Anda di halaman 1dari 44

KURSUS PERSIAPAN

PERKAWINAN
SPIRITUALITAS

 Berhubungan dengan Roh, Spirit, yang berasal dari Allah


 Mengenal dan Menanggapi kehadiran Allah yang nyata dan
terselubung dalam keseharian

 Mengenal membutuhkan suatu kepekaan hati

 Menanggapi membutuhkan kedisiplinan dan keberanian


untuk mewujudkan kehendak Allah dalam persekutuan hidup
PERKAWINAN KATOLIK
(Bentuk Hidup, Panggilan, Hakikat, Tujuan, Ciri Pokoknya)

 BENTUK HIDUP:
 Perkawinan adalah salah satu bentuk hidup. Ada, kita
terima, diakui, dijunjung tinggi dalam Gereja Katolik.
 Menjadi Bentuk hidup karena setiap orang mengambil
bagian di dalamnya secara sadar, aktif, dan sepenuhnya.
 Dengan dan melalui bentuk Hidup itu (perkawinan) ia
hidup dan berkembang semakin menjadi Gereja.
KLERIKUS

 Episkopat, Presbiterat,
Diakonat

 Cirinya:
• Menerima Tahbisan Suci

 Kekhasan:
• Pelayan Rohani
VITA CONSCRATA

 Tarekat Religius, Tarekat


Sekular

 Cirinya:
• Mengucapkan Tiga Nasehat Injil
 Kekhasan:
• Penghayatan Kaul Dalam
Persaudaraan
LAICUS (Awam)

 Menikah dan Celibatus/


selibat
 Kekhasan:
• Menjiwai Tata Dunia Dengan
Nilai Kristiani
PANGGILAN
 Semua bentuk hidup adalah panggilan. Bentuk hidup
perkawinan disebut panggilan umum, sedangkan
klerikus dan hidup bakti disebut khusus.
 Perkawinan itu panggilan umum karena kebanyakan orang
dipanggil untuk menempuh jalan itu. Klerikus dan hidup
bakti itu panggilan khusus karena tidak banyak orang yang
dipanggil untuk menempuh jalan itu. Karena semua itu
panggilan, Gereja meyakini bahwa Tuhanlah yang
berprakarsa dan menghendaki sedangkan manusia
menjawab dan taat.
 Berdasarkan pada pengertian dan keyakinan itu,
Gereja mengajarkan dua hal penting berikut ini:
 Pertama adalah kesamaan martabat dan
kegiatan (kan. 208). Sebagai umat beriman – apa
pun bentuk hidup yang direngkuhnya – memiliki
kedudukan yang sama dan nilai karya yang sama.
Perbedaan yang disebabkan oleh bentuk hidup,
tugas, dan keadaannya yang konkrit, hendaknya
dipandang sebagai hal yang harus saling
mendukung, memperkaya, dan melengkapi.
 Kedua adalah kebebasan dalam memilih bentuk hidup
sesuai dengan hati nurani masing-masing (bdk. Kan. 219).
Karena hal ini berkaitan lansung dengan hak asasi dan
iman, tidak seorang pun dapat atau boleh memaksa atau
menakutinya dalam memilih bentuk hidup.
 Memaksa diri sendiri saja tidak mungkin , apalagi
memaksa orang lain! Pengalaman membuktikan bahwa
pemaksaan dalam pemilihan bentuk hidup hanya akan
mendatangkan kerugian dan menciptakan hambatan baru
untuk hidup dan berkembang secara umum.
 Bersama dengan pengertian dan keyakinan itu adalah
kenyataan bahwa Tuhan senantiasa membantu dengan
berbagai hal yang perlu agar umatNya dapat menghayati
bentuk hidupnya dan melaksanakan hak dan kewajiban
yang terkandung di dalamnya dengan sebaik-baiknya.
Karena campur tangan Tuhan hendaknya diberi tempat
yang cukup dan disambut dengan semestinya.
 Singkatnya, orang harus berusaha dengan segenap hati,
akal budi, jiwa, dan tenaga serta sekaligus terbuka, rela,
dan bersedia bekerja sama dengan rahmat Tuhan.
HAKIKAT
 Menunjuk pada Identitas perkawinan.
 Perkawinan adalah persekutuan seluruh hidup. Sama-sama
merasa senasib.
 Pertama, perkawinan sebagai persekutuan laki-laki dan
perempuan (fisik, tabiat, psikis, psikologis, hati, intelektual,
kehendak, cita-cita, dll)
 Kedua,, menegaskan bahwa perkawinan itu sebagai hubungan
kasih antar-pribadi yang konkrit dan sehari-hari. Sekaligus
menegaskan bahwa perkawinan sebagai hubungan yang
total( fisk, psikis, dll), eksklusif, selamanya.
 Perkawinan merupakan sebuah misi, guna menegaskan identitas
dari Perkawinan.
 Misi yang dimaksud adalah tanggung jawab yang harus dilakukan
oleh orang yang merengkuh hidup perkawinan.
 Misi perkawinan (apa yang dapat dan harus dilakukan oleh mereka
yang menikah).
 Dapat berarti sesuatu yang bukan di luar kemampuan, dekat, dan
bisa dilakukan orang yang sudah menikah.
 Harus, berarti sesuatu yang bukan pilihan, namun harus dilakukan.
 Tiga misi perkawinan : menjaga, menyatakan dan
mengkomunikasikan kasih.
 Menjaga kasih: cinta yang ada harus dijaga (besar, utuh dan benar).
Jangan sampai cinta yang dulu besar, utuh dan benar menjadi pudar
dan tidak saling cinta lagi.
 Menyatakan Kasih: Cinta itu perlu dan harus diungkapkan secara
seimbang baik lewat kata-kata, sikap dan tindakan. Cinta tidak
cukup hanya melalu kata-kata, tetapi tindakan dan sikapnya tidak
menunjukkan cinta.
 Mengkomunikasikan kasih: Banyak persoalan muncul bukan
karena tidak saling cinta, tetapi terjadi karena tidak
dikomunikasikan. Akibatnya, salah satu pasangan merasa tidak
dicintai. Maka, mengungkapkan cinta adalah bagaimana membuat
orang yang dicintai merasakan sungguh bahwa mereka itu dicintai.
TUJUAN PERKAWINAN (KAN. 1055)
 1. Kebaikan Pasangan/suami Isteri
 Benevolence: agar pasangan semakin berkembang secara pribadi dan iman.
 Partnership: perlakuan pasangan sebagai pribadi yang sejajar.
 Companionship: perlakuan pasangan sebagai kawan senasib dalam hidup.
 Friendship: perlakukan pasangan sebagai pribadi yang terpercaya untuk
mengetahui dan menjaga rahasia paling dalam.
 Care: Upaya dan tindakan untuk mengerti, memenuhi kebutuhan pasangan tanpa
perlu diminta. (tindakan, kata-kata, sikap).
 2. Kelahiran
 Hubungan seksual secara wajar dan manusiawi. (Kan.,1061)
 Pemberian diri secara utuh, komunikasi secara jujur dan menghormati martabat
satu sama lain.
 Orang bertanggung jawab atas anak yang lahir, terhadap Tuhan, diri sendiri,
pasangan, masyarakat dan Gereja.
 KB ALAMI dan bukan yang lain. Hubungan seksual yang dilakukan berdasarkan
siklus biologis.
 3. Pendidikan Anak
 Pada umumnya: Fisik, moral, intelektual, social, kultural
 Khususnya: Secara rohani, pendampingan secara imam, orang tua juga harus
berpartisipasi beri pengajaran iman yang baik dan benar.
Hakikat Perkawinan (Kan. 1056)

 Ciri-ciri hakiki (proprietates)


perkawinan adalah
• unitas (kesatuan, monogami)
• indissolubilitas (tak dapat
diputuskan).
VALIDITAS &
LICEITAS
PERKAWINAN
GEREJA
KATOLIK
 3 Kriteria umum:
a. Ada atau tidaknya halangan yang menggagalkan
b. Benar atau tidaknya consensus atau perjanjian
c. Tepat atau tidaknya tata cara peneguhan Kanonik
(Forma Canonica)
Halangan Perkawinan
 Usia : 14 tahun (perempuan)
16 tahun (laki-laki)
 Beda Agama ( perlu dispensasi/izin dari ordinaris wilayah), dan tidak
menghalangi kewajiban dari pihak katolik
 Ikatan perkawinan sebelumnya (hanya kematian)
 Hubungan Darah (akibatnya kelainan keturunan)
 Hubungan kesemendaan (Seorang laki-laki tidak bisa secara sah mengawini
mertua perempuannya atau anak perempuan isteri)
 Kelayakan public (contoh: Kumpul kebo)
 Adopsi legal
 Impotensi (Ketakmampuan untuk melakukan persetubuhan atau hubungan
sesksual yang normal)
 Pemaksaan (tidak dalam keadaan bebas-kehendak bebas).
 Pembunuhan
 Penculikan
 Kaul kekal publik kemurnian
 Tahbisan Suci
Konsensus/Perjanjian

Verus (benar):
Kan. 1057, 2
Perbuatan kemauan dengan mana pria dan wanita saling
menyerahkan diri dan saling menerima untuk membentuk
perkawinan dengan perjanjian yang tak dapat ditarik kembali.
Diucapkan dengan baik dan tegas.
Liber (bebas): tidak ada paksaan secara fisik dan moral
Plenus (penuh): tanpa syarat ketika mau menikah
Tata peneguhan (Forma Canonica)

 Kan. 1108
 Ordinaris Wilayah, Pastor paroki atau imam atau diakon.
 Dua orang saksi (usia cukup, sehat/waras, ditunjuk oleh
calon mempelai)
 Liturgi yang benar dan baik.
Moral Perkawinan

 Bermaksud memberikan pedaman mengenai apa yang harus kita


lakukan dan kita hindarkan supaya perkawinan tersebut benar-benar
sesuai dengan maksud Tuhan pencipta.
Pokok Ajaran Kitab Suci tentang Perkawinan

 Allah menciptakan manusia menurut citra dan gambaran-Nya sendiri sebagai


pria dan wanita Lalu Allah memberkati mereka dan berfirman: beranakcuculah
dan bertambah banyak; penuhilah bumi ini dan taklukkanlah . .
 Pria dan wanita diciptakan untuk saling melengkapi, saling membantu
sebagai teman hidup dalam menempuh jalan hidup bersama. Dalam Kitab
Kejadian, Tidaklah baik kalau manusia itu sendiri saja.
 Yang diungkapkan di sini adalah kesamaan harkat dan martabat antara pria
dan wanita sebagaimana yang dimaksudkan Allah. Nyatanya, sekarang
kedudukan wanita kerapkali di bawah pria. Ini jelas bukan maksud Allah, karena
adanya gradasi atau pemikiran top and bottom.
 Ungkapan meninggalkan Ayah dan ibu berarti bahwa hubungan
dengan orang tua harus berubah. Dengan menikah, baik suami /
isteri telah membentuk keluarga baru, maka seluruh waktu, pikiran,
dan tenaga tercurah untuk keluarga baru, sehingga relasi keluarga
asal juga mengalami perubahan/pergeseran
 Setiap orang pasti pernah mengalami cobaan dan godaan.
Kekayaan, kekuasaan, kedudukan, kenikmatan seksual. Akibatnya
kita sebagai manusia jatuh ke dalam dosa.
 Dosa suami isteri itu tidak hanya terjadi ketika berbuat serong,
tetapi ketika menolak tanggung jawab atas perbuatannya sendiri,
egois, tertutup, menolak berkomunikasi, cari kepuasan sendiri,
menutup diri, dll.
 Dosa lainnya yang perlu menjadi perhatian bersama adalah soal
Aborsi. Meniadakan kehidupan secara sengaja. Ketidaksiapan
pasangan menerima datangnya si buah hati.
 Kita mahluk yang telah diberi segalanya oleh Tuhan maka perlu kita
hargai itu.
C. KIAT-KIAT
MEMPERTAHANKAN DAN
MEMBANGUN KELUARGA
KRISTIANI YANG SEJATI
TAKUT PADA TUHAN

 Banyak Perceraian yang terjadi

 Takut pada Tuhan berarti takut untuk


melanggar aturan Tuhan.
BERPOLA PADA HUBUNGAN
KRISTUS DENGAN GEREJA

 Hubungan suami-isteri mencontoh dari


hubungan Kristus dengan jemaat-Nya.
 Suami-isteri sebagai orang kristen,
pengikut KristusMengasihi seperti
Kristus.
 Kasih mereka harus seperti kasih Kristus
yang merelakan nyawanya bagi sahabat-
sahabatnya.
 Sahabat kongkrit mereka adalah
pasangannya sendiri.
MEMUPUK KEELOKAN BATHIN

 Jangan melihat segi luarannya.

 Tampan, cantik itu hanya kulit luar dari


manusia, bukan inti.

 Kecantikan itu bukan kepribadian atau


keelokan batin.

 Kepribadian: keibuan, kebapaan, ramah, dsb.

 Kalau benar keelokan bathin itu yang


menarik, maka pupuklah keelokan bathin itu.
MEMBINA KETERBUKAAN AGAR
TERCIPTA SIKAP SALING PERCAYA

 Hanya diri kita manusia terletak pada


kepercayaan orang lain pada kita.

 Orang yang tidak dipercaya ibaratnya


terkubur walau masih hidup.

 Apalagi kecurigaan itu datang dari


pasangannya sendiri.

 Kecurigaan adalah pembunuh cinta yang


terbesar.
MEMAHAMI, SUPAYA TERCIPTA
SIKAP SALING PENGERTIAN

 Saling menyalahkan dan suka


membanggakan diri sendiri.
SALING MENDENGAR

 Mencintai berarti harus berani untuk


mendengarkan satu lain.

 Suami mendengarkan isteri.

 Begitu juga dengan sebaliknya.

 Anak mendengarkan orangtua dan


sebaliknya.
TIDAK MENGINGAT-
INGAT KESALAHAN
MENYUARAKAN YANG
TERBAIK
SALING BEREMPATI
BERIKAN
KEBAHAGIAAN PADA
PASANGAN ANDA
RAYAKANLAH HARI
YANG BERSEJARAH
ADANYA KOMUNIKASI
YANG BAIK DAN
LANCAR
ADAKANLAH WAKTU-
WAKTU BERSAMA
JANGAN MEMBIARKAN
PARTNER KITA
MERASA SENDIRIAN
JANGAN
MENYALAHKAN
PARTNER DI HADAPAN
UMUM
SERAHKAN PADA
TUHAN
 TERIMA KASIH
 TUHAN MEMBERKATI

Anda mungkin juga menyukai