sosialisasi
buku
buku PSHMR
PSHMR
HARI
HARI MINGGU
MINGGU &
& RAYA
RAYA
INDONESIA 2013
Buku ini disusun sebagai tindak lanjut dari hasil ”Sinode Keuskupan Agung Pontianak” tanggal 12-
14 Juli 2011 di Rumah Retret Tirta Ria. Ada dua (2) point dari empat (4) point yang menjadi
program umum bidang liturgi, yaitu “melengkapi sarana-sarana peribadatan dan menegaskan
pemakaian TPE sesuai dengan ketentuan baku”.
Untuk kepentingan pemakaian secara praktis di kalangan umat maka Tata Perayaan Sabda (TaPS)
ini disusun menurut buku resmi dari KWI terbitan terbaru 31 Maret 2013.
Bahan-bahan dari buku yang disusun (kata pembuka, bacaan pertama, bacaan Injil, doa umat,
doa pujian, amanat pengutusan, doa penutup) diambil dari buku resmi dari KWI terbitan terbaru 31
Maret 2013. Sedangkan bagian yang lain diambil dari buku-buku resmi yang disusun oleh Komisi
Liturgi KWI.
Saya dengan ikhlas hati mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
keseluruhan proses pengadaan buku ini sambil dengan hati terbuka siap menerima berbagai
perbaikan demi penyempurnaan buku ini dan buku-buku lain menurut masa liturgi selanjutnya.
Tuhan pasti memberikan berkat-Nya untuk kita semua.
Semoga buku Tata Perayaan Sabda (TPS) ini sungguh bermanfaat bagi umat dalam
merayakan Sabda secara utuh.
Saya dengan ikhlas hati mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
keseluruhan proses pengadaan buku ini sambil dengan hati terbuka siap menerima berbagai
perbaikan demi penyempurnaan buku ini dan buku-buku lain menurut masa liturgi selanjutnya.
Tuhan pasti memberikan berkat-Nya untuk kita semua.
1. PERSIAPAN
Pemandu/Pengantar (P1) dari tempat duduknya
menandai diri dengan tanda salib; demikian
umat, sambil berkata:
Pemandu/Pengantar (P1) mengucapkan salam berikut dengan
tangan terkatup.
P1 Semoga kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, cinta kasih
Allah, dan persekutuan Roh Kudus beserta kita.
U sekarang dan selama-lamanya
Atau
P1 Marilah kita mengagungkan nama Tuhan.
U Ya Tuhan, betapa mulia nama-Mu di seluruh bumi.
Pemandu/Pengantar kedua (P2) mengarahkan umat kepada inti misteri yang dirayakan
serta mengajak umat untuk membuka diri bagi sabda Tuhan yang akan didengarkan serta
aktif-bersemangat mengambil-bagian dalam perayaan bersama ini.
6. TOBAT DAN PERMOHONAN AMPUN (berlutut)
Sesudah Kata Pembuka, P2 mengajak umat untuk menyesali, dan mengakui dosa dengan
salah satu rumusan berikut ini:
P1 Saudara saudari,
Di hadapan Tuhan yang kini hadir di tengah kita, marilah menyesali dan mengakui
segala dosa, serta memohon ampun atas segala kekurangan kita supaya pantas
bertemu dengan Dia dan layak merayakan Sabda penyelamatan-Nya.
P1 Saudara-saudari
Marilah menyesali dan mengakui bahwa kita telah berdosa supaya
siap mendengarkan Sabda Allah, Terang dan Pedoman hidup kita.
Atau
Umat berlutut
Hening sejenak
Kemudian seluruh umat mengakui dosa dengan salah satu rumusan Tobat
berikut ini:
10. AJAKAN
Setelah menghormati altar, lector
membukaBuku PSHMR ke mimbar, lalu
sambillektor mengangkat buku itu;
P1 atau salah seorang penyanyi membawakan
lagu berikut ini, dilanjutkan oleh seluruh
umat:
PILIHAN 1
P 1 1 2 3 . . .
Ma-ri-lah bersama menyambut Tuhan
3 . . . 3 2 . 1
Yang akan menyapa kita dengan Sab- da- Nya.
U
5 5 / 3 3 1 2 3 4 2 / 3 3.
Da-ri ha-ti yang tulus dan gem- bi-ra,
5 1 / 2 2 1 2 3 4 3 / 2 . 0
Ka -mi si- ap menyambut Sabda- Mu:
3 2 / 1 1 7 1 2 3 4 / 3 2 .
Yang menja- di pe- li- ta i- man kami
3 2 / 1 1 7 1 2 1 7 / 1 . 0 ǁ
SOSIALISASI PSHMR KOMKAT KAP
Dan tongkat pe-nun-tun ja- lan ka - 2017 mi.
LAGU 2
3 . . 1 2 1 . . 6 1 2
3’ ǁ
PBersabdalah , ya........ Tu- han UHamba-Mu mendengar- kan
PILIHAN 2
I
1 1 / 2 2 . 1 / 7 7 / 1 1
P& Tu- han, Di- kau ha dir ki- ni.
U
II
3 3 / 4 4 3 / 2 2 / 3 3 /
Tri - ma - lah su- jud dan bak-ti,
III
1 1 / 6 6 / 5 7 / 1 1 ǁ
Dan de-ngar-lah do-a ka-mi.
Pemazmur menyanyikan/mendaraskan/
mengucapkan Mazmur sambil berdiri pada
mimbar atau di tempat yang pantas.
Solis menyanyikan Alleluya/Bait Pengantar Injil dari
tempat umat atau dari tempat koor dengan suara
lantang. Kemudian, umat bersama meng-ulangi
seruan Alleluya dengan penuh semangat sambil
berdiri. Sementara itu P2 menuju ke mimbar (ambo)
diiringi oleh pelayan-pelayan dengan membawa lilin
bernyala dari altar lalu berarak menuju mimbar.
Pada hari raya, Kitab Injil dapat didupai.
Atau
P2 Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan, dan tekun
melaksanakannya.
U Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Petugas nyanyian mengajak umat melagukan Pujian Sabda yang diambil dari
Puji Syukur No. 366, 367, 369, 370, 372.
b. SYAHADAT PARA RASUL
Aku percaya akan Allah,
Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi.
Dan akan Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal Tuhan
kit.
Ayat yang dicetak miring diucapkan sambil membungkuk(khusus pada hari
Raya Natal dan hari Raya Kabar Sukacita : berlutut).
Pengantar dan Penutup Doa Umat oleh salah seorang
Pemandu/Pengantar (yang tidak berkhotbah. Ujud-ujud doa
dibawakan oleh petugas. Teks doa lihat pada hari yang
bersangkutan:
20. Kolekte Duduk
Pengumpulan kolekte, -sebagai perwujudan cinta kepada Sang
Sabda dan kepada sesama yang berkekurangan, -diiringi lagu yang
memadai, misalnya PS 682, 694, 699, 702.
P1 Saudara-saudari,
Meskipun kita tidak merayakan Ekaristi, pada
perayaan ini kita memperoleh kesempatan
menyambut Komuni Kudus.
Maka dalampersatuan dengan saudara-
saudari se-paroki yang merayakan
Ekaristi,marilah kita menyiapkan hati di
hadirat Tuhan.
Hening sejenak
P Tubuh Kristus
U Amin
P1 Saudara-saudari,
pada perayaan ini kita tidak menyambut Komuni Kudus,
Maka bersama dengan saudara-saudari separoki
Yang menyambut Komuni,
Marilah menghayati kehadiran Tuhan
Yang kita rindukan di dalam hati kita.
Hening sejenak
P1 Saudara-saudari seiman terkasih,
Kita telah mendengarkan Sabda Tuhan
danmerenungkannya, serta mengungkapkan
isi hati dalam doa-doa permohonan dan
pujian. Marilah kita sekarang berdoa seperti
yang diajarkan oleh Tuhan kita Yesus
Kristus.
P1 Saudara-saudari terkasih,
Yesus bersabda, “Jika seorang mengasihi Aku, Ia akan menuruti firman-
KuDan Bapa-Ku akan mengasihi dia
Dan kami akan datang kepadanya
Dan diambersama-samadengan dia”. (Yoh. 14:23).
Oleh karena itu,
Marilah kita duduk dalamkeheningan
Untuk menyatukan diri dengan Tuhan
Yang hadir saat ini di sini bersamakita.
Berbicaralah dengan Dia dari hati ke hati
Dengan mengatakan:
a. MAZMUR 8
Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu,*
Puji-pujian kepada-Nya selalu ada dalam mulutku.
Jiwaku bermegah di dalam Tuhan,*
Biarlah orang-orang sengsara mendengarnya dan bersukacita.
Agungkanlah Tuhan bersama dengan aku,*
Dan marilah kita meluhurkan nama-nya bersama-sama.
Aku telah mencari Tuhan dan Ia menjawab Aku,*
Ia melepaskan aku dari segala kegentaranku.
Pandanglah Dia danwajahmu akanberseri-seri kembali,*
maka kamu tidak akan mendapat aib.
Jiwaku mengangungkan Tuhan,*
Dan rohku bersukaria dalam Allah penyelamatku.
Sebab Ia memperhatikan penghinaan terhadap hamba-Nya,*
Maka mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku “Yang
bahagia”.
Sebab yang Mahakudus telah mengerjakan perbuatan besar dalam
diriku,*
Kuduslah nama-Nya.
Dan kerahiman-Nya berlangsung turun-temurun*
Atas orang yang takut akan Dia.
Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus,*
Yang memberkati kita dengan segala berakat rohani di surga dalam Kristus.
Sebagaimana Ia telah memilih kita dalam Kristus
Sebelum peletakan dasar semesta,*
Agar kita kudus dan tak bercela di hadapan-Nya.
Dalam cinta, Ia menentukan kita menjadi anak angkat-Nya sendiri,+
Melalui Yesus Kristus,*
Menurut kerelaan kehendak-Nya,
Supaya terpujilah rahmat-Nya yang mulia,+
Yang dianugerahkan-Nya kepada kita*
Dalam Putera yang dikasihi-Nya.
bersangkutan.)
30. MOHON BERKAT TUHAN ................................ Berdiri
1. Gereja Kristus, sejak hari Pentekosta, sesudah turunnya Roh Kudus, tidak
pernah berhenti berkumpul untuk merayakan misteri Paska pada hari yang
disebut “Hari Tuhan”, sebagai kenangan akan kebangkitan Tuhan. Pada
pertemuan hari MInggu itu Gereja mewartakan apa yang tertulis dalam
seluruh Kitab Suci mengenai Kristus dan
2. Namun demikian, merayakan Hari Minggu secara lengkap tidak selalu dapat
diselenggarakan. Banyak Umat beriman, dan sekarang ini pun masih banyak,
yang karena “tidak ada pelayan rohani atau karena alasan berat lainnya, tidak
mungkin mengambil bagian dalam Perayaan Ekaristi”.
6.
6. Karena itu di beberapa gereja setempat, di mana terjadi hal-hal
seperti di atas, para Uskup telah menetapkan perlunya mengadakan
perayaan-perayaan lain pada hari Minggu. Dengan demikian, kendati
kekurangan Imam, tetaplah dapat diselenggarakan pertemuan Umat
beriman dan dipertahankan tradisi Kristen Hari Minggu. Tidak jarang,
terutama di tanah misi, umat sendiri
8.
8. Setelah mempertimbangkan sebaik-baiknya hal-hal di atas,
dengan memperhatikan dokumen-dokumen Tahta Suci,
seraya menyokong pendapat-pendapat Konferensi Para
Uskup, Kongregasi Ibadat merasa perlu mengingatkan
beberapa unsur ajaran resmi Gereja mengenai Hari MInggu,
dan menentukan syarat-syarat yang mengijinkan Perayaan
Sabda Hari MInggu di keuskupan-keuskupan,
8.
8. “Berdasarkan tradisi para rasul yang berawal pada hari Kebangkitan Kristus
sendiri, Gereja merayakan misteri Paskah pada setiap hari kedelapan, yang
sudah selayaknya disebut Hari Tuhan atau Hari Minggu”.
9.
9. Kesaksian tentang pertemuan umat beriman pada hari yang sejak Perjanjian
Baru disebut “Hari Tuhan” nyata jelas dalam dokumen-dokumen yang paling
kuno dari abad pertama dan kedua. Di antaranya yang paling menonjol
adalah kesaksian Santo Yustinus, “Pada hari yang disebut Hari Matahari
(MInggu) berhimpunlah semua penduduk baik dari kota maupun dari desa di
tempat yang sama”. Tetapi hari orang Kristen berhimpun tidak bertepatan
dengan hari-hari raya penanggalan Yunani dan Romawi. Hal ini menjadi
tanda kepercayaan Kristen bagi sesama warga kota dan desa.
10.
10. Sejak abad-abad pertama, para gembala selalu mengingatkan sepada Umat
perlunya berhimpun pada Hari Minggu. “Sebagai anggota Tubuh Kristus
janganlah kamu memisahkan diri dari Gereja dengan cara tidak berkumpul…
c.
c. Perayaan kurban Ekaristi, yang dilaksanakan oleh Imam atas
nama Kristus, dan dipersembahkan atas nama seluruh umat;
dengan perayaan ini misteri Paskah diaktualisasi.
13.
13. Reksa Pastoral Gereja diarahkan terutama supaya Ekaristi
dirayakan setiap Hari Minggu, karena hanya melalui kurban ini
Paskah Tuhan diabadikan, dan Gereja diwujudkan secara penuh.
“Hari Minggu adalah pangkal segala pesta; hari itu harus
dianjurkan dan ditandaskan bagi kebangkitan umat beriman…
Perayaan-perayaan lain, kecuali yang benar-benar sangat penting,
harus mengalah terhadap Hari Minggu, karena Hari Minggu adalah
dasar dan inti seluruh Tahun Liturgi”.
PEDOMAN KHUSUS
PERAYAAN SABDA
HARI MINGGU/HARI RAYA
1. Hari MInggu adalah Hari Ekaristi dan
sekaligus merupakan Hari Paroki (bdk. Dies
Domini, No. 32-35). Umat wajib berhimpun
bersama sebagai warga paroki untuk
merayakan Ekaristi.
9.
9. Para petugas hendaknya mempersiapkan diri dengnan
baik. Mereka itu ialah para Pemandu/Pengantar
perayaan yang mengenakan pakaian liturgis, yaitu
jubah panjang dan atribut khusus, para lector dan
pemazmur, para pelayan (ajuda), para penyambut
jemaat, pembaca pengumuman, para pengurua
nyanyian dan musik.
12. Hendaknya ada kerja sama yang baik di antara para petugas,
khususnya di antara Pemandu/Pengnantar dan penyanyi baik
pada tahap persiapan maupun selama perayaan, supaya tugas
pelayanan ini dapat menghantar Umat ke dalamperan-serta
yang aktif bersemangat dan sadar sehingga perayaan berjalan
lancer dan khidmat.
21.
21. Tata Perayaan Sabda yang baru ini lebih sederhana dan
mudah diikutui, serta mendekati struktur yang tercantum di
dalam Pedoman Umum.
Upacara
23.
23. Komuni sangat bergantung pada kebijakan keuskupan
masing-masing (bdk. Redemptionis Sacramentum, No. 165). Dalam
buku ini disiapkan dua kemungkinan pilihan: Dengan Komuni dan
Tanpa Komuni (Komuni Batin). Sesudah itu disediakan banyak pilihan
Mazmur Pujian dan Syukur sebelum Doa Penutup.
25.
25. Meskipun tidak ada Perayaan Ekaristi, Komuni tetap penting
untuk menghayati kesatuan yang lebih mesra dengan Sang
Sabda, teristimewa bagi kelompok Umat yang jauh dari
paroki dan jarang berkesempatan merayakan Ekaristi. Namun
bagi kapel-kapel di dalam kota, yang hanya kadang-kadang
tidak ada Imam untuk melayani Misa harian, tidak dianjurkan
penerimaan Komuni, meskipun selalu tersedia banyak hosti
di tabernakel (bdk. Eucclesia de Eucharistia, No. 33).