Anda di halaman 1dari 80

KELAS X-BSE

BERTUMBUH DEWASA
Kata “dewasa” berasal dari bahasa latin “adolescene; adolescere” berarti tumbuh menjadi
dewasa.
Tumbuh berarti hidup dan bertambah besar atau sempurna.
Ciri-ciri Pribadi Dewasa
1. Tidak egois.
2. Berpikir obyektif.
3. Realistis.
4. Bertanggung jawab.
5. Menguasai diri.
6. Menerima kritik dan saran dari orang lain.
7. Mampu bekerja sama dengan orang lain.
8. Mampu beradaptasi dan menempatkan diri.
9. Memiliki prinsip yang kuat tetapi fleksibel.
Pertumbuhan menjadi Dewasa
• Pertumbuhan merupakan berkembangnya tubuh jasmani menuju kesempurnaan.
• Pertumbuhan menjadi dewasa dimulai rentang usia 17 atau 18 tahun.
• Pertumbuhan setiap manusia tidak sama.
• Pertumbuhan disertai dengan perkembangan dan kebutuhan yang berbeda-beda.

1. ASPEK FISIK
Pria
1. Perubahan suara
2. jakun
3. Aktifnya organ seksual ​ ​ mimpi basah
Perempuan
1. Menstruasi
2. Payudara membesar
Ciri.ciri :
Menerima hal-hal yang tidak bisa diubah dari ciri-ciri fisik sejak lahir
Menempatkan proporsi seks secara wajar
Dapat memilih makanan yang bergizi
Memeliki keseimbangan bekerja dan beristirahat

2. ASPEK INTELEKTUAL
Aspek intelektual menentukan cara berpikir, dan pengambilan keputusan.
Dewasa secara intelektual berarti menggunakan akal budinya untuk menilai
benar tidaknya sesuatu.
Intelektual membantu mencari hikmat Allah.
Hikmat Allah muncul karena adanya kesediaan
kita untuk menuruti dan mengakui rancangan Nya.
3. ASPEK SOSIAL
Manusia mampu bersosialisasi dengan baik dan benar serta menempatkan diri sehingga tercipta
hubungan harmonis.
Hubungan harmonis ditandai dengan komunikasi dua arah, saling menghargai, menerima dan
mengakui, menempatkan diri dalam situasi apapun, mendahulukan kepentingan orang lain.
Ciri2 pribadi dewasa dalam aspek Sosial
• Tidak ingin mengikuti gaya temannya.
• Memiliki tata krama dan sopan santun.
• Tidak tergantung orang lain.
• Dapat menyesuaikan diri terhadap hal yang tidak bisa diubah.
• Menerima dan memenuhi tanggung jawabnya.
• Kepuasan terbesar yakni membuat orang lain bahagia.
Simpati ​ ​keikutsertaan merasakan emosi senang dan sedih orang lain.
Empati ​ ​ mulai dari peduli dengan orang lain lalu menciptakan keinginan menolong, mengalami emosi
orang lain, mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain.
Solider ​ ​ sifat satu rasa, senasib atau emosi setia kawan.
Interpati ​ ​ emosi dan setia kawan dalam lintas budaya.
4. ASPEK EMOSI
Emosi ​ ​ gejala emosi disertai dengan perubahan atau perilaku fisik.
Kedewasaan seseorang bukan terletak pada usianya melainkan tingkat kematangan emosionalnya.
Orang yang pandai mengendalikan emosi tidak mengandalkan nafsu dalam bertindak melainkan akal.
Jadi, Emosi berhubungan dengan Akal.
Menolong orang lain mengendalikan emosi dan mencari tahu pemicunya.
Menolong orang lain mengolah dan mengelola emosi.
Menolong orang lain menyalurkan emosi dengan produktif dan bermanfaat.
Menolong orang lain mengenali dan memahami emosi orang lain.

5. ASPEK MORAL
Dewasa dalam aspek moral berarti seseorang sudah memahami apa yang baik dan apa yang pantas
dilakukan. Sebaliknya, ia juga sudah tahu apa yang tidak boleh dan yang tidak pantas
dilakukan yang tidak sesuai dengan ajaran agama yang dianut dan norma-norma yang ada di
masyarakat.
Dan standard moral yang tinggi diperlihatkan oleh orang yang memiliki kepedulian terhadap orang
lain. Saat ia melakukan sesuatu, ia juga mempertimbangkan dampaknya bagi orang lain:
seberapa jauh hal itu membawa kesejahteraan pada orang lain. Moral yang tinggi juga muncul
dalam kesiapan dan perilaku berkorban untuk kepentingan orang banyak secara benar.

6. ASPEK SPIRITUAL
Iman dan spiritualitas : harus berdialog dengan lingkungan sosial ​ ​ aktif di gereja harus aktif di
masyarakat juga.
Hubungan dengan Tuhan dapat mempengaruhi hubungan dengan sesama.
Kualitas iman dan spiritualitas harus seimbang dengan kualitas moral.
KASIH
4 jenis KASIH dalam Iman Kristen
1. Agape :di mana jenis kasih ini sama-sekali tidak memandang bulu, tidak bersyarat , tidak
melihat keadaan orang yang dikasihi , tidak mengungkit-ungkit kesalahan , bersifat
terus-menerus dan sama-sekali berdasarkan kasih yang benar-benar tidak mengharapkan
imbalan
2. P ​ hilia :​Ini adalah kasih antara sahabat , antara teman , antara sesama manusia , atau kasih
manusia kepada Tuhan , yang tidak sama dengan kasih agape Allah kepada manusia ! Kasih
jenis ini terjadi antara orang-orang yang tidak ada pertalian darah .
3. Storge : ini adalah jenis kasih orang-tua kepada keturunannya, kepada anak-anak-nya , kepada
cucu-cucunya. Jadi ada pertalian darah ! Jenis kasih seperti inipun tersirat di dalam Alkitab (misalnya :
Efesus 6 : 4 )
4. Eros: Ini adalah jenis kasih antara manusia yang berlawanan jenis , dalam hubungan suami-isteri,
bertunangan, berpacaran dan sebagainya yang mengandung unsur ketertarikan kepada lawan jenis .

Roh Kudus
Membaharui Gereja
Bahan Alkitab: ​Yeremia 31:31-33; Kisah para Rasul 2:17-19;
Galatia 3:26-29; Galatia 5:18
B. Gereja sebagai Komunitas Baru
Perubahan yang dahsyat terjadi pada waktu gereja perdana terbentuk.
Dalam Kisah para Rasul 2 dikisahkan apa yang dialami oleh para murid Tuhan
Yesus pada hari Pentakosta, yaitu hari Pencurahan Roh Kudus. Para murid
adalah orang-orang yang sederhana. Kebanyakan dari mereka adalah nelayan.
Umumnya berpendidikan rendah. Karena itu banyak dari mereka yang sangat
ketakutan ketika Tuhan Yesus dihukum mati dengan hukuman salib yang
sangat mengerikan. Mengerikan bukan hanya dari cara penghukumannya
yang luar biasa kejam, tetapi juga karena menurut pemahaman orang Yahudi,
orang yang dihukum salib berarti mereka tidak diterima oleh Allah maupun
manusia (dunia). Kalau surga dan dunia menolak mereka, ke mana mereka
harus pergi?
Namun demikian, peristiwa kebangkitan Yesus dan pencurahan Roh Kudus
ke atas mereka telah menghasilkan perubahan yang dahsyat atas diri para
murid.
Ada banyak pembaharuan yang dialami oleh orang Kristen dalam gereja
perdana dahulu. Misalnya, orang-orang Kristen perdana ternyata berubah dan
tidak lagi memikirkan diri mereka sendiri saja. Mereka membagi-bagikan harta
mereka untuk digunakan bersama.
D. Roh Kudus sebagai Agen Pembaharuan Gereja
Gereja perdana adalah komunitas yang diperbaharui sehingga komunitas
itu tidak terjebak oleh belenggu hukum Taurat. Ketika banyak orang tertarik
untuk menjadi pengikut Kristus, bahkan juga orang-orang yang berasal dari
latar belakang non-Yahudi, Petrus menyatakan bahwa mereka tidak perlu
dibebani dengan Taurat melainkan bisa langsung menerima Kristus dan
menjadi Kristen.
Dalam Kisah para Rasul 15:10-11 Petrus berkata,
“…mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk
murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang
kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih
karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti
mereka juga.”
Karena itu, orang-orang Kristen baru itu kemudian diharuskan mengikuti
peraturan sebagai berikut: “menjauhkan diri dari makanan yang telah
dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati
dicekik dan dari darah.” (Kis. 15:20)
Ini bukanlah hasil dari pemikiran atau hikmat para rasul itu sendiri. Dalam
Kisah para Rasul 10:9 dst. diceritakan pengalaman Petrus yang bermimpi
dan melihat sebuah meja turun dari langit dan di meja itu terdapat berjenisjenis
makanan – ada yang halal, tapi ada juga yang tidak halal. Lalu Petrus
mendengar suara yang memerintahkannya supaya ia memakan semua
makanan itu. Namun, sebagai seorang Yahudi, Petrus menolak memakan
makanan-makanan yang haram. Setelah suara itu berkata-kata tiga kali,
akhirnya Petrus pun mengerti. Ia menjadi sadar bahwa di mata Allah tidak ada
makanan yang haram, dan itu berarti perintah Taurat dijadikan relatif. Orang
asing, ​goyim,​ yang dianggap sebagai orang yang harus dijauhi, justru sekarang
boleh diterima menjadi bagian dari gereja.
Gereja perdana itu akhirnya mengerti bahwa yang paling utama bukanlah
apa yang tertulis di dalam hukum Taurat itu, melainkan jiwanya, yaitu tuntutan
supaya umat Allah bertindak adil dan setia kepada Allah. Seperti dikatakan
dalam Mikha 6:8,
“Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah
yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan,
dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”
Dari sini kita dapat mengerti bagaimana pembaharuan yang terjadi di dalam
hidup kita, di dalam gereja Tuhan, hanya bisa terjadi dengan benar apabila hal
itu dipimpin oleh Roh Kudus, yaitu Allah sendiri yang tetap tinggal di dalam
gereja dan menuntun jalan hidupnya.
Komunitas yang Inklusif
Perubahan apa lagi yang dapat kita temukan dalam gereja perdana itu?
Untuk memahaminya, kita perlu memahami terlebih dahulu bahwa orangorang
Yahudi hidup secara eksklusif. Mereka menganggap diri mereka lebih
baik daripada bangsa-bangsa lain.
Namun demikian, dalam Kisah para Rasul 2 digambarkan bahwa gereja
perdana terdiri dari orang-orang dari berbagai daerah di seluruh dunia. Ini
berarti, walaupun pada mulanya murid-murid Yesus hanya terdiri dari orangorang
Yahudi, bahkan hanya dari satu daerah saja yaitu Galilea, gereja perdana
sudah terdiri dari orang-orang yang berasal dari latar belakang bahasa dan
budaya yang berbeda-beda.
1. Kehadiran Orang-orang Helenis
Selain kehadiran orang-orang dari berbagai latar belakang bahasa dan
budaya itu, ternyata gereja perdana juga berisi orang-orang Helenis, yaitu
orang-orang yang berbahasa Yunani, dan kemungkinan bukan orang keturunan
Yahudi. Dalam Kisah 6:1-7 dikatakan bahwa para murid semakin kewalahan
karena semakin banyak jumlah orang-orang yang bergabung menjadi warga
gereja. Karena itulah, para rasul kemudian mengangkat 7 orang ​diaken​, artinya,
“pelayan meja.” Mereka berkata,
“Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani
meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang
terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat
mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran
dalam doa dan pelayanan Firman.” (Kis. 6:2-4)
Ketujuh diaken yang diangkat itu adalah Stefanus, Filipus, Prokhorus,
Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus. Keputusan ini menarik, karena orangorang
Helenis ini mendapatkan jabatan yang cukup tinggi di gereja. Mereka
menjadi Kristen tanpa diwajibkan untuk menjadi orang Yahudi terlebih dahulu,
artinya, harus terlebih dahulu disunat dan dikenai berbagai kewajiban untuk
menaati hukum Taurat.
2. Keterbukaan terhadap Perempuan
Keterbukaan yang terjadi di gereja ternyata tidak terbatas pada kehadiran
bangsa-bangsa lain. Kita juga melihat kehadiran kaum perempuan dalam
kegiatan dan bahkan kepemimpinan gereja, padahal selama ini kaum
perempuan sama sekali tidak mempunyai peran dalam kegiatan peribadatan
di rumah-rumah sembahyang Yahudi.
Bagaimana dengan keadaan di masa kini? Apakah masih ada gereja yang
tidak mengakui perempuan sebagai pemimpin gereja, sebagai penatua
atau pendeta? Kalau ya, apa alasannya? Kalau gerejamu sudah menerima
perempuan sebagai pemimpin, coba pikirkan lebih jauh, berapa banyak
perempuan yang menjadi pemimpin di gereja kamu? Apakah jumlah mereka
sudah sama dengan jumlah para pemimpin yang laki-laki? Kalau tidak sama,
apa sebabnya?
3. Keterbukaan kepada Kaum Marjinal
Siapa lagi orang-orang yang disambut sebagai bagian dari gereja perdana?
Sebuah kisah yang pasti mengagetkan banyak jemaat di gereja perdana itu
ialah ketika Filipus membaptiskan seorang sida-sida (orang kasim atau kebiri)
dari Etiopia (Kis. 8:26-40). Sida-sida yang tidak kita kenal namanya ini adalah
seorang pejabat pemerintah dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu
Etiopia. Saat itu ia sedang kembali dari Yerusalem ke negerinya. Ia pergi ke
Yerusalem untuk beribadah. Rupanya, meskipun ia seorang asing, sida-sida ini
adalah seorang yang tergolong “orang yang takut akan Allah”, yaitu sebutan
untuk mereka yang tidak bisa atau belum bisa sepenuhnya menjadi Yahudi
karena belum dapat menjalankan semua perintah agama itu. Sebagai sidasida,
orang ini tidak bisa menjadi bagian dalam umat Allah.
Saat itulah, malaikat Tuhan memerintahkan Filipus untuk pergi ke Gaza.
Filipus diperintahkan Allah untuk mendekati kereta yang ditumpangi sidasida
itu. Sida-sida itu rupanya sedang asyik membaca suatu bagian dari kitab
Yesaya, namun ia tidak memahami apa artinya.
Mengapa ada aturan seperti itu di dalam agama Israel? Tampaknya ini
berkaitan erat dengan pemahaman tentang kesempurnaan di kalangan umat
tersebut. Orang-orang yang kurang sempurna atau memiliki cacat tubuh
dilarang mendekat ke Kemah Suci atau belakangan Bait Suci, sama seperti
halnya kurban yang dipersembahkan di Kemah Suci tidak boleh kurban yang
cacat, buta, dll.
Eksklusif vs Inklusif
Apa yang kita lihat dalam pelajaran ini adalah suatu bentuk perlawanan
terhadap eksklusivisme atau ketertutupan. Gereja perdana adalah gereja yang
inklusif, artinya gereja itu terbuka, tidak membeda-bedakan orang. Bahkan
terhadap orang-orang yang dalam masyarakat Yahudi biasanya diasingkan,
ditolak, dan dijauhi orang banyak pun gereja membuka dirinya lebar-lebar.
Sikap Tuhan Yesus
Sikap Tuhan Yesus terhadap orang-orang yang marjinal justru bertolak
belakang dengan hukum-hukum Taurat Israel. Yesus lebih mencerminkan
keterbukaan Allah seperti yang digambarkan dalam Kitab Yesaya yang dikutip
di atas. Misalnya, Tuhan Yesus pun dikecam para ahli Taurat dan orang Farisi
karena Ia menembuhkan orang yang sakit pada hari Sabat – yang dianggap
sebagai pelanggaran terhadap hukum Taurat. Sementara itu, mereka justru
tidak akan segan-segan menyelamatkan lembu mereka yang terperosok ke
dalam sumur, meskipun pada hari Sabat (Luk. 14:2-5)
Kalau harus melakukan perbuatan baik, Yesus tidak mau menunggu sampai
Sabat berlalu. Ia akan segera menyembuhkan orang yang sakit itu, karena Ia
tahu orang itu membutuhkannya. Dalam Markus 2:27 Tuhan Yesus kepada
orang banya, “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk
hari Sabat.”
Terhadap orang kusta, Yesus tidak segan-segan menyentuhnya dan
menyembuhkannya. Perempuan yang mengalami pendarahan selama 12
tahun, yang menurut hukum Taurat harus dianggap najis, dibiarkan menjamah-
Nya dan perempuan itu menjadi sembuh.
Kalau Tuhan Yesus tidak segan-segan menghampiri orang-orang yang
tersingkirkan oleh masyarakatnya, kaum marjinal, maka komunitas yang Tuhan
Yesus ingin¬kan pun tentunya adalah komunitas yang inklusif, terbuka bagi
setiap orang, apapun juga latar belakang ras, etnis, kelas sosial, bahkan juga
kondisi fisiknya. Kedekatan Yesus terhadap perempuan Samaria dan perempuan
Kanaan – kedua-duanya orang-orang bukan Yahudi dan pemberitaan Injil
kepada sida-sida Etiopia ini adalah gambaran yang diberikan oleh Lukas, si
penulis Kisah para Rasul, untuk melukiskan betapa terbukanya gereja kepada
semua orang.

Gereja yang Terus-menerus Diperbaharui


Para reformator di Abad Pertengahan mempunyai semboyan, ​Ecclesia
reformata, ecclesia semper reformanda​. Artinya, gereja yang telah diperbaharui
harus terus menerus memperbaharui dirinya. Dengan kata lain, tidak cukup
pembaharuan yang terjadi sekali di masa Peter Waldo, Jan Hus, Martin Luther,
atau Yohanes Calvin. Pembaharuan harus terus-menerus terjadi, karena gereja
harus terus bertumbuh, berubah menjadi lebih baik, dan berusaha menjawab
tantangan-tantangan baru di dalam masyarakatnya.
Sayang sekali, kadang-kadang gereja terpaku pada masa lampau, bahkan
pada ajaran-ajaran yang sudah tidak relevan, sehingga gagal untuk memahami
tugas pembaharuan dirinya.
Hidup yang Dipimpin oleh Roh
Bahan Alkitab: ​1 Samuel 16; Roma 8:10-17; 1 Petrus 1:13-16
Di dalam Alkitab “dipimpin” atau “dikuasai oleh Roh” adalah istilah yang biasa
dipakai untuk menggambarkan orang yang hidupnya berkenan kepada Allah.
Dalam 1 Samuel 16 dikisahkan bahwa Daud diurapi oleh Samuel. “Sejak hari itu
dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel
menuju Rama.” (1 Sam. 16:13) Kita tahu bagaimana hidup Daud dipimpin oleh
Roh Allah sehingga ia menjadi raja Israel terbesar.
Karena pimpinan Roh Allah itulah, maka Daud bisa menghadapi
berbagai bahaya di dalam hidupnya.
Hidup sebagai Anak-anak Allah
Kehidupan yang dipimpin oleh Roh adalah kehidupan yang mencerminkan
Bapa kita, yaitu Allah sendiri. Apakah artinya itu? Itu berarti, bila orang berjumpa
dengan kita, mungkin sekali mereka akan menilai diri kita juga – apakah kita
benar-benar mencerminkan keberadaan Allah, yang adalah Bapa kita? Apakah
kita hidup dengan sopan santun? Apakah kita hidup dengan jujur, tidak
korupsi? Apakah kita suka berdusta, penipu? Apakah kita suka bertengkar dan
menciptakan keributan serta permusuhan di antara teman-teman kita?
Dalam Roma 8:10-11 Paulus mengatakan demikian:
10 Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena
dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. 11 Dan jika Roh
Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam
kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang
mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang
diam di dalam kamu.
Pada bagian bacaan ini, Paulus mengingatkan, bahwa sebagai anak-anak
Allah, sebagai pengikut Kristus, kita telah memasuki kehidupan yang baru. Di
dalam Kristus kita memperoleh Roh Kudus yang membangkitkan dan dengan
demikian juga menjanjikan kebangkitan dari kematian kelak.
Hidup yang baru ini di bawah kuasa kebangkitan ini mestinya adalah hidup yang dipimpin
oleh Roh Allah. Karena itu Paulus melanjutkan pengajarannya sebagai berikut:
12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada
daging, supaya hidup menurut daging.13 Sebab, jika kamu hidup menurut
daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatanperbuatan
tubuhmu, kamu akan hidup.
14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.15 Sebab kamu
tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi,
tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh
itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!”
16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anakanak
Allah.17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris,
maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang
akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita
bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama
dengan Dia (Rm. 8:12-17).
Hidup di dalam kuasa Roh Kudus adalah hidup yang memerdekakan kita
dari belenggu dosa. Dosa bukanlah sekadar daftar kejahatan atau pelanggaran
yang kita lakukan, melainkan terutama belenggu-belenggu yang membuat
kita terus-menerus terjebak di dalam hawa nafsu kita sendiri. Dosa membuat
kita gagal untuk menginginkan melakukan perbuatan yang baik, kepada Allah
maupun kepada sesama kita dan bahkan kepada seluruh ciptaan.
Paulus menggambarkan pergumulannya dengan kuasa dosa seperti berikut:
“Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat,
melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.
Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang
memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku” (Rm. 7:19-20).
Dari ungkapan di atas, tampak jelas bahwa pergumulan melawan dosa
itu bukanlah sesuatu yang sederhana. Hanya oleh kuasa Roh, maka kita akan
bisa meninggalkan kehidupan kita yang lama – yang digambarkan sebagai
kehidupan menurut daging. Dari kehidupan yang lama itulah maka kita beralih,
dengan kuasa Roh, untuk hidup menurut Roh, di bawah pimpinan kuasa Roh.
Hidup dalam Kekudusan
Hidup yang dipimpin oleh Roh adalah hidup yang diwarnai oleh
kekudusan. Apa artinya “kekudusan”? Apakah itu berarti kamu menjadi orang
aneh, yang sama sekali terasing dari teman-teman kamu dan meremehkan
teman-teman kamu yang “tidak kudus”?
Dalam Surat Roma 12:2, Paulus mengatakan sebagai berikut:
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah
kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna.
Kata “kudus” dalam bahasa Ibrani berarti “dipisahkan untuk dipakai khusus
oleh Allah.” Benda-benda kudus yang dipergunakan di Bait Suci, misalnya,
adalah benda-benda yang dibuat khusus untuk ibadah, dan tidak boleh
digunakan untuk keperluan lainnya di luar Bait Suci. Demikian pula, orangorang
yang kudus, seperti yang dijelaskan oleh Surat 1 Petrus 1:16, mestinya
menunjukkan kehidupan yang khusus dan berbeda, karena mereka telah dipilih
untuk menjadi milik Allah yang kudus. Bila Allah yang memanggil kita itu kudus,
maka kita sebagai milik-Nya, juga harus menjadi kudus, memperlihatkan hidup
kudus, dan menjauhkan diri dari kehidupan yang sembarangan, yang justru
berlawanan dengan citra Allah yang kudus itu.
Karya Allah dalam Kepelbagaian
Memahami Kepelbagaian Manusia menurut Alkitab
Manusia diciptakan dalam berbagai keunikan dan perbedaan , berbagai
keunikan serta perbedaan itu merupakan ciri khas dan identitasnya. Manusia
sebagai makhluk mulia ciptaan Allah memiliki harkat dan martabat yang
sama. Berbagai perbedaan yang ada tidak mengurangi harkat dan martabat
seseorang. Tuhan Yesus sering berdialog dengan orang-orang dari berbagai
tingkatan sosial yang berbeda-beda. contohnya: Nikodemus, Zakheus dan
perempuan Samaria. Demikian juga Rasul Paulus ketika dia berada di Atena
berdialog dengan para pengikut penyembahan berhala, Stoa dan Epikuros.
Rasul-rasul lain juga berbuat serupa. Dalam berbagai cerita mengenai interaksi
Tuhan Yesus dengan manusia, nampak bahwa kasih dan keadilan yang
ditunjukkan-Nya berlaku untuk semua orang tanpa kecuali. Ia membiarkan
diri-Nya diminyaki oleh seorang perempuan yang dikenal sebagai perempuan
pendosa, Ia makan bersama para pemungut cukai, Ia minta air minum dari
seorang perempuan Samaria, Ia menyembuhkan orang tanpa melihat dari
mana asal mereka. Bahkan, Ia memperluas makna keselamatan yang berasal
dari Allah yang tadinya hanya untuk orang Yahudi menjadi keselamatan
untuk segala bangsa. Berbagai kenyataan ini dapat kita jadikan sebagai acuan
untuk mewujudkan kehidupan damai dan berkeadilan dalam kepelbagaian
manusia.
Petrus berkata:
“Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada
segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang
yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang
ada padamu, tetapi hendaklah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan
hati nurani yang murni” (1 Ptr. 3:15).
Membaca kutipan dari bagian Alkitab tersebut, jika dikaitkan dengan topik
pembahasan pada pelajaran ini, ada beberapa makna yang dalam:
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti ​83
1. Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu. Semua ajaran Yesus dan
kekudusannya harus dihayati, dijalankan, dan dipelihara. Orang Kristen
tidak mungkin melakukan ajaran imannya jika tidak menguduskan
Tuhan.
2. Mempertanggungjawabkan iman. Tiap orang dipanggil untuk selalu
siap mempertanggungjawabkan imannya termasuk di dalamnya
identitas kamu sebagai remaja Kristen. Jadi, menjadi remaja Kristen
bukanlah sekadar identitas seperti yang tertulis dalam KTP, melainkan
menyangkut seluruh sikap hidup yang harus kamu tunjukkan pada orang
lain. Dengan cara itu, orang-orang menyaksikan kehidupan kristiani yang
sesungguhnya.
3. Dengan lemah lembut dan hormat serta hati yang murni. Salah satu
ciri khas remaja Kristen yang dapat ditampakkan adalah sikap lemah
lembut, ketulusan hati serta menghormati mereka yang pantas untuk
dihormati.
Karunia Allah dalam Kepelbagaian
Kepelbagaian manusia sebenarnya merupakan karunia Allah yang patut
disyukuri karena dari berbagai kepelbagaian itu, hidup manusia menjadi
amat kaya laksana pelangi yang warna-warni. Dalam kepelbagaian warnanya,
pelangi menjadi indah dipandang mata, tiap warna memberikan kontribusi
bagi keindahan itu. Umat manusia dapat saling memperkaya diri dengan
mempelajari berbagai tradisi, adat, kebudayaan serta kebiasaan dari berbagai
daerah, negara, suku, bangsa maupun ras, etnis dan agama.
Jika Allah Pencipta, Pemelihara dan
Penyelamat di dalam Yesus Kristus mengaruniakan kepelbagaian pada manusia,
mengapa manusia masih melakukan berbagai tindakan yang menunjukkan
diskriminasi terhadap warna kulit, suku bangsa, budaya maupun agama
tertentu?
Mengapa keragaman agama, budaya dan etnis manusia sering menjadi
sumber perpecahan dan bahkan kekerasan satu sama lain? Menurut Shiao
Chong, karena dosa dan pemberontakan manusia menyebabkan perpecahan
dan sikap yang merendahkan sesama manusia menurut perbedaan ras, etnis,
agama, dan gender. Sikap ini telah menyebabkan penderitaan yang luar biasa
bagi mereka yang mengalami diskriminasi itu. Sebagai contoh, pembantaian
yang dilakukan oleh Adolf Hitler terhadap etnis Yahudi yang dilandasi oleh
kebencian ras serta pemahaman yang keliru mengenai keunggulan bangsa
sendiri. Sikap seperti ini cenderung memecah-belah komunitas manusia.
Dalam Perjanjian Lama, rencana penebusan Allah sudah mencakup segala
bangsa dari berbagai ras dan etnis melalui Abraham, ketika dikatakan bahwa
oleh karena dia (Abraham) segala bangsa di muka bumi akan memperoleh
berkat (Kej. 18:18, 26:4), dan “rumah-Ku akan menjadi “rumah doa bagi segala
bangsa” (Yes. 56:7). Di antara semua keragaman ciptaan Tuhan, keragaman
budaya manusia - perbedaan etnis dan bahasa - juga merupakan bagian dari
ciptaan Allah yang baik. Kadang-kadang, orang Kristen melihat keragaman
budaya sebagai bagian dari dunia yang jatuh, sebagai kutukan. Narasi Alkitab
tentang Menara Babel (Kejadian 11:1-9) sering digunakan untuk membenarkan
pandangan yang negatif itu. Padahal dalam cerita mengenai menara Babel,
campur tangan Tuhan dan penciptaan beragam bahasa benar-benar memaksa
orang-orang Babel untuk memenuhi perintah Allah yang semula dalam
Kejadian 1:28 yaitu untuk "memenuhi bumi dan menaklukkannya," sesuatu yang
ingin dihindari oleh orang-orang Babel dengan mendirikan menara sampai ke
langit. Mereka tidak ingin tersebar ke segala penjuru bumi, mengenai hal ini
diulang sampai tiga kali pada ayat 4, 8, dan 9. Jika Allah Pencipta, Pemelihara
dan Penyelamat di dalam Yesus Kristus mengaruniakan kepelbagaian pada
manusia, itu merupakan bukti bahwa semua manusia dari berbagai ras, etnis
dan gender diberkati tanpa kecuali.
Kepelbagaian juga memperoleh tempat ketika pada hari Pentakosta para
rasul dan orang percaya dimungkinkan berbicara dalam berbagai bahasa.
Melalui kejadian ini, jangkauan budaya diperluas menjadi lintas budaya
termasuk bahasa dipakai dalam kesaksian dan pemberitaan. Dengannya
gereja membuka diri terhadap berbagai bahasa dan budaya sebagai sarana
pemberitaan. Dalam surat Galatia 3:28 dikatakan, "Tidak ada orang Yahudi atau
orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, laki-laki atau perempuan,
karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus". Dengan demikian,
semua orang dari berbagai bangsa, budaya, warna kulit adalah satu komunitas
yang berada dalam jangkauan keselamatan yang dianugerahkan Allah melalui
Yesus Kristus.
Pacaran?
Kejadian 2:18-25 ; 1 Korintus 13
Antara Cinta dan Pacaran
Ada begitu banyak defenisi tentang cinta dari pakar psikologi, filsuf bahkan
para penyair. Berikut adalah defenisi mereka:
Robert Steinberg ​seorang psikolog, mengatakan, cinta adalah perasaan dan
keinginan untuk membina suatu hubungan secara khusus dengan seseorang.
Ashley Montagu​, seorang psikolog, mengatakan cinta adalah perasaan
memperhatikan, menyayangi, menyukai secara mendalam, mengasihi disertai
rindu dan hasrat yang menggebu terhadap seseorang.
Plato​, seorang filsuf Yunani kuno, mengatakan cinta adalah sebuah hasrat
dan usaha yang bulat untuk memiliki yang dicintai.
Khalil Gibran​, sang pujangga terkenal, mengatakan cinta adalah perasaan
kasih sayang yang paling murni dan dalam antarmanusia.
Ada filsuf lainnya yang mengatakan bahwa cinta sulit untuk didefinisikan
dengan kata-kata karena terlalu abstrak dalam pengertian. Cinta hanya dapat
diwujudkan dalam perbuatan nyata.
Ungkapan cinta yang terdalam bisa kamu temukan dalam kitab 1
Korintus 13 tentang kasih. Bagian Alkitab itu digubah dalam bentuk lagu
Rohani ​Bahasa Kasih a​ tau ​Bahasa Cinta.​ Kasih atau cinta itu digambarkan
sebagai berikut:
• Lemah lembut
• Murah hati
• Panjang sabar
• Memaafkan
• Tidak sombong atau memegahkan diri
• Jujur
• Suci
Cinta kasih itu mencakup seluruh aspek hidup manusia. Jadi, itu bukan
sekadar hasrat, berahi, atau perasaan emosional semata. Cinta kasih itu
merupakan ekspresi hidup dalam hubungan antar manusia yang menjunjung
tinggi nilai-nilai moral, etika dan religius.
Cinta dan Ketertarikan Fisik
Menurut Andri Priyatna dalam “Be A Smart Teenager”, tidak mudah untuk
menjawab bagaimana menyatakan bahwa kamu sedang jatuh cinta, karena
terkadang seseorang berpikir dia sedang jatuh cinta tetapi ternyata itu hanya
ketertarikan fisik semata. Selanjutnya dikatakan pertanyaan-pertanyaan
mengenai apa itu cinta. Mengapa seseorang ingin membangun hubungan cinta
dengan si A dan bukan dengan yang lain, bagaimana menjatuhkan pilihan pada
seseorang, bagaimana cinta bisa berakhir? Berbagai pertanyaan-pertanyaan
itu tidak mudah untuk dijawab. Bagi remaja seperti kamu ketertarikan fisik
lebih sering disalahartikan sebagai cinta.
Cinta tumbuh berlandaskan rasa peduli,pertemanan, persahabatan, kenyamanan, komitmen serta
penghargaan terhadap martabat dan kehormatan diri seseorang. Ketika kamu bertemu
dengan seseorang, bergaul dengannya dan kamu merasa telah menemukan
seorang teman sejati yang dapat dipercaya, yang saling menghargai ditambah
lagi ada ketertarikan fisik, mungkin kamu telah jatuh cinta.
Terkadang seseorang dapat terkecoh oleh beberapa gejala berikut yang
dikiranya cinta, padahal itu bukan cinta. ​Pertama​, ketertarikan fisik. Seseorang
yang selama ini sudah diimpikan tiba-tiba ada di hadapan kamu, wah betapa
senangnya, pucuk dicinta ulam tiba. Kesannya begitu mendalam bagi diri
kamu, dia begitu menarik hati. Namun, sering kali dalam perjalanan waktu
kamu semakin mengenalnya dan sadar kalau dia bukan seseorang yang pas
untuk kamu. Menumbuhkan cinta membutuhkan waktu, kesabaran dan tidak
hanya dilandasi oleh ketertarikan fisik. Pada masa kini, remaja dan kaum muda
dipengaruhi oleh berbagai film dan lagu yang mengeksploitasi cinta seolah-olah
hanya sebatas pada ketertarikan fisik, birahi maupun popularitas. Seolah-olah
kebiasaan “nembak” seseorang dan dijadikan pacar menjadi pertanda bahwa
seseorang “laku” dan bukan anak cupu. ​Kedua​, obsesi. Apapun yang kamu
lakukan hanya wajah si dia yang terbayang-bayang di pelupuk mata. Obsesi
adalah pikiran yg selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan,
seluruh konsentrasi hanya terpusat pada satu titik. Obsesi cinta nampak dalam
lagu berikut ini:
Pelajari tiga kekeliruan tersebut di atas kemudian bandingkan dengan diri
kamu, yang manakah yang pernah kamu rasakan? Atau ketiganya pernah kamu
rasakan? Menurut Priyatna paling tidak ada beberapa hal yang perlu diketahui
mengenai cinta:
1. Cinta tidak pernah menyakiti, baik itu pelecehan fisik maupun
emosional.
2. Cinta tidak pernah menipu. Misalnya memperalat pacar dengan
mengatakan: ”kalau kamu cinta saya, kamu harus mau melakukan
hubungan seksual”, atau kamu akan memenuhi permintaan saya.
3. Cinta harus dilandasi oleh perasaan peduli pada dia yang dicintai dan
ekspresi cinta itu bisa bermacam-macam. Antara lain pertemanan,
persahabatan, romantisme, menghormati batas-batas moral dan etika
dll.
4. Jika orang yang dicintai meminta kamu melakukan sesuatu sebagai bukti
cinta maka dia tidak mencintai kamu. Apalagi jika bukti cinta itu adalah
hubungan seks dan sentuhan fisik.
5. Ukuran cinta adalah komitmen dan kepercayaan bukan sekedar
ketertarikan fisik.
6. Seks bukan cinta dan cinta bukanlah seks. Karena itu seks tidak boleh
dijadikan sebagai prasyarat cinta. Pada orang yang telah menikah, seks
dapat menjadi bagian dari romantisme cinta. Tapi hal itu tidak boleh
dilakukan oleh mereka yang berpacaran, jika dilakukan maka hal itu
merupakan pelanggaran terhadap ajaran agama dan moral dalam
masyarakat.
7. Cinta harus menjadikan seseorang merasa bahagia, aman dan dihargai
bukan sebaliknya.
Pacaran
Orang yang sedang jatuh cinta biasanya mewujudkan perasaan cintanya
kepada seseorang dalam komunikasi yang lebih intensif serta relasi yang
lebih eksklusif atau khusus. Bentuk relasi itu disebut dengan berpacaran. Jika
biasanya mereka jalan bersama-sama berempat atau bertiga, setelah jatuh cinta
orang cenderung hanya ingin berjalan berdua saja. Mengapa? Karena mereka
merasa lebih nyaman untuk berbicara, bertukar cerita serta memperoleh
tanggapan yang spesial dari orang yang dicintainya. Terkadang orang memulai
suatu hubungan pertemanan, kemudian saling menyukai dan jatuh cinta.
Mereka kemudian membina hubungan dalam bentuk pacaran. Memang tidak
semua orang yang berteman pada akhirnya jadi berpacaran, ada yang tetap
mempertahankan hubungan sebagai teman dan sahabat.
Pendalaman Alkitab
•• Diskusikan dalam Kitab Kidung Agung 5:9-16 dan 6:1-11 yang menulis
tentang keindahan tubuh manusia dan daya tarik fisik yang menimbulkan
hasrat dan cinta.
•• Dalami Kitab 1 Korintus 13 mengenai kasih dan bagaimana
menerapkannya dalam hubungan pacaran supaya kamu tidak kehilangan
identitas sebagai remaja Kristen.
Manusia Diciptakan Tidak Sendirian
Manusia selalu membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Tanpa kehadiran
laki-laki dan perempuan, tak mungkin lahir generasi baru. Sejak penciptaan,
Tuhan telah melihat bahwa tidak baik kalau manusia itu hidup seorang diri
saja (Kejadian 2:18). Selanjutnya dikatakan, baiklah kita menjadikan seorang
penolong yang sepadan dengan dia. Tuhan Allah menginginkan manusia
hidup saling menolong, mengisi dan memberi arti dalam kehidupan. Dalam
hidup, kamu membutuhkan seseorang untuk berbagi cerita, kesedihan,
kesenangan dan kebahagiaan, bukan? Kamu patut bersyukur dapat memiliki
teman, sahabat untuk berbagi dalam banyak hal.
Mindy Meier menulis dalam bukunya ​Sex and Dating (​ PT Abiyah Pratama,
Jakarta, 2007 halaman 84-86):
Tuhan berfirman: tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan baginya penolong yang sepadan dengan dia.” Lalu Tuhan
membentuk dari tanah segala binatang dan burung-burung. Dibawa-
Nyalah semuanya itu kepada manusia untuk melihat, bagaimana ia menerimanya.
Dan seperti nama yang diberikan kepada tiap makhluk hidup,
demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi nama kepada
segala ternak, tapi bagi dirinya sendiri, ia tidak punya penolong yang sepadan
dengan dia. Lalu Tuhan menciptakan Hawa untuk mendampingi Adam
sebagai penolong yang sepadan dengan dia. Ketika Tuhan menciptakan
Hawa, Dia berpusat pada kesendirian Adam dengan menciptakan seorang
pendamping baginya. Selain itu, Tuhan juga menciptakan komunitas.
Tuhan menginginkan manusia hidup dalam persekutuan dengan manusia
lain. Dapatlah dipahami bahwa manusia saling membutuhkan satu
terhadap yang lain. Kata penolong diterjemahkan dari bahasa Ibrani “Ezer”
yang artinya penolong (Tuhan juga disebut sebagai Ezer atau penolong).
Kata Ezer tidak sekadar menggambarkan hadirnya seorang penolong,
melainkan seorang penolong yang datang untuk menyelamatkan serta
memberi dukungan. Sedangkan kata sepadan diterjemahkan dari kata
Ibrani “Neged”, artinya pelengkap yang sempurna. Tanpa Neged, sesuatu itu
tidak sempurna.
Artinya, tanpa Hawa, Adam tidaklah sempurna. Hal itu menggambarkan
bahwa dunia ini baru sempurna jika ada laki-laki dengan perempuan, saling
menolong serta melengkapi dalam satu komunitas hidup. Dengan demikian,
rasa tertarik seseorang terhadap lawan jenisnya bukanlah dosa. Hanya saja jika
rasa tertarik yang biasanya dilanjutkan dengan hubungan pacaran dilakukan
di luar batas-batas aturan agama dan norma dalam masyarakat maka akan
berakibat buruk bagi yang bersangkutan.
Diskusikan hasil temuan kamu melalui media cetak maupun elektronik
atau kasus yang ada di lingkungan sekitarmu mengenai berbagai
permasalahan yang terjadi di kalangan remaja sebagai akibat dari
berpacaran. Apa yang terjadi jika orang berpacaran tetapi tidak
memahami arti pacaran?
Menulis refleksi
Tulis puisi atau refleksi mengenai pengalaman ketika kamu jatuh cinta
atupun pacaran. Jika kamu belum pernah jatuh cinta atau pacaran, kamu dapat
menuliskan pemahaman kamu mengenai pacaran. Panjang tulisan ½ halaman.
Tugas ini dikumpulkan pada pertemuan berikut.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti ​105
Batas-batas Dalam Berpacaran
Bacaan Alkitab: ​Yeremia 29:11; Amsal 23:18; 1 Korintus 3:16

Pacaran dari segi Iman Kristen


Dari segi iman Kristen, Alkitab tidak berbicara secara khusus tentang
berpacaran, tetapi Alkitab bicara tentang etika dan moral kehidupan termasuk
bagaimana manusia harus menguduskan serta memuliakan tubuhnya.
Perjuangan cinta kasih dikisahkan dalam cerita Yakub yang mencintai Rahel.
Ia harus bekerja pada omnya, Laban, selama 14 tahun supaya bisa menikahi
orang yang dicintainya. Meskipun ia ditipu oleh Laban, ia pantang menyerah,
akhirnya ia dapat menikahi Rahel, itulah kisah cinta sejati. Pada mulanya, Laban
telah berjanji untuk menikahkan Yakub dengan Rahel tetapi ternyata di hari
pernikahan, yang diberikan padanya adalah Lea saudari Rahel, Laban telah
menipu Yakub. Di kalangan masyarakat Yahudi, seorang mempelai wanita akan
mengenakan penutup di seluruh wajahnya hingga mempelai pria tidak dapat
melihat wajah mempelai wanita. Itulah sebabnya Yakub tidak tahu bahwa yang
ada di hadapannya adalah Lea dan bukan Rahel. Setelah mengetahui bahwa
Laban telah menipunya, Yakub bersedia bekerja lagi kepada Laban selama
tujuh tahun supaya dapat menikahi Rahel yang dicintainya. Sebelumnya
ia telah bekerja selama tujuh tahun untuk dapat menikahi Rahel tapi yang
diberikan kepadanya adalah Lea. Jadi, total empat belas tahun Yakub bekerja
untuk Laban demi untuk menikahi Rahel cinta sejatinya.
Cerita ini menggambarkan betapa seseorang rela berkorban demi cinta,
Yakub pantang menyerah, ia rela bekerja keras meskipun telah ditipu demi
memenangkan cinta sejati yang diperjuangkannya melalui cara yang benar
dan jujur.
Menurut pendapat kamu, apakah tujuan orang berpacaran?
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
Tujuan Pacaran
Bicara tentang batas-batas dalam berpacaran erat kaitannya dengan apa
tujuan berpacaran? Apa tujuan pacaran? Apakah hanya mengisi kekosongan
dalam hidup kita, memenuhi keinginan mata atau demi kepuasan diri sendiri,
dimana yang menjadi pusat perhatian hanya pada diri sendiri sehingga pada
masa pacaran timbul istilah bahwa dunia ini hanya milik berdua. Apakah
pacaran ada unsur asmara? Mengacu pada pendapat para filsuf dan psikolog
pada pelajaran sebelumnya, asmara itu mempunyai dua pengertian yaitu:
• Cinta kasih
• Cinta berahi
Pada dasarnya asmara itu bukan cinta, karena asmara itu naksir/keinginan
yang berpusat pada diri sendiri sedangkan cinta kasih sejati adalah perasaan
mengasihi di mana ada sikap saling memperhatikan, menghargai dan
menghormati. Cinta melahirkan berbagai hal positif dalam kehidupan.
Bacalah Surat 1 Korintus 13:4-7 mengenai cinta kasih. Cinta yang benar tidak
dapat dijadikan topeng untuk satu maksud dan motivasi tertentu dan tidak
mementingkan diri sendiri, melainkan mengutamakan orang lain. Jadi asmara
itu tidak sama dengan cinta. Asmara itu hanya berpusat pada diri sendiri dan
biasanya diiringi dengan nafsu (seks) yang cenderung mendorong orang
melakukan penyimpangan.
Pacaran yang benar harus berorientasi pada kasih akan Allah di mana perintah
Allah yang harus dituruti atau diprioritaskan dalam hubungan pacaran itu. Kita
harus menunjukkan gaya hidup yang disetujui oleh Allah, bukan berpusat
pada diri sendiri. Kasih akan Allah ini membuat kita mengikuti aturan main
yang Allah berikan, antara lain : 2 Korintus 6:14 . Yeremia 29:11 dan Amsal 23:18
menekankan pacaran yang benar harus didasari dengan kasih Allah sehingga
orientasi pergaulan itu hanya ada di dalam tubuh Kristus, bukan berdua-duaan
karena akibat dari berdua-duaan itu ‘nenek bilang … berbahaya’.
Motivasi atau Dorongan untuk Pacaran
Ada seorang mahasiswa bernama Nur Hamida Yuni yang mengadakan
penelitian di kalangan remaja tentang apa arti pacaran serta apa yang dilakukan
dalam berpacaran. Ia menulis demikian:
Tujuan pacaran di kalangan remaja adalah mendapatkan teman untuk
menceritakan masalah pribadi, sebagai hiburan, sebagai tempat untuk berbagi,
memahami karakter pacar sebelum memutuskan untuk serius, meningkatkan
motivasi belajar, dan membuktikan diri cukup menarik. Alasan Pemilihan pacar
adalah sifat-sifat yang dimiliki pacar, persamaan sifat, kepandaian, daya tarik
fisik, kekayaan, banyak teman yang tertarik pada pacar, dan latar belakang
keluarga.
Dari definisi pacaran dan alasan memilih pacar, terlihat bahwa aspek asmara
atau berahi masih memegang peranan penting bagi remaja dalam memilih
pacar dan berpacaran. Jadi, berpacaran di kalangan remaja lebih termotivasi
atau didorong oleh ketertarikan fisik, dan bukan karena “cinta”. Apakah kamu
setuju dengan kesimpulan ini?
Batas-Batas Pacaran menurut Standar Moral Alkitab
Apakah dalam berpacaran dibenarkan perpegangan tangan, berciuman,
bermesraan dan tindakan erotis lainnya? Roma 12:12 menekankan, supaya kita
tidak menjadi serupa dengan dunia atau dengan kata lain jangan berpacaran
yang berorientasi pada keinginan “daging” yang membawa kepada dosa. Ada
perbedaan antara berpacaran yang berorientasi pada keinginan “daging”
dengan berorientasi pada perintah Allah. Perbedaannya yaitu:
1. Pacaran yang berorientasi pada keinginan “daging” bertujuan mencari
pengalaman semata-mata dan kenikmatan dalam hubungan cinta
dengan pertimbangan mungkin besok sudah mencari pacar baru lagi.
Sedangkan pacaran yang bertanggung jawab kepada Tuhan melihat
hubungan pacaran sebagai kemungkinan titik tolak yang menuju sesuatu
yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Pacaran yang baik adalah
yang saling mengisi dan memberikan kebaikan serta berbagi melakukan
hal-hal baik dan benar serta berguna bagi hidup keduanya.
2. Pacaran yang berorientasi pada keinginan “daging” memanfaatkan
tubuh pasangannya untuk memuaskan perasaan seksual, mula-mula
pada tingkat ciuman dan pelukan, namun kemudian gampang menjurus
kepada tingkat hubungan seksual. Pacaran yang bertanggung jawab
kepada Tuhan melihat tubuh pasangannya sebagai rumah kediaman
Roh Kudus (1Korintus 3:16) yang dikagumi dan dihargai sebagai ciptaan
Allah.
•• Berpegangan tangan
•• Saling memeluk
•• B erciuman
•• Saling membelai dan dapat meningkat menjadi tindakan tak terpuji,
misalnya melakukan hubungan seks yang dilarang oleh hukum agama
dan aturan/norma dalam masyarakat.
Rangsangan seksual yang terus-menerus akan menciptakan dorongan
biologis yang terus memuncak. Ketika dorongan seks menggebu-gebu,
kedewasaan, kecerdasan, dan pendirian-pendirian serta iman seringkali tidak
berfungsi, atau tersingkir untuk sementara. Banyak pasangan muda berkata
bahwa ciuman itu normal.
Ketika manusia melakukannya di luar hubungan yang legal dan
diberkati Tuhan, cumbuan yang dilandasi birahi itu hanya dimotivasi oleh nafsu
dan kepuasaan diri, sedangkan jika dilakukan dalam hubungan perkawinan
yang diberkati Tuhan, hal itu menjadi sarana dalam mensyukuri kebaikan Allah
sang Pencipta. Hubungan manusia yang lebih intim dan dalam diekspresikan
dalam perkawinan. Seks dan berbagai kenikmatan yang ditimbulkan oleh
cumbuan dan sentuhan merupakan misteri yang akan diungkapkan dalam
suatu hubungan perkawinan. Cerita mengenai Amnon dan Tamar telah
membuktikan hal itu, setelah mereka bercumbu dan melakukan hubungan
intim di luar perkawinan, menikmati sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan,
hubungan mereka menjadi rusak oleh kebencian.
Norma dalam Masyarakat
Manusia yang hidup dalam komunitas itu diikat oleh aturan bersama
yang bertujuan mengatur kehidupan masyarakat. Ada etika dan moral yang
berkembang dalam masyarakat yang jika dilanggar akan melahirkan sejumlah
konsekuensi atau akibat. Ada hukum negara yang bersifat mengikat semua
warga negara taat dan tunduk pada hukum dan Undang-undang. Ada juga
hukum tidak tertulis berupa moral dan etika atau nilai-nilai yang tumbuh dalam
masyarakat. Dalam agama ada hukum agama yang harus ditaati oleh tiap
penganutnya. Meskipun berpacaran menyangkut urusan pribadi antara dua
manusia tapi mereka yang berpacaran itu hidup dalam komunitas masyarakat
dan agama yang memiliki aturan, hukum dan ajaran yang bersifat mengikat.
Karena itu, ada batas-batas dalam berpacaran.
Gaya Pacaran Remaja SMA Masa Kini
Pelajari Amsal 23:18; 1 Korintus 3:16 , kemudian berdasarkan pemahaman
kamu terhadap bagian Alkitab itu, buatlah penilaian terhadap gaya pacaran
remaja pada masa kini. Apakah menurut pendapat kamu, gaya pacaran remaja
Kristen pada masa kini sesuai dengan prinsip Alkitab?

Tugas
Jawablah perntanyaan di bawah ini
1. Menurut pendapatmu, haruskah ada batasan dalam berpacaran?
Mengapa?
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………

2. Jelaskan pandangan Alkitab tentang berpacaran?


.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
3. Jika kamu menyukai seseorang, apa saja yang ada pada dirinya yang
membuat kamu menyukainya!
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
4. Menurut pendapatmu, apakah siswa kelas 1 SMA sudah boleh
pacaran? Mengapa?
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
Ras, Etnis, dan Gender
Bacaan Alkitab: ​Kejadian 1-2; Lukas 10:25-36;
Roma 10:12; Keluaran 22:21
A. Pengantar
Dalam rangka memperdalam pemahaman kamu mengenai pergaulan
dengan orang lain tanpa kehilangan identitas, kamu dapat mempelajari
mengenai ras, etnis dan gender. Manusia diciptakan Allah dengan berbagai
keunikan di mana perbedaan ras, etnis dan gender merupakan keunikan serta
kekayaan yang patut disyukuri. Meskipun kita hidup di abad modern di mana
demokrasi dan hak asasi manusia dijunjung tinggi, tak dapat dipungkiri bahwa
diskriminasi (perendahan) terhadap ras, etnis dan gender masih sering terjadi.
Melalui pembahasan ini, kamu dapat lebih memahami bagaimana membangun
pikiran positif terhadap perbedaan ras, etnis dan gender, terutama dalam
kaitannya dengan sikapmu sebagai orang Kristen. Allah menciptakan manusia
dalam berbagai keunikan dan semua manusia memiliki harkat dan martabat
yang sama yang harus dihargai terlepas dari perbedaan latar belakang ras,
etnis maupun gender. Perkenalan serta pergaulan kamu dengan sesama yang
berbeda denganmu tidak menghalangi pembentukan dirimu sebagai remaja
Kristen. Dengan sikap yang baik dan benar, perbedaan justru akan memperkuat
identitasmu sebagai remaja Kristen.
Memahami serta Menerima Manusia dalam Keunikan
Pengertian Ras, Etnis, Suku dan Gender
Persoalan ras, etnis dan gender telah berabad-abad diperdebatkan sampai
dengan saat ini. Mengapa? Karena ada berbagai pemahaman dan perlakuan
yang harus diluruskan menyangkut ras, etnis dan gender. Persoalan rumpun
kebangsaan atau ras, suku dan jenis kelamin perlu kamu pelajari. Hal ini
kemungkinan dibahas juga dalam pelajaran Ilmu Sosial dan PPKN, tetapi
sebagai siswa Kristen kamu dapat belajar bagaimana berpikir dan bersikap
terhadap berbagai perbedaan ras, etnis dan gender.
Konsep ras muncul ketika bangsa-bangsa Eropa berjumpa dengan bangsabangsa
lain di dunia dan kemudian mulai mengkategorikan kelompok​122
kelompok manusia menurut ciri-ciri fisiknya. Tujuan akhirnya adalah untuk
membenarkan praktik perbudakan mereka. Mereka yakin bahwa perbedaanperbedaan
fisik antara kelompok-kelompok masyarakat itu juga mencerminkan
perbedaan intelektual, perilaku, dan moral mereka. Pada tahun 1735, Carolus
Linnaeus yang dikenal sebagai penemu taksonomi zoologi, membagi manusia
ke dalam berbagai kelompok ras ​Homo Sapiens​, yaitu masing-masing ​Europaeus
(manusia Eropah),​ ​Asiaticus (manusia Asia), Americanus (manusia Amerika) dan
Afer(manusia Afrika)​. ​Homo Sapiens Europaeus d​ igambarkan aktif, akut, dan
petualang sedangkan ​Homo Sapiens Afer ​licik, malas dan sembrono. Dari
sini kita dapat melihat bagaimana pembedaan ini pada akhirnya melahirkan
marginalisasi atau perendahan terhadap ras dan suku bangsa tertentu.
Ras adalah konsep yang digunakan untuk mengkategorikan sekelompok
manusia. Perbedaan anatomi tubuh (warna kulit, warna rambut, mata, tinggi
badan, dll), budaya, genetika, afiliasi geografi, sejarah, bahasa, atau kelompok
sosial digunakan untuk mencirikan suatu kelompok manusia tertentu untuk
mempermudah pengenalan sekelompok orang dalam kehidupan sehari-hari.
Orang seringkali berpikir ini adalah pembagian yang sederhana. Kenyataannya
tidak selalu demikian. Orang yang berkulit hitam dan berambut keriting dapat
disebut sebagai orang Afrika, tetapi bukan mustahil juga berasal dari Papua.
Orang berkulit kuning dan bermata sipit mungkin dikenali sebagai orang Cina,
Korea, atau Jepang, tapi bisa jadi juga orang Minahasa.
Betapapun juga pembedaan-pembedaan yang dibuat, kita harus memahami
bahwa tidak ada satu ras pun yang lebih tinggi atau unggul daripada yang
lainnya. Semua ras memiliki kedudukan yang sederajat.
Etnis adalah penyebutan yang diberikan kepada sekelompok manusia yang
mendiami daerah tertentu serta memiliki adat kebiasaan sendiri. Berbagai
kebiasaan dan adat-istiadat ini merupakan ciri khas yang dapat membedakan
satu kelompok etnis dengan kelompok lainnya. Di dunia dan di Indonesia
terdapat banyak suku bangsa yang berbeda-beda. Ada perbedaan yang
kecil, seperti misalnya suku Jawa dengan suku Bali. Ada pula suku-suku yang
sangat berbeda, seperti misalnya suku Aceh dengan suku Papua. Namun, pada
dasarnya semua suku sama dan sederajat. Adat-istiadat mereka semuanya unik
dan tidak ada yang lebih luhur ataupun lebih rendah daripada yang lain. Setiap
suku mengembangkan kebudayaannya masing-masing, berbahasa dengan
logatnya sendiri, dan mengembangkan adat-istiadatnya sesuai dengan
kebutuhan mereka. Selain ciri-ciri kebudayaannya, suku bangsa juga kadangkadang
dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri fisik anggotanya.
Gender adalah perbedaan fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh
masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan. Gender belum tentu sama di
tempat yang berbeda, dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Gender tidak
sama dengan seks atau jenis kelamin. Jenis kelamin terdiri dari perempuan dan
laki-laki yang telah ditentukan oleh Tuhan ketika manusia dilahirkan. Sementara
itu, gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan. Gender berkaitan
dengan pandangan atau pemahaman tentang bagaimana seharusnya lakilaki
dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai yang
terstruktur, ketentuan sosial dan budaya ditempat mereka berada. Dengan
demikian definisi gender dapat dikatakan sebagai pembedaan peran, fungsi,
dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk atau
dikonstruksikan secara sosial-budaya dan dapat berubah sesuai dengan
perkembangan zaman. Contohnya, dahulu orang menganggap memasak dan
menjahit sebagai pekerjaan perempuan. Namun sekarang ada banyak laki-laki
yang menjadi juru masak atau perancang busana. Orang-orang seperti Bara
Pattiradjawane, Rudy Choirudin, Arnold Purnomo, dll., dikenal sebagai juru
masak yang sering tampil di layar televisi. Tokoh-tokoh seperti alm. Iwan Tirta,
Edward Hutabarat, Itang Yunasz, adalah sejumlah laki-laki perancang mode
yang terkemuka di negara kita.
Masalah-masalah Sekitar Ras, Etnis dan Gender
1. Diskriminasi Rasial dan Etnis
Seorang penulis Prancis yang bernama François Bernier menyusun sebuah
buku yang menjelaskan pembagian manusia di dunia ke dalam kelompokkelompok
ras. Bukunya yang berjudul ​Nouvelle division de la terre par les
différents espèces ou races qui l'habitent d​ iterbitkan pada tahun 1684.
Pada abad ke-18 orang semakin mendalami perbedaan-perbedaan ini,
namun pemahamannya mulai disertai dengan gagasan-gagasan rasis tentang
kecenderungan-kecenderungan batiniah dari berbagai kelompok, dengan
ciri-ciri yang paling baik terdapat pada orang-orang kulit putih. Di atas sudah
dijelaskan bagaimana pengelompokan manusia ke dalam ras itu ternyata
didasarkan pada keinginan untuk membenarkan praktik-praktik diskriminasi
dan penindasan terhadap ras dan etnis tertentu yang semuanya dipandang
sebagai sesuatu yang wajar. Bahkan ras dan etnis tertentu dipandang rendah
dan tidak memiliki martabat kemanusiaan.
Rasialisme bertentangan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia.
Rasialisme menimbulkan penderitaan yang luar biasa bagi bangsa dan ras
tertentu, misalnya: penderitaan orang-orang Indian dan kaum kulit hitam di
Amerika Serikat yang kehilangan hak-haknya sebagai warga negara. Di Afrika
Selatan orang-orang kulit hitam dan kulit berwarna juga kehilangan hakhaknya
karena politik rasial yang disebut ​apartheid​, yaitu pembedaan manusia
berdasarkan ras dengan cara mendiskriminasikan mereka yang berkulit hitam,
berkulit berwarna dan orang-orang Asia (India). Mereka yang bukan kulit putih
dibatasi ruang geraknya dan hampir tidak memeroleh hak sebagai warga
negara. Namun aneh sekali, dalam praktik ​apartheid n​ egara Afrika Selatan,
bangsa Jepang diakui berkulit putih. Mengapa? Tidak lain karena negara
Jepang sudah tergolong maju dan kaya, dan rezim ​apartheid ​Afrika Selatan
ingin memetik keuntungan ekonomi dengan memperlakukan bangsa Jepang
dengan baik di sana.
Nelson Mandela adalah pejuang kulit hitam Afrika Selatan yang terkenal.
Ia berhasil memperjuangkan hak orang kulit hitam di Afrika Selatan untuk
memeroleh hak yang sama dengan kaum kulit putih. Karena usahanya selama
puluhan tahun, pada 5 Juni 1991 diskriminasi hukum di Afrika Selatan terhadap
orang kulit hitam dicabut.
Masih banyak contoh yang dapat diangkat dalam kaitannya dengan
ketidakadilan ras dan etnis. Di Amerika Serikat tokoh yang terkenal melawan
diskriminasi rasial adalah Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr. Ia memimpin
demonstrasi dan pemogokan damai dalam rangka memperjuangkan hak-hak
orang kulit hitam di Amerika, hingga akhirnya ia tewas dibunuh. Di Jerman,
Adolf Hitler membunuh enam juta orang Yahudi karena kebencian ras dan
etnis serta kebanggaannya akan ras Aria yang dianggapnya sebagai ras paling
unggul.
Di Indonesia, etnis China pernah mengalami diskriminasi sejak peristiwa
G-30-S/PKI 1965. Mereka tidak boleh mempraktikkan agama kepercayaannya
(Kong Hu Cu dan agama-agama Tionghoa dilebur menjadi satu dalam
agama Buddha), nama-nama yang berbau China harus diganti dengan nama
Indonesia. Penggunaan huruf China dan penggunaan bahkan pendidikan
bahasa Mandarin dilarang. Peranan politik dan sejarah orang Tionghoa
Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan pun dihilangkan. Misalnya, bahwa
di antara mereka yang hadir di Kongres Pemuda II yang merumuskan Sumpah
Pemuda ternyata terdapat beberapa pemuda Tionghoa, yaitu Kwee Tiam Hong
dan tiga pemuda Tionghoa lainnya. Begitu pula ada empat orang Tionghoa
duduk sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) yang merumuskan UUD ‘45, yaitu Liem Koen Hian, Tan Eng
Hoa, Oey Tiang Tjoe, Oey Tjong Hauw, dan di Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) terdapat 1 orang Tionghoa yaitu Drs. Yap Tjwan Bing.
Pada Januari 2001, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengumumkan
Tahun Baru China (Imlek) menjadi hari libur pilihan, yang kemudian diubah
oleh Presiden Megawati menjadi hari libur nasional. Tindakan Gus Dur ini
diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Gus Dur
juga memulihkan hak-hak etnis Tionghoa di Indonesia. Di Indonesia kini hakhak
setiap warga negara dari semua etnis dan ras dijamin oleh UU. Jadi, jika ada
yang melakukan tindakan pelecehan terhadap ras atau etnis tertentu, maka
yang bersangkutan dapat dituntut secara hukum.
Demikianlah, seiring dengan perkembangan masyarakat, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, diskriminasi rasial mulai terkikis secara perlahan
dan kini muncul kesadaran bahwa diskriminasi rasial bertentangan dengan
hak asasi manusia. Di Amerika Serikat, Barak Obama menjadi orang kulit hitam
pertama yang menjadi presiden di negara itu. Di Italia, Cecile Kyenge, seorang
perempuan Afrika kelahiran Kongo, menjadi orang kulit hitam pertama yang
diangkat menjadi menteri urusan Integrasi di negara itu.
2. Diskriminasi Gender
Menurut definisi yang ada dalam buku ​“Kesetaraan Gender” ​yang
diterbitkan oleh ELSAM, sebuah LSM yang bergerak di bidang pemberdayaan
perempuan, istilah “kesetaraan gender” berarti kesamaan kondisi bagi
laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya
sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan
politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, serta kesamaan dalam
menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi
penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki
maupun perempuan. Jadi, diskriminasi gender adalah perlakuan yang berbeda
terhadap laki-laki dan perempuan. Diskriminasi terjadi terhadap perempuan
dan dipengaruhi oleh budaya. Umumnya budaya di Indonesia lebih berpihak
pada kaum laki-laki dibandingkan kepada kaum perempuan. Misalnya, orang
biasa bertanya, “Putra Bapak berapa?” Mengapa tidak bertanya, “Berapa putra
dan putri Bapak?” Pertanyaan yang pertama menyiratkan bahwa anak lakilaki
lebih berharga sehingga merekalah yang ditanyakan keberadaan dan
jumlahnya dalam sebuah keluarga.
Orang seringkali begitu saja menyamakan gender dengan jenis kelamin.
Misalnya, orang tua sering mengajarkan kepada anak laki-lakinya, “Jangan
menangis. Kamu ‘kan laki-laki! Laki-laki tidak boleh menangis.” Atau, seorang
ibu berkata kepada anak perempuannya, “Kamu harus membantu Ibu di
dapur, karena itu adalah tugas seorang anak perempuan.” Anak laki-laki yang
menangis dianggap banci. Anak perempuan yang lebih suka bermain di luar
ketimbang membantu ibunya di dapur dianggap ​tomboy a​ tau kelelaki-lelakian.
Kenyataannya, menangis adalah sebuah ungkapan emosi yang wajar bagi
manusia – laki-laki maupun perempuan. Membantu ibu memasak di dapur pun
bisa dilakukan oleh seorang anak laki-laki. Di atas sudah disinggung betapa
banyak juru masak dan perancang mode laki-laki sekarang. Karya mereka
ternyata sangat dihargai oleh masyarakat kita.
Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap
perempuan dan laki-laki. Keadilan gender menghilangkan pembakuan peran,
beban ganda, subordinasi, marginalisasi terhadap kelompok yang dianggap
lebih lemah, dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.
Terwujudnya kesetaran (persamaan) dan keadilan gender ditandai dengan
tidak adanya diskriminasi (pembedaan) antara perempuan dan laki-laki.
Dengan demikian, mereka memiliki akses pada berbagai bidang kehidupan.
Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk
memperoleh keadilan di berbagai bidang kehidupan. Kesetaraan gender juga
meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap
laki-laki maupun perempuan.
Di Indonesia, masih banyak orang yang kurang memiliki kesadaran gender
sehingga akibatnya masih cukup banyak perempuan yang tertinggal di
berbagai bidang kehidupan. Misalnya, masih ada orang tua Indonesia yang
memberikan prioritas utama kepada anak laki-laki untuk bersekolah daripada
anak perempuan. Angka buta huruf bagi kaum perempuan lebih banyak
daripada kaum laki-laki. Ketertinggalan perempuan mencerminkan masih
adanya ketidakadilan dan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan di
Indonesia.
Pada masa kini, di Indonesia hak-hak perempuan dijamin oleh UU. Misalnya,
perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (dipukul ataupun
dihina oleh suami), dapat melaporkan peristiwa tersebut kepada pihak
kepolisian. Selanjutnya, polisi akan melakukan tindakan hukum terhadap pihak
yang melakukan kekerasan.
Tulislah masing-masing tiga buah contoh praktik diskriminasi ras/etnis dan
diskriminasi gender yang kamu temukan di sekeliling kamu!
Diskriminasi ras/etnis
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
Diskriminasi gender
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
Pemahaman Alkitab tentang Ras, Etnis dan Gender
Dalam Roma 10:12, Rasul Paulus menulis, “Sebab tidak ada perbedaan antara
orang Yahudi dan Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua
orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya.” Pernyataan Paulus
ini tentu sangat mengejutkan orang pada waktu itu, mengingat orang Yunani
biasa menyebut orang-orang non-Yunani sebagai bangsa barbar. Sementara
itu, orang Yahudi juga biasa menganggap diri mereka lebih tinggi daripada
bangsa-bangsa lain. Mereka adalah umat pilihan Allah, sementara yang lainnya
tidak.
Orang Samaria yang Murah Hati
Dalam Lukas 10:25-36, Tuhan Yesus mengisahkan perumpamaan tentang
Orang Samaria yang murah hati. Dalam perumpamaan ini para pendengar-
Nya dikejutkan oleh kisah Yesus yang menjadikan si orang Samaria sebagai
pahlawannya. Padahal orang Samaria dimusuhi oleh orang Yahudi karena
mereka dianggap najis.
Mengapa Paulus dan Tuhan Yesus memberikan pengajaran yang demikian?
Bila kita membaca kembali kisah penciptaan manusia, maka harus diakui
bahwa kita semua adalah satu keluarga yang berasal dari satu nenek - moyang
yang sama, yaitu Adam dan Hawa. Meskipun sekarang kita sudah terbagibagi
dalam berbagai kelompok ras, suku, dan etnis, pada dasarnya kita masih
bertalian keluarga dengan semua orang. Karena itulah kita diajarkan untuk
saling mengasihi , membela dan peduli kepada sesama kita. Hal ini ditegaskan
dalam Kitab Keluaran 22:21 yang mengatakan, “Janganlah kau tindas atau kau
tekan seorang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah
Mesir.”
Sehubungan dengan keadilan gender, Alkitab pun mengajarkan kepada
kita bahwa laki-laki dan perempuan sama kedudukannya di mata Allah. Kisah
penciptaan dalam Kejadian 2:18 menyatakan, “TUHAN Allah berfirman: ‘Tidak
baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong
baginya, yang sepadan dengan dia.’”
Dalam kisah ini digambarkan bagaimana Allah memutuskan untuk
menciptakan Hawa. Allah melihat bahwa Adam tidak berbahagia hidup
sendirian. Binatang-binatang yang Tuhan ciptakan pun tidak membuatnya
bahagia. Ia membutuhkan penolong yang sepadan dengannya. Sepadan
berarti setara. Kalau Hawa ternyata lebih lemah daripada Adam, tak akan
mungkin ia bisa menjadi penolong yang sepadan. Hawa tentu mempunyai
berbagai kecakapan dan kebolehan yang tidak dimiliki Adam, sehingga ia bisa
benar-benar menjadi pasangan yang sepadan bagi Adam.
Tuhan Yesus sendiri memperlakukan laki-laki dan perempuan dengan setara.
Ketika Maria duduk bersimpuh di kaki-Nya untuk mendengarkan pengajaran-
Nya, dan Marta memprotes karena Maria tidak membantunya di dapur, Tuhan
Yesus mengatakan, “Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan
diambil dari padanya” (Luk. 10:42) . Yesus tidak melarang perempuan untuk
mendengarkan dan belajar tentang firman Tuhan – sesuatu yang sangat
ditabukan bagi perempuan pada masa itu. Dalam Yohanes 8:1-11 orangorang
Yahudi membawa seorang perempuan yang kedapatan bersina kepada
Yesus. Dalam budaya orang Yahudi, jika seorang perempuan bersina ia harus
dilempari dengan batu tetapi laki-laki tidak dihukum. Yesus tidak menghukum
perempuan itu bukan karena membenarkan perbuatannya melainkan karena
hukuman itu tidak adil bagi perempuan. Dalam persinaan, seharusnya laki-laki
dan perempuan yang melakukannya sama-sama dihukum. Ketidakadilan itu
dapat disebut diskriminasi gender.
Sayangnya, diskriminasi gender masih terus berlangsung, bahkan juga di
kalangan gereja masa kini. Masih ada perempuan yang tidak bisa menjadi
pemimpin di gereja – entah sebagai penatua, diaken, atau pun pendeta.
Padahal, kemampuan mereka tidak kurang dibandingkan dengan laki-laki.
Sejumlah gereja di Indonesia sudah pernah memiliki perempuan sebagai
pemimpinnya, seperti ketua sinode, wakil ketua atau sekretaris dan jabatan
penting lainnya di sinode gereja.
Tulislah jawaban kamu mengenai:
1. Apakah arti ras, etnis dan gender?
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
2. Tuliskanlah beberapa ciri khas dari suku Batak, Timor, Ambon, Jawa, Manado,
dan Tionghoa! (ciri khas bisa secara fisik, bahasa, masakan, dan sebagainya)
kamu dapat menjelaskan apa saja penilaian terhadap suku yang dilakukan
hanya berdasarkan persepsi atau anggapan terhadap mereka misalnya,
orang Timor dan Ambon kalau bicara suaranya keras dll!
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
Berbagi pengalaman
Coba ceritakan bagaimana orang-orang di sekitar kamu mengajarkan
bagaimana caranya memperlakukan atau berhubungan dengan orang yang
berbeda ras/etnis atau gendernya dengan kamu! Bagikanlah pengalaman ini
kepada teman yang sebangku dengan kamu. Bahaslah kedua pertanyaan ini:
1. Apakah orang tua atau kakak/adik, paman/bibi mengajarkan agar kamu
memperlakukan orang yang berbeda ras/etnis dengan baik? Ataukah ada
yang melarang kamu bergaul, atau bahkan menikah dengan orang dari ras/
etnis lain? Bila demikian, apakah alasannya?
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
2. Pernahkah orang tua kamu mengajarkan “Laki-laki tidak boleh menangis!”
atau “Perempuan tidak usah belajar tinggi-tinggi. Nanti ‘kan ke dapur juga
akhirnya.”? Kalau ya, kira-kira apa penyebabnya? Bagaimana kamu bisa
mengubah pemikiran seperti ini?
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
Allah Pembaharu
Kehidupan
Bahan Alkitab: ​Kitab II Korintus 5:17; Kitab Galatia 5 :22-23
XII
A. Pengantar
Pelajaran 12-14 saling berkaitan satu dengan yang lain. Pada pelajaran 12
pembaharuan lebih terfokus pada menjadi manusia baru dan apa implikasi bagi
kamu yang percaya pada peran Allah sebagai Pembaharu dan pembaharuan
Allah berlangsung kontinu atau berkelanjutan. Pada Pelajaran 13 fokus
pembahasan pada karya Allah sebagai pembaharu kehidupan manusia dan
alam sedangkan pelajaran 14 lebih spesifik membahas hasil dari pembaharuan
itu yang memotivasi remaja untuk bertindak sebagai pembaharu kehidupan
manusia dan alam.
Pelajaran ini membahas mengenai bagaimana Allah bertindak sebagai
Pembaharu kehidupan. Pokok ini penting untuk meyakinkan kamu bahwa
Allah terus bekerja dalam hidup manusia. Ia bukan hanya Allah yang mencipta,
memelihara dan menyelamatkan namun Ia juga membaharui ciptaan-Nya.
Pembaharuan hidup dinyatakan melalui Roh Kudus. Manusia membutuhkan
pembaharuan hidup supaya dapat menikmati persekutuan yang benar
dengan Allah dan sesama. Pembahasan topik ini memberikan motivasi bagi
kamu untuk tetap memiliki pengharapan dalam hidup. Bahwa kasih Allah bagi
manusia tak terbatas, menjadikan manusia memiliki pengharapan untuk hidup
baru dalam harmoni dengan Tuhan, sesama dan alam ciptaan-Nya.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti ​133
Pembaharuan yang dimaksud adalah: hidup kudus di hadapan Allah dan
manusia, mengubah cara berpikir negatif menjadi berpikir positif, mengubah
semua sifat buruk yang ada dalam diri kita menjadi sifat baik dan bertanggung
jawab. Mengubah orang yang tidak percaya menjadi percaya kepada kasih
dan kekuasaan Allah. Kamu dapat membuat daftar berbagai sifat buruk yang
ada dalam dirimu dan diganti dengan berbagai sifat baik yang sesuai dengan
perintah Allah. Tindakan Allah sebagai pembaharu juga berarti Ia yang
mengambil inisiatif untuk mendatangi manusia dan membaharuinya.
B. Menjadi Manusia Baru
Apakah kamu semua telah dibaptis? Apakah kamu mengerti mengapa
kamu dibaptis?
Menurut Niftrik dan Boland, melalui baptisan, orang percaya telah dijadikan satu dengan
Kristus dalam kematian-Nya dan “manusia lama” telah dipakukan di kayu salib
agar manusia bangkit bersama-sama dengan Kristus sebagai ​“manusia baru”
(Roma 6:3). Sejajar dengan itu, 2 Korintus 5:17 menulis “Jadi siapa yang ada di
dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya
yang baru sudah datang”.
Menurut Niftrik dan Boland, kelahiran kembali memberikan kepastian
iman bahwa Kristus telah mati untuk menebus dosa manusia dan Kristus
telah dibangkitkan dari antara orang mati dan bersama-sama dengan Kristus,
semua orang percaya telah mati dan bangkit bersama Kristus menjadi manusia
baru yang dosanya telah diampuni. Kepastian ini penting bagi orang percaya
sehingga memberikan tanggung jawab untuk hidup sebagaimana layaknya
orang yang telah ditebus, diselamatkan dan dibaharui.
Bagaimana Allah membaharui kehidupan? Allah membaharui kehidupan
melalui Roh Kudus. Kelahiran kembali serta pembaharuan manusia adalah
pekerjaan Roh Kudus. Orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus
dikaruniakan Roh Kudus dan menjadi anak-anak Allah dan memanggil Allah
sebagai Bapa. Roh Kudus membuat manusia menjadi milik Allah di dalam Yesus
Kristus . Namun demikian, manusia terus berjuang melawan dirinya sendiri di
dalam keinginan “daging” yang takluk pada dosa. Jadi, karunia Roh Kudus tidak
membebaskan manusia dari penjajahan dosa yang disebabkan oleh keinginan
daging.
Rasul Paulus dapat dijadikan contoh dalam membahas mengenai “manusia
baru”. Semula, ia termasuk dalam kelompok orang yang menolak Tuhan Yesus
dan para pengikut-Nya. Ia selalu mencari para pengikut Yesus untuk dihukum
(Lihat Kisah Para Rasul 8:1b-3). Suatu ketika Saulus (nama Paulus sebelum
bertobat) menghadap Imam Besar dan meminta surat kuasa untuk dibawa ke
Damsyik supaya ia dapat menangkap tiap orang yang menjadi pengikut Yesus
untuk dibawa ke Yerusalem supaya dihukum. Dalam perjalanan ke Damsyik,
ada cahaya memancar dari langit mengelilinginya, kemudian ada suara yang
berkata: “ Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?”. Sauluspun
menyahut: “Siapakah Engkau Tuhan?”. Suara itu menjawab Saulus: “Akulah Yesus
yang kau aniaya itu. Tetapi sekarang, bangunlah dan pergilah ke kota dan Aku
akan memberitahukan apa yang harus kau perbuat”. Ketika suara itu hilang,
Sauluspun menjadi buta, ia tidak dapat melihat. Saulus menuruti perintah
itu, ia masuk ke kota Damsyik, ia tidak dapat melihat selama tiga hari. Tuhan
memerintahkan Ananias salah seorang pengikut-Nya untuk pergi menjumpai
Saulus. Mulanya Ananias takut karena reputasi buruk Saulus yang menganiaya
para pengikut Yesus. Namun, Tuhan meyakinkannya untuk pergi menjumpai
Saulus. Ananias menjumpai Saulus, menumpangkan tangan ke atas kepalanya
serta membaptisnya dalam nama Yesus, seketika itu juga Saulus dapat melihat
lagi. Saulus dipenuhi oleh Roh Kudus, namanya bukan lagi saulus melainkan
Paulus, hatinya berkobar-kobar oleh kuasa Roh dan ia memberitakan tentang
Tuhan Yesus tanpa rasa takut. Orang-orang yahudi yang mengetahui Paulus
telah menjadi pengikut Yesus, mereka mencari dan ingin membunuhnya
Kisah Para Rasul 9:1-31). Paulus menjadi salah seorang Rasul terkemuka yang
memberitakan Injil ke berbagai tempat, ia memberitakan Injil kepada orangorang
non Yahudi, ia dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus yang membaharui
hidupnya. Rasul Paulus mengalami “hidup baru” di dalam Yesus Kritus.
Dalam kaitannya dengan pembaharuan hidup, Rasul Paulus mengatakan
bahwa kalau hidup oleh Roh, maka kita tak akan menuruti keinginan daging
(bandingkan Galatia 5:16). Sebagai ganti perbuatan daging (Galatia 5:19-21),
maka kita akan menghasilkan buah Roh yakni “kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan
diri” (Galatia 5 :22-23). Sifat atau ciri-ciri ini adalah buah atau karya Roh Kudus
dalam kehidupan orang percaya. Walaupun demikian, kita harus mengatakan
bahwa karya Roh Kudus ini merupakan suatu proses yang tidak sekali jadi,
karena kita masih terus melawan kemanusiaan kita yang lama yang dikuasai
oleh keinginan daging. Orang percaya membutuhkan pembaharuan hidup
secara terus menerus karena setiap saat manusia dapat jatuh ke dalam dosa
dan karena itu membutuhkan pembaharuan.
Kita bertumbuh menjadi orang “beriman” karena karya pembaharuan-
Nya. Bacalah Kitab Kisah Para Rasul 2 dimana setelah khotbah Petrus banyak
orang menjadi percaya dan dibaptiskan. Mengacu pada Kitab 2 Korintus 5:17,
pembaharuan itu merupakan pembaharuan total mencakup sifat dan karakter
maupun kepercayaan kita kepada Allah. Menurut Niftrik dan Boland, manusia
yang percaya haruslah menunjukkan tanda-tanda hidup baru dalam seluruh
kehidupannya.
Makna Pembaharuan bagi Diri Saya
Galatia 5:22-23 yang menulis tentang hasil dari pekerjaan
Roh Kudus yang membaharui hidup orang percaya, kemudian tuliskan arti
pembaharuan bagi diri kamu:
Arti pembaharuan bagi diri saya adalah:
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
Berdasarkan buah Roh yang tertulis dalam Kitab Galatia 5:22-23, nilailah
dirimu sendiri. Apakah kamu telah mengalami pembaharuan hidup sebagai
hasil pekerjaan Roh Kudus sebagaimana tertulis dalam Kitab Galatia 5:22-23?
NO BUAH ROH
DIRI SAYA
tidak
pernah jarang seringkali selalu
1. Kasih
2. sukacita
3. Damai sejahtera
4. Kesabaran
5. Kemurahan
6. Kebaikan
7. Kesetiaan
8. Lemah lembut
9. Penguasaan diri
Bagaimana melakukan penilaian ini guru akan membimbingmu. Jika
hasil paling banyak adalah tidak pernah dan kadang-kadang, maka kamu
perlu berupaya untuk mewujudkan buah Roh dalam pikiran, perkataan
dan perbuatanmu. Banyak remaja pada masa kini menghadapi persoalan
menyangkut pengendalian diri, kemarahan, kekerasan dll. Kamu dapat
membaca di surat kabar maupun menonton televisi bagaimana remaja
mengekspresikan kemarahan dan kekecewaan dengan cara yang keliru.
Permusuhan antar individu yang merebak menjadi perkelahian diikuti
dengan kekerasan antar kelompok siswa maupun sekolah. Berbagai peristiwa
itu meninggalkan stigma negatif terhadap remaja sehingga muncul istilah
“kenakalan remaja” padahal tidak semua remaja seperti itu. Ada banyak remaja
yang melakukan hal-hal luar biasa menolong sesama dan menjuarai berbagai
lomba yang dilakukan oleh lembaga sekolah dan lembaga lainnya pada aras
nasional maupun internasional. Menghadapi berbagai tantangan yang ada,
kamu dapat membuktikan bahwa kamu adalah manusia baru dengan cara
menerapkan buah roh dalam kehidupan kamu.
Kamu dapat mengerjakannya di buku yang lain sehingga buku ini bisa
dipakai lagi oleh adikmu atau orang lain
Dampak dari Pembaharuan Allah bagi Orang Percaya
Dampak dari kepercayaan kepada Allah yang membaharui hidupmu melalui
Roh Kudus, yaitu:
a. Yakin bahwa Allah berkuasa atas hidupmu dan bahwa kekuasaan-Nya tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu. Kepercayaan ini melahirkan pengharapan
bahwa kamu pasti memiliki kehidupan yang lebih baik, mencakup kehidupan
sekarang maupun di masa depan.
berdoalah dengan sungguh-sungguh supaya Roh Kudus membimbing kamu untuk
mewujudkan perubahan yang kamu dambakan serta menghilangkan
semua yang lama yang harus kamu tinggalkan.
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
b. Kuasa Allah melalui Roh Kudus juga dapat memperbaharui cara berpikir
dan bertindak kamu yang lebih banyak mengacu pada keinginan daging
menjadi mengacu pada keinginan Roh Kudus sebagaimana tercantum
dalam buah Roh.
Dalam kaitannya dengan poin b di atas, apakah yang dapat kamu lakukan
sebagai remaja SMA
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
c. Kamu percaya bahwa Allah sedang bekerja dalam sejarah umat manusia.
Pekerjaan itu tidak hanya membaharui, namun mentransformasi dan
memulihkan semua hubungan yang telah rusak oleh dosa. Hubungan
antara manusia dengan Allah, manusia dengan sesama, dengan alam dan
lingkungan hidup. Khusus untuk hubungan antara manusia dengan alam,
hubungan yang tadinya telah dirusak oleh manusia yang bersifat serakah
mengeksploitasi dan merusak alam, kini dibaharui. Manusia dimungkinkan
untuk memiliki perspektif baru dalam memandang alam dan lingkungan
hidup. Yaitu, jika sebelumnya manusia cenderung merusak alam, kini
berkomitmen untuk memelihara alam lingkungan hidup.
Dalam kaitannya dengan poin c di atas, apakah yang dapat kamu lakukan
sebagai remaja SMA?
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
d. Kamu menjadi percaya bahwa manusia menjadi mitra Allah dalam mengubah
wajah dunia yang karut – marut oleh berbagai penindasan, kemiskinan dan
ketidakadilan menjadi dunia yang lebih berkeadilan, berani berkata benar
dan membela kebenaran, solider terhadap penderitaan orang lain dan
manusiawi.
Kamu adalah mitra Allah dalam mengubah wajah dunia menjadi lebih baik, sebagai
remaja SMA kelas X apa yang dapat kamu lakukan ?
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
Karya Allah dalam
Membaharui Kehidupan
Bahan Alkitab: ​Yohanes 3: 1-8; Yeremia 31:31-34, 2 Korintus 5:17
Memahami Makna Karya Allah dalam Membaharui
Kehidupan
Di kalangan remaja dan kaum muda sepertinya kata “change” atau
perubahan bukanlah merupakan kata yang asing. Kata tersebut sudah menjadi
ikon yang menandakan adanya tuntutan perubahan ke arah yang lebih baik.
​ akna pembaharuan dalam judul pelajaran
Berkaitan dengan istilah ​“change”, m
ini hampir sama karena mengandung unsur perubahan ke arah yang lebih
baik. Mengapa manusia membutuhkan pembaharuan? Bukankah manusia
telah diselamatkan oleh Allah melalui Yesus Kristus? Karena telah diselamatkan
oleh Allah melalui Yesus Kristus maka manusia harus mewujudkan hidup yang
baru. Menurut istilah Rasul Paulus orang beriman harus hidup menurut Roh
dan bukan menurut “daging”. Hidup menurut Roh artinya manusia memberi
diri untuk dipimpin oleh Roh. Jika kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh
berarti kamu hidup menurut ajaran Yesus yang ada dalam Alkitab, baik pikiran,
perkataan maupun perbuatan kamu hendaknya berpadanan dengan ajaran
Alkitab.
Arti dari percakapan antara Yesus dengan Nikodemus:
Untuk menjadi bagian dari anggota Kerajaan Allah manusia harus memasuki
suatu hubungan yang baru dengan Allah, bertobat dan memiliki hidup baru.
Melalui iman dan percaya kepada Allah di dalam Yesus Kristus, kamu menerima
karunia Roh yang mengubah hidupmu menjadi manusia yang berbeda dari
sebelumnya. Misalnya jika dulu kamu jarang berdoa dan membaca Alkitab,
maka sekarang kamu menjadikan doa dan membaca Alkitab sebagai kebiasaan
hidup kamu. Jika dulu kamu ingin bermusuhan dengan semua orang atau
teman, maka sekarang kamu lebih suka hidup dalam perdamaian dengan
sesama. Pada masa lalu kamu tidak suka menolong, kini kamu suka menolong
orang lain, jika sebelumnya kamu tidak suka belajar, maka kini kamu rajin belajar.
Pada masa lalu kamu suka melakukan kekerasan dan berbagai penyimpangan,
maka kini kamu menjadi orang yang lemah lembut dan melakukan hal-hal
baik dan benar. Dalam kaitannya dengan alam, kamu memiliki pemahaman
yang baru mengenai alam bahwa alam adalah ciptaan Allah yang harus
dijaga dan dipelihara, manusia membutuhkan alam bagi keberlangsungan
hidupnya dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga dan merawatnya.
Tindakan manusia yang mengeksploitasi, merusak serta menghancurkan alam
merupakan tindakan yang tidak menghargai ciptaan Allah dan secara tidak
langsung menghancurkan kehidupan manusia yang bergantung pada alam.
Di masa lalu, pemahaman terhadap pembaharuan hidup cenderung lebih
dikaitkan dengan manusia semata-mata terutama pada kehidupan spiritual.
Padahal pembaharuan hidup mencakup keutuhan seluruh ciptaan termasuk
alam semesta tempat manusia hidup dan bertumbuh. Pembaharuan hidup
tidak hanya menyangkut kehidupan spiritual semata-mata namun kehidupan
manusia secara utuh. Manusia sebagai makhluk ciptaan yang telah diselamatkan
dan dibaharui adalah manusia yang utuh.
Mungkin kamu bertanya, bukankah Tuhan Yesus sudah menyelamatkan
manusia dan melalui keselamatan itu, manusia memperoleh pembaharuan
hidup? Mengapa manusia harus dilahirkan kembali? Yesus memang telah
menyelamatkan manusia dari hukuman dosa, justru karena manusia telah
diselamatkan karena itu tiap orang percaya perlu menanggapi keselamatan itu
melalui pertobatan dan hidup baru. Setiap hari manusia berhadapan dengan
berbagai godaan dan tantangan, setiap kali kita jatuh ke dalam dosa kita
membutuhkan pertobatan dan pembaharuan hidup.

Hidup Baru Artinya Melakukan Kehendak Allah


dalam Hidup
Apakah mungkin seorang remaja SMA kelas X dapat melakukan kehendak
Allah dalam hidupnya?
Kitab Roma 12:2 menulis : ” Berubahlah oleh pembaharuan budimu”,
pembaharuan budi merupakan karya Roh Kudus yang dianugerahkan pada tiap
orang percaya. Memang kita telah ditebus oleh Yesus Kristus namun manusia
terus berjuang untuk melawan keinginan daging yang berlawanan dengan
keinginan roh sebagaimana tercantum dalam buah Roh (Galatia 5:22-23).
Pertama​, kehendak Allah dinyatakan di dalam Alkitab. Menurut Kitab 2
Timotius 3:16, tulisan yang diilhamkan Allah bermanfaat untuk mengajar,
menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik orang dalam
kebenaran. Dalam rangka memahami dan menerima apa yang diperintahkan
Allah dalam Alkitab, tiap orang percaya membutuhkan pembaharuan akal budi.
Tanpa akal budi yang diperbaharui, sulit bagi kita untuk memahami perintah
Allah yang ada dalam Alkitab. Bayangkan, ada banyak pernyataan yang begitu
keras menyangkut perintah Allah yang merupakan kehendak-Nya. Misalnya,
mengenai penyangkalan diri, kasih, mengasihi musuh, kesucian, jangan
menghakimi sesama, juallah segala hartamu dan berikan pada orang miskin
dll. Menurutmu, dari semua perintah itu, manakah yang paling berat bagimu?
Kedua​, bagaimana menerapkan kebenaran Alkitab pada situasi-situasi
baru yang mungkin atau tidak mungkin dibahas secara jelas dalam Alkitab.
Alkitab tidak memberi tahu kita siapa yang layak menjadi teman, sahabat,
bagaimana belajar dengan baik, bagaimana mewaspadai pornografi dan
penggunaan alat komunikasi secara bijak, bagaimana memanfaatkan media
sosial seperti face book, twitter dll, bagaimana caranya menghindari tekanan
dari teman-teman bahkan menghadapi kekerasan? Alkitab mengajarkan
banyak prinsip dasar yang dapat kita gunakan dalam menghadapi tiap situasi
terutama dalam memutuskan apa yang akan kita lakukan. Pada kondisi inilah,
kamu membutuhkan pembaharuan akal budi yang mencakup intelektual dan
hati nurani, sehingga kamu mampu memahami perintah Allah dalam Alkitab
dan menerapkannya dalam hidupmu sebagai remaja. Oleh karena itu, amat
berguna jika kamu setia beribadah maupun melakukan kegiatan kerohanian
seperti kelompok pemahaman Alkitab dll sehingga dalam persekutuan kamu
dibantu untuk memahami secara lebih mendalam mengenai apa yang Allah
kehendaki untuk kamu perbuat dalam hidupmu.
Ketiga​, sediakan waktu yang berkualitas untuk merenungkan Firman
Tuhan yang tertulis dalam Alkitab. Melalui perenungan yang mendalam, tiap
orang percaya memiliki kesempatan untuk lebih memahami perintah Tuhan
baginya. Dengan demikian, mereka mampu menerapkannya dalam kehidupan.
Perenungan itu juga memotivasi kamu supaya merenungkan tiap keputusan,
kata dan tindakan yang hendak kamu lakukan.
Menerapkan hidup baru dengan cara pandang yang baru terhadap alam.
Pelajari dua buah gambar di bawah ini dan kemukakan apa tindakan yang
dapat kamu lakukan terhadap kondisi alam yang seperti itu. Sebagai manusia
yang telah mengalami pembaharuan budi, bagaimana kamu menilai dua buah
gambar ini terutama dalam kaitannya dengan Allah sebagai pembaharu hidup
manusia dan alam?
Allah Membaharui Alam
Karya pembaharuan Allah tidak hanya mengubah cara pandang manusia
dan perilakunya terhadap alam, namun membaharui alam itu sendiri. Berbagai
peristiwa berupa bencana alam maupun bencana yang disebabkan karena
perbuatan manusia terhadap alam tidak dapat menghentikan karya Allah
dalam membaharui alam. Allah sang Pencipta mengasihi seluruh ciptaanNya
sehingga Ia memelihara ciptaan itu secara terus menerus, berkelanjutan
melalui proses reproduksi dan proses keharmonisan hidup mahluk-mahluk
ciptaan Allah.
Dalam janji penyelamatan Allah, alam termasuk dalam janji penyelamatan
itu. Ingatkah kamu akan cerita Nuh di mana alam dibaharui menjadi benarbenar
baru begitu pula tumbuhan dan hewan yang hidup di dalamnya. Allah
mengasihi ciptaanNya dan karena itu Ia memelihara, menyelamatkan serta
membaharui alam. Kenyataan ini janganlah dijadikan alasan untuk mengelak
dari tanggungjawab memelihara serta melestarikan alam. Sebaliknya kenyataan
bahwa Allah juga mengasihi alam dapat dijadikan titik berangkat bagi kamu
untuk membangun kesadaran terhadap pemeliharaan dan pelestarian
Remaja Kristen
sebagai Pelopor Pembaruan
Bahan Alkitab: ​Matius 5:13, Matius 5:14-15, Nehemia 2:1-20
Makna sebagai Pembaharu
Kamu pernah mendengar banyak cerita mengenai tokoh-tokoh dunia
maupun di Indonesia yang berperan dalam berbagai bidang kehidupan
dimana pekerjaan dan pelayanan mereka memberikan dampak sekaligus
memotivasi banyak orang dalam kehidupan ini. Ada satu jaringan televisi
nasional yang pada setiap minggu menayangkan Kick Andy yang merupakan
acara televisi yang digemari oleh banyak orang. Acara itu selalu menampilkan
cerita mengenai orang-orang yang melakukan sesuatu yang positif yang
umumnya mempengaruhi kehidupan orang lain dan banyak orang.
1.Tulislah refleksi/renungan singkat 1 halaman mengenai menjadi
motivator, pelopor bagi kehdupan manusia dan alam. Kumpulkan
tugasmu untuk dinilai oleh guru.
Belajar dari Alkitab: Nehemia Membangun Kembali
Tembok Kota Yerusalem
Dalam cerita Alkitab, Nehemia dikenal sebagai seorang nabi yang
membangun kembali tembok kota Yerusalem serta memotivasi umat Israel
untuk memiliki pengharapan akan masa depan. Nehemia berada dalam
pembuangan bersama bangsa Israel lainnya. Ia menjadi juru minum raja, pada
zaman itu menjadi juru minum raja berarti menjadi orang kepercayaan raja dan
dengan sendirinya memiliki relasi yang dekat dengan raja. Nehemia mendengar
kisah tentang runtuhnya tembok Yerusalem sehingga menimbulkan suatu
kehinaan bagi bangsanya. Nehemia yang berada pada posisi terhormat dan
‘enak’ (sebagai juru minuman raja) rela meninggalkan kedudukannya untuk
berjuang dan membangun kembali tembok Yerusalem ini. Dengan bergantung
kepada Tuhan, ia akhirnya bisa membangun kembali tembok Yerusalem dalam
waktu yang tidak terlalu lama.
Pembangunan kembali tembok Yerusalem memiliki makna yang strategis
bagi penyatuan kembali Israel sebagai satu bangsa yang telah terserak dalam
pembuangan, sekaligus menggalang kekuatan serta pengharapan akan
perubahan hidup yang lebih baik. Pada lain pihak, Yerusalem merupakan
kota penting dimana orang-orang datang berkumpul dan beribadah di sana.
Neremia menghadapi tantangan berat ketika akan melaksanakan niat baiknya
itu, bahkan dukungan dari bangsa Israel, bangsanya sendiri amat minim,
sedangkan dukungan utama diperolehnya dari Raja Artahsasta yang adalah
orang asing.
Peran remaja Kristen sebagai pembaharu kehidupan dapat mengacu
pada ajaran Yesus mengenai menjadi garam dan terang kehidupan. Melalui
perumpamaan ini, Yesus ingin para pengikutnya membawa misi perubahan
bagi dunia. Menjadi pengikut Yesus tidak hanya atribut semata melainkan
harus dinampakkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menjadi Garam dan Terang kehidupan
Menjadi Garam Kehidupan
Salah satu fungsi garam yang utama bukan hanya mengasinkan makanan
namun mencegah “kebusukan” karena garam berfugnsi mengawetkan daging
supaya tidak menjadi busuk dan rusak. Dalam Injil Matius 5:13 dikatakan:
“ Kamu adalah garam dunia” jika garam itu menjadi tawar dengan apakah
diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Garam
merupakan sarana pengawet daging, buah dan sayur agar tidak membusuk
maka diawetkan dengan garam. Oleh karena itu garam digambarkan seperti
jiwa yang dimasukkan dalam tubuh yang mati supaya menjadi hidup ! Orang
Kristen yang berada di tengah dunia dintuntut untuk berperan menjadi
pengawet yang mencegah kehancuran dari segala pembusukan norma dan
moral dalam masyarakat. Yesus menggunakan garam sebagai kiasan untuk
menggambarkan peran orang beriman dalam kehidupan. Garam adalah zat
yang amat dibutuhkan oleh manusia dan dikenal oleh manusia dari berbagai
kalangan. Karena itu, kiasan ini dapat dipahami dengan mudah oleh setiap orang.
Menjadi garam kehidupan berarti berperan aktif sebagai pembawa perubahan
bagi orang lain atau menjadi agen perubahan sekaligus turut mempengaruhi
orang lain untuk tidak melakukan tindakan yang menyimpang dari norma,
etika dan moral dalam masyarakat. Misalnya, kebiasaan menyontek, merokok,
penggunaan obat terlarang, tidak toleran terhadap sesama, bolos sekolah,
tawuran, tidak peduli terhadap kebersihan dan keselamatan lingkungan dan
alam serta berbagai perbuatan menyimpang lainnya.
Menjadi garam kehidupan berarti turut memberi warna bagi kehidupan di
sekitarnya. Contoh: makanan tanpa garam akan menjadi hambar, sikap orang
Kristen berpadanan dengan fungsi garam tersebut yaitu menyedapkan dan
memberi cita rasa dalam kehidupan. Orang Kristen memberi makna baru
kepada kehidupan manusia yang penuh ketegangan, tidak ada sukacita,
permusuhan, fitnah, dengki. Dalam situasi seperti itu, orang Kristen bisa
memberi warna ketenangan, sukacita, solidaritas, cinta kasih dan damai
sejahtera. Jadi, sebagai garam dunia, kamu dapat menunjukkan kepada dunia
di sekita dengan menjadi berkat dalam perkataan, tindakan dan perbuatan
yang memberikan dampak positif dimana saja kamu berada.
Menjadi Terang Kehidupan
Matius 5 : 14-15 , “ Kamu adalah terang dunia, kota yang terletak di atas
gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagi pula orang tidak menyalakan
pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian
sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu”.
Terang akan menyinari semua sudut ruangan. Terang itu menyinari semua
sudut kehidupan yang gelap. Terang itu terlihat dengan jelas dan memberi
dampak positif bagi segala sesuatu yang berada di sekitarnya. Sikap dan
perbuatan sebagai pengikut Kristus tidak bisa dilihat hanya di dalam Gereja
saja dengan segala bentuk ibadah dan kegiatan gerejawi, namun kamu perlu
melakukan karya nyata bagi sesama manusia dan alam.
Terang yang bercahaya biasanya membimbing orang untuk mencapai
tujuan, sekaligus menunjukkan jalan bagi mereka yang tersesat, menjadi
penolong bagi mereka yang berada dalam kegelapan. Jika kamu adalah terang
dunia, maka seluruh pikiran, perkataan serta perbuatan kamu merupakan
contoh bagi orang lain disekitar kamu. Tutur kata yang sopan, santun dan
lemah lembut, pikiran positif terhadap orang lain, solidaritas terhadap sesama
tanpa memandang berbagai perbedaan suku, budaya, daerah, agama maupun
status sosial, inisiatif kamu menjaga alam dan lingkungan hidup dapat dijadikan
contoh dan teladan yang baik bagi orang lain.
Indikator Sebagai Pembaharu Kehidupan Manusia dan
Alam
Setelah mempelajari kisah nabi Nehemia dan penjelasan tentang bagaimana
menjadi garam dan terang kehidupan, kamu diminta menuliskan indikator atau
tanda-tanda sebagai pembaharu kehidupan dan apakah kamu memiliki tandatanda
itu ataukah belum? Jika belum, apa rencana atau tindakan kamu dalam
rangka membentuk serta mewujudkan diri sebagai pembaharu kehidupan
bagi sesama dan alam. Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa kamu
tidak harus menunggu sampai menjadi orang terkenal ataupun tokoh yang
dikenal barulah menjadi pembaharu. Kamu dapat memulainya dari hal-hal
kecil. Misalnya, menolong orang lain dengan tulus, bersikap jujur, memiliki
kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah
menurut jenisnya, menanam serta memelihara tanaman, mematikan lampu
jika tidak dibutuhkan, mencabut staker listrik jika tidak dibutuhkan dll.
Indikator sebagai pembaharu kehidupan manusia dan alam adalah
sebagai berikut:
1……………………………..………………………………………….
2……………………………...…………………………………………
3……………………………...…………………………………………
4……………………………….………………………………………..
Jawaban dan tulisan mengenai apa yang dapat kamu lakukan supaya
mewujudkan diri sebagai pembaharu kehidupan manusia dan alam dapat
kamu tulis di kertas lain. Jika kamu menuliskannya di buku ini, adik kamu
ataupun orang lain tidak dapat menggunakan buku ini.
Buatlah poster berupa ajakan bagi remaja Kristen untuk bersedia menjadi
pembaharu kehidupan dan alam. Poster dapat dibuat di atas kain atau karton.
Di daerah dimana sulit untuk memperoleh karton atau kain, kamu dapat
menuliskannya di kertas HVS biasa, koran bekas dll. Kumpulkan untuk dinilai
oleh guru dan kamu saling menilai hasil karya masing-masing.

KELAS XI-BSE 
T​uhan Pedoman
Kehidupan Keluargaku
Bahan Alkitab: Kejadian 2:24,
1 Korintus 11:3, Yohanes 2:1-11
Bab
I
Tuhan Pedoman Kehidupan Keluargaku
1. ​Pengertian Keluarga
Kegiatan 1
Materi
Banyak defenisi yang berbeda tentang keluarga. Meskipun demikian,
terdapat kesamaan dalam rumusan yang berbeda tersebut dan merupakan
ciri-ciri pokok, yakni:
a. Keluarga merupakan kelompok atau persekutuan sosial yang paling kecil.
b. Keluarga terbentuk apabila ada ikatan darah, perkawinan atau adopsi.
c. Keluarga merupakan suatu persekutuan yang berawal dari dua orang yang berbeda jenis kelamin.
Dalam masyarakat dapat ditemukan bahwa keluarga terdiri atas dua
bentuk, yaitu keluarga batih dan keluarga besar.
a. Keluarga batih (​nuclear family, conjugal family, basic family​), yaitu
kelompok yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga besar (​extended family, consanguine family​), yaitu keluarga batih
ditambah kerabat lain yang memiliki hubungan erat (hubungan darah)
dan senantiasa dipertahankan, misalnya kakek, nenek, paman, bibi,
sepupu, kemenakan, dan sebagainya.
2. ​Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis yang berkaitan dengan pemenuhan yang bersifat biologi,
misalnya makan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, serta memelihara
dan merawat anggota keluarga secara fisik.
b. Fungsi sosialisasi yang berhubungan dengan pembentukan kepribadian anak.
c. Fungsi afeksi yang berhubungan dengan kasih sayang, keintiman, perhatian
dan rasa aman yang tercipta dalam keluarga.
d. Fungsi edukatif yang berkaitan dengan mendidik anak dan menyekolahkan
anak.
e. Fungsi religius yang mendorong dikembangkannya anggota keluarga menjadi
insan-insan agama yang penuh ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Gambar 1.3 Kebaktian keluarga: sangat penting dan mengembangkanberbagai aspek
kehidupan Kristiani.
f. Fungsi protektif yang memberikan tempat yang nyaman bagi anggota keluarga
dan memberikan perlindungan secara fisik, ekonomis maupun psikologis.
g. Fungsi rekreatif dengan tujuan untuk mencari hiburan, memberikan suasana
yang segar dan gembira dalam lingkungan keluarga.
h. Fungsi ekonomis yang berkaitan dengan orang tua yang mencari sumbersumber
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan pengaturan
penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
i. Fungsi status sosial yakni kedudukan atau status yang diwariskan kepada anakanaknya.
Selain fungsi keluarga yang sudah diuraikan di atas, menurut iman Kristen
keluarga yang dipaparkan dalam Alkitab adalah:
a. Sebagai teman sekerja Allah dalam mengelola alam semesta dan segala isinya
(Kejadian 1:28). Setiap manusia, termasuk keluarga bertanggung jawab untuk
menjaga kelestarian alam, misalnya dengan memanfaatkan hasil alam untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan secukupnya, menjaga kebersihan dan
keindahan alam, ramah terhadap lingkungan, dan sebagainya.
b. Sebagai lembaga pendidik utama dan pertama (Ulangan 6:4-9). Yang
pertama berarti belum ada lembaga lain yang dapat mendahului
peran keluarga dalam pendidikan. Yang utama berarti belum ada lembaga
lain yang mengungguli perannya dalam pendidikan. Dengan kata lain,
keluarga menjadi lingkungan dasar penerapan nilai-nilai kehidupan
sesuai dengan ajaran Kritiani.
c. Sebagai wadah kepada semua anggota keluarga dalam mengekspresikan kasih,
kesetiaan dan sikap saling menghormati (Efesus 5:22-23; 6:1-3). Setiap anggota
keluarga menciptakan lingkungan dalam keluarga yang harmonis dengan
menghayati dan melakukan ajaran-ajaran Kristiani sehingga dapat terpancar
dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas.
3. ​Peran Allah dalam Kehidupan Keluarga
Tuhan adalah Oknum pembentuk sebuah keluarga. Tuhan menciptakan manusia
sepasang yakni laki-laki dan perempuan (Kejadian 2:21-25). Manusia diciptakan
berbeda tetapi satu kesatuan. Artinya, manusia diciptakan dalam dua jenis kelamin.
Dalam perbedaan itu manusia menjadi satu persekutuan yang luar biasa karenasaling membutuhkan,
saling mendukung,saling melengkapi. Tuhan memberikan daya
tarik yang luar biasa dalam diri sebagai laki-laki dan perempuan sehingga mempunyai rasa suka yang
membuat mereka bertemu dan mengikat diri. Itulah cikal bakal manusia membangun keluarga.
Terdapat tiga landasan dalam membangun keluarga Kristen atau pernikahan Kristen
menurut firman Allah yang terdapat dalam Kejadian 2:24.
Diskusikan dengan teman di samping kamu dan berikan pendapat kalian mengenai
tiga dasar keluarga Kristen berdasarkan teks Alkitab tersebut!
1. Meninggalkan ayah dan ibunya
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
2. Bersatu dengan suami atau istrinya
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
3. Keduanya menjadi satu daging
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Tahukah kamu mengapa keluarga sangat membutuhkan Tuhan dalam
kehidupan mereka? Tuhan Yesus secara pribadi sangat mengasihi keluarga dan
menyatakan diri sebagai Juruselamat pada pernikahan di Kana (Yohanes 2:1-
11). Tuhan Yesus juga akan menolong keluarga Kristen pada masa kini termasuk
keluarga kamu di dalam segala kesukaran, masalah, kekurangan dan dosa-dosa.
Hal ini merupakan rahasia ajaib bagi keluarga Kristen, yaitu bahwa kehidupan
keluarga Kristen akan selalu tertolong oleh suatu kesetiaan yang luar biasa, dan
oleh suatu anugerah yang tidak dapat kita pahami.
Rasul Paulus menyebutkan bahwa keluarga Kristen harus hidup dengan
menjadikan Kristus sebagai kepala keluarga (1 Korintus 11:3). Apa artinya?
Menjadikan Kristus sebagai kepala keluarga artinya menjadikan Kristus sebagai
pedoman kehidupan dan menjadikan seluruh ajaran Tuhan Yesus sebagai acuan
dan teladan hidup berkeluarga.
Jika Tuhan diutamakan, maka sukacita, kekuatan, kemenangan dan penghiburan
akan tinggal diam dalam keluarga. Kita perlu belajar dari kehidupan keluarga
Kristiani jemaat perdana yang setiap hari sangat tekun dalam doa dan usaha untuk
mempertautkan diri dengan Tuhan Yesus dalam Kisah para Rasul 2:46-47. Mereka
selalu berkumpul bersama untuk berdoa dan merayakan perjamuan.
Nilai dan ajaran kristiani yang ditanam dalam kehidupan keluarga akan
terpancar keluar sehingga merangkul keluarga yang lain untuk tumbuh bersama,
dikuatkan serta diteguhkan oleh Tuhan untuk berani ‘tampil beda’ dan siap
menjadi saksi Kristus di tengah masyarakat dimana kita hidup.
Allah dan Keluargaku
Anak mempunyai dua dimensi kehidupan yang sedang dan akan dijalani.
Tahukah kamu apa sajakah itu? Di satu sisi, anak yang berkembang menjadi remaja
berada dalam posisi sebagai salah satu anggota keluarga. Di sisi yang lain, kelak
ia akan membentuk keluarga baru pada masa yang akan datang. Oleh karena itu,
kamu perlu disiapkan sejak dini melalui berbagai pengalaman yang diturunkan
dalam keluarga kamu.
Sadarkah kamu bahwa keadaan keluarga pada masa kini di lingkungan tempat
kita berada terdapat banyak masalah dan pergumulan yang dihadapi? Angka
perceraian yang terus meningkat, banyaknya kasus perselingkuhan, banyaknya
anak dan remaja yang terjerumus dalam jebakan narkoba dan minuman keras
karena sendi-sendi keluarga kristiani yang hancur, dan sebagainya.
Berkaitan dengan hal tersebut, keluarga Kristen pada masa kini perlu menyadari
peranannya dengan cara merefleksikan nilai-nilai kehidupan, baik secara biblis
maupun teologis sehingga menjadi perpanjangan peranan Allah dalam kehidupan
keluarga Kristen secara utuh.
a. Keluarga sebagai pusat pembentukan kehidupan rohani. Dari keluarga kita
mempelajari pola-pola hubungan akrab dengan orang lain, nilai-nilai, ide dan
perilaku yang juga didukung oleh sekolah, gereja dan kelompok masyarakat
lain yang berperan membentuk jati diri dan kehidupan rohani.
b. Keluarga sebagai tempat bernaung kudus. Maksudnya adalah keluarga
merupakan tempat penerimaan, pembinaan, pertumbuhan yang
memberdayakan anggota-anggota keluarga untuk berperan serta dalam
tindakan kasih dan penyelamatan Allah yang terus berlanjut.
c. Keluarga yang mencerminkan kasih Allah secara holistik baik fisik, mental/
emosional, sosial, spiritual/rohani kepada para anggotanya.
d. Keluarga sebagai pencerita yang menceritakan karya-karya Allah di dalam
keluarga sebagai kabar kesukaan.
5. ​Melibatkan Tuhan dalam kehidupan Keluarga
Dalam keluarga Kristen, ada hal yang khas berkaitan dengan peran Tuhan dalam
keluarga. Peran Tuhan melingkupi seluruh aspek kehidupan keluarga maupun
pribadi yang meliputi kebutuhan keluarga akan berkat Tuhan, pengampunan serta
pembaharuan oleh Tuhan.
a. ​Berkat Tuhan
Pengertian berkat Tuhan cakupannya sangat luas, bukan hanya sekedar uang
atau hal material lainnya. Berkat Tuhan juga meliputi kesehatan, sukacita,
damai sejahtera, kemenangan, umur panjang, kebahagiaan, dan sebagainya.
Berkat Tuhan dibutuhkan keluarga sebagai bagian dari penyertaan Tuhan
seperti yang dijanjikan dalam Alkitab kepada orang-orang yang berkenan
kepada-Nya, misalnya Abraham yang diberkati Tuhan dalam segala hal
(Kejadian 24:1), Obed-Edom beserta keluarganya diberkati Tuhan karena
membiarkan tabut Tuhan tinggal dalam rumah mereka (2 Samuel 6:11). Berkat
Tuhan juga akan diterima oleh keluarga Kristen pada masa kini yang tetap setia
berpedoman dan berpegang kepada Tuhan, seperti ucapan berkat yang ditulis
dalam Bilangan 6:24-26.
b. ​Pengampunan Tuhan
Tak seorangpun yang hidupnya sempurna di dunia ini. Kita berbuat dosa
di dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan. Tahukah kamu, karena
dosa-dosa kita itu Tuhan Yesus dihukum sampai mati di atas kayu salib?
KematianNya merupakan tanda kasih yang sangat besar kepada umat manusia
sebagai Tuhan Yang Maha Pengampun (Efesus 1:7). Seperti Tuhan yang
mengampuni, kita sebagai orang Kristen harus bisa mengampuni orang yang
bersalah kepada kita. Pengampunan adalah sesuatu yang sangat indah, karena
selalu membawa kedamaian, keharmonisan, menumbuhkan persekutuan dan
hubungan yang baik dengan sesama, sehingga pengampunan ini menjadi salah
satu kekhasan keluarga Kristen yang menjadikan Tuhan sebagai pedoman
kehidupan keluarga. Bisa dibayangkan jika dalam kehidupan keluarga Kristen,
baik antara orang tua dengan anak, maupun antara anak-anak tidak bisa saling
mengampuni dan memaafkan, maka yang tumbuh dalam kehidupan keluarga
adalah rasa kepahitan, ketidakharmonisan, kebencian yang sama sekali tidak
menunjukkan kehadiran Tuhan.
c. ​Pembaharuan oleh Tuhan
Pembaharuan oleh Tuhan sering disebut juga dalam kekristenan sebagai ‘hidup
baru’. Artinya, manusia memulai kehidupan yang lebih baik dan berarti di
dalam Kristus. Kristus masuk dan berdiam dalam kehidupan manusia yang
baru, yang tidak sama dengan kehidupannya yang lama. Pembaharuan oleh
Tuhan dalam keluarga kita akan dirasakan dalam arah dan tujuan kehidupan
keluarga yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Orientasi
keluarga bukan hanya kepada kehidupan keluarga sendiri, tetapi berpusat hanya
kepada Kristus. Seperti dalam Efesus 4:17-20, kehidupan yang diperbaharui
oleh Tuhan bukan lagi kehidupan dengan pikiran yang sia-sia, hidup dalam
persekutuan yang jauh dari Allah, hidup dalam kedegilan hati, melainkan
kehidupan yang mengerti siapa Allah dan apa yang menjadi kehendakNya
dalam hidup keluarga kita.
Oleh karena itu, dalam kerendahan hati datanglah kepada Tuhan bersama
dengan keluarga kamu, mohon Tuhan berkenan hadir dan membaharui kehidupan
pribadi dan keluarga setiap hari. Dengan demikian, Tuhan yang menjadi pedoman
kehidupan keluarga akan memberi sukacita dan damai sejahtera, sehingga keluarga
kamu menjadi berkat dan kesaksian bagi sesama kita.
Bab II
Keluarga
Pusat Utama Pendidikan
Bacaan Alkitab: Ulangan 6:4-9,
2 Timotius 1:3-10
Pada pelajaran sebelumnya, kamu telah belajar tentang Tuhan pedoman kehidupan
keluargaku. Ketika Tuhan menjadi pedoman keluarga, berarti anggota keluarga harus
melakukan peran dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan kehendak
Tuhan.
Uraian Materi
1. ​Pengertian Pendidikan
Peranan keluarga (orang tua) tidak hanya sebatas melahirkan, memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan, tetapi juga memberikan pendidikan yang baik bagi anakanak.
Tugas orang tua sebagai pendidik berakar dari panggilan sebagai suami istri untuk
berpartisipasi dalam tugas penciptaan Tuhan. Karena itu sangat penting bagi
orang tua untuk menciptakan lingkungan keluarga yang dipenuhi oleh kasih
sayang terhadap sesama dan Tuhan Allah sehingga menunjang perkembangan
pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai Kristen.
Keluarga Kristen tentu harus memberikan pendidikan Kristen kepada anggota
keluarga, yakni pendidikan yang bercorak, berdasar dan berorientasi pada nilainilai
kristiani. Selain itu juga mengupayakan perubahan, pembaharuan anggota
keluarga secara pribadi, maupun bersama oleh kuasa Roh Kudus sehingga keluarga
hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam Alkitab.
Pendidikan secara kristiani memanggil setiap anggota keluarga untuk meneladani
Yesus sebagai Guru Agung yang menjadi teladan bagi pengikutNya, agar memiliki
pemahaman serta relasi yang benar, mendalam dan pribadi dengan Tuhan Yesus
Kristus.
Peran keluarga dalam proses sosialisasi
Apakah kamu memiliki saudara yang masih bayi? Jika kamu perhatikan, seorang
bayi yang lahir ke dunia merupakan satu makhluk hidup kecil yang penuh dengan
kebutuhan fisik dan masih sangat bergantung kepada orang tuanya. Ia lahir ke dunia
dalam keadaan tidak mengetahui apaapa.
Selanjutnya dia perlu banyak belajar tentang segala sesuatu agar kehidupannya menjadi lebih maju,
misalnya mempelajari sikap, nilai, norma yang berlaku dalam komunitas
dimana ia berada. Proses inilah yang disebut sosialisasi.
Sosialisasi merupakan proses belajar seseorang, di mana orang tua, persekutuan,
atau masyarakat meneruskan pengetahuan, kebiasaan, maupun nilai-nilai dalam
lingkungannya. Proses sosialisasi ini mempunyai peranan yang sangat penting
karena sangat membantu dalam pembentukan kepribadian seseorang, termasuk
dalam membentuk identitas iman Kristen.
Di dalam keluarga, proses sosialisasi dilakukan dengan memberikan pengajaran
melalui jalan memberi contoh dan menirukan, maupun melalui pemberian model
bagi anak.
Peran keluarga dalam proses edukasi
Dalam proses pendewasaan seseorang secara holistik, proses sosialisasi saja
tidak cukup. Proses sosialiasi berbeda dengan proses edukasi dalam keluarga.
Dibutuhkan proses edukasi yaitu pendidikan yang diberikan secara sengaja,
terencana dan terstruktur agar tercipta individu yang kritis dalam menyikapi
dampak sosialisasi yang ada, termasuk dalam membawa orang kepada kedewasaan
iman. Dewasa ini tanggung jawab keluarga untuk mendidik anak sebagian besar
atau bahkan mungkin seluruhnya telah diambil alih oleh lembaga pendidikan lain,
misalnya sekolah dan gereja. Keluarga cenderung sibuk dengan tanggung jawab
lain, sehingga melupakan perannya utamanya sebagai pendidik pertama bagi
anak-anak, dan merasa cukup dengan memberikan tanggung jawab pendidikan
anak-anak kepada pihak lain (sekolah, pembantu, lembaga tertentu). Apakah
benar demikian?
Pengawasan dari orang tua terhadap anak mulai melemah, padahal peran orang
tua menjadi sangat penting terutama dalam proses pengawasan dan pengendalian
tersebut. Dalam tahap ini orang tua mulai berperan sebagai ​agent of social control
(agen kontrol sosial) terhadap anak-anaknya, sehingga nilai-nilai kehidupan yang
dijalani tidak bertentangan dengan nilai-nilai kristiani yang ditanamkan sejak kecil.
Nilai kristiani yang menonjol adalah kasih, keadilan, kesetaraan, pengampunan,
penebusan, penyelamatan oleh Allah, pertobatan, mengasihi Tuhan dengan
segenap hati, serta mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri.
Relasi Bermakna
Antara Keluarga,
Gereja, dan Sekolahku
Bacaan Alkitab: Efesus 4:11-15,
Ulangan 6:7-9
Bab III
B. Pendidikan Anak
Tri Pusat Pendidikan
Kegiatan 2
Materi
Tahukan kamu bahwa seluruh pendidikan manusia dapat berlangsung dalam tri
pusat pendidikan? Apa sajakah itu?
a. ​Pendidikan dalam konteks keluarga
Dalam konteks ini kamu berinteraksi dengan orang tua dan anggota keluarga
yang lain, sehingga memperoleh pendidikan informal terutama melalui proses
sosialisasi dan edukasi berupa pembiasaan atau ​habbit formations​.
b. ​Pendidikan dalam konteks gereja
Di sini kamu berinteraksi dengan seluruh anggota gereja yang berbeda secara
umur, tingkat sosial, maupun budaya. Kamu memperoleh pendidikan non
formal atau pendidikan di luar sekolah yang berupa berbagai pengalaman
hidup. Agar gereja dapat melakukan eksistensinya, maka seharusnya generasi
muda (anak, remaja, pemuda) perlu mendapat warisan atau penerusan baik
nilai-nilai, sikap, pengetahuan, ketrampilan dan bentuk kelakuan lainnya
sesuai dengan dasar-dasar kristiani. Oleh karena itu kamu perlu terlibat dan
menjadi aktifis gereja agar dapat mengembangkan kepribadian kamu secara
sehat secara kristiani.
c. ​Pendidikan dalam konteks sekolah
Dalam konteks sekolah, kamu memperoleh pendidikan formal. Artinya terprogram
dan terjabarkan dengan tetap yang berupa pengetahuan, nilai-nilai, ketrampilan,
maupun sikap terhadap mata pelajaran. Kamu berinteraksi dengan lingkungan yang
lebih luas bersama teman sebayanya. Aspek-aspek
penting yang mempengaruhi perkembangan kamu di sekolah dapat berupa bahan-bahan pengajaran,
teman dan sahabat peserta didik, guru serta para pegawai.
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran peserta
didik di bawah pengawasan guru. Sekolah berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban anak bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah juga
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, peserta didik di
dalam kehidupannya harus tetap berakar dan berpusat pada pribadi Tuhan
Yesus, yang digerakkan oleh Roh Kudus. Tuhan Yesus di dalam PAK dikenal
sebagai Tuhan, Juruselamat dan Guru Agung yang tidak hanya memperkenalkan
siapa Allah yang sesungguhnya, tetapi juga memberikan teladan kehidupan
bagi para murid-muridNya, termasuk kita pada saat ini.
3. ​Relasi antara Sekolah dan Keluarga
Apakah sekolah dan keluarga mempunyai relasi dalam mendidik anak dan
remaja? Bagaimanakah seharusnya relasi antara sekolah dengan keluarga?
Sekolah merupakan pihak sekunder dalam pendidikan anak dan remaja, sebab
pihak primer tetap berada di tangan orang tua, terutama ayah dan ibu yang telah
dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan. Pendidikan anak merupakan tantangan yang
berat bagi orang tua, namun hal tersebut merupakan tugas mulia karena orang tua
adalah pendidik utama dan pertama. Kehadiran sekolah membantu meringankan
tantangan tersebut. Sekolah hadir sebagai mitra yang berkolaborasi dengan orang
tua dalam mendidik generasi berikutnya sebagai penerus pelaksana misi Tuhan
secara turun temurun.
Sebagai pihak penopang, sekolah perlu menjalin komunikasi dengan keluarga.
Sebaliknya, keluarga dituntut untuk bersedia memberikan dukungan bagi
kelangsungan dan pekerjaan Tuhan melalui sekolah. Keluarga dipanggil untuk
memberi waktu lebih banyak berdiskusi, baik dengan guru di sekolah maupun
dengan anak mereka yang mengikuti pendidikan. Sekolah dan orang tua juga
perlu terbuka dan mengusahakan agar lebih mengenal satu sama lain, sehingga
dapat memahami dalam segi apa dorongan atau motivasi dapat diberikan dalam
perkembangan anak secara utuh.
Masalah Sosial dalam Kehidupan Remaja
Pernahkan kamu bersyukur kepada Tuhan karena kamu dapat bersekolah? Pernahkah
kamu bersyukur karena kamu tidak terjerumus dalam dunia narkoba, seks bebas, maupun
tindakan kriminal remaja?Lihatlah di sekeliling kamu, banyak masalah remaja yang
terjadi. Misalnya, meningkatnya tawuran antarsekolah, kenakalan remaja, kriminalitas
remaja, hamil di luar nikah dan pernikahan dini, pemakaian obat terlarang, dan
masih banyak lagi. Meskipun demikian sesungguhnya banyak kesempatan yang dapat
dilakukan remaja untuk mengembangkan nilai-nilai kristiani yang bertujuan
untuk pengembangan diri, untuk sekolah dan untuk gerejanya. Berkaitan dengan
masalah tersebut, rupanya perlu ada kerja sama untuk mencapai tujuan bersama
antara keluarga, sekolah dan gereja untuk mengembangkan nilai-nilai kristiani
yang dampaknya dapat secara langsung dirasakan oleh lingkungan. Misalnya,
menciptakan lingkungan yang lebih adil, lebih manusiawi, mengembangkan
kesetaraan dalam perspektif kristiani.
Bertumbuh Sebagai Keluarga Allah
Bacaan Alkitab: Yohanes
15:1-8; Lukas 8:4-15,
Mazmur 1:1-6
Bab IV
Bertumbuh Sebagai Keluarga Allah
1. Keluarga yang Bertumbuh
Setiap individu mengalami pertumbuhan yang berbeda dan secara terus
menerus dalam seluruh aspek, karena pertumbuhan bersifat individual. Perbedaan
inilah yang membuat satu individu dengan individu yang lain menjadi unik.
Karena itu cintailah diri kamu sebagaimana kamu adanya. Apabila kamu sudah
memaknai diri kamu secara objektif, maka dengan mudah kamu dapat memahami
orang lain.
Keluarga sebagai sekumpulan individu yang terbentuk dari pernikahan juga
mengalami pertumbuhan. Dalam kehidupan keluarga Kristen, setiap anggota keluarga
yang mau bertumbuh bersama memiliki syarat utama. Apakah itu? Syarat
utamanya adalah harus berada dalam ajaran Tuhan Yesus Kristus.
Paling tidak, ada dua hal yang harus dilakukan supaya keluarga menjadi keluarga
Kristen yang bertumbuh. Pertama, hidup saling mengasihi dan menghormati
agar dapat menciptakan iklim keluarga yang penuh damai. Kedua, tetap berpegang
kepada Tuhan dan percaya pada pemeliharan Tuhan.
2. Bertumbuh sebagai Keluarga Allah
Apa yang kamu pahami dengan bertumbuh sebagai keluarga Allah?
Bertumbuh sebagai keluarga Allah berarti keluarga bertumbuh di dalam Kristus
yang mempunyai makna lebih mengenali Dia, lebih mengasihi dan menaatiNya.
Keluarga Kristen merupakan pusat dan tujuan dari perjanjian Allah, yakni untuk
menjadi saksi bagi dunia. Karena itu di dalam anugerah Allah, kita sebagai anggota
keluarga Kristen harus melakukan yang terbaik dalam membangun keluarga yang
berkenan kepada Allah. Keluarga yang berkenan kepadaNya adalah keluarga yang
berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam Kristus. Seperti pengajaran Tuhan
Yesus yang menggambarkan bahwa Allah memiliki tujuan yang jelas bagi setiap
manusia ciptaanNya termasuk keluarga, yaitu agar umat manusia bertumbuh, lalu
menghasilkan buah (Yohanes 15:1-8).

Untuk ​bertumbuh dan menghasilkan buah yang berkualitas,​ diperlukan akar


yang kokoh yang mampu memberikan asupan yang baik bagi pertumbuhan. Mari
kita pahami penjelasannya satu per satu.
a. ​Berakar
Berakar menunjuk pada pohon dan tanaman lain yang akarnya tertancap jauh
di dalam tanah. Akar berfungsi untuk memungkinkan tanaman bertahan
hidup dan untuk memperkuat atau memperkokoh berdirinya satu tanaman.
Sama halnya dengan keluarga yang berakar dalam Kristus, sumber kehidupan.
Keluarga yang mendasarkan dan menjadikan Kristus sebagai fondasi dalam
kehidupan keluarga, dan membiarkan Kristus menjadi Kepala keluarga yang
memimpin kehidupan keluarga. Dengan demikian, keluarga akan mampu
menghadapi setiap persoalan hidup yang menerpanya.
Keluarga yang berakar dalam Kritus juga berarti:
1) Menjadikan firman Allah sebagai tempat tinggal keluarga.
2) Menyampaikan pengalaman atau kesaksian iman para leluhur kepada
anggota keluarganya.
b. ​Bertumbuh
Tanaman dikatakan bertumbuh apabila ia menampakkan perubahan. Kunci
untuk bertumbuh bagi keluarga Kristen adalah mempelajari firman Tuhan,
memperkatakan firman Tuhan dan melakukan firman Tuhan dalam hidup
sehari-hari.
Beberapa aspek pertumbuhan dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1) Keluarga sebagai tempat bernaung kudus, artinya keluarga memberi
perlindungan terhadap nilai-nilai yang merusak budaya keluarga.
2) Keluarga yang menyambut kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya menghadirkan simbol atau objek yang dapat mengingatkan
kehadiran Allah (salib, gambar Kristen, lagu rohani, dan lain-lain).
3) Keluarga yang mencari tuntunan Allah yang dilakukan dalam berbagai
pertemuan dan kebaktian keluarga.
4) Keluarga yang menopang kehidupan religius/rohani masing-masing
anggota keluarga.
Terdapat hambatan yang menyebabkan orang tidak bertumbuh, yaitu banyak
orang Kristen datang beribadah dan sangat senang mendengar khotbah,
namun hanya sekedar untuk kepuasan intelektual, tanpa memiliki sukacita dan
kerinduan yang besar untuk mempraktekkannya dalam kehidupan. Hambatan
lain adalah responnya terhadap firman Tuhan
c. ​Berbuah
Seperti pohon yang menghasilkan buah, kehidupan keluarga kita pun harus
menghasilkan buah kalau kita sudah berakar dan bertumbuh sebagai keluarga
Allah. Buah yang dikehendaki Allah untuk dihasilkan oleh keluarga adalah
melakukan kehendakNya sehingga keluarga menjadi kesaksian bagi sesama di
dunia ini. Buah yang dihasilkan dalam keluarga dapat berupa:
1) Pencerminan kasih Allah dalam kehidupan sebagai perwujudan nyata
realisasi keluarga Allah.
2) Penerimaan dan komitmen dalam keluarga untuk mengasihi tanpa syarat.
3) Pengukuhan dan dorongan antar anggota keluarga untuk menemukan
kelebihan dan bakat masing-masing sebagai karunia Tuhan.
Kata ​growth ​yang berarti pertumbuhan memiliki makna yang dapat diterapkan
dalam kehidupan keluarga Kristen.
Keluarga yang Kuat,Melahirkan Pribadi yang Kuat
Bacaan Alkitab: Matius 7:24-27,
Kisah Para Rasul 2:42
Bab V
Keluarga yang Kuat Melahirkan Pribadi yang Kuat
1. Keluarga yang Kuat
Materi
Membangun rumah diartikan sebagai membangun kehidupan, termasuk kehidupan keluarga. Supaya
kehidupan ini kuat maka harus dibangun di atas dasar yang kokoh. Tuhan Yesus menyebut dasar ini
adalah batu karang yaitu Kristus sendiri.Jika kehidupan keluarga dibangun di atas Kristus, maka
keluarga akan memiliki kehidupan yang kokoh, dan akan amanserta selamat.Membangun di atas
Kristus artinya, seluruh kehidupan keluarga bergantung sepenuhnya kepada Kristus. Seluruh bangunan
kehidupan keluarga bertumpu
sepenuhnya kepada Kristus sebagai landasan hidup keluarga. Kristus akan
sepenuhnya menopang kehidupan keluarga Kristen dalam menghadapi berbagai
persoalan kehidupan dan memampukan keluarga melewati ujian sehingga tetap
kokoh dan kuat berdiri, serta memperoleh keselamatan kekal.
Kehidupan keluarga setiap hari juga harus bergerak ke arah Kristus. Jika
keluarga telah membangun hubungan yang kokoh dengan Tuhan, rumah bukan
sekedar berdiri di atas batu, tetapi tertanam di batu itu. Tuhan menginginkan
kelarga memiliki hubungan yang kuat terikat dengan Kristus. Tuhan ingin
keluarga bertambah teguh di dalam iman kepada Kristus dan hati berlimpah
dengan ucapan syukur. Menjadi orang Kristen tidak cukup hanya mendengarkan
firman-Nya saja tetapi harus menjadikan firman itu hidup dalam diri dengan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Realita yang terjadi dalam kehidupan orang Kristen adalah sangat sulit untuk
mempraktekkan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Namun jika keluarga
Kristen benar-benar mengandalkan Kristus sebagai landasan hidup dan setiap
hari mau berusaha keras membangun hubungan yang dalam dengan Kristus, serta
menjadikan kasih sebagai pengikat, maka Kristus akan menolong umatNya untuk
dapat melakukan kehendak-Nya. Niscaya keluarga Kristen akan mampu menahan
badai kehidupan yang menerpa dan menerima upah yang indah karena berhasil
melewati ujian.
Apabila keluarga memiliki fondasi yang kuat dan kokoh dalam kelangsungan
hidupnya, maka hal tersebut juga akan memberikan dampak bagi anggota
keluarganya, termasuk anak. Anak-anak akan tumbuh dalam terang kasih dan
firman Tuhan yang menuntunnya dalam mengarungi masa depan yang cerah dan
sesuai dengan nilai-nilai kristiani.
Untuk menjadi pribadi Kristen yang kuat, setiap anggota keluarga termasuk
kamu perlu selalu membiasakan hidup dalam pola hidup kristiani setiap hari.
Dalam hal ini kita perlu membiasakan berelasi secara sengaja dengan Tuhan
sehingga pengembangan kehidupan dengan Tuhan menjadi suatu kebutuhan.
Bacalah dan pahamilah Kisah Para Rasul 2:42. Apa yang dapat dipelajari dari
ayat tersebut? Ada beberapa hal yang menarik untuk mengembangkan kebiasaan
rohani kamu setiap hari.
1. Pribadi dan keluarga Kristen setiap hari bertekun dalam pengajaran rasulrasul.
Artinya, setiap hari kita harus bertekun dan setia untuk membaca dan
memahami Alkitab sebagai pengajaran rasul-rasul.
2. Persekutuan bersama.
3. Berkumpul memecahkan roti atau melakukan perjamuan kudus.
4. Berdoa bersama untuk kepentingan pribadi, sesama dan gereja.
Pribadi Kristen yang kuat harus juga mempunyai aspek-aspek karakter bangsa.
Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan karakter bangsa adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada anak dan remaja yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilainilai
tersebut, baik terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia yang berakhlak mulia. Aspek karakter
bangsa yang akan mendukung pribadi yang kuat adalah sebagai berikut.
1. Religius, yakni sikap yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Dalam konteks
kekristenan dapat dilakukan dengan meneladani cara berpikir dan tindakan
Kristus.
2. Jujur, yakni perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi, yakni tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin, yakni tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif, yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri, yakni sikap yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis, yakni cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat kebangsaan, yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta tanah air, yakni cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan rasa kesetiaan,
kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai prestasi, yakni sikap yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, serta menghormati keberhasilan
orang lain.
13. Bersahabat/komunikatif, yakni tindakan yang mampu menjalin relasi positif
dengan orang lain sebagai saudara dan sahabat.
14. Cinta damai, yakni sikap yang suka damai, menghargai orang lain yang tumbuh
dari hati yang bersih juga dengan sadar menghindari konflik yang distruktif dan
tidak membangun.
15. Gemar membaca, yakni kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebaikan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan, yaitu tindakan yang mencintai lingkungan, selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya.
17. Peduli sosial, yakni tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab, yakni perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan.
Tanggung Jawabku Terhadap Keluarga
Bacaan Alkitab: Lukas 2:41-52,
Keluaran 20:12, Kejadian 4:1-16
Bab VI
Tanggung Jawab Anak Terhadap
Keluarga
1. Anak dan Keluarga
Tahukah kamu bahwa kehadiran kamu dalam keluarga adalah anugerah
terindah dalam hidup orang tua kamu? Ya, kamu adalah berkat terindah dari
Tuhan. Mungkin tidak kamu sadari bahwa dalam setiap doa orang tua, nama
kamu selalu disebut. Apakah dalam doa kamu terselip nama ayah dan ibu kamu?
Anak menjadi sosok penting yang didambakan orang tua dalam trinitas
segitiga cinta yang ada dalam keluarga. Orang tua kamu melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai ayah dan ibu sejak dalam kandungan sampai kamu menikah.
Hal ini tidak gampang, membutuhkan kesabaran, kerja keras dan rasa tanggung
jawab yang besar, karena kompleksitas kebutuhan kamu yang harus dipenuhi.
Sampai kapanpun budi baik mereka tidak pernah terbalaskan oleh kamu.
Meskipun demikian, jangan menganggap suami-istri Kristen yang tidak
memiliki anak adalah orang yang berdosa dan tidak diberkati. Ingatlah, Tuhan
Yesus dan rasul Paulus juga tidak menikah atau berkeluarga. Tetapi hidup
mereka justru diberikan untuk kemuliaan Tuhan dan melayani sesama. Hidup
tanpa pasangan dan tidak mempunyai anak secara kristiani bisa menjadi hidup
yang indah, keberkatan, dan berguna bagi sesama. Bagaimana pandangan kamu
terhadap orang yang tidak menikah?
2. Tanggung Jawab Anak
Materi
Sikap hormat kepada orang tua merupakan salah satu tugas moral yang harus
dilakukan oleh anak sepanjang hidupnya. Sejak masa Perjanjian Lama sampai
Perjanjian Baru, sikap ini ditekankan dalam Alkitab sebagai perintah yang harus
dilakukan. Hubungan orang tua dan anak yang paling ideal dapat kita lihat pelajari
dari kehidupan keluarga Tuhan Yesus (Lukas 2:41-52).
Yang terjadi dalam kehidupan sekarang adalah banyak anak yang membangkang
kepada orang tua, karena anak menganggap sikap orang tua yang ketinggalan zaman,
tidak banyak tahu apa-apa. Benarkah demikian? Biasanya orang tua melarang,
menyuruh, menasihati sehingga banyak anak yang cenderung menjauhkan diri,
seolah-oleh membuat tembok pemisah antara mereka. Anak merasa ingin bebas,
ingin mempunyai pandangan sendiri, sehingga kurang senang pada otoritas
atau kekuasaan orang tua yang mengatur. Keinginan untuk bebas ini dapat
menimbulkan kejengkelan dan salah paham apabila antara orang tua dan anak
tidak oku memahami jalan pikiran masing-masing. Memang masa yang paling
sulit seringkali adalah masa remaja. Di satu sisi, remaja mengalami perkembangan
yang seringkali tidak bersesuaian dengan pendapat dan harapan orang tua dan
lingkungan. Oleh karena itu, rupanya kamu perlu memahami perkembangan masa
remaja sehingga kamu bisa menghindari konflik-konflik yang seharusnya tidak
terjadi. Minimal ada empat aspek yang perlu kamu pahami, yaitu: perkembangan
kognitif, moral-etika, ego, iman.
1. Perkembangan kognitif
Pada usia ini kamu memasuki tahapan kematangan intelek. Kamu mampu
berpikir jauh melebihi dunia nyata dan keyakinan sendiri, yaitu memasuki
dunia ide-ide. Kamu bisa memecahkan masalah secara sistematis, tidak hanya
meniru orang lain. Kamu bisa berpikir reflektif, mengevaluasi pemikiran,
melakukan imajinasi ideal, dan berpikir abstrak.
2. Perkembangan moral-etika
Pada usia ini, penekanannya adalah siapa yang memegang kekuasaan, mereka
perlu dihormati. Kamu mulai senang menegakkan hukum dan disiplin, gemar
memperhatikan kewajiban yang harus dilakukan dan memperhatikan tata
kehidupan sosial serta kepentingan keamanan diri. Kamu menghormati orang
yang memelihara aturan masyarakat.
3. Perkembangan ego
Kamu berada dalam situasi di satu sisi ingin memiliki identitas pribadi, namun
di sisi lain ingin menyisikan rasa kekaburan identitas. Kamu mulai belajar
memberikan loyalitas terhadap suatu kelompok yang menjadi bagian identitas
(kelompok teman, ideologi, kekristenan yang kamu anut). Adakalanya kamu
juga mengevaluasi identitas yang dianggap kuno untuk dipikir ulang. Identitas
meliputi tiga konsep diri yaitu seksual, pekerjaan/panggilan dan sosial. Kamu
ingin tahu siapa diri kamu dan ke mana hidup diarahkan, menyenangi identitas
diri yang unik. Kamu sering mengalami konflik identitas karena ada jarak
antara siapa diri yang sebenarnya dan keinginan menjadi pribadi ideal.
4. Perkembangan iman
Pada usia ini, kamu membentuk sikap terhadap hidup melalui apa yang
dipercayai oleh keluarga sendiri menuju pandangan di luar diri dan keluarga.
Seringkali bagi remaja, Allah adalah pribadi yang paling berperan dalam
hidupnya. Allah menjadi sahabat yang paling karib dan memahami kehidupan
remaja. Kamu mempunyai komitmen dan loyalitas yang sangat dalam terhadap
Allah sebagai tempat menimba seluruh kepercayaan. Seringkali Allah juga
dipandang sebagai ‘Allah kelompok’ atau ‘Allah kolektif ’.
Dengan pemahaman ini, orang tua memahami bahwa keinginan untuk
bebas dan berdiri sendiri merupakan bagian dari pertumbuhan remaja. Seorang
anak tidak akan bertumbuh menjadi dewasa selama ia masih bergantung pada
pikiran orang tuanya. Tetapi di pihak lain, anak juga harus memaklumi bahwa
pikirannya keluar dari kepala yang belum banyak pengalaman. Memang seorang
remaja sudah oku menganalisa suatu masalah secara logis, tetapi dengan tingkat
kognitif yang belum matang, seorang anak belum oku memperhitungkan dampak
dan konsekuensinya. Oleh karenanya, pikiran seorang remaja perlu diimbangi
dengan pikiran orang tua, karena orang tua sudah banyak mengecap ‘asam-manis’
kehidupan. Ketegangan antara remaja dengan orang tua juga dapat dihindari
kalau hubungan antara keduanya bersifat terbuka. Orang tua sebetulnya ingin
mengobrol dengan anak mereka yang remaja secara intim.
Kegiatan 3
Tugas Mandiri
Berikanlah contoh konkret bahwa kamu sudah berkembang secara kognitif,
moral-etika, ego dan iman!
Perkembangan saya secara kognitif
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Perkembangan saya secara moral-etika
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Perkembangan saya secara ego
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Perkembangan saya secara iman
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Salah satu dari Sepuluh Hukum Tuhan dalam kitab Keluaran 20:1-17 adalah
“Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan
Tuhan, Allahmu, kepadamu” (Keluaran 20:12). Yang dimaksud dengan “hormat”
adalah
a. Hormat berarti bersikap santun dan patuh terhadap orang tua. Di dalam
46 okum Taurat tertera perintah yang mengharuskan orang Israel untuk
menjatuhkan sanksi berat, yaitu kematian kepada anak yang mengutuki
orangtuanya, “Apabila ada seseorang yang mengutuki ayahnya atau ibunya,
pastilah ia dihukum mati; ia telah mengutuki ayahnya atau ibunya, maka
darahnya tertimpa kepadanya sendiri” (Imamat 20:9).
b. Hormat berarti bertanggung jawab memelihara kelangsungan hidup orang tua.
Tuhan Yesus menegur orang Yahudi yang menyelewengkan perintah Tuhan
akan persembahan atas dasar ketidakrelaan memenuhi kebutuhan orangtua
(Matius 15:3-6). Juga, sebelum Tuhan Yesus mati di kayu salib, Ia meminta
Yohanes untuk memelihara Maria, ibu-Nya (Yohanes 19:26-27). Semua ini
memperlihatkan bahwa Tuhan menginginkan anak untuk bertanggung jawab
memelihara kelangsungan hidup orang tua masing-masing.
c. Hormat berarti menghargai dan mengahui kewibawaan orang tua, yaitu
dengan mengakui bahwa orang tua ditugaskan oleh Tuhan untuk menjadi
pendidik anak. Memahami aspirasi orang tua, melihat motivasi positif di
belakang nasihat dan larangan mereka, memaklumi kelemahan mereka,
mengakui keunggulan mereka. Singkatnya, menghargai usaha orang tua untuk
menghantar anak ke gerbang kedewasaan, sampai orang tua melepas anaknya
untuk berjalan sendiri seutuhnya.
Sikap hormat dan pengertian kepada orang tua dengan landasan cinta kasih
dari Kristus, akan membangun sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia.
Bukan hanya sikap anak kepada orang tua, namun juga sikap anak terhadap
saudaranya satu dengan yang lain.
Keluarga
Sebagai Gereja Mini
Bahan Alkitab : 1 Samuel 2:12-
17; 22-25, Lukas 2:41-52, 1 Petrus
4:9-10, dan 1 Timotius 4:7-8
Bab
VII
B. Keluarga Sebagai “Gereja Mini”
1. ​Pengertian Gereja

Kata Gereja berasal dari bahasa Portugi ​igreja,​ yang bersumber pada kata Yunani
ekklesia,​ yang secara harafiah berartidipanggil keluar (​ek b​ erarti keluar; ​klesia ​dari
kata ​kaleo ​yang berarti memanggil). Gereja sebagai persekutuan orang-orang yang telah
dipanggil dari kegelapan untuk masuk ke dalam kerajaan Tuhan Yesus Kristus (Kolose
1:13). Gereja dipanggil untuk bersekutu dengan Allah dan juga sesamanya. Jadi, gereja
bukanlah sebuah gedung, tetapi bersatunya orang-orang yang dipanggil oleh Tuhan.
Secara teologis, gereja didefenisikan sebagai “persekutuan orang percaya”, yang
dipersatukan oleh kepercayaan atau imannya kepada Allah yang menyatakan diri
dalam Tuhan Yesus Kristus. Gereja juga sering disebut sebagai “tubuh Kristus”
dan Kristus sebagai Kepala gereja (Efesus 1:22-23). Sebagai tubuh Kristus, dalam
gereja ada hubungan organis antara anggota yang satu dengan yang lain, juga ada
saling keterikatan, melayani, saling tergantung dan menguatkan di antara mereka.
Keluarga sebagai Gereja Mini
Di tengah kehidupan masyarakat yang majemuk, terdapat berbagai kondisi yang
menyebabkan banyak keluarga tidak dapat beribadah bersama dengan keluarga lainnya
dalam persekutuan di gereja. Hal ini disebabkan karena jarak tempuh gereja yang sangat jauh, gedung
gereja yang ditutup secara paksa, maupun dijual karena berbagai alasan. Hal ini tentu akan
mempengaruhi persekutuan orang Kristen sebagai orang yang percaya. Akan tetapi, keluarga
merupakan “gereja mini” atau “gereja
rumah tangga” atau “gereja domestik”, yang menjadi tempat beribadah bagi keluarga secara
bersama-sama dan intim. Tahukan kamu, pada waktu di Rusia dan Cina dikuasai oleh resim komunis,
kebaktian gereja dilakukan oleh keluarga meskipun secara sembunyi-sembunyi?
Selama puluhan tahun gereja keluarga melakukan eksistensinya sebagai gereja
universal, sehingga tidak mengherankan pada waktu komunisme runtuh, gereja
Sumber: reformingbaptist.blogspot.com
Gambar 7.4 Keluarga Sebagai “Gereja
Mini”
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 6​ 3
tumbuh dengan cepat di berbagai tempat. Meskipun pada masa itu gereja secara
institusi tidak nampak, namun kehadirannya digantikan oleh gereja keluarga yang
berperan sangat efektif. Hal ini menunjukkan bahwa kekristenan tidak hilang
walaupun menghadapi penganiayaan dan penindasan. Justru dalam keadaan
tertindas, iman semakin dihayati. Oleh karena itu, kamu dan keluarga seharusnya
berperan aktif untuk saling mendukung dan mengembangkan iman anggota
keluarga, melakukan tugas-tugas gerejawi, serta menjadi berkat bagi lingkungan.
Dalam keadaan lingkungan yang baik maupun tidak baik, keluarga adalah ujung
tombak untuk membawa kehadiran Tuhan secara nyata.
Gereja merupakan kumpulan dari para keluarga Kristen. Apabila keluarga
Kristen kuat dalam pelaksanaan kehidupan kristiani, maka tentulah gereja juga
akan kuat keberadaannya. Sebaliknya, apabila keluarga Kristen tidak melakukan
fungsi-fungsi gereja dengan baik, bahkan melupakan identitasnya sebagai keluarga
Kristen, maka gereja akan menjadi lemah bahkan hilang. Gereja perlu mendorong
dan membimbing para keluarga kristiani untuk memberikan pelayanan yang
relevan, sehingga keluarga-keluarga Kristen dapat meneladani dan menghayati
kembali pemberian diri dan kasih pengorbanan Tuhan Yesus bagi seluruh bangsa
dunia.
Terdapat persamaan antara gereja dan keluarga, yakni
 Keluarga dan gereja merupakan sebuah institusi/lembaga yang bertumbuh.
 Semua fungsi dan panggilan dalam gereja juga ada dalam keluarga Kristen,
yaitu panggilan untuk melayani (​diakonia​), bersekutu (​koinonia)​ dan bersaksi
(​marturia​).
Berikut tiga tugas panggilan gereja di dalam keluarga sebagai gereja mini.
a. ​Panggilan untuk melayani
Komunitas keluarga hanya dapat dilindungi dan dikembangkan dengan
semangat saling melayani dan berkorban baik antar anggota keluarga maupun
dengan masyarakat. Semangat melayani ini menuntut keterbukaan, saling
menerima, saling pengertian, ketekunan, kesabaran dan pengampunan.
Keluarga merupakan sekolah pertama untuk mengajarkan nilai-nilai sosial dan
pelayanan yang menjadi prinsip keberadaan dan perkembangan gereja dan
masyarakat. Oleh karena itu, keluarga Kristen seharusnya juga terbuka bagi
pelayanan kepada sesama. Keluarga menjadi tempat yang paling efektif untuk
memanusiakan manusia secara khusus dalam menjaga dan mewariskan nilainilai
etis. Keluarga mempunyai kekuatan untuk melayani dan menolong orang
di sekitarnya keluar dari jurang kehancuran menuju pada nilai kemanusiaan
yang beradab sesuai dengan firman Tuhan.
b. ​Panggilan untuk bersekutu
Keluarga Kristen pada dasarnya merupakan persekutuan pribadi-pribadi.
Oleh karenanya keluarga adalah sekolah hidup bersama yang utama. Keluarga
Kristen seharusnya menjadi contoh dan stimulus bagi pengembangan relasi
bahkan persekutuan yang lebih luas. Hal ini dapat ditandai dengan adanya
dialog, penghargaan, persekutuan bersama, kebaktian bersama, doa bersama.
Dalam 1 Timotius 4:7b-8 berisi nasihat untuk melatih diri dalam beribadah
yang akan berguna dan menyentuh berbagai aspek kehidupan, karena ibadah
mengandung janji hidup baik pada masa kini dan pada masa yang akan datang.
Keluarga Kristen harus menjadi sekolah persekutuan dan doa bersama yang
sejati untuk berjumpa dengan Tuhan Yesus Kristus, bukan hanya sebagai saat
untuk memohon dan mengadu, tetapi terutama untuk mendengarkan dan
merenungkan firman Tuhan, memuji, menyembah, serta bersyukur. Dalam
keluarga para orang tua bertanggung jawab untuk mengajarkkan hal berbakti
dan berdoa kepada anak-anak sesuai dengan iman yang telah dinyatakan di
dalam pembabtisan maupun pengakuan percaya, agar dapat menyembah
Tuhan dan mengasihi sesamanya.
Kebaktian dan doa keluarga mempunyai cirinya yang khusus yaitu doa
dinaikkan oleh ayah, ibu, atau anak-anak. Dalam persekutuan kecil ini, Tuhan
hadir di tengah mereka (Matius 18:19-20). Bersekutu dalam kebaktian keluarga
merupakan suatu konsekuensi dan tuntutan dari sakramen maupun peneguhan
perkawinan. Teladan kongkret dan kesaksian hidup dari orang tua memang
sangat penting, tetapi sebagai anak juga dapat memulai dan menggantikan
peran mereka, karena hal itu dapat memberikan kesan dan dampak mendalam
yang tak akan terhapus dari hati keluarga. Bersekutu bersama akan menambah
kekuatan dan kebersatuan keluarga dan membantu anggota keluarga untuk
mengambil bagian di dalam kemurahan kasih Allah.
c. ​Panggilan untuk bersaksi
Tugas pokok keluarga Kristen adalah dipanggil untuk membangun kerajaan
Allah di dunia dengan ikut serta dalam hidup dan misi gereja. Oleh karena itu
keluarga harus menampilkan jati diri dan misinya sebagai persekutuan hidup
di dalam kasih. Keluarga sebagai pusat untuk menghadirkan kabar baik bagi
lingkungan, sebagai usaha untuk menghadirkan Kristus yang memberikan diri
bagi dunia. Keluarga perlu solider dan setia kepada kebutuhan lingkungannya.
Dengan demikian keluarga telah menampilkan dan melaksanakan panggilannya
bagi lingkungan.
Pelayanan kepada orang yang membutuhkan.
Cara bermain peran:
1. Piihlah orang-orang yang akan memerankan peran tertentu (keluarga, dan
orang-orang yang membutuhkan).
2. Deskripsikan sikap, perasaaan, tindakan yang harus diperankan.
3. Bermain peran yang sesungguhnya.
4. Menganalisis pemeranan: masalah, sikap, perasaan, emosi para tokoh.
5. Membandingkan masalah sesungguhnya yang sedang dihadapi dengan
permainan peran yang dilakukan (persamaan dan perbedaan).
6. Memecahkan dan mendiskusikan masalah yang aktual yang dihadai komunitas:
keluarga dan orang yang membutuhkan.
Keluargaku dalam Gaya Hidup Modern
Bahan Alkitab: Kejadian 25:
22b-29, Matius 19: 16-26
Bab VIII
B. Dampak Modernisasi Bagi
Keluargaku
1. ​Pengertian gaya hidup modern
Materi
Hingga saat ini belum ada defenisi yang pasti mengenai gaya hidup modern. Oleh
karena itu mari kita selidiki pengertian gaya hidup modern dengan memulainya
dari definisi gaya hidup,
 Kotler (2002) gaya hidup sebagai sebuah pola hidup seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opini. Gaya hidup menggambarkan
keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
 Assael (1984) mengungkapkan bahwa gaya hidup merupakan sebuah
pola kehidupan yang dapat diidentifikasi melalui bagaimana seseorang
menghabiskan waktunya, apa yang mereka anggap penting di dalam lingkungan
masyarakatnya, dan apa yang mereka pikirkan tentang dirinya sendiri di dunia
yang mengitari mereka.
 Minor dan Mowen (2002) mengungkapkan bahwa gaya hidup adalah
menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya,
dan bagaimana mengalokasikan waktunya.
 Suratno dan Rismiati (2001) mengatakan bahwa gaya hidup merupakan pola
hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam
kegiatan, minat, dan bakat yang bersangkutan.
Sekarang kita mulai dengan pengertian modern,
Di dalamnya mencerminkan adanya semangat dan nilai-nilai efektifitas,
efisien, praktis, sederhana, menghargai kehidupan dan menghargai waktu.
2. ​Bentuk gaya hidup modern
Ada beberapa macam bentuk gaya hidup modern, A.B Susanto (1996)
mengatakan bahwa bentuk gaya hidup modern yang sedang menjangkiti keluarga
di Indonesia dapat diidentifikasi, beberapa diantaranya adalah:
1. Pola pikir yang menganggap status sebagai sesuatu yang penting,
2. Setiap individu memiliki mobilitas yang tinggi,
3. Memiliki kebiasaan untuk bercengkrama di tempat-tempat tertentu,
4. Memiliki kebiasaan untuk melakukan makan siang, makan malam bersama
ditempat tertentu.
5. Melakukan olahraga mahal seperti golf,
6. Melaksanakan pernikahan agung,
7. Merayakan wisuda,
8. Memiliki gaya hidup serba instant,
9. Memanfaatkan segala macam jenis-jenis teknologi komunikasi.
Sedangkan dalam sumber lain dikatakan bahwa gaya hidup modern seperti
yang disebutkan sebelumnya membentuk manusia untuk memiliki kecenderungan
bersikap konsumerisme, materialisme, dan hedonisme.
1. Konsumerisme adalah gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah
sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, sehingga membentuk seseorang
untuk bersikap tidak hemat.
2. Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang
termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengan
mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indera.
3. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan
dan kenikmatan materi merupakan tujuan utama dalam kehidupan di dunia.
Dari paparan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya gaya
hidup modern dapat mengarahkan individu untuk memiliki pola perilaku negatif
maupun positif. Pemahaman yang keliru terhadap esensi dari gaya hidup modern
cenderung membentuk seseorang untuk berperilaku menyimpang. Sedangkan
pemahaman yang benar terhadap gaya hidup modern justru dapat mengarahkan
seseorang untuk memiliki perilaku benar sesuai dengan prinsip-prinsip yang
tercermin dalam semangat gaya hidup modern seperti efektif, efisien, praktis,
sederhana, menghargai kehidupan dan menghargai waktu.
3. ​Peran keluarga di tengah gaya hidup modern
Sebagai seorang remaja yang terlibat dalam proses kehidupan modern, kamu perlu memahami
kehadiran dan peran keluarga, selanjutnya melakukan analisis agar dapat mengambil sikap yang tepat.
Dalam perspektif Kristiani dapat diungkap
bahwa peran keluarga di tengah gaya hidup modern sangatlah penting dan perlu dicermati. Beberapa
aspek dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Keluarga kristiani perlu membangun persekutuan pribadi-pribadi, dan melayani
kehidupan. Keluarga kristiani juga dituntut untuk turut serta mengembangkan kehidupan
perutusan gereja.
2. Dalam kehidupan keluarga Kristen, perlu dibangun persekutuan pribadi-pribadi yang
dapat dilakukan dengan meletakkan cinta kasih sebagai asas dan kekuatan yang mempersatukan
masing-masing anggotanya. Keluarga Kristen perlu
menjaga persatuan yang utuh antara suami-istri dan membangun sebuah
bentuk persatuan yang tidak terceraikan. Keluarga Kristen yang modern
dalam perkembangan keadaan, perlu memberikan penghargaan yang tinggi
terhadap hak-hak dan peranan perempuan, hal ini sebetulnya juga menjadi
perhatian negara maupun pada aras dunia. Di samping itu keluarga juga perlu
menjunjung tinggi hak-hak anak dan menganggap mereka memiliki pemikiran
yang patut dihargai. Kehadiran orang lanjut usia yang menjadi anggota dalam
keluarga juga perlu diperhatikan kebutuhannya dan mendapat penghargaan
yang selayaknya.
3. Dalam kaitan dengan perkembangan masyarakat, keluarga dipanggil untuk
turut serta dalam mengembangkan masyarakat, karena pada hakekatnya
keluarga merupakan sel masyarakat yang pertama dan amat penting. Kehidupan
berkeluarga pada hakekatnya merupakan pengalaman hidup bersatu dan
berbagi rasa, sadar akan peranan sosial bagi lingkungan. Oleh karena itu,
keluarga Kristen perlu menyadari terhadap rakhmat dan tanggung-jawabnya
bagi masyarakat.
4. Di tengah perubahan keadaan dan masyarakat, keluarga perlu terlibat dalam
hidup dan perutusan gereja. Hal itu dapat dilakukan dengan cara bersungguhsungguh
dalam membangun persekutuan keluarga yang beriman secara kokoh. Justru di tengah perubahan yang
ada, keluarga Kristen harus mampu membangun persekutuan antar anggota keluarga untuk terus
menerus berdialog dengan Tuhan dengan berbagai cara. Melalui keluarga kita bisa membangun
persekutuan dengan orang lain dan melayani kebutuhan sesama. Oleh karena itu, keluarga Kristen
diharapkan dapat melakukan filtrasi atau menyaring pengaruh negatif dari gaya hidup modern. Dengan
demikian di tengah-tengah
arus modernisasi keluarga Kristen mampu mejadi agen penanaman semangat
positif yang tercermin dalam gaya hidup modern.
Tahukah kamu bahwa sesungguhnya Alkitab memberikan contoh baik
yang positif dan negatif berkaitan dengan gaya hidup modern pada waktu
itu. Tentu kita bisa belajar dari contoh-contoh tersebut. Contoh yang positif
kita bisa melihatnya dari Kejadian 35:22b-29. Sedangkan contoh yang negatif
terambil dari Matius 19:16-26.
Dalam Kejadian 35:22b-29 mengisahkan tentang kehidupan keluarga
Yakub yang memiliki 13 orang anak. Dari 13 anak tersebut Yusuf yang sudah
menginjak remaja dikasihi oleh Yakub. Tentu saja hal ini menyebabkan para
saudaranya iri hati. Lalu mereka menjual Yusuf menjadi budak di tanah
Mesir. Namun pengaruh keluarga Yusuf yang dekat dengan Tuhan masih
sangat mewarnai kehidupan Yusuf di tanah Mesir. Yusuf di tanah Mesir
akhirnya dapat menjadi pemimpin muda di tengah lingkungan yang maju,
bisa dikatakan modern pada saat itu, Yusuf tetap taat dan menjadi pemimpin
muda yang takut kepada Tuhan. Akhirnya, Yusuf mampu menolong bapak
dan saudara-saudaranya lepas dari bahaya kelaparan, hidup dalam “gaya
hidup modern” di tanah Mesir, tetap memelihara kasihnya kepada Tuhan
dan keluarganya. Walaupun saudara-saudaranya pernah membenci dan
membuang dia, namun ia mampu mengatasi luka batin dan mengampuni
para saudaranya sehingga dia dapat mentransformasi keluarganya, hidup
berkecukupan dan tetap berjalan seturut dengan kehendak Tuhan.
Contoh yang negatif dapat kita lihat dari kehidupan orang muda yang
kaya, yang memiliki “gaya hidup modern” pada waktu itu, dapat kita pelajari
dari Matius 19:16-26. Meskipun orang muda pada ayat itu hidup bergelimang
harta dan gaya hidup yang ​up to date t​ etapi ia mengalami kekosongan dan
kebimbangan hidup, serta mencari jawaban kepada Tuhan Yesus. Pada saat
Tuhan Yesus memberikan pilihan untuk hidup di jalan Tuhan atau “jalan
dunia”, sayangnya orang muda tersebut memilih hidup dalam harta dunia
yang dimiliki, terkungkung dalam pengaruh gaya hidup buruk yang ia pilih.
Akibatnya dia kehilangan Kristus sebagai sumber kehidupan dan berkat.
1. Apakah kamu termasuk orang yang memiliki gaya hidup modern? Jelaskan!
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
2. Apakah keluargamu termasuk keluarga yang memiliki gaya hidup modern?
Jelaskan!
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
3. Bentuk gaya hidup modern seperti apa yang ada dalam dirimu? Jelaskan!
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
4. Bentuk gaya hidup modern seperti apa yang ada dalam keluargamu? Jelaskan!
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Dampak Modernisasi Bagi Keluargaku
Bahan Alkitab: 1 Samuel 1:
1-16, Efesus 5: 22-33
Bab IX
Dampak Modernisasi Bagi Keluargaku
1. ​Pengertian modernisasi
Materi
Banyak definisi yang berbeda mengenai modernisasi, di antaranya adalah
 Kamus Besar Bahasa Indonesia mengungkapkan bahwa modernisasi dimengerti
sebagai sebuah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga
masyarakat untuk dapat hidup sesuai de-ngan tuntutan masa kini.
 J.W Schrool (1998) mengungkapkan bahwa modernisasi merupakan
penerapan pengetahuan ilmiah pada semua kegiatan, bidang kehidupan, dan
aspek kemasyarakatan. Aspek yang paling menonjol dari proses modernisasi
adalah perubahan Iptek yang tinggi.
 William E. More (2003) mengungkapkan bahwa modernisasi adalah
transformasi total kehidupan bersama dalam bidang teknologi, organisasi
sosial, dari yang tradisional kearah pola-pola ekonomis dan politis yang
didahului oleh negara-negara Barat yang telah stabil.
2. ​Dampak Modernisasi Bagi Keluarga
Dampak yang paling mendasar dari modernisasi bagi keluarga adalah
perubahan fungsi dalam keluarga. Hal tersebut di antaranya dapat diungkap
sebagai berikut:
 ​Pertama ​adalah perubahan fungsi dalam bidang pendidikan. Keluarga yang
dahulu bertanggungjawab dalam melatih anak pada usia dini dalam hal fisik, mental
dan spiritual, pada zaman modern fungsinya sudah mulai digeser oleh lembagalembaga
pendidikan anak usia dini. Keluarga yang dahulu berfungsi memberikan
pengetahuan tambahan dalam hal kognitif, tentang
pelajaran-pelajaran yang ada disekolah kini fungsinya mulai digeser oleh lembagalembaga bimbingan
belajar.
 ​Kedua ​adalah fungsi sosialisasi anak. Keluarga yang dahulu bertugas untuk
membentuk kepribadian anak, memperkenalkan pola tingkah laku, sikap,
keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok sosialmasyarakat,
pada zaman modern perannya mulai digeser. Peran keluarga
tersebut sekarang diambil alih oleh lembaga-lembaga ​training y​ ang menawarkan
jasa pembentukan kepribadian, lembaga-lembaga konseling psikologis yang
menawarkan jasa untuk mengetahui bakat dan minat melalui tes psikologi.
 ​Ketiga ​adalah fungsi perlindungan. Keluarga yang dahulunya bertugas untuk
memberikan tempat yang nyaman bagi anggota keluarga dan memberikan
perlindungan secara fisik, ekonomi maupun psikologi bagi seluruh anggotanya,
pada zaman modern fungsinya mulai digeser oleh lembaga-lembaga yang
menawarkan jasa-jasa asuransi.
 ​Keempat ​adalah fungsi perasaan. Keluarga yang dahulunya bertugas
memberikan rasa keintiman, perhatian dan rasa aman yang tercipta dalam
keluarga, pada zaman modern perannya sudah mulai di geser oleh ​baby sitter,
day care.
 ​Kelima ​adalah fungsi rekreatif. Keluarga yang dahulunya berfungsi untuk
mencari hiburan, memberikan suasana yang segar dan gembira dalam
lingkungan keluarga, pada zaman modern perannya sudah mulai digeser oleh,
media cetak, elektronik, media sosial.
3. ​Pengaruh dampak modernisasi bagi keluarga
Ternyata modernisasi yang terus berjalan di tengah-tengah masyarakat
memiliki dampak yang cukup signifikan. Dampak modernisasi tersebut dapat
berbentuk pengaruh positif maupun negatif baik dalam kehidupan pribadi
maupun keluarga. Pengaruh tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
 Pengaruh positif modernisasi misalnya dapat membentuk anggota keluarga
menjadi pribadi yang menerima dan terbuka pada hal-hal baru. Pada umumnya
mereka berani menyatakan pendapat, menghargai waktu, memiliki orientasi
pada masa depan bukan masa lalu. Pada umumnya mereka menghargai adanya
perencanaan dan pengorganisasian. Mereka juga memiliki rasa percaya diri,
perhitungan, menghargai harkat hidup manusia lain, percaya pada ilmu
pengetahuan dan teknologi, menjunjung sikap imbalan harus sama dengan
prestasi kerja. Cara mengembangkan iman generasi modern bisa dilakukan
dengan memanfaatkan teknologi informasi (TI), terutama banyak diakses oleh
remaja dan pemuda.
 Pengaruh negatif dari dampak modernisasi adalah membentuk seseorang
untuk memiliki kecenderungan berpikir dan bersikap pragmatis. Terlalu
menggantungkan diri pada alat-alat modern, bahkan modernisasi dianggap
Allah. Modernisasi juga dapat menghilangkan fungsi-fungsi vital dari keluarga.
Juga berpotensi meningkatnya arus urbanisasi. Dalam kehidupan remaja dapat
terlihat meningkatnya kenakalan remaja, meningkatnya perilaku menyimpang
pada remaja dan orang tua.
Keluarga sebagai “Bejana Tanah Liat” ditengah Dampak
Modernisasi
Isai yang mempengaruhi kehidupan Daud anaknya, dalam 1Samuel 16:1-12. Pada
nats tersebut dijelaskan bahwa karena didikan Isai di dalam rumah mempengaruhi
cara hidup Daud selanjutnya, terutama ketika dia sudah menjadi raja. Berbagai
kebijakan, berinisiatif untuk melakukan perang, dan memaksakan keadaan damai
lewat ancaman merupakan hal yang kiranya tidak perlu kita teladani. Sedangkan
contoh yang positif dapat kita lihat dalam surat Efesus 5:22-33. Teks tersebut
merupakan nasehat kepada orang Kristen yang hidup di kota metropolis pusat
perdagangan modern, di kerajaan Romawi. Di tengah masyarakat modern banyak
orang yang bersikap egois, pemikiran pragmatis, men-tuhan-kan modernisasi,
kurangnya penghargaan terhadap kemanusiaan dan banyak terjadi penyimpangan
dalam keluarga. Dalam konteks seperti ini penulis kitab memberikan saran
sederhana mengenai aturan yang pantas dalam membina hubungan sesama anggota
“keluarga Kristen”. Jalan yang ditawarkan penulis adalah dengan cara meletakkan
fondasi kehidupan keluarga kepada Kristus sebagai kepala keluarga (Efesus 5:22,
24). Hubungan yang terjalin dalam keluarga Kristen mencerminkan nilai-nilai
keadilan (ayat 28), kesetaraan (ayat 33), serta anjuran agar semua anggota keluarga
mempunyai kesadaran dan melakukan fungsi masing-masing sesuai peran yang
disandangnya. Nats ini memberikan teladan bagi kita semua mengenai bagaimana
menjalankan kehidupan di tengah pengaruh negatif peradaban modern yang
makin merusak fungsi-fungsi keluarga Kristen. Contoh keteladan tersebut dapat
diperoleh melalui Tuhan Yesus Kristus.
Keadilan dan Perdamaian dalam
Keluarga
Bahan Alkitab: Yesaya 57:21 ;
Matius 5:9
Bab X
Sikap atau tindakan yang dianggap adil adalah penyerahan
diri secara total kepada Tuhan Allah. Dalam hal ini, keadilan selalu berimplikasi
pada beberapa prinsip, yakni: kesejahteraan, kecukupan, kesetaraan, personalitas
dan persaudaraan. Untuk melaksanakan prinsip-prinsip tersebut, keadilan juga
memerlukan kasih.
Sedangka perdamaian berasal dari kata “damai” yang bisa berubah konsepsi
sesuai waktu dan budaya. Dalam masyarakat luas, orang-orang memahami istilah
“damai” dan implikasi-implikasinya melalui berbagai pandangan. Banyak orang,
dan mungkin juga diri kita sendiri, memahami perdamaian secara sederhana
sebagai suatu situasi/keadaan di mana tidak ada konflik atau tidak ada perang.
Namun kenyataannya tidak sesederhana itu, konsep damai ini sebenarnya
memiliki dua pemahaman yaitu ​negative ​dan ​positive​. Pemahaman damai yang
negatif ini kita menilai apakah sebuah situasi/keadaan bisa disebut sebagai situasi/
keadaan damai atau tidak, dengan cara melihat ada atau tidaknya hal yang biasanya
mengancam dan menghancurkan perdamaian, yaitu ketidakadilan dan konflik
atau, dalam skala yang lebih luas adalah perang. Sedangkan pemahaman damai
yang positif, bisa menilainya lewat situasi/keadaan, tidak sekedar hanya dengan
melihat ada perang atau konflik terbuka atau tidak, melainkan dengan melihat
adakah hal-hal yang mendukung terciptanya perdamaian atau tidak. Dalam
pemahaman semacam ini, yang kita cermati adalah apakah orang-orang dalam
keluarga tersebut sudah dengan sengaja berusaha menghapuskan berbagai bentuk
kekerasan dan ketidakadilan, baik individual maupun dalam struktural keluarga.
Juga apakah orang-orang tersebut sudah dengan sengaja menciptakan hal-hal
yang bisa menjamin kelanggengan perdamaian dan keadilan terdahadap masingmasing
anggota keluarga, misalnya antara bapak dan ibu dan antara orang tua dan
anak-anak di dalam satu rumah.
Keadilan dan Perdamaian dalam
Keluarga
Apakah kita sudah menjadi pembawa damai? Sahabat bagi dunia, memiliki
sikap kehidupan sebagai orang Kristen, yang identik dengan kasih dan damai.
Tentu seharusnya demikian kehidupan kita sebagai orang Kristen. Namun gambar
dibawah ini adalah realita di sekeliling kita yang sering terjadi. Apa komentar
kamu mengenai ha itu?
Home Sweet Home
Bahan Alkitab: Kejadian 30:1-24
; 2 Timotius 1:5
Bab XI
1. ​Keluarga ideal
Tentu kita masing-masing mendambakan memiliki rumah yang nyaman
bukan? Betul. Rumah bukan sekedar tempat untuk bernaung dari hujan dan panas
terik. Namun umumnya sebagian orang yang terlalu sibuk, secara tidak langsung
dapat membentuk rumah menjadi warung makan saja atau seperti penginapan
saja. Karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dan aktivitasnya, kebersamaan
dengan keluarga malah terbengkalai. Akhirnya setiap penghuni rumah menjadi
sibuk dengan kebutuhannya sendiri tanpa ada kedekatan antara orang tua dengan
anak dan juga antara kakak-adik. Rumah seharusnya menjadi tempat yang paling
indah bagi penghuninya “​Home Sweet Home”​. Akibatnya dimana saja dan kapan
saja rumah selalu dirindukan dan selalu diingat.
Sesungguhnya para remaja memandang rumah sebagai tempat yang penuh dengan
kenangan sejak kanak-kanak, kenangan tentang suka maupun duka. Rumah yang sederhana,
nyaman, tenang, penuh kasih sayang dan damai adalah tempat tingal yang ideal. Sebagai
contoh gambaran paling ideal bagi keluarga Kristen adalah
Keluarga Kudus dari Maria dan Yusuf di Nazaret. Maria,
Yusuf dan Tuhan Yesus selalu merayakan hari-hari besar dibait Allah (Misalnya hari raya pondok
daun). Dalam(Lukas 2:41-52) dijelaskan bahwa Tuhan Yesus pada masa remaja taat pada orang tua
duniawinya dan menikmati hidup bersama keluarga. Dia berkembang
secara sehat dan utuh. Dia dikasihi oleh Allah dan sesama. Keluarga tersebut
merupakan teladan bagi setiap pasangan kristiani dalam membina keluarga.
Dalam kehidupan sehari-hari, hendaknya masing-masing keluarga Kristen dapat
menghadirkan Kristus dalam kehidupannya. Dengan demikian keluarga Kristen
dapat berkembang, menuju kesempurnaan seperti yang dikehendaki Tuhan.
Di samping kebutuhan materi dan spiritual, tentu saja kita juga membutuhkan
suasan rumah yang nyaman, menyenangkan, dan hangat. Ini semua bukanlah
hanya pekerjaan seorang ibu namun, menjadi tanggung-jawab semua anggota
keluarga baik laki-laki maupun perempuan. Saat ini telah terjadi perubahan sosial
yang pesat. Banyak perempuan dan ibu-ibu yang memiliki peran ganda, yakni
mengurusi masalah rumah tangga(domestik) maupun bekerja untuk mencari
nafkah di luar rumah (ruang publik). Kalau perempuan sudah melakukan
terobosan ke dunia publik maka sudah saatnya para anak laki-laki dan suami juga
harus mampu melakukan tugas-tugas dibidang domestik. Dengan demikian akan
dicapai keseimbangan, tidak ada yang mempunyai “beban ganda”, tidak ada lagi
perkerjaan yang diberi label “pekerjaan laki-laki dan pekerjaan perempuan
2. ​Rumah tempat bersemainya Iman
Di dalam rumah, prioritas menjadi keluarga yang utuh itu penting. Banyak
keluarga para remaja yang saat ini mengalami masalah, dimana orang tua
tidak saling mengasihi, banyak timbul kekerasan dalam keluarga, akhirnya
menimbulkan banyak perceraian. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa pendidikan
iman mempunyai kedudukan yang penting. Banyak krisis keluarga karena mereka
sudah meninggalkan Kristus dan tidak ada lagi cinta dalam keluarga.
Tuhan memberikan mandat kepada orang tua untuk mendidik anak, tetapi
kadang-kadang orang tua sibuk hanya untuk memenuhi kebutuhan anak secara
materi, dan mengabaikan kebutuhan mental dan rohani. Akibatnya anak sering
berada di luar rumah untuk menghindari permasalahan keluarga. Seharusnya
keluarga merupakan tempat masing-masing orang termasuk anak-anak dapat
bertumbuh secara fisik, mental dan spiritual. Oleh karena itu setiap keluarga perlu
menyadari, betapa pentingnya menanamkan iman tentang Allah dan karyaNya
sedini mungkin kepada anak, baik melalui proses pendidikan maupun sosialisasi.
Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan
Bahan Alkitab: Efesus 5:21-6:9;
Kolose 3:18-22; 1 Timotius 2:8-
11; Titus 2:1-10
Bab XII
B. Keluarga Menurut Alkitab
1. Perjanjian Lama
Tidak ada kata untuk “keluarga” dalam Perjanjian Lama (Bahasa Ibrani) yang
dapat disamakan secara tepat dengan kata modern, “keluarga inti”. Beberapa
kelompok sosial digambarkan sebagai “suku”, dan menggambarkan asal etnik.
Kata umumnya (​beth ab = ​ rumah ayah) dapat berarti keluarga inti yang tinggal
di rumah yang sama (Kejadian 50:7-8); kelompok sanak yang lebih besar atau luas
termasuk dua atau lebih generasi (Kejadian 7:1; 14:14); dan juga sanak dengan
berarti lebih luas (Kejadian 24:38). Kata lain menunjuk ke kelompok sanak yang
besar dan kadang-kadang diterjemahkan sebagai “kaum” (Bilangan 27:8-11).
Pada kenyataannya, keluarga-keluarga yang digambarkan dalam Perjanjian
Lama adalah rumah tangga yang terdiri atas semua orang, baik ayah, ibu,
anak-anak, kerabat lain, pelayan-pelayan dan orang lain yang tinggal di rumah
(bandingkan Keluaran 20:10; Ulangan 5:14). Sebelum masa Daud, hidup keluarga
difokuskan pada keperluan umum yaitu pekerjaan, makanan, dan perlindungan.
Rumah tangga adalah tempat dimana pendidikan, sosialisasi, dan pendidikan
agamani, terjadi.
2. Perjanjian Baru
Keluarga di Perjanjian Baru tersusun seperti rumah tangga dalam Perjanjian
Lama. Ada tekanan pada asal etnik dan jabatan atau peran orang tua. Keluarga
Greco-Roman juga rumah tangga besar, yaitu rumah tangga termasuk semua
orang yang tinggal di rumah. Tidak ada kata di bahasa Yunani yang dapat
disamakan secara tepat dengan ide modern, “keluarga inti”. Rumah tangga besar
ini adalah satuan dasar masyarakat. Kata umum adalah “rumah” (​oikos)​ , atau frasa
“kepunyaan sendiri”.
Dalam Perjanjian Baru ada beberapa yang dinamakan “pedoman-pedoman
kehidupan keluarga” (Kolose 3:18 – 4:1; Efesus 5:21 – 6:9; 1 Petrus 2:18 – 3:7;
1 Timotius 2:8-15; 6:1-2; Titus 2:1-10). Pedoman ini mungkin dimaksudkan
untuk membantu anggota rumah tangga Kristen agar hidup sesuai dengan
kebudayaannya. Di pihak lain kenyataan bahwa pedoman itu tertuju kepada para
suami, isteri, orang tua, anak, dan pelayan, menunjukkan bahwa ajaran Kristen
khusus diterapkan ke kehidupan rumah tangga. Kita seharusnya memperhatikan
bahwa bagian-bagian ini tidak menunjukkan keluarga sebagai satuan, tetapi
menunjukkan hubungan-hubungan yang beragam di dalam keluarga itu sendiri
yang bertujuan untuk kebahagiaan bersama.
Peran Anak dalam Keluarga Kristen
yang Menjadi Berkat
Sebagaimana kamu ketahui bahwa keluarga tidak hanya terdiri dari ayah dan
ibu, tetapi juga termasuk di dalamnya anak-anak baik anak laki-laki maupun
perempuan. Hal itu bukan hanya berkaitan dengan status melainkan lebih kepada
peran mereka masing-masing guna menjadi keluarga Kristen yang menjadi berkat
bagi lingkungan.
Keluarga Kristen yang menjadi berkat
Menurut Alkitab, keluarga adalah tempat anak-anak diajarkan takut kepada
Tuhan, dan belajar tentang karya-karya Tuhan (Ulangan 6:4-10).
Keluarga Kristen adalah suami-isteri yang kedua-duanya telah menerima
Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. Ini juga berarti bahwa keduanya
menaati Dia, mereka hidup dengan kuasa Tuhan Yesus dalam kehidupannya.
Sebagai seorang Kristen, gaya hidupnya harus menjadi mengikuti teladan
Kristus. Sebagian orang berpandangan bahwa jika seorang laki-laki dan seorang
perempuan menikah di dalam gereja, maka pernikahan mereka adalah pernikahan
Kriten.Bagi mereka, menikah di dalam gereja adalah suatu jaminan bahwa mereka
sedang membangun keluarga Kristen. Cara berpikir demikian tidak dapat dibenarkan.
Keluarga dapat disebut keluarga Kristen apabila suami-isteri percayakepada Kristus dan menampilkan
gaya hidup seperti Kristus. Jadi yang dimaksud keluarga Kristen
adalah keluarga yang dibentuk oleh Allah dan dalam hidupnya selalu bersandar
pada Kristus, serta hidup menurut kehendak-Nya.
Di bawah ini merupakan hakikat keluarga Kristen:
1. Persekutuan hidup antara seorang laki-laki dan seorang perempuan
dalam perjanjian, kasih setia membentuk suatu keluarga yang diberkati
dan dikuduskan Allah, serta sebuah persekutuan yang menjadi lambang
persekutuan hidup antara Allah dengan umat-Nya. Orang yang hidup dalam
pernikahan dipanggil untuk memelihara kekudusan hidup pernikahan yang
dikaruniakan Allah kepadanya (1 Tesalonika 4:3-8; Ibrani 13:4).
2. Persekutuan hidup yang bersifat eksklusif, artinya hanya terdiri dari dua orang
saja, yaitu seorang laki-laki tertentu dengan seorang perempuan tertentu.
Dengan demikian pernikahan dalam keluarga Kristen berpola monogami
(Kejadian 2:22, 24-25; 1 Korintus 7:2; 1 Timotius 3:2, 12). Oleh karena itu
menolak praktek poligami maupun poliandri.
3. Persekutuan hidup yang bersifat total, artinya menyangkut seluruh segi
kehidupan suami-isteri baik yang jasmani maupun yang rohani, ”…keduanya
menjadi satu daging” (Kejadian 2:24). Kesatuan ini adalah suatu proses yang
berlangsung seumur hidup. Aspek inilah yang membedakan secara hakiki
hubungan antara suami-isteri dengan orang lain.
Keluarga Kristen mempunyai peran yang sangat penting, karena hubungan
di rumah tangga juga menggambarkan hubungan dalam keluarga jemaat. Dalam
rumah tangga itulah beberapa segi dari kehidupan Allah harus diperlihatkan.
Membesarkan anak-anak adalah tugas bagi rumah tangga. Mengajarkan anakanak
akan iman Kristen adalah tugas orang tua sebelum anak-anak mendapatkan
pengajaran dari gereja.
Kita hidup di tengah masyarakat. Sebagai keluarga Kristen kita diberi mandat
oleh Tuhan agar menjadi berkat di tengah masyarakat. Menjadi berkat dimulai
dari masing-masing anggota keluarga, kemudian menjadi berkat bagi jemaat di
gereja, serta menjadi berkat dilingkungan RT, RW, dan masyarakat luas. Contoh
sederhana yang bisa dilakukan oleh keluarga Kristen dalam rangka menjadi berkat
seperti ikut gotong royong dalam membersihkan lingkungan tempat tinggal,
serta aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat lainnya. Bagaimana Alkitab
mengajarkan agar keluarga Kristen bisa menjadi berkat di tengah masyarakat?
Berikut beberapa hal yang diajarkan Firman Tuhan:
1. Hidup dengan penuh hikmat
Agar menjadi berkat di tengah masyarakat, maka orang Kristen harus hidup
dengan bijaksana. Dalam Titus 2:1-6 ada keterangan tentang bagaimana hidup
orang Kristen yang berhikmatatau bijaksana di tengah masyarakat. Kaum lakilaki
dianjurkan untuk hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam
iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. Kaum perempuan dianjurkan untuk
hidup sebagai orang-orang beribadah, tidak memfitnah, tidak menjadi hamba
anggur, cakap mengajarkan hal-hal yang baik, hidup bijaksana dan suci, rajin
mengatur rumah tangganya, dan baik hati. Sedangkan kaum muda dianjurkan
untuk menguasai diri dalam segala hal. Laki-laki dan perempuan dalam
keluarga mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat.
2. Pergunakan waktu yang ada
Apa arti pergunakan waktu yang ada? Kata “waktu” dalam bahasa aslinya
(Yunani) adalah: ​kairos.​ Dalam bahasa Inggris berarti ​“make the most of
every opportunity” (​ pergunakan sebaik-baiknya setiap kesempatan). Setiap
kesempatan datang hanya satu kali dalam hidup kita dan tidak akan datang
untuk kedua kalinya. Oleh karena itu kesempatan yang datang dalam hidup
kita (baik berkaitan dengan belajar, bergaul, bermain, pekerjaan maupun
pelayanan) harus kita pakai dengan sebaik-baiknya. Sehingga setiap orang
dapat melihat bahwa kita adalah orang-orang Kristen yang selalu menghargai
waktu yang Tuhan berikan.
3. Mengucapkan kata-kata yang membangun
Dalam Efesus 4:29 dikatakan: Janganlah ada perkataan kotor keluar dari
mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana
perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia​. K ​ ata-kata
kita mempunyai kekuatan yang luar biasa, yang bisa mempunyai efek besar
dalam hidup orang lain, baik bersifat negatif maupun positif. Dengan kata-kata
kita, kita bisa membangun, menguatkan dan memberi semangat kepada orang
lain. Sebaliknya dengan kata-kata pula, kita bisa menimbulkan kepahitan,
kepedihan dan meruntuhkan semangat hidup orang lain. Karena itu pakailah
kata-kata kita untuk memberkati orang lain.
Sebagai pengikut Kristus, sudah seharusnya kita memberkati kehidupan orang
lain. Lewat perkataan dan perbuatan yang sederhana, kita dapat menyentuh hati
dan membawa mereka mengenal Tuhan. Lewat perkataan, kita dapat membuat
kehidupan satu hari seseorang menjadi kacau, namun lewat perkataan juga kita
dapat membuat kehidupan satu hari seseorang menjadi indah.
Mensyukuri Anugerah Allah Lewat Perkembangan Iptek
Bahan Alkitab: Kejadian 1:28;
6:14-15; Amsal 1:7
Bab XIII
Berikut ini definisi teknologi menurut para ahli:
a. Teknologi adalah seluruh perangkat ide, metode, teknik benda-benda material
yang digunakan dalam waktu dan tempat tertentu maupun untuk memenuhi
kebutuhan manusia
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 1​ 13
b. Teknologi adalah suatu perilaku produk, informasi dan praktek-praktek
baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan atau diterapkan
oleh sebagian warga masyarakat dalam suatu lokasi tertentu dalam rangka
mendorong terjadinya perubahan individu dan atau seluruh warga masyarakat
yang bersangkutan.
c. Teknologi merupakan perkembangan suatu media/alat yang dapat digunakan
dengan lebih efisien guna memproses serta mengendalikan suatu masalah.
Kata “teknologi” juga digunakan untuk merujuk sekumpulan teknik-teknik.
Dalam konteks ini, teknologi adalah keadaan pengetahuan manusia tentang
bagaimana cara untuk memadukan sumber-sumber, guna menghasilkan produkproduk
yang dikehendaki, menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan, atau
memuaskan keinginan yang meliputi cara atau metode, keterampilan, proses,
teknik, perangkat, dan bahan mentah.
Jadi, yang dimaksud dengan teknologi adalah suatu benda atau objek yang
diciptakan oleh manusia yang bisa bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.
Teknologi yang diciptakan oleh manusia pada mulanya hanya sebuah alat-alat
sederhana, namun memberikan dampak yang sangat besar bagi manusia. Dengan
inovasi berkelanjutan yang dilakukan oleh manusia, membuat teknologi sangat
cepat berkembang.
3. ​Dampak positif dan negatif dari berkembangnya Iptek
Dalam bidang ekonomi misalnya, dulu untuk menjual barang atau jasa kita
harus mencari tempat untuk berjualan, harus mengeluarkan uang yang lebih
banyak, dan belum bisa menjangkau orang di bagian tempat lainnya yang jauh,
tapi sekarang barang atau jasa itu bisa kita jual melalui internet. Melalui internet
tidak butuh tempat yang luas, lebih mudah dalam memasarkannya, lebih bisa
menjangkau orang banyak dan lebih hemat waktu, konsumen pun tidak perlu
berdesak-desakkan di pasar atau berjalan keliling ​mall​. Hanya dengan mentransfer
sejumlah uang, barang yang kita inginkan sudah bisa kita miliki. Tapi kita harus
hati-hati dalam membeli barang melalui internet, karena tidak sedikit orang yang
tertipu. Kadang barang tidak sesuai dengan gambar yang di promosikan, atau
bahkan ketika kita sudah mentransfer uang, barang tidak sampai ke kita. Jadi ada
hal positif dan negatifnya dalam kemajuan teknologi ini.
Dalam aspek sosial budaya dan kehidupan sehari-hari teknologi juga memberikan
dampak positif yang tidak sedikit, misalnya:
• Informasi yang diperoleh dapat langsung dipublikasikan dan diterima oleh
banyak orang dengan cepat melalui media-media yang ada, setiap orang jadi
bisa saling bertukar informasi.
• Memudahkan kita dalam belajar karena sudah banyak teknologi yang
mendukung, misalnya dengan adanya proyektor, LCD, mikroskop, dan lainlain.
• Hubungan sosial antar masyarakat bisa berlangsung di mana saja dan kapan
saja walaupun berjauhan dan berada dalam zona waktu yang berbeda, tetapi
dapat berinteraksi.
• Sosialisasi kebijakan pemerintah dapat lebih cepat sampai ke masyarakat,
dengan adanya pemberitaan di radio, televisi, dan internet, sehingga masyarakat
dengan mudah dan cepat mengetahui peraturan dan kebijakan pemerintah
yang sudah atau baru dikeluarkan.
• Masyarakat dapat mempublikasikan kebudayaan yang dimiliki ke masyarakat
luas untuk dipelajari dan dilestarikan, tidak hanya dalam satu negara, tetapi
dapat juga antar negara.
Selain dampak positif di atas, teknologi juga memiliki dampak negatif bagi
manusia, misalnya:
• Muncul kejahatan baru seperti penipuan, penculikan, pencurian nomor kartu
kredit, pornografi, pengiriman virus dan spam, penyadapan saluran telepon
dan masih banyak kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan fasilitas
teknologi.
• Banyak perilaku menyimpang yang terjadi, khususnya pada remaja karena
tidak bisa memilih mana yang harus diterima dan mana yang harus ditolak.
• Tingkat kepercayaan kepada lingkungan sekitar menurun, karena lebih percaya
dengan internet untuk mencari informasi dibandingkan bertanya langsung
kepada orang yang mengetahuinya, ketergantungan kepada internet semakin
meningkat.
• Privasi bukan lagi menjadi sesuatu yang mahal, dengan adanya situs jejaring
sosial memberikan penggunanya kebebasan untuk membuka diri dan melihat
info serta privasi orang lain. Contohnya: ​facebook​, ​twiter,​ dan lain-lain.
• Budaya asli yang terkikis karena masuknya budaya asing. Masyarakat jauh lebih
mengerti dan mempelajari tentang budaya luar dibandingkan dengan budaya
asli yang kita miliki.
• Terkadang membuat kita menjadi malas dan tidak kreatif. Karena kecanggihan
teknologi, seseorang bisa dengan mudah menggandakan tugas teman atau
mengunduhnya di internet.
• Meningkatnya angka pengangguran karena teknologi dapat menggantikan
manusia dalam segala bidang.
Iptek diibaratkan seperti pisau, jika digunakan oleh ​cheff ​(pemasak profesional)
pisau itu akan sangat bermanfaat, tapi jika digunakan oleh pembunuh pisau itu
akan merugikan banyak orang. Artinya Iptek bisa membantu serta memudahkan
kita dalam segala aktivitas, tapi juga bisa menjadi boomerang untuk kita jika kita
tidak mampu memilih mana yang harus diterima, mana yang harus ditolak, mana
yang benar dan mana yang salah. Kita harus bisa menanggulangi dan mencegah
dampak negatif tersebut agar tidak terjadi.
Sikap dalam menghadapi perkembangan Iptek
Artinya, Allah tidak pernah melarang penggunaan Iptek, dan menolak Iptek berarti melanggar firman
Tuhan.
Tetapi yang terpenting dalam hal ini ialah bagaimana kita memanfaatkan Iptek itu
dalam terang Firman Tuhan.
Dalam Kejadian 1:27-28, Allah memberikan manusia suatu amanat illahi
(Mandat Budaya) yaitu untuk menaklukkan alam semesta. Untuk dapat
menaklukkan alam semesta, manusia membutuhkan pengetahuan. Manusia
harus mampu untuk memeriksa alam serta mengambil suatu tindakan yang tepat
bagi kesejahteraan alam semesta. Untuk itu, manusia perlu ilmu pengetahuan.
Jadi ilmu pengetahuan, bukanlah musuh bagi orang Kristen, melainkan sebagai
jalan untuk lebih mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan, apabila manusia
dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan sebagai saluran beribadah untuk memuji
dan memuliakan nama Tuhan.
5. ​Iptek dalam Alkitab
Gambar 13.1 Baik remaja di Kota, di Desa, dan di Pedalaman dia harus banyak
belajar dan menguasai teknologi. Iptek adalah berkat yang harus dikembangkan.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 1​ 17
Kegiatan 4: Penugasan
Menurut kamu, apakah di Alkitab banyak menyinggung tentang Iptek?
Ya / Tidak :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Jika ada, berikan contohnya!
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Iptek dan Alkitab tidaklah saling bertentangan, justru kehadiran kemajuan
Iptek membantu orang percaya untuk lebih percaya pada kesaksian tertulis dalam
Alkitab yang terjadi di masa lalu.
Penggunaan Iptek sudah ada sejak zaman dahulu, sejak manusia diciptakan
sudah ada Iptek. Ilmu pengetahuan berasal dari Tuhan yaitu Firman Allah dan
teknologi juga berasal dari Tuhan yang dikembangkan oleh manusia. Dengan lain
kata, Iptek berasal dari Tuhan.
Pengaruh kekristenan yang mendorong lahirnya Iptek merupakan cermin
sikap kristiani yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan Allah
kepada manusia sebagaiamana tertulis dalam kitab Kejadian 1:28:
“Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah
dan bertambah banyak: penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang
merayap di bumi.”
Dari Kejadian 1:28 yang mendasari lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mandat Allah yang pertama kepada manusia untuk beranakcucu dan bertambah
banyak di bumi, dan berkuasa atas ikan-ikan, burung-burung, dan segala binatang.
Dari ayat tersebut yang melahirkan di pikiran manusia bagaimana mereka dapat
menguasai bumi sesuai dengan kehendak Allah.
Berikut ini perwujudan Iptek dalam sejarah manusia di Alkitab:
Dalam sejarah air bah, Allah memerintahkan Nuh membuat kapal untuk
menyelamatkan ia dan keluarganya dari kebinasaan akibat air bah. Dimensi
ruang, cara pembuatan, kapal atau pun bahan telah ditentukan oleh Allah
(Kejadian 6:14-15).
Ketika Musa diperintahkan untuk membuat Kemah Suci (Keluaran 25:9), Allah
sendiri telah menjadi arsitek yang merencanakan ruang-ruang, dimensi dan
bahan untuk kemah suci tersebut (Keluaran 25:1-27:21). Kemudian kemuliaan
Allah memenuhi Kemah Suci tersebut (Keluaran 40:35).
5. Tentang Bait Suci dan istana yang dibangun oleh Salomo (1 Raja-raja 7-8).
Iptek bukanlah tujuan tetapi alat, manusia tidaklah boleh dikuasai oleh Iptek,
tetapi manusia harus menguasainya agar tujuan Iptek dapat tercapai sesuai yang
dikehendaki Tuhan, yaitu sebagai pengabdi kepada Tuhan dan sesama manusia (1
Korintus 6:12).
Berjalan​ ​Ke Masa Depan​ ​Bersama Tuhan
Bahan Alkitab: Mazmur 1:1-3;
Amsal 19:21; Yakobus 4:13-17

KELAS XII-BSE
BAB I Hak Asasi Manusia
Bahan Alkitab: Mazmur 133; I Raja-Raja 21: 1-16
Pengertian HAM
Hak asasi manusia atau biasa disingkat HAM merupakan hak yang
dimiliki oleh setiap orang sebagai manusia makhluk ciptaan Allah. Hak
yang paling mendasar adalah hak untuk hidup. Hanya Tuhanlah pemberi
kehidupan dan Dia jugalah yang berhak mengambil kehidupan itu. Namun,
sayang sekali dalam kenyataannya, masih banyak orang yang belum menyadari
dirinya memiliki hak yang tidak dapat dilanggar ataupun diambil oleh orang
lain. Bukan hanya manusia sebagai individu, bahkan institusi atau lembaga
negara pun dapat melanggar HAM warga negaranya ketika negara tidak
dapat menjamin terpenuhinya HAM warga negara sebagai individu maupun
kelompok.
Dalam sikap hidup sehari-hari terkadang sadar ataupun tidak kamu
melakukan tindakan yang menjurus ke arah pelanggaran terhadap hak asasi
seseorang. Berita-berita yang tersebar di media massa baik cetak maupun
elektronik telah menggambarkan berbagai peristiwa kekerasan yang dilakukan
oleh remaja terhadap teman maupun orang lain bahkan sampai kehilangan
nyawa. Oleh karena itu, pembahasan mengenai HAM dapat memberikan
pencerahan kepada kamu untuk terpanggil menghargai HAM sesama dan
memperjuangkan HAM bagi diri kamu dan orang lain.
Memahami Hak Asasi Manusia dalam Alkitab
Di dalam Alkitab tidak dijumpai praktik hak asasi manusia seperti yang
kita kenal sekarang, namun dari Alkitab kita dapat menemukan benihbenihnya,
agar selalu dapat menghargai kehidupan dan nyawa seseorang, serta
melakukan perintah-perintah-Nya agar manusia hidup saling memperlakukan
sesamanya dengan baik.
Mazmur 133 berbicara tentang suatu masyarakat yang hidup rukun bagai
saudara. Masyarakat yang hidup rukun seperti ini tentu akan saling menghargai
sesamanya. Mereka tidak akan saling menekan, menindas, memeras, apalagi
menganiaya. Menurut pemazmur, masyarakat seperti itu akan tampak indah.
Ya, sudah tentu, karena masyarakat seperti itu tidak akan banyak mengalami
konflik. Konflik atau perbedaan pendapat akan mereka selesaikan dengan
baik. Hal yang lebih penting lagi, kepada masyarakat seperti itulah Tuhan
Allah akan melimpahkan berkat-Nya. Mengapa demikian? Karena Allah
sendirilah yang menciptakan manusia menurut gambar-Nya (Kitab Kejadian
1:26-28), kesegambaran itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk
yang memiliki hak dan martabat. Hal itu tidak dapat dirampas oleh siapa pun
atas alasan apa pun. Semua manusia sama di hadapan Allah. Manusia tidak
hanya diciptakan sebagai makhluk individu melainkan juga sebagai makhluk
sosial. Oleh karena itu, HAM diwujudkan antara lain melalui hidup rukun
sebagai sesama manusia sebagaimana tercantum dalam Kitab Mazmur 133.
Jika Mazmur 133 bicara tentang masyarakat yang hidup rukun, maka Kitab
1 Raja-Raja pasal 21 bicara tentang bagaimana raja dan istrinya menggunakan
kekuasaan untuk menindas dan merampas hak warga negaranya.
Cakupan Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia adalah hak paling mendasar yang dimiliki oleh
manusia dan tidak dapat diambil oleh orang lain bahkan oleh negara sekali
pun. Hak untuk hidup adalah salah satu bentuk hak paling mendasar yang
diberikan Tuhan pada manusia. Hak-hak asasi mencakup berikut.
(1) Hak warga negara, mencakup hak untuk hidup dan merasa aman, memiliki
privasi, berkeluarga, hak milik pribadi, menyatakan pendapat dengan
bebas, memeluk dan melaksanakan agama/kepercayaan, dan berkumpul
dengan damai.
(2) Hak-hak politik, mencakup hak untuk berserikat, membentuk partai
politik, ikut serta memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, menduduki
jabatan pemerintahan, dan sebagainya.
(3) Hak-hak ekonomi dan sosial, mencakup hak untuk bebas dari kemiskinan,
hak untuk diterima dalam masyarakat dan bangsa-bangsa, dan hak untuk
menentukan nasib sendiri.
Selanjutnya pembahasan secara mendalam mengenai Demokrasi dan
HAM telah kamu pelajari dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Sejarah HAM di Indonesia
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cukup banyak mengalami kepahitan
akibat kehilangan hak-hak dasar sebagai manusia melalui penjajahan selama
tiga setengah abad. Termotivasi oleh kesadaran HAM maka para pejuang
mendirikan organisasi Budi Utomo sebagai organisasi pertama yang bersifat
nasional. Mereka memperjuangkan adanya kesadaran untuk berkumpul dan
mengeluarkan pendapat sebagai hak yang harus dijalankan oleh setiap orang.
Tentu saja gerakan ini ditentang oleh pemerintahan Belanda yang menjajah
Indonesia. Selanjutnya, perjuangan kemerdekaan Indonesia dimotivasi oleh
adanya kesadaran akan hak-hak asasi manusia. Perjuangan hak-hak asasi
manusia di dunia, khususnya di Eropa dan Amerika turut mempengaruhi para
pejuang Indonesia untuk memperjuangkan hak mendasarnya sebagai manusia
yaitu kebebasan atau kemerdekaan. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
yang mempersiapkan UUD negara RI dan dasar negara pun menyusun UUD
dan dasar negara berdasarkan pemahaman tentang demokrasi dan HAM.
Perjuangan kemerdekaan adalah perjuangan HAM. Oleh karena itu
sesudah kemerdekaan para pendiri bangsa memasukkan HAM dalam
Pancasila dan UUD 1945. Simak sila-sila dalam Pancasila yang dimulai dengan
Ketuhanan Yang Maha Esa sampai dengan sila kelima, yaitu Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Semuanya menyiratkan keberpihakan pada
HAM. Demikian pula UUD 1945. Baik Pembukaan maupun pasal demi pasal
dalam UUD 1945 memberikan jaminan bagi terpenuhinya hak-hak mendasar
bagi rakyat Indonesia terutama menyangkut demokrasi dan HAM.
Walaupun HAM tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945, tidak dengan
sendirinya rakyat dapat menikmati pemenuhan hak-haknya. Hal itu terjadi
karena situasi bangsa dan negara yang masih ada dalam perjuangan untuk
mempertahankan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) maupun
karena penyalahgunaan kekuasaan serta kekuasaan mutlak pemerintah yang
berlindung di balik kedok demokrasi.
Di bawah Pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia memasuki era
yang disebut sebagai Orde Baru, yaitu orde yang dipandang berbeda dengan
Orde Lama yang dipimpin oleh Presiden Soekarno. Pemerintahan Orde Baru
menerapkan sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila. Hampir seluruh
bidang kehidupan berada di bawah kontrol Negara. Kontrol terhadap pers
sangat ketat, media pemberitaan yang dipandang merugikan pemerintah ijin
terbitnya dicabut. Rakyat tidak bebas menyampaikan aspirasinya.
Berbagai penderitaan yang dialami oleh berbagai komponen rakyat selama
30 tahun, akhirnya melahirkan kesatuan gerakan untuk menghancurkan rezim
Orde Baru. Gerakan tersebut dipelopori oleh Lembaga Swadaya Masyarakat
dan Mahasiswa dari seluruh Indonesia, mereka menduduki gedung DPR/
MPR dan menuntut :
1. Presiden Soeharto mundur.
2. Pelaksanaan Demokrasi dan HAM diterapkan secara total.
Menjawab tuntutan tersebut, pada tanggal 28 Mei 1998 Presiden Soeharto
mengundurkan diri dari jabatannya. Dengan demikian, menandai era baru
yang disebut masa transisi menuju Reformasi. Beberapa mahasiswa Universitas
Trisakti gugur sebagai pahlawan Reformasi.
Banyak orang menyebut masa setelah Orde Baru sebagai era Reformasi
karena adanya gerakan reformasi yang berhasil meruntuhkan pemerintahan
Orde Baru. Dalam kenyataannya, hingga kini bangsa dan Negara Indonesia
masih terus berjuang untuk mewujudkan HAM. Masih banyak hal yang harus
diperbaiki dan diubah supaya rakyat memperoleh apa yang merupakan hakhaknya.
Praktik Hak Asasi Manusia
Bahan Alkitab: Bilangan 35: 9-34
Hak Asasi Manusia di Indonesia
Indonesia dibentuk sebagai sebuah negara yang demokratis. Hak asasi
manusia diakui seperti yang tersirat dalam rumusan Pancasila dan UUD 1945.
Sila kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila kelima “Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Rumusan tersebut sebenarnya sudah
mencakup ayat-ayat yang berkaitan dengan hak asasi manusia yang tertulis
dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Namun, sekadar pernyataan bahwa negara Indonesia yang berdiri di atas
dasar negara Pancasila dan dipandu oleh UUD 1945 tidak dengan sendirinya
menjamin perwujudan hak asasi manusia. HAM tidak dapat terwujud secara
otomatis namun melalui sebuah proses yang panjang dalam pembelajaran,
pembiasaan, serta penghayatan.
Kota Perlindungan Dalam Kitab Perjanjian Lama
Meskipun Alkitab tidak berbicara tentang hak asasi manusia, kita dapat
menemukan di sana-sini konsep-konsep yang merujuk kepada hak asasi
manusia. Dalam Bilangan 35:9-34 Allah memberikan perintah kepada Musa
untuk membangun “kota-kota perlindungan” agar orang yang tidak sengaja
menyebabkan kematian orang lain tidak dibalas dengan dibunuh. Ia dapat
melarikan diri ke kota-kota perlindungan, yang jumlahnya cukup banyak, yaitu
enam kota, tiga kota di sebelah barat sungai Yordan, dan tiga lagi di sebelah
timurnya. Adapun kota-kota dimaksud adalah Kadesh, Sikhem dan Hebron di
sebelah barat, sedangkan Golan, Ramot di Gilead, dan Bezer di sebelah timur.
Apabila seseorang membunuh atau mengakibatkan seseorang tewas, dan
ia merasa tidak bersalah atau tidak sengaja telah menyebabkan kematian itu,
maka ia dapat melarikan diri ke kota-kota tersebut untuk berlindung. Ia tidak akan dibunuh. Ia harus
tinggal di kota itu “sampai matinya imam besar yang telah diurapi dengan minyak yang kudus”
(Bilangan 35:25).
Konsep tersebut kemudian diambil alih oleh gereja Kristen dengan
menetapkan gereja sebagai tempat perlindungan. Pada tahun 511, dalam
Konsili Orleans, di hadapan Raja Clovis I, setiap orang yang mencari suaka
akan diberikan apabila ia berlindung di sebuah gereja, dalam gedung-gedung
lain milik gereja atau di rumah uskup. Perlindungan diberikan kepada orangorang
yang dituduh mencuri, membunuh, atau berzina. Begitu juga budak yang
melarikan diri akan diberikan perlindungan, namun ia akan dikembalikan
kepada tuannya bila sang tuan mau bersumpah di atas Alkitab bahwa ia tidak
akan bertindak kejam.
Pemahaman tentang “kota-kota perlindungan” seperti yang dibicarakan
dalam Kitab Bilangan 35:9-34 menjamin perlakuan yang lebih adil bagi orangorang
yang terlibat dalam kasus seperti di atas. Dasar keadilan inilah yang
dapat kita lihat dalam hukum modern, ketika hakim mempertimbangkan
berbagai sisi dari sebuah kasus kriminalitas.
Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Alkitab
Bahan Alkitab:
Kejadian 1:26-30; I Raja-Raja 21:1-11
Pembahasan mengenai HAM dalam perspektif Alkitab bertujuan
memberikan bimbingan pada kamu mengenai HAM yang mengacu pada
ajaran Alkitab . Isi Alkitab dapat dirangkum dalam kalimat ini “Kasihilah Tuhan
Allahmu dan kasihilah sesamamu manusia”! Karena kasih kepada manusia
maka Allah menciptakan, memelihara, menyelamatkan, dan membaharui
manusia. Untuk itu, manusia dapat menanggapi penciptaan, pemeliharaan,
penyelamatan dan pembaharuan Allah baginya dengan mengasihi Allah dan
sesamanya. Prinsip kasih ini amat berkaitan dengan HAM. Intisari HAM
adalah “jangan menyakiti sesamamu manusia”.
Dalam cerita Alkitab kamu dapat temukan bagaimana Allah
memperingatkan raja-raja yang memerintah untuk jangan merampas hak
rakyat jelata, sebaliknya mereka harus melayani kepentingan rakyat. Para janda miskin, anak yatim
piatu adalah orang-orang yang terutama harus dikasihi dan dibantu. Bahkan dalam Kitab Amos 5:21-24
Allah menolak ibadah umat-Nya jika mereka tidak hidup adil dan benar di hadapan Allah dan sesama
manusia.
Melalui pembelajaran ini diharapkan ini kamu termotivasi untuk menjadi
pelaku HAM. Hal ini penting, apalagi pada zaman kini, melalui berita di
media maupun fakta kehidupan, kamu saksikan betapa manusia cenderung
mempraktikkan kekerasan terhadap sesama. Dalam tindakan kekerasan baik
fisik maupun psikologis (melalui kata-kata yang menghina maupun sikap
yang merendahkan sesama) kamu telah melanggar hak asasi seseorang. Di
kalangan remaja, perkelahian dan tawuran merebak di mana-mana bahkan
sampai dengan aksi menghilangkan nyawa sesama. Mempelajari HAM dalam
perspektif iman Kristen akan menolong kamu untuk terpanggil mewujudkan
HAM dalam kehidupan.
Bab
Belajar Tentang HAM melalui Cerita Kehidupan
1. Aung San Suu Kyi
Aung San Suu Kyi (baca: Aung San Su Ci) adalah seorang perempuan yang
tak pernah lelah memperjuangkan terwujudnya demokrasi di Myanmar
(Burma). Ayahnya adalah Aung San,tokoh perjuangan Burma yang diakui
sebagai bapak pendiri bangsa. Ibunya, Daw Khin Kyi, memainkan peranan
penting sebagai tokoh politik dalam pemerintahan Burma, negara yang
baru merdeka pada tahun 1948. Pada tahun 1950 Khin Kyi diangkat menjadi
duta besar untuk India dan Nepal. Aung San Suu Kyi ikut bersamanya,
dan lulus dalam bidang ilmu Politik dari Lady Shri Ram College di New Delhi
pada tahun 1964. Ia melanjutkan studinya di Oxford dan memperoleh gelar BA
dalam Filsafat, Politik, dan Ekonomi pada tahun 1969. Setelah lulus ia tinggal di New York City dan
bekerja di PBB. Pada tahun 1972 ia menikah dengan Dr. Michael Aris. Pada tahun 1985 ia memperoleh
gelar Ph.D. dari School of Oriental and African Studies, Univesitas London.
Pada tahun 1988 Suu Kyi pulang ke Burma untuk membantu ibunya yang
sedang sakit, namun kemudian ia terjun ke dalam gerakan pro-demokrasi. Suu
Kyi tinggal di Burma. Suaminya berkunjung ke Burma pada hari Natal 1995,
dan ternyata itu adalah perjumpaan mereka yang terakhir karena belakangan
pemerintah diktator Burma menolak permohonan visa Dr. Aris, suaminya.
Pada tahun 1997 suaminya menderita kanker prostat yang mengancam
jiwanya. Meskipun tokoh-tokoh terkemuka dunia, seperti Sekjen PBB Kofi
Annan dan Paus Yohanes Paulus II memohon agar pemerintah Burma
memberikan visa kepada Aris, namun tetap ditolak dengan alasan Burma
tidak mempunyai fasilitas untuk merawat sakitnya. Sebaliknya, pemerintah
Burma menyarankan agar Suu Kyi saja yang pergi mengunjungi Aris di
Inggris. Hal ini ditolak Suu Kyi, karena ia tahu bahwa bila ia meninggalkan
Burma, pemerintah negara itu tidak akan mengizinkannya masuk kembali ke
negaranya. Saat itu Suu Kyi sendiri berada dalam tahanan rumah di bawah
pemerintahan junta militer yang tidak dipercayainya.
Keterlibatan Politik
Aung San Suu Kyi tidak pernah berencana untuk terjun dalam pergerakan
politik di negaranya. Ketika ia kembali ke Burma pada tahun 1988, negara itu
sedang dilanda demonstrasi besar-besaran menuntut dipulihkannya demokrasi.
Pada September tahun itu, junta militer yang baru merebut kekuasaan. Pada
bulan yang sama, terbentuklah Liga Nasional untuk Demokrasi dengan Suu
Kyi sebagai sekretaris jenderalnya.
Suu Kyi banyak dipengaruhi oleh Mahatma Gandhi, khususnya filsafat
ahimsa yang menolak penggunaan kekerasan. Selain itu, sebagai seorang
Buddhis, Suu Kyi pun sangat kuat dipengaruhi oleh agamanya yang menolak
kekerasan.
Sejak 20 Juli 1989 Suu Kyi dikenai tahanan rumah karena aktivitas
politiknya. Ia ditawari kebebasan apabila ia mau meninggalkan Burma, tetapi
ia menolak tawaran itu.
Salah satu pidato Suu Kyi yang terkenal adalah “Kemerdekaan dari
Ketakutan”. Ia mengatakan, “Bukan kekuasaan yang merusak, melainkan
rasa takut. Takut akan kehilangan kekuasaan merusakkan mereka yang
menggunakan kekuasaan, dan rasa takut akan hukuman oleh kekuasaan
merusakkan mereka yang takluk kepadanya.”
Ia juga percaya bahwa rasa takut telah menyebabkan banyak pemimpin
dunia kehilangan tujuan mereka sebenarnya.
Penghargaan dunia terhadap komitmennya membela demokrasi dan hak
asasi manusia, tercermin dalam beberapa penghargaan internasional yang ia
raih dalam kurun waktu 1990-2000, antara lain meraih hadiah Thorolf untuk
perjuangan membela hak asasi dari pemerintah Norwegia (1990), hadiah
Sakharov untuk perjuangan ke arah kemerdekaan berpikir dari Masyarakat
Ekonomi Eropa (1990), hadiah Nobel Perdamaian (1991), Gandhi Award
dari Universitas Simon Fraser, Kanada (1995), dan US Presidential Medal of
Freedom, AS (2000).
2. Rachel Aline Corrie
Rachel Aline Corrie (10 April 1979–16 Maret 2003) adalah seorang
anggota Gerakan Solidaritas Internasional (GSI) yang dibunuh
oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dengan sebuah buldoser, ketika
ia berusaha menghalangi tentara IDF menghancurkan rumah seorang
ahli farmasi Palestina, Samir Nasrallah. Menurut New York Times, Corrie dan teman-temannya
bertindak sebagai “manusia perisai”. Corrie adalah seorang mahasiswa dari Evergreen State College, di
kota Olympia, Washington, AS. Ia mengambilcuti satu tahun dan berkunjung ke Jalur Gaza pada
Intifada Kedua. Setelah ter-bang ke Israel pada 22 Januari 2003, Corrie menjalani latihan selama dua
hari di markas besar GSI di Tepi Barat, lalu berangkat ke Rafah untuk ikut serta dalam demonstrasi di
sana.
Di Rafah, Rachel bertindak sebagai “manusia perisai” dalam upayanya
untuk menghalangi penghancuran rumah yang dilakukan dengan buldoser
lapis baja oleh pasukan IDF. Pada malam pertamanya di sana, ia bersama dua
anggota GSI lainnya membangun tenda di dalam Blok J, yang sering menjadi
sasaran tembak Israel. Pasukan-pasukan Israel menembaki tenda mereka dan
tanah yang hanya beberapa meter jauhnya dari tenda itu. Karena merasa bahwa
kehadiran mereka memprovokasi pasukan Israel, Corrie dan rekan-rekannya
bergegas membongkar tenda mereka lalu pergi.
Pada 16 Maret 2003, sebuah operasi IDF di daerah antara kamp pengungsi
Rafah dan perbatasan dengan Mesir terlibat dalam pembongkaran rumah,
yang dipandang perlu oleh IDF untuk menghancurkan tempat persembunyian
gerilyawan dan lorong-lorong penyelundup. Corrie ikut serta dalam sebuah
kelompok dengan 7 anggota GSI (tiga warga negara Inggris, empat Amerika)
dalam upaya mereka menghalangi tindakan-tindakan buldoser Israel. Corrie,
yang membaringkan dirinya di jalan yang dilalui buldoser Caterpillar D9R
yang berlapis baja, terluka parah. Ia segera dibawa ke sebuah RS Palestina.
Laporan mengatakan ia meninggal di tempat, ada lagi yang mengatakan ia
meninggal di jalan menuju ke rumah sakit, atau malah di rumah sakit sendiri.
Kesaksian Alkitab tentang Manusia
Kitab Kejadian pasal 1:26-30 menulis tentang penciptaan manusia sebagai
makhluk bermartabat. Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah.
Menurut John Stott, dalam bukunya ​Isu-Isu Global Menantang Kepemimpinan
Kristiani​, martabat makhluk manusia diutarakan dalam tiga kalimat beruntun
dalam Kitab Kejadian 1:27,28. Pertama, Allah menciptakan manusia menurut
“gambar-Nya​”, K ​ edua, “laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”.
Ketiga, Allah memberkati mereka lalu berfirman kepada mereka …”Penuhilah
bumi dan taklukkanlah itu”. Martabat manusia dikemukakan dalam tiga
hubungan yang unik yang ditegakkan sejak penciptaan.
(1). ​Hubungan manusia dengan Allah. ​Menurut Stott, manusia yang
diciptakan menurut gambar ilahi mencakup kualitas-kualitas rasional,
moral dan spiritual. Kualitas ini dengan sendirinya membedakan manusia
dari binatang dan memungkinkan manusia berelasi dengan Allah melalui
kualitas rasional, moral dan spiritual. Dengannya, manusia belajar untuk
mengenal, memahami serta taat pada perintah-Nya. Selanjutnya dikatakan,
hak manusia untuk beragama, menyiarkan agama, menjalankan ibadah
agama, kebebasan untuk berpikir, berbicara, mengambil keputusan
menurut hati nurani, semuanya berada dalam kaitannya dengan hubungan
manusia dengan Allah.
(2). ​Hubungan antarmanusia. ​Allah menciptakan manusia sebagai makhluk
sosial, sehingga Ia juga memberkati relasi antarmanusia termasuk
hal-hal yang berkaitan dengan akibat dari relasi atau hubungan itu.
Dengan demikian, hak manusia untuk berelasi, bersahabat, menikah
serta membentuk keluarga, hak untuk berkumpul dan mengemukakan
pendapat, hak untuk diterima dan dihormati tanpa memandang jenis
kelamin, usia maupun status sosial berada dalam lingkup hubungan antar
manusia yang diberkati Allah.
(3). ​Hubungan manusia dengan bumi dan makhluk lainnya. ​Manusia
diciptakan untuk mengolah bumi, berkuasa atas makhluk-makhluk
lainnya. Dengan demikian, manusia diberikan hak untuk bekerja,
memiliki karier, hak untuk beristirahat, hak untuk memperoleh sandang,
pangan dan rumah yang nyaman dan sehat, hak untuk bebas dari penyakit,
kemiskinan, keterbelakangan, dan hak untuk menikmati udara dan air
bersih.
Implikasi Terhadap Hak Asasi Manusia
Implikasi dari tiga hubungan yang unik di atas adalah hakikat manusia
sebagai makhluk bermartabat merupakan pemberian Allah. Oleh karena itu,
tidak seorang pun dapat mengambilnya dari diri seseorang. Menurut Kitab
Amsal 14:31, “...siapa yang menindas orang lemah, menghina Pencipta-Nya”.
Pelanggaran terhadap hak asasi manusia merupakan penghinaan terhadap
penciptanya. Dalam Alkitab Perjanjian Lama, banyak raja yang jatuh karena
menerima hukuman Allah akibat mereka berlaku semena-mena terhadap
rakyatnya. Raja Ahab yang telah merampas kebun anggur Nabot menerima
hukuman, ia mati dan mayatnya tidak dikuburkan secara layak karena dimakan
anjing di luar pintu gerbang kota tepat seperti yang difirmankan Allah. Yeremia mengecam Raja
Yoyakim yang menindas serta memeras rakyatnya demi
membangun istana mewah. Kitab Amos, Mikha, dan Yeremia adalah kitabkitab
yang berisi seruan serta peringatan para nabi terhadap pemerintah, para
pemimpin maupun rakyat yang bertindak tidak adil terhadap mereka yang
lemah dan miskin.
Ketaatan, kasih dan keadilan selalu menjadi hal penting dalam sejarah
hubungan antara manusia dengan Tuhan Allah Sang Pencipta. Jika manusia
melakukan kejahatan terhadap sesamanya, maka Allah akan menegur dan
menuntut pertobatan dari manusia dan jika manusia tidak bertobat, maka akan
datang hukuman. Sebaliknya jika manusia sadar akan kejahatannya kemudian
bertobat, maka akan terhindar dari hukuman. Dalam cerita-cerita Alkitab,
umumnya raja yang menyalahgunakan kekuasaan dan otoriter cenderung
melakukan penindasan terhadap rakyatnya.
Perdebatan mengenai Hak Hidup
Arti terdalam dari hak asasi manusia adalah pengakuan terhadap
kebebasan dan kemerdekaan manusia yang telah dianugerahkan Tuhan Allah
sejak seseorang mulai bertumbuh dalam kandungan ibu. Oleh karena itu,
segala macam upaya untuk menghancurkan serta menghilangkan kehidupan
serta kebebasan manusia merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Bagaimana dengan kasus hukuman mati, aborsi, dan eutanasia?
1. Hukuman Mati
Hukuman mati adalah hukuman yang dijatuhkan kepada seseorang yang
dianggap melakukan kejahatan yang berat, seperti pembunuhan yang kejam
dan sadis, pengkhianatan kepada negara (makar), dan di beberapa negara,
seperti Indonesia, penjual atau pembawa narkoba. Hukuman mati diyakini
akan membuat orang lain takut dan tidak akan melakukan kejahatan serupa.
Selain itu, juga terjadi berbagai kasus ketika orang yang tidak bersalah dijatuhi hukuman mati. Berbeda
dengan hukuman penjara, bila seseorang sudah
dieksekusi tentu hukuman itu tidak dapat dibatalkan.
2. Aborsi
Aborsi atau pengguguran kandungan adalah praktik menghilangkan
janin yang ada di dalam kandungan. Gereja Katolik menentang praktik ini
dan menganggap semua bentuk aborsi sebagai pembunuhan. Banyak gereja
Protestan juga menentang praktik-praktik ini, apabila dilakukan secara
sewenang-wenang dan tidak bertanggung jawab. Misalnya, seorang remaja
perempuan yang menjadi hamil karena berperilaku seks bebas. Hal ini terjadi
karena ia merasa belum siap atau malu oleh cemooh orang-orang sekitarnya.
Terhadap orang-orang seperti ini, orang Kristen mestinya bersikap lebih
terbuka, dan mau menolong remaja ini, agar ia dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya dengan baik.
Aborsi biasanya tidak akan dilakukan apabila kandungan sudah cukup
lanjut usianya, misalnya 5 bulan ke atas, namun apabila kandungan itu
membahayakan jiwa si ibu, biasanya aborsi dapat diterima. Gereja tidak
pernah menyetujui aborsi yang dipandang membunuh kehidupan.
3. Eutanasia
Eutanasia adalah praktik yang dipilih untuk membebaskan seseorang dari
penderitaan panjang. Ada eutanasia aktif, yaitu ketika seorang pasien meminta
sendiri agar segala perawatan yang diberikan kepadanya dihentikan karena
ia tidak mau menderita lebih lama lagi. Ada pula eutanasia yang dilakukan
dengan sengaja menyuntikkan zat beracun yang mematikan seseorang untuk
menghentikan penderitaannya. Selain itu ada juga eutanasia pasif, yaitu ketika
keluarga si pasien yang sudah tidak dapat lagi berbicara atau sudah tidak sadar
lagi, meminta agar segala perawatan dihentikan.
Kewajiban Manusia Menyangkut Hak Asasi
Manusia tidak hanya diberikan hak asasi oleh Tuhan tetapi juga kewajiban
asasi. Dalam setiap hak diikuti oleh kewajiban. Manusia yang diciptakan
sebagai makluk rasional, bermoral dan spiritual dengan sendirinya memiliki
kewajiban moral. Kebebasan atau kemerdekaan sejati itu mewujud dalam rangka
tanggung jawab. Dalam Galatia 5:13, Rasul Paulus mengatakan: “Saudarasaudara,
memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah
kamu menggunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan
dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih”. Orang
Kristen adalah manusia merdeka yang telah ditebus oleh Kristus, karena itu
ada tuntutan untuk hidup sebagai manusia merdeka yang telah terbebas dari
perhambaan dosa. Kehidupan sebagai manusia merdeka haruslah diimbangi
oleh tanggung jawab.
Apakah tanggung jawab seorang remaja Kristen di bidang hak asasi
manusia? Menjaga hubungan yang baik dengan sesama, baik dengan
teman, guru, anggota keluarga maupun orang lain. Remaja Kristen juga
dapat menghargai pendapat orang lain, menghargai sesama dalam berbagai
perbedaan, berpikir positif terhadap orang lain, dan melaporkan kepada yang
berwajib jika menyaksikan peristiwa pelanggaran hak asasi manusia.

Sikap Gereja Terhadap Hak Asasi Manusia di Indonesia


Bahan Alkitab: Matius 22: 37-40; Amos 5: 21-24
Hak Asasi Manusia Menurut Alkitab
Dalam Injil Matius 22:37-40 dikisahkan tentang seorang Farisi yang
bertanya kepada Yesus tentang apakah hukum yang paling utama. Dia
berharap bahwa hanya ada satu hukum yang perlu dia lakukan agar hidupnya
menjadi sempurna. Namun Yesus ternyata menjawab lain. Ada dua hukum
yang paling penting dan paling utama, yaitu (1) mengasihi Allah dengan
seluruh keberadaan kita; dan (2) mengasihi sesama kita seperti diri sendiri.
Lalu Yesus mengatakan bahwa kedua hukum itu sama pentingnya,
walaupun hukum yang pertama itu disebut-Nya sebagai “hukum yang
terutama dan yang pertama”. Artinya, tidak mungkin orang hanya mengasihi
Allah tetapi tidak mengasihi sesamanya sendiri. Hubungan yang baik dengan
Allah harus terwujud dalam hubungan yang baik dengan sesama. Masalahnya,
banyak orang yang tidak memahami perintah ini. Bagi mereka sudah cukup
bila mereka mencintai Allah atau Tuhan mereka sementara orang lain tidak
mereka cintai. Ada juga orang yang merasa dapat bertindak apa saja karena
cinta kasihnya kepada Tuhan. Alkitab mengajarkan hal ini tidak mungkin
terjadi. Hubungan vertikal antara manusia dengan Allah harus terwujud pula
dalam hubungan horisontal antara manusia dengan sesamanya. Dalam 1
Yohanes 2:9 dan 4:20 dikatakan:
2:9 Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia
membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang.
4:20 Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci
saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak
mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah,
yang tidak dilihatnya.
Mengasihi sesama berarti menunjukkan kepedulian kepada sesama,
kesediaan untuk menolong, bahkan juga berkorban demi orang lain.
Kepedulian kepada sesama ini mestinya terwujud dalam upaya untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran. Itulah sebabnya kitab para nabi penuh
dengan perintah dari Allah sendiri agar Israel menegakkan keadilan dan
kebenaran. Amos 5:21-24 misalnya, menyatakan:
21”Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada
perkumpulan rayamu.22Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku
korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan
korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang.
23Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti ​39
tidak mau Aku dengar. 24Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air
dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.”
Dalam ayat-ayat di atas jelas bahwa ibadah dan penyembahan kepada Allah
harus berjalan berdampingan dengan kehidupan yang adil dan benar kepada
sesama manusia.
Gereja dan Hak Asasi Manusia
Bagaimana dengan praktik gereja di Indonesia sehubungan dengan
hak asasi manusia? Ignas Kleden, seorang sosiolog Indonesia, mengajukan
pertanyaan berikut ini, kemudian beliau juga mempertanyakan hal berikut:
• Bagaimana masalah hak asasi manusia dipandang dari segi kegerejaan?
• Apakah persoalan hak asasi manusia cukup dikenal dalam kalangan umat
gereja?
• Kalau ada pengetahuan mengenai hak asasi manusia, sejauh mana
pimpinan dan umat gereja melibatkan diri dalam perjuangan untuk hak
asasi manusia?
• Kalau ada keterlibatan dalam perjuangan itu, apakah partisipasi gereja itu
semata-mata karena desakan politis atau karena keyakinan keagamaan?
• Pada tahap yang lebih tinggi dapat dipersoalkan apakah ada dasar-dasar
teologis untuk hak-hak asasi manusia?
• Dapatkah perjuangan untuk hak asasi manusia diintegrasikan dengan usaha
penyelamatan oleh gereja, dan diberi watak soteriologis [penyelamatan]?
• Apakah perjuangan hak asasi manusia lebih merupakan masalah keadilan
atau masalah perwujudan cinta kristiani yang diajarkan dalam gereja?
Pertanyaan-pertanyaan di atas sungguh menantang. Jürgen Moltmann
(lahir 8 April 1926), seorang teolog terkemuka pada abad XX dan XXI dari
Jerman, mengatakan bahwa Allah yang menyatakan diri kepada Israel dan
orang Kristen adalah Allah yang membebaskan dan menebus mereka.” Dialah
Allah yang menciptakan seluruh umat manusia dan segala sesuatu yang ada. “
Jadi, tindakan Allah yang membebaskan dan menebus dalam sejarah,
mengungkapkan
masa depan sejati manusia, yakni menjadi ‘gambar Allah’.
Berdasarkan yang dikatakan oleh Moltmann, mestinya jelas jawaban
kepada pertanyaan Kleden tersebut, bahwa ada dasar-dasar teologis yang kuat
untuk hak-hak asasi manusia.
Seperti yang dikatakan oleh Yesus sendiri: “Segala sesuatu yang
kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga
kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Matius
7:12).
Bagaimana dengan Gereja Kita Sendiri?
Berdasarkan bekal pertanyaan-pertanyaan Kleden, orang kristen harus
bertanya, apakah ia telah memperlakukan orang lain sebagai sesamanya
manusia
dengan layak? Apakah ia telah memperlakukan pembantu rumah
tangganya secara manusiawi? Sebagai majikan Kristen, apakah ia telah
menggaji karyawannya
secara manusiawi dan memberlakukan praktik kerja
yang manusiawi? Apakah pengusaha Kristen telah memperlakukan buruhburuhnya
dengan baik dengan mengakui hak-haknya dan bukan malah
mengeksploitasi tenaganya serta memperlakukannya hanya sebagai alat
produksi semata-mata?
Di gereja, kita perlu bertanya bagaimana pola hubungan kerja antara
pemimpin gereja dengan karyawannya. Apakah gereja telah memperlakukan
mereka secara manusiawi? Apakah pemimpin gereja membimbing pendetapendeta
muda dan calon-calon pendeta sebagaimana mestinya atau malah
mengeksploitasinya? Apakah di gereja terjadi pelecehan secara manusiawi
khususnya secara seksual antara atasan dengan bawahan?
Dalam hubungan gereja dan orang Kristen dengan sesamanya yang berbeda
keyakinan, apakah telah terbangun hubungan yang saling memanusiakan?
Apakah gereja dan orang Kristen cenderung memperjuangkan hak-haknya
semata dan tidak peduli ketika orang yang beragama lain kehilangan hakhaknya?
Apa yang Harus Dilakukan?
Puisi “Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia” pada pembukaan pelajaran ini
menggambarkan betapa rakyat kecil dan kaum lemah lainnya di negeri ini
sering diperlakukan dengan sewenang-wenang, sehingga dalam keputusasaan
akhirnya mereka pun ikut merampok. Mengapa terjadi pemerkosaan?
Mengapa mereka dibunuh?
Apa yang terjadi selama ini? Apakah gereja sudah melakukan tugastugasnya
seperti yang telah dibahas di bagian sebelumnya? Tampaknya
ada beberapa pola partisipasi gereja dalam perjuangan demi keadilan dan
kebenaran. Misalnya:
1. Gereja paham bahwa ia mempunyai tugas dan panggilan untuk bersaksi,
bersekutu, dan melayani. Namun, pelayanan gereja hanya terbatas kepada
hal-hal yang karitatif saja, tidak menggali ke akar persoalannya karena
berbagai alasan. Mungkin karena gereja tidak mengerti analisis sosial.
Atau gereja takut melakukannya apabila di balik semua itu ada penguasa
yang mau berbuat apa saja untuk mempertahankan kedudukannya.
2. Gereja melakukan pelayanan rohani saja karena untuk pelayanan sosial
bukankah sudah ada Kementerian Sosial dan lembaga-lembaga swadaya
masyarakat? Penyebab utama dari pemikiran ini adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan jasmani, dengan tubuh manusia dan bukan jiwanya,
dianggap remeh, rendah, dan duniawi.
3. Gereja paham akan panggilannya untuk membela orang miskin dan
tertindas. Akan tetapi, khawatir karena jumlah orang Kristen sangat
sedikit. Bagaimana kalau nanti gereja dan orang Kristen ditindas?
4. Gereja terjebak pada praktik-praktik politik praktis. Ketika gereja aktif
dalam kegiatan membela rakyat miskin, gereja malah aktif mendukung
partai politik tertentu, berkampanye untuk calon-calon tertentu. Keadaan
seperti ini dapat berbahaya bagi gereja. Gereja dapat menutup mata ketika
pihak yang didukungnya melakukan hal-hal yang negatif, seperti korupsi,
membohongi rakyat dengan janji-janji kosong, atau bahkan merampas
hak-hak rakyat baik secara halus maupun terang-terangan.
Masalah lainnya ialah gereja terkooptasi dengan suatu kekuatan politik
tertentu. Bila kekuatan itu korup, gereja pun dituduh korup. Posisi seperti ini
akan mempesulit gereja dalam menyuarakan suara kenabiannya.
Beberapa pemaparan di atas kiranya memotivasi kamu sebagai remaja
Kristen untuk merenungkan makna hidup sebagai orang beriman. Apakah
yang harus dilakukan gereja dan orang Kristen dalam menghadapi isu-isu di
atas. Di berbagai tempat di dunia kita menyaksikan tokoh-tokoh gereja yang
ikut turun memperjuangkan ditegakkannya hak asasi manusia. Misalnya, Pdt.
Dr. Martin Luther King, Jr. dari Amerika Serikat, Uskup Desmond Tutu dari
Afrika Selatan, Kim Dae Jung dari Korea Selatan yang pernah menjabat presiden
negara itu. Dari Indonesia ada Dr. Yap Thiam Hien, Pdt. Rinaldy Damanik dari
Poso, Sulawesi Tengah, Ibu Yosepha Alomang atau Mama Yosepha, dari Papua,
Ibu Ade Sitompul dari Jakarta, dan lain-lain. Cobalah cari informasi lebih jauh
di surat kabar atau internet tentang tokoh-tokoh ini!
Bagaimana dengan kamu sendiri? Apakah kamu merasa tergerak atau
terpanggil untuk ikut serta di dalam perjuangan seperti tokoh-tokoh di
atas? Tentu saja kamu tidak perlu dan tidak mungkin menjadi sama persis
dengan tokoh-tokoh tadi. Mulailah dengan hal yang paling sederhana: berani
berkata benar dan bersikap benar serta jujur. Berani membela kebenaran dan
bukan membela orang. Konsekuensinya, sekali pun seseorang itu teman atau
sahabatmu, tetapi jika dia melakukan kesalahan, kamu mampu mengatakan
padanya bahwa ia salah. Tidak mudah melakukannya, tetapi belajarlah untuk
mencoba.
Multikulturalisme
Bahan Alkitab: Galatia 3:28; Kolose 3:11
Pengertian Multikulturalisme
Apakah kamu pernah mendengar atau membaca mengenai multikultur
dan multikulturalisme? Dua pengertian ini tidak sama namun saling
berkaitan satu dengan yang lain. Ketika membicarakan mengenai multikultur
atau keberagaman budaya sekaligus pandangan dan sikap menyangkut
keberagaman itu. Multikultur atau keberagaman budaya adalah fakta dalam
masyarakat di mana orang-orang yang ada dalam masyarakat itu terdiri atas
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti ​51
berbagai latar belakang budaya, adat istiadat dan kebiasaan, tingkat kehidupan, perbedaan geografis
bahkan perbedaan agama. Sedangkan multikulturalisme menyangkut pandangan dan sikap terhadap
kenyataan multikultur atau keberagaman budaya.
Konsep multikulturalisme tidaklah sama dengan konsep keanekaragaman
dari segi suku bangsa atau kebudayaan yang menjadi ciri masyarakat
majemuk, karena konsep multikulturalisme menekankan keanekaragaman
dan kesederajatan. Multikulturalisme mengulas berbagai permasalahan
yang tidak hanya menyangkut perbedaan budaya tetapi juga mengandung
ideologi, politik, demokrasi, penegakan hukum, keadilan, kesempatan
kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komunitas golongan minoritas dan
prinsip-prinsip etika (Parsudi Suparlan, ​Menuju Masyarakat Indonesia yang
Multikultural)​. Jadi, istilah atau pengertian multikulturalisme adalah tuntutan untuk menerima serta
memperlakukan semua orang di dalam berbagai
perbedaannya sebagai manusia yang bermartabat dan makhluk mulia ciptaan
Tuhan.
Berbagai kenyataan tersebut melahirkan sebuah pandangan baru mengenai
multikulturalisme dan pluralisme. Melalui pandangan baru ini diharapkan
manusia dunia memiliki cara pandang yang baru terhadap keberagaman,
yaitu semua manusia dalam kepelbagaian/keberagamannya memiliki hak
yang sama untuk diterima, dihargai dan dipenuhi hak-hak asasinya sebagai
manusia. Setiap orang memiliki hak untuk diberikan akses ke berbagai bidang
kehidupan.
Masyarakat Multikultur Indonesia
Multikultural secara substansi sebenarnya tidaklah terlalu asing bagi
bangsa dan Negara Indonesia. Para bapak bangsa telah menyadari keberagaman
bangsa ini dan kepelbagaian budaya yang pada satu sisi merupakan kekayaan
yang patut disyukuri namun pada sisi lain dapat menjadi sumber konflik.
Oleh karena itu, mereka mengikat berbagai perbedaan itu dalam semboyan
“Bhinneka Tunggal Ika” artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Prinsip
Indonesia sebagai negara ​Bhinneka Tunggal Ika m ​ encerminkan meskipun
Indonesia merupakan negara multikultural, tetapi tetap terintegrasi dalam
persatuan dan kesatuan. Indonesia merupakan sebuah negara kesatuan dari
banyak unsur. Kepelbagaian itu terlihat dari keadaan geografisnya, berbagai
latar belakang sosial-ekonomi, sosial-politis, sosial-religius, sosial-budaya,
dan lain sebagainya. Kamu dapat menyebutkan contoh multikultur masyarakat
Indonesia dan guru akan menambahkannya.
Apa Kata Alkitab Mengenai Multikulturalisme?
Alkitab tidak berbicara secara khusus mengenai multikulturalisme namun
dalam kaitannya dengan kasih, kebaikan, kesetaraan dan keselamatan itu
diberikan bagi semua manusia tanpa kecuali. Dalam Kitab Perjanjian Baru
Galatia 3:28 tertulis semua manusia yang berasal dari berbagai suku, bangsa
serta kelas sosial dipersatukan dalam Kristus. Artinya kasih Kristus diberikan bagi semua orang tanpa
memandang asal-usul mereka. Kolose 3:11 lebih mempertegas lagi bahwa Kristus adalah semua dan di
dalam segala sesuatu.
Menjadi manusia baru dalam Kristus berarti manusia yang tidak lagi melihat
sesamanya dari perbedaan latar belakang suku, bangsa, budaya, kelas sosial
(kaya-miskin), pandangan hidup, kebiasaan dan lain-lain. Menjadi manusia
baru artinya orang beriman yang telah menerima keselamatan dalam Yesus
Kristus wajib menerima, menghargai, dan mengasihi sesamanya tanpa
memandang berbagai perbedaan yang ada.
Ketika membaca Kitab Perjanjian Lama terutama pada lima kitab
pertama, ada kesan seolah-olah Allah membentuk Israel sebagai bangsa yang
eksklusif dan menjauhkannya dari bangsa-bangsa lain. Hal ini melahirkan
pemikiran seolah-olah Allah “mengabaikan” bangsa lain, seolah-olah Allah
menolak mereka. Akan tetapi, dalam tulisan Kitab Perjanjian Lama, ketika
Israel masuk ke tanah Kanaan ada seorang perempuan beserta keluarganya
yang diselamatkan karena perempuan itu telah menolong para pengintai.
Nampaknya yang menjadi fokus utama dalam Kitab Perjanjian Lama
adalah bagaimana Allah mempersiapkan Israel sebagai bangsa yang akan
mewujudkan “Ibadah dan ketaatannya” pada Allah. Jadi, yang ditolak dari
bangsa-bangsa lain adalah ibadah mereka yang tidak ditujukan pada Allah.
Jika orang-orang Israel bergaul dengan bangsa-bangsa itu dan mereka tidak
memiliki kemampuan untuk memfilter atau menyaring berbagai pengaruh
dari budaya dan ibadah mereka maka akibatnya bangsa itu akan melupakan
Allah dan tidak lagi beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu, pergaulan dengan suku bangsa, budaya,
dan agama lain yang beragam tidak berarti kamu harus melebur ke dalamnya tanpa batas.
Sebagai remaja Kristen dalam membangun multikulturalisme kamu harus
berpedoman pada ajaran iman Kristen. Pergaulan dan kerja sama kamu dengan
orang-orang yang berbeda suku, budaya, adat istiadat, kebiasaan, cara pandang, cara berpikir dan
agama yang berbeda diharapkan semakin memperkuat iman kamu kepada Allah. Mengapa? Karena
dari keberagaman itu kamu dapat
merenungkan betapa luar biasanya Allah yang telah menjadikan manusia
dalam keberagaman. Dengan begitu kamu dapat menerima dan menghargai
berbagai perbedaan yang ada.
Yesus sendiri mengemukakan sebuah cerita mengenai orang Samaria yang
murah hati untuk menjelaskan pada para pendengarnya mengenai siapakah
sesama manusia dan bagaimana kita harus mengasihi. Cerita mengenai orang
Samaria yang murah hati mewakili pandangan Yesus mengenai kasih pada
sesama. Bahwa semua orang tanpa kecuali terpanggil untuk mewujudkan
solidaritas dan kasih bagi sesama tanpa memandang perbedaan latar belakang.
Solidaritas dan kasih itu tidak meniadakan perbedaan namun menerima
perbedaan itu sebagai anugerah dan dalam perbedaan itulah manusia diberi
kesempatan untuk mewujudkan kasih dan solidaritasnya bagi sesama.
Ada beberapa nilai yang dapat diwujudkan dalam tindakan untuk
memperkuat persatuan sebagai bangsa Indonesia yang multikultur, sebagai
berikut:
1. Pengakuan masyarakat terhadap berbagai perbedaan dan kompleksitas
kehidupan
2. Perlakuan yang sama terhadap berbagai komunitas dan budaya, baik yang
mayoritas maupun minoritas.
3. Kesederajatan kedudukan dalam berbagai keanekaragaman dan
perbedaan, baik secara individu ataupun kelompok serta budaya.
4. Penghargaan yang tinggi terhadap hak-hak asasi manusia dan saling
menghormati dalam perbedaan.
5. Unsur kebersamaan, solidaritas, kerja sama, dan hidup berdampingan
secara damai dalam perbedaan.
Beberapa poin tersebut di atas merupakan nilai-nilai yang dapat dibangun
dalam membina kehidupan bersama sebagai bangsa yang multikultur.

Sikap yang harus dihindari dalam membangun masyarakat multikultural yang


rukun dan bersatu menurut Wikipedia Indonesia, yaitu:
1. Primordialisme
Primordialisme artinya perasaan kesukuan yang berlebihan. Menganggap
suku bangsanya sendiri yang paling unggul, maju, dan baik. Sikap ini
tidak baik untuk dikembangkan di masyarakat yang multikultural seperti
Indonesia. Apabila sikap ini ada dalam diri warga suatu bangsa, maka
kecil kemungkinan mereka untuk bisa menerima keberadaan suku bangsa
yang lain.
2. Etnosentrisme
Etnosentrisme artinya sikap atau pandangan yang berpangkal pada
masyarakat dan kebudayaannya sendiri, biasanya disertai dengan sikap
dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan yang
lain. Indonesia dapat maju dengan bekal kebersamaan, sebab tanpa itu
yang muncul adalah disintegrasi sosial. Apabila sikap dan pandangan
ini dibiarkan maka akan memunculkan provinsialisme yaitu paham atau
gerakan yang bersifat kedaerahan dan eksklusivisme yaitu paham yang
mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dari masyarakat.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti ​59
3. Diskriminatif
Diskriminatif adalah sikap yang membeda-bedakan perlakuan terhadap
sesama warga negara berdasarkan warna kulit, golongan, suku bangsa,
ekonomi, agama, dan lain-lain. Sikap ini sangat berbahaya untuk
dikembangkan karena bisa memicu munculnya antipati terhadap sesama
warga negara.
4. Stereotip
Stereotip adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan
prasangka yang subjektif dan tidak tepat. Indonesia memang memiliki
keragaman suku bangsa dan masing-masing suku bangsa memiliki
ciri khas. Tidak tepat apabila perbedaan itu kita besar-besarkan hingga
membentuk sebuah kebencian
Gereja dan Multikulturalisme
Bahan Alkitab: Efesus 2:11-21, Galatia 3:26-28
Perjanjian Lama mencatat sejarah perjalanan umat Israel sebagai umat
pilihan yang dalam kehidupan mereka bergaul dan berjumpa dengan bangsabangsa
lain yang memiliki budaya dan agama berbeda. Hal itu nampak dalam
hubungan antara bangsa Israel dengan bangsa-bangsa yang ada di Kanaan
yang menimbulkan berbagai pengaruh. Bangsa Israel berhadapan dengan
kemajemukan budaya bangsa di sekitarnya. Namun ketika bangsa Israel
bersosialisasi dengan bangsa di sekeliling, mereka tidak selektif. Akibatnya,
budaya-budaya bangsa sekitarnya yang negatif membawa bangsa Israel pada
penyembahan berhala.
Begitu pula di zaman Perjanjian Baru, melalui pengalaman dijajah oleh
bangsa lain, Israel pun harus bergaul dan hidup bersama bangsa-bangsa lain.
Misalnya, Bangsa Persia, Yunani dan Romawi. Pada zaman Tuhan Yesus,
Dia membawa pemikiran baru tentang pentingnya inklusivisme. Yesus tidak
menutup diri dari kemajemukan kebudayaan. Yesus tidak memandang latar
belakang budaya, suku maupun ras, Ia berkenan menerima semua orang dalam
pergaulan multikultural. Ketika seorang perempuan Kanaan hendak meminta
tolong (Matius 15:21-28) dan seorang Perwira Roma meminta kesembuhan
(Lukas 7:1-10), Yesus menjawab akan kebutuhan mereka dan menolong
mereka. Ini menunjukkan bahwa Yesus sendiri menghargai keberagaman dan
perbedaan budaya.
Dalam Kitab Kisah Para Rasul 2:41-47 orang-orang yang berasal dari
berbagai daerah dan budaya yang berbeda mendengarkan khotbah Petrus.
Pada waktu itu ada tiga ribu orang bertobat, serta menjadi model gereja
pertama. Dalam perkembangan selanjutnya, perbedaan bangsa dan budaya
menyebabkan perselisihan, yaitu antara jemaat yang berbudaya Yunani
dan Yahudi. Perbedaan budaya antara Yahudi dan Yunani menimbulkan
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti ​65
banyak persoalan dalam beberapa jemaat, seperti di Roma, Korintus, yang
menimbulkan perpecahan dan perselisihan mengenai kebiasaan-kebiasaan
jemaat (1 Korintus 11). Namun, Paulus menegaskan bahwa sekarang tidak
ada lagi orang Yunani atau Yahudi, tidak ada orang bersunat maupun tidak
bersunat, tidak ada budak atau orang merdeka. Semua orang sama di hadapan
Allah, semua menjadi satu jemaat dimana kepalanya adalah Yesus Kristus.
Hope S.Antone menulis bahwa dalam Alkitab ditandai oleh kemajemukan
atau keanekaragaman budaya dan agama (Pendidikan Kristiani Kontekstual,
2010). Saat Abraham dipanggil di tanah Haran masyarakat amat beragam dan
tiap suku memiliki pemahaman terhadap “Allahnya” sendiri. Demikian pula di tanah Kanaan di tempat
dimana Abraham dan Sara hidup sebagai pendatang.
Menurut Hope di tanah Kanaan setiap suku memiliki pandangannya sendiri
terhadap yang ilahi. Di tengah situasi seperti itulah Abraham dan Sara dan
bangsa Israel membangun kepercayaannya terhadap Allah yang mereka
sembah. Dalam konteks tersebut Yesus juga ditandai oleh keberagaman, Yesus
tumbuh dalam tradisi iman komunitas-Nya. Dalam tradisi agama Yahudi
sendiri. Di zaman setelah Yesus, kekristenan tumbuh dan berakar dalam
budaya Yahudi dan Yunani helenis.
Pemaparan tersebut telah memberikan gambaran bahwa multikultur
bukan merupakan kenyataan abad kini atau baru ada di zaman kini.
Multikultur adalah kenyataan yang sudah ada sejak dulu. Allah menciptakan
manusia dalam keberagaman dan menganugerahkan hikmat dan kemampuan
untuk saling beradaptasi membangun kehidupan.
Gereja Kristen di Indonesia adalah Gereja Multikultur
Konsep masyarakat multikultural dan multikulturalisme secara subtantif
tidaklah terlalu baru di Indonesia. Jejaknya dapat ditemukan di Indonesia,
melalui prinsip negara ber-Bhinneka Tunggal Ika yang mencerminkan bahwa
Indonesia adalah masyarakat multikultural tetapi masih terintregrasi dalam
persatuan (Azyumardi Azra, ​Identitas dan Krisis Budaya).
Dalam kehidupan bergereja, acuan utama bagi multikulturalisme adalah ajaran Alkitab mengenai
hukum kasih.
Nampaknya bukan kebetulan ketika peristiwa turunnya Roh Kudus yang
kita kenal sebagai “Pentakosta” terjadi di tengah masyarakat berbagai bangsa yang tengah berkumpul.
Berikut ini merupakan fakta bahwa
gereja-gereja di Indonesia mewujudkan mulktikulturalisme meskipun masih
ada banyak tantangan yang harus dihadapi seperti berikut:
(1) Gereja-gereja di Indonesia memiliki anggota yang terbuka dari segi suku,
budaya, bahasa, daerah asal maupun kebangsaan.
(2) Gereja-gereja di Indonesia juga mengadopsi beberapa unsur budaya lokal
yang di masukkan kedalam liturgi ibadah. Mulai dari lagu, musik ataupun
berbagai kebiasaan dan prinsip hidup lokal dapat diadaptasi dalam
rangka memperkaya pemahaman iman Kristen. Misalnya, mengenai
persaudaraan yang rukun dalam budaya masyarakat suku yang dapat
dikembangkan dalam rangka membangun kebersamaan dalam jemaat
sebagaimana ditulis dalam Kitab Kisah Para Rasul.
(3) Berbagai pelayanan gereja ditujukan bagi masyarakat secara umum tanpa
memandang daerah asal, budaya, adat istiadat, kelas sosial, dan agama.
Tingkat kesadaran gereja dalam partisipasi di tengah masyarakat cukup
signifikan.
(4) Banyak gereja yang kini melakukan studi-studi kebudayaan untuk menggali
kembali unsur-unsur budaya yang terancam hilang dari masyarakatnya.
Misalnya di NTT ada sebuah lembaga yang bekerja sama dengan gereja
melakukan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa daerah di
hampir seluruh daerah yang ada di NTT.
(5) Gereja-gereja di Indonesia membangun dialog dan kerja sama dengan
umat beragama lain, khususnya di bidang kemanusiaan dan keadilan.
Ada tim advokasi hukum, ada pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan bagi semua orang tanpa memandang perbedaan, latar belakang
budaya maupun agama, serta kebangsaan maupun kelas sosial.
Beberapa Tantangan yang Dihadapi Gereja dalam
Mewujudkan Multikulturalisme
Berikut tantangan gereja yang sering dihadapi dalam mewujudkan
multikulturalisme.
1. Di kalangan gereja tertentu warisan kolonial yang bersifat anti budaya
lokal masih mempengaruhi gereja dalam mewujudkan multikulturalisme.
Oleh karena itu, dibutuhkan waktu dan pencerahan untuk mengubah pola
pikir atau pandangan gereja-gereja seperti itu.
2. Berbagai prasangka yang terus dibangun terhadap orang-orang dari
kalangan suku, budaya dan daerah tertentu.
3. Individualistik. Berbagai tantangan dan beban hidup yang berat
menyebabkan banyak orang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri
maupun kelompok. Akibatnya kepentingan orang lain maupun kelompok
lain tidak penting lagi. Namun, pada sisi lain, masyarakat masa kini yang
mengglobal memiliki satu ikatan solidaritas yang diikat oleh media sosial,
misalnya twitter, facebook, instagram dan lain-lain.
7

Hidup Bersama dengan Orang yang Berbeda Iman


Bahan Alkitab: Mazmur 133
Pandangan Mengenai Hubungan Antarpemeluk Agama
Hubungan dengan sesama kita yang berbeda keyakinan memang tidak
mudah, sebab setiap agama cenderung mengajarkan bahwa agama itulah yang
terbaik dan paling benar, sementara semua agama lainnya salah atau keliru.
Akibatnya, para pengikut agama yang “saya” peluk itulah yang akan masuk ke surga, sementara para
pengikut agama “yang lain” pasti akan ditolak masuk ke surga dan akibatnya mereka akan masuk ke
neraka. Hampir semua agama mengajarkan dan mengklaim bahwa hanya agamanya yang benar. Dalam
agama Kristen, dalam Injil Yohanes 14:6 Yesus berkata, “Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau
tidak melalui Aku.” Dalam Kisah Para Rasul 4:12, Petrus menyatakan, “Dan
keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di
bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia
yang olehnya kita dapat diselamatkan.”
Klaim-klaim kebenaran yang mutlak ini telah membuat orang sulit menjalin
hubungan yang baik dan akrab dengan sesamanya yang berbeda keyakinan.
Dapat saja dua orang sahabat yang berbeda keyakinannya katakanlah
yang seorang beragama Islam dan yang lainnya beragama Kristen hubungannya
dapat sangat baik dan akrab.
Beberapa Sikap dengan Hubungan Antaragama

Kalau demikian halnya, apakah yang harus kita lakukan sebagai sebuah
bangsa dan sebagai orang yang mengaku sebagai murid-murid Yesus Kristus?
Ada sejumlah sikap yang umumnya diambil orang ketika ia berhadapan
dengan orang yang berkeyakinan lain:
1. Semua agama sama saja: ​Sikap ini melihat semua agama itu relatif. Tidak
satu agama pun yang dapat dianggap baik. Semua sama baiknya atau
sama jeleknya. Sikap seperti ini tidak menolong kita karena akibatnya kita
akan kurang menghargai agama atau keyakinan kita sendiri. Kalau semua
agama itu sama saja, mengapa saya memilih untuk menganut agama yang
satu ini? Mengapa saya tetap menjadi seorang Kristen? Jangan-jangan
menjadi Kristen pun sebetulnya bukan sesuatu yang penting dan berarti.
2. ​Hanya agama saya yang paling baik dan benar: ​Semua agama lainnya
adalah ciptaan Iblis, penyesat, penipu, dan lain-lain. Sikap seperti ini hanya
akan melahirkan fanatisme belaka, dan fanatisme tidak akan menolong
kita dalam menjalin hubungan dengan orang yang berkeyakinan lain.
Orang yang beragama lain semata-mata dipandang sebagai obyek, sasaran,
target, untuk diinjili. Orang yang bersikap seperti ini mungkin pula akan
menjelek-jelekkan agama lain. Akan tetapi apakah keuntungannya bila
kita menjelek-jelekkan agama lain? Apakah hal itu lalu akan membuat
agama kita baik, bagus, dan indah? Sungguh kasihan sekali orang yang
baru menemukan keindahan dan kebaikan agamanya dengan menjelekjelekkan
agama lain, karena itu berarti bahwa sesungguhnya orang itu
tidak mampu menemukan kebaikan dari agamanya sendiri.
3. ​Toleransi: ​saya bersedia hidup berdampingan dengan orang yang beragama
lain, tetapi hanya itu saja. Lebih dari itu saya tidak mau. Seruan “toleransi
antarumat beragama” seringkali disampaikan oleh pemerintah.
4. ​Menghargai agama lain: ​sikap ini hanya dapat timbul pada diri orang
yang dewasa imannya, orang yang dapat menemukan kebaikan di dalam
agama lain dan menghargainya, tanpa merasa terancam oleh kehadiran
orang lain. Menghargai agama lain tidak berarti lalu kita merendahkan dan
meremehkan keyakinan kita sendiri, melainkan menunjukkan kesediaan
kita untuk terbuka dan belajar dari siapapun juga. Orang yang bersedia
menghargai agama lain tidak akan merasa terancam bila orang lain
menjalankan ibadahnya sesuai dengan perintah agama itu sendiri. Orang
ini akan membuka diri dengan lapang untuk mendengarkan pengalaman
keagamaan dan rohani orang-orang yang beragama lain. Orang-orang
ini tidak segan-segan terlibat dalam forum-forum dialog antar umat
beragama.
Membangun Kebersamaan dalam Perbedaan
Bagaimana caranya membangun sikap menghargai agama lain dan para
pemeluknya? Seperti yang disebutkan sebelumnya, sikap ini hanya muncul
dari orang-orang yang sudah matang dalam penghayatan keagamaan dan
imannya. Hal itu terjadi dari proses belajar yang terus-menerus
Melalui pergaulan itu kamu akan mulai melihat bagaimana keyakinan
itu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan tidak mustahil kamu
akan memperoleh banyak pengetahuan yang baru lewat pengalaman itu.
Kosuke Koyama, seorang teolog Jepang, pernah mengatakan, “Mempelajari
kehidupan orang Buddhis lebih menarik daripada mempelajari Buddhisme.”
Hidup bersama dan berbagi dengan orang lain telah lama menjadi pola
hidup bangsa Indonesia. Di berbagai tempat, orang-orang melakukan saling
berkunjung kepada teman-teman dan saudara-saudara mereka yang berbeda
keyakinan. Di hari raya Idul Fitri, orang-orang yang beragama Kristen
mengunjungi dan mengucapkan selamat kepada teman-teman yang beragama
Islam. Sebaliknya, di hari Natal, orang-orang yang beragama Islam dan agamaagama
lain, berkunjung ke rumah teman-teman mereka yang beragama Kristen
untuk mengunjungi dan mengucapkan selamat. Pihak keluarga Kristen pun
biasanya menyediakan makanan yang disesuaikan dengan hukum-hukum
agama tamu mereka.
Demokrasi dalam Perspektif Alkitab
Bahan Alkitab: Roma 3: 9-31; Roma 5: 12
A. Pengantar
B. Tokoh Demokrasi
Kegiatan berikutnya adalah mengkaji tokoh demokrasi yang diakui dunia.
Seperti juga pembahasan di Pelajaran 3, tokoh kita adalah dua orang wanita,
Benazir Bhutto dan Malala Yousafzai dari Pakistan.
1. Benazir Bhutto
Benazir Bhutto, lahir pada
tanggal 21 Juni1953 di Karachi, beliau adalah putri Zulfikar Ali Bhutto,
Perdana Menteri Pakistan pada tahun 1971 - 1977. Benazir menempuh pendidikan di Harvard
University, Amerika Serikat dan menyelesaikan pendidikan sarjana di bidang perbandingan
antarpemerintahan kemudian melanjutkan ke Oxford University untuk bidang hukum
internasional dan diplomasi. Ia mewarisi kepemimpinan ​Pakistan
People’s Party (PPP) d​ ari ayahnya, Sumber: http://telegraph.co.uk
setelah ayahnya dibunuh oleh lawan politiknya pada tahun 1978. Kegigihan
Benazir diwarisi dari ayahnya yang merupakan tokoh karismatik yang
visioner, ahli dalam komunikasi dan bernegosiasi, berpengetahuan luas
dan selalu menarik banyak pengikut kemana pun ia pergi. Lawan politik
yang merancang pembunuhannya adalah Jenderal Zia ul Haq yang terkenal
bersikap otoriter. Dapat dikatakan bahwa Zulfikar Ali Bhutto menjadi martir
demi pembelaannya terhadap demokrasi di Pakistan, negara yang sangat
dicintainya. Tahun 1984 Benazir pindah ke Inggris dan bergabung dengan
para pemimpin PPP lainnya yang juga diasingkan. Tahun 1986 ia kembali
ke Pakistan dan mulai berkampanye untuk pemilihan umum. Tahun 1987 ia
menikah dengan Asif Ali Zardari.
Mengikuti kehidupan Benazir adalah mengikuti perjuangan seseorang
yang ingin menegakkan kebenaran dan keadilan, bukan hanya demi dirinya
sendiri, namun demi perjuangan rakyat yang ingin dibebaskannya dari
kepemimpinan yang otoriter. Benazir memenangi pemilihan umum pada
tahun 1988 dan menjabat sebagai Perdana Menteri wanita pertama untuk
negara Muslim, setelah tiga bulan melahirkan putranya yang pertama. Kejadian
ini sangat menarik di mata negara-negara Barat karena Pakistan adalah negara
Muslim dengan dominasi kuat kaum pria. Pada tahun 1990 Benazir kalah
dalam pemilihan umum, dan malah mendapatkan berbagai tuduhan terkait
dengan pemerintahannya sebagai PM. Tahun 1993 kembali ia memenangkan
pemilihan umum, namun pada tahun 1996 posisinya digantikan oleh yang
lain.
Benazir tidak pernah takut menghadapi kematian sebagai resiko dari
apa yang ia perjuangkan. Sebagian dari kata-kata terakhir yang disampaikan
dalam pidatonya adalah seruan untuk memberikan kesempatan kepada
seluruh rakyat di setiap pelosok negeri agar dapat mengikuti pendidikan.
Inilah jalan untuk mencapai masyarakat yang adil dan sejahtera. Untuk itu,
Benazir meyakinkan pengikutnya bahwa kekuatan yang sesungguhnya adalah
di tangan rakyat, bukan di tangan penguasa.
Pergolakan menuju negara Pakistan yang demokratis terus terjadi walau
pun Benazir sudah wafat. Walaupun Presiden Musharraf memerintahkan
penyidikan khusus tentang kematian Benazir, tetapi ternyata tidak mudah
mendapatkan informasi tentang hal ini. Tahun 2013, Musharraf menghadapi
tuduhan memiliki peran dalam pembunuhan Benazir dan tidak memberikan
perlindungan kepada Benazir sebagaimana seharusnya. Sampai kini, Pakistan
dikenal sebagai negara yang dalam perjalanan menuju ke pemerintahan
demokratis tetapi masih banyak kerikil tajam yang menghambat perjalanan
negara ini. (Disarikan dari berbagai sumber, Partab, 2013).
2. Malala Yousafzai
Apa yang diperjuangkan oleh Benazir terlihat wujudnya dalam Malala. Ia lahir pada tanggal 12 Juli
1997 sebagai anak pertama setelah ibunya mengalami keguguran. Saking miskinnya, ayahnya tidak
memiliki uang untuk membayar bidan supaya menolong ibunya
melahirkan. Dalam budaya Pakistan, terutama suku Pashtun, yang merupakan campuran
antara etnis Pakistan dan Afghanistan, kelahiran bayi perempuan adalah suatu kemalangan bagi
keluarga. Namun Ziauddin, ayah Malala malah merayakan kelahiran anak pertamanya dengan
mengatakan ” Saya melihat ke mata bayi cantik ini, dan langsung jatuh cinta padanya.” Ia bahkan
meramalkan bahwa anaknya ini sungguh berbeda dari anak-anak lain.

Nama Malala diambil dari Malalai, yaitu pejuang wanita dari Afghanistan,
negara tetangga Pakistan. Setiap anak Pashtun tumbuh dalam semangat
patriotik Malalai yang berhasil membangkitkan semangat juang rakyatnya
yang sedang melawan penjajahan Inggris. Walaupun Malalai terbunuh dalam
peperangan itu, namun kematiannya justru membuat pejuang Afghanistan
semakin gigih sehingga memenangkan pertempuran. Namun kakek Malala
tidak setuju dengan nama itu karena memiliki arti “menarik kesedihan.” Ayah
Malala tetap mempertahankan nama yang sudah dipilihnya karena berharap,
Malala tumbuh menjadi pahlawan bagi bangsanya, sama seperti Malalai dulu.
Ziauddin Yousafzai memiliki idealisme untuk menghadirkan pendidikan
bagi anak di Pakistan, termasuk untuk anak perempuan yang sebetulnya
dianggap tabu untuk bersekolah. Bersama temannya, Ziauddin mendirikan
sekolah dan Malala menjadi muridnya. Sejak kecil, Malala terbiasa mengikuti
ayahnya berkeliling ke desa-desa sekitar untuk mempromosikan pentingnya
pendidikan bagi anak perempuan. Aktivitas seperti ini tidak disukai oleh
Taliban yang secara perlahan namun pasti mengambil alih kekuasaan di
daerah tempat tinggal Malala. Taliban menyerang sekolah-sekolah untuk anak
perempuan, dan pada tahun 2008 Malala bereaksi dengan berpidato yang
intinya adalah mempertanyakan mengapa Taliban mengambil haknya untuk
bersekolah.
Pada awal tahun 2009, Malala mulai menulis blog untuk radio Inggris
BBC yang isinya adalah pengalaman hidup di bawah penindasan dan larangan
Taliban untuk bersekolah. Awalnya, penulisan blog ini berjalan lancar karena
Malala memakai nama samaran Gul Makai. Namun, pada bulan Desember
2009 nama aslinya mencuat. Tidak kepalang tanggung, Malala semakin aktif
menyuarakan hak perempuan untuk memperoleh pendidikan sehingga ia
dinominasikan untuk menjadi pemenang ​International Children’s Peace Prize
pada tahun 2011 selain juga berhasil memenangkan National Youth Peace
Prize.
Pada tahun yang sama, Malala dan keluarganya tahu bahwa Taliban
memberikan ancaman mati kepadanya. Mereka sekeluarga memang
menguatirkan keselamatan sang ayah yang merupakan aktivis anti-Taliban,
namun mereka menganggap Taliban tidak akan menyerang anak. Malala
salah, karena Taliban justru dengan sengaja menembaknya di kepala saat
Malala dan teman-teman berada di bis sekolah saat perjalanan pulang dari
sekolah pada tanggal 9 Oktober 2012. Tembakan itu meleset dan mengenai dua
temannya yang langsung terluka parah. Walaupun sebagian dari tempurung
kepala Malala diangkat untuk meredakan bengkak di otaknya, namun
kondisi kritisnya menyebabkan ia dibawa ke Birminghim, Inggris.
Mengkaji Kesaksian Alkitab Bahwa Semua
Manusia Adalah Sama
Alkitab menyaksikan bahwa manusia berasal dari Adam dan Hawa yang
diciptakan oleh Allah (Kejadian 1:26-30) dan memiliki gambar dan rupa Allah
(lihat kembali pelajaran 3). Namun, Alkitab juga menegaskan bahwa karena
dosa yang dilakukan oleh manusia pertama, Adam, maka seluruh keturunannya,
yaitu semua umat manusia, dimana pun mereka berada, pada zaman kapan
pun mereka hidup, juga berdosa. Berbeda dengan apa yang diyakini agamaagama
lain, kita selaku pengikut Kristus mengakui bahwa manusia sudah lahir
dalam keadaan berdosa. Roma 3: 23 – 24 menyatakan bahwa “Karena semua
orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh
kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam
Kristus Yesus.” Di hadapan Allah, ​semua m ​ anusia adalah sama, yaitu samasama berdosa. Oleh karena
itu, keselamatan yang diberikan melalui Tuhan
Yesus berlaku bagi ​semua ​orang. Tidak ada seorang manusia pun yang lebih
sedikit dosanya sehingga ia tidak perlu mendapatkan keselamatan dari Tuhan
Yesus. Hal sebaliknya, tidak ada manusia yang begitu besar dosanya sehingga
Tuhan Yesus tidak sanggup menyelamatkannya.
Dengan kerja kerasnya sendiri mencari keselamatan, manusia tetap tidak
akan mendapatkannya.
Membahas Makna Demokrasi dalam
Pemerintahan
Secara sederhana dapat diartikan bahwa demokrasi adalah keadaan
dimana warga negara memiliki kesempatan memilih siapa yang menjadi
wakil-wakil mereka dalam pemerintahan.
Pemilihan boleh dilakukan oleh siapa pun yang dianggap memenuhi syarat
(misalnya sudah berumur 17 tahun). Kebebasan untuk memilih inilah yang
dianggap hak pribadi yang tidak boleh diganggu gugat. Setelah menjadi wakil
rakyat, mereka tetap diawasi oleh rakyat yang memastikan bahwa para wakil ini
menjalankan tugas dengan baik. Dengan demikian, rakyatlah yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan dengan system demokrasi.
Mari kita lihat lebih rinci ciri-ciri pemerintahan yang demokratis. Tomyn
(2014) mengajukan enam ciri, sebagai berikut.
1. Ada aturan yang jelas.
Ada aturan tentang bagaimana pemilihan wakil rakyat dilakukan. Biasanya
ada periode masa bakti, sehingga para wakil menduduki posisi dalam suatu
periode tertentu, dan dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya, atau
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti ​93
diganti oleh wakil lain bila memang yang bersangkutan memiliki masalah
walaupun masa baktinya belum habis.
2. Mayoritas dan minoritas​.
Mereka yang tergolong mayoritas tentunya akan memimpin pemerintahan,
namun mereka yang tergolong minoritas pun tetap dilindungi. Untuk itu,
setiap jenjang pemerintahan harus memiliki wakil bukan hanya mayoritas
tetapi juga minoritas, dan jalannya pemerintahan pun harus terbuka untuk
diperiksa apakah sudah berjalan dengan baik dan para wakil menjalankan
tugas dengan benar.
3. Hak individu​.
Dalam pemerintahan demokratis, hak individu dilindungi dan dijamin
dengan baik. Hak-hak itu antara lain, hak untuk memiliki kebebasan
beragama, hak untuk menyuarakan pendapat.
4. Pemilihan umum yang berlangsung adil dan bebas​.
Pemilihan umum berjalan dengan baik untuk memilih wakil-wakil rakyat
pada periode tertentu. Melalui pemilihan umum inilah para pemilih
diberikan kebebasan untuk menyatakan keinginan mereka dalam hal
memilih wakil rakyat yang dipercaya.
5. Kewajiban warga Negara yang baik​.
Setiap warga nergara yang memenuhi syarat tersebut dapat memilih wakilwakil
mereka. Dalam hal ini, memilih dilihat dari dua sisi: hak untuk
memilih, namun juga kewajiban untuk memilih secara bertanggung jawab
karena dilakukan dengan bebas, tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak
mana pun.
6. ​Ada kerjasama dan kesepakatan​.
Kerjasama dan kesepakatan diperlukan untuk melindungi hak individu.
Pemerintahan yang demokratis harus memiliki wakil dari semua golongan
yang ada, dan bukan hanya wakil dari mayoritas. Selain itu, juga harus
ada perlindungan bagi mereka yang memang berbeda dari yang lain. Oleh
sebab itu, suasana yang harus hadir adalah suasana toleransi dan bukan
memaksakan kehendak.
Tanggung Jawab Seorang Remaja Kristen di Bidang Demokrasi
Tanggung jawab remaja Kristen di bidang demokrasi ternyata cukup
banyak dan sifatnya menantang. Misalnya, turut menjaga ketertiban umum
karena ada gejala di kota-kota besar, yaitu remaja sering mengganggu ketertiban
umum dengan tawuran (perkelahian massal). Di berbagai kota besar, ada
juga remaja-remaja yang sering menggunakan jalan-jalan raya sebagai arena
balapan pada malam hari dan hal ini sangat mengganggu ketertiban umum.
Remaja Kristen juga dapat menghargai pendapat orang lain, menghargai
sesama dalam berbagai perbedaan, berpikir positif terhadap orang lain,
melaporkan kepada yang berwajib jika menyaksikan peristiwa pelanggaran
hak asasi manusia dan demokrasi.
Remaja Kristen juga perlu menggunakan hak pilihnya secara bertanggung
jawab jika sudah berusia 17 tahun. Remaja Kristen perlu memilih pemimpin
politik dan wakil rakyat yang sudah terbukti memiliki integritas serta
melayani rakyat.
Praktik Demokrasi di Indonesia
Bahan Alkitab: Matius 20: 1 - 16
Mengkaji Perumpamaan Alkitab tentangKeadilan
Bacalah Matius 20: 1- 16
1) Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang
pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya.
2) Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar
sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. 3) Kira-kira pukul
sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain
menganggur di pasar. 4) Katanya kepada mereka: “Pergi jugalah kamu
ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu.”
Dan merekapun pergi. 5) Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang
ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. 6) Kira-kira pukul lima
petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya
kepada mereka: “Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang
hari?” 7) Kata mereka kepadanya: “Karena tidak ada orang mengupah
kami.” Katanya kepada mereka: “Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.”
8) Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: “Panggillah
pekerja- pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka
yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu.” 9) Maka
datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka
menerima masing-masing satu dinar. 10) Kemudian datanglah mereka
yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi
merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. 11) Ketika mereka
menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, 12) katanya:
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti ​101
“Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau
menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan
menanggung panas terik matahari.” 13) Tetapi tuan itu menjawab seorang
dari mereka: “Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau.
Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? 14) Ambillah bagianmu dan
pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini
sama seperti kepadamu.15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku
menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah
hati?” 16) Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu
dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.
Bila kamu adalah pekerja yang mulai bekerja pada jam 5 sore, apa yang
akan kamu rasakan? Apakah perasaanmu akan berbeda bila kamu mulai
sejak pagi sekali? Mana yang lebih kamu sukai, bekerja dari pagi hari atau dari
sore hari, jika ternyata upahmu akan sama saja, yaitu sedinar untuk seharian
bekerja? Sedinar adalah upah yang layak untuk seharian kerja, kira-kira antara
30 – 60 ribu rupiah. Kemungkinan besar kamu akan memilih untuk memulai
pada jam 5 sore dan selesai jam 6 sore dengan mendapatkan upah sebesar
sedinar. Sepintas, kita cenderung menilai bahwa yang memilih datang pada
sore hari dan bukan pagi hari adalah pemalas, hanya mau enak-enak saja;
kerja sebentar tetapi mendapatkan upah penuh seperti pekerja yang sudah
mulai kerja sejak pagi hari.
Namun, bayangkan bila kamu memang butuh pekerjaan dan sudah
menunggu sejak pagi hari untuk pekerjaan yang dapat memberikan upah yang
layak. Sejak pagi hari, kamu sudah berharap ada yang mau mempekerjakanmu.
Sayangnya, hari berjalan terus dan yang kamu nantikan tidak kunjung nampak.
Sinar matahari yang hangat kini menjadi semakin terik bahkan sudah semakin
tenggelam menandakan malam akan hadir. Pekerjaan yang kamu tunggutunggu
sejak pagi tidak kunjung datang. Kamu sudah tidak dapat lagi berharap
bahwa ada yang akan datang memberikan pekerjaan.
Namun, ternyata dugaanmu salah. Ada seorang pengusaha yang
menawarkan pekerjaan untuk diselesaikan, saat itu juga. Kamu tidak percaya,
namun tawaran ini terlalu menarik untuk ditolak. Kamu pun sepakat untuk
pergi ke tempat usahanya – kebuh anggur – dan mulai bekerja sebisamu.
Disitu kamu melihat sudah ada sejumlah pekerja, bahkan ada yang sudah
mulai bekerja sejak pagi-pagi sekali. Dalam hati, kamu iri terhadap mereka
yang sudah memiliki pekerjaan sejak pagi hari, sedangkan kamu berharap
seharian tanpa kepastian apakah kamu akan mendapatkan pekerjaan. Akan
tetapi kamu singkirkan rasa iri itu dan langsung bekerja sebaik-baiknya sambilberharap agar esok hari
kamu tidak terlambat untuk mendapatkan pekerjaan.
Menunggu dalam ketidakpastian sungguh tidak enak, apalagi jika ada anggota
keluarga di rumah yang juga menunggumu pulang sambil membawa uang
untuk membeli makanan.
Kini jam 6 sore tiba, saatnya para pekerja berhenti bekerja. Kamu juga
sudah harus berhenti, padahal, kamu berharap dapat bekerja lebih lama
agar upah yang diterima dapat cukup untuk membeli makanan. Dalam hati
kamu tahu bahwa kamu tidak bisa berharap untuk mendapatkan upah yang
sama besarnya dengan yang sudah mulai bekerja dari pagi hari. Namun,
mendapatkan upah walaupun sedikit masih lebih baik daripada tidak sama
sekali.
Ternyata, namamu dipanggil lebih dahulu oleh sang mandor. Kamu
diberikan uang sedinar sebagai upahmu bekerja sejak jam 5 sore tadi. Kamu
bersyukur. Ternyata bekerja sejam diberikan upah yang layak seakan-akan
kamu bekerja seharian penuh. Apakah kau bersyukur untuk upah yang kamu
terima? Tentu saja, bersyukur. Kamu akan mendatangi sang pengusaha dan
menyatakan ungkapan syukurmu untuk kebaikan hatinya.
Akan tetapi, tunggu dulu! Pada saat itu juga, kamu mendengar gerutu dan
omelan dari pekerja yang mulai bekerja sejak pagi hari. Mereka tidak dapat
menerima bahwa mereka mendapatkan upah yang besarnya sama denganmu,
padahal mereka sudah bekerja lebih lama. Tentu perasaanmu menjadi tidak
keruan mendengarkan gerutu itu, bukan? Kamu tidak tahu harus menjawab
apa atau harus bersikap bagaimana kepada mereka.
Ternyata kamu tidak perlu menjawab apa pun karena sang pengusaha
sudah memberikan penjelasan: “​Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap
engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan
pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama
seperti kepadamu.Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut
kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?”​ Saat itu
juga kamu menyadari bahwa kamu berada di dalam perlindungan orang yang
mempedulikanmu, yang tahu apa yang kamu butuhkan, yaitu upah yang layak.
Kata-kata sang pengusaha “…​aku mau memberikan kepada orang yang terakhir
ini sama seperti kepadamu​,” sungguh menyejukkan dan sekaligus melegakan
karena kamu merasa dihargai oleh sang pengusaha.
Perhatikan bahwa sang pengusaha memberlakukan baik prinsip keadilan
maupun prinsip kasih karunia. Apa yang layak diterima seseorang, itulah
yang diberikannya. Ini berlaku kepada para pekerja yang mulai bekerja dari
pagi hari. Para pekerja ini dapat menuntut andaikata sang pengusaha tidak
memenuhi bayaran sedinar seperti yang sudah disepakati sejak awal. Namun,
pada pekerja yang datang paling terakhir, yang berlaku adalah prinsip kasih
karunia. Pemberian berdasarkan kasih karunia adalah pemberian yang
bergantung pada si pemberi. Dalam hal ini, kita selaku orang yang menerima
kasih karunia, tidak dapat menuntut agar si pemberi memberikan apa yang
kita harapkan. Kita adalah pihak yang pasif, hanya menerima saja apa yang
diberikan, karena yang aktif justru adalah pemberi kasih karunia.
Posisi ini berbeda dengan yang menerima keadilan. Diperlakukan adil
adalah sesuatu yang perlu kita perjuangkan karena itu merupakan hak.
Memupuk Sikap Demokratis Sejak Dini
Untuk mencapai demokrasi, seluruh pihak yang terlibat harus sepakat
bahwa keadilan harus ditegakkan dan kepedulian terhadap sesama memang
mewarnai keputusan yang diambil dan tindakan yang dilakukan. Sikap
demokratis tidak tumbuh dengan sendirinya, namun harus dipupuk sejak dini.
Ini diawali dengan menumbuhkan sikap mengasihi sesama, tidak menganggap
diri lebih istimewa daripada orang lain. Sejak dini orangtua perlu menerapkan pola asuh yang
demokratis, yaitu memberi kesempatan kepada anak untuk menyuarakan pendapat mereka yang
mungkin saja berbeda dari pendapat
orang tua. Penghargaan kepada pendapat anak akan memupuk rasa percaya
diri anak yang berakibat pada munculnya rasa menghargai orang lain juga.
Sebaliknya, pola asuh otoriter adalah kondisi dimana orang tua memaksakan
kehendak mereka kepada anak. Akibatnya, anak tidak terbiasa membuat
keputusannya sendiri di samping juga muncul rasa tidak percaya diri.
Sikap Gereja Terhadap Demokrasi di Indonesia
Bahan Alkitab:
I Samuel 8: 10-17; Matius 22: 15-21; Roma 13: 1-7
Demokrasi di Indonesia
Indonesia dibentuk sebagai sebuah negara yang demokratis. Hak asasi
manusia dan demokrasi diakui seperti yang tersirat dalam rumusan Pancasila.
Sila kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila kelima “Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” dan Pembukaan UUD 1945 serta pasalpasalnya.
Namun, pernyataan bahwa negara Indonesia berdiri di atas dasar
negara Pancasila dan dipandu oleh UUD 1945 tidak dengan sendirinya
menjamin perwujudan demokrasi. Menurut A.Ubaedillah dan Abduk Rozak
(ed.) dalam buku “Pendidikan Kewargaan,” demokrasi tidak dengan sendirinya
terbentuk tetapi lahir dan mewujud melalui sebuah proses yang panjang dalam
pembelajaran, pembiasaan serta penghayatan.
Demokrasi hanya dapat terwujud apabila demokrasi sebagai prinsip
dan acuan hidup bersama antarwarga negara dan antarwarga negara dengan
negara dijalankan dan dipatuhi oleh semua pihak. Jadi, perwujudan demokrasi
bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan negara semata-mata melainkan
merupakan bagian dari tanggung jawab warga negara dan tanggung jawab
Gereja sebagai lembaga maupun sebagai persekutuan.
Di atas sudah disinggung bahwa Indonesia didirikan di atas prinsip-prinsip
demokrasi. Namun, bagaimanakah praktik-praktik demokrasi di Indonesia
selama inii? Apakah negara kita sudah berjalan di atas rel yang semestinya?
Tulisan di bawah ini akan memberikan gambaran mengenai demokrasi di
Indonesia.
Bagaimana Sikap Yesus Menyangkut politik?
Politik erat kaitannya dengan kekuasaan. Meskipun Yesus tidak berbicara
secara khusus mengenai politik dan kekuasaan, namun sikapnya terhadap
politik dan kekuasaan nyata melalui praktik kehidupan. Ketika kepada-Nya
diajukan pertanyaan ini oleh orang-orang farisi: ​“Katakanlah kepada kami
pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau
tidak?” (Matius 22:17). Maka jawab Yesus:​“Berikanlah kepada Kaisar apa
yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib
kamu berikan kepada Allah” (Matius 22:15-21).
Ketika itu orang-orang Farisi ingin menjebak Yesus dengan mengajukan
pertanyaan tersebut kepada-Nya. Yesus pun menjawab bahwa mereka
memberikan kepada kaisar apa yang wajib mereka berikan kepada Kaisar.
Artinya, setiap orang harus mempunyai keprihatinan tertentu terhadap
kesejahteraan sosial-politik negaranya dan harus taat sebagai seorang warga
negara, sedangkan pemerintah harus melaksanakan suatu tanggung-jawab
yang berasal dari Allah. ​“Berikanlah kepada Kaisar apa yang kamu berikan
kepada Kaisar” j​ uga berarti kesetiaan kepada Allah, karena Allah berkehendak
agar kita menaruh perhatian pada masyarakat kita. Pada gilirannya hal ini
merupakan suatu pemenuhan sebagian dari tugas mendasar kita, yaitu untuk
memberikan kepada Allah apa yang menjadi hak-Nya. Jadi, partisipasi orang
beriman dalam politik tidak terlepas dari ketatannya kepada perintah Allah.
Paulus memperkuat sikap Yesus ini dalam Kitab Roma 13:1-7 yang menyatakan
orang Kristen harus taat kepada pemerintah namun hanya mereka yang layak
dihormati dan ditaati saja yang akan ditaati dan dihormati. Artinya, jika
mereka yang berkuasa tidak menjalankan kekuasaannya dengan benar maka
mereka tidak patut dihormati. Ketaatan dan hormat diberikan bersamaan
dengan sikap kritis, objektif, dan rasional.
Gereja, Politik dan Demokrasi
Membahas mengenai Gereja, politik dan demokrasi tidaklah lengkap
jika tidak disinggung mengenai hubungan antara Gereja dengan negara
atau pemerintah. Dalam sejarah kekristenan pernah terjadi gereja berada
di bawah kekuasaan pemerintah. Misalnya, pada zaman Konstatinus Agung
berkuasa dimana dia menyatakan agama Kristen menjadi agama Negara.
Saat itu posisi gereja menjadi sub-ordinatif atau dibawah kekuasaan negara/
pemerintahan. Segala hal yang dilakukan oleh gereja harus memperoleh
persetujuan pemerintah dan disesuaikan dengan kepentingan pemerintah.
Sebaliknya, pada abad pertengahan sebelum reformasi kekuasaan Paus begitu
amat kuat sehingga pemerintah berada di bawah kekuasaan gereja. Pada masa
itu raja yang berkuasa harus memperoleh persetujuan Paus, dalam hal ini Paus menjadi wakil gereja
yang memerintah. Namun, setelah reformasi situasi ini berubah, para reformator memberikan garis
batas antara gereja dengan negara, sehingga masing-masing baik negara maupun gereja memiliki
otoritas atau wilayahnya sendiri.
Bagaimana kaitan antara Demokrasi dengan politik dan apa kaitannya
dengan gereja?. Politik memiliki pengaruh penting dalam perkembangan
demokrasi. Demokrasi tidak berjalan baik apabila tidak ditunjang oleh
terbangunnya politik yang sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Disini
gereja memiliki kepentingan sebagai kontrol terhadap perwujudan politik
dan demokrasi yang menjamin terpenuhinya hak warga masyarakat sebagai
manusia yang memiliki martabat.
Bersama-sama dengan orang-orang beragama lain, orang
Kristen harus bekerja sama untuk membela orang-orang yang kehilangan hakhaknya atau yang ditindas
karena dianggap berbeda dari orang lain.
Apa yang terjadi selama ini? Apakah gereja sudah melakukan tugastugasnya
seperti yang telah dibahas di atas?
Terkadang gereja masih terjebak dalam dikotomi pemikiran antara yang
sakral (kudus) dan yang sekuler. Seolah-olah peran sosial kemasyarakatan
merupakan urusan duniawi yang bukan merupakan tugas gereja. Padahal
gereja ada dalam dunia dan bergumul dengan dunia, termasuk di dalamnya
berbagai persoalan sosial kemasyarakatan da masalah politik. Gereja turut
bertanggung jawab mendidik umatnya untuk memiliki kesadaran politik
dan mendukung pemerintahan yang baik dan benar serta bersikap kritis
secara objektif terhadap pemerintahan yang ada.
Berlawanan dengan sikap pertama di atas, terkadang gereja terjebak
pada praktik politik praktis. Gereja yang seharusnya aktif dalam
kegiatan membela rakyat miskin, malah aktif mendukung partai politik
tertentu, berkampanye untuk calon-calon tertentu. Keadaan seperti ini
dapat berbahaya bagi gereja. Gereja dapat menutup mata ketika pihak
yang didukungnya melakukan hal-hal yang negatif, seperti korupsi,
membohongi rakyat dengan janji-janji kosong, atau bahkan merampas
hak-hak rakyat baik secara halus maupun terang-terangan. Hendaknya
gereja tidak bersifat partisan atau membela salah satu partai politik. Gereja harus berada di atas semua
golongan jemaat yang mendukung berbagai
partai politik, sehingga gereja dapat melaksanakan perannya sebagai
alat kontrol terhadap kekuasaan, kebenaran dan keadilan. Jika gereja
teridentifikasi dengan suatu kekuatan politik tertentu, kemudian kekuatan
itu korup, gereja pun dituduh korup. Posisi seperti ini akan mempesulit
gereja dalam menyuarakan suara kenabiannya.
Gereja tidak boleh sibuk hanya memikirkan dirinya sendiri, karena
tugasnya di dunia justru untuk menjadi pelayan Allah dan sesama. Gereja
hadir di dunia justru untuk ikut serta menghadirkan tanda-tanda Kerajaan
Allah. Artinya, gereja dipanggil untuk mewujudnyatakan kehendak Allah
di tengah-tengah dunia, yakni turut serta mewujudkan demokrasi dan
pemerintahan yang bersih. Hal itu dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain memperlengkapi dan mendidik warga gereja untuk memiliki
kesadaran politik, mewujudkan tanggung jawab politik, memiliki intergitas,
dan iman dalam memimpin. Disamping itu, gereja dapat berfungsi sebagai
kontrol terhadap kebenaran dan keadilan.
Untuk melengkapi pembahasan mengenai sikap Gereja terhadap politik,
dapat dikutip pendapat tokoh Kristen terkenal, almarhum TB.Simatupang
yang mengatakan bahwa partisipasi kristen dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah seperti berikut.
• Positif artinya selalu berusaha memberikan sumbangsih yang baik bagi
pemerintah dan warga lainnya.
• Konstruktif artinya umat Kristen harus ikut ambil bagian dalam
pembangunan bangsanya,
• Kritis artinya orang Kristen juga tidak boleh takut untuk memberikan
masukan dan koreksi kepada pemerintah demi kebaikan rakyat dan
diberlakukannya hukum Tuhan.
• Realistis, disatu sisi seseorang adalah pelayan kehidupan yang loyal kepada
atasannya atau orang yang dipimpin sepanjang si tuan itu benar dan adil,
di sisi lain ia adalah seorang pengawas yang dengan berani tetapi lembut
menegur pemerintah kalau pemerintah itu lalai dan tidak menjalankan
fungsinya secara baik.
Damai Sejahtera Menurut Alkitab
Bahan Alkitab: Imamat 26:1-46; Yohanes 14:23-31
Pengertian Damai Sejahtera Menurut Alkitab
Dalam kitab Imamat 26:1-46 dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
(1). Ayat 1-13 memuat janji-janji berkat dan penyertaan Allah bila bangsa
Israel taat dan menjalankan perintah-perintah-Nya. Hal ini terlihat
dalam ayat 6:“​Dan Aku akan memberi damai sejahtera di dalam negeri
itu, sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apa
pun; Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri itu, dan pedang
tidak akan melintas di negerimu​.”
(2). Ayat 14-39 memuat peringatan akan penghukuman Allah jika
bangsa Israel lalai atau menyimpang dari perintah-perintah Allah.
Peringatan ini kita temukan dalam ayat14-19“​Tetapi jikalau kamu
tidak mendengarkan Daku, dan tidak melakukan segala perintah itu,...
maka ... Aku akan mendatangkan kekejutan atasmu... Aku sendiri akan
menentang kamu, sehingga kamu akan dikalahkan oleh musuhmu,
... Aku akan lebih keras menghajar kamu sampai tujuh kali lipat
karena dosamu, ... dan Aku akan mematahkan kekuasaanmu yang
kaubanggakan dan akan membuat langit di atasmu sebagai besi dan
tanahmu sebagai tembaga.​ ”
(3). Ayat 40-46 berisi janji-janji Allah untuk mengampuni dan menerima
mereka kembali sebagai umat-Nya. Allah itu setia, dan selalu ingat
akan perjanjian-Nya dengan leluhur Israel. Seperti yang dikatakan
Allah, “​Tetapi bila mereka mengakui kesalahan mereka dan kesalahan
nenek moyang mereka dalam hal berubah setia yang dilakukan mereka
terhadap Aku ... maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku dengan Yakub;
juga perjanjian dengan Ishak dan perjanjian-Ku dengan Abraham pun
akan Kuingat dan negeri itu akan Kuingat juga”​(ayat 40-42).
Sebetulnya, dengan menghayati bacaan tadi, kita tahu bahwa hidup
taat dan setia kepada Allah adalah pilihan yang selalu harus diambil: tidak
bisa tidak, sebagai umat Allah kita harus berlaku setia kepada-Nya. Namun,
sejarah menunjukkan bahwa bangsa Israel bukanlah umat yang setia kepada
Allah mereka. Berkali-kali mereka jatuh pada penyembahan dewa-dewa
yang dilakukan oleh bangsa-bangsa bukan Israel. Mereka berpikir bahwa
penyembahan berhala seperti itulah yang justru membawa damai sejahtera,
padahal sebaliknya yang mereka terima. Untuk setiap kejatuhan dalam hal
kesetiaan, Allah menghukum bangsa Israel.
Bob Deffinbaugh (baca: “Definbo”) mengatakan bahwa Imamat 26 sangat
penting bagi kita karena lima hal berikut.
(1) Ini adalah teks kunci untuk memahami sejarah Israel. Peringatanperingatan
dalam Imamat adalah kerangka sejarah Israel.
(2) Menjadi kunci bagi kita untuk memahami pesan para nabi Israel. Janji
penyelamatan dan pemulihan Israel juga kita temukan berakar dalam
kelima kitab pertama Alkitab, yaitu Pentateukh.
(3) Prinsip-prinsip yang ada di balik janji berkat dan kutuk masih berlaku
di masa kita sekarang.
(4) Mengandung banyak pengajaran untuk orangtua dan semua orang
yang bertugas mendisiplinkan orang lain.
(5) Tidak hanya mengandung peringatan, tetapi juga pengharapan yang
besar di dalam Alkitab.
Apa yang kita temukan dalam uraian di atas ialah bahwa kesejahteraan
(syalom) Israel berkaitan erat dengan ketaatan hidup mereka kepada Allah
dan perintah-perintah-Nya. Apabila Israel tidak setia, maka Allah tidak segansegan akan menghukum
mereka, menyerahkan mereka kepada musuh-musuh
mereka, membuat tanah Israel menjadi tidak subur dan sulit ditanami
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa damai sejahtera Allah itu hanya dapat terwujud apabila ada
kesetiaan kepada Allah yang disertai kerelaan untuk menjalani perintahperintah dan
hukum-hukum-Nya.
Pada bacaan kedua, Yohanes 14:23-31, kita menemukan janji Tuhan
Yesus untuk memberikan damai-Nya kepada kita. Janji ini diucapkan-Nya
menjelang kematian-Nya di kayu salib. Yesus sadar bahwa sebentar lagi
Ia akan meninggalkan dunia dan murid-murid-Nya. Oleh karena itu, Ia
menjanjikan Roh Penghibur yang akan menyertai para murid dan semua orang
percaya. Tugas Roh ini adalah “​mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan ...
mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.​ ” (ayat 26)
Apa yang Tuhan Yesus perintahkan untuk kita lakukan tidak lain adalah
mengasihi Dia, yang harus kita buktikan lewat ketaatan kita untuk menuruti
firman-Nya dan Bapa-Nya (ayat 23-24). Ketaatan kita itulah yang akan
memberikan kepada kita damai sejahtera-Nya (ayat 28).
Secara singkat, dapat kita simpulkan bahwa baik Imamat maupun Injil
Yohanes mengingatkan kita bahwa ketaatan untuk melakukan apa yang telah
diperintahkan Tuhan kepada kita akan menghadirkan damai sejahtera. Dengan
​ elalui kerja
kata lain, damai sejahtera tidak akan hadir begitu saja ​kecuali m
keras kita dalam memberlakukan kehendak Allah di dalam seluruh kehidupan
dan keberadaan kita, baik secara pribadi maupun sebagai gereja.
Memahami Makna “Syalom”
Kata ​syalom ​dalam bahasa Ibrani biasanya diterjemahkan menjadi
”damai” atau ”damai sejahtera”. Dalam bahasa Yunani, bahasa yang digunakan
dalam penulisan Perjanjian Baru, kata ini diterjemahkan menjadi ​eirene. K ​ ata
syalom a​ tau “damai sejahtera” sering dipergunakan untuk memberikan salam
kepada sesama. Dalam bahasa Ibrani orang mengucapkan ​syalom aleikhem,
yang artinya “damai sejahtera bagimu”. Ucapan ini dijawab dengan kata-kata
aleikhem syalom. K ​ ata ini mirip sekali dengan kata “salam alaikum” atau
“assalamu alaikum” dan “wa alaikum salam” dalam bahasa Arab, bukan? Kita
tidak perlu heran. Bahasa Arab memang berasal dari rumpun yang sama
dengan bahasa Ibrani seperti halnya bahasa Tagalog dengan bahasa Indonesia.
Dalam bahasa Arab kata ​syalom ​diterjemahkan menjadi ​salam, k​ ata yang
sama yang dipergunakan dalam bahasa Indonesia yang sangat diperkaya oleh
kosakata dari bahasa Arab karena pengaruh agama Islam. Kata ini dapat kita
bandingkan dengan salam ​Horas! d​ i kalangan masyarakat Batak; ​Ya’ahowu! d​ i
dalam masyarakat Nias.
Di kalangan masyarakat Yahudi, kebiasaan memberi salam seperti ini
sangat lazim. Dalam Lukas 10:5 Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid-
Nya untuk memberikan salam ini apabila mereka mengunjungi rumah
seseorang. “Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu:
Damai sejahtera bagi rumah ini.” (Lukas 10:15). Salam ini juga diucapkan
oleh Tuhan Yesus ketika Ia menampakkan diri-Nya ke tengah-tengah muridmurid-
Nya setelah kebangkitan-Nya: “Dan sementara mereka bercakap-cakap
tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata
kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu!” (Lukas 24:36). Dalam ungkapan
kata syalom aleikhem memang terkandung sebuah doa yaitu “kiranya damai
sejahtera menyertaimu.”
Sejauh ini kita sudah membahas bagaimana kata “damai sejahtera”
digunakan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang Yahudi. Tetapi, apakah arti
“damai sejahtera” itu sendiri? Alkitab menerjemahkan kata “syalom” menjadi
“damai sejahtera”. Bukan semata-mata “damai” saja, meskipun kata syalom itu
sendiri memang berarti “damai” atau “perdamaian”. Arti kata “syalom” memang
jauh lebih luas daripada sekadar “damai” saja. Berikut ini adalah sejumlah kata
dan konsep yang digunakan untuk menerjemahkan kata “syalom”, sehingga
kita dapat membayangkan kekayaan makna yang dikandungnya.
1. Persahabatan
Syalom ​antara sahabat berkaitan dengan hubungan yang akrab (Zakharia
6:13). Dalam Mazmur 28:3 orang diingatkan akan sahabat yang mulutnya
manis, tetapi niatnya jahat:“Janganlah menyeret aku bersama-sama dengan
orang fasik ataupun dengan orang yang melakukan kejahatan, yang ramah
dengan teman-temannya, tetapi yang hatinya penuh kejahatan.” Kata
“ramah” di sini merujuk kepada ucapan yang penuh ​syalom. D ​ alam versi
bahasa Inggris penggunaan kata ini menjadi lebih jelas:
2. Kesejahteraan
Kata ​syalom ​juga berarti kesejahteraan yang menyeluruh, termasuk
kesehatan dan kemakmuran yang semuanya berasal dari Tuhan. Hal ini
dapat kita temukan dalam 2 Raja-raja 4:26 ketika hamba Elisa bertanya
kepada perempuan Sunem dalam cerita ini, ​“Selamatkah engkau, selamatkah
suamimu, selamatkah anak itu?”D ​ alam bahasa aslinya, bahasa Ibrani,
pertanyaan ini berbunyi, “Apakah engkau memiliki damai [sejahtera]?”
Maksud pertanyaan ini mirip dengan menanyakan kesejahteraan orang
lain seperti dalam pertanyaan, “Apa kabar?” Maksudnya tentu bukan hanya
sekadar menanyakan berita tentang orang yang dimaksudkan, melainkan
menanyakan keberadaan menyeluruh orang tersebut.
Hal serupa diungkapkan oleh pemazmur dalam Mazmur 38:4 ketika
ia meratap: ​“Tidak ada yang sehat pada dagingku oleh karena amarah-
Mu, tidak ada yang selamat pada tulang-tulangku oleh karena dosaku”.
Maksud pemazmur, dosa-dosanya telah mengganggu dirinya sehingga ia
tidak memiliki ​syalom, k​ edamaian, di dalam dirinya. Oleh karena itulah ia
mengatakan, “tidak ada yang sehat pada dagingku”, karena ​syalom m ​ emang
mempengaruhi kesejahteraan bahkan juga kesehatan dan kedamaian
dalam diri seseorang.
3. Keamanan
Dalam Hakim-hakim 11:31, Yefta mengucapkan kaulnya bahwa bila
ia kembali dari medan perang “dengan selamat” (dengan aman, dalam
syalom)​ , maka makhluk pertama yang keluar dari pintu rumahnya untuk
menemuinya akan dipersembahkannya kepada Tuhan sebagai korban
bakaran.
136 ​Kelas XII SMA/SMK
Dalam Yesaya 41:3, Tuhan berbicara tentang utusan-Nya yang akan
mengalahkan lawan-lawannya. “​Ia akan mengejar mereka dan dengan
selamat (dengan syalom) ia melalui jalan yang belum pernah diinjak
kakinya.”​
Dalam kitab yang sama, Yesaya juga melukiskan hubungan antara
hidup yang benar di hadapan Allah yang akan menghasilkan keamanan
dan ketenteraman. Yesaya melukiskan demikian, ​“Di mana ada kebenaran
di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan
dan ketenteraman untuk selama-lamanya. Bangsaku akan diam di tempat
yang damai, di tempat tinggal yang tenteram di tempat peristirahatan yang
aman.(Yesaya 32: 17-18)
Dalam Perjanjian Baru, Yesus mengatakan, “Apabila seorang yang kuat
dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah
[en eirene – ​bhs. Yunani​]​segala miliknya.” (Lukas 11:21)
4. Keselamatan
Akhirnya kata ​syalom ​juga digunakan dalam kaitan dengan
“keselamatan”. Dalam Yesaya 57:19 dikatakan, “​Aku akan menciptakan pujipujian.
Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang
dekat -- firman TUHAN -- Aku akan menyembuhkan dia!​” Berita “damai
sejahtera” yang diberitakan berkaitan erat dengan kesembuhan yang
Tuhan janjikan. Keselamatan yang utuh dapat dilihat dari penggunaan kata
“damai sejahtera” dalam hubungannya dengan “keadilan” (Yesaya 60:17)
atau seperti dalam Mazmur 85:11 yang menyatakan “​Kasih dan kesetiaan
akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman.​ ”
Hubungan antara keselamatan dan perdamaian menjadi lebih jelas
lagi apabila kita melihat bagaimana Perjanjian Baru memaknai karya
keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus,
Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah
menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita,
yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan
tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai
manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah
dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia
baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,
dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan
Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. Ia
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti ​137
datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang “jauh”
dan damai sejahtera kepada mereka yang “dekat”, karena oleh Dia kita
kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.
(Efesus 2: 13-18)
Di sini jelas bahwa keselamatan yang diberikan oleh Tuhan Yesus
bagi kita telah menciptakan juga pendamaian antara orang-orang yang
dahulunya “jauh” dan saling terasing serta bermusuhan. Keselamatan yang
dikerjakan oleh Tuhan Yesus adalah keselamatan yang utuh, yang meliputi
kehidupan jasmani dan rohani, yang mencakup masa depan tetapi juga
berlaku di masa kini dan sekarang juga.
Uraian di atas telah menggambarkan secara lebih luas dan mendalam
apa yang dimaksudkan dengan memberlakukan apa yang Allah kehendaki
di dalam hidup kita seperti yang telah kita lihat dalam Kitab Ulangan dan
Injil Yohanes. Kita sudah melihat bahwa damai sejahtera bukanlah sesuatu
yang akan hadir secara otomatis di dalam hidup kita, melainkan harus kita
upayakan dengan kerja keras dan kesungguhan.
Dalam liturgi sejumlah gereja ada kalanya kita menemukan salah
satu bagian ketika jemaat saling mengucapkan “salam damai” atau “damai
Kristus besertamu” setelah pemberitaan pengampunan dosa.
Kabar Baik di Tengah Kehidupan Bangsa dan Negara
Bahan Alkitab: Mazmur 137; Nehemia 2: 1-20
Berita Suka Cita
Umat Israel tidak selamanya menderita di Babel. Setelah berakhir masa
penghukuman mereka, TUHAN Allah mengirimkan utusan-Nya untuk
memberitakan kabar suka cita. Mereka telah ditebus Allah. Mereka akan
diperbolehkan kembali ke Sion, kota Allah. Dengan demikian maka mereka
akan dapat memproklamasikan, “Allahmu itu Raja!” (Yesaya 52:7). Apakah
artinya ini? Ini berarti suka cita umat Allah hanya dapat terjadi apabila mereka
mengakui bahwa Allah itulah Raja. Kehendak Allah haruslah dinyatakan di
dalam kehidupan umat.
Pembangunan kembali Yerusalem terjadi setelah bangsa Yahudi diizinkan
kembali oleh Koresh, raja Persia pada tahun 538 SM. Pada tahun 464 SM
Artahsasta naik takhta sebagai raja di Persia. Ia mempunyai seorang juru
minuman yang berdarah Yahudi yang bernama Nehemia. Nehemia mendengar
berita dari saudaranya, Hanani, tentang kehancuran kota Yerusalem dan Bait
Suci Allah (Nehemia 1:2; 2:3). Mendengar kabar buruk itu, Nehemia merasa
sangat sedih. Berhari-hari ia berpuasa dan berdoa meratapi negeri nenek
moyangnya. Ketika raja melihat kesedihan Nehemia, baginda menanyakan
apa yang membuatnya sedih. Nehemia menceritakan semua yang didengarnya
tentang negeri leluhurnya. Kemudian ia meminta izin kepada raja agar
diizinkan kembali ke Yerusalem, dan memimpin pembangunan kembali kota
itu. Raja mengizinkan Nehemia dan malah mengangkatnya menjadi bupati di
Yehuda (Nehemia 5:14).
Apa arti tindakan Nehemia ini? Keputusannya untuk kembali ke Yehuda
dan membangun kembali negeri leluhurnya tentu membutuhkan pengorbanan
besar pada pihak Nehemia. Ia harus meninggalkan sebuah jabatan yang sangat
baik di istana raja. Kedudukannya tinggi dan ia merupakan orang kepercayaan
raja, namun semuanya itu dilepaskannya. Nehemia bersedia berkorban untuk
meninggalkan kenikmatan tinggal di sekitar istana. Nahemia kembali ke
Yehuda dan kemungkinan sekali selama berbulan-bulan ia harus tinggal di
kemah dengan fasilitas yang serba minim. Makanan dan minumannya pastilah
tidak selezat seperti yang dapat ia nikmati selama tinggal mengabdikan diri
kepada raja. Namun, upaya Nehemia tidak sia-sia. Yerusalem dibangun
kembali. Bangsa Yahudi kembali ke tanah air mereka dan memulai hidup yang
baru. Tapi, semuanya itu hanya bisa terjadi lewat kerja keras dan pengorbanan
bukan dengan berpangku tangan.
Sebuah bangsa acapkali mengalami krisis kehidupan karena tidak
memberlakukan kehendak Allah. Apakah kehendak Allah tersebut? Kehendak
Allah itu adalah hidup berkeadilan, kesediaan setiap anggota masyarakat untuk
berkorban. Para pemimpin haruslah melakukan tugasnya sebagai pemimpin,
mendidik generasi muda untuk menggantikannya, dan memberikan teladan
yang baik. Bila ini yang terjadi, maka bangsa pun akan mengalami damai
sejahtera.
Menjadi Pelaku Kasih dan Perdamaian
Bahan Alkitab: Yeremia 6:1-21; Matius 5:9; Roma 12:18
Kasih dan perdamaian tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Semuanya
itu membutuhkan usaha dan kerja keras. Kasih dan perdamaian tidak akan
tercipta dengan hanya mengucapkan “damai sejahtera! damai sejahtera!”
Abigail Disney (2013), filantropis, perempuan pengusaha, aktivis
masyarakat, yang membuat film pendek, “Pray the Devil Back to Hell,” pernah
menulis demikian:
“Perdamaian adalah sebuah proses.Ini bahkan bukanlah sebuah peristiwa,
kejadian. Perdamaian adalah sesuatu yang kita buat, yang kita kerjakan.
Perdamaian adalah kata kerja. Perdamaian adalah serangkaian pilihan
dan keputusan. Ia harus dipertahankan, diperjuangkan... Perdamaian
tidak diam-diam. Perdamaian itu bergemuruh!”
Perdamaian dan juga kasih adalah tindakan, bukan kata benda. Artinya,
untuk mewujudkan perdamaian dan kasih, kita perlu melakukan langkah​158
langkah konkrit dalam kehidupan kita. Seluruh perbuatan dan gaya hidup
kita mestilah mencerminkan perdamaian dan kasih, sehingga keduanya dapat
terwujud dalam masyarakat kita, di bumi ini.
1. Agama-Agama dan Kerinduan Akan Damai
Yudaisme, atau agama Yahudi, misalnya, mempunyai konsep ​syalom
yang berarti damai sejahtera yang didasarkan pada anugerah Allah kepada
manusia dan upaya manusia untuk membangun kehidupan yang baik bersama
orang-orang di sekitarnya dan seluruh alam semesta. Agama Kristen banyak
mengikuti konsep yang terdapat dalam agama Yahudi. Nama “Islam” yang kita
kenal sebagai sebuah agama, didasarkan pada kata “salam”, sebuah kata dari
bahasa Arab yang memiliki akar kata yang sama dengan kata “syalom” dalam
bahasa Ibrani. Dengan kata lain, kata “Islam” juga berasal dari harapan yang
sama akan kehidupan yang penuh dengan kedamaian. Dalam agama Hindu,
para pemeluknya saling mengucapkan salam “shanti,shanti,shanti” yang
artinya “damai, damai, damai”.
Kehadiran agama-agama dan umatnya tidak secara otomatis menghasilkan
kasih dan perdamaian. Manusia perlu berusaha dengan sungguh-sungguh.
Pengalaman hidup manusia menunjukkan betapa sering manusia lebih mudah
berperang daripada menciptakan perdamaian. Sebagai contoh, dunia pernah
mengalami dua perang yang sangat hebat, yaitu Perang Dunia I dan Perang
Dunia II.
2. Agama dan Perang
Meskipun demikian, tidak dapat disangkal bahwa sejarah setiap agama,
khususnya agama-agama besar di dunia seperti Yahudi, Kristen, Islam, Hindu,
Buddha, juga berisi lembaran-lembaran kelam. Ketika para pemeluknya
terlibat dalam tindak kekerasan dan peperangan yang dilakukan atas nama
agama, atas nama Tuhan. Dalam agama Kristen misalnya, pernah terjadi Perang
Salib sampai sembilan kali antara tahun 1095 sampai 1291 yang berlangsung
di Timur Tengah untuk merebut (dan kadang-kadang mempertahankan)
Yerusalem. Perang salib ini ditujukan terutama terhadap orang-orang Islam,
tetapi kadang-kadang juga terhadap bangsa Slavia yang bukan Kristen pada
waktu itu, orang-orang Yahudi, orang-orang Kristen Ortodoks Rusia dan
Yunani, bangsa Mongol, Katar, orang-orang Hus dan Waldensis (orangorang
Kristen yang menentang Paus dan merupakan cikal bakal orang-orang
Protestan), dan berbagai musuh politik Paus.
Antara orang-orang Tamil yang umumnya beragama Hindu dan orangorang
Sinhala yang umumnya beragama Buddha di SriLanka, terjadi pertikaian
dan peperangan yang telah menelan ribuan korban.
3. Rasa Takut
Peperangan dan konflik yang berlangsung dalam sejarah manusia biasanya
disebabkan karena keinginan untuk mempertahankan atau merebut sumbersumber
yang langka. Perang Teluk I (tahun 1990 - 1991) dan Perang Teluk
II (2003-sekarang) terjadi karena pihak-pihak yang terlibat memperebutkan
sumber-sumber minyak bumi yang sangat penting bagi kehidupan manusia di
muka bumi ini.
Perang dan konflik juga dapat terjadi karena kebanggaan semu akan
keunggulan bangsa sendiri. Adolf Hitler menyerang negara-negara lain di
Eropa karena keyakinannya bahwa bangsa Arya adalah bangsa yang paling
unggul dan diberkati Tuhan di muka bumi ini. Mereka ditakdirkan untuk
menjadi pemimpin dunia. Begitu pula pembantaian atas 800.000 warga suku
Tutsi oleh suku Hutu selama 100 hari di Rwanda (tahun 1994) terjadi karena
suku Hutu yakin bahwa suku Tutsi hanyalah “kecoak” yang layak dihancurkan.
Perang juga terjadi karena rasa takut yang berlebihan, meskipun tidak
jelas sejauh mana rasa takut itu dapat dibenarkan. Perang Vietnam (tahun
1959 -1975) , aneksasi Timor Timur (1975), terjadi karena rasa takut akan
bahaya komunis.
Mengupayakan Kondisi Damai Sejahtera
Konflik Antara Manusia dan Kerusakan Alam
Perebutan sumber-sumber alam yang terbatas telah menyebabkan konflik
antarmanusia. Sebaliknya, konflik antarmanusia juga telah menyebabkan
rusaknya alam semesta.
Di masa Perang Vietnam, AS menjatuhkan apa yang disebut “agen oranye”,
yaitu zat-zat kimia yang dimaksudkan untuk menghancurkan tumbuhtumbuhan
di permukaan tanah sehingga tentara dan gerilyawan Vietkong
tidak dapat bersembunyi di hutan-hutan. Agen orange ternyata tidak hanya
mematikan pohon-pohon dan semak, tetapi juga mengakibatkan kerusakan
pada manusia. Banyak orang yang dilahirkan dengan cacat tubuh dan wajah
karena pengaruh “agen oranye” yang masuk lewat ibu yang mengandung
mereka.
Dialog Antariman
Sebuah cara yang sangat baik untuk membangun saling pengertian dan
saling menerima di antara masyarakat kita yang pluralistik ini adalah dengan
ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan dialog antariman. Dalam kegiatan ini
melibatkan orang tua maupun muda untuk melakukan pertemuan-pertemuan
dialogis maupun kerja sama dengan saudara-saudara mereka yang datang dari
latar belakang etnis, suku, kelas sosial, dan keyakinan yang berbeda-beda.
Di Jakarta ada sebuah organisasi yang dinamai “Wadah Komunikasi dan
Pelayanan Umat Beragama” yang didirikan dengan tujuan seperti di atas.
Dalam situs internetnya, dikatakan bahwa
Dalam Amsal 16:7 dikatakan, “​Jikalau Tuhan berkenan kepada jalan
seseorang, maka musuh orang itu pun didamaikan-Nya dengan dia.​ ” Ayat
ini menjelaskan kepada kita bahwa untuk hidup damai dengan sesama kita,
bahkan dengan musuh kita, kita harus hidup dalam jalan yang diperkenan
Tuhan. Itu berarti kita didorong, diharapkan, bahkan diwajibkan hidup dalam
damai sejahtera Allah dengan sesama kita, bahkan juga dengan orang-orang
yang membenci kita.
Surat Roma 12:18 mengingatkan kita: “​Sedapat-dapatnya, kalau hal
itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang​!”
Surat ini ditulis kepada jemaat Kristen di kota Roma. Mereka hidup sebagai
kelompok minoritas di tengah-tengah mayoritas yang tidak mengenal Kristus
dan bahkan memusuhinya. Kepada jemaat ini, Rasul Paulus menasihati agar
mereka berusaha sedapat mungkin untuk hidup dalam perdamaian dengan
orang lain. Mereka tidak perlu takut dan khawatir akan status mereka sebagai
kelompok minoritas, melainkan berusaha secara aktif membangun jembatan
penghubung antara mereka dengan orang lain, sehingga terciptalah saling
pengertian dan keharmonisan di dalam masyarakat.
Roma 12:20 lebih jauh berkata demikian: “​Tetapi, jika seterumu lapar,
berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian
kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.​” Berdasarkan ayat ini kita
belajar bahwa usaha menghadirkan damai sejahtera harus dimulai dari diri
kita sendiri. Dengan mengusahakan perdamaian, dengan memberikan makan
dan minum bagi mereka yang membutuhkan, bahkan bagi orang-orang
yang membenci kita sekalipun, kita akan mampu menghadirkan kehidupan
bersama yang damai.

Anda mungkin juga menyukai