Anda di halaman 1dari 25

1 Pedoman Dewan Pastoral Stasi

Keuskupan Agung Samarinda

PEDOMAN DEWAN PASTORAL STASI


KEUSKUPAN AGUNG SAMARINDA

KEUSKUPAN AGUNG SAMARINDA


Jl. D.I. Panjaitan, Kotak Pos 1056
Samarinda - 75010
2 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

DAFTAR ISI
 KATA PENGANTAR

PEMBUKAAN
Gereja Sebagai Persekutuan Umat Allah
Peranan Hirarki dan Awam
Visi Gereja Keuskupan Agung Samarinda

BAB I. DEWAN PASTORAL STASI


Pasal 1. Pengertian Dewan Pastoral Stasi
Pasal 2. Tujuan Pembentukan Dewan Pastoral Stasi
Pasal 3. Fungsi dan Kewenangan Dewan Pastoral Stasi

BAB II. PERANGKAT ORGANISASI DEWAN PASTORAL STASI


Pasal 4. Unsur Dewan Pastoral Stasi
Pasal 5. Struktur Dewan Pastoral Stasi
Pasal 6. Prioritas Pembentukan Dewan Pastoral Stasi
Pasal 7. Kewenangan Pembentukan Dewan Pastoral Stasi

BAB III. PERSYARATAN, TATACARA PEMILIHAN DAN PERIODE KEPENGURUSAN


Pasal 8. Persyaratan Pengurus Dewan Pastoral Stasi
Pasal 9. Tatacara Pemilihan Pengurus
Pasal 10. Periode Kepengurusan

BAB IV. PEMBAGIAN TUGAS


Pasal 11. Tugas Bersama Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi
Pasal 12. Tugas Pengurus Pleno Dewan Pastoral Stasi
Pasal 13. Tugas Anggota Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi
Pasal 14. Tugas Ketua Seksi dan Anggota Seksi
Pasal 15. Seksi-Seksi Yang Dianjurkan
Pasal 16. Seksi-Seksi Lain

BAB V. KEPANITIAAN DI STASI


Pasal 17. Alasan, Wewenang, Hubungan Kerja dan Tanggungjawab

BAB VI. RAPAT-RAPAT DEWAN PASTORAL STASI


Pasal 18. Kategori Rapat
Pasal 19. Rapat Pleno
Pasal 20. Rapat Pengurus Harian
Pasal 21. Rapat Pengurus Harian dengan Seksi
Pasal 22. Rapat Seksi
Pasal 23. Rapat Lain

BAB VII. PERGANTIAN, PEMBERHENTIAN DAN PEMBUBARAN


Pasal 24. Pergantian Pengurus Harian
Pasal 25. Pemberhentian Pengurus Harian
Pasal 26. Pembubaran Dewan Pastoral Stasi

 PENUTUP
3 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

KATA PENGANTAR

Pedoman Pastoral Keuskupan Agung Samarinda tentang Dewan Stasi, yang diberlakukan sejak 29
Juni 1986, telah berusia 18 tahun. Meski pedoman pastoral itu disusun berdasarkan gagasan Konsili
Vatikan II tentang Gereja sebagai Persekutuan Umat Allah, namun selain gagasan itu telah
mengalami perkembangan yang cukup pesat, juga kebutuhan umat menuntut adanya perubahan.
Maka Pedoman Pastoral tentang Dewan Stasi perlu ditinjau kembali.

Pemahaman Gereja sebagai komunitas kaum beriman yang merupakan satu tubuh yang hidup,
rapi tersusun, yang dihidupkan dan dipersatukan oleh Roh Kudus, berlandaskan Roma 12:4-5, sama
seperti tubuh kita, mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota mempunyai tugas yang
sama. Demikian juga kita, walaupun banyak adalah satu tubuh di dalam Kristus.

Maka komunitas kaum beriman yang terdiri dari hirarki, biarawan-biarawati dan kaum awam,
bersama-sama mengambil bagian dalam tugas perutusan Gereja. Di mana dari satu pihak,
memperlihatkan tubuh yang hidup, tertata dan tersusun rapi dalam struktur, yang secara jelas
membedakan antara kedudukan dan peranan Hirarki dengan Kaum Awam. Namun dari pihak lain,
serentak menyatakan, semuanya mengambil bagian dalam tugas perutusan Gereja, karena semuanya
dihidupkan dan dipersatukan oleh Roh Kudus.

Adapun cara mewujudkan Gereja sebagai komunitas kaum beriman itu, adalah kedekatan
persaudaraan sebagai mitra kerja. Bekerja bersama sebagai mitra, dimana relasi kedekatan
persaudaraan lebih diutamakan daripada relasi birokrasi antara atasan dan bawahan. Relasi
persaudaraan atas dasar kemitraan itu berdampak pada kaum awam, antara lain kesadaran mereka
terhadap tanggungjawab perkembangan Gereja dan masyarakat, akan diperkuat, bahkan semangat
mereka untuk menyatukan pikiran, waktu dan tenaga pada pekerjaan gembala/hirarki dapat
ditingkatkan.

Cara kerja seperti itu, akan berdampak pula bagi hirarki, dimana para gembala belajar banyak
dari kerjasama dengan kaum awam, yakni sumbangan pemikiran dan keahlian kaum awam, akan
membantu para gembala mengambil kebijakan pastoral yang lebih tepat dan jelas di bidang
pelayanan rohani maupun jasmani. Dengan demikian, Gereja yang diperkuat oleh seluruh
anggotanya, baik hirarki, biarawan-biarawati maupun awam, akan menunaikan tugas perutusannya
dengan lebih tepat guna.

Dengan latarbelakang pemikiran di atas, Pedoman Pastoral Keuskupan Agung Samarinda tentang
Dewan Stasi, telah ditinjau dan direvisi oleh Tim Keuskupan, yang bekerjasama dengan Dewan Paroki
dan Dewan Stasi se Keuskupan Agung Samarinda. Tim Keuskupan itu, telah bekerja sejak Februari
2004 hingga Juni 2005. Dalam Rapat Kerja Keuskupan Agung Samarinda, tanggal, 06 - 13 Juni 2005,
telah disahkan pedoman baru dengan judul, “Pedoman Dasar Dewan Pastoral Stasi Keuskupan Agung
Samarinda”. Pedoman ini, diterbitkan sebagai pegangan bagi Pastor Paroki dan Pengurus Dewan
Pastoral Stasi untuk membimbing dan mengarahkan seluruh umat di Stasi, guna mewujudkan tugas
perutusan Gereja dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Kepada seluruh anggota Dewan Consultores, Vicarius Episcopalis, Pastor Paroki beserta Dewan
Paroki dan Dewan Stasi se Keuskupan Agung Samarinda, secara khusus kepada Ketua dan Anggota
Tim Keuskupan, yang telah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk menyelesaikan Revisi Pedoman
Pastoral ini, kami atas nama pribadi dan seluruh umat mengucapkan terima kasih.

Pedoman Dewan Pastoral Stasi berlaku sejak tanggal ditetapkan, maka Pedoman Pastoral Dewan
Stasi terdahulu, yang diterbitkan tanggal 29 Juni 1986, dengan demikian dinyatakan tidak berlaku.

Samarinda, 12 Juni 2005


Keuskupan Agung Samarinda

Mgr. Sului Florentinus MSF


Uskup Agung
4 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

PEMBUKAAN
Kerajaan Allah merupakan tema utama pewartaan Yesus. Pewartaan Yesus mengenai
Kerajaan Allah, ditujukan kepada pertobatan manusia. Yesus memanggil umat manusia agar
senantiasa menerima kehadiran Kerajaan Allah sebagai panggilan yang harus diterima
dengan sikap iman dan diwujudkan dalam kenyataan hidup. Gereja senantiasa berusaha
mewujudkan kehadiran Kerajaan Allah dalam pelayanan kepada umatnya.

Tugas perutusan Kristus yakni mewartakan Kerajaan Allah, diwariskan kepada Gereja,
kepada semua pengikutNya. Gereja dipanggil dan diutus untuk semakin menghadirkan dan
mewujudkan Kerajaan Allah, serta menjadi sakramen keselamatan bagi seluruh umat
manusia. Yesus menuntut agar semua pengikut-Nya melayani seperti Dia telah melayani:
“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun
hendaknya saling membasuh kakimu. Sebab Aku telah memberikan teladan kepada kamu,
supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yoh.13: 13-14)
Oleh karena itu, “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya,
memikul salibnya dan mengikuti Aku.” (Mrk. 8: 34).

Tugas Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja diwariskan kepada dan dilanjutkan oleh
Gereja.
 Sebagai Imam: Gereja diutus untuk menguduskan dunia dengan merayakan rahmat
Allah. Hal itu diwujudkan dalam doa, ibadat, mendengarkan Sabda Allah dan perayaan
Sakramen, khususnya Sakramen Ekaristi Kudus. Maka penghayatan iman dalam hidup
sehari-hari dan pemahaman akan rahasia Allah dirangkum dalam aneka lambang untuk
berbakti kepada Allah.

 Sebagai Nabi: Gereja diutus untuk mewartakan Sabda Allah, menyampaikan warta
gembira kepada seluruh umat manusia yang diungkapkan dengan kata-kata dalam
khotbah, pelajaran agama, renungan, kemudian diwujudkan dalam sikap dan
keteladanan hidup kristiani.

 Sebagai Raja: Gereja diutus untuk menghayati dan mengamalkan iman dalam
pelayanan kepada sesama. Penghayatan dan pengamalan iman dalam kehidupan
nyata membantu sesama umat beriman memberikan kesaksian bahwa Tuhan hadir
dan membahagiakan mereka. Selain itu penghayatan dan pengamalan iman, juga
menghadirkan karya penyelamatan Allah di tengah dunia apabila umat ikut terlibat
dalam suka duka dan permasalahan serta keprihatinan masyarakat setempat.

Gereja Sebagai Persekutuan Umat Allah


Gereja sebagai persekutuan umat Allah, mengungkapkan tentang ikatan sejati dan
kesamaan martabat semua umat beriman dalam persekutuan dengan Kristus. Oleh berkat
permandian dan panggilan menjadi murid Kristus, maka semua umat beriman mengambil
bagian dalam tugas perutusan Yesus sebagai imam, nabi dan raja.
Berkat permandian maka ada kesamaan sejati dalam martabat dan kegiatan umat
beriman. Kesamaan sejati dalam martabat, kegiatan dan imamat umum umat beriman,
bukanlah kesamaan tanpa batas. Disebut kesamaan sejati, karena kesamaan sejati itu
diperoleh berkat permandian. Namun dalam perutusan secara konkret, setiap anggota
mengambil bagian sesuai dengan kondisi khas (klerus, religius dan awam), tugas dan
kharsima masing-masing.
5 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

Peranan Hirarki dan Awam


Gereja Katolik yang satu, sama di mana-mana, namun dalam bentuk yang berbeda-
beda. Pada masing-masing Gereja Lokal, hadirlah satu Gereja Kristus, yakni Gereja
universal. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa Gereja Lokal “terbentuk menurut citra
Gereja Universal”.
Gereja yang satu, kudus, Katolik dan apostolik disusun dan diatur sebagai serikat,
dilengkapi dengan jabatan hirarki. Atas penetapan ilahi, para Uskup menggantikan para
rasul sebagai gembala Gereja. Sedangkan para Imam dipanggil melayani umat Allah sebagai
pembantu arif bagi Uskup. Mereka ditahbiskan untuk mewartakan Injil serta
menggembalakan umat beriman dan untuk merayakan ibadat ilahi (Lumen Gentium #28).
Kaum awam adalah orang-orang yang dengan pembaptisan menjadi anggota Tubuh
Kristus, dijadikan umat Allah dan dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas
Kristus sebagai imam, nabi dan raja, karena itu sesuai dengan peranannya mereka
menjalankan perutusan seluruh umat Kristen dalam Gereja dan dunia.
Dalam upaya memupuk dan membangkitkan rasa tanggungjawab bersama baik Hirarki,
Biarawan/Biarawati maupun Kaum Awam untuk mewujudkan tugas perutusan Gereja, perlu
dikembangkan relasi kemitraan dengan pola kedekatan persaudaraan serta cara kerja
partisipatif.
Maka Gereja sebagai persekutuan umat Allah, musti mendorong penerapan secara sehat
dan benar, cara kerja partisipatif dalam wadah organisasi Dewan Pastoral Paroki dan Dewan
Pastoral Stasi dengan semangat kemitraan antara hirarki dan kaum awam.

Visi Gereja Keuskupan Agung Samarinda

Visi merupakan ungkapan cita-cita bersama, yang ingin dicapai oleh umat Gereja setempat.
Maka, Visi senantiasa mengilhami gereja lokal Keuskupan Agung Samarinda untuk mendorong
seluruh umat untuk mewujudkan kesatuan wawasan dan tindakan.

Dalam Rapat Kerja Keuskupan, 17-24 September 1989 telah dirumuskan visi Gereja
Keuskupan Agung Samarinda, yakni, “Gereja yang Mengikuti Yesus Kristus, Dibimbing oleh Roh
Kudus dan Hidup dari Ekaristi Kudus”. Sedangkan Misi untuk mewujudkan Visi adalah, “Menghadirkan
Kerajaan Allah, Baik Keluar Maupun Kedalam”

Sedangkan dalam Rapat Kerja Keuskupan, 19-26 November 1995 telah pula dirumuskan arah
pastoral untuk mewujudkan Visi dan Misi, yakni “Gereja Lokal Keuskupan Agung Samarinda Menuju
Kemandirian Tenaga dan Dana.”

Selanjutnya, dalam Rapat Kerja Keuskupan, 04-11 Juni 2000 ditegaskan kembali arah
pastoral sebagai cita-cita bersama umat Katolik di Keuskupan Agung Samarinda yakni, “Gereja Lokal
Keuskupan Agung Samarinda, Menuju Kemandirian Tenaga dan Dana, serta Kedewasaan Iman
Umat.”

Maka dalam upaya mewujudkan cita-cita kemandirian dan kedewasaan iman, umat
Katolik di Keuskupan Agung Samarinda, hendaknya menemukan dan menentukan
pengembangan iman dalam persekutuan umat Allah, guna membangun kekuatan partisipatif
sebagai wujud hadirnya Kerajaan Allah.
6 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

BAB I
DEWAN PASTORAL STASI

Pasal 1
Pengertian Dewan Pastoral Stasi
Dewan Pastoral Stasi merupakan wadah untuk melaksanakan kegiatan pastoral di Stasi,
yang bersama Pastor Paroki berupaya melayani kaum beriman kristiani dalam mengajar,
menguduskan dan menggembalakan, dengan memanfaatkan kesediaan bekerjasama
sebagai persekutuan Umat Allah.

Pasal 2
Tujuan Pembentukan Dewan Pastoral Stasi
Dewan Pastoral Stasi dibentuk dengan tujuan untuk melaksanakan karya pastoral Gereja
di bidang Pewartaan, Perayaan dan Pelayanan dalam wujud kerjasama pastoral di Stasi,
sesuai dengan visi Gereja Paroki dan Gereja Keuskupan Agung Samarinda.
Pelaksanaan karya pastoral Gereja di bidang Pewartaan, Perayaan dan Pelayanan,
hendaknya diupayalkan untuk mewujudkan kemandirian dan kedewasaan iman umat.

Pasal 3
Fungsi dan Kewenangan Dewan Pastoral Stasi
(1). Fungsi Dewan Pastoral Stasi:
(a). Pelayanan: Dilaksanakan dengan mengambil bagian dalam tugas pastoral, yang
dipercayakan oleh Uskup kepada Pastor Paroki, dalam mewartakan khabar
keselamatan, membangun persekutuan, merayakan rahmat Tuhan dan melayani
sesama
(b). Kepemimpinan: Dilaksanakan dalam komunikasi dan koordinasi dengan Pastor
Paroki sebagai Tim Kerja, untuk memikirkan, merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi pelaksanaan karya pastoral gereja di bidang Pewartaan, Perayaan
dan Pelayanan
(c). Penggerak: Dilaksanakan dengan cara memberikan dorongan, dukungan dan
memudahkan pelaksanaan kegiatan pastoral yang melibatkan sebanyak mungkin
umat di Stasi

(2). Kewenangan Dewan Pastoral Stasi:


(a). Merencanakan: Menyusun rencana kerja semester atau tahunan, yang
dilaksanakan secara partisipatif, merujuk pada kalender liturgi/gereja atau
peristiwa lain yang terkait dengan karya pastoral Gereja.

(b). Melaksanakan: Menetapkan jenis kegiatan dan melaksanakan rencana kegiatan


yang telah disusun, dengan melibatkan sebanyak mungkin peranserta umat.

(c). Mengkoordinasikan: Mengupayakan terjalinnya komunikasi, koordinasi kerja dan


hubungan kerja dengan pihak intern Gereja, seperti Dewan Pastoral Paroki,
Kelompok Kategorial atau Komisi/Lembaga Keuskupan, maupun pihak ekstern
Gereja, seperti Pemerintah, Swasta, Lembaga Adat atau Lembaga Keagamaan
lain.
7 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

(d). Memantau: Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan, membahas


hambatan pelaksanaan kegiatan dan mengupayakan perbaikan yang dianggap
perlu

(e). Mengevaluasi: Melakukan penilaian terhadap pencapaian hasil pelaksanaan


kegiatan, dan penilaian kegagalan pelaksanaan kegiatan untuk diperbaiki

BAB II
PERANGKAT ORGANISASI DEWAN PASTORAL STASI

Pasal 4
Unsur Dewan Pastoral Stasi

Dewan Pastoral Stasi sebagai wadah kerjasama pastoral, terdiri dari dua unsur, yakni:
Pengurus Harian dan Pengurus Pleno.

Pasal 5
Struktur Dewan Pastoral Stasi
(1). Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi, terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil
Ketua, seorang Sekretaris dan seorang Bendahara.
(2). Pengurus Pleno terdiri dari Pengurus Harian ditambah para Ketua Seksi dan para
Anggota Seksi.
(3). Seksi dalam Dewan Pastoral Stasi, terdiri dari Seksi Pewartaan, Seksi Liturgi dan Seksi
Sosial, yang masing-masing dikoordinir oleh seorang Ketua Seksi.
(4). Para Ketua Seksi dalam menjalankan tugasnya, dibantu oleh para anggota Seksi yang
jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan
(5). Bila dipandang perlu, dapat ditambah Seksi lain, yang pembentukannya dilaksanakan
oleh Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi, atas persetujuan Pastor Paroki.
Penambahan Seksi yang dianjurkan adalah Seksi Kerasulan Keluarga, Seksi Panggilan
dan Seksi Usaha Dana.

Pasal 6
Prioritas Pembentukan Dewan Pastoral Stasi

Kondisi umat di setiap Stasi memiliki kekhasan yang berbeda, berkenaan dengan jumlah
umat, tingkat kemampuan, keaktifan hidup menggereja, kesibukan rumah tangga,
kesibukan pekerjaan dan hal lainnya. Karena kondisi itu, menyebabkan tidak semua Stasi
dapat membentuk kepengurusan Dewan Pastoral Stasi secara lengkap.
Maka dimungkinkan prioritas pembentukan Dewan Pastoral Stasi sebagai berikut:
(1). Bila kondisinya memungkinkan, dianjurkan membentuk kepengurusan Dewan Pastoral
Stasi secara lengkap, terdiri dari Pengurus Harian, para Ketua Seksi dan para Anggota
Seksi
8 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

(2). Bila kondisinya tidak memungkinkan, dianjurkan membentuk Pengurus Harian Dewan
Pastoral Stasi, terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris dan
seorang Bendahara
(3). Bilamana kepengurusan Dewan Pastoral Stasi hanya terdiri dari Pengurus Harian,
maka harus diatur pembagian tugas di antara Pengurus Harian, untuk
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan karya pastoral Gereja di bidang Pewartaan,
Perayaan dan Pelayanan.

Pasal 7
Kewenangan Pembentukan Dewan Pastoral Stasi

(1). Bilamana di Stasi belum terbentuk Dewan Pastoral Stasi, hanya Pastor Paroki yang
memiliki kewenangan membentuk Dewan Pastoral Stasi
(2). Bila di Stasi sudah ada Dewan Pastoral Stasi, maka pengurus Dewan Pastoral Stasi
yang mengakhiri masa tugasnya, perlu membuat laporan pertanggungjawaban secara
tertulis kepada Pastor Paroki
(3). Berdasarkan pertimbangan hasil laporan pertanggungjawaban dari pengurus Dewan
Pastoral Stasi yang telah mengakhiri masa tugasnya, Pastor Paroki mengupayakan
pembentukan pengurus Dewan Pastoral Stasi yang baru

BAB III
PERSYARATAN, TATACARA PEMILIHAN DAN PERIODE KEPENGURUSAN
Pasal 8
Persyaratan Pengurus Dewan Pastoral Stasi
Persyaratan dimaksudkan sebagai pedoman untuk memilih dan menetapkan calon
pengurus Dewan Pastoral Stasi. Seseorang yang dicalonkan menjadi pengurus Dewan
Pastoral Stasi, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
(1). Bertempat tinggal secara menetap di Stasi
(2). Dapat membaca dan menulis
(3). Berperikehidupan kristiani yang baik
(4). Berwibawa dan mempunyai rasa tanggung jawab
(5). Memiliki wawasan dan pengetahuan sehubungan dengan tugasnya
(6). Dapat bekerjasama dengan umat di stasi maupun Pastor Paroki
(7). Calon untuk Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pastoral Stasi, tidak sedang menjadi
pengurus Partai Politik
(8). Berusia minimal 18 tahun

Pasal 9
Tatacara Pemilihan Pengurus
Tatacara dimaksudkan sebagai prosedur yang semestinya ditempuh, dalam melakukan
pemilihan Pengurus Dewan Pastoral Stasi, sesuai dengan format kepengurusan dan
persyaratan yang telah ditetapkan. Tatacara pemilihan pengurus Dewan Pastoral Stasi,
dilakukan secara bertahap dengan ketentuan sebagai berikut:
9 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

(1). Tahap Penjaringan


(a). Pembentukan Tim Pemilihan Pengurus dengan persetujuan Pastor Paroki,
beranggotakan maksimal 5 orang, yang bertugas mengkoordinir seluruh tahapan
tatacara pemilihan pengurus Dewan Pastoral Stasi
(b). Tatacara penjaringan calon pengurus Dewan Pastoral Stasi, dilakukan secara
partisipatif di antara umat, dengan cara setiap lingkungan di dalam wilayah
Stasi, mengajukan 2 orang nama yang dicalonkan
(2). Tahap Pencalonan
(a). Tim Pemilihan Pengurus menetapkan 5 orang calon yang memenuhi kriteria
persyaratan dari hasil penjaringan
(b). Hasil penetapan calon pengurus Dewan Pastoral Stasi, oleh Tim Pemilihan
Pengurus diinformasikan kepada umat untuk mendapat tanggapan
(c). Bilamana ada keberatan dari umat, perlu dibuat catatan tertulis alasan
keberatannya untuk diinformasikan kepada Pastor Paroki
(d). Hasil penetapan calon dan keberatan dari umat (bila ada), oleh Tim Pemilihan
Pengurus diinformasikan kepada Pastor Paroki untuk mendapatkan persetujuan
dan pembahasan terhadap keberatan yang diajukan oleh umat
(3). Tahap Pemilihan
(a). Pemilihan pengurus Dewan Pastoral Stasi, dilakukan dalam pertemuan dengan
menyebarkan undangan atau pemberitahuan lisan kepada umat dan Pastor
Paroki
(b). Hanya umat dewasa, berusia 16 tahun, dan hadir dalam pertemuan, yang boleh
menggunakan hak untuk memilih pengurus Dewan Pastoral Stasi
(c). Pemilihan berlaku untuk menetapkan Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi,
dilakukan secara bertahap memilih setiap posisi kepengurusan yang ada, dengan
ketentuan untuk calon Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pastoral Stasi, tidak
sedang menjadi pengurus Partai Politik
(d). Pemilihan dilakukan dengan pemungutan suara secara tertutup dan
penghitungan suara secara terbuka yang dihadiri oleh Pastor Paroki
(e). Pemilihan para Ketua Seksi dan para Anggota Seksi, dilakukan oleh Pengurus
Harian Dewan Pastoral terpilih dengan persetujuan dari Pastor Paroki
(f). Hasil kesepakatan pemilihan, oleh Tim Pemilihan Pengurus dibuat Berita Acara
untuk diseberluaskan kepada umat
(g). Bilamana kondisi tidak memungkinkan, dapat dilaksanakan pemilihan dengan
cara lain yang ditetapkan oleh Tim Pemilihan Pengurus, atas persetujuan Pastor
Paroki
(4). Tahap Pengangkatan dan Pelantikan
(a). Pengurus Dewan Pastoral Stasi terpilih, akan diangkat dengan Surat Keputusan
Pastor Paroki
(b). Para pengurus Dewan Pastoral Stasi terpilih, dilantik oleh Pastor Paroki dalam
upacara liturgi
(c). Para pengurus Dewan Pastoral Stasi terpilih, harus mendapatkan pembekalan,
maka Pastor Paroki wajib melaksanakan kegiatan pembekalan tersebut sebagai
rangkaian proses pembentukan pengurus Dewan Pastoral Stasi.
10 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

Pasal 10
Periode Kepengurusan

(1). Masa jabatan Pengurus Dewan Pastoral Stasi, berlaku untuk jangka waktu 3 tahun,
terhitung sejak tanggal ditetapkan dalam Surat Keputusan
(2). Masa jabatan Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pastoral Stasi dapat diperpanjang, hanya
untuk satu periode berikutnya, bila dikehendaki oleh umat dan disetujui Pastor Paroki.

BAB IV
PEMBAGIAN TUGAS

Pasal 11
Tugas Bersama Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi
Tugas Bersama Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi:
(1) Mengupayakan kemandirian dan kedewasaan iman umat
(2) Menghimpun dan mengelola dana kemandirian
(3) Mengupayakan pengadaan dan pemeliharaan harta-harta Gereja
(4) Menjamin kepastian surat-surat tanah, surat izin mendirikan bangunan dan surat-surat
lain yang memiliki kekuatan hukum dan diserahkan kepada Pastor Paroki untuk disimpan
di Keuskupan
(5) Melaksanakan pertemuan perencanaan, koordinasi, pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan
(6) Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan dan keuangan, baik yang dilaksanakan
di lingkungan intern Gereja maupun dalam rangka kerjasama dengan pihak lain
(7) Menjalin kerjasama kemitraan dengan Dewan Pastoral Paroki, Kelompok Kategorial atau
Komisi/Lembaga Keuskupan dalam kordinasi dengan Pastor Paroki
(8) Kegiatan lainnya yang disepakati bersama oleh Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi

Pasal 12
Tugas Pengurus Pleno Dewan Pastoral Stasi
Tugas Pengurus Pleno Dewan Pastoral Stasi:
(1). Memelihara persatuan dalam suasana persaudaraan kristiani
(2). Mengupayakan pembinaan untuk kemandirian umat dan kedewasaan iman
(3). Mengunjungi umat yang sakit atau terkena musibah
(4). Memberi nasehat bagi umat yang mengalami kesulitan
(5). Mengupayakan kaderisasi sebagai upaya mewujudkan kemandirian tenaga pastoral
(6). Mendorong sebanyak mungkin keterlibatan umat, terutama generasi muda dan
perempuan dalam seluruh kegiatan pastoral di Stasi
(7). Menjalin kerjasama kemitraan dengan pihak ekstern Gereja, berdasarkan kepentingan
umat setempat, terutama dalam upaya kemandirian dana dan tenaga
(8). Kegiatan lainnya yang disepakati bersama oleh Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi
11 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

Pasal 13
Tugas Anggota Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi

Tugas masing-masing Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi:


(1). Ketua
(a) Memimpin pertemuan atau rapat, yang dilaksanakan secara berkala, yang
bertujuan untuk merencanakan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan
(b) Bertanggungjawab terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan pastoral di bidang
Pewartaan, Perayaan dan Pelayanan dalam upaya mewujudkan kemandirian umat
dan kedewasaan iman
(c) Menetapkan pembagian tugas di antara Pengurus Harian, para Ketua Seksi dan
para Anggota Seksi
(d) Mempersiapkan kunjungan Pastor Paroki atau petugas pastoral lainnya
(e) Melaksanakan pembentukan Panitia, memantau pelaksanaan kegiatan Panitia
sesuai tujuan yang direncanakan dan membubarkan Kepanitiaan di Stasi
(f) Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan Ibadat Sabda, Ekaristi dan
perayaan sakramen lainnya
(g) Membuat pembagian tugas untuk memimpin Ibadat
(h) Membuat dan menyampaikan laporan tahunan kepada Pastor Paroki tentang
kegiatan dan perkembangan umat di Stasi
(2). Wakil Ketua
(a). Menetapkan pembagian tugas kegiatan mengajar agama
(b). Mengupayakan kepastian terlaksananya pelajaran agama bagi anak-anak Katolik
yang belajar di Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta non Katolik
(c). Mempersiapkan calon baptis, komuni pertama, krisma dan persiapan
perkawinan, berkoordinasi dengan Pastor Paroki
(d). Menjalankan tugas yang dimandatkan oleh Ketua dan menggantikan
pelaksanaan tugas Ketua, bilamana Ketua berhalangan
(3). Sekretaris
(a). Membuat notulensi hasil pertemuan atau rapat Dewan Pastoral Stasi
(b). Mengelola dan menyimpan arsip surat-menyurat, sehingga dapat dengan mudah
dipergunakan bila diperlukan
(c). Membantu mempersiapkan laporan kegiatan semester dan tahunan
(d). Membuat rencana pelaksanaan kegiatan pelatihan atau penataran yang terkait
dengan tugas perutusan Gereja
(e). Menyebarluaskan informasi yang terkait dengan kegiatan pastoral di Stasi
(f). Menjalankan tugas yang dimandatkan oleh Wakil Ketua dan menggantikan
pelaksanaan tugas Wakil Ketua, bilamana Wakil Ketua berhalangan
(4). Bendahara
(a). Melaksanakan tatacara pengelolaan keuangan Stasi
(b). Menghimpun dan menyerahkan kepada Pastor Paroki, dana atau iuran untuk
kemandirian Paroki
(c). Menghitung kolekte Ekaristi saat kunjungan Pastor Paroki, dan menyerahkan
kepada Pastor
12 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

(d). Menghitung kolekte Ibadat Sabda dan dikelola untuk kepentingan kegiatan
pastoral di Stasi
(e). Mengelola derma ibadat, derma lainnya dan sumbangan dari pihak lain yang
tidak mengikat
(f). Melakukan koordinasi dengan Pastor Paroki mengenai dana bantuan dari
Pemerintah, Swasta dan sumbangan dari pihak lain
(g). Mengupayakan usaha-usaha kemandirian dana untuk kepentingan umat di Stasi
(h). Membuat laporan pertanggungjawaban keuangan setiap enam bulan sekali,
yang disampaikan dalam rapat Pengurus Pleno Dewan Pastoral Stasi
(i). Menjalankan tugas yang dimandatkan oleh Sekretaris dan menggantikan
pelaksanaan tugas Sekretaris, bilamana Sekretaris berhalangan

Pasal 14
Tugas Ketua Seksi dan Anggota Seksi
(1). Seksi Pewartaan
(a). Tugas Seksi Pewartaan adalah membantu Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi
menangani kegiatan pastoral Pewartaan Sabda Allah.
(b). Tugas Ketua Seksi Pewartaan adalah merencanakan, melaksanakan,
mengkoordinir dan mengevaluasi kegiatan Pewartaan, seperti Pembinaan
Sekolah Minggu, Pendalaman Iman, Bulan Kitab Suci, Hari Panggilan dan
kegiatan lainnya, yang bertujuan membantu umat menghayati dan
mengamalkan Sabda Allah dalam kehidupan sehari-hari, serta memperkenalkan
Kristus kepada semua orang yang berkenan mengenal-Nya.
(c). Tugas Anggota Seksi Pewartaan adalah, membantu tugas Ketua Seksi Pewartaan
dalam merencanakan, melaksanakan, mengkoordinir dan mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan pastoral Gereja di bidang Pewartaan, dengan mendorong
sebanyak mungkin keterlibatan dan peranserta umat.
(2). Seksi Liturgi
(a). Tugas Seksi Liturgi adalah membantu Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi,
dalam menangani kegiatan pastoral Perayaan Rahmat Allah.
(b). Tugas Ketua Seksi Liturgi adalah merencanakan, melaksanakan, mengkoordinir
dan mengevaluasi kegiatan Liturgi, yang bertujuan menjamin terlaksananya
Perayaan Ekaristi, Perayaan Natal/Paskah, Ibadat Sabda, Doa Keluarga,
Perayaan Sakramen dan kegiatan lain sebagai ungkapan iman persekutuan umat
Allah.
(c). Tugas Anggota Seksi Liturgi adalah, membantu tugas Ketua Seksi Liturgi dalam
merencanakan, melaksanakan, mengkoordinir dan mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan pastoral Gereja di bidang Perayaan, dengan mendorong sebanyak
mungkin keterlibatan dan peranserta umat.
(3). Seksi Sosial
(a). Tugas Seksi Sosial adalah membantu Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi,
dalam menangani kegiatan pastoral Pelayanan, sebagai upaya mewujudkan
karya penyelamatan Allah di bidang sosial-ekonomi.
(b). Tugas Ketua Seksi Sosial adalah merencanakan, melaksanakan, mengkoordinir
dan mengevaluasi kegiatan perutusan Gereja di bidang Pelayanan, seperti
kegiatan sosial Aksi Puasa Pembangunan, Gotong Royong, Usaha Produktif,
13 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

Pelayanan Kesehatan, Aksi Sosial dan kegiatan lainnya yang bertujuan


menanamkan sikap tanggungjawab bersama dan mengembangkan kesadaran
sosial terhadap pentingnya karya amal kasih bagi sesama.
(c). Tugas Anggota Seksi Sosial adalah, membantu tugas Ketua Seksi Sosial dalam
merencanakan, melaksanakan, mengkoordinir dan mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan pastoral Gereja di bidang Pelayanan, dengan mendorong sebanyak
mungkin keterlibatan dan peranserta umat.

Pasal 15
Seksi-Seksi Yang Dianjurkan
Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi berwenang membentuk Seksi-Seksi lain.
Pembentukan Seksi yang dianjurkan adalah Seksi Kerasulan Keluarga, Seksi Panggilan dan
Seksi Usaha Dana, dengan fungsi dan tugas sebagai berikut:
(1). Seksi Kerasulan Keluarga
(a). Tugas Seksi Kerasulan Keluarga adalah membantu Pengurus Harian Dewan
Pastoral Stasi, dalam menangani kegiatan pastoral Kerasulan Keluarga Kristiani.
(b). Tugas Ketua Seksi Kerasulan Keluarga adalah merencanakan, melaksanakan,
mengkoordinir dan mengevaluasi kegiatan Kerasulan Keluarga, seperti
membantu proses Persiapan Perkawinan, Pendampingan Keluarga Bermasalah,
Rekoleksi Pasangan Suami-Istri dan kegiatan lainnya, yang bertujuan untuk
mendorong dan mengembangkan kehidupan keluarga sesuai dengan ajaran
iman kristiani.
(c). Tugas Anggota Seksi Keluarga adalah, membantu tugas Ketua Seksi Kerasulan
Keluarga dalam merencanakan, melaksanakan, mengkoordinir dan mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan pastoral Gereja di bidang Kerasulan Keluarga, dengan
mendorong sebanyak mungkin keterlibatan dan peranserta umat.
(2). Seksi Panggilan
(a). Tugas Seksi Panggilan adalah membantu Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi,
dalam menangani kegiatan pastoral Kerasulan Panggilan.
(b). Tugas Ketua Seksi Panggilan adalah merencanakan, melaksanakan,
mengkoordinir dan mengevaluasi kegiatan Panggilan, seperti Aksi Panggilan,
Kunjungan ke Seminari/Biara, Pembinaan Panggilan Kaum Muda, Memberi
bantuan, perhatian dan peneguhan kepada para seminaris terutama yang
berasal dari Stasi atau kegiatan lain, yang bertujuan untuk menanamkan
kesadaran akan panggilan dan menaburkan benih panggilan dalam diri anak,
remaja dan kaum muda untuk menjadi pelayan rohani.
(c). Tugas Anggota Seksi Panggilan adalah, membantu tugas Ketua Seksi Panggilan
dalam merencanakan, melaksanakan, mengkoordinir dan mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan pastoral Gereja di bidang Kerasulan Panggilan, dengan
mendorong sebanyak mungkin keterlibatan dan peranserta umat.
(3). Seksi Usaha Dana
(a). Tugas Seksi Usaha Dana adalah membantu Pengurus Harian Dewan Pastoral
Stasi, dalam menghimpun dana kemandirian Stasi.
(b). Tugas Ketua Seksi Usaha Dana adalah merencanakan, melaksanakan,
mengkoordinir dan mengevaluasi kegiatan Usaha Dana, seperti Kartu Bulanan
Stasi, Usaha Swadaya dan kegiatan lain, yang bertujuan untuk menghimpun
14 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

pengadaan dana, yang dikelola secara bertanggungjawab bagi kegiatan pastoral


di Stasi.
(c). Tugas Anggota Seksi Usaha Dana adalah, membantu tugas Ketua Seksi Usaha
Dana dalam merencanakan, melaksanakan, mengkoordinir dan mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan usaha dana, dengan mendorong sebanyak mungkin
keterlibatan dan peranserta umat.

Pasal 16
Seksi-Seksi Lain
(1). Bila dipandang perlu, dengan mempertimbangkan manfaat bagi perkembangan karya
pastoral Gereja di Stasi, dan atas persetujuan Pastor Paroki, Pengurus Harian Dewan
Pastoral Stasi dapat membentuk Seksi-Seksi lain, seperti Seksi Kepemudaan, Seksi
Kewanitaan, Seksi Hubungan Antar Agama/Kepercayaan, Seksi Hubungan Masyarakat,
Seksi Keadilan dan Perdamaian, Seksi Kerasulan Anak dan Remaja, Seksi Rukun
Kematian
(2). Tugas Ketua Seksi dan Anggota Seksi yang bersangkutan, dirumuskan sesuai fungsi
dan tugasnya serta ditetapkan berdasarkan kesepakatan Pengurus Harian Dewan
Pastoral Stasi bersama dengan Pastor Paroki

BAB V
KEPANITIAAN DI STASI

Pasal 17
Alasan, Wewenang, Hubungan Kerja dan Tanggungjawab
(1). Alasan Pembentukan
(a). Kepanitiaan dapat dibentuk di Stasi, berdasarkan kepentingan umat dengan
mempertimbangkan manfaat untuk menangani kegiatan tertentu yang selaras
dengan karya pastoral gereja
(b). Bilamana kegiatan termaksud dapat ditangani oleh salah satu Seksi yang ada,
maka dianjurkan untuk tidak dibentuk Panitia
(c). Keberadaan Panitia bersifat sementara, dengan penetapan periode
kepengurusan sesuai dengan jenis kegiatannya
(2). Wewenang Pembentukan
(a). Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi yang dikoordinir oleh Ketua, berwenang
membentuk Panitia, menetapkan susunan kepengurusan dan membubarkan
Panitia
(b). Pembentukan dan pembubaran Panitia, dilaksanakan dalam Rapat Pengurus
Harian, dengan sepengetahuan Pastor Paroki
(c). Ketua Dewan Pastoral Stasi berwenang menerbitkan Surat Keputusan
pembentukan Panitia, dengan sepengetahuan Pastor Paroki.

(3). Hubungan Kerja


15 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

(a). Hubungan kerja antara Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi dengan Panitia,
bersifat koordinasi dan pengawasan demi tercapainya tujuan pembentukan
Panitia
(b). Ketua Dewan Pastoral Stasi tidak dapat duduk sebagai Ketua Panitia, demi
kepentingan koordinasi, pengawasan dan pencapaian tujuan pembentukan
Panitia
(4). Tanggungjawab
(a). Panitia bertanggung jawab kepada Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi dan
Pastor Paroki, terhadap pelaksanaan kegiatan sesuai dengan fungsi dan tugas
yang dimandatkan
(b). Bentuk pertanggungjawaban Panitia berupa laporan kegiatan dan laporan
keuangan secara tertulis, yang disampaikan dalam rapat Pengurus Harian Dewan
Pastoral Stasi
(c). Laporan pertanggungjawaban Panitia yang telah disampaikan dalam rapat
Pengurus Harian, perlu disebarluaskan kepada umat

BAB VI
RAPAT-RAPAT DEWAN PASTORAL STASI

Pasal 18
Kategori Rapat
(1). Rapat-rapat dalam Dewan Pastoral Stasi, terdiri dari Rapat Pleno, Rapat Pengurus
Harian, Rapat Pengurus Harian dengan Seksi dan Rapat Seksi.
(2). Dalam setiap kategori rapat Dewan Pastoral Stasi, terdapat ketentuan mengenai
kewenangan untuk mengambil keputusan, peserta rapat, frekuensi rapat dan tujuan
rapat.

Pasal 19
Rapat Pleno
(1). Kewenangan untuk mengambil keputusan dalam Rapat Pleno Dewan Pastoral Stasi
mencakup: perencanaan dan evaluasi kegiatan; menetapkan perjanjian kerjasama
dengan pihak lain; pertanggungjawaban kegiatan dan keuangan; penyelesaian konflik
dalam kepengurusan Dewan Pastoral Stasi atau memutuskan hal-hal yang dipandang
perlu bagi perkembangan hidup menggereja
(2). Rapat Pleno Dewan Pastoral Stasi dilaksanakan sekurang-kurangnya dua kali dalam
setahun, yakni pada Januari dan Juni, dihadiri oleh Pengurus Harian, para Ketua Seksi,
para Anggota Seksi, Pastor Paroki, Ketua Lingkungan dan Kelompok Kategorial yang
ada di Stasi.
(3). Rapat pleno Dewan Pastoral Stasi dipimpin oleh Ketua atau anggota lain yang
mendapat mandat dari Ketua, bilamana Ketua berhalangan
(4). Rapat pleno Dewan Pastoral Stasi bertujuan:
(a). Membahas rencana dan mengesahkan program kerja
(b). Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
(c). Memecahkan masalah yang tidak dapat diselesaikan di tingkat Pengurus Harian
(d). Membahas hal lain sesuai kebutuhan umat setempat
16 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

Pasal 20
Rapat Pengurus Harian

(1). Kewenangan pengambilan keputusan dalam Rapat Pengurus Harian mencakup:


rencana kegiatan dan jadwal kegiatan tahunan, semester atau bulanan; pola
koordinasi kerja; membentuk dan membubarkan Panitia; pengelolaan administrasi
Stasi; pengelolaan dan pemeliharaan harta gereja; pemberhentian dan pergantian
Pengurus Harian, usaha kemandirian dana dan tenaga; mewakili umat dalam kegiatan
eksternal Gereja atau memutuskan hal-hal yang dipandang perlu bagi peningkatan
kinerja Dewan Pastoral Stasi
(2). Rapat Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi dilaksanakan sekurang-kurangnya tiga
bulan sekali, dihadiri oleh semua anggota Pengurus Harian dan Pastor Paroki bila
dipandang perlu
(3). Rapat Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi dipimpin oleh Ketua atau anggota lain
yang mendapat mandat dari Ketua, bilamana Ketua berhalangan
(4). Rapat Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi bertujuan:
(a). Memantau pelaksanaan kegiatan yang sedang berlangsung
(b). Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan enam bulanan dan menyusun rencana
kegiatan enam bulan berikutnya
(c). Mempersiapkan Rapat Pleno
(d). Menyusun laporan kegiatan semester dan tahunan
(e). Membahas hal lain sesuai kebutuhan umat setempat

Pasal 21
Rapat Pengurus Harian dengan Seksi
(1). Kewenangan pengambilan keputusan dalam Rapat Pengurus Harian dengan Seksi
mencakup: penyusunan program kerja seksi; pemantauan pelaksanaan kegiatan seksi;
koordinasi kerja antar Pengurus Harian dengan Seksi; mengikat kerjasama dengan
pihak lain atau memutuskan hal-hal yang dipandang perlu bagi peningkatan kinerja
Pengurus Harian dan Seksi-Seksi
(2). Rapat Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi dengan Seksi dilaksanakan sekurang-
kurangnya tiga bulan sekali, dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara
dan para Ketua Seksi
(3). Rapat Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi dengan Seksi dipimpin oleh Ketua atau
anggota lain yang mendapat mandat dari Ketua, bilamana Ketua berhalangan
(4). Rapat Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi dengan Seksi bertujuan:
(a). Membahas dan menyetujui program kerja dan rencana kegiatan Seksi
(b). Membuat rencana anggaran untuk pelaksanaan kegiatan Seksi
(c). Memantau pelaksanaan kegiatan yang sedang berlangsung
(d). Membahas hal lain sesuai kebutuhan umat setempat
17 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

Pasal 22
Rapat Seksi
(1). Kewenangan pengambilan keputusan dalam Rapat Seksi mencakup: rencana kegiatan
seksi; membentuk dan membubarkan Kelompok Kerja; koordinasi kerja antar Ketua
Seksi, Anggota Seksi dan Kelompok Kerja; pertanggungjawaban kegiatan dan
keuangan; mengikat kerjasama dengan pihak lain atau memutuskan hal-hal yang
dipandang perlu bagi peningkatan kinerja Seksi dan Kelompok Kerja Pelaksana
Kegiatan
(2). Rapat Seksi dilaksanakan setiap kali bilamana dibutuhkan, dihadiri oleh Ketua Seksi,
Anggota Seksi, Kelompok Kerja Pelaksana Kegiatan, dan salah seorang atau lebih
anggota Pengurus Harian bila dipandang perlu
(3). Rapat Seksi dipimpin oleh Ketua Seksi atau anggota lain yang mendapat mandat dari
Ketua Seksi, bilamana Ketua Seksi berhalangan
(4). Rapat Seksi Dewan Pastoral Stasi bertujuan:
(a). Menyusun rencana kegiatan
(b). Memantau pelaksanaan kegiatan yang sedang berlangsung
(c). Menyusun laporan kegiatan tiga bulanan dan rencana kegiatan tiga bulan
berikutnya
(d). Membahas hal lain sesuai kebutuhan umat setempat

Pasal 23
Rapat Lain
(1). Selain Rapat Pleno, Rapat Pengurus Harian, Rapat Pengurus Harian dengan Seksi dan
Rapat Seksi, dapat dilaksanakan Rapat lain yang disepakati oleh Pengurus Harian
Dewan Pastoral Stasi
(2). Kewenangan pengambilan keputusan, peserta rapat, frekuensi rapat dan tujuan rapat,
ditetapkan oleh Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi

BAB VII

PERGANTIAN, PEMBERHENTIAN DAN PEMBUBARAN

Pasal 24
Pergantian Pengurus Harian
(1). Pastor Paroki berwenang mengganti salah seorang atau lebih dari antara anggota
Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi
(2). Alasan pergantian karena yang bersangkutan mengundurkan diri; pindah domisili atau
meninggal dunia
(3). Sebelum melakukan pergantian, Pastor Paroki hendaknya terlebih dahulu
mendengarkan pendapat anggota Pengurus yang lain dan masukan dari umat
(4). Keputusan penggantian dilaksanakan dalam pertemuan Pengurus Pleno Dewan
Pastoral Stasi, dengan memberikan kesempatan pada yang bersangkutan untuk
menyampaikan penjelasan mengenai alasan mengundurkan diri atau pindah domisili
18 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

(5). Bila dipandang perlu, Pastor Paroki dapat menetapkan pengganti dengan menerbitkan
Surat Keputusan, yang masa baktinya hingga periode kepengurusan yang digantikan
berakhir

Pasal 25
Pemberhentian Pengurus Harian
(1). Pastor Paroki berwenang memberhentikan salah seorang atau lebih dari antara
anggota Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi
(2). Alasan pemberhentian hendaknya berdasarkan pertimbangan, yang bersangkutan
dipastikan melakukan pelanggaran mendasar ajaran Gereja Katolik, berkaitan dengan
perilaku moral dan memecah belah umat
(3). Sebelum melakukan pemberhentian, Pastor Paroki hendaknya terlebih dahulu
mendengarkan pendapat anggota Pengurus yang lain dan masukan dari umat
(4). Keputusan memberhentikan dilaksanakan dalam pertemuan Pengurus Pleno Dewan
Pastoral Stasi, dengan memberikan kesempatan pada yang bersangkutan untuk
menyampaikan penjelasan dan pembelaan
(5). Bila dipandang perlu, Pastor Paroki dapat menetapkan pengganti dengan menerbitkan
Surat Keputusan, yang masa baktinya hingga periode kepengurusan yang digantikan
berakhir

Pasal 26
Pembubaran Dewan Pastoral Stasi

(1). Pastor Paroki berwenang membubarkan Dewan Pastoral Stasi, bila dipastikan Dewan
Pastoral Stasi berpotensi merusak kehidupan kristiani dan menimbulkan perpecahan di
kalangan umat
(2). Sebelum melakukan pembubaran Dewan Pastoral Stasi, Pastor Paroki hendaknya
terlebih dahulu mempertimbangkan pendapat umat setempat
(3). Pembubaran Dewan Pastoral Stasi ditetapkan berdasarkan surat Keputusan Pastor
Paroki, dengan menyampaikan alasan-alasan pembubaran serta pencabutan Surat
Keputusan pembentukan Dewan Pastoral Stasi
(4). Keputusan mengenai pembubaran Dewan Pastoral Stasi, disampaikan kepada umat
melalui cara yang disepakati oleh Pastor Paroki dengan Pengurus Harian Dewan
Pastoral Stasi yang dibubarkan
(5). Bilamana situasinya sudah memungkinkan, hendaknya Pastor Paroki merencanakan
pembentukan kembali Dewan Pastoral Stasi, sesuai dengan tatacara yang telah
ditetapkan dalam pedoman ini

PENUTUP

Pedoman Dewan Pastoral Stasi ini bersifat mengikat, sebagai acuan dasar bagi
pengembangan kehidupan menggereja di Stasi.
Akhirnya hendak ditegaskan, “Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah
datang” (II Korintus 5:17). Hendaknya umat sekalian, melaksanakan pedoman pastoral ini
19 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

dengan penuh ketulusan dan tanggungjawab, sesuai dengan pesan Santo Petrus, “Siap
sedialah pada setiap waktu untuk memberi pertanggunganjawab kepada semua orang yang
meminta pertanggunganjawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu” (I Petrus
3:15b)
(*)

PENJELASAN PEDOMAN DEWAN PASTORAL STASI


KEUSKUPAN AGUNG SAMARINDA

I. UMUM

Dewan Konsultores dalam rapat tanggal 02-06 Februari 2004, telah menetapkan
dibentuknya Tim Revisi Pedoman Pastoral Dewan Paroki dan Dewan Stasi. Tugas utama Tim
Revisi Pedoman Pastoral Dewan Paroki dan Dewan Stasi adalah: (1). Menyusun pertanyaan
panduan untuk mengumpulkan masukan dari Paroki dan Kevikepan; (2). Mendampingi
Paroki/Kevikepan dalam pertemuan pembahasan revisi Pedoman Pastoral; (3). Menyusun
draft Pedoman Dewan Pastoral Paroki/Stasi untuk dibahas dalam rapat Dewan Konsultores.
Selanjutnya, rancangan revisi Pedoman Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Pastoral Stasi
yang telah disempurnakan berdasarkan masukan rapat Dewan Konsultores, disebarluaskan
kepada para Pastor Paroki se Keuskupan Agung Samarinda untuk mendapatkan masukan.
Sedangkan penetapan pemberlakuan Pedoman Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Pastoral
Stasi, dilaksanakan dalam Rapat Kerja Keuskupan Agung Samarinda, 06-12 Juni 2005.

II. PEMAHAMAN DASAR


Kerajaan Allah merupakan suatu suasana dimana Allah, sungguh hadir dalam kehidupan
manusia. Kehadiran Allah dalam kehidupan manusia itu, ditandai dengan suasana kehidupan
penuh ketulusan, kerahiman, keadilan, cinta kasih dan perdamaian. Maka dijiwai oleh
semangat Kristus, umat Kristiani hendaknya berusaha meneruskan tugas perutusan untuk
memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah.
Dalam persekutuan umat Allah, imamat umum yang diperoleh berkat sakramen
permandian, dan imamat jabatan yang diperoleh berkat tahbisan, bukan hanya berbeda
dalam hakekat, tetapi juga dalam tingkatan. Jabatan pastoral untuk mengajar,
menguduskan, memimpin dan kuasa yang perlu untuk itu, oleh kehendak Tuhan sendiri
tidak dianugerahkan kepada seluruh anggota umat Allah, tetapi secara khusus kepada para
pelayan yang diangkat melalui tahbisan.
Sedangkan anggota umat Allah lain, yang tidak ditandai dengan martabat imamat
tahbisan, selain tugas yang lahir dari kesamaan sejati dalam martabat dan baptisan,
memiliki hak dan kewajiban untuk bekerjasama dan membantu gembala mereka. Karena itu,
umat beriman yang tidak ditahbiskan, sesuai dengan pengetahuan, keahlian dan
20 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

kedudukannya, memiliki hak untuk menyampaikan kepada para gembala rohani, pendapat
mereka tentang hal-hal menyangkut Gereja. Hal itu dapat terjadi melalui wadah kerjasama
pastoral, seperti Dewan Pastoral Paroki dan Dewan Pastoral Stasi.
Secara manusiawi Gereja Universal adalah persekutuan gereja-gereja Lokal. Namun
secara ilahi, sebagai Gereja Kristus, Gereja Universal “berada dalam Gereja-gereja Lokal
itu” (Lumen Gentium #26). Dengan berintegrasi ke dalam persekutuan Gereja-gereja,
masing-masing Gereja Lokal mewujudkan diri sebagai kumpulan orang beriman, di mana
“sungguh hadir dan berkarya Gereja Kristus yang satu, kudus, Katolik dan apostolik”
(Christus Dominus #11).
Mengenai Imam, dalam Kitab Hukum Kanonik #495 ditegaskan, “semua Imam adalah
pembantu Uskup dan mengambil bagian dalam tugas membangun jemaat. Tetapi tugas
membantu Uskup dalam kepemimpinan Keuskupan, secara khusus dipercayakan kepada
Dewan Imam yang merupakan suatu Senat Uskup dan sekaligus mewakili para Imam dalam
suatu Keuskupan.”

III. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1, Pengertian Dewan Pastoral Stasi


 Dalam Kitab Hukum Kanonik #515, 1, Paroki didefinisikan sebagai komunitas kaum
beriman kristiani yang didirikan Uskup di dalam Gereja Lokal, yang pelayanan
pastoralnya dipercayakan kepada Pastor Paroki sebagai gembalanya.
 Oleh karena Stasi merupakan bagian tak terpisahkan dari Paroki, maka keberadaan
Dewan Pastoral Stasi, juga merupakan bagian tak terpisahkan dari tugas kegembalaan
Pastor Paroki.
 Dalam melaksanakan tugasnya, Pastor Paroki menghadirkan kewibawaan Uskup.
Sedangkan makna keberadaan Pastor Paroki adalah, melayani komunitas beriman
kristiani dalam fungsi mengajar, menguduskan dan menggembalakan, dimana pelayanan
itu memanfaatkan kesediaan bekerjasama dengan Imam lain, Diakon dan kaum awam
(Kitab Hukum Kanonik #519).

Pasal 2, Tujuan Pembentukan Dewan Pastoral Stasi


 Cukup jelas

Pasal 3, Fungsi dan Kewenangan Dewan Pastoral Stasi


 Ayat (1). Cukup Jelas
 Ayat (2). Cukup jelas

Pasal 4, Unsur Dewan Pastoral Stasi


 Cukup jelas

Pasal 5, Struktur Dewan Pastoral Stasi


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas
 Ayat (3). Cukup Jelas
21 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

 Ayat (4). Cukup jelas


 Ayat (5). Cukup jelas
 Ayat (6). Selain Seksi-Seksi yang dianjurkan (Kerasulan Keluarga, Panggilan dan Usaha
Dana), dapat juga dibentuk Seksi lain sesuai kebutuhan umat dengan persetujuan Pastor
Paroki

Pasal 6, Prioritas Pembentukan Dewan Pastoral Stasi


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas
 Ayat (3). Pembagian tugas yang dianjurkan adalah: Ketua bertanggungjawab terhadap
tugas perutusan Gereja di bidang Pewartaan; Wakil Ketua dalam bidang Liturgi,
sedangkan Sekretaris dalam bidang Pelayanan

Pasal 7, Kewenangan Pembentukan Dewan Pastoral Stasi


Ayat (1)
 Kewenangan untuk membentuk Dewan Pastoral Dewan Stasi, hanya ada pada Pastor
Paroki. Bilamana di Stasi belum dibentuk Dewan Pastoral Stasi, maka hanya Pastor
Paroki yang berwenang membentuk Dewan Pastoral Stasi
Ayat (2)
 Bila di Stasi sudah ada Dewan Pastoral Stasi dan telah berakhir masa tugasnya, maka
sebelum dilaksanakan pemilihan pengurus Dewan Pastoral Stasi yang baru, pengurus
lama harus terlebih dahulu membuat laporan pertanggungjawaban
Ayat (3)
 Bilamana pengurus Dewan Pastoral Stasi yang akan mengakhiri tugasnya, mengalami
kesulitan membuat laporan pertanggungjawaban secara tulis, maka Pengurus Harian
dapat menyampaikan laporan secara lisan kepada Pastor Paroki. Kemudian atas laporan
pertanggungjawaban secara lisan tersebut, Pastor Paroki dapat mengupayakan
pembentukan pengurus Dewan Pastoral Stasi yang baru

Pasal 8, Persyaratan Pengurus Dewan Pastoral Stasi


Ayat (7)
 Persyaratan itu dimaksudkan untuk menghindari konflik kepentingan dan kerancuan tugas,
sebagai pengurus Dewan Pastoral Stasi dan pengurus Partai Politik. Selain itu, juga dimaksudkan
untuk menghindarkan kemungkinan terjadinya perpecahan di kalangan umat, berkaitan dengan
kebebasan menetapkan pilihan untuk berpolitik.
 Maka, persyaratan untuk calon Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pastoral Stasi, yang bersangkutan
tidak sedang menjadi pengurus Partai Politik

Pasal 9, Tatacara Pemilihan Pengurus


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas
 Ayat (3). Cukup jelas
22 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

 Ayat (4), huruf (c). Pembekalan pengurus Dewan Pastoral Stasi perlu mendapat
perhatian serius, agar pengurus Dewan Pastoral Stasi memahami tugas dan
tanggungjawabnya. Pembekalan tersebut, sebaiknya tidak hanya pada saat
pembentukan Pengurus, tetapi dilaksanakan secara rutin, sekurang-kurangnya setahun
sekali.

Pasal 10, Periode Kepengurusan


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas

Pasal 11, Tugas Bersama Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi


 Pembagian tugas tersebut, dimaksudkan untuk memperjelas Tugas Bersama Pengurus
Harian Dewan Pastoral Stasi dalam melaksanakan karya pastoral Gereja.
 Selain tugas yang tercantum pada ayat (1) hingga ayat (6), berdasarkan kesepakatan
Pengurus Harian dan sepengetahuan Pastor Paroki, dapat ditetapkan tugas-tugas lain
yang menjadi tanggungjawab bersama Pengurus Harian

Pasal 12, Tugas Pengurus Pleno Dewan Pastoral Stasi


 Pembagian tugas tersebut, dimaksudkan untuk memperjelas Tugas Pengurus Pleno
Dewan Pastoral Stasi sebagai wadah kerjasama pastoral dalam melaksanakan karya
pastoral Gereja.
 Selain tugas yang tercantum pada ayat (1) hingga ayat (7), berdasarkan kesepakatan
Pengurus Harian dan sepengetahuan Pastor Paroki, dapat ditetapkan tugas-tugas lain
yang menjadi tanggungjawab Pengurus Pleno

Pasal 13, Tugas Anggota Pengurus Harian Dewan Pastoral Stasi


 Pembagian tugas diantara Pengurus Harian, dimaksudkan untuk memperjelas
tanggungjawab masing-masing anggota, sesuai posisinya dalam kepengurusan Dewan
Pastoral Stasi.
 Ayat (1). Selain tugas yang tercantum pada huruf (a) hingga (f), berdasarkan
kesepakatan Pengurus Harian dan sepengetahuan Pastor Paroki, dapat ditetapkan tugas-
tugas lain yang menjadi tanggungjawab Ketua
 Ayat (2). Selain tugas yang tercantum pada huruf (a) hingga (d), berdasarkan
kesepakatan Pengurus Harian dan sepengetahuan Pastor Paroki, dapat ditetapkan tugas-
tugas lain yang menjadi tanggungjawab Wakil Ketua
 Ayat (3). Selain tugas yang tercantum pada huruf (a) hingga (f), berdasarkan
kesepakatan Pengurus Harian dan sepengetahuan Pastor Paroki, dapat ditetapkan tugas-
tugas lain yang menjadi tanggungjawab Sekretaris
 Ayat (4). Selain tugas yang tercantum pada huruf (a) hingga (i), berdasarkan
kesepakatan Pengurus Harian dan sepengetahuan Pastor Paroki, dapat ditetapkan tugas-
tugas lain yang menjadi tanggungjawab Bendahara
23 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

Pasal 14, Tugas Ketua Seksi dan Anggota Seksi


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas
 Ayat (3). Cukup jelas

Pasal 15, Seksi-Seksi Yang Dianjurkan


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas
 Ayat (3). Cukup jelas

Pasal 16, Seksi-Seksi Lain


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas

Pasal 17, Alasan, Wewenang, Hubungan Kerja dan Tanggungjawab Panitia


 Ayat (1), huruf (c). Periode kepengurusan Panitia, ditetapkan atas kesepakatan bersama
pada rapat pembentukan Panitia
 Ayat (2). Cukup jelas
 Ayat (3), huruf (b). Tidak diperkenankannya Ketua Dewan Pastoral Stasi merangkap
jabatan sebagai Ketua Panitia, dimaksudkan agar tidak terjadi kerancuan tugas dan
kewenangan.
 Ayat (4). Cukup jelas

Pasal 18, Kategori Rapat


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas

Pasal 19, Rapat Pleno


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas
 Ayat (3). Cukup jelas
 Ayat (4). Cukup jelas

Pasal 20, Rapat Pengurus Harian


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas
 Ayat (3). Cukup jelas
24 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

 Ayat (4). Cukup jelas

Pasal 21, Rapat Pengurus Harian dengan Seksi


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas
 Ayat (3). Cukup jelas
 Ayat (4). Cukup jelas

Pasal 22, Rapat Seksi


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas
 Ayat (3). Cukup jelas
 Ayat (4). Cukup jelas

Pasal 23, Rapat Lain


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas

Pasal 24, Pergantian Pengurus Harian


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas
 Ayat (3). Cukup jelas
 Ayat (4). Cukup jelas
 Ayat (5). Cukup jelas

Pasal 25, Pemberhentian Pengurus Harian


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas
 Ayat (3). Cukup jelas
 Ayat (4). Cukup jelas
 Ayat (5). Cukup jelas

Pasal 26, Pembubaran Dewan Pastoral Stasi


 Ayat (1). Cukup jelas
 Ayat (2). Cukup jelas
 Ayat (3). Cukup jelas
25 Pedoman Dewan Pastoral Stasi
Keuskupan Agung Samarinda

 Ayat (4). Cukup jelas


 Ayat (5). Cukup jelas

Anda mungkin juga menyukai