai kadang-kadang merawat pasien.
Namun, saya juga melihat bahwa perawatan di hospice di Amerika Serikat ada bahayanya;
bahaya ini ada hubungannya dengan relasi dan ketergantungan orang pada para ahli. Bahkan di
hospice, orang juga cenderung menerapkan perawatan seperti di rumah sakit. Juga ada
kecenderungan untuk hanya me-merhatikan tubuh dan mengabaikan jiwa. Hal ini dapat
membuat sistem hospice hanya berbeda sedikit saja dari sistem yang tergantung pada para
ahli dan menggunakan sistem rumah sakit untuk merawat orang yang akan meninggal; sistem
perawatan seperti ini fering kali jelek secara rohani.

Membidani Jiwa: Kelahiran pada Hidup Kekal


Perawatan di hospice dalam konteks membidani lahirnya jiwa amat dekat hubungannya
dengan membidani kelahiran bayi: suatu pendekatan alami fang lembut terhadap suatu peristiwa
keluarga yang akrab dan mengubah kehidupan, dengan perhatian yang besar selama seluruh
proses terhadap tubuh, jiwa dan roh pasien dan juga keluarganya.
Saya mempunyai teman seorang bidan, dan saya sering pergi bersamanya mengunjungi
orang-orang yang akan melahirkan atau yang melahirkan di rumah karena adanya kesamaan
yang membuat saya terpesona antara kelahiran bayi dan kematian. Dari awal proses hingga
akhir, kesamaan secara fisik, psikologis dan spiritual itu besar sekali.
Pertama, ada shock diagnosis. Bahkan wanita yang ingin mengandung pun akan terkejut
mendengar berita tentang kehamilannya. Dan meskipun kita tahu bahwa pada suatu hari nanti
kita akan mati, kita tidak benar-benar mengharapkan bahwa itu akan kita alami.
Langkah berikutnya ialah berkonsultasi kepada para ahli, mencari yang terbaik. Wanita yang
hamil mencari informasi dari para ibu yang sudah mempunyai anak, mencari tahu apa yang
mereka alami selama proses kehamilan sehingga mereka tahu apa yang terbaik yang harus
mereka lakukan. Orang yang tidak ada pengharapan untuk hidup lebih lama lagi membaca dan
bertanya kepada mereka yang bisa bertahan hidup, sehingga apa yang tidak diberikan oleh para
dokter dapat mereka ketahui.
Beberapa minggu terakhir merupakan waktu pencarian rohani dan mengingat lagi kehidupan
yang sudah dijalani selama ini. Wanita yang hamil berusaha meninggalkan kehidupan mereka
sebelum mengan-dung, dan orang yang akan meninggal melepaskan diri dari dunia ini.
Wanita yang mengandung mempersiapkan diri. Dia mengumpulkan semua kebutuhannya
untuk sang bayi dan mempersiapkan rumah untuk bayi yang akan datang. Orang yang akan
meninggal sebaliknya: mem-berikan barang miliknya kepada orang lain, menata bisnisnya dan
mungkin mengatur penguburannya.
Wanita yang mengandung berpikir bagaimana ia harus mengasihi anak yang akan
dilahirkannya. Orang yang akan meninggal berpikir bagaimana ia melepaskan orang yang
dikasihinya.
Wanita yang mengandung merasa lepas kendali seakan-akan tubuhnya mempunyai
pikirannya sendiri Orang yang akan meninggal mungkin memandani tubuhnya sebagai
musuhnya.
Kelahiran yang makin dekat membuat wanita yan mengandung sering khawatir akan proses
yang akan lialaminya. Apakah akan sakit sekali? Apakah orang-orang yang aku inginkan untuk
menunggui aku dapat berada di sampingku? Seperti apa sesungguhnya peristiwa

itu? Orang

yang akan meninggal

mempunyai rertanyaan yang sama. Melahirkan

itu

adalah

sesuatu

yang sudahIetahui tubuh dan biasanya tubuh baik-baik saja. meskipun pertolongan yang
diberikan

sangat

minim.

Dalam proses kematian, perubahan-perubahan dalam I ouh amat melindungi diri. Apa yang
dilakukan medis membuat proses kematian itu bertambah panjang dan

Drang yang akan

meninggal merasa sedih dan gelisah. Tujuan kebidanan dalam menangani kelahiran bayi ialah
agar ibunya sehat, dan kelahiran bayi itu aman bagi ibu dan anak, serta bayinya juga sehat.
Dalam mendampingi orang yang akan meninggal, tujuannya ialah agar tubuh merasa nyaman,
proses kematian dapat berjalan dengan damai dan jiwanya

menang. Keterlibatan aktif keluarga

dan kehadiran mereka dapat sangat membantu mencapai tujuan ini.Semua yang negatif,
ketidaksetujuan dan pertentangan akan memengaruhi kelahiran dan proses kematian. Dan yang
paling besar dari semuanya itu ialah rasa takut. Baik kelahiran maupun kematian niembutuhkan
usaha yang besar dan kelahiran dan kematian akan menjadi lebih mudah dilakukan jika pasien
fokus pada ganjaran yang diperoleh.

TINJAUAN ETIKA KRISTEN


A. PERTENTANGAN DAN DILEMA TERHADAP MASALAH DAN TINDAKAN
KESEHATAN
"Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?
Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
Dalam ayat ini terungkap tentang keagungan dan keutuhan manusia. Merupakan satu bukti
bahwa manusia merupakan satu makhluk yang rumit. Sebagai makhluk yang terbatas kita
mempunyai kemampuan yang tidak terbatas, namun sebagai makhluk jasmani kita mempunyai
keterbatasan. Kita ingin terbebas dari tubuh yang penuh kelemahan ini namun kita tetap harus
makan, tidur, berolahraga, mencari uang, meme-lihara anak-anak dan merawat orang tua.
Demikian seterusnya. Bukankah hai ini bertentangan?
Manusia merupakan makhluk religius yang mempunyai kemampuan untuk berpikir tentang
Allah dan kekekalan. Karena itu kita merasakan pasti ada sesuatu dibalik dunia materi. Kita
merasa ada satu pengharapan dibalik kegagalan kita. Kombinasi yang unik antara keterbatasan
dan ketak-terbatasan dalam diri manusia ini cukup membingungkan. Akibat-nya manusia
mengalami kesuiitan untuk hidup dalam aspek biologi dan rohaninya ini secara harmonis.
Pertentangan demi pertentangan, masalah demi masalah kita alami, namun sebagai makhluk

yang terbatas kita tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah itu. Beberapa orang berusaha
untuk mengatasi masalah ini, namun hanya dengan cara menganggap diri mereka sebagai mesin
biologis yang tidak berpribadi atau sebagai roh yang melayang-layang yang berpribadi.
rindangan ini dipengaruhi oleh cepatnya perkembangan ilmu pengerahuan secara umum
dan dunia pengobatan modern secara khususnya. K arena perkembangan dunia pengobatan dan
spesialisasi, dokter-dokter menjadi tergantung pada teknologi dan tenaga-tenaga medis lainnya,
juga saling tergantung dengan dokter-dokter lainnya. Karena itu manusia hanya diperlakukan
sebagai suatu "angka" saja, bukan sebagai pribadi. Akibat lainnya ada beberapa orang yang
dengan penuh kesombongan berkata bahwa manusia mampu melakukan segala sesuatu atau
segala sesuatu dapat dibuat, dengan ilmu dan teknologi.
Pada zaman ini kita harus menghadapi banyak perubahan teknologi dalam hal pencegahan
penyakit dan perawatan medis. Tidak seperti sebelumnya, saat ini kita mempunyai beraneka
ragam teknik yang efektif, dari imunisasi dan flouridasi sampai pemeriksaan genetik dengan
layar, untuk pemeriksaan pada tahap awal, pengobatan dan pencegahan penyakit. Semua hal ini
dapat dikerjakan karena diketemukannya amniocentesis, fetoscopy, atau ultrasound, IVF, ET
dan sebagainya. Akibatnya mau tak mau kita harus menghadapi beberapa dilema yang rumit dan
berbelit-belit, yaitu tantangan yang muncul bersamaan dengan teknologi biomedis modern,
terutama dalam hal awal kehidupan. Melalui pengetahuan medis, para ahli mampu memulai
kehidupan dalam sebuah tabung tes dan me-nentukan kualitas kehidupan. Hal ini membawa
pada AI, IVF dan ET dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas kehidupan pasangan dewasa
dengan cara membuat embrio secara teknologis pada awal kehidupan.
Bahaya dari revolusi biomedis akhir-akhir ini terletak pada praduga (secara implisit) bahwa
manusia dapat diperbaiki moralnya dengan jalan memperbaiki mereka secara biologis. Ini
merupakan satu kesalahan yang besar. Seperti pertanyaan Frederich Copleston :
"Apakah jiwa yang indah selalu ada bersama tubuh yang indah, atau karakter yang baik
dengan tubuh yang kuat?,.... tentu saja hal ini tidak mungkin. "
Dilema lainnya adalah : dalam hal menghargai "hak ibu" untuk hidup, mereka tidak segansegan untuk membunuh bayi yang tidak berdosa, yang masih ada dalam kandungan. Untuk
membenarkan dan memuaskan tindakan mereka, mereka berusaha mengaburkan definisi tentang
"pembunuhan", "pengguguran"dan "kematian".
Ini sungguh-sungguh merupakan krisis yang sangat gawat, karena manusia berusaha untuk
mengontrol kehidupan orang lain dan kemampuan biologis dari manusia yang belum dilahirkan.
Kita harus merenungkan bahwa perintah Allah untuk menaklukkan bumi harus dilakukan dengan
jalan bekerja sama dengan Allah dalam rencanaNya yang kreatif terus menerus, dan untuk
mengembangkan bumi dengan cara yang cerdik, bukan dengan jalan menaklukkan orang lain.

Dengan

dalih

rasa

kasihan

dan

kebahagiaan,

banyak

dokter

mempraktekkan

euthanasia/membunuh tanpa rasa sakit. Apakah mereka berhak untuk mengambil nyawa orang
lain? Jika ya, siapa yang memberi mereka hak?
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir ini telah memungkinkan
dilakukannya transplantasi orang tubuh manusia. Kami kuatir bahwa organ tubuh manusia akan
dijual seperti barang dagangan.
Setelah memperhatikan dilema tadi kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan : Apakah
segala jerih payah manusia ini menyukakan hati Allah? Atau justru mempermainkanNya?
Bukankah kemuliaan dan keamanan pribadi kita justru dirongrong? Samuel Enoch Stumpf
berkata :
dilema yang kita hadapi adalah bagaimana caranya mencapai 2 tujuan yang ingin dicapai
sekaligus, yaitu perkembangan pengetahuan medis dan perlindungan terhadap kemuliaan
dan keamanan masing-masing pribadi
Perkembangan pengetahuan medis sendiri tidak salah. Itu akan menjadi salah bila tidak
dipergunakan dengan semestinya. Lagi pula itu akan membahayakan masa depan manusia,
seperti peringatan yang diberikan Lyons:
"Pengetahuan medis punya kuasa untuk membangun, namun juga kuasa untuk meruntuhkan.
la punya kuasa untuk menciptakan, namun juga kuasa untuk menghancurkan. Kuasanya
mungkin luhur hari ini, tetapi besok dapat menjadi kuasa setan. "
Sebagai seorang Kristiani kita harus menyusun kembali pembaharuan pikiran kita secara
radikal dan menyeluruh, termasuk ipso facto, pembaharuan motivasi kita, sehingga segenap
keberadaan kita dapat diselaraskan dengan pikiran dan kehendak Allah. Paulus meminta kepada
orang-orang Kristen di Roma untuk mempersembahkan tubuh mereka sebagai korban yang
hidup, kudus dan berkenan kepada Allah (Roma 12:1-3)
B. "GAMBAR ALLAH"
Etika berbicara tentang bagaimana "seharusnya" manusia itu. Dan itu hanya dapat
dikerjakan berdasarkan pengertian "siapakah" manusia itu. Dan pertanyaan "siapakah"
manusia itu, hanya dapat dimengerti bila kita mengetahui dari mana ia datang. Alkitab
memberitahu kita dengan jelas dari mana manusia itu berasal. la diciptakan Allah dengan cara
yang unik. la unik karena dalam dirinya Allah menanamkan gambar dan rupaNya sendiri. Tetapi
untuk mema-hami manusia sebagai gambar dan rupa Allah, kita akan menjumpai banyak
masalah, karena Alkitab tidak menjelaskan kepada kita "Seperti apakah gambar Allah itu." Jadi
kita tidak perlu heran bila ada perbedaan pendapat di antara para ahli theologia. Banyak
perdebatan telah terjadi untuk menentukan apakah gambar Allah itu menunjuk pada
kemampuan berpikir manusia, kemampuan moral, kemampuan sosial atau yang lain-nya.

Bagi penulis, konsep tentang gambar Allah tidak terletak pada struk-tur jasmani manusia
atau bentuk manusia, sehingga kita memahaminya dengan istilah "anthropomorfis" atau
"metaforis" seperti pendapat bebe-rapa ahli theologia.
Allah itu roh dan tidak kelihatan (Yoh. 4:24, I Tim 1:17). Karena itu kita sering
membicarakan Allah dengan istilah anthropomorfis dan metaforis, misalnya : tangan Allah, hati
Allah, mulut Allah dan sebagainya. Sebenarnya Allah tidak mempunyai mulut, hati atau tangan
karena la adalah roh.
Pada pihak lain manusia berasal dari debu tanah dan memiliki persa-maan dengan ciptaan
lain dalam kebutuhan makanannya, perkembang-biakan jenisnya dan lain-lain (Kej. 2:7,19;
1:29-30,1:22,28).
Jadi bagaimana seharusnya kita memahami pernyataan bahwa Allah membuat manusia
menurut rupa dan gambarNya? Beberapa orang ber-pendapat bahwa kata "gambar" menunjuk
pada tubuh manusia yang mereka anggap, berdasarkan keindahan, kecerdasan dan tubuh yang
tegak, sebagai gambar Allah yang samar-samar, dan bahwa kata "rupa" menunjuk pada moral
dan intelektual manusia.
Orang lain berpendapat bahwa "gambar" menunjuk pada "cognito veritatis ", dan "rupa"
menunjuk pada "amor virtutis ". Yang pertama menunjuk pada bagian intelektual, yang
belakangan menunjuk pada bagian moral.
St. Agustinus nampaknya berpegang pada pendapat bahwa yang pertama menunjuk pada
intelektual manusia dan yang belakangan menunjuk pada kualitas moralnya juga. Tetapi
sebagian besar ahli theologia Katolik berpendapat bahwa "gambar" menunjuk pada karunia
alamiah manusia, kenyataan bahwa ia merupakan makhluk yang rasional dan bertanggung
jawab secara moral, dan "rupa" menunjuk pada karunia yang diterima manusia pada saat
penciptaan; kuasa atas segala ciptaan Tuhan yang lain, kebenaran dasarnya, atau kesuciannya
sebelum ia jatuh ke dalam dosa.
Orang yang lain lagi berpendapat bahwa pada saat menciptakan manusia menurut
gambarNya, Allah mengaruniai manusia dengan bebe-rapa perlengkapan (akal, perasaan dan
kehendak) yang merupakan sifat Allah sendiri sebagai roh.
Sebab memiliki unsur/tingkatan yang sama dengan Allah sendiri, manusia mampu untuk
bersekutu dengan Penciptanya, atau dengan kata lain, karena adanya "gambar" Allah dalam diri
manusia, ia mampu untuk bersekutu dengan Allah dalam hubungan saya dan Engkau, dalam
persekutuan Bapa dan anak.
Berdasarkan Ef. 4:24 dan Kol. 3:10, Norman Anderson menyatakan bahwa pada mulanya
manusia diciptakan dalam rupa dan gambar Allah, dalam hal kebenaran dasar, kesucian dan
pengetahuan pembawaan dari Penciptanya.

Thielicke mengatakan bahwa "imago dei" hanya dapat dimengerti dalam batas wewenang
ilahi dalam ciptaan, karena sifat wewenang itu digambarkan dalam diri manusia.
Pertimbangannya adalah bahwa seperti halnya Hukum Allah, dalam dunia yang telah jatuh,
berhubungan dengan manusia sebagai seorang yang berdosa, dan dengan manusia yang dalam
dosanya dibenarkan; demikian juga wewenang atas ciptaan berhubungan dengan "imago dei".
Karl Barth mengungkapkan dengan cara yang berbeda, yaitu bahwa apa yang dimaksud
dengan "imago dei" adalah polarisasi jenis kelamin. Dalam hal ini Barth melangkah terlalu jauh
dalam menyimpulkan bahwa keberadaan laki-laki dan perempuan ditunjukkan dengan "imago
dei".
Kita telah melihat beberapa pendapat dari para ahli theologia mengenai "gambar" dan
"rupa" Allah, dan kita tidak perlu membahasnya lebih terinci. Maksud penulis memaparkan hal
ini adalah untuk menemukan apa yang terkandung dalam kedua kata itu (gambar dan rupa
Allah). Tidak akan terlalu dibesar-besarkan bila dikatakan bahwa di balik kedua kata itu
terdapat beberapa pemikiran bahwa: manusia tidak mungkin melarikan diri dari pengetahuan
dasar dan kesadarannya akan Allah karena itu merupakan bagian yang paling hakiki dari dirinya
sebagai manusia. Kepribadian dasar manusia tidak terdiri dari kumpulan organ tubuh, tetapi ia
merupakan satu individu yang unik. Jadi memperlakukan manusia sebagai "angka-angka" tak
bernama yang bersifat sementara, seperti halnya kumpulan benda-benda, berarti menghilangkan
kepribadiannya. Padahal kepribadian manusia mencerminkan kepribadian Allah.
Kepribadian merupakan dasar tanggung jawab. tanggung jawab untuk menghargai pribadi
orang lain, dan terutama untuk menghormati pribadi yang mencerminkan satu pribadi, yang
merupakan sumber segala kepribadian.
Manusia adalah penguasa atas segala ciptaan lainnya, namun ke-kuasaannya tidak bersifat
absolut, tetapi bersifat diturunkan. la adalah penguasa di bawah Allah, Penguasa utama atas
segala sesuatu (Kej. 1:28).
Kemuliaan dan nilai manusia terlihat dalam larangan untuk mencu-rahkan darah manusia,
tepatnya karena Allah menciptakan dia menurut "gambar"Nya sendiri (Kej. 9:6). Dan manusia
diperingatkan untuk tidak mengutuk orang lain yang diciptakan menurut "rupa" Allah (Yak.
3:9).
Kenyataannya manusia adalah manusia. la bukan dan tidak pernah akan menjadi Allah.
Kita hanya serupa dengan Allah, dalam arti kita adalah "pribadi-pribadi" yang dapat
berhubungan dengan dunia kita, dengan orang lain, dan juga dengan Allah dengan cara yang
pribadi/unik. Bagi manusia, menghapuskan gambar Allah dari diri mereka akan meru-sakkan
seluruh sifat kepribadian mereka.
Manfaat pembicaraan mengenai teknologi biomedikal ini akan menjadi jelas pada saat
kita membahas status fetus, embrio dan zigote.

Dengan meminjam pernyataan Emil Brunner, penulis menutup ba-gian ini dengan
perkataan, "Kita tidak memandang istilah "gambar" Allah sebagai kata benda, itu bukan
berarti bahwa manusia mempunyai gambar Allah, tetapi bahwa manusia harus
menggambarkan Allah."
C. KEMANUSIAAN YANG TERBAGI
Perdebatan paling sengit di antara ahli theologia adalah apakah manusia dipandang
sebagai makhluk yang terdiri dari 2 bagian (tubuh dan roh) atau sebagai makhluk yang terdiri
dari 3 bagian (tubuh, jiwa dan roh).
Ada satu kecenderungan bahwa ahli theologia saat ini lebih banyak berbicara tentang
"Hebraic wholism " daripada dikhotomi atau trikhotomi. Contohnya, akhir-akhir ini ada satu
usaha untuk menyusun anthropologi Alkitabiah. Tetapi mereka harus menghadapi banyak
masalah. Sebagian dari kesulitan itu timbul dari kenyataan bahwa fungsi-fungsi psikologis
dikenakan pada mata, telinga, mulut, daging, tulang, perut, dada, ping-gang dan paha. 17)
Sering kali kita mengabaikan satu fakta bahwa kata Ibrani untuk jiwa (nephesh), roh (ruach) dan
hati (leb) dipakai secara bergantian, atau dengan sedikit perbedaan yang sulit/tidak mungkin
disusun oleh batasan-batasan psikologis. Dilema ini mendorong John A.T. Robinson untuk
menyimpulkan bahwa dari sudut fisiologi dan psikologi analitik, penggu-naan istilah-istilah ini
dalam Perjanjian Lama sangat kacau balau. Itu merupakan mimpi yang menakutkan bagi ahli
anatomi, jika masing-masing bagian dapat berdiri sendiri mewakili seluruh tubuh pada sembarang waktu, dan fungsi-fungsi serupa dinyatakan oleh beberapa macam organ tubuh, seperti
hati, buah pinggang dan isi perut, bukan untuk menyebutkan jiwa.
Pengertian Ibrani mengenai kepribadian adalah suatu tubuh hidup, dan bukan jiwa yang
menjelma. Karena itu tidak ada istilah trikhotomi dalam psikologi Ibrani, dan tidak ada
pembagian kepribadian manusia menjadi3: tubuh, jiwa dan roh.
Jika kita menjelaskan manusia secara per bagian, kita akan kehilang-an maknanya. Kita
tidak perlu menentang suatu konsep yang masih nien-tah dan mencoba memisahkan pikiran dan
roh manusia dari tubuhnya, karena Alkitab menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia
sebagai satu kesatuan; ia bertindak, berpikir dan merasakan dengan seluruh ke-beradaannya.
Jadi tubuh manusia merupakan bagian integral darinya dan bukan hanya kulit/bungkus yang
bersifat kebetulan dan sementara. Hal ini akan lebih jelas bila kita memperhatikan kitab
Kejadian. Di sana manusia digambarkan sebagai makhluk yang tinggal di alam dan juga
menguasainya. Itulah sebabnya ia dilukiskan sebagai makhluk yang diberi kekuasaan atas segala
makhluk lain dan diperintahkan untuk menaklek-kanbumi(Kej. 1:26,28).
George Ladd menemukan dan meneguhkan bahwa penelitian baru-baru ini menyimpulkan
bahwa istilah-istilah: tubuh, jiwa dan roh memang ada, tapi itu merupakan cara lain untuk

mengamati manusia yang utuh. 21) Sekali lagi, menjelaskan atau memandang manusia sebagai
makhluk yang bersifat piuralis/majemuk itu sangat berbahaya, karena tampak jelas, seperti
perkataan Berkouwer, bahwa Alkitab tidak pernah meng-gambarkan manusia sebagai makhluk
dualistis atau pluralis, tetapi bahwa dalam seluruh ekspresinya yang bervariasi, manusia yang
utuhlah yang tampil ke depan. dalam rasa bersalah dan dosanya, dalam kebutuhan dan tekanan
yang dialaminya, dalam kerinduan dan kenangannya.
Masalah yang kita hadapi sekarang adalah bagaimana kita menjelaskan istilah tubuh, jiwa
dan roh, yang sering dipakai dalam Alkitab? Misalnya dalam I Tes 5:23 dan Ibr 4:12. Untuk
mengawalinya, kita mengambil beberapa kutipan dari Perjanjian Lama dan Baru berkenaan
dengan tubuh, jiwa dan roh. Walter Eichrodt, seorang ahli Perjanjian Lama, berkata bahwa
"nephesh" dan "ruach" selalu menggambarkan kehidupan manusia secara utuh dari sudut
pandangan tertentu. Jadi ahli psikologi manusia trikhotomistik tidak memperoleh alasan yang
kuat untuk memakai konsep Perjanjian Lama sebagai pendukung konsep dualistis. Asumsi
tentang dikhotpmi dalam tulisan Perjanjian Baru yang didasarkan pada konsep dualisme Yunani
mengaiami tantangan.
James Barr berkata bahwa ada kesulitan dan halangan dalam peng-gunaan perbandingan
Ibrani - Yunani, namun ia tidak menyebutkan apakah kesulitannya.
Mungkin kita dapat menyelusuri argumen tentang dualisme pada zaman nenek moyang
"ante-Nicene" atau "post-Nicene" yang mungkin lebih banyak terkena pengaruh Piatonik
ataupun Gnostik dari pada tulisan kanonik Yahudi-Kristen. Namun kita tetap menemukan di
antara para sarjana Perjanjian Lama dan Baru tidak terdapat kebulatan suara mengenai hal ini.
Untuk mendapatkan penjelasan yang memuaskan. kita harus kembali kepada konsep bahwa
manusia adalah gambar Allah. Inti dari gambar Allah adalah konsep mengenai perbuatan. Allah
adalah Allah yang mela-kukan sesuatu, yang membuat keputusan sesuai dengan rencana dan
tujuanNya, dan melaksanakannya. Sama halnya, manusia adalah wakil yang pertama dan yang
terutama. Sebagai wakil, manusia mempunyai kesatuan esensial. Konsep tentang wakil
bukaniah konsep tentang bagian, tetapi konsep tentang diri sendiri sebagai satu kesatuan yang
utuh. Kesatuan yang utuh inilah yang utama dan mendahului segala masalah yang berkenaan
dengan tubuh, jiwa dan roh. Jadi jiwa dan roh secara umum tidak menunjuk pada "bagian" dari
manusia, tetapi pada manusia itu se-utuhnya dengan acuan yang khusus pada kemampuan
tertentu yang dimi-liki orang itu.
Masalah ini harus diselesaikan agar kita dapat menjawab pertanyaan: "Kapan kehidupan
itumulai berlangsung? "
D. BEFINSI TENTANG KEMATIAN
Dengan teknik medis, kita dapat memindahkan organ tubuh tertentu dari orang yang telah

mati kepada si penerima/recipient. Kita tahu bahwa donor itu tidak boleh "sedemikian mati"
sehingga membuat buah pinggang, jantung dan Iain-lain tidak berguna lagi bagi transplantasi.
Karena hal inilah, pertanyaan mengenai definisi kematian timbul.
Ivan Dlich mengatakan bahwa dalam menghadapi perubahan penda-pat mengenai kematian
di dunia Barat, gambaran yang paling menonjol mengenai kematian di suatu masyarakat
tertentu akan menentukan konsep tentang kesehatan yang diakui. Tidaklah mengherankan kalau
saat ini istilah kematian sepenuhnya ditinjau dari dunia medis.
Pada masa yang lalu kematian dipandang sebagai akibat dari perbuatan si jahat; dan ini
diikuti oleh pendapat bahwa kematian merupakan akibat dari tindakan Allah, tidak perlu karena
perbuatan jahat. Kemudian kematian diterima sebagai satu bagian yang tidak dapat dihindari
dari sifat manusia; bukan disebabkan oleh keputusan aktif dari pelaku di luar manusia.
Pada abad XV, kematian dipersonifikasikan sebagai pelaku yang bebas bertindak, bukan
lagi sebagai akibat dari tindakan dari luar atau sifat hakiki manusia.
Pada abad XIX ketika obat-obatan modern mulai diperkenalkan, kematian sama sekali
terlepas dari status personifikasi atau pun pengaruh dari luar. Kematian secara sederhana
merupakan akibat dari proses pe-nyakit tertentu, yang bila dapat diketahui, selalu dapat dicegah
secara teoritis dan kadang-kadang juga dalam prakteknya.
Bagi dokter-dokter modern, kematian selalu disebabkan oleh se-suatu; karena itu secara
teoritis selalu dapat dihindari. Dalam hal ini kematian tidak lagi merupakan sesuatu yang harus
diterima sebagai bagian dari kemanusiaan manusia. Sekarang kematian selalu dipandang
sebagai akibat dari kesalahan seseorang, entah kegagalan teknis pada bagian pengobatan atau
pun prosesnya.
Jadi sekali lagi dapat kita katakan bahwa karena kebutuhan untuk memindahkan organ
tubuh tertentu dari mayat sesegera mungkin setelah orang itu meninggal, ilmu pengetahuan
medis didesak untuk memper-tanyakan apakah yang menyebabkan kematian.
Secara tradisi kematian didefinisikan sebagai berhentinya pernafas-an dan denyut jantung
spontan secara permanen. Tetapi akhir-akhir ini kematian sebagai suatu proses sudah menjadi
peristiwa medis biasa. Jadi tidak mengherankan kalau definisi kematian saat ini sudah berkembang.
Kita diperkenalkan dengan apa yang disebut "kematian klinis" (clinical death), "kematian
otak" (brain death), "kematian biologis" (biological death) dan "kematian sel" (cellular death).
Dengan adanya beberapa jenis kematian yang berbeda itu, bagaimana caranya mendefi-nisikan
kematian yang dapat diterima oleh banyak orang?
Di antara para ahli medis ada kesepakatan untuk membagi kriteria tentang kapan

kematian itu terjadi dalam tiga kelompok pemikiran :


a. Dengan memakai tes otak sebagai kriterianya
Bila EEG datar (grafik menunjukkan tidak adanya gelombang pemikiran), ini dianggap
sebagai indikasi yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa pasien itu sudah meninggal.
b. Dengan memakai EGG dan tes lainnya
Tidak ada reaksi/tanggapan, tidak ada gerakan atau pernafasan, tidak ada gerak refleks
dan EEG-nya datar. Orang itu dinyatakan meninggal bila tes yang sama diulang setelah 24
jam dan menunjukkan hasil yang sama.
c. Kriteria tradisional
Kematian tidak ditentukan hanya dengan hilangnya fungsi otak, tetapi hilangnya fungsi
keseluruhan dari semua anggota tubuh dan sistem. Dokter Henry K. Beecher berpendapat
bahwa "menentukan kapan kematian itu terjadi tidak sama dengan mendefinisikan kematian."
Baginya saat kematian hanya bisa diperkirakan, karena hal itu masih merupakan istilah yang
tidak akurat.
Leon Kass dengan bijaksana menanggapi bahwa kematian merupakan peristiwa yang
konkret, dan bukan hanya suatu proses. Yang mati adalah organisme secara keseluruhan.
Kematian inilah, kematian manusia secara individual, yang penting bukan kematian dari
organ-organ tubuh atau sel yang hanya merupakan bagian tubuh. Yang ingin dikatakan Kass
dengan argumennya adalah bahwa kematian tidak dapat didefinisikan dalam istilah bagianbagian tubuh manusia, tetapi dalam istilah tubuh secara keseluruhan.
Nelson secara tidak langsung berpendapat bahwa dalam mendefinisikan kematian, kita
perlu mempertaruhkan perbedaan antara keberadaan manusia secara pribadi dan jenis
keberadaan manusia itu yang bersifat postpersonal, yang tidak dapat dihindari lagi akan
kehilangan kemampuan kepribadiannya.
Catatan Callahan yang didasarkan pada pendekatan genetis menyim-pulkan sebagai
berikut:
"Secara genetis tubuh yang masih mengalirkan darah merupakan kehidupan manusia;
jika ukurannya adalah keanggotaan genetis dalam spesies manusia itu. Jadi jika tujuan
moralnya adalah untuk mempertahankan apa yang secara genetis dianggap sebagai
kehidup-an manusia, maka tubuh yang dipertahankan hidup secara buatan memenuhi
standar itu. Tetapi jika tekanan moralnya adalah pada kemanusiaan jadi mengandaikan
bekerjanya otak yang aktif secara elektris maka tanpa adanya kegiatan otak, manusia
itu sudah mati
Apa yang dikatakan Lyons itu benar. Tugas untuk mendefinisikan kematian sekali lagi
bukanlah hal yang mudah, karena kita tidak tahu arti sepenuhnya dari kehidupan dan kematian.

Jadi secara moral salah, jika kita mendefinisikan kematian dengan tujuan agar para dokter
tahu dengan jelas kapan kematian itu terjadi dan kapan mereka diperbolehkan untuk
memindahkan organ tubuh orang yang sudah mati itu. Kebutuhan untuk transplantasi organ tubuh
mungkin bersamaan dengan kematian orang lain, namun kebutuhan untuk transplantasi tidak
boleh menjadi alasan untuk menyatakan kematian seseorang.
Sebagai penutup, apa yang penulis maksudkan dengan kematian adalah bila semua bagian
tubuh manusia berhenti berfungsi, atau berakhir, dan tidak dapat diperbaiki lagi. Itulah saatnya
untuk menyatakan bahwa seseorang sudah meninggal.

APENDIKS
SUMPAH HIPPOKRATES (Abad V s.M.)
Aku bersumpah demi tabib Apollo, dan Aesculapius dan Kesehatan dan Semua kesembuhan,
dan Semua dewa-dewi, bahwa menurut ke-mampuan dan pertimbanganku, aku akan
melaksanakan Sumpah ini dan ketetapan ini untuk menganggap orang yang mengajar aku
ten-tang Seni ini sama terkasihnya seperti orang tuaku, untuk membagikan diriku dengannya,
dan memenuhi kebutuhannya jika dibutuhkan; untuk memandang keturunannya dalam
hubungan yang sama seperti sau-daraku sendiri, dan untuk mengajarkan seni ini kepada mereka,
jika mereka ingin mempelajarinya, tanpa bayaran atau syarat-syarat; dan bahwa melalui presep
(petunjuk), pengajaran dan setiap model instruksi, aku akan memberitahukan pengetahuan
tentang seni ini kepada anak-anakku, dan anak-anak guru-guruku, dan murid-murid yang terikat
oleh ketetapan dan sumpah ini menurut hukum pengobatan, tetapi kepada orang-orang lainnya
tidak. Aku akan mengikuti sistem aturtm bahwa menurut kemampuan dan pertimbanganku, aku
akan melakukan segala upaya untuk kebaikan pasienku, dan tidak melakukan apa yang
merugikan dan menyebabkan celaka. Aku tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada
siapa pun yang memintanya, dan tidak mau memberikan nasihat semacam itu: dan dengan cara
yang sama aku tidak akan memberikan obat-obatan kepada wanita yang akan menyebabkan
keguguran. Dengan kemurnian dan kesucian aku akan menjalani kehidupanku dan
mempraktekkan seni itu. Aku tidak akan melakukan pekerjaan yang di luar ke-mampuanku,
tetapi akan memberikan tugas ini kepada orang yang ahli dalam bidang itu untuk dikerjakan.
Kalau aku masuk ke dalam rumah siapa pun, aku akan mendatangi mereka untuk .kebaikan
orang yang sakit, dan tidak akan dengan sengaja melakukan tindakan yang menyebabkan
kerugian dan kerusakan; lagi pula aku tidak mau mengikuti bujukan se-orang perempuan atau
laki-laki, orang merdeka atau hamba. apa pun yang berhubungan dengan pekerjaanku, atau pun
tidak ada hubungan-nya, yang kulihat atau kudengar, dalam kehidupan manusia, yang tidak

boleh disebarluaskan, aku tidak akan menyebarluaskannya, karena menyadari bahwa semua hal
itu harus dirahasiakan.
Sementara aku berusaha untuk mempertahankan Sumpah ini supaya tidak menyimpang,
semoga aku diberi anugerah untuk menikmati kehidupan dan praktek dari Seni ini, dihormati
oleh semua orang di segala waktu. Namun jika aku melanggar dan menyimpang dari Sumpah
ini, hal yang sebaliknyalah yang menjadi nasibku.

SUMPAH HIPPOKKATIK (SUMPAH KEDOKTERAN) [World Medical


Association (Ikatan Dokter Sedunia) Tahun 1948]
Sekarang dengan membaktikan diri pada profesi pengobatan, aku dengan hormat
mempersembahkan hidupku untuk melayani manusia. Aku akan memberikan penghargaan dan
ucapan terima kasih kepada guru-guruku yang layak mendapatkannya. Aku akan
mempraktekkan pengobatan dengan penuh kesadaran dan rasa hormat. Kesehatan dan
kehidupan pasienku akan menjadi pertimbanganku yang pertama kali Aku akan memegang
teguh segala rahasia yang dikehendaki pasienku untuk dirahasiakan. Aku akan mempertahankan
kehormatan dan keagungan dan tradisi profesi pengobatan ini. Teman-teman sejawatku akan
menjadi saudaraku. Aku tidak akan membiarkan pertimbangan warna kulit, agama,
kewarganegaraan, partai politik atau keadaan sosial tertentu untuk berdiri menghalangi antara
tugasku dan pasienku. Aku akan memberikan penghargaan yang tertinggi kepada kehidupan
manusia sejak saat konsepsi. Bahkan sekalipun ada di bawah ancaman, aku tidak akan
memakai pengetahuanku secara bertentangan dengan kemanusiaan. Janji ini kubuat secara
bebas dan di atas kehormatanku.

DEKLARASI JENEWA
[World Medical Association (Ikatan Dokter Sedunia) Tahun 1948.]
Diperbaiki pada tahun 1968
Sumpah Dokter
Sejak saat aku diakui sebagai anggota profesi medis:
Aku dengan penuh hormat mempersembahkan diriku untuk pelayanan kemanusiaan;
Aku akan memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada guru-guruku yang
layak mendapatkannya.

Aku akan mempraktekkan profesiku dengan kesadaran dan rasa bormat.


Kesehatan pasienku akan menjadi bahan pertimbanganku yang pertama kalinya.
Aku akan menjaga rahasia yang dipercayakan kepadaku, bahkan setelah pasienku
meninggal.
Aku akan menjaga dengan segala cara dan dengan segenap kekuatan-iu, kehormatan dan
keagungan tradisi profesi medis ini.
Teman-teman sejawatku adalah saudara-saudaraku.
Aku tidak akan mengijinkan pertimbangan agama, kebangsaan. ras, partai politik atau
keadaan sosial berdiri menghalangi antara tugasku dan rasienku;
Aku akan memberikan penghargaan yang tertinggi kepada kehidupan manusia sejak saat
konsepsi; bahkan sekalipun ada di bawah ancaman, aku tidak akan memakai pengetahuan
medisku secara bertentangan dengan hukum kemanusiaan.
Aku membuat janji ini dengan penuh hormat, dengan bebas dan i atas kehormatanku.

SUMPAH DOKTER INDONESIA


DEMI ALLAH, SAYA BERSUMPAH, BAHWA :
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.
Saya akan memelihara sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran.
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan ber-susila, sesuai dengan
martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
Saya akan menjalankan tugas saya dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerja-an saya dan karena
keilmuan saya sebagai dokter.
Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan
dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.
Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan. Saya akan senantiasa
mengutamakan kesehatan penderita

DEKLARASI HELSINKI
(Sidang Medis Dunia, 1964)
Rekomendasi untuk menuntun dokter-dokter dalam penelitian klinik.

Pengantar
Misi seorang dokter adalah mempertahankan kesehatan manusia. Pengetahuan dan
kesadarannya dipersembahkan untuk memenuhi misi ini.
Deklarasi Jenewa, Asosiasi Medis Dunia mengikat dokter-dokter dengan kata-kata:
'Kesehatan pasienku menjadi bahan pertimbanganku yang pertama kali'; dan Hukum
Internasional tentang Etika Medis menya-takan bahwa ' Setiap tindakan atau nasihat yang
dapat melemahkan ketahanan jasmani atau mental manusia hanya dapat dilakukan jika
dikehen-dakipasien'.
Sebab sangat penting bahwa hasil-hasil eksperimen laboratorium diterapkan untuk manusia
bagi pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut dan untuk menolong penderitaan manusia,
Asosiasi Medis Dunia telah mempersiapkan rekomendasi berikut sebagai penuntifn bagi dokterdokter dalam penelitian klinik mereka. Harus ditekankan bahwa standar yang disusun ini hanya
merupakan penuntun bagi para dokter di seluruh dunia. Dokter-dokter tidak terlepas dari
tanggung jawab kriminal, sipil dan etis dari hukum-hukum yang berlaku di negara mereka
masing-ma-sing. Dalam bidang penelitian klinik harus disadari adanya perbedaan fundamental
antara penelitian klinik yang tujuan utamanya adalah terapi bagi pasien dengan penelitian
klinik, yang obyek utamanya semata-mata adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
tanpa nilai terapi bagi orang yang dipakai untuk penelitian itu.
I.

Prinsip-prinsip dasar
1. Penelitian klinik harus sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah dan moral yang
membenarkan penelitian medis itu serta harus didasarkan pada eksperimen terhadap
binatang di laboratorium atau pada fakta-fakta lain yang telah ditetapkan secara ilmiah.
2. Penelitian klinik harus dikerjakan oleh orang-orang yang mempunyai kecakapan di
bidang ilmunya dan di bawah pengawasan seorang te-naga medis yang cakap.
3. Penelitian medis tidak boleh dikerjakan secara resmi kecuali jika tujuan-nya sangat
penting, seimbang dengan resiko yang mungkin timbul.
4. Setiap penelitian klinik harus didahului dengan perkiraan tentang resiko yang mungkin
timbul selain perkiraan tentang keuntungan yang mungkin akan didapat.
5. Dokter harus berhati-hati dalam mengerjakan penelitian klinik yang mungkin
menyebabkan kepribadian orang yang diteliti berubah karena prosedur eksperimen atau
obat-obatan yang dipakai.

II. Penelitian klinik digabung dengan perawatan yang profesional.


1. Dalam mengobati orang yang sakit, dokter harus bebas dalam mem-pergunakan ukuran
terapi yang baru, jika menurut penilaiannya hal itu akan memberikan harapan untuk
menyelamatkan kehidupan, me-mulihkan kesehatan, atau mengurangi penderitaan. Jika

mungkin, sesuai dengan keadaan psikologis pasien, dokter harus mendapat persetujuan
dari pasien setelah ia diberi penjelasan yang lengkap. Dalam kasus ketidakmampuan
legal, persetujuan itu boleh juga diper-oleh dari penanggung jawab yang sah. Dalam
kasus ketidakmampuan jasmani, ijin dari penanggung jawab boleh menggantikan ijin
dari pasien.
2. Dokter dapat menggabungkan penelitian klinik dengan perawatan yang profesional.
Tujuan untuk mendapatkan pengetahuan medis yang baru hanya dapat dilakukan jika
penelitian klinik tersebut bermanfaat bagi pasiennya.
Dalam bidang penelitian klinik harus disadari adanya perbedaan fundamental antara
penelitian klinik yang tujuan utamanya adalah terapi bagi pasien dengan penelitian klinik, yang
obyek utamanya semata-mata adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan tanpa nilai
terapi bagi orang yang dipakai untuk penelitian itu.
I.

Prinsip-prinsip dasar
1. Penelitian klinik harus sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah dan moral yang
membenarkan penelitian medis itu serta harus didasarkan pada eksperimen terhadap
binatang di laboratorium atau pada fakta-fakta lain yang telah ditetapkan secara ilmiah.
2. Penelitian klinik harus dikerjakan oleh orang-orang yang mempunyai kecakapan di
bidang ilmunya dan di bawah pengawasan seorang te-naga medis yang cakap.
3. Penelitian medis tidak boleh dikerjakan secara resmi kecuali jika tujuan-nya sangat
penting, seimbang dengan resiko yang mungkin timbul.
4. Setiap penelitian klinik harus didahului dengan perkiraan tentang resiko yang mungkin
timbul selain perkiraan tentang keuntungan yang mungkin akan didapai.
5. Dokter harus berhati-hati dalam mengerjakan penelitian klinik yang mungkin
menyebabkan kepribadian orang yang diteliti berubah karena prosedur eksperimen atau
obat-obatan yang dipakai.

II. Penelitian klinik digabung dengan perawatan yang profesional.


1. Dalam mengobati orang yang sakit, dokter harus bebas dalam mem-pergunakan ukuran
terapi yang baru, jika menurut penilaiannya hal itu.akan memberikan harapan untuk
menyelamatkan kehidupan, me-mulihkan kesehatan, atau mengurangi penderitaan. Jika
mungkin, sesuai dengan keadaan psikologis pasien, dokter harus mendapat persetujuan
dari pasien setelah ia diberi penjelasan yang lengkap. Dalam kasus ketidakmampuan
legal, persetujuan itu boleh juga diper-oleh dari penanggung jawab yang sah. Dalam
kasus ketidakmampuan jasmani, ijin dari penanggung jawab boleh menggantikan ijin
dari pasien.
2. Dokter dapat menggabungkan penelitian klinik dengan perawatan yang profesional.

Tujuan untuk mendapatkan pengetahuan medis yang baru hanya dapat dilakukan jika
penelitian klinik tersebut bermanfaat bagi pasiennya.
III. Penelitian klinik non-terapi
1. Dalam penerapan penelitian klinik yang murni ilmiah, yang dilakukan terhadap
manusia, dokter bertugas untuk menjadi pelindung kehidup-an dan kesehatan orang
yang dipakai untuk penelitian ilmiah itu.
2. Sifat, tujuan dan resiko penelitian klinik harus dijelaskan kepada orang yang
bersangkutan oleh dokter.
3. (a) Penelitian klinik pada manusia tidak boleh dilaksanakan tanpa ijin bebas orang
yang bersangkutan setelah ia diberi penjelasan; jika ia secara resmi tidak mampu
melakukan hal itu, ijin tersebut harus di-peroleh dari penanggung jawabnya.
(b) Orang yang dipakai untuk penelitian klinik tersebut harus berada dalam keadaan
mental, fisik dan legal yang sedemikian sehingga ia mampu memberikan pilihan
bebasnya sepenuhnya.
(c)Menurut peraturan ijin harus diperoleh secara tertulis. Namun tanggung jawab atas
penelitian klinik itu tetap terletak pada petugas penelitian itu; tanggung jawab itu tidak
pernah jatuh pada si pasien bahkan sekalipun ia telah memberikan persetujuan/ijin.
4. (a) Si peneliti harus menghormati hak masing-masin'g individu untuk menyelamatkan
keutuhan pribadinya, terutama jika pasien tersebut ada dalam keadaan yang sepenuhnya
tergantung pada si peneliti. (b) Kapan pun selama masa penelitian klinik, si pasien
maupun penanggung-jawabnya harus bebas untuk menarik kembali persetujuan yang
telah ia berikan agar penelitian itu dapat diteruskan. Si peneliti atau team peneliti harus
menghentikan penelitian itu jika dalam pe-nilaiannya atau penilaian team, jika
dilanjutkan, akan berbahaya bagi si pasien.

DEKLARASI SYDNEY (Asosiasi Medis Dunia, 1968)


Pernyataan mengenai kematian
Pernyataan yang menentukan kapan seseorang itu dinyatakan telah mati di sebagian besar
negara di dunia, merupakan tanggung jawab resmi dokter-dokter dan seharusnya tetap menjadi
tanggung jawabnya. Biasa-nya tanpa bantuan khusus ia dapat memutuskan bahwa seseorang
itu sudah mati, dengan menerapkan beberapa kriteria klasik yang sudah dikenal oleh para
dokter.
Namun dua praktek modern dalam dunia medis telah mempertajam pentingnya
mempelajari kriteria tentang waktu kematian itu lebih jauh :
1. Kemampuan untuk mempertahankan sirkulasi dari orang yang diberi bantuan oksigen,

dengan alat-alat buatan, melalui jaringan tubuh yang mengalami luka yang tak
tersembuhkan, dan
2. Pemakaian organ-organ tubuh mayat tersebut, misalnya jantung atau ginjal, untuk
tranplantasi.
Komplikasi yang terjadi adalah bahwa kematian merupakan proses yang meningkat secara
bertahap pada taraf sel dengan jaringan-jaringan yang bervariasi dalam kemampuannya
menahan berkurangnya oksigen. Namun kepentingan klinik tidak terletak pada keadaan sel
yang terisblasi yang tetap bertahan hidup, tetapi pada nasib orang itu. Di sini titik kematian
dari sel dan organ tubuh yang berbeda tidaklah sepenting kepastian bahwa proses itu telah
tidak terhindarkan lagi meskipun diusahakan melalui teknik pengobatan tertentu.
Pernyataan yang menentukan ini didasarkan pada penilaian klinik yang dilengkapi dengan
sejumlah alat diagnostik, termasuk electroencephalograph yang saat ini paling menolong, jika
diperlukan.
Namun, tidak ada satu pun kriteria teknologis yang sangat memuas-kan dalam dunia
pengobatan saat ini, juga tidak ada satu pun dari prosedur teknologi itu yang dapat
menggantikan keseluruhan penilaian dokter.
Jika
matian
yang

transplantasi
sudah

terjadi

menentukan

pelaksanaan

organ
harus

saat

tubuh
dibuat

kematian

transplantasi

dilaksanakan,

oleh
itu

tersebut,

dua

tidak
sehingga

dokter
boleh

keputusan

bahwa

atau

dan

hanya

mengabaikan

lebih

memikirkan

ke
dokter

tentang

kepentingaan

dari pasien yang bersangkutan.


Keputusan mengenai saat kematian seseorang membuka kesempatan bagi dokter secara
etis untuk menghentikan usaha menyembuhkan pasien dan di negara yang hukumnya
memperbolehkan, para dokter boleh memindahkan organ tubuh tertentu dari mayat tersebut
jika sanak keluarganya mengijinkan.
DEKLARASI OSLO
(Asosiasi Medis Dunia, 1970)
Pernyataan mengenai aborsi terapetik
1. Prinsip moral pertama yang harus dipegang oleh dokter adalah peng-hargaan terhadap
kehidupan manusia seperti yang dinyatakan dalam penggalan kalimat Deklarasi Jenewa:
Aku akan memberikan peng-hargaan yang tertinggi kepada kehidupan manusia sejak saat
konsepsi.
2. Keadaan yang menyebabkan konflik antara kepentingan si ibu dengan kepentingan
anaknya yang belum dilahirkan menciptakan satu dilema dan memunculkan pertanyaan

apakah bayi tersebut akan digugurkan dengan sengaja atau jangan.


3. Keanekaragaman jawaban atas situasi ini muncul dari keanekaragaman sikap terhadap
kehidupan dari anak yang belum dilahirkan. Ini merupakan masalah pertimbangan dan
kesadaran pribadi yang harus dihormati.
4. Petugas medis dan masyarakat tidak berhak untuk menentukan sikap dan menetapkan
keadaan mengenai masalah ini. Tugas kita adalah mencoba memberikan perlindungan
terhadap pasien kita dan juga mempertahankan hak dokter dalam masyarakat.
5. Sebab itu, jika suatu hukum mengijinkan dilaksanakannya aborsi terapi, atau
dipertimbangkannya peraturan mengenai efek yang mungkin timbul, dan hal ini tidak
bertentangan dengan kebijaksanaan asosiasi medis nasional, dan jika badan legislatif
mengijinkan atau akan menerima petunjuk profesi medis ini, maka ada beberapa prinsip
yang harus kita perhatikan :
(a) Aborsi hanya boleh dilakukan sebagai usaha terapi.
(b) Keputusan untuk menggugurkan kandungan harus disetujui secara tertulis oleh paling
sedikit dua orang dokter yang dipilih berdasar-kan keahlian mereka.
(c) Prosedurnya harus dilaksanakan oleh dokter yang berkompeten untuk melakukan hal itu
dengan disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
6. Jika dokter mempertimbangkan bahwa keyakinannya tidak mengijinkan dia untuk
memberi nasihat atau melaksanakan aborsi itu, ia dapat menarik diri pada saat
merundingkan kelanjutan perawatan (medis) tersebut dengan teman sekerjanya yang
cakap.
7. Pernyataan ini, meskipun telah disepakati oleh Sidang Umum Asosiasi Medis Dunia, tidak
bersifat mengikat para anggota asosiasi, kecuali jika hal ini diputuskan oleh anggota tersebut.

Anda mungkin juga menyukai