BERTUMBUH DEWASA
Kata “dewasa” berasal dari bahasa latin “adolescene; adolescere” berarti tumbuh menjadi
dewasa.
Tumbuh berarti hidup dan bertambah besar atau sempurna.
Ciri-ciri Pribadi Dewasa
1. Tidak egois.
2. Berpikir obyektif.
3. Realistis.
4. Bertanggung jawab.
5. Menguasai diri.
6. Menerima kritik dan saran dari orang lain.
7. Mampu bekerja sama dengan orang lain.
8. Mampu beradaptasi dan menempatkan diri.
9. Memiliki prinsip yang kuat tetapi fleksibel.
Pertumbuhan menjadi Dewasa
• Pertumbuhan merupakan berkembangnya tubuh jasmani menuju kesempurnaan.
• Pertumbuhan menjadi dewasa dimulai rentang usia 17 atau 18 tahun.
• Pertumbuhan setiap manusia tidak sama.
• Pertumbuhan disertai dengan perkembangan dan kebutuhan yang berbeda-beda.
1. ASPEK FISIK
Pria
1. Perubahan suara
2. jakun
3. Aktifnya organ seksual mimpi basah
Perempuan
1. Menstruasi
2. Payudara membesar
Ciri.ciri :
Menerima hal-hal yang tidak bisa diubah dari ciri-ciri fisik sejak lahir
Menempatkan proporsi seks secara wajar
Dapat memilih makanan yang bergizi
Memeliki keseimbangan bekerja dan beristirahat
2. ASPEK INTELEKTUAL
Aspek intelektual menentukan cara berpikir, dan pengambilan keputusan.
Dewasa secara intelektual berarti menggunakan akal budinya untuk menilai
benar tidaknya sesuatu.
Intelektual membantu mencari hikmat Allah.
Hikmat Allah muncul karena adanya kesediaan
kita untuk menuruti dan mengakui rancangan Nya.
3. ASPEK SOSIAL
Manusia mampu bersosialisasi dengan baik dan benar serta menempatkan diri sehingga tercipta
hubungan harmonis.
Hubungan harmonis ditandai dengan komunikasi dua arah, saling menghargai, menerima dan
mengakui, menempatkan diri dalam situasi apapun, mendahulukan kepentingan orang lain.
Ciri2 pribadi dewasa dalam aspek Sosial
• Tidak ingin mengikuti gaya temannya.
• Memiliki tata krama dan sopan santun.
• Tidak tergantung orang lain.
• Dapat menyesuaikan diri terhadap hal yang tidak bisa diubah.
• Menerima dan memenuhi tanggung jawabnya.
• Kepuasan terbesar yakni membuat orang lain bahagia.
Simpati keikutsertaan merasakan emosi senang dan sedih orang lain.
Empati mulai dari peduli dengan orang lain lalu menciptakan keinginan menolong, mengalami emosi
orang lain, mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain.
Solider sifat satu rasa, senasib atau emosi setia kawan.
Interpati emosi dan setia kawan dalam lintas budaya.
4. ASPEK EMOSI
Emosi gejala emosi disertai dengan perubahan atau perilaku fisik.
Kedewasaan seseorang bukan terletak pada usianya melainkan tingkat kematangan emosionalnya.
Orang yang pandai mengendalikan emosi tidak mengandalkan nafsu dalam bertindak melainkan akal.
Jadi, Emosi berhubungan dengan Akal.
Menolong orang lain mengendalikan emosi dan mencari tahu pemicunya.
Menolong orang lain mengolah dan mengelola emosi.
Menolong orang lain menyalurkan emosi dengan produktif dan bermanfaat.
Menolong orang lain mengenali dan memahami emosi orang lain.
5. ASPEK MORAL
Dewasa dalam aspek moral berarti seseorang sudah memahami apa yang baik dan apa yang pantas
dilakukan. Sebaliknya, ia juga sudah tahu apa yang tidak boleh dan yang tidak pantas
dilakukan yang tidak sesuai dengan ajaran agama yang dianut dan norma-norma yang ada di
masyarakat.
Dan standard moral yang tinggi diperlihatkan oleh orang yang memiliki kepedulian terhadap orang
lain. Saat ia melakukan sesuatu, ia juga mempertimbangkan dampaknya bagi orang lain:
seberapa jauh hal itu membawa kesejahteraan pada orang lain. Moral yang tinggi juga muncul
dalam kesiapan dan perilaku berkorban untuk kepentingan orang banyak secara benar.
6. ASPEK SPIRITUAL
Iman dan spiritualitas : harus berdialog dengan lingkungan sosial aktif di gereja harus aktif di
masyarakat juga.
Hubungan dengan Tuhan dapat mempengaruhi hubungan dengan sesama.
Kualitas iman dan spiritualitas harus seimbang dengan kualitas moral.
KASIH
4 jenis KASIH dalam Iman Kristen
1. Agape :di mana jenis kasih ini sama-sekali tidak memandang bulu, tidak bersyarat , tidak
melihat keadaan orang yang dikasihi , tidak mengungkit-ungkit kesalahan , bersifat
terus-menerus dan sama-sekali berdasarkan kasih yang benar-benar tidak mengharapkan
imbalan
2. P hilia :Ini adalah kasih antara sahabat , antara teman , antara sesama manusia , atau kasih
manusia kepada Tuhan , yang tidak sama dengan kasih agape Allah kepada manusia ! Kasih
jenis ini terjadi antara orang-orang yang tidak ada pertalian darah .
3. Storge : ini adalah jenis kasih orang-tua kepada keturunannya, kepada anak-anak-nya , kepada
cucu-cucunya. Jadi ada pertalian darah ! Jenis kasih seperti inipun tersirat di dalam Alkitab (misalnya :
Efesus 6 : 4 )
4. Eros: Ini adalah jenis kasih antara manusia yang berlawanan jenis , dalam hubungan suami-isteri,
bertunangan, berpacaran dan sebagainya yang mengandung unsur ketertarikan kepada lawan jenis .
Roh Kudus
Membaharui Gereja
Bahan Alkitab: Yeremia 31:31-33; Kisah para Rasul 2:17-19;
Galatia 3:26-29; Galatia 5:18
B. Gereja sebagai Komunitas Baru
Perubahan yang dahsyat terjadi pada waktu gereja perdana terbentuk.
Dalam Kisah para Rasul 2 dikisahkan apa yang dialami oleh para murid Tuhan
Yesus pada hari Pentakosta, yaitu hari Pencurahan Roh Kudus. Para murid
adalah orang-orang yang sederhana. Kebanyakan dari mereka adalah nelayan.
Umumnya berpendidikan rendah. Karena itu banyak dari mereka yang sangat
ketakutan ketika Tuhan Yesus dihukum mati dengan hukuman salib yang
sangat mengerikan. Mengerikan bukan hanya dari cara penghukumannya
yang luar biasa kejam, tetapi juga karena menurut pemahaman orang Yahudi,
orang yang dihukum salib berarti mereka tidak diterima oleh Allah maupun
manusia (dunia). Kalau surga dan dunia menolak mereka, ke mana mereka
harus pergi?
Namun demikian, peristiwa kebangkitan Yesus dan pencurahan Roh Kudus
ke atas mereka telah menghasilkan perubahan yang dahsyat atas diri para
murid.
Ada banyak pembaharuan yang dialami oleh orang Kristen dalam gereja
perdana dahulu. Misalnya, orang-orang Kristen perdana ternyata berubah dan
tidak lagi memikirkan diri mereka sendiri saja. Mereka membagi-bagikan harta
mereka untuk digunakan bersama.
D. Roh Kudus sebagai Agen Pembaharuan Gereja
Gereja perdana adalah komunitas yang diperbaharui sehingga komunitas
itu tidak terjebak oleh belenggu hukum Taurat. Ketika banyak orang tertarik
untuk menjadi pengikut Kristus, bahkan juga orang-orang yang berasal dari
latar belakang non-Yahudi, Petrus menyatakan bahwa mereka tidak perlu
dibebani dengan Taurat melainkan bisa langsung menerima Kristus dan
menjadi Kristen.
Dalam Kisah para Rasul 15:10-11 Petrus berkata,
“…mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk
murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang
kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih
karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti
mereka juga.”
Karena itu, orang-orang Kristen baru itu kemudian diharuskan mengikuti
peraturan sebagai berikut: “menjauhkan diri dari makanan yang telah
dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati
dicekik dan dari darah.” (Kis. 15:20)
Ini bukanlah hasil dari pemikiran atau hikmat para rasul itu sendiri. Dalam
Kisah para Rasul 10:9 dst. diceritakan pengalaman Petrus yang bermimpi
dan melihat sebuah meja turun dari langit dan di meja itu terdapat berjenisjenis
makanan – ada yang halal, tapi ada juga yang tidak halal. Lalu Petrus
mendengar suara yang memerintahkannya supaya ia memakan semua
makanan itu. Namun, sebagai seorang Yahudi, Petrus menolak memakan
makanan-makanan yang haram. Setelah suara itu berkata-kata tiga kali,
akhirnya Petrus pun mengerti. Ia menjadi sadar bahwa di mata Allah tidak ada
makanan yang haram, dan itu berarti perintah Taurat dijadikan relatif. Orang
asing, goyim, yang dianggap sebagai orang yang harus dijauhi, justru sekarang
boleh diterima menjadi bagian dari gereja.
Gereja perdana itu akhirnya mengerti bahwa yang paling utama bukanlah
apa yang tertulis di dalam hukum Taurat itu, melainkan jiwanya, yaitu tuntutan
supaya umat Allah bertindak adil dan setia kepada Allah. Seperti dikatakan
dalam Mikha 6:8,
“Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah
yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan,
dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”
Dari sini kita dapat mengerti bagaimana pembaharuan yang terjadi di dalam
hidup kita, di dalam gereja Tuhan, hanya bisa terjadi dengan benar apabila hal
itu dipimpin oleh Roh Kudus, yaitu Allah sendiri yang tetap tinggal di dalam
gereja dan menuntun jalan hidupnya.
Komunitas yang Inklusif
Perubahan apa lagi yang dapat kita temukan dalam gereja perdana itu?
Untuk memahaminya, kita perlu memahami terlebih dahulu bahwa orangorang
Yahudi hidup secara eksklusif. Mereka menganggap diri mereka lebih
baik daripada bangsa-bangsa lain.
Namun demikian, dalam Kisah para Rasul 2 digambarkan bahwa gereja
perdana terdiri dari orang-orang dari berbagai daerah di seluruh dunia. Ini
berarti, walaupun pada mulanya murid-murid Yesus hanya terdiri dari orangorang
Yahudi, bahkan hanya dari satu daerah saja yaitu Galilea, gereja perdana
sudah terdiri dari orang-orang yang berasal dari latar belakang bahasa dan
budaya yang berbeda-beda.
1. Kehadiran Orang-orang Helenis
Selain kehadiran orang-orang dari berbagai latar belakang bahasa dan
budaya itu, ternyata gereja perdana juga berisi orang-orang Helenis, yaitu
orang-orang yang berbahasa Yunani, dan kemungkinan bukan orang keturunan
Yahudi. Dalam Kisah 6:1-7 dikatakan bahwa para murid semakin kewalahan
karena semakin banyak jumlah orang-orang yang bergabung menjadi warga
gereja. Karena itulah, para rasul kemudian mengangkat 7 orang diaken, artinya,
“pelayan meja.” Mereka berkata,
“Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani
meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang
terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat
mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran
dalam doa dan pelayanan Firman.” (Kis. 6:2-4)
Ketujuh diaken yang diangkat itu adalah Stefanus, Filipus, Prokhorus,
Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus. Keputusan ini menarik, karena orangorang
Helenis ini mendapatkan jabatan yang cukup tinggi di gereja. Mereka
menjadi Kristen tanpa diwajibkan untuk menjadi orang Yahudi terlebih dahulu,
artinya, harus terlebih dahulu disunat dan dikenai berbagai kewajiban untuk
menaati hukum Taurat.
2. Keterbukaan terhadap Perempuan
Keterbukaan yang terjadi di gereja ternyata tidak terbatas pada kehadiran
bangsa-bangsa lain. Kita juga melihat kehadiran kaum perempuan dalam
kegiatan dan bahkan kepemimpinan gereja, padahal selama ini kaum
perempuan sama sekali tidak mempunyai peran dalam kegiatan peribadatan
di rumah-rumah sembahyang Yahudi.
Bagaimana dengan keadaan di masa kini? Apakah masih ada gereja yang
tidak mengakui perempuan sebagai pemimpin gereja, sebagai penatua
atau pendeta? Kalau ya, apa alasannya? Kalau gerejamu sudah menerima
perempuan sebagai pemimpin, coba pikirkan lebih jauh, berapa banyak
perempuan yang menjadi pemimpin di gereja kamu? Apakah jumlah mereka
sudah sama dengan jumlah para pemimpin yang laki-laki? Kalau tidak sama,
apa sebabnya?
3. Keterbukaan kepada Kaum Marjinal
Siapa lagi orang-orang yang disambut sebagai bagian dari gereja perdana?
Sebuah kisah yang pasti mengagetkan banyak jemaat di gereja perdana itu
ialah ketika Filipus membaptiskan seorang sida-sida (orang kasim atau kebiri)
dari Etiopia (Kis. 8:26-40). Sida-sida yang tidak kita kenal namanya ini adalah
seorang pejabat pemerintah dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu
Etiopia. Saat itu ia sedang kembali dari Yerusalem ke negerinya. Ia pergi ke
Yerusalem untuk beribadah. Rupanya, meskipun ia seorang asing, sida-sida ini
adalah seorang yang tergolong “orang yang takut akan Allah”, yaitu sebutan
untuk mereka yang tidak bisa atau belum bisa sepenuhnya menjadi Yahudi
karena belum dapat menjalankan semua perintah agama itu. Sebagai sidasida,
orang ini tidak bisa menjadi bagian dalam umat Allah.
Saat itulah, malaikat Tuhan memerintahkan Filipus untuk pergi ke Gaza.
Filipus diperintahkan Allah untuk mendekati kereta yang ditumpangi sidasida
itu. Sida-sida itu rupanya sedang asyik membaca suatu bagian dari kitab
Yesaya, namun ia tidak memahami apa artinya.
Mengapa ada aturan seperti itu di dalam agama Israel? Tampaknya ini
berkaitan erat dengan pemahaman tentang kesempurnaan di kalangan umat
tersebut. Orang-orang yang kurang sempurna atau memiliki cacat tubuh
dilarang mendekat ke Kemah Suci atau belakangan Bait Suci, sama seperti
halnya kurban yang dipersembahkan di Kemah Suci tidak boleh kurban yang
cacat, buta, dll.
Eksklusif vs Inklusif
Apa yang kita lihat dalam pelajaran ini adalah suatu bentuk perlawanan
terhadap eksklusivisme atau ketertutupan. Gereja perdana adalah gereja yang
inklusif, artinya gereja itu terbuka, tidak membeda-bedakan orang. Bahkan
terhadap orang-orang yang dalam masyarakat Yahudi biasanya diasingkan,
ditolak, dan dijauhi orang banyak pun gereja membuka dirinya lebar-lebar.
Sikap Tuhan Yesus
Sikap Tuhan Yesus terhadap orang-orang yang marjinal justru bertolak
belakang dengan hukum-hukum Taurat Israel. Yesus lebih mencerminkan
keterbukaan Allah seperti yang digambarkan dalam Kitab Yesaya yang dikutip
di atas. Misalnya, Tuhan Yesus pun dikecam para ahli Taurat dan orang Farisi
karena Ia menembuhkan orang yang sakit pada hari Sabat – yang dianggap
sebagai pelanggaran terhadap hukum Taurat. Sementara itu, mereka justru
tidak akan segan-segan menyelamatkan lembu mereka yang terperosok ke
dalam sumur, meskipun pada hari Sabat (Luk. 14:2-5)
Kalau harus melakukan perbuatan baik, Yesus tidak mau menunggu sampai
Sabat berlalu. Ia akan segera menyembuhkan orang yang sakit itu, karena Ia
tahu orang itu membutuhkannya. Dalam Markus 2:27 Tuhan Yesus kepada
orang banya, “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk
hari Sabat.”
Terhadap orang kusta, Yesus tidak segan-segan menyentuhnya dan
menyembuhkannya. Perempuan yang mengalami pendarahan selama 12
tahun, yang menurut hukum Taurat harus dianggap najis, dibiarkan menjamah-
Nya dan perempuan itu menjadi sembuh.
Kalau Tuhan Yesus tidak segan-segan menghampiri orang-orang yang
tersingkirkan oleh masyarakatnya, kaum marjinal, maka komunitas yang Tuhan
Yesus ingin¬kan pun tentunya adalah komunitas yang inklusif, terbuka bagi
setiap orang, apapun juga latar belakang ras, etnis, kelas sosial, bahkan juga
kondisi fisiknya. Kedekatan Yesus terhadap perempuan Samaria dan perempuan
Kanaan – kedua-duanya orang-orang bukan Yahudi dan pemberitaan Injil
kepada sida-sida Etiopia ini adalah gambaran yang diberikan oleh Lukas, si
penulis Kisah para Rasul, untuk melukiskan betapa terbukanya gereja kepada
semua orang.
Tugas
Jawablah perntanyaan di bawah ini
1. Menurut pendapatmu, haruskah ada batasan dalam berpacaran?
Mengapa?
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
.………………………..……………………....……............…………
KELAS XI-BSE
Tuhan Pedoman
Kehidupan Keluargaku
Bahan Alkitab: Kejadian 2:24,
1 Korintus 11:3, Yohanes 2:1-11
Bab
I
Tuhan Pedoman Kehidupan Keluargaku
1. Pengertian Keluarga
Kegiatan 1
Materi
Banyak defenisi yang berbeda tentang keluarga. Meskipun demikian,
terdapat kesamaan dalam rumusan yang berbeda tersebut dan merupakan
ciri-ciri pokok, yakni:
a. Keluarga merupakan kelompok atau persekutuan sosial yang paling kecil.
b. Keluarga terbentuk apabila ada ikatan darah, perkawinan atau adopsi.
c. Keluarga merupakan suatu persekutuan yang berawal dari dua orang yang berbeda jenis kelamin.
Dalam masyarakat dapat ditemukan bahwa keluarga terdiri atas dua
bentuk, yaitu keluarga batih dan keluarga besar.
a. Keluarga batih (nuclear family, conjugal family, basic family), yaitu
kelompok yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga besar (extended family, consanguine family), yaitu keluarga batih
ditambah kerabat lain yang memiliki hubungan erat (hubungan darah)
dan senantiasa dipertahankan, misalnya kakek, nenek, paman, bibi,
sepupu, kemenakan, dan sebagainya.
2. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis yang berkaitan dengan pemenuhan yang bersifat biologi,
misalnya makan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, serta memelihara
dan merawat anggota keluarga secara fisik.
b. Fungsi sosialisasi yang berhubungan dengan pembentukan kepribadian anak.
c. Fungsi afeksi yang berhubungan dengan kasih sayang, keintiman, perhatian
dan rasa aman yang tercipta dalam keluarga.
d. Fungsi edukatif yang berkaitan dengan mendidik anak dan menyekolahkan
anak.
e. Fungsi religius yang mendorong dikembangkannya anggota keluarga menjadi
insan-insan agama yang penuh ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Gambar 1.3 Kebaktian keluarga: sangat penting dan mengembangkanberbagai aspek
kehidupan Kristiani.
f. Fungsi protektif yang memberikan tempat yang nyaman bagi anggota keluarga
dan memberikan perlindungan secara fisik, ekonomis maupun psikologis.
g. Fungsi rekreatif dengan tujuan untuk mencari hiburan, memberikan suasana
yang segar dan gembira dalam lingkungan keluarga.
h. Fungsi ekonomis yang berkaitan dengan orang tua yang mencari sumbersumber
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan pengaturan
penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
i. Fungsi status sosial yakni kedudukan atau status yang diwariskan kepada anakanaknya.
Selain fungsi keluarga yang sudah diuraikan di atas, menurut iman Kristen
keluarga yang dipaparkan dalam Alkitab adalah:
a. Sebagai teman sekerja Allah dalam mengelola alam semesta dan segala isinya
(Kejadian 1:28). Setiap manusia, termasuk keluarga bertanggung jawab untuk
menjaga kelestarian alam, misalnya dengan memanfaatkan hasil alam untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan secukupnya, menjaga kebersihan dan
keindahan alam, ramah terhadap lingkungan, dan sebagainya.
b. Sebagai lembaga pendidik utama dan pertama (Ulangan 6:4-9). Yang
pertama berarti belum ada lembaga lain yang dapat mendahului
peran keluarga dalam pendidikan. Yang utama berarti belum ada lembaga
lain yang mengungguli perannya dalam pendidikan. Dengan kata lain,
keluarga menjadi lingkungan dasar penerapan nilai-nilai kehidupan
sesuai dengan ajaran Kritiani.
c. Sebagai wadah kepada semua anggota keluarga dalam mengekspresikan kasih,
kesetiaan dan sikap saling menghormati (Efesus 5:22-23; 6:1-3). Setiap anggota
keluarga menciptakan lingkungan dalam keluarga yang harmonis dengan
menghayati dan melakukan ajaran-ajaran Kristiani sehingga dapat terpancar
dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas.
3. Peran Allah dalam Kehidupan Keluarga
Tuhan adalah Oknum pembentuk sebuah keluarga. Tuhan menciptakan manusia
sepasang yakni laki-laki dan perempuan (Kejadian 2:21-25). Manusia diciptakan
berbeda tetapi satu kesatuan. Artinya, manusia diciptakan dalam dua jenis kelamin.
Dalam perbedaan itu manusia menjadi satu persekutuan yang luar biasa karenasaling membutuhkan,
saling mendukung,saling melengkapi. Tuhan memberikan daya
tarik yang luar biasa dalam diri sebagai laki-laki dan perempuan sehingga mempunyai rasa suka yang
membuat mereka bertemu dan mengikat diri. Itulah cikal bakal manusia membangun keluarga.
Terdapat tiga landasan dalam membangun keluarga Kristen atau pernikahan Kristen
menurut firman Allah yang terdapat dalam Kejadian 2:24.
Diskusikan dengan teman di samping kamu dan berikan pendapat kalian mengenai
tiga dasar keluarga Kristen berdasarkan teks Alkitab tersebut!
1. Meninggalkan ayah dan ibunya
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
2. Bersatu dengan suami atau istrinya
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
3. Keduanya menjadi satu daging
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Tahukah kamu mengapa keluarga sangat membutuhkan Tuhan dalam
kehidupan mereka? Tuhan Yesus secara pribadi sangat mengasihi keluarga dan
menyatakan diri sebagai Juruselamat pada pernikahan di Kana (Yohanes 2:1-
11). Tuhan Yesus juga akan menolong keluarga Kristen pada masa kini termasuk
keluarga kamu di dalam segala kesukaran, masalah, kekurangan dan dosa-dosa.
Hal ini merupakan rahasia ajaib bagi keluarga Kristen, yaitu bahwa kehidupan
keluarga Kristen akan selalu tertolong oleh suatu kesetiaan yang luar biasa, dan
oleh suatu anugerah yang tidak dapat kita pahami.
Rasul Paulus menyebutkan bahwa keluarga Kristen harus hidup dengan
menjadikan Kristus sebagai kepala keluarga (1 Korintus 11:3). Apa artinya?
Menjadikan Kristus sebagai kepala keluarga artinya menjadikan Kristus sebagai
pedoman kehidupan dan menjadikan seluruh ajaran Tuhan Yesus sebagai acuan
dan teladan hidup berkeluarga.
Jika Tuhan diutamakan, maka sukacita, kekuatan, kemenangan dan penghiburan
akan tinggal diam dalam keluarga. Kita perlu belajar dari kehidupan keluarga
Kristiani jemaat perdana yang setiap hari sangat tekun dalam doa dan usaha untuk
mempertautkan diri dengan Tuhan Yesus dalam Kisah para Rasul 2:46-47. Mereka
selalu berkumpul bersama untuk berdoa dan merayakan perjamuan.
Nilai dan ajaran kristiani yang ditanam dalam kehidupan keluarga akan
terpancar keluar sehingga merangkul keluarga yang lain untuk tumbuh bersama,
dikuatkan serta diteguhkan oleh Tuhan untuk berani ‘tampil beda’ dan siap
menjadi saksi Kristus di tengah masyarakat dimana kita hidup.
Allah dan Keluargaku
Anak mempunyai dua dimensi kehidupan yang sedang dan akan dijalani.
Tahukah kamu apa sajakah itu? Di satu sisi, anak yang berkembang menjadi remaja
berada dalam posisi sebagai salah satu anggota keluarga. Di sisi yang lain, kelak
ia akan membentuk keluarga baru pada masa yang akan datang. Oleh karena itu,
kamu perlu disiapkan sejak dini melalui berbagai pengalaman yang diturunkan
dalam keluarga kamu.
Sadarkah kamu bahwa keadaan keluarga pada masa kini di lingkungan tempat
kita berada terdapat banyak masalah dan pergumulan yang dihadapi? Angka
perceraian yang terus meningkat, banyaknya kasus perselingkuhan, banyaknya
anak dan remaja yang terjerumus dalam jebakan narkoba dan minuman keras
karena sendi-sendi keluarga kristiani yang hancur, dan sebagainya.
Berkaitan dengan hal tersebut, keluarga Kristen pada masa kini perlu menyadari
peranannya dengan cara merefleksikan nilai-nilai kehidupan, baik secara biblis
maupun teologis sehingga menjadi perpanjangan peranan Allah dalam kehidupan
keluarga Kristen secara utuh.
a. Keluarga sebagai pusat pembentukan kehidupan rohani. Dari keluarga kita
mempelajari pola-pola hubungan akrab dengan orang lain, nilai-nilai, ide dan
perilaku yang juga didukung oleh sekolah, gereja dan kelompok masyarakat
lain yang berperan membentuk jati diri dan kehidupan rohani.
b. Keluarga sebagai tempat bernaung kudus. Maksudnya adalah keluarga
merupakan tempat penerimaan, pembinaan, pertumbuhan yang
memberdayakan anggota-anggota keluarga untuk berperan serta dalam
tindakan kasih dan penyelamatan Allah yang terus berlanjut.
c. Keluarga yang mencerminkan kasih Allah secara holistik baik fisik, mental/
emosional, sosial, spiritual/rohani kepada para anggotanya.
d. Keluarga sebagai pencerita yang menceritakan karya-karya Allah di dalam
keluarga sebagai kabar kesukaan.
5. Melibatkan Tuhan dalam kehidupan Keluarga
Dalam keluarga Kristen, ada hal yang khas berkaitan dengan peran Tuhan dalam
keluarga. Peran Tuhan melingkupi seluruh aspek kehidupan keluarga maupun
pribadi yang meliputi kebutuhan keluarga akan berkat Tuhan, pengampunan serta
pembaharuan oleh Tuhan.
a. Berkat Tuhan
Pengertian berkat Tuhan cakupannya sangat luas, bukan hanya sekedar uang
atau hal material lainnya. Berkat Tuhan juga meliputi kesehatan, sukacita,
damai sejahtera, kemenangan, umur panjang, kebahagiaan, dan sebagainya.
Berkat Tuhan dibutuhkan keluarga sebagai bagian dari penyertaan Tuhan
seperti yang dijanjikan dalam Alkitab kepada orang-orang yang berkenan
kepada-Nya, misalnya Abraham yang diberkati Tuhan dalam segala hal
(Kejadian 24:1), Obed-Edom beserta keluarganya diberkati Tuhan karena
membiarkan tabut Tuhan tinggal dalam rumah mereka (2 Samuel 6:11). Berkat
Tuhan juga akan diterima oleh keluarga Kristen pada masa kini yang tetap setia
berpedoman dan berpegang kepada Tuhan, seperti ucapan berkat yang ditulis
dalam Bilangan 6:24-26.
b. Pengampunan Tuhan
Tak seorangpun yang hidupnya sempurna di dunia ini. Kita berbuat dosa
di dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan. Tahukah kamu, karena
dosa-dosa kita itu Tuhan Yesus dihukum sampai mati di atas kayu salib?
KematianNya merupakan tanda kasih yang sangat besar kepada umat manusia
sebagai Tuhan Yang Maha Pengampun (Efesus 1:7). Seperti Tuhan yang
mengampuni, kita sebagai orang Kristen harus bisa mengampuni orang yang
bersalah kepada kita. Pengampunan adalah sesuatu yang sangat indah, karena
selalu membawa kedamaian, keharmonisan, menumbuhkan persekutuan dan
hubungan yang baik dengan sesama, sehingga pengampunan ini menjadi salah
satu kekhasan keluarga Kristen yang menjadikan Tuhan sebagai pedoman
kehidupan keluarga. Bisa dibayangkan jika dalam kehidupan keluarga Kristen,
baik antara orang tua dengan anak, maupun antara anak-anak tidak bisa saling
mengampuni dan memaafkan, maka yang tumbuh dalam kehidupan keluarga
adalah rasa kepahitan, ketidakharmonisan, kebencian yang sama sekali tidak
menunjukkan kehadiran Tuhan.
c. Pembaharuan oleh Tuhan
Pembaharuan oleh Tuhan sering disebut juga dalam kekristenan sebagai ‘hidup
baru’. Artinya, manusia memulai kehidupan yang lebih baik dan berarti di
dalam Kristus. Kristus masuk dan berdiam dalam kehidupan manusia yang
baru, yang tidak sama dengan kehidupannya yang lama. Pembaharuan oleh
Tuhan dalam keluarga kita akan dirasakan dalam arah dan tujuan kehidupan
keluarga yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Orientasi
keluarga bukan hanya kepada kehidupan keluarga sendiri, tetapi berpusat hanya
kepada Kristus. Seperti dalam Efesus 4:17-20, kehidupan yang diperbaharui
oleh Tuhan bukan lagi kehidupan dengan pikiran yang sia-sia, hidup dalam
persekutuan yang jauh dari Allah, hidup dalam kedegilan hati, melainkan
kehidupan yang mengerti siapa Allah dan apa yang menjadi kehendakNya
dalam hidup keluarga kita.
Oleh karena itu, dalam kerendahan hati datanglah kepada Tuhan bersama
dengan keluarga kamu, mohon Tuhan berkenan hadir dan membaharui kehidupan
pribadi dan keluarga setiap hari. Dengan demikian, Tuhan yang menjadi pedoman
kehidupan keluarga akan memberi sukacita dan damai sejahtera, sehingga keluarga
kamu menjadi berkat dan kesaksian bagi sesama kita.
Bab II
Keluarga
Pusat Utama Pendidikan
Bacaan Alkitab: Ulangan 6:4-9,
2 Timotius 1:3-10
Pada pelajaran sebelumnya, kamu telah belajar tentang Tuhan pedoman kehidupan
keluargaku. Ketika Tuhan menjadi pedoman keluarga, berarti anggota keluarga harus
melakukan peran dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan kehendak
Tuhan.
Uraian Materi
1. Pengertian Pendidikan
Peranan keluarga (orang tua) tidak hanya sebatas melahirkan, memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan, tetapi juga memberikan pendidikan yang baik bagi anakanak.
Tugas orang tua sebagai pendidik berakar dari panggilan sebagai suami istri untuk
berpartisipasi dalam tugas penciptaan Tuhan. Karena itu sangat penting bagi
orang tua untuk menciptakan lingkungan keluarga yang dipenuhi oleh kasih
sayang terhadap sesama dan Tuhan Allah sehingga menunjang perkembangan
pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai Kristen.
Keluarga Kristen tentu harus memberikan pendidikan Kristen kepada anggota
keluarga, yakni pendidikan yang bercorak, berdasar dan berorientasi pada nilainilai
kristiani. Selain itu juga mengupayakan perubahan, pembaharuan anggota
keluarga secara pribadi, maupun bersama oleh kuasa Roh Kudus sehingga keluarga
hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam Alkitab.
Pendidikan secara kristiani memanggil setiap anggota keluarga untuk meneladani
Yesus sebagai Guru Agung yang menjadi teladan bagi pengikutNya, agar memiliki
pemahaman serta relasi yang benar, mendalam dan pribadi dengan Tuhan Yesus
Kristus.
Peran keluarga dalam proses sosialisasi
Apakah kamu memiliki saudara yang masih bayi? Jika kamu perhatikan, seorang
bayi yang lahir ke dunia merupakan satu makhluk hidup kecil yang penuh dengan
kebutuhan fisik dan masih sangat bergantung kepada orang tuanya. Ia lahir ke dunia
dalam keadaan tidak mengetahui apaapa.
Selanjutnya dia perlu banyak belajar tentang segala sesuatu agar kehidupannya menjadi lebih maju,
misalnya mempelajari sikap, nilai, norma yang berlaku dalam komunitas
dimana ia berada. Proses inilah yang disebut sosialisasi.
Sosialisasi merupakan proses belajar seseorang, di mana orang tua, persekutuan,
atau masyarakat meneruskan pengetahuan, kebiasaan, maupun nilai-nilai dalam
lingkungannya. Proses sosialisasi ini mempunyai peranan yang sangat penting
karena sangat membantu dalam pembentukan kepribadian seseorang, termasuk
dalam membentuk identitas iman Kristen.
Di dalam keluarga, proses sosialisasi dilakukan dengan memberikan pengajaran
melalui jalan memberi contoh dan menirukan, maupun melalui pemberian model
bagi anak.
Peran keluarga dalam proses edukasi
Dalam proses pendewasaan seseorang secara holistik, proses sosialisasi saja
tidak cukup. Proses sosialiasi berbeda dengan proses edukasi dalam keluarga.
Dibutuhkan proses edukasi yaitu pendidikan yang diberikan secara sengaja,
terencana dan terstruktur agar tercipta individu yang kritis dalam menyikapi
dampak sosialisasi yang ada, termasuk dalam membawa orang kepada kedewasaan
iman. Dewasa ini tanggung jawab keluarga untuk mendidik anak sebagian besar
atau bahkan mungkin seluruhnya telah diambil alih oleh lembaga pendidikan lain,
misalnya sekolah dan gereja. Keluarga cenderung sibuk dengan tanggung jawab
lain, sehingga melupakan perannya utamanya sebagai pendidik pertama bagi
anak-anak, dan merasa cukup dengan memberikan tanggung jawab pendidikan
anak-anak kepada pihak lain (sekolah, pembantu, lembaga tertentu). Apakah
benar demikian?
Pengawasan dari orang tua terhadap anak mulai melemah, padahal peran orang
tua menjadi sangat penting terutama dalam proses pengawasan dan pengendalian
tersebut. Dalam tahap ini orang tua mulai berperan sebagai agent of social control
(agen kontrol sosial) terhadap anak-anaknya, sehingga nilai-nilai kehidupan yang
dijalani tidak bertentangan dengan nilai-nilai kristiani yang ditanamkan sejak kecil.
Nilai kristiani yang menonjol adalah kasih, keadilan, kesetaraan, pengampunan,
penebusan, penyelamatan oleh Allah, pertobatan, mengasihi Tuhan dengan
segenap hati, serta mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri.
Relasi Bermakna
Antara Keluarga,
Gereja, dan Sekolahku
Bacaan Alkitab: Efesus 4:11-15,
Ulangan 6:7-9
Bab III
B. Pendidikan Anak
Tri Pusat Pendidikan
Kegiatan 2
Materi
Tahukan kamu bahwa seluruh pendidikan manusia dapat berlangsung dalam tri
pusat pendidikan? Apa sajakah itu?
a. Pendidikan dalam konteks keluarga
Dalam konteks ini kamu berinteraksi dengan orang tua dan anggota keluarga
yang lain, sehingga memperoleh pendidikan informal terutama melalui proses
sosialisasi dan edukasi berupa pembiasaan atau habbit formations.
b. Pendidikan dalam konteks gereja
Di sini kamu berinteraksi dengan seluruh anggota gereja yang berbeda secara
umur, tingkat sosial, maupun budaya. Kamu memperoleh pendidikan non
formal atau pendidikan di luar sekolah yang berupa berbagai pengalaman
hidup. Agar gereja dapat melakukan eksistensinya, maka seharusnya generasi
muda (anak, remaja, pemuda) perlu mendapat warisan atau penerusan baik
nilai-nilai, sikap, pengetahuan, ketrampilan dan bentuk kelakuan lainnya
sesuai dengan dasar-dasar kristiani. Oleh karena itu kamu perlu terlibat dan
menjadi aktifis gereja agar dapat mengembangkan kepribadian kamu secara
sehat secara kristiani.
c. Pendidikan dalam konteks sekolah
Dalam konteks sekolah, kamu memperoleh pendidikan formal. Artinya terprogram
dan terjabarkan dengan tetap yang berupa pengetahuan, nilai-nilai, ketrampilan,
maupun sikap terhadap mata pelajaran. Kamu berinteraksi dengan lingkungan yang
lebih luas bersama teman sebayanya. Aspek-aspek
penting yang mempengaruhi perkembangan kamu di sekolah dapat berupa bahan-bahan pengajaran,
teman dan sahabat peserta didik, guru serta para pegawai.
Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran peserta
didik di bawah pengawasan guru. Sekolah berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban anak bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah juga
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, peserta didik di
dalam kehidupannya harus tetap berakar dan berpusat pada pribadi Tuhan
Yesus, yang digerakkan oleh Roh Kudus. Tuhan Yesus di dalam PAK dikenal
sebagai Tuhan, Juruselamat dan Guru Agung yang tidak hanya memperkenalkan
siapa Allah yang sesungguhnya, tetapi juga memberikan teladan kehidupan
bagi para murid-muridNya, termasuk kita pada saat ini.
3. Relasi antara Sekolah dan Keluarga
Apakah sekolah dan keluarga mempunyai relasi dalam mendidik anak dan
remaja? Bagaimanakah seharusnya relasi antara sekolah dengan keluarga?
Sekolah merupakan pihak sekunder dalam pendidikan anak dan remaja, sebab
pihak primer tetap berada di tangan orang tua, terutama ayah dan ibu yang telah
dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan. Pendidikan anak merupakan tantangan yang
berat bagi orang tua, namun hal tersebut merupakan tugas mulia karena orang tua
adalah pendidik utama dan pertama. Kehadiran sekolah membantu meringankan
tantangan tersebut. Sekolah hadir sebagai mitra yang berkolaborasi dengan orang
tua dalam mendidik generasi berikutnya sebagai penerus pelaksana misi Tuhan
secara turun temurun.
Sebagai pihak penopang, sekolah perlu menjalin komunikasi dengan keluarga.
Sebaliknya, keluarga dituntut untuk bersedia memberikan dukungan bagi
kelangsungan dan pekerjaan Tuhan melalui sekolah. Keluarga dipanggil untuk
memberi waktu lebih banyak berdiskusi, baik dengan guru di sekolah maupun
dengan anak mereka yang mengikuti pendidikan. Sekolah dan orang tua juga
perlu terbuka dan mengusahakan agar lebih mengenal satu sama lain, sehingga
dapat memahami dalam segi apa dorongan atau motivasi dapat diberikan dalam
perkembangan anak secara utuh.
Masalah Sosial dalam Kehidupan Remaja
Pernahkan kamu bersyukur kepada Tuhan karena kamu dapat bersekolah? Pernahkah
kamu bersyukur karena kamu tidak terjerumus dalam dunia narkoba, seks bebas, maupun
tindakan kriminal remaja?Lihatlah di sekeliling kamu, banyak masalah remaja yang
terjadi. Misalnya, meningkatnya tawuran antarsekolah, kenakalan remaja, kriminalitas
remaja, hamil di luar nikah dan pernikahan dini, pemakaian obat terlarang, dan
masih banyak lagi. Meskipun demikian sesungguhnya banyak kesempatan yang dapat
dilakukan remaja untuk mengembangkan nilai-nilai kristiani yang bertujuan
untuk pengembangan diri, untuk sekolah dan untuk gerejanya. Berkaitan dengan
masalah tersebut, rupanya perlu ada kerja sama untuk mencapai tujuan bersama
antara keluarga, sekolah dan gereja untuk mengembangkan nilai-nilai kristiani
yang dampaknya dapat secara langsung dirasakan oleh lingkungan. Misalnya,
menciptakan lingkungan yang lebih adil, lebih manusiawi, mengembangkan
kesetaraan dalam perspektif kristiani.
Bertumbuh Sebagai Keluarga Allah
Bacaan Alkitab: Yohanes
15:1-8; Lukas 8:4-15,
Mazmur 1:1-6
Bab IV
Bertumbuh Sebagai Keluarga Allah
1. Keluarga yang Bertumbuh
Setiap individu mengalami pertumbuhan yang berbeda dan secara terus
menerus dalam seluruh aspek, karena pertumbuhan bersifat individual. Perbedaan
inilah yang membuat satu individu dengan individu yang lain menjadi unik.
Karena itu cintailah diri kamu sebagaimana kamu adanya. Apabila kamu sudah
memaknai diri kamu secara objektif, maka dengan mudah kamu dapat memahami
orang lain.
Keluarga sebagai sekumpulan individu yang terbentuk dari pernikahan juga
mengalami pertumbuhan. Dalam kehidupan keluarga Kristen, setiap anggota keluarga
yang mau bertumbuh bersama memiliki syarat utama. Apakah itu? Syarat
utamanya adalah harus berada dalam ajaran Tuhan Yesus Kristus.
Paling tidak, ada dua hal yang harus dilakukan supaya keluarga menjadi keluarga
Kristen yang bertumbuh. Pertama, hidup saling mengasihi dan menghormati
agar dapat menciptakan iklim keluarga yang penuh damai. Kedua, tetap berpegang
kepada Tuhan dan percaya pada pemeliharan Tuhan.
2. Bertumbuh sebagai Keluarga Allah
Apa yang kamu pahami dengan bertumbuh sebagai keluarga Allah?
Bertumbuh sebagai keluarga Allah berarti keluarga bertumbuh di dalam Kristus
yang mempunyai makna lebih mengenali Dia, lebih mengasihi dan menaatiNya.
Keluarga Kristen merupakan pusat dan tujuan dari perjanjian Allah, yakni untuk
menjadi saksi bagi dunia. Karena itu di dalam anugerah Allah, kita sebagai anggota
keluarga Kristen harus melakukan yang terbaik dalam membangun keluarga yang
berkenan kepada Allah. Keluarga yang berkenan kepadaNya adalah keluarga yang
berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam Kristus. Seperti pengajaran Tuhan
Yesus yang menggambarkan bahwa Allah memiliki tujuan yang jelas bagi setiap
manusia ciptaanNya termasuk keluarga, yaitu agar umat manusia bertumbuh, lalu
menghasilkan buah (Yohanes 15:1-8).
Kata Gereja berasal dari bahasa Portugi igreja, yang bersumber pada kata Yunani
ekklesia, yang secara harafiah berartidipanggil keluar (ek b erarti keluar; klesia dari
kata kaleo yang berarti memanggil). Gereja sebagai persekutuan orang-orang yang telah
dipanggil dari kegelapan untuk masuk ke dalam kerajaan Tuhan Yesus Kristus (Kolose
1:13). Gereja dipanggil untuk bersekutu dengan Allah dan juga sesamanya. Jadi, gereja
bukanlah sebuah gedung, tetapi bersatunya orang-orang yang dipanggil oleh Tuhan.
Secara teologis, gereja didefenisikan sebagai “persekutuan orang percaya”, yang
dipersatukan oleh kepercayaan atau imannya kepada Allah yang menyatakan diri
dalam Tuhan Yesus Kristus. Gereja juga sering disebut sebagai “tubuh Kristus”
dan Kristus sebagai Kepala gereja (Efesus 1:22-23). Sebagai tubuh Kristus, dalam
gereja ada hubungan organis antara anggota yang satu dengan yang lain, juga ada
saling keterikatan, melayani, saling tergantung dan menguatkan di antara mereka.
Keluarga sebagai Gereja Mini
Di tengah kehidupan masyarakat yang majemuk, terdapat berbagai kondisi yang
menyebabkan banyak keluarga tidak dapat beribadah bersama dengan keluarga lainnya
dalam persekutuan di gereja. Hal ini disebabkan karena jarak tempuh gereja yang sangat jauh, gedung
gereja yang ditutup secara paksa, maupun dijual karena berbagai alasan. Hal ini tentu akan
mempengaruhi persekutuan orang Kristen sebagai orang yang percaya. Akan tetapi, keluarga
merupakan “gereja mini” atau “gereja
rumah tangga” atau “gereja domestik”, yang menjadi tempat beribadah bagi keluarga secara
bersama-sama dan intim. Tahukan kamu, pada waktu di Rusia dan Cina dikuasai oleh resim komunis,
kebaktian gereja dilakukan oleh keluarga meskipun secara sembunyi-sembunyi?
Selama puluhan tahun gereja keluarga melakukan eksistensinya sebagai gereja
universal, sehingga tidak mengherankan pada waktu komunisme runtuh, gereja
Sumber: reformingbaptist.blogspot.com
Gambar 7.4 Keluarga Sebagai “Gereja
Mini”
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 6 3
tumbuh dengan cepat di berbagai tempat. Meskipun pada masa itu gereja secara
institusi tidak nampak, namun kehadirannya digantikan oleh gereja keluarga yang
berperan sangat efektif. Hal ini menunjukkan bahwa kekristenan tidak hilang
walaupun menghadapi penganiayaan dan penindasan. Justru dalam keadaan
tertindas, iman semakin dihayati. Oleh karena itu, kamu dan keluarga seharusnya
berperan aktif untuk saling mendukung dan mengembangkan iman anggota
keluarga, melakukan tugas-tugas gerejawi, serta menjadi berkat bagi lingkungan.
Dalam keadaan lingkungan yang baik maupun tidak baik, keluarga adalah ujung
tombak untuk membawa kehadiran Tuhan secara nyata.
Gereja merupakan kumpulan dari para keluarga Kristen. Apabila keluarga
Kristen kuat dalam pelaksanaan kehidupan kristiani, maka tentulah gereja juga
akan kuat keberadaannya. Sebaliknya, apabila keluarga Kristen tidak melakukan
fungsi-fungsi gereja dengan baik, bahkan melupakan identitasnya sebagai keluarga
Kristen, maka gereja akan menjadi lemah bahkan hilang. Gereja perlu mendorong
dan membimbing para keluarga kristiani untuk memberikan pelayanan yang
relevan, sehingga keluarga-keluarga Kristen dapat meneladani dan menghayati
kembali pemberian diri dan kasih pengorbanan Tuhan Yesus bagi seluruh bangsa
dunia.
Terdapat persamaan antara gereja dan keluarga, yakni
Keluarga dan gereja merupakan sebuah institusi/lembaga yang bertumbuh.
Semua fungsi dan panggilan dalam gereja juga ada dalam keluarga Kristen,
yaitu panggilan untuk melayani (diakonia), bersekutu (koinonia) dan bersaksi
(marturia).
Berikut tiga tugas panggilan gereja di dalam keluarga sebagai gereja mini.
a. Panggilan untuk melayani
Komunitas keluarga hanya dapat dilindungi dan dikembangkan dengan
semangat saling melayani dan berkorban baik antar anggota keluarga maupun
dengan masyarakat. Semangat melayani ini menuntut keterbukaan, saling
menerima, saling pengertian, ketekunan, kesabaran dan pengampunan.
Keluarga merupakan sekolah pertama untuk mengajarkan nilai-nilai sosial dan
pelayanan yang menjadi prinsip keberadaan dan perkembangan gereja dan
masyarakat. Oleh karena itu, keluarga Kristen seharusnya juga terbuka bagi
pelayanan kepada sesama. Keluarga menjadi tempat yang paling efektif untuk
memanusiakan manusia secara khusus dalam menjaga dan mewariskan nilainilai
etis. Keluarga mempunyai kekuatan untuk melayani dan menolong orang
di sekitarnya keluar dari jurang kehancuran menuju pada nilai kemanusiaan
yang beradab sesuai dengan firman Tuhan.
b. Panggilan untuk bersekutu
Keluarga Kristen pada dasarnya merupakan persekutuan pribadi-pribadi.
Oleh karenanya keluarga adalah sekolah hidup bersama yang utama. Keluarga
Kristen seharusnya menjadi contoh dan stimulus bagi pengembangan relasi
bahkan persekutuan yang lebih luas. Hal ini dapat ditandai dengan adanya
dialog, penghargaan, persekutuan bersama, kebaktian bersama, doa bersama.
Dalam 1 Timotius 4:7b-8 berisi nasihat untuk melatih diri dalam beribadah
yang akan berguna dan menyentuh berbagai aspek kehidupan, karena ibadah
mengandung janji hidup baik pada masa kini dan pada masa yang akan datang.
Keluarga Kristen harus menjadi sekolah persekutuan dan doa bersama yang
sejati untuk berjumpa dengan Tuhan Yesus Kristus, bukan hanya sebagai saat
untuk memohon dan mengadu, tetapi terutama untuk mendengarkan dan
merenungkan firman Tuhan, memuji, menyembah, serta bersyukur. Dalam
keluarga para orang tua bertanggung jawab untuk mengajarkkan hal berbakti
dan berdoa kepada anak-anak sesuai dengan iman yang telah dinyatakan di
dalam pembabtisan maupun pengakuan percaya, agar dapat menyembah
Tuhan dan mengasihi sesamanya.
Kebaktian dan doa keluarga mempunyai cirinya yang khusus yaitu doa
dinaikkan oleh ayah, ibu, atau anak-anak. Dalam persekutuan kecil ini, Tuhan
hadir di tengah mereka (Matius 18:19-20). Bersekutu dalam kebaktian keluarga
merupakan suatu konsekuensi dan tuntutan dari sakramen maupun peneguhan
perkawinan. Teladan kongkret dan kesaksian hidup dari orang tua memang
sangat penting, tetapi sebagai anak juga dapat memulai dan menggantikan
peran mereka, karena hal itu dapat memberikan kesan dan dampak mendalam
yang tak akan terhapus dari hati keluarga. Bersekutu bersama akan menambah
kekuatan dan kebersatuan keluarga dan membantu anggota keluarga untuk
mengambil bagian di dalam kemurahan kasih Allah.
c. Panggilan untuk bersaksi
Tugas pokok keluarga Kristen adalah dipanggil untuk membangun kerajaan
Allah di dunia dengan ikut serta dalam hidup dan misi gereja. Oleh karena itu
keluarga harus menampilkan jati diri dan misinya sebagai persekutuan hidup
di dalam kasih. Keluarga sebagai pusat untuk menghadirkan kabar baik bagi
lingkungan, sebagai usaha untuk menghadirkan Kristus yang memberikan diri
bagi dunia. Keluarga perlu solider dan setia kepada kebutuhan lingkungannya.
Dengan demikian keluarga telah menampilkan dan melaksanakan panggilannya
bagi lingkungan.
Pelayanan kepada orang yang membutuhkan.
Cara bermain peran:
1. Piihlah orang-orang yang akan memerankan peran tertentu (keluarga, dan
orang-orang yang membutuhkan).
2. Deskripsikan sikap, perasaaan, tindakan yang harus diperankan.
3. Bermain peran yang sesungguhnya.
4. Menganalisis pemeranan: masalah, sikap, perasaan, emosi para tokoh.
5. Membandingkan masalah sesungguhnya yang sedang dihadapi dengan
permainan peran yang dilakukan (persamaan dan perbedaan).
6. Memecahkan dan mendiskusikan masalah yang aktual yang dihadai komunitas:
keluarga dan orang yang membutuhkan.
Keluargaku dalam Gaya Hidup Modern
Bahan Alkitab: Kejadian 25:
22b-29, Matius 19: 16-26
Bab VIII
B. Dampak Modernisasi Bagi
Keluargaku
1. Pengertian gaya hidup modern
Materi
Hingga saat ini belum ada defenisi yang pasti mengenai gaya hidup modern. Oleh
karena itu mari kita selidiki pengertian gaya hidup modern dengan memulainya
dari definisi gaya hidup,
Kotler (2002) gaya hidup sebagai sebuah pola hidup seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opini. Gaya hidup menggambarkan
keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Assael (1984) mengungkapkan bahwa gaya hidup merupakan sebuah
pola kehidupan yang dapat diidentifikasi melalui bagaimana seseorang
menghabiskan waktunya, apa yang mereka anggap penting di dalam lingkungan
masyarakatnya, dan apa yang mereka pikirkan tentang dirinya sendiri di dunia
yang mengitari mereka.
Minor dan Mowen (2002) mengungkapkan bahwa gaya hidup adalah
menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya,
dan bagaimana mengalokasikan waktunya.
Suratno dan Rismiati (2001) mengatakan bahwa gaya hidup merupakan pola
hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam
kegiatan, minat, dan bakat yang bersangkutan.
Sekarang kita mulai dengan pengertian modern,
Di dalamnya mencerminkan adanya semangat dan nilai-nilai efektifitas,
efisien, praktis, sederhana, menghargai kehidupan dan menghargai waktu.
2. Bentuk gaya hidup modern
Ada beberapa macam bentuk gaya hidup modern, A.B Susanto (1996)
mengatakan bahwa bentuk gaya hidup modern yang sedang menjangkiti keluarga
di Indonesia dapat diidentifikasi, beberapa diantaranya adalah:
1. Pola pikir yang menganggap status sebagai sesuatu yang penting,
2. Setiap individu memiliki mobilitas yang tinggi,
3. Memiliki kebiasaan untuk bercengkrama di tempat-tempat tertentu,
4. Memiliki kebiasaan untuk melakukan makan siang, makan malam bersama
ditempat tertentu.
5. Melakukan olahraga mahal seperti golf,
6. Melaksanakan pernikahan agung,
7. Merayakan wisuda,
8. Memiliki gaya hidup serba instant,
9. Memanfaatkan segala macam jenis-jenis teknologi komunikasi.
Sedangkan dalam sumber lain dikatakan bahwa gaya hidup modern seperti
yang disebutkan sebelumnya membentuk manusia untuk memiliki kecenderungan
bersikap konsumerisme, materialisme, dan hedonisme.
1. Konsumerisme adalah gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah
sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, sehingga membentuk seseorang
untuk bersikap tidak hemat.
2. Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang
termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengan
mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indera.
3. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan
dan kenikmatan materi merupakan tujuan utama dalam kehidupan di dunia.
Dari paparan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya gaya
hidup modern dapat mengarahkan individu untuk memiliki pola perilaku negatif
maupun positif. Pemahaman yang keliru terhadap esensi dari gaya hidup modern
cenderung membentuk seseorang untuk berperilaku menyimpang. Sedangkan
pemahaman yang benar terhadap gaya hidup modern justru dapat mengarahkan
seseorang untuk memiliki perilaku benar sesuai dengan prinsip-prinsip yang
tercermin dalam semangat gaya hidup modern seperti efektif, efisien, praktis,
sederhana, menghargai kehidupan dan menghargai waktu.
3. Peran keluarga di tengah gaya hidup modern
Sebagai seorang remaja yang terlibat dalam proses kehidupan modern, kamu perlu memahami
kehadiran dan peran keluarga, selanjutnya melakukan analisis agar dapat mengambil sikap yang tepat.
Dalam perspektif Kristiani dapat diungkap
bahwa peran keluarga di tengah gaya hidup modern sangatlah penting dan perlu dicermati. Beberapa
aspek dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Keluarga kristiani perlu membangun persekutuan pribadi-pribadi, dan melayani
kehidupan. Keluarga kristiani juga dituntut untuk turut serta mengembangkan kehidupan
perutusan gereja.
2. Dalam kehidupan keluarga Kristen, perlu dibangun persekutuan pribadi-pribadi yang
dapat dilakukan dengan meletakkan cinta kasih sebagai asas dan kekuatan yang mempersatukan
masing-masing anggotanya. Keluarga Kristen perlu
menjaga persatuan yang utuh antara suami-istri dan membangun sebuah
bentuk persatuan yang tidak terceraikan. Keluarga Kristen yang modern
dalam perkembangan keadaan, perlu memberikan penghargaan yang tinggi
terhadap hak-hak dan peranan perempuan, hal ini sebetulnya juga menjadi
perhatian negara maupun pada aras dunia. Di samping itu keluarga juga perlu
menjunjung tinggi hak-hak anak dan menganggap mereka memiliki pemikiran
yang patut dihargai. Kehadiran orang lanjut usia yang menjadi anggota dalam
keluarga juga perlu diperhatikan kebutuhannya dan mendapat penghargaan
yang selayaknya.
3. Dalam kaitan dengan perkembangan masyarakat, keluarga dipanggil untuk
turut serta dalam mengembangkan masyarakat, karena pada hakekatnya
keluarga merupakan sel masyarakat yang pertama dan amat penting. Kehidupan
berkeluarga pada hakekatnya merupakan pengalaman hidup bersatu dan
berbagi rasa, sadar akan peranan sosial bagi lingkungan. Oleh karena itu,
keluarga Kristen perlu menyadari terhadap rakhmat dan tanggung-jawabnya
bagi masyarakat.
4. Di tengah perubahan keadaan dan masyarakat, keluarga perlu terlibat dalam
hidup dan perutusan gereja. Hal itu dapat dilakukan dengan cara bersungguhsungguh
dalam membangun persekutuan keluarga yang beriman secara kokoh. Justru di tengah perubahan yang
ada, keluarga Kristen harus mampu membangun persekutuan antar anggota keluarga untuk terus
menerus berdialog dengan Tuhan dengan berbagai cara. Melalui keluarga kita bisa membangun
persekutuan dengan orang lain dan melayani kebutuhan sesama. Oleh karena itu, keluarga Kristen
diharapkan dapat melakukan filtrasi atau menyaring pengaruh negatif dari gaya hidup modern. Dengan
demikian di tengah-tengah
arus modernisasi keluarga Kristen mampu mejadi agen penanaman semangat
positif yang tercermin dalam gaya hidup modern.
Tahukah kamu bahwa sesungguhnya Alkitab memberikan contoh baik
yang positif dan negatif berkaitan dengan gaya hidup modern pada waktu
itu. Tentu kita bisa belajar dari contoh-contoh tersebut. Contoh yang positif
kita bisa melihatnya dari Kejadian 35:22b-29. Sedangkan contoh yang negatif
terambil dari Matius 19:16-26.
Dalam Kejadian 35:22b-29 mengisahkan tentang kehidupan keluarga
Yakub yang memiliki 13 orang anak. Dari 13 anak tersebut Yusuf yang sudah
menginjak remaja dikasihi oleh Yakub. Tentu saja hal ini menyebabkan para
saudaranya iri hati. Lalu mereka menjual Yusuf menjadi budak di tanah
Mesir. Namun pengaruh keluarga Yusuf yang dekat dengan Tuhan masih
sangat mewarnai kehidupan Yusuf di tanah Mesir. Yusuf di tanah Mesir
akhirnya dapat menjadi pemimpin muda di tengah lingkungan yang maju,
bisa dikatakan modern pada saat itu, Yusuf tetap taat dan menjadi pemimpin
muda yang takut kepada Tuhan. Akhirnya, Yusuf mampu menolong bapak
dan saudara-saudaranya lepas dari bahaya kelaparan, hidup dalam “gaya
hidup modern” di tanah Mesir, tetap memelihara kasihnya kepada Tuhan
dan keluarganya. Walaupun saudara-saudaranya pernah membenci dan
membuang dia, namun ia mampu mengatasi luka batin dan mengampuni
para saudaranya sehingga dia dapat mentransformasi keluarganya, hidup
berkecukupan dan tetap berjalan seturut dengan kehendak Tuhan.
Contoh yang negatif dapat kita lihat dari kehidupan orang muda yang
kaya, yang memiliki “gaya hidup modern” pada waktu itu, dapat kita pelajari
dari Matius 19:16-26. Meskipun orang muda pada ayat itu hidup bergelimang
harta dan gaya hidup yang up to date t etapi ia mengalami kekosongan dan
kebimbangan hidup, serta mencari jawaban kepada Tuhan Yesus. Pada saat
Tuhan Yesus memberikan pilihan untuk hidup di jalan Tuhan atau “jalan
dunia”, sayangnya orang muda tersebut memilih hidup dalam harta dunia
yang dimiliki, terkungkung dalam pengaruh gaya hidup buruk yang ia pilih.
Akibatnya dia kehilangan Kristus sebagai sumber kehidupan dan berkat.
1. Apakah kamu termasuk orang yang memiliki gaya hidup modern? Jelaskan!
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
2. Apakah keluargamu termasuk keluarga yang memiliki gaya hidup modern?
Jelaskan!
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
3. Bentuk gaya hidup modern seperti apa yang ada dalam dirimu? Jelaskan!
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
4. Bentuk gaya hidup modern seperti apa yang ada dalam keluargamu? Jelaskan!
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Dampak Modernisasi Bagi Keluargaku
Bahan Alkitab: 1 Samuel 1:
1-16, Efesus 5: 22-33
Bab IX
Dampak Modernisasi Bagi Keluargaku
1. Pengertian modernisasi
Materi
Banyak definisi yang berbeda mengenai modernisasi, di antaranya adalah
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengungkapkan bahwa modernisasi dimengerti
sebagai sebuah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga
masyarakat untuk dapat hidup sesuai de-ngan tuntutan masa kini.
J.W Schrool (1998) mengungkapkan bahwa modernisasi merupakan
penerapan pengetahuan ilmiah pada semua kegiatan, bidang kehidupan, dan
aspek kemasyarakatan. Aspek yang paling menonjol dari proses modernisasi
adalah perubahan Iptek yang tinggi.
William E. More (2003) mengungkapkan bahwa modernisasi adalah
transformasi total kehidupan bersama dalam bidang teknologi, organisasi
sosial, dari yang tradisional kearah pola-pola ekonomis dan politis yang
didahului oleh negara-negara Barat yang telah stabil.
2. Dampak Modernisasi Bagi Keluarga
Dampak yang paling mendasar dari modernisasi bagi keluarga adalah
perubahan fungsi dalam keluarga. Hal tersebut di antaranya dapat diungkap
sebagai berikut:
Pertama adalah perubahan fungsi dalam bidang pendidikan. Keluarga yang
dahulu bertanggungjawab dalam melatih anak pada usia dini dalam hal fisik, mental
dan spiritual, pada zaman modern fungsinya sudah mulai digeser oleh lembagalembaga
pendidikan anak usia dini. Keluarga yang dahulu berfungsi memberikan
pengetahuan tambahan dalam hal kognitif, tentang
pelajaran-pelajaran yang ada disekolah kini fungsinya mulai digeser oleh lembagalembaga bimbingan
belajar.
Kedua adalah fungsi sosialisasi anak. Keluarga yang dahulu bertugas untuk
membentuk kepribadian anak, memperkenalkan pola tingkah laku, sikap,
keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok sosialmasyarakat,
pada zaman modern perannya mulai digeser. Peran keluarga
tersebut sekarang diambil alih oleh lembaga-lembaga training y ang menawarkan
jasa pembentukan kepribadian, lembaga-lembaga konseling psikologis yang
menawarkan jasa untuk mengetahui bakat dan minat melalui tes psikologi.
Ketiga adalah fungsi perlindungan. Keluarga yang dahulunya bertugas untuk
memberikan tempat yang nyaman bagi anggota keluarga dan memberikan
perlindungan secara fisik, ekonomi maupun psikologi bagi seluruh anggotanya,
pada zaman modern fungsinya mulai digeser oleh lembaga-lembaga yang
menawarkan jasa-jasa asuransi.
Keempat adalah fungsi perasaan. Keluarga yang dahulunya bertugas
memberikan rasa keintiman, perhatian dan rasa aman yang tercipta dalam
keluarga, pada zaman modern perannya sudah mulai di geser oleh baby sitter,
day care.
Kelima adalah fungsi rekreatif. Keluarga yang dahulunya berfungsi untuk
mencari hiburan, memberikan suasana yang segar dan gembira dalam
lingkungan keluarga, pada zaman modern perannya sudah mulai digeser oleh,
media cetak, elektronik, media sosial.
3. Pengaruh dampak modernisasi bagi keluarga
Ternyata modernisasi yang terus berjalan di tengah-tengah masyarakat
memiliki dampak yang cukup signifikan. Dampak modernisasi tersebut dapat
berbentuk pengaruh positif maupun negatif baik dalam kehidupan pribadi
maupun keluarga. Pengaruh tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Pengaruh positif modernisasi misalnya dapat membentuk anggota keluarga
menjadi pribadi yang menerima dan terbuka pada hal-hal baru. Pada umumnya
mereka berani menyatakan pendapat, menghargai waktu, memiliki orientasi
pada masa depan bukan masa lalu. Pada umumnya mereka menghargai adanya
perencanaan dan pengorganisasian. Mereka juga memiliki rasa percaya diri,
perhitungan, menghargai harkat hidup manusia lain, percaya pada ilmu
pengetahuan dan teknologi, menjunjung sikap imbalan harus sama dengan
prestasi kerja. Cara mengembangkan iman generasi modern bisa dilakukan
dengan memanfaatkan teknologi informasi (TI), terutama banyak diakses oleh
remaja dan pemuda.
Pengaruh negatif dari dampak modernisasi adalah membentuk seseorang
untuk memiliki kecenderungan berpikir dan bersikap pragmatis. Terlalu
menggantungkan diri pada alat-alat modern, bahkan modernisasi dianggap
Allah. Modernisasi juga dapat menghilangkan fungsi-fungsi vital dari keluarga.
Juga berpotensi meningkatnya arus urbanisasi. Dalam kehidupan remaja dapat
terlihat meningkatnya kenakalan remaja, meningkatnya perilaku menyimpang
pada remaja dan orang tua.
Keluarga sebagai “Bejana Tanah Liat” ditengah Dampak
Modernisasi
Isai yang mempengaruhi kehidupan Daud anaknya, dalam 1Samuel 16:1-12. Pada
nats tersebut dijelaskan bahwa karena didikan Isai di dalam rumah mempengaruhi
cara hidup Daud selanjutnya, terutama ketika dia sudah menjadi raja. Berbagai
kebijakan, berinisiatif untuk melakukan perang, dan memaksakan keadaan damai
lewat ancaman merupakan hal yang kiranya tidak perlu kita teladani. Sedangkan
contoh yang positif dapat kita lihat dalam surat Efesus 5:22-33. Teks tersebut
merupakan nasehat kepada orang Kristen yang hidup di kota metropolis pusat
perdagangan modern, di kerajaan Romawi. Di tengah masyarakat modern banyak
orang yang bersikap egois, pemikiran pragmatis, men-tuhan-kan modernisasi,
kurangnya penghargaan terhadap kemanusiaan dan banyak terjadi penyimpangan
dalam keluarga. Dalam konteks seperti ini penulis kitab memberikan saran
sederhana mengenai aturan yang pantas dalam membina hubungan sesama anggota
“keluarga Kristen”. Jalan yang ditawarkan penulis adalah dengan cara meletakkan
fondasi kehidupan keluarga kepada Kristus sebagai kepala keluarga (Efesus 5:22,
24). Hubungan yang terjalin dalam keluarga Kristen mencerminkan nilai-nilai
keadilan (ayat 28), kesetaraan (ayat 33), serta anjuran agar semua anggota keluarga
mempunyai kesadaran dan melakukan fungsi masing-masing sesuai peran yang
disandangnya. Nats ini memberikan teladan bagi kita semua mengenai bagaimana
menjalankan kehidupan di tengah pengaruh negatif peradaban modern yang
makin merusak fungsi-fungsi keluarga Kristen. Contoh keteladan tersebut dapat
diperoleh melalui Tuhan Yesus Kristus.
Keadilan dan Perdamaian dalam
Keluarga
Bahan Alkitab: Yesaya 57:21 ;
Matius 5:9
Bab X
Sikap atau tindakan yang dianggap adil adalah penyerahan
diri secara total kepada Tuhan Allah. Dalam hal ini, keadilan selalu berimplikasi
pada beberapa prinsip, yakni: kesejahteraan, kecukupan, kesetaraan, personalitas
dan persaudaraan. Untuk melaksanakan prinsip-prinsip tersebut, keadilan juga
memerlukan kasih.
Sedangka perdamaian berasal dari kata “damai” yang bisa berubah konsepsi
sesuai waktu dan budaya. Dalam masyarakat luas, orang-orang memahami istilah
“damai” dan implikasi-implikasinya melalui berbagai pandangan. Banyak orang,
dan mungkin juga diri kita sendiri, memahami perdamaian secara sederhana
sebagai suatu situasi/keadaan di mana tidak ada konflik atau tidak ada perang.
Namun kenyataannya tidak sesederhana itu, konsep damai ini sebenarnya
memiliki dua pemahaman yaitu negative dan positive. Pemahaman damai yang
negatif ini kita menilai apakah sebuah situasi/keadaan bisa disebut sebagai situasi/
keadaan damai atau tidak, dengan cara melihat ada atau tidaknya hal yang biasanya
mengancam dan menghancurkan perdamaian, yaitu ketidakadilan dan konflik
atau, dalam skala yang lebih luas adalah perang. Sedangkan pemahaman damai
yang positif, bisa menilainya lewat situasi/keadaan, tidak sekedar hanya dengan
melihat ada perang atau konflik terbuka atau tidak, melainkan dengan melihat
adakah hal-hal yang mendukung terciptanya perdamaian atau tidak. Dalam
pemahaman semacam ini, yang kita cermati adalah apakah orang-orang dalam
keluarga tersebut sudah dengan sengaja berusaha menghapuskan berbagai bentuk
kekerasan dan ketidakadilan, baik individual maupun dalam struktural keluarga.
Juga apakah orang-orang tersebut sudah dengan sengaja menciptakan hal-hal
yang bisa menjamin kelanggengan perdamaian dan keadilan terdahadap masingmasing
anggota keluarga, misalnya antara bapak dan ibu dan antara orang tua dan
anak-anak di dalam satu rumah.
Keadilan dan Perdamaian dalam
Keluarga
Apakah kita sudah menjadi pembawa damai? Sahabat bagi dunia, memiliki
sikap kehidupan sebagai orang Kristen, yang identik dengan kasih dan damai.
Tentu seharusnya demikian kehidupan kita sebagai orang Kristen. Namun gambar
dibawah ini adalah realita di sekeliling kita yang sering terjadi. Apa komentar
kamu mengenai ha itu?
Home Sweet Home
Bahan Alkitab: Kejadian 30:1-24
; 2 Timotius 1:5
Bab XI
1. Keluarga ideal
Tentu kita masing-masing mendambakan memiliki rumah yang nyaman
bukan? Betul. Rumah bukan sekedar tempat untuk bernaung dari hujan dan panas
terik. Namun umumnya sebagian orang yang terlalu sibuk, secara tidak langsung
dapat membentuk rumah menjadi warung makan saja atau seperti penginapan
saja. Karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dan aktivitasnya, kebersamaan
dengan keluarga malah terbengkalai. Akhirnya setiap penghuni rumah menjadi
sibuk dengan kebutuhannya sendiri tanpa ada kedekatan antara orang tua dengan
anak dan juga antara kakak-adik. Rumah seharusnya menjadi tempat yang paling
indah bagi penghuninya “Home Sweet Home”. Akibatnya dimana saja dan kapan
saja rumah selalu dirindukan dan selalu diingat.
Sesungguhnya para remaja memandang rumah sebagai tempat yang penuh dengan
kenangan sejak kanak-kanak, kenangan tentang suka maupun duka. Rumah yang sederhana,
nyaman, tenang, penuh kasih sayang dan damai adalah tempat tingal yang ideal. Sebagai
contoh gambaran paling ideal bagi keluarga Kristen adalah
Keluarga Kudus dari Maria dan Yusuf di Nazaret. Maria,
Yusuf dan Tuhan Yesus selalu merayakan hari-hari besar dibait Allah (Misalnya hari raya pondok
daun). Dalam(Lukas 2:41-52) dijelaskan bahwa Tuhan Yesus pada masa remaja taat pada orang tua
duniawinya dan menikmati hidup bersama keluarga. Dia berkembang
secara sehat dan utuh. Dia dikasihi oleh Allah dan sesama. Keluarga tersebut
merupakan teladan bagi setiap pasangan kristiani dalam membina keluarga.
Dalam kehidupan sehari-hari, hendaknya masing-masing keluarga Kristen dapat
menghadirkan Kristus dalam kehidupannya. Dengan demikian keluarga Kristen
dapat berkembang, menuju kesempurnaan seperti yang dikehendaki Tuhan.
Di samping kebutuhan materi dan spiritual, tentu saja kita juga membutuhkan
suasan rumah yang nyaman, menyenangkan, dan hangat. Ini semua bukanlah
hanya pekerjaan seorang ibu namun, menjadi tanggung-jawab semua anggota
keluarga baik laki-laki maupun perempuan. Saat ini telah terjadi perubahan sosial
yang pesat. Banyak perempuan dan ibu-ibu yang memiliki peran ganda, yakni
mengurusi masalah rumah tangga(domestik) maupun bekerja untuk mencari
nafkah di luar rumah (ruang publik). Kalau perempuan sudah melakukan
terobosan ke dunia publik maka sudah saatnya para anak laki-laki dan suami juga
harus mampu melakukan tugas-tugas dibidang domestik. Dengan demikian akan
dicapai keseimbangan, tidak ada yang mempunyai “beban ganda”, tidak ada lagi
perkerjaan yang diberi label “pekerjaan laki-laki dan pekerjaan perempuan
2. Rumah tempat bersemainya Iman
Di dalam rumah, prioritas menjadi keluarga yang utuh itu penting. Banyak
keluarga para remaja yang saat ini mengalami masalah, dimana orang tua
tidak saling mengasihi, banyak timbul kekerasan dalam keluarga, akhirnya
menimbulkan banyak perceraian. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa pendidikan
iman mempunyai kedudukan yang penting. Banyak krisis keluarga karena mereka
sudah meninggalkan Kristus dan tidak ada lagi cinta dalam keluarga.
Tuhan memberikan mandat kepada orang tua untuk mendidik anak, tetapi
kadang-kadang orang tua sibuk hanya untuk memenuhi kebutuhan anak secara
materi, dan mengabaikan kebutuhan mental dan rohani. Akibatnya anak sering
berada di luar rumah untuk menghindari permasalahan keluarga. Seharusnya
keluarga merupakan tempat masing-masing orang termasuk anak-anak dapat
bertumbuh secara fisik, mental dan spiritual. Oleh karena itu setiap keluarga perlu
menyadari, betapa pentingnya menanamkan iman tentang Allah dan karyaNya
sedini mungkin kepada anak, baik melalui proses pendidikan maupun sosialisasi.
Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan
Bahan Alkitab: Efesus 5:21-6:9;
Kolose 3:18-22; 1 Timotius 2:8-
11; Titus 2:1-10
Bab XII
B. Keluarga Menurut Alkitab
1. Perjanjian Lama
Tidak ada kata untuk “keluarga” dalam Perjanjian Lama (Bahasa Ibrani) yang
dapat disamakan secara tepat dengan kata modern, “keluarga inti”. Beberapa
kelompok sosial digambarkan sebagai “suku”, dan menggambarkan asal etnik.
Kata umumnya (beth ab = rumah ayah) dapat berarti keluarga inti yang tinggal
di rumah yang sama (Kejadian 50:7-8); kelompok sanak yang lebih besar atau luas
termasuk dua atau lebih generasi (Kejadian 7:1; 14:14); dan juga sanak dengan
berarti lebih luas (Kejadian 24:38). Kata lain menunjuk ke kelompok sanak yang
besar dan kadang-kadang diterjemahkan sebagai “kaum” (Bilangan 27:8-11).
Pada kenyataannya, keluarga-keluarga yang digambarkan dalam Perjanjian
Lama adalah rumah tangga yang terdiri atas semua orang, baik ayah, ibu,
anak-anak, kerabat lain, pelayan-pelayan dan orang lain yang tinggal di rumah
(bandingkan Keluaran 20:10; Ulangan 5:14). Sebelum masa Daud, hidup keluarga
difokuskan pada keperluan umum yaitu pekerjaan, makanan, dan perlindungan.
Rumah tangga adalah tempat dimana pendidikan, sosialisasi, dan pendidikan
agamani, terjadi.
2. Perjanjian Baru
Keluarga di Perjanjian Baru tersusun seperti rumah tangga dalam Perjanjian
Lama. Ada tekanan pada asal etnik dan jabatan atau peran orang tua. Keluarga
Greco-Roman juga rumah tangga besar, yaitu rumah tangga termasuk semua
orang yang tinggal di rumah. Tidak ada kata di bahasa Yunani yang dapat
disamakan secara tepat dengan ide modern, “keluarga inti”. Rumah tangga besar
ini adalah satuan dasar masyarakat. Kata umum adalah “rumah” (oikos) , atau frasa
“kepunyaan sendiri”.
Dalam Perjanjian Baru ada beberapa yang dinamakan “pedoman-pedoman
kehidupan keluarga” (Kolose 3:18 – 4:1; Efesus 5:21 – 6:9; 1 Petrus 2:18 – 3:7;
1 Timotius 2:8-15; 6:1-2; Titus 2:1-10). Pedoman ini mungkin dimaksudkan
untuk membantu anggota rumah tangga Kristen agar hidup sesuai dengan
kebudayaannya. Di pihak lain kenyataan bahwa pedoman itu tertuju kepada para
suami, isteri, orang tua, anak, dan pelayan, menunjukkan bahwa ajaran Kristen
khusus diterapkan ke kehidupan rumah tangga. Kita seharusnya memperhatikan
bahwa bagian-bagian ini tidak menunjukkan keluarga sebagai satuan, tetapi
menunjukkan hubungan-hubungan yang beragam di dalam keluarga itu sendiri
yang bertujuan untuk kebahagiaan bersama.
Peran Anak dalam Keluarga Kristen
yang Menjadi Berkat
Sebagaimana kamu ketahui bahwa keluarga tidak hanya terdiri dari ayah dan
ibu, tetapi juga termasuk di dalamnya anak-anak baik anak laki-laki maupun
perempuan. Hal itu bukan hanya berkaitan dengan status melainkan lebih kepada
peran mereka masing-masing guna menjadi keluarga Kristen yang menjadi berkat
bagi lingkungan.
Keluarga Kristen yang menjadi berkat
Menurut Alkitab, keluarga adalah tempat anak-anak diajarkan takut kepada
Tuhan, dan belajar tentang karya-karya Tuhan (Ulangan 6:4-10).
Keluarga Kristen adalah suami-isteri yang kedua-duanya telah menerima
Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. Ini juga berarti bahwa keduanya
menaati Dia, mereka hidup dengan kuasa Tuhan Yesus dalam kehidupannya.
Sebagai seorang Kristen, gaya hidupnya harus menjadi mengikuti teladan
Kristus. Sebagian orang berpandangan bahwa jika seorang laki-laki dan seorang
perempuan menikah di dalam gereja, maka pernikahan mereka adalah pernikahan
Kriten.Bagi mereka, menikah di dalam gereja adalah suatu jaminan bahwa mereka
sedang membangun keluarga Kristen. Cara berpikir demikian tidak dapat dibenarkan.
Keluarga dapat disebut keluarga Kristen apabila suami-isteri percayakepada Kristus dan menampilkan
gaya hidup seperti Kristus. Jadi yang dimaksud keluarga Kristen
adalah keluarga yang dibentuk oleh Allah dan dalam hidupnya selalu bersandar
pada Kristus, serta hidup menurut kehendak-Nya.
Di bawah ini merupakan hakikat keluarga Kristen:
1. Persekutuan hidup antara seorang laki-laki dan seorang perempuan
dalam perjanjian, kasih setia membentuk suatu keluarga yang diberkati
dan dikuduskan Allah, serta sebuah persekutuan yang menjadi lambang
persekutuan hidup antara Allah dengan umat-Nya. Orang yang hidup dalam
pernikahan dipanggil untuk memelihara kekudusan hidup pernikahan yang
dikaruniakan Allah kepadanya (1 Tesalonika 4:3-8; Ibrani 13:4).
2. Persekutuan hidup yang bersifat eksklusif, artinya hanya terdiri dari dua orang
saja, yaitu seorang laki-laki tertentu dengan seorang perempuan tertentu.
Dengan demikian pernikahan dalam keluarga Kristen berpola monogami
(Kejadian 2:22, 24-25; 1 Korintus 7:2; 1 Timotius 3:2, 12). Oleh karena itu
menolak praktek poligami maupun poliandri.
3. Persekutuan hidup yang bersifat total, artinya menyangkut seluruh segi
kehidupan suami-isteri baik yang jasmani maupun yang rohani, ”…keduanya
menjadi satu daging” (Kejadian 2:24). Kesatuan ini adalah suatu proses yang
berlangsung seumur hidup. Aspek inilah yang membedakan secara hakiki
hubungan antara suami-isteri dengan orang lain.
Keluarga Kristen mempunyai peran yang sangat penting, karena hubungan
di rumah tangga juga menggambarkan hubungan dalam keluarga jemaat. Dalam
rumah tangga itulah beberapa segi dari kehidupan Allah harus diperlihatkan.
Membesarkan anak-anak adalah tugas bagi rumah tangga. Mengajarkan anakanak
akan iman Kristen adalah tugas orang tua sebelum anak-anak mendapatkan
pengajaran dari gereja.
Kita hidup di tengah masyarakat. Sebagai keluarga Kristen kita diberi mandat
oleh Tuhan agar menjadi berkat di tengah masyarakat. Menjadi berkat dimulai
dari masing-masing anggota keluarga, kemudian menjadi berkat bagi jemaat di
gereja, serta menjadi berkat dilingkungan RT, RW, dan masyarakat luas. Contoh
sederhana yang bisa dilakukan oleh keluarga Kristen dalam rangka menjadi berkat
seperti ikut gotong royong dalam membersihkan lingkungan tempat tinggal,
serta aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat lainnya. Bagaimana Alkitab
mengajarkan agar keluarga Kristen bisa menjadi berkat di tengah masyarakat?
Berikut beberapa hal yang diajarkan Firman Tuhan:
1. Hidup dengan penuh hikmat
Agar menjadi berkat di tengah masyarakat, maka orang Kristen harus hidup
dengan bijaksana. Dalam Titus 2:1-6 ada keterangan tentang bagaimana hidup
orang Kristen yang berhikmatatau bijaksana di tengah masyarakat. Kaum lakilaki
dianjurkan untuk hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam
iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. Kaum perempuan dianjurkan untuk
hidup sebagai orang-orang beribadah, tidak memfitnah, tidak menjadi hamba
anggur, cakap mengajarkan hal-hal yang baik, hidup bijaksana dan suci, rajin
mengatur rumah tangganya, dan baik hati. Sedangkan kaum muda dianjurkan
untuk menguasai diri dalam segala hal. Laki-laki dan perempuan dalam
keluarga mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat.
2. Pergunakan waktu yang ada
Apa arti pergunakan waktu yang ada? Kata “waktu” dalam bahasa aslinya
(Yunani) adalah: kairos. Dalam bahasa Inggris berarti “make the most of
every opportunity” ( pergunakan sebaik-baiknya setiap kesempatan). Setiap
kesempatan datang hanya satu kali dalam hidup kita dan tidak akan datang
untuk kedua kalinya. Oleh karena itu kesempatan yang datang dalam hidup
kita (baik berkaitan dengan belajar, bergaul, bermain, pekerjaan maupun
pelayanan) harus kita pakai dengan sebaik-baiknya. Sehingga setiap orang
dapat melihat bahwa kita adalah orang-orang Kristen yang selalu menghargai
waktu yang Tuhan berikan.
3. Mengucapkan kata-kata yang membangun
Dalam Efesus 4:29 dikatakan: Janganlah ada perkataan kotor keluar dari
mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana
perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. K ata-kata
kita mempunyai kekuatan yang luar biasa, yang bisa mempunyai efek besar
dalam hidup orang lain, baik bersifat negatif maupun positif. Dengan kata-kata
kita, kita bisa membangun, menguatkan dan memberi semangat kepada orang
lain. Sebaliknya dengan kata-kata pula, kita bisa menimbulkan kepahitan,
kepedihan dan meruntuhkan semangat hidup orang lain. Karena itu pakailah
kata-kata kita untuk memberkati orang lain.
Sebagai pengikut Kristus, sudah seharusnya kita memberkati kehidupan orang
lain. Lewat perkataan dan perbuatan yang sederhana, kita dapat menyentuh hati
dan membawa mereka mengenal Tuhan. Lewat perkataan, kita dapat membuat
kehidupan satu hari seseorang menjadi kacau, namun lewat perkataan juga kita
dapat membuat kehidupan satu hari seseorang menjadi indah.
Mensyukuri Anugerah Allah Lewat Perkembangan Iptek
Bahan Alkitab: Kejadian 1:28;
6:14-15; Amsal 1:7
Bab XIII
Berikut ini definisi teknologi menurut para ahli:
a. Teknologi adalah seluruh perangkat ide, metode, teknik benda-benda material
yang digunakan dalam waktu dan tempat tertentu maupun untuk memenuhi
kebutuhan manusia
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 1 13
b. Teknologi adalah suatu perilaku produk, informasi dan praktek-praktek
baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan atau diterapkan
oleh sebagian warga masyarakat dalam suatu lokasi tertentu dalam rangka
mendorong terjadinya perubahan individu dan atau seluruh warga masyarakat
yang bersangkutan.
c. Teknologi merupakan perkembangan suatu media/alat yang dapat digunakan
dengan lebih efisien guna memproses serta mengendalikan suatu masalah.
Kata “teknologi” juga digunakan untuk merujuk sekumpulan teknik-teknik.
Dalam konteks ini, teknologi adalah keadaan pengetahuan manusia tentang
bagaimana cara untuk memadukan sumber-sumber, guna menghasilkan produkproduk
yang dikehendaki, menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan, atau
memuaskan keinginan yang meliputi cara atau metode, keterampilan, proses,
teknik, perangkat, dan bahan mentah.
Jadi, yang dimaksud dengan teknologi adalah suatu benda atau objek yang
diciptakan oleh manusia yang bisa bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.
Teknologi yang diciptakan oleh manusia pada mulanya hanya sebuah alat-alat
sederhana, namun memberikan dampak yang sangat besar bagi manusia. Dengan
inovasi berkelanjutan yang dilakukan oleh manusia, membuat teknologi sangat
cepat berkembang.
3. Dampak positif dan negatif dari berkembangnya Iptek
Dalam bidang ekonomi misalnya, dulu untuk menjual barang atau jasa kita
harus mencari tempat untuk berjualan, harus mengeluarkan uang yang lebih
banyak, dan belum bisa menjangkau orang di bagian tempat lainnya yang jauh,
tapi sekarang barang atau jasa itu bisa kita jual melalui internet. Melalui internet
tidak butuh tempat yang luas, lebih mudah dalam memasarkannya, lebih bisa
menjangkau orang banyak dan lebih hemat waktu, konsumen pun tidak perlu
berdesak-desakkan di pasar atau berjalan keliling mall. Hanya dengan mentransfer
sejumlah uang, barang yang kita inginkan sudah bisa kita miliki. Tapi kita harus
hati-hati dalam membeli barang melalui internet, karena tidak sedikit orang yang
tertipu. Kadang barang tidak sesuai dengan gambar yang di promosikan, atau
bahkan ketika kita sudah mentransfer uang, barang tidak sampai ke kita. Jadi ada
hal positif dan negatifnya dalam kemajuan teknologi ini.
Dalam aspek sosial budaya dan kehidupan sehari-hari teknologi juga memberikan
dampak positif yang tidak sedikit, misalnya:
• Informasi yang diperoleh dapat langsung dipublikasikan dan diterima oleh
banyak orang dengan cepat melalui media-media yang ada, setiap orang jadi
bisa saling bertukar informasi.
• Memudahkan kita dalam belajar karena sudah banyak teknologi yang
mendukung, misalnya dengan adanya proyektor, LCD, mikroskop, dan lainlain.
• Hubungan sosial antar masyarakat bisa berlangsung di mana saja dan kapan
saja walaupun berjauhan dan berada dalam zona waktu yang berbeda, tetapi
dapat berinteraksi.
• Sosialisasi kebijakan pemerintah dapat lebih cepat sampai ke masyarakat,
dengan adanya pemberitaan di radio, televisi, dan internet, sehingga masyarakat
dengan mudah dan cepat mengetahui peraturan dan kebijakan pemerintah
yang sudah atau baru dikeluarkan.
• Masyarakat dapat mempublikasikan kebudayaan yang dimiliki ke masyarakat
luas untuk dipelajari dan dilestarikan, tidak hanya dalam satu negara, tetapi
dapat juga antar negara.
Selain dampak positif di atas, teknologi juga memiliki dampak negatif bagi
manusia, misalnya:
• Muncul kejahatan baru seperti penipuan, penculikan, pencurian nomor kartu
kredit, pornografi, pengiriman virus dan spam, penyadapan saluran telepon
dan masih banyak kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan fasilitas
teknologi.
• Banyak perilaku menyimpang yang terjadi, khususnya pada remaja karena
tidak bisa memilih mana yang harus diterima dan mana yang harus ditolak.
• Tingkat kepercayaan kepada lingkungan sekitar menurun, karena lebih percaya
dengan internet untuk mencari informasi dibandingkan bertanya langsung
kepada orang yang mengetahuinya, ketergantungan kepada internet semakin
meningkat.
• Privasi bukan lagi menjadi sesuatu yang mahal, dengan adanya situs jejaring
sosial memberikan penggunanya kebebasan untuk membuka diri dan melihat
info serta privasi orang lain. Contohnya: facebook, twiter, dan lain-lain.
• Budaya asli yang terkikis karena masuknya budaya asing. Masyarakat jauh lebih
mengerti dan mempelajari tentang budaya luar dibandingkan dengan budaya
asli yang kita miliki.
• Terkadang membuat kita menjadi malas dan tidak kreatif. Karena kecanggihan
teknologi, seseorang bisa dengan mudah menggandakan tugas teman atau
mengunduhnya di internet.
• Meningkatnya angka pengangguran karena teknologi dapat menggantikan
manusia dalam segala bidang.
Iptek diibaratkan seperti pisau, jika digunakan oleh cheff (pemasak profesional)
pisau itu akan sangat bermanfaat, tapi jika digunakan oleh pembunuh pisau itu
akan merugikan banyak orang. Artinya Iptek bisa membantu serta memudahkan
kita dalam segala aktivitas, tapi juga bisa menjadi boomerang untuk kita jika kita
tidak mampu memilih mana yang harus diterima, mana yang harus ditolak, mana
yang benar dan mana yang salah. Kita harus bisa menanggulangi dan mencegah
dampak negatif tersebut agar tidak terjadi.
Sikap dalam menghadapi perkembangan Iptek
Artinya, Allah tidak pernah melarang penggunaan Iptek, dan menolak Iptek berarti melanggar firman
Tuhan.
Tetapi yang terpenting dalam hal ini ialah bagaimana kita memanfaatkan Iptek itu
dalam terang Firman Tuhan.
Dalam Kejadian 1:27-28, Allah memberikan manusia suatu amanat illahi
(Mandat Budaya) yaitu untuk menaklukkan alam semesta. Untuk dapat
menaklukkan alam semesta, manusia membutuhkan pengetahuan. Manusia
harus mampu untuk memeriksa alam serta mengambil suatu tindakan yang tepat
bagi kesejahteraan alam semesta. Untuk itu, manusia perlu ilmu pengetahuan.
Jadi ilmu pengetahuan, bukanlah musuh bagi orang Kristen, melainkan sebagai
jalan untuk lebih mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan, apabila manusia
dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan sebagai saluran beribadah untuk memuji
dan memuliakan nama Tuhan.
5. Iptek dalam Alkitab
Gambar 13.1 Baik remaja di Kota, di Desa, dan di Pedalaman dia harus banyak
belajar dan menguasai teknologi. Iptek adalah berkat yang harus dikembangkan.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 1 17
Kegiatan 4: Penugasan
Menurut kamu, apakah di Alkitab banyak menyinggung tentang Iptek?
Ya / Tidak :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Jika ada, berikan contohnya!
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Iptek dan Alkitab tidaklah saling bertentangan, justru kehadiran kemajuan
Iptek membantu orang percaya untuk lebih percaya pada kesaksian tertulis dalam
Alkitab yang terjadi di masa lalu.
Penggunaan Iptek sudah ada sejak zaman dahulu, sejak manusia diciptakan
sudah ada Iptek. Ilmu pengetahuan berasal dari Tuhan yaitu Firman Allah dan
teknologi juga berasal dari Tuhan yang dikembangkan oleh manusia. Dengan lain
kata, Iptek berasal dari Tuhan.
Pengaruh kekristenan yang mendorong lahirnya Iptek merupakan cermin
sikap kristiani yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan Allah
kepada manusia sebagaiamana tertulis dalam kitab Kejadian 1:28:
“Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah
dan bertambah banyak: penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang
merayap di bumi.”
Dari Kejadian 1:28 yang mendasari lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mandat Allah yang pertama kepada manusia untuk beranakcucu dan bertambah
banyak di bumi, dan berkuasa atas ikan-ikan, burung-burung, dan segala binatang.
Dari ayat tersebut yang melahirkan di pikiran manusia bagaimana mereka dapat
menguasai bumi sesuai dengan kehendak Allah.
Berikut ini perwujudan Iptek dalam sejarah manusia di Alkitab:
Dalam sejarah air bah, Allah memerintahkan Nuh membuat kapal untuk
menyelamatkan ia dan keluarganya dari kebinasaan akibat air bah. Dimensi
ruang, cara pembuatan, kapal atau pun bahan telah ditentukan oleh Allah
(Kejadian 6:14-15).
Ketika Musa diperintahkan untuk membuat Kemah Suci (Keluaran 25:9), Allah
sendiri telah menjadi arsitek yang merencanakan ruang-ruang, dimensi dan
bahan untuk kemah suci tersebut (Keluaran 25:1-27:21). Kemudian kemuliaan
Allah memenuhi Kemah Suci tersebut (Keluaran 40:35).
5. Tentang Bait Suci dan istana yang dibangun oleh Salomo (1 Raja-raja 7-8).
Iptek bukanlah tujuan tetapi alat, manusia tidaklah boleh dikuasai oleh Iptek,
tetapi manusia harus menguasainya agar tujuan Iptek dapat tercapai sesuai yang
dikehendaki Tuhan, yaitu sebagai pengabdi kepada Tuhan dan sesama manusia (1
Korintus 6:12).
Berjalan Ke Masa Depan Bersama Tuhan
Bahan Alkitab: Mazmur 1:1-3;
Amsal 19:21; Yakobus 4:13-17
KELAS XII-BSE
BAB I Hak Asasi Manusia
Bahan Alkitab: Mazmur 133; I Raja-Raja 21: 1-16
Pengertian HAM
Hak asasi manusia atau biasa disingkat HAM merupakan hak yang
dimiliki oleh setiap orang sebagai manusia makhluk ciptaan Allah. Hak
yang paling mendasar adalah hak untuk hidup. Hanya Tuhanlah pemberi
kehidupan dan Dia jugalah yang berhak mengambil kehidupan itu. Namun,
sayang sekali dalam kenyataannya, masih banyak orang yang belum menyadari
dirinya memiliki hak yang tidak dapat dilanggar ataupun diambil oleh orang
lain. Bukan hanya manusia sebagai individu, bahkan institusi atau lembaga
negara pun dapat melanggar HAM warga negaranya ketika negara tidak
dapat menjamin terpenuhinya HAM warga negara sebagai individu maupun
kelompok.
Dalam sikap hidup sehari-hari terkadang sadar ataupun tidak kamu
melakukan tindakan yang menjurus ke arah pelanggaran terhadap hak asasi
seseorang. Berita-berita yang tersebar di media massa baik cetak maupun
elektronik telah menggambarkan berbagai peristiwa kekerasan yang dilakukan
oleh remaja terhadap teman maupun orang lain bahkan sampai kehilangan
nyawa. Oleh karena itu, pembahasan mengenai HAM dapat memberikan
pencerahan kepada kamu untuk terpanggil menghargai HAM sesama dan
memperjuangkan HAM bagi diri kamu dan orang lain.
Memahami Hak Asasi Manusia dalam Alkitab
Di dalam Alkitab tidak dijumpai praktik hak asasi manusia seperti yang
kita kenal sekarang, namun dari Alkitab kita dapat menemukan benihbenihnya,
agar selalu dapat menghargai kehidupan dan nyawa seseorang, serta
melakukan perintah-perintah-Nya agar manusia hidup saling memperlakukan
sesamanya dengan baik.
Mazmur 133 berbicara tentang suatu masyarakat yang hidup rukun bagai
saudara. Masyarakat yang hidup rukun seperti ini tentu akan saling menghargai
sesamanya. Mereka tidak akan saling menekan, menindas, memeras, apalagi
menganiaya. Menurut pemazmur, masyarakat seperti itu akan tampak indah.
Ya, sudah tentu, karena masyarakat seperti itu tidak akan banyak mengalami
konflik. Konflik atau perbedaan pendapat akan mereka selesaikan dengan
baik. Hal yang lebih penting lagi, kepada masyarakat seperti itulah Tuhan
Allah akan melimpahkan berkat-Nya. Mengapa demikian? Karena Allah
sendirilah yang menciptakan manusia menurut gambar-Nya (Kitab Kejadian
1:26-28), kesegambaran itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk
yang memiliki hak dan martabat. Hal itu tidak dapat dirampas oleh siapa pun
atas alasan apa pun. Semua manusia sama di hadapan Allah. Manusia tidak
hanya diciptakan sebagai makhluk individu melainkan juga sebagai makhluk
sosial. Oleh karena itu, HAM diwujudkan antara lain melalui hidup rukun
sebagai sesama manusia sebagaimana tercantum dalam Kitab Mazmur 133.
Jika Mazmur 133 bicara tentang masyarakat yang hidup rukun, maka Kitab
1 Raja-Raja pasal 21 bicara tentang bagaimana raja dan istrinya menggunakan
kekuasaan untuk menindas dan merampas hak warga negaranya.
Cakupan Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia adalah hak paling mendasar yang dimiliki oleh
manusia dan tidak dapat diambil oleh orang lain bahkan oleh negara sekali
pun. Hak untuk hidup adalah salah satu bentuk hak paling mendasar yang
diberikan Tuhan pada manusia. Hak-hak asasi mencakup berikut.
(1) Hak warga negara, mencakup hak untuk hidup dan merasa aman, memiliki
privasi, berkeluarga, hak milik pribadi, menyatakan pendapat dengan
bebas, memeluk dan melaksanakan agama/kepercayaan, dan berkumpul
dengan damai.
(2) Hak-hak politik, mencakup hak untuk berserikat, membentuk partai
politik, ikut serta memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, menduduki
jabatan pemerintahan, dan sebagainya.
(3) Hak-hak ekonomi dan sosial, mencakup hak untuk bebas dari kemiskinan,
hak untuk diterima dalam masyarakat dan bangsa-bangsa, dan hak untuk
menentukan nasib sendiri.
Selanjutnya pembahasan secara mendalam mengenai Demokrasi dan
HAM telah kamu pelajari dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Sejarah HAM di Indonesia
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cukup banyak mengalami kepahitan
akibat kehilangan hak-hak dasar sebagai manusia melalui penjajahan selama
tiga setengah abad. Termotivasi oleh kesadaran HAM maka para pejuang
mendirikan organisasi Budi Utomo sebagai organisasi pertama yang bersifat
nasional. Mereka memperjuangkan adanya kesadaran untuk berkumpul dan
mengeluarkan pendapat sebagai hak yang harus dijalankan oleh setiap orang.
Tentu saja gerakan ini ditentang oleh pemerintahan Belanda yang menjajah
Indonesia. Selanjutnya, perjuangan kemerdekaan Indonesia dimotivasi oleh
adanya kesadaran akan hak-hak asasi manusia. Perjuangan hak-hak asasi
manusia di dunia, khususnya di Eropa dan Amerika turut mempengaruhi para
pejuang Indonesia untuk memperjuangkan hak mendasarnya sebagai manusia
yaitu kebebasan atau kemerdekaan. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
yang mempersiapkan UUD negara RI dan dasar negara pun menyusun UUD
dan dasar negara berdasarkan pemahaman tentang demokrasi dan HAM.
Perjuangan kemerdekaan adalah perjuangan HAM. Oleh karena itu
sesudah kemerdekaan para pendiri bangsa memasukkan HAM dalam
Pancasila dan UUD 1945. Simak sila-sila dalam Pancasila yang dimulai dengan
Ketuhanan Yang Maha Esa sampai dengan sila kelima, yaitu Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Semuanya menyiratkan keberpihakan pada
HAM. Demikian pula UUD 1945. Baik Pembukaan maupun pasal demi pasal
dalam UUD 1945 memberikan jaminan bagi terpenuhinya hak-hak mendasar
bagi rakyat Indonesia terutama menyangkut demokrasi dan HAM.
Walaupun HAM tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945, tidak dengan
sendirinya rakyat dapat menikmati pemenuhan hak-haknya. Hal itu terjadi
karena situasi bangsa dan negara yang masih ada dalam perjuangan untuk
mempertahankan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) maupun
karena penyalahgunaan kekuasaan serta kekuasaan mutlak pemerintah yang
berlindung di balik kedok demokrasi.
Di bawah Pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia memasuki era
yang disebut sebagai Orde Baru, yaitu orde yang dipandang berbeda dengan
Orde Lama yang dipimpin oleh Presiden Soekarno. Pemerintahan Orde Baru
menerapkan sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila. Hampir seluruh
bidang kehidupan berada di bawah kontrol Negara. Kontrol terhadap pers
sangat ketat, media pemberitaan yang dipandang merugikan pemerintah ijin
terbitnya dicabut. Rakyat tidak bebas menyampaikan aspirasinya.
Berbagai penderitaan yang dialami oleh berbagai komponen rakyat selama
30 tahun, akhirnya melahirkan kesatuan gerakan untuk menghancurkan rezim
Orde Baru. Gerakan tersebut dipelopori oleh Lembaga Swadaya Masyarakat
dan Mahasiswa dari seluruh Indonesia, mereka menduduki gedung DPR/
MPR dan menuntut :
1. Presiden Soeharto mundur.
2. Pelaksanaan Demokrasi dan HAM diterapkan secara total.
Menjawab tuntutan tersebut, pada tanggal 28 Mei 1998 Presiden Soeharto
mengundurkan diri dari jabatannya. Dengan demikian, menandai era baru
yang disebut masa transisi menuju Reformasi. Beberapa mahasiswa Universitas
Trisakti gugur sebagai pahlawan Reformasi.
Banyak orang menyebut masa setelah Orde Baru sebagai era Reformasi
karena adanya gerakan reformasi yang berhasil meruntuhkan pemerintahan
Orde Baru. Dalam kenyataannya, hingga kini bangsa dan Negara Indonesia
masih terus berjuang untuk mewujudkan HAM. Masih banyak hal yang harus
diperbaiki dan diubah supaya rakyat memperoleh apa yang merupakan hakhaknya.
Praktik Hak Asasi Manusia
Bahan Alkitab: Bilangan 35: 9-34
Hak Asasi Manusia di Indonesia
Indonesia dibentuk sebagai sebuah negara yang demokratis. Hak asasi
manusia diakui seperti yang tersirat dalam rumusan Pancasila dan UUD 1945.
Sila kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila kelima “Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Rumusan tersebut sebenarnya sudah
mencakup ayat-ayat yang berkaitan dengan hak asasi manusia yang tertulis
dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Namun, sekadar pernyataan bahwa negara Indonesia yang berdiri di atas
dasar negara Pancasila dan dipandu oleh UUD 1945 tidak dengan sendirinya
menjamin perwujudan hak asasi manusia. HAM tidak dapat terwujud secara
otomatis namun melalui sebuah proses yang panjang dalam pembelajaran,
pembiasaan, serta penghayatan.
Kota Perlindungan Dalam Kitab Perjanjian Lama
Meskipun Alkitab tidak berbicara tentang hak asasi manusia, kita dapat
menemukan di sana-sini konsep-konsep yang merujuk kepada hak asasi
manusia. Dalam Bilangan 35:9-34 Allah memberikan perintah kepada Musa
untuk membangun “kota-kota perlindungan” agar orang yang tidak sengaja
menyebabkan kematian orang lain tidak dibalas dengan dibunuh. Ia dapat
melarikan diri ke kota-kota perlindungan, yang jumlahnya cukup banyak, yaitu
enam kota, tiga kota di sebelah barat sungai Yordan, dan tiga lagi di sebelah
timurnya. Adapun kota-kota dimaksud adalah Kadesh, Sikhem dan Hebron di
sebelah barat, sedangkan Golan, Ramot di Gilead, dan Bezer di sebelah timur.
Apabila seseorang membunuh atau mengakibatkan seseorang tewas, dan
ia merasa tidak bersalah atau tidak sengaja telah menyebabkan kematian itu,
maka ia dapat melarikan diri ke kota-kota tersebut untuk berlindung. Ia tidak akan dibunuh. Ia harus
tinggal di kota itu “sampai matinya imam besar yang telah diurapi dengan minyak yang kudus”
(Bilangan 35:25).
Konsep tersebut kemudian diambil alih oleh gereja Kristen dengan
menetapkan gereja sebagai tempat perlindungan. Pada tahun 511, dalam
Konsili Orleans, di hadapan Raja Clovis I, setiap orang yang mencari suaka
akan diberikan apabila ia berlindung di sebuah gereja, dalam gedung-gedung
lain milik gereja atau di rumah uskup. Perlindungan diberikan kepada orangorang
yang dituduh mencuri, membunuh, atau berzina. Begitu juga budak yang
melarikan diri akan diberikan perlindungan, namun ia akan dikembalikan
kepada tuannya bila sang tuan mau bersumpah di atas Alkitab bahwa ia tidak
akan bertindak kejam.
Pemahaman tentang “kota-kota perlindungan” seperti yang dibicarakan
dalam Kitab Bilangan 35:9-34 menjamin perlakuan yang lebih adil bagi orangorang
yang terlibat dalam kasus seperti di atas. Dasar keadilan inilah yang
dapat kita lihat dalam hukum modern, ketika hakim mempertimbangkan
berbagai sisi dari sebuah kasus kriminalitas.
Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Alkitab
Bahan Alkitab:
Kejadian 1:26-30; I Raja-Raja 21:1-11
Pembahasan mengenai HAM dalam perspektif Alkitab bertujuan
memberikan bimbingan pada kamu mengenai HAM yang mengacu pada
ajaran Alkitab . Isi Alkitab dapat dirangkum dalam kalimat ini “Kasihilah Tuhan
Allahmu dan kasihilah sesamamu manusia”! Karena kasih kepada manusia
maka Allah menciptakan, memelihara, menyelamatkan, dan membaharui
manusia. Untuk itu, manusia dapat menanggapi penciptaan, pemeliharaan,
penyelamatan dan pembaharuan Allah baginya dengan mengasihi Allah dan
sesamanya. Prinsip kasih ini amat berkaitan dengan HAM. Intisari HAM
adalah “jangan menyakiti sesamamu manusia”.
Dalam cerita Alkitab kamu dapat temukan bagaimana Allah
memperingatkan raja-raja yang memerintah untuk jangan merampas hak
rakyat jelata, sebaliknya mereka harus melayani kepentingan rakyat. Para janda miskin, anak yatim
piatu adalah orang-orang yang terutama harus dikasihi dan dibantu. Bahkan dalam Kitab Amos 5:21-24
Allah menolak ibadah umat-Nya jika mereka tidak hidup adil dan benar di hadapan Allah dan sesama
manusia.
Melalui pembelajaran ini diharapkan ini kamu termotivasi untuk menjadi
pelaku HAM. Hal ini penting, apalagi pada zaman kini, melalui berita di
media maupun fakta kehidupan, kamu saksikan betapa manusia cenderung
mempraktikkan kekerasan terhadap sesama. Dalam tindakan kekerasan baik
fisik maupun psikologis (melalui kata-kata yang menghina maupun sikap
yang merendahkan sesama) kamu telah melanggar hak asasi seseorang. Di
kalangan remaja, perkelahian dan tawuran merebak di mana-mana bahkan
sampai dengan aksi menghilangkan nyawa sesama. Mempelajari HAM dalam
perspektif iman Kristen akan menolong kamu untuk terpanggil mewujudkan
HAM dalam kehidupan.
Bab
Belajar Tentang HAM melalui Cerita Kehidupan
1. Aung San Suu Kyi
Aung San Suu Kyi (baca: Aung San Su Ci) adalah seorang perempuan yang
tak pernah lelah memperjuangkan terwujudnya demokrasi di Myanmar
(Burma). Ayahnya adalah Aung San,tokoh perjuangan Burma yang diakui
sebagai bapak pendiri bangsa. Ibunya, Daw Khin Kyi, memainkan peranan
penting sebagai tokoh politik dalam pemerintahan Burma, negara yang
baru merdeka pada tahun 1948. Pada tahun 1950 Khin Kyi diangkat menjadi
duta besar untuk India dan Nepal. Aung San Suu Kyi ikut bersamanya,
dan lulus dalam bidang ilmu Politik dari Lady Shri Ram College di New Delhi
pada tahun 1964. Ia melanjutkan studinya di Oxford dan memperoleh gelar BA
dalam Filsafat, Politik, dan Ekonomi pada tahun 1969. Setelah lulus ia tinggal di New York City dan
bekerja di PBB. Pada tahun 1972 ia menikah dengan Dr. Michael Aris. Pada tahun 1985 ia memperoleh
gelar Ph.D. dari School of Oriental and African Studies, Univesitas London.
Pada tahun 1988 Suu Kyi pulang ke Burma untuk membantu ibunya yang
sedang sakit, namun kemudian ia terjun ke dalam gerakan pro-demokrasi. Suu
Kyi tinggal di Burma. Suaminya berkunjung ke Burma pada hari Natal 1995,
dan ternyata itu adalah perjumpaan mereka yang terakhir karena belakangan
pemerintah diktator Burma menolak permohonan visa Dr. Aris, suaminya.
Pada tahun 1997 suaminya menderita kanker prostat yang mengancam
jiwanya. Meskipun tokoh-tokoh terkemuka dunia, seperti Sekjen PBB Kofi
Annan dan Paus Yohanes Paulus II memohon agar pemerintah Burma
memberikan visa kepada Aris, namun tetap ditolak dengan alasan Burma
tidak mempunyai fasilitas untuk merawat sakitnya. Sebaliknya, pemerintah
Burma menyarankan agar Suu Kyi saja yang pergi mengunjungi Aris di
Inggris. Hal ini ditolak Suu Kyi, karena ia tahu bahwa bila ia meninggalkan
Burma, pemerintah negara itu tidak akan mengizinkannya masuk kembali ke
negaranya. Saat itu Suu Kyi sendiri berada dalam tahanan rumah di bawah
pemerintahan junta militer yang tidak dipercayainya.
Keterlibatan Politik
Aung San Suu Kyi tidak pernah berencana untuk terjun dalam pergerakan
politik di negaranya. Ketika ia kembali ke Burma pada tahun 1988, negara itu
sedang dilanda demonstrasi besar-besaran menuntut dipulihkannya demokrasi.
Pada September tahun itu, junta militer yang baru merebut kekuasaan. Pada
bulan yang sama, terbentuklah Liga Nasional untuk Demokrasi dengan Suu
Kyi sebagai sekretaris jenderalnya.
Suu Kyi banyak dipengaruhi oleh Mahatma Gandhi, khususnya filsafat
ahimsa yang menolak penggunaan kekerasan. Selain itu, sebagai seorang
Buddhis, Suu Kyi pun sangat kuat dipengaruhi oleh agamanya yang menolak
kekerasan.
Sejak 20 Juli 1989 Suu Kyi dikenai tahanan rumah karena aktivitas
politiknya. Ia ditawari kebebasan apabila ia mau meninggalkan Burma, tetapi
ia menolak tawaran itu.
Salah satu pidato Suu Kyi yang terkenal adalah “Kemerdekaan dari
Ketakutan”. Ia mengatakan, “Bukan kekuasaan yang merusak, melainkan
rasa takut. Takut akan kehilangan kekuasaan merusakkan mereka yang
menggunakan kekuasaan, dan rasa takut akan hukuman oleh kekuasaan
merusakkan mereka yang takluk kepadanya.”
Ia juga percaya bahwa rasa takut telah menyebabkan banyak pemimpin
dunia kehilangan tujuan mereka sebenarnya.
Penghargaan dunia terhadap komitmennya membela demokrasi dan hak
asasi manusia, tercermin dalam beberapa penghargaan internasional yang ia
raih dalam kurun waktu 1990-2000, antara lain meraih hadiah Thorolf untuk
perjuangan membela hak asasi dari pemerintah Norwegia (1990), hadiah
Sakharov untuk perjuangan ke arah kemerdekaan berpikir dari Masyarakat
Ekonomi Eropa (1990), hadiah Nobel Perdamaian (1991), Gandhi Award
dari Universitas Simon Fraser, Kanada (1995), dan US Presidential Medal of
Freedom, AS (2000).
2. Rachel Aline Corrie
Rachel Aline Corrie (10 April 1979–16 Maret 2003) adalah seorang
anggota Gerakan Solidaritas Internasional (GSI) yang dibunuh
oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dengan sebuah buldoser, ketika
ia berusaha menghalangi tentara IDF menghancurkan rumah seorang
ahli farmasi Palestina, Samir Nasrallah. Menurut New York Times, Corrie dan teman-temannya
bertindak sebagai “manusia perisai”. Corrie adalah seorang mahasiswa dari Evergreen State College, di
kota Olympia, Washington, AS. Ia mengambilcuti satu tahun dan berkunjung ke Jalur Gaza pada
Intifada Kedua. Setelah ter-bang ke Israel pada 22 Januari 2003, Corrie menjalani latihan selama dua
hari di markas besar GSI di Tepi Barat, lalu berangkat ke Rafah untuk ikut serta dalam demonstrasi di
sana.
Di Rafah, Rachel bertindak sebagai “manusia perisai” dalam upayanya
untuk menghalangi penghancuran rumah yang dilakukan dengan buldoser
lapis baja oleh pasukan IDF. Pada malam pertamanya di sana, ia bersama dua
anggota GSI lainnya membangun tenda di dalam Blok J, yang sering menjadi
sasaran tembak Israel. Pasukan-pasukan Israel menembaki tenda mereka dan
tanah yang hanya beberapa meter jauhnya dari tenda itu. Karena merasa bahwa
kehadiran mereka memprovokasi pasukan Israel, Corrie dan rekan-rekannya
bergegas membongkar tenda mereka lalu pergi.
Pada 16 Maret 2003, sebuah operasi IDF di daerah antara kamp pengungsi
Rafah dan perbatasan dengan Mesir terlibat dalam pembongkaran rumah,
yang dipandang perlu oleh IDF untuk menghancurkan tempat persembunyian
gerilyawan dan lorong-lorong penyelundup. Corrie ikut serta dalam sebuah
kelompok dengan 7 anggota GSI (tiga warga negara Inggris, empat Amerika)
dalam upaya mereka menghalangi tindakan-tindakan buldoser Israel. Corrie,
yang membaringkan dirinya di jalan yang dilalui buldoser Caterpillar D9R
yang berlapis baja, terluka parah. Ia segera dibawa ke sebuah RS Palestina.
Laporan mengatakan ia meninggal di tempat, ada lagi yang mengatakan ia
meninggal di jalan menuju ke rumah sakit, atau malah di rumah sakit sendiri.
Kesaksian Alkitab tentang Manusia
Kitab Kejadian pasal 1:26-30 menulis tentang penciptaan manusia sebagai
makhluk bermartabat. Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah.
Menurut John Stott, dalam bukunya Isu-Isu Global Menantang Kepemimpinan
Kristiani, martabat makhluk manusia diutarakan dalam tiga kalimat beruntun
dalam Kitab Kejadian 1:27,28. Pertama, Allah menciptakan manusia menurut
“gambar-Nya”, K edua, “laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”.
Ketiga, Allah memberkati mereka lalu berfirman kepada mereka …”Penuhilah
bumi dan taklukkanlah itu”. Martabat manusia dikemukakan dalam tiga
hubungan yang unik yang ditegakkan sejak penciptaan.
(1). Hubungan manusia dengan Allah. Menurut Stott, manusia yang
diciptakan menurut gambar ilahi mencakup kualitas-kualitas rasional,
moral dan spiritual. Kualitas ini dengan sendirinya membedakan manusia
dari binatang dan memungkinkan manusia berelasi dengan Allah melalui
kualitas rasional, moral dan spiritual. Dengannya, manusia belajar untuk
mengenal, memahami serta taat pada perintah-Nya. Selanjutnya dikatakan,
hak manusia untuk beragama, menyiarkan agama, menjalankan ibadah
agama, kebebasan untuk berpikir, berbicara, mengambil keputusan
menurut hati nurani, semuanya berada dalam kaitannya dengan hubungan
manusia dengan Allah.
(2). Hubungan antarmanusia. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk
sosial, sehingga Ia juga memberkati relasi antarmanusia termasuk
hal-hal yang berkaitan dengan akibat dari relasi atau hubungan itu.
Dengan demikian, hak manusia untuk berelasi, bersahabat, menikah
serta membentuk keluarga, hak untuk berkumpul dan mengemukakan
pendapat, hak untuk diterima dan dihormati tanpa memandang jenis
kelamin, usia maupun status sosial berada dalam lingkup hubungan antar
manusia yang diberkati Allah.
(3). Hubungan manusia dengan bumi dan makhluk lainnya. Manusia
diciptakan untuk mengolah bumi, berkuasa atas makhluk-makhluk
lainnya. Dengan demikian, manusia diberikan hak untuk bekerja,
memiliki karier, hak untuk beristirahat, hak untuk memperoleh sandang,
pangan dan rumah yang nyaman dan sehat, hak untuk bebas dari penyakit,
kemiskinan, keterbelakangan, dan hak untuk menikmati udara dan air
bersih.
Implikasi Terhadap Hak Asasi Manusia
Implikasi dari tiga hubungan yang unik di atas adalah hakikat manusia
sebagai makhluk bermartabat merupakan pemberian Allah. Oleh karena itu,
tidak seorang pun dapat mengambilnya dari diri seseorang. Menurut Kitab
Amsal 14:31, “...siapa yang menindas orang lemah, menghina Pencipta-Nya”.
Pelanggaran terhadap hak asasi manusia merupakan penghinaan terhadap
penciptanya. Dalam Alkitab Perjanjian Lama, banyak raja yang jatuh karena
menerima hukuman Allah akibat mereka berlaku semena-mena terhadap
rakyatnya. Raja Ahab yang telah merampas kebun anggur Nabot menerima
hukuman, ia mati dan mayatnya tidak dikuburkan secara layak karena dimakan
anjing di luar pintu gerbang kota tepat seperti yang difirmankan Allah. Yeremia mengecam Raja
Yoyakim yang menindas serta memeras rakyatnya demi
membangun istana mewah. Kitab Amos, Mikha, dan Yeremia adalah kitabkitab
yang berisi seruan serta peringatan para nabi terhadap pemerintah, para
pemimpin maupun rakyat yang bertindak tidak adil terhadap mereka yang
lemah dan miskin.
Ketaatan, kasih dan keadilan selalu menjadi hal penting dalam sejarah
hubungan antara manusia dengan Tuhan Allah Sang Pencipta. Jika manusia
melakukan kejahatan terhadap sesamanya, maka Allah akan menegur dan
menuntut pertobatan dari manusia dan jika manusia tidak bertobat, maka akan
datang hukuman. Sebaliknya jika manusia sadar akan kejahatannya kemudian
bertobat, maka akan terhindar dari hukuman. Dalam cerita-cerita Alkitab,
umumnya raja yang menyalahgunakan kekuasaan dan otoriter cenderung
melakukan penindasan terhadap rakyatnya.
Perdebatan mengenai Hak Hidup
Arti terdalam dari hak asasi manusia adalah pengakuan terhadap
kebebasan dan kemerdekaan manusia yang telah dianugerahkan Tuhan Allah
sejak seseorang mulai bertumbuh dalam kandungan ibu. Oleh karena itu,
segala macam upaya untuk menghancurkan serta menghilangkan kehidupan
serta kebebasan manusia merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Bagaimana dengan kasus hukuman mati, aborsi, dan eutanasia?
1. Hukuman Mati
Hukuman mati adalah hukuman yang dijatuhkan kepada seseorang yang
dianggap melakukan kejahatan yang berat, seperti pembunuhan yang kejam
dan sadis, pengkhianatan kepada negara (makar), dan di beberapa negara,
seperti Indonesia, penjual atau pembawa narkoba. Hukuman mati diyakini
akan membuat orang lain takut dan tidak akan melakukan kejahatan serupa.
Selain itu, juga terjadi berbagai kasus ketika orang yang tidak bersalah dijatuhi hukuman mati. Berbeda
dengan hukuman penjara, bila seseorang sudah
dieksekusi tentu hukuman itu tidak dapat dibatalkan.
2. Aborsi
Aborsi atau pengguguran kandungan adalah praktik menghilangkan
janin yang ada di dalam kandungan. Gereja Katolik menentang praktik ini
dan menganggap semua bentuk aborsi sebagai pembunuhan. Banyak gereja
Protestan juga menentang praktik-praktik ini, apabila dilakukan secara
sewenang-wenang dan tidak bertanggung jawab. Misalnya, seorang remaja
perempuan yang menjadi hamil karena berperilaku seks bebas. Hal ini terjadi
karena ia merasa belum siap atau malu oleh cemooh orang-orang sekitarnya.
Terhadap orang-orang seperti ini, orang Kristen mestinya bersikap lebih
terbuka, dan mau menolong remaja ini, agar ia dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya dengan baik.
Aborsi biasanya tidak akan dilakukan apabila kandungan sudah cukup
lanjut usianya, misalnya 5 bulan ke atas, namun apabila kandungan itu
membahayakan jiwa si ibu, biasanya aborsi dapat diterima. Gereja tidak
pernah menyetujui aborsi yang dipandang membunuh kehidupan.
3. Eutanasia
Eutanasia adalah praktik yang dipilih untuk membebaskan seseorang dari
penderitaan panjang. Ada eutanasia aktif, yaitu ketika seorang pasien meminta
sendiri agar segala perawatan yang diberikan kepadanya dihentikan karena
ia tidak mau menderita lebih lama lagi. Ada pula eutanasia yang dilakukan
dengan sengaja menyuntikkan zat beracun yang mematikan seseorang untuk
menghentikan penderitaannya. Selain itu ada juga eutanasia pasif, yaitu ketika
keluarga si pasien yang sudah tidak dapat lagi berbicara atau sudah tidak sadar
lagi, meminta agar segala perawatan dihentikan.
Kewajiban Manusia Menyangkut Hak Asasi
Manusia tidak hanya diberikan hak asasi oleh Tuhan tetapi juga kewajiban
asasi. Dalam setiap hak diikuti oleh kewajiban. Manusia yang diciptakan
sebagai makluk rasional, bermoral dan spiritual dengan sendirinya memiliki
kewajiban moral. Kebebasan atau kemerdekaan sejati itu mewujud dalam rangka
tanggung jawab. Dalam Galatia 5:13, Rasul Paulus mengatakan: “Saudarasaudara,
memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah
kamu menggunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan
dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih”. Orang
Kristen adalah manusia merdeka yang telah ditebus oleh Kristus, karena itu
ada tuntutan untuk hidup sebagai manusia merdeka yang telah terbebas dari
perhambaan dosa. Kehidupan sebagai manusia merdeka haruslah diimbangi
oleh tanggung jawab.
Apakah tanggung jawab seorang remaja Kristen di bidang hak asasi
manusia? Menjaga hubungan yang baik dengan sesama, baik dengan
teman, guru, anggota keluarga maupun orang lain. Remaja Kristen juga
dapat menghargai pendapat orang lain, menghargai sesama dalam berbagai
perbedaan, berpikir positif terhadap orang lain, dan melaporkan kepada yang
berwajib jika menyaksikan peristiwa pelanggaran hak asasi manusia.
Kalau demikian halnya, apakah yang harus kita lakukan sebagai sebuah
bangsa dan sebagai orang yang mengaku sebagai murid-murid Yesus Kristus?
Ada sejumlah sikap yang umumnya diambil orang ketika ia berhadapan
dengan orang yang berkeyakinan lain:
1. Semua agama sama saja: Sikap ini melihat semua agama itu relatif. Tidak
satu agama pun yang dapat dianggap baik. Semua sama baiknya atau
sama jeleknya. Sikap seperti ini tidak menolong kita karena akibatnya kita
akan kurang menghargai agama atau keyakinan kita sendiri. Kalau semua
agama itu sama saja, mengapa saya memilih untuk menganut agama yang
satu ini? Mengapa saya tetap menjadi seorang Kristen? Jangan-jangan
menjadi Kristen pun sebetulnya bukan sesuatu yang penting dan berarti.
2. Hanya agama saya yang paling baik dan benar: Semua agama lainnya
adalah ciptaan Iblis, penyesat, penipu, dan lain-lain. Sikap seperti ini hanya
akan melahirkan fanatisme belaka, dan fanatisme tidak akan menolong
kita dalam menjalin hubungan dengan orang yang berkeyakinan lain.
Orang yang beragama lain semata-mata dipandang sebagai obyek, sasaran,
target, untuk diinjili. Orang yang bersikap seperti ini mungkin pula akan
menjelek-jelekkan agama lain. Akan tetapi apakah keuntungannya bila
kita menjelek-jelekkan agama lain? Apakah hal itu lalu akan membuat
agama kita baik, bagus, dan indah? Sungguh kasihan sekali orang yang
baru menemukan keindahan dan kebaikan agamanya dengan menjelekjelekkan
agama lain, karena itu berarti bahwa sesungguhnya orang itu
tidak mampu menemukan kebaikan dari agamanya sendiri.
3. Toleransi: saya bersedia hidup berdampingan dengan orang yang beragama
lain, tetapi hanya itu saja. Lebih dari itu saya tidak mau. Seruan “toleransi
antarumat beragama” seringkali disampaikan oleh pemerintah.
4. Menghargai agama lain: sikap ini hanya dapat timbul pada diri orang
yang dewasa imannya, orang yang dapat menemukan kebaikan di dalam
agama lain dan menghargainya, tanpa merasa terancam oleh kehadiran
orang lain. Menghargai agama lain tidak berarti lalu kita merendahkan dan
meremehkan keyakinan kita sendiri, melainkan menunjukkan kesediaan
kita untuk terbuka dan belajar dari siapapun juga. Orang yang bersedia
menghargai agama lain tidak akan merasa terancam bila orang lain
menjalankan ibadahnya sesuai dengan perintah agama itu sendiri. Orang
ini akan membuka diri dengan lapang untuk mendengarkan pengalaman
keagamaan dan rohani orang-orang yang beragama lain. Orang-orang
ini tidak segan-segan terlibat dalam forum-forum dialog antar umat
beragama.
Membangun Kebersamaan dalam Perbedaan
Bagaimana caranya membangun sikap menghargai agama lain dan para
pemeluknya? Seperti yang disebutkan sebelumnya, sikap ini hanya muncul
dari orang-orang yang sudah matang dalam penghayatan keagamaan dan
imannya. Hal itu terjadi dari proses belajar yang terus-menerus
Melalui pergaulan itu kamu akan mulai melihat bagaimana keyakinan
itu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan tidak mustahil kamu
akan memperoleh banyak pengetahuan yang baru lewat pengalaman itu.
Kosuke Koyama, seorang teolog Jepang, pernah mengatakan, “Mempelajari
kehidupan orang Buddhis lebih menarik daripada mempelajari Buddhisme.”
Hidup bersama dan berbagi dengan orang lain telah lama menjadi pola
hidup bangsa Indonesia. Di berbagai tempat, orang-orang melakukan saling
berkunjung kepada teman-teman dan saudara-saudara mereka yang berbeda
keyakinan. Di hari raya Idul Fitri, orang-orang yang beragama Kristen
mengunjungi dan mengucapkan selamat kepada teman-teman yang beragama
Islam. Sebaliknya, di hari Natal, orang-orang yang beragama Islam dan agamaagama
lain, berkunjung ke rumah teman-teman mereka yang beragama Kristen
untuk mengunjungi dan mengucapkan selamat. Pihak keluarga Kristen pun
biasanya menyediakan makanan yang disesuaikan dengan hukum-hukum
agama tamu mereka.
Demokrasi dalam Perspektif Alkitab
Bahan Alkitab: Roma 3: 9-31; Roma 5: 12
A. Pengantar
B. Tokoh Demokrasi
Kegiatan berikutnya adalah mengkaji tokoh demokrasi yang diakui dunia.
Seperti juga pembahasan di Pelajaran 3, tokoh kita adalah dua orang wanita,
Benazir Bhutto dan Malala Yousafzai dari Pakistan.
1. Benazir Bhutto
Benazir Bhutto, lahir pada
tanggal 21 Juni1953 di Karachi, beliau adalah putri Zulfikar Ali Bhutto,
Perdana Menteri Pakistan pada tahun 1971 - 1977. Benazir menempuh pendidikan di Harvard
University, Amerika Serikat dan menyelesaikan pendidikan sarjana di bidang perbandingan
antarpemerintahan kemudian melanjutkan ke Oxford University untuk bidang hukum
internasional dan diplomasi. Ia mewarisi kepemimpinan Pakistan
People’s Party (PPP) d ari ayahnya, Sumber: http://telegraph.co.uk
setelah ayahnya dibunuh oleh lawan politiknya pada tahun 1978. Kegigihan
Benazir diwarisi dari ayahnya yang merupakan tokoh karismatik yang
visioner, ahli dalam komunikasi dan bernegosiasi, berpengetahuan luas
dan selalu menarik banyak pengikut kemana pun ia pergi. Lawan politik
yang merancang pembunuhannya adalah Jenderal Zia ul Haq yang terkenal
bersikap otoriter. Dapat dikatakan bahwa Zulfikar Ali Bhutto menjadi martir
demi pembelaannya terhadap demokrasi di Pakistan, negara yang sangat
dicintainya. Tahun 1984 Benazir pindah ke Inggris dan bergabung dengan
para pemimpin PPP lainnya yang juga diasingkan. Tahun 1986 ia kembali
ke Pakistan dan mulai berkampanye untuk pemilihan umum. Tahun 1987 ia
menikah dengan Asif Ali Zardari.
Mengikuti kehidupan Benazir adalah mengikuti perjuangan seseorang
yang ingin menegakkan kebenaran dan keadilan, bukan hanya demi dirinya
sendiri, namun demi perjuangan rakyat yang ingin dibebaskannya dari
kepemimpinan yang otoriter. Benazir memenangi pemilihan umum pada
tahun 1988 dan menjabat sebagai Perdana Menteri wanita pertama untuk
negara Muslim, setelah tiga bulan melahirkan putranya yang pertama. Kejadian
ini sangat menarik di mata negara-negara Barat karena Pakistan adalah negara
Muslim dengan dominasi kuat kaum pria. Pada tahun 1990 Benazir kalah
dalam pemilihan umum, dan malah mendapatkan berbagai tuduhan terkait
dengan pemerintahannya sebagai PM. Tahun 1993 kembali ia memenangkan
pemilihan umum, namun pada tahun 1996 posisinya digantikan oleh yang
lain.
Benazir tidak pernah takut menghadapi kematian sebagai resiko dari
apa yang ia perjuangkan. Sebagian dari kata-kata terakhir yang disampaikan
dalam pidatonya adalah seruan untuk memberikan kesempatan kepada
seluruh rakyat di setiap pelosok negeri agar dapat mengikuti pendidikan.
Inilah jalan untuk mencapai masyarakat yang adil dan sejahtera. Untuk itu,
Benazir meyakinkan pengikutnya bahwa kekuatan yang sesungguhnya adalah
di tangan rakyat, bukan di tangan penguasa.
Pergolakan menuju negara Pakistan yang demokratis terus terjadi walau
pun Benazir sudah wafat. Walaupun Presiden Musharraf memerintahkan
penyidikan khusus tentang kematian Benazir, tetapi ternyata tidak mudah
mendapatkan informasi tentang hal ini. Tahun 2013, Musharraf menghadapi
tuduhan memiliki peran dalam pembunuhan Benazir dan tidak memberikan
perlindungan kepada Benazir sebagaimana seharusnya. Sampai kini, Pakistan
dikenal sebagai negara yang dalam perjalanan menuju ke pemerintahan
demokratis tetapi masih banyak kerikil tajam yang menghambat perjalanan
negara ini. (Disarikan dari berbagai sumber, Partab, 2013).
2. Malala Yousafzai
Apa yang diperjuangkan oleh Benazir terlihat wujudnya dalam Malala. Ia lahir pada tanggal 12 Juli
1997 sebagai anak pertama setelah ibunya mengalami keguguran. Saking miskinnya, ayahnya tidak
memiliki uang untuk membayar bidan supaya menolong ibunya
melahirkan. Dalam budaya Pakistan, terutama suku Pashtun, yang merupakan campuran
antara etnis Pakistan dan Afghanistan, kelahiran bayi perempuan adalah suatu kemalangan bagi
keluarga. Namun Ziauddin, ayah Malala malah merayakan kelahiran anak pertamanya dengan
mengatakan ” Saya melihat ke mata bayi cantik ini, dan langsung jatuh cinta padanya.” Ia bahkan
meramalkan bahwa anaknya ini sungguh berbeda dari anak-anak lain.
Nama Malala diambil dari Malalai, yaitu pejuang wanita dari Afghanistan,
negara tetangga Pakistan. Setiap anak Pashtun tumbuh dalam semangat
patriotik Malalai yang berhasil membangkitkan semangat juang rakyatnya
yang sedang melawan penjajahan Inggris. Walaupun Malalai terbunuh dalam
peperangan itu, namun kematiannya justru membuat pejuang Afghanistan
semakin gigih sehingga memenangkan pertempuran. Namun kakek Malala
tidak setuju dengan nama itu karena memiliki arti “menarik kesedihan.” Ayah
Malala tetap mempertahankan nama yang sudah dipilihnya karena berharap,
Malala tumbuh menjadi pahlawan bagi bangsanya, sama seperti Malalai dulu.
Ziauddin Yousafzai memiliki idealisme untuk menghadirkan pendidikan
bagi anak di Pakistan, termasuk untuk anak perempuan yang sebetulnya
dianggap tabu untuk bersekolah. Bersama temannya, Ziauddin mendirikan
sekolah dan Malala menjadi muridnya. Sejak kecil, Malala terbiasa mengikuti
ayahnya berkeliling ke desa-desa sekitar untuk mempromosikan pentingnya
pendidikan bagi anak perempuan. Aktivitas seperti ini tidak disukai oleh
Taliban yang secara perlahan namun pasti mengambil alih kekuasaan di
daerah tempat tinggal Malala. Taliban menyerang sekolah-sekolah untuk anak
perempuan, dan pada tahun 2008 Malala bereaksi dengan berpidato yang
intinya adalah mempertanyakan mengapa Taliban mengambil haknya untuk
bersekolah.
Pada awal tahun 2009, Malala mulai menulis blog untuk radio Inggris
BBC yang isinya adalah pengalaman hidup di bawah penindasan dan larangan
Taliban untuk bersekolah. Awalnya, penulisan blog ini berjalan lancar karena
Malala memakai nama samaran Gul Makai. Namun, pada bulan Desember
2009 nama aslinya mencuat. Tidak kepalang tanggung, Malala semakin aktif
menyuarakan hak perempuan untuk memperoleh pendidikan sehingga ia
dinominasikan untuk menjadi pemenang International Children’s Peace Prize
pada tahun 2011 selain juga berhasil memenangkan National Youth Peace
Prize.
Pada tahun yang sama, Malala dan keluarganya tahu bahwa Taliban
memberikan ancaman mati kepadanya. Mereka sekeluarga memang
menguatirkan keselamatan sang ayah yang merupakan aktivis anti-Taliban,
namun mereka menganggap Taliban tidak akan menyerang anak. Malala
salah, karena Taliban justru dengan sengaja menembaknya di kepala saat
Malala dan teman-teman berada di bis sekolah saat perjalanan pulang dari
sekolah pada tanggal 9 Oktober 2012. Tembakan itu meleset dan mengenai dua
temannya yang langsung terluka parah. Walaupun sebagian dari tempurung
kepala Malala diangkat untuk meredakan bengkak di otaknya, namun
kondisi kritisnya menyebabkan ia dibawa ke Birminghim, Inggris.
Mengkaji Kesaksian Alkitab Bahwa Semua
Manusia Adalah Sama
Alkitab menyaksikan bahwa manusia berasal dari Adam dan Hawa yang
diciptakan oleh Allah (Kejadian 1:26-30) dan memiliki gambar dan rupa Allah
(lihat kembali pelajaran 3). Namun, Alkitab juga menegaskan bahwa karena
dosa yang dilakukan oleh manusia pertama, Adam, maka seluruh keturunannya,
yaitu semua umat manusia, dimana pun mereka berada, pada zaman kapan
pun mereka hidup, juga berdosa. Berbeda dengan apa yang diyakini agamaagama
lain, kita selaku pengikut Kristus mengakui bahwa manusia sudah lahir
dalam keadaan berdosa. Roma 3: 23 – 24 menyatakan bahwa “Karena semua
orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh
kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam
Kristus Yesus.” Di hadapan Allah, semua m anusia adalah sama, yaitu samasama berdosa. Oleh karena
itu, keselamatan yang diberikan melalui Tuhan
Yesus berlaku bagi semua orang. Tidak ada seorang manusia pun yang lebih
sedikit dosanya sehingga ia tidak perlu mendapatkan keselamatan dari Tuhan
Yesus. Hal sebaliknya, tidak ada manusia yang begitu besar dosanya sehingga
Tuhan Yesus tidak sanggup menyelamatkannya.
Dengan kerja kerasnya sendiri mencari keselamatan, manusia tetap tidak
akan mendapatkannya.
Membahas Makna Demokrasi dalam
Pemerintahan
Secara sederhana dapat diartikan bahwa demokrasi adalah keadaan
dimana warga negara memiliki kesempatan memilih siapa yang menjadi
wakil-wakil mereka dalam pemerintahan.
Pemilihan boleh dilakukan oleh siapa pun yang dianggap memenuhi syarat
(misalnya sudah berumur 17 tahun). Kebebasan untuk memilih inilah yang
dianggap hak pribadi yang tidak boleh diganggu gugat. Setelah menjadi wakil
rakyat, mereka tetap diawasi oleh rakyat yang memastikan bahwa para wakil ini
menjalankan tugas dengan baik. Dengan demikian, rakyatlah yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan dengan system demokrasi.
Mari kita lihat lebih rinci ciri-ciri pemerintahan yang demokratis. Tomyn
(2014) mengajukan enam ciri, sebagai berikut.
1. Ada aturan yang jelas.
Ada aturan tentang bagaimana pemilihan wakil rakyat dilakukan. Biasanya
ada periode masa bakti, sehingga para wakil menduduki posisi dalam suatu
periode tertentu, dan dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya, atau
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 93
diganti oleh wakil lain bila memang yang bersangkutan memiliki masalah
walaupun masa baktinya belum habis.
2. Mayoritas dan minoritas.
Mereka yang tergolong mayoritas tentunya akan memimpin pemerintahan,
namun mereka yang tergolong minoritas pun tetap dilindungi. Untuk itu,
setiap jenjang pemerintahan harus memiliki wakil bukan hanya mayoritas
tetapi juga minoritas, dan jalannya pemerintahan pun harus terbuka untuk
diperiksa apakah sudah berjalan dengan baik dan para wakil menjalankan
tugas dengan benar.
3. Hak individu.
Dalam pemerintahan demokratis, hak individu dilindungi dan dijamin
dengan baik. Hak-hak itu antara lain, hak untuk memiliki kebebasan
beragama, hak untuk menyuarakan pendapat.
4. Pemilihan umum yang berlangsung adil dan bebas.
Pemilihan umum berjalan dengan baik untuk memilih wakil-wakil rakyat
pada periode tertentu. Melalui pemilihan umum inilah para pemilih
diberikan kebebasan untuk menyatakan keinginan mereka dalam hal
memilih wakil rakyat yang dipercaya.
5. Kewajiban warga Negara yang baik.
Setiap warga nergara yang memenuhi syarat tersebut dapat memilih wakilwakil
mereka. Dalam hal ini, memilih dilihat dari dua sisi: hak untuk
memilih, namun juga kewajiban untuk memilih secara bertanggung jawab
karena dilakukan dengan bebas, tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak
mana pun.
6. Ada kerjasama dan kesepakatan.
Kerjasama dan kesepakatan diperlukan untuk melindungi hak individu.
Pemerintahan yang demokratis harus memiliki wakil dari semua golongan
yang ada, dan bukan hanya wakil dari mayoritas. Selain itu, juga harus
ada perlindungan bagi mereka yang memang berbeda dari yang lain. Oleh
sebab itu, suasana yang harus hadir adalah suasana toleransi dan bukan
memaksakan kehendak.
Tanggung Jawab Seorang Remaja Kristen di Bidang Demokrasi
Tanggung jawab remaja Kristen di bidang demokrasi ternyata cukup
banyak dan sifatnya menantang. Misalnya, turut menjaga ketertiban umum
karena ada gejala di kota-kota besar, yaitu remaja sering mengganggu ketertiban
umum dengan tawuran (perkelahian massal). Di berbagai kota besar, ada
juga remaja-remaja yang sering menggunakan jalan-jalan raya sebagai arena
balapan pada malam hari dan hal ini sangat mengganggu ketertiban umum.
Remaja Kristen juga dapat menghargai pendapat orang lain, menghargai
sesama dalam berbagai perbedaan, berpikir positif terhadap orang lain,
melaporkan kepada yang berwajib jika menyaksikan peristiwa pelanggaran
hak asasi manusia dan demokrasi.
Remaja Kristen juga perlu menggunakan hak pilihnya secara bertanggung
jawab jika sudah berusia 17 tahun. Remaja Kristen perlu memilih pemimpin
politik dan wakil rakyat yang sudah terbukti memiliki integritas serta
melayani rakyat.
Praktik Demokrasi di Indonesia
Bahan Alkitab: Matius 20: 1 - 16
Mengkaji Perumpamaan Alkitab tentangKeadilan
Bacalah Matius 20: 1- 16
1) Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang
pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya.
2) Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar
sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. 3) Kira-kira pukul
sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain
menganggur di pasar. 4) Katanya kepada mereka: “Pergi jugalah kamu
ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu.”
Dan merekapun pergi. 5) Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang
ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. 6) Kira-kira pukul lima
petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya
kepada mereka: “Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang
hari?” 7) Kata mereka kepadanya: “Karena tidak ada orang mengupah
kami.” Katanya kepada mereka: “Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku.”
8) Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: “Panggillah
pekerja- pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka
yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu.” 9) Maka
datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka
menerima masing-masing satu dinar. 10) Kemudian datanglah mereka
yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi
merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. 11) Ketika mereka
menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, 12) katanya:
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 101
“Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau
menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan
menanggung panas terik matahari.” 13) Tetapi tuan itu menjawab seorang
dari mereka: “Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau.
Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? 14) Ambillah bagianmu dan
pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini
sama seperti kepadamu.15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku
menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah
hati?” 16) Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu
dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.
Bila kamu adalah pekerja yang mulai bekerja pada jam 5 sore, apa yang
akan kamu rasakan? Apakah perasaanmu akan berbeda bila kamu mulai
sejak pagi sekali? Mana yang lebih kamu sukai, bekerja dari pagi hari atau dari
sore hari, jika ternyata upahmu akan sama saja, yaitu sedinar untuk seharian
bekerja? Sedinar adalah upah yang layak untuk seharian kerja, kira-kira antara
30 – 60 ribu rupiah. Kemungkinan besar kamu akan memilih untuk memulai
pada jam 5 sore dan selesai jam 6 sore dengan mendapatkan upah sebesar
sedinar. Sepintas, kita cenderung menilai bahwa yang memilih datang pada
sore hari dan bukan pagi hari adalah pemalas, hanya mau enak-enak saja;
kerja sebentar tetapi mendapatkan upah penuh seperti pekerja yang sudah
mulai kerja sejak pagi hari.
Namun, bayangkan bila kamu memang butuh pekerjaan dan sudah
menunggu sejak pagi hari untuk pekerjaan yang dapat memberikan upah yang
layak. Sejak pagi hari, kamu sudah berharap ada yang mau mempekerjakanmu.
Sayangnya, hari berjalan terus dan yang kamu nantikan tidak kunjung nampak.
Sinar matahari yang hangat kini menjadi semakin terik bahkan sudah semakin
tenggelam menandakan malam akan hadir. Pekerjaan yang kamu tunggutunggu
sejak pagi tidak kunjung datang. Kamu sudah tidak dapat lagi berharap
bahwa ada yang akan datang memberikan pekerjaan.
Namun, ternyata dugaanmu salah. Ada seorang pengusaha yang
menawarkan pekerjaan untuk diselesaikan, saat itu juga. Kamu tidak percaya,
namun tawaran ini terlalu menarik untuk ditolak. Kamu pun sepakat untuk
pergi ke tempat usahanya – kebuh anggur – dan mulai bekerja sebisamu.
Disitu kamu melihat sudah ada sejumlah pekerja, bahkan ada yang sudah
mulai bekerja sejak pagi-pagi sekali. Dalam hati, kamu iri terhadap mereka
yang sudah memiliki pekerjaan sejak pagi hari, sedangkan kamu berharap
seharian tanpa kepastian apakah kamu akan mendapatkan pekerjaan. Akan
tetapi kamu singkirkan rasa iri itu dan langsung bekerja sebaik-baiknya sambilberharap agar esok hari
kamu tidak terlambat untuk mendapatkan pekerjaan.
Menunggu dalam ketidakpastian sungguh tidak enak, apalagi jika ada anggota
keluarga di rumah yang juga menunggumu pulang sambil membawa uang
untuk membeli makanan.
Kini jam 6 sore tiba, saatnya para pekerja berhenti bekerja. Kamu juga
sudah harus berhenti, padahal, kamu berharap dapat bekerja lebih lama
agar upah yang diterima dapat cukup untuk membeli makanan. Dalam hati
kamu tahu bahwa kamu tidak bisa berharap untuk mendapatkan upah yang
sama besarnya dengan yang sudah mulai bekerja dari pagi hari. Namun,
mendapatkan upah walaupun sedikit masih lebih baik daripada tidak sama
sekali.
Ternyata, namamu dipanggil lebih dahulu oleh sang mandor. Kamu
diberikan uang sedinar sebagai upahmu bekerja sejak jam 5 sore tadi. Kamu
bersyukur. Ternyata bekerja sejam diberikan upah yang layak seakan-akan
kamu bekerja seharian penuh. Apakah kau bersyukur untuk upah yang kamu
terima? Tentu saja, bersyukur. Kamu akan mendatangi sang pengusaha dan
menyatakan ungkapan syukurmu untuk kebaikan hatinya.
Akan tetapi, tunggu dulu! Pada saat itu juga, kamu mendengar gerutu dan
omelan dari pekerja yang mulai bekerja sejak pagi hari. Mereka tidak dapat
menerima bahwa mereka mendapatkan upah yang besarnya sama denganmu,
padahal mereka sudah bekerja lebih lama. Tentu perasaanmu menjadi tidak
keruan mendengarkan gerutu itu, bukan? Kamu tidak tahu harus menjawab
apa atau harus bersikap bagaimana kepada mereka.
Ternyata kamu tidak perlu menjawab apa pun karena sang pengusaha
sudah memberikan penjelasan: “Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap
engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan
pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama
seperti kepadamu.Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut
kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?” Saat itu
juga kamu menyadari bahwa kamu berada di dalam perlindungan orang yang
mempedulikanmu, yang tahu apa yang kamu butuhkan, yaitu upah yang layak.
Kata-kata sang pengusaha “…aku mau memberikan kepada orang yang terakhir
ini sama seperti kepadamu,” sungguh menyejukkan dan sekaligus melegakan
karena kamu merasa dihargai oleh sang pengusaha.
Perhatikan bahwa sang pengusaha memberlakukan baik prinsip keadilan
maupun prinsip kasih karunia. Apa yang layak diterima seseorang, itulah
yang diberikannya. Ini berlaku kepada para pekerja yang mulai bekerja dari
pagi hari. Para pekerja ini dapat menuntut andaikata sang pengusaha tidak
memenuhi bayaran sedinar seperti yang sudah disepakati sejak awal. Namun,
pada pekerja yang datang paling terakhir, yang berlaku adalah prinsip kasih
karunia. Pemberian berdasarkan kasih karunia adalah pemberian yang
bergantung pada si pemberi. Dalam hal ini, kita selaku orang yang menerima
kasih karunia, tidak dapat menuntut agar si pemberi memberikan apa yang
kita harapkan. Kita adalah pihak yang pasif, hanya menerima saja apa yang
diberikan, karena yang aktif justru adalah pemberi kasih karunia.
Posisi ini berbeda dengan yang menerima keadilan. Diperlakukan adil
adalah sesuatu yang perlu kita perjuangkan karena itu merupakan hak.
Memupuk Sikap Demokratis Sejak Dini
Untuk mencapai demokrasi, seluruh pihak yang terlibat harus sepakat
bahwa keadilan harus ditegakkan dan kepedulian terhadap sesama memang
mewarnai keputusan yang diambil dan tindakan yang dilakukan. Sikap
demokratis tidak tumbuh dengan sendirinya, namun harus dipupuk sejak dini.
Ini diawali dengan menumbuhkan sikap mengasihi sesama, tidak menganggap
diri lebih istimewa daripada orang lain. Sejak dini orangtua perlu menerapkan pola asuh yang
demokratis, yaitu memberi kesempatan kepada anak untuk menyuarakan pendapat mereka yang
mungkin saja berbeda dari pendapat
orang tua. Penghargaan kepada pendapat anak akan memupuk rasa percaya
diri anak yang berakibat pada munculnya rasa menghargai orang lain juga.
Sebaliknya, pola asuh otoriter adalah kondisi dimana orang tua memaksakan
kehendak mereka kepada anak. Akibatnya, anak tidak terbiasa membuat
keputusannya sendiri di samping juga muncul rasa tidak percaya diri.
Sikap Gereja Terhadap Demokrasi di Indonesia
Bahan Alkitab:
I Samuel 8: 10-17; Matius 22: 15-21; Roma 13: 1-7
Demokrasi di Indonesia
Indonesia dibentuk sebagai sebuah negara yang demokratis. Hak asasi
manusia dan demokrasi diakui seperti yang tersirat dalam rumusan Pancasila.
Sila kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila kelima “Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” dan Pembukaan UUD 1945 serta pasalpasalnya.
Namun, pernyataan bahwa negara Indonesia berdiri di atas dasar
negara Pancasila dan dipandu oleh UUD 1945 tidak dengan sendirinya
menjamin perwujudan demokrasi. Menurut A.Ubaedillah dan Abduk Rozak
(ed.) dalam buku “Pendidikan Kewargaan,” demokrasi tidak dengan sendirinya
terbentuk tetapi lahir dan mewujud melalui sebuah proses yang panjang dalam
pembelajaran, pembiasaan serta penghayatan.
Demokrasi hanya dapat terwujud apabila demokrasi sebagai prinsip
dan acuan hidup bersama antarwarga negara dan antarwarga negara dengan
negara dijalankan dan dipatuhi oleh semua pihak. Jadi, perwujudan demokrasi
bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan negara semata-mata melainkan
merupakan bagian dari tanggung jawab warga negara dan tanggung jawab
Gereja sebagai lembaga maupun sebagai persekutuan.
Di atas sudah disinggung bahwa Indonesia didirikan di atas prinsip-prinsip
demokrasi. Namun, bagaimanakah praktik-praktik demokrasi di Indonesia
selama inii? Apakah negara kita sudah berjalan di atas rel yang semestinya?
Tulisan di bawah ini akan memberikan gambaran mengenai demokrasi di
Indonesia.
Bagaimana Sikap Yesus Menyangkut politik?
Politik erat kaitannya dengan kekuasaan. Meskipun Yesus tidak berbicara
secara khusus mengenai politik dan kekuasaan, namun sikapnya terhadap
politik dan kekuasaan nyata melalui praktik kehidupan. Ketika kepada-Nya
diajukan pertanyaan ini oleh orang-orang farisi: “Katakanlah kepada kami
pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau
tidak?” (Matius 22:17). Maka jawab Yesus:“Berikanlah kepada Kaisar apa
yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib
kamu berikan kepada Allah” (Matius 22:15-21).
Ketika itu orang-orang Farisi ingin menjebak Yesus dengan mengajukan
pertanyaan tersebut kepada-Nya. Yesus pun menjawab bahwa mereka
memberikan kepada kaisar apa yang wajib mereka berikan kepada Kaisar.
Artinya, setiap orang harus mempunyai keprihatinan tertentu terhadap
kesejahteraan sosial-politik negaranya dan harus taat sebagai seorang warga
negara, sedangkan pemerintah harus melaksanakan suatu tanggung-jawab
yang berasal dari Allah. “Berikanlah kepada Kaisar apa yang kamu berikan
kepada Kaisar” j uga berarti kesetiaan kepada Allah, karena Allah berkehendak
agar kita menaruh perhatian pada masyarakat kita. Pada gilirannya hal ini
merupakan suatu pemenuhan sebagian dari tugas mendasar kita, yaitu untuk
memberikan kepada Allah apa yang menjadi hak-Nya. Jadi, partisipasi orang
beriman dalam politik tidak terlepas dari ketatannya kepada perintah Allah.
Paulus memperkuat sikap Yesus ini dalam Kitab Roma 13:1-7 yang menyatakan
orang Kristen harus taat kepada pemerintah namun hanya mereka yang layak
dihormati dan ditaati saja yang akan ditaati dan dihormati. Artinya, jika
mereka yang berkuasa tidak menjalankan kekuasaannya dengan benar maka
mereka tidak patut dihormati. Ketaatan dan hormat diberikan bersamaan
dengan sikap kritis, objektif, dan rasional.
Gereja, Politik dan Demokrasi
Membahas mengenai Gereja, politik dan demokrasi tidaklah lengkap
jika tidak disinggung mengenai hubungan antara Gereja dengan negara
atau pemerintah. Dalam sejarah kekristenan pernah terjadi gereja berada
di bawah kekuasaan pemerintah. Misalnya, pada zaman Konstatinus Agung
berkuasa dimana dia menyatakan agama Kristen menjadi agama Negara.
Saat itu posisi gereja menjadi sub-ordinatif atau dibawah kekuasaan negara/
pemerintahan. Segala hal yang dilakukan oleh gereja harus memperoleh
persetujuan pemerintah dan disesuaikan dengan kepentingan pemerintah.
Sebaliknya, pada abad pertengahan sebelum reformasi kekuasaan Paus begitu
amat kuat sehingga pemerintah berada di bawah kekuasaan gereja. Pada masa
itu raja yang berkuasa harus memperoleh persetujuan Paus, dalam hal ini Paus menjadi wakil gereja
yang memerintah. Namun, setelah reformasi situasi ini berubah, para reformator memberikan garis
batas antara gereja dengan negara, sehingga masing-masing baik negara maupun gereja memiliki
otoritas atau wilayahnya sendiri.
Bagaimana kaitan antara Demokrasi dengan politik dan apa kaitannya
dengan gereja?. Politik memiliki pengaruh penting dalam perkembangan
demokrasi. Demokrasi tidak berjalan baik apabila tidak ditunjang oleh
terbangunnya politik yang sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi. Disini
gereja memiliki kepentingan sebagai kontrol terhadap perwujudan politik
dan demokrasi yang menjamin terpenuhinya hak warga masyarakat sebagai
manusia yang memiliki martabat.
Bersama-sama dengan orang-orang beragama lain, orang
Kristen harus bekerja sama untuk membela orang-orang yang kehilangan hakhaknya atau yang ditindas
karena dianggap berbeda dari orang lain.
Apa yang terjadi selama ini? Apakah gereja sudah melakukan tugastugasnya
seperti yang telah dibahas di atas?
Terkadang gereja masih terjebak dalam dikotomi pemikiran antara yang
sakral (kudus) dan yang sekuler. Seolah-olah peran sosial kemasyarakatan
merupakan urusan duniawi yang bukan merupakan tugas gereja. Padahal
gereja ada dalam dunia dan bergumul dengan dunia, termasuk di dalamnya
berbagai persoalan sosial kemasyarakatan da masalah politik. Gereja turut
bertanggung jawab mendidik umatnya untuk memiliki kesadaran politik
dan mendukung pemerintahan yang baik dan benar serta bersikap kritis
secara objektif terhadap pemerintahan yang ada.
Berlawanan dengan sikap pertama di atas, terkadang gereja terjebak
pada praktik politik praktis. Gereja yang seharusnya aktif dalam
kegiatan membela rakyat miskin, malah aktif mendukung partai politik
tertentu, berkampanye untuk calon-calon tertentu. Keadaan seperti ini
dapat berbahaya bagi gereja. Gereja dapat menutup mata ketika pihak
yang didukungnya melakukan hal-hal yang negatif, seperti korupsi,
membohongi rakyat dengan janji-janji kosong, atau bahkan merampas
hak-hak rakyat baik secara halus maupun terang-terangan. Hendaknya
gereja tidak bersifat partisan atau membela salah satu partai politik. Gereja harus berada di atas semua
golongan jemaat yang mendukung berbagai
partai politik, sehingga gereja dapat melaksanakan perannya sebagai
alat kontrol terhadap kekuasaan, kebenaran dan keadilan. Jika gereja
teridentifikasi dengan suatu kekuatan politik tertentu, kemudian kekuatan
itu korup, gereja pun dituduh korup. Posisi seperti ini akan mempesulit
gereja dalam menyuarakan suara kenabiannya.
Gereja tidak boleh sibuk hanya memikirkan dirinya sendiri, karena
tugasnya di dunia justru untuk menjadi pelayan Allah dan sesama. Gereja
hadir di dunia justru untuk ikut serta menghadirkan tanda-tanda Kerajaan
Allah. Artinya, gereja dipanggil untuk mewujudnyatakan kehendak Allah
di tengah-tengah dunia, yakni turut serta mewujudkan demokrasi dan
pemerintahan yang bersih. Hal itu dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain memperlengkapi dan mendidik warga gereja untuk memiliki
kesadaran politik, mewujudkan tanggung jawab politik, memiliki intergitas,
dan iman dalam memimpin. Disamping itu, gereja dapat berfungsi sebagai
kontrol terhadap kebenaran dan keadilan.
Untuk melengkapi pembahasan mengenai sikap Gereja terhadap politik,
dapat dikutip pendapat tokoh Kristen terkenal, almarhum TB.Simatupang
yang mengatakan bahwa partisipasi kristen dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah seperti berikut.
• Positif artinya selalu berusaha memberikan sumbangsih yang baik bagi
pemerintah dan warga lainnya.
• Konstruktif artinya umat Kristen harus ikut ambil bagian dalam
pembangunan bangsanya,
• Kritis artinya orang Kristen juga tidak boleh takut untuk memberikan
masukan dan koreksi kepada pemerintah demi kebaikan rakyat dan
diberlakukannya hukum Tuhan.
• Realistis, disatu sisi seseorang adalah pelayan kehidupan yang loyal kepada
atasannya atau orang yang dipimpin sepanjang si tuan itu benar dan adil,
di sisi lain ia adalah seorang pengawas yang dengan berani tetapi lembut
menegur pemerintah kalau pemerintah itu lalai dan tidak menjalankan
fungsinya secara baik.
Damai Sejahtera Menurut Alkitab
Bahan Alkitab: Imamat 26:1-46; Yohanes 14:23-31
Pengertian Damai Sejahtera Menurut Alkitab
Dalam kitab Imamat 26:1-46 dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
(1). Ayat 1-13 memuat janji-janji berkat dan penyertaan Allah bila bangsa
Israel taat dan menjalankan perintah-perintah-Nya. Hal ini terlihat
dalam ayat 6:“Dan Aku akan memberi damai sejahtera di dalam negeri
itu, sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apa
pun; Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri itu, dan pedang
tidak akan melintas di negerimu.”
(2). Ayat 14-39 memuat peringatan akan penghukuman Allah jika
bangsa Israel lalai atau menyimpang dari perintah-perintah Allah.
Peringatan ini kita temukan dalam ayat14-19“Tetapi jikalau kamu
tidak mendengarkan Daku, dan tidak melakukan segala perintah itu,...
maka ... Aku akan mendatangkan kekejutan atasmu... Aku sendiri akan
menentang kamu, sehingga kamu akan dikalahkan oleh musuhmu,
... Aku akan lebih keras menghajar kamu sampai tujuh kali lipat
karena dosamu, ... dan Aku akan mematahkan kekuasaanmu yang
kaubanggakan dan akan membuat langit di atasmu sebagai besi dan
tanahmu sebagai tembaga. ”
(3). Ayat 40-46 berisi janji-janji Allah untuk mengampuni dan menerima
mereka kembali sebagai umat-Nya. Allah itu setia, dan selalu ingat
akan perjanjian-Nya dengan leluhur Israel. Seperti yang dikatakan
Allah, “Tetapi bila mereka mengakui kesalahan mereka dan kesalahan
nenek moyang mereka dalam hal berubah setia yang dilakukan mereka
terhadap Aku ... maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku dengan Yakub;
juga perjanjian dengan Ishak dan perjanjian-Ku dengan Abraham pun
akan Kuingat dan negeri itu akan Kuingat juga”(ayat 40-42).
Sebetulnya, dengan menghayati bacaan tadi, kita tahu bahwa hidup
taat dan setia kepada Allah adalah pilihan yang selalu harus diambil: tidak
bisa tidak, sebagai umat Allah kita harus berlaku setia kepada-Nya. Namun,
sejarah menunjukkan bahwa bangsa Israel bukanlah umat yang setia kepada
Allah mereka. Berkali-kali mereka jatuh pada penyembahan dewa-dewa
yang dilakukan oleh bangsa-bangsa bukan Israel. Mereka berpikir bahwa
penyembahan berhala seperti itulah yang justru membawa damai sejahtera,
padahal sebaliknya yang mereka terima. Untuk setiap kejatuhan dalam hal
kesetiaan, Allah menghukum bangsa Israel.
Bob Deffinbaugh (baca: “Definbo”) mengatakan bahwa Imamat 26 sangat
penting bagi kita karena lima hal berikut.
(1) Ini adalah teks kunci untuk memahami sejarah Israel. Peringatanperingatan
dalam Imamat adalah kerangka sejarah Israel.
(2) Menjadi kunci bagi kita untuk memahami pesan para nabi Israel. Janji
penyelamatan dan pemulihan Israel juga kita temukan berakar dalam
kelima kitab pertama Alkitab, yaitu Pentateukh.
(3) Prinsip-prinsip yang ada di balik janji berkat dan kutuk masih berlaku
di masa kita sekarang.
(4) Mengandung banyak pengajaran untuk orangtua dan semua orang
yang bertugas mendisiplinkan orang lain.
(5) Tidak hanya mengandung peringatan, tetapi juga pengharapan yang
besar di dalam Alkitab.
Apa yang kita temukan dalam uraian di atas ialah bahwa kesejahteraan
(syalom) Israel berkaitan erat dengan ketaatan hidup mereka kepada Allah
dan perintah-perintah-Nya. Apabila Israel tidak setia, maka Allah tidak segansegan akan menghukum
mereka, menyerahkan mereka kepada musuh-musuh
mereka, membuat tanah Israel menjadi tidak subur dan sulit ditanami
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa damai sejahtera Allah itu hanya dapat terwujud apabila ada
kesetiaan kepada Allah yang disertai kerelaan untuk menjalani perintahperintah dan
hukum-hukum-Nya.
Pada bacaan kedua, Yohanes 14:23-31, kita menemukan janji Tuhan
Yesus untuk memberikan damai-Nya kepada kita. Janji ini diucapkan-Nya
menjelang kematian-Nya di kayu salib. Yesus sadar bahwa sebentar lagi
Ia akan meninggalkan dunia dan murid-murid-Nya. Oleh karena itu, Ia
menjanjikan Roh Penghibur yang akan menyertai para murid dan semua orang
percaya. Tugas Roh ini adalah “mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan ...
mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. ” (ayat 26)
Apa yang Tuhan Yesus perintahkan untuk kita lakukan tidak lain adalah
mengasihi Dia, yang harus kita buktikan lewat ketaatan kita untuk menuruti
firman-Nya dan Bapa-Nya (ayat 23-24). Ketaatan kita itulah yang akan
memberikan kepada kita damai sejahtera-Nya (ayat 28).
Secara singkat, dapat kita simpulkan bahwa baik Imamat maupun Injil
Yohanes mengingatkan kita bahwa ketaatan untuk melakukan apa yang telah
diperintahkan Tuhan kepada kita akan menghadirkan damai sejahtera. Dengan
elalui kerja
kata lain, damai sejahtera tidak akan hadir begitu saja kecuali m
keras kita dalam memberlakukan kehendak Allah di dalam seluruh kehidupan
dan keberadaan kita, baik secara pribadi maupun sebagai gereja.
Memahami Makna “Syalom”
Kata syalom dalam bahasa Ibrani biasanya diterjemahkan menjadi
”damai” atau ”damai sejahtera”. Dalam bahasa Yunani, bahasa yang digunakan
dalam penulisan Perjanjian Baru, kata ini diterjemahkan menjadi eirene. K ata
syalom a tau “damai sejahtera” sering dipergunakan untuk memberikan salam
kepada sesama. Dalam bahasa Ibrani orang mengucapkan syalom aleikhem,
yang artinya “damai sejahtera bagimu”. Ucapan ini dijawab dengan kata-kata
aleikhem syalom. K ata ini mirip sekali dengan kata “salam alaikum” atau
“assalamu alaikum” dan “wa alaikum salam” dalam bahasa Arab, bukan? Kita
tidak perlu heran. Bahasa Arab memang berasal dari rumpun yang sama
dengan bahasa Ibrani seperti halnya bahasa Tagalog dengan bahasa Indonesia.
Dalam bahasa Arab kata syalom diterjemahkan menjadi salam, k ata yang
sama yang dipergunakan dalam bahasa Indonesia yang sangat diperkaya oleh
kosakata dari bahasa Arab karena pengaruh agama Islam. Kata ini dapat kita
bandingkan dengan salam Horas! d i kalangan masyarakat Batak; Ya’ahowu! d i
dalam masyarakat Nias.
Di kalangan masyarakat Yahudi, kebiasaan memberi salam seperti ini
sangat lazim. Dalam Lukas 10:5 Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid-
Nya untuk memberikan salam ini apabila mereka mengunjungi rumah
seseorang. “Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu:
Damai sejahtera bagi rumah ini.” (Lukas 10:15). Salam ini juga diucapkan
oleh Tuhan Yesus ketika Ia menampakkan diri-Nya ke tengah-tengah muridmurid-
Nya setelah kebangkitan-Nya: “Dan sementara mereka bercakap-cakap
tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata
kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu!” (Lukas 24:36). Dalam ungkapan
kata syalom aleikhem memang terkandung sebuah doa yaitu “kiranya damai
sejahtera menyertaimu.”
Sejauh ini kita sudah membahas bagaimana kata “damai sejahtera”
digunakan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang Yahudi. Tetapi, apakah arti
“damai sejahtera” itu sendiri? Alkitab menerjemahkan kata “syalom” menjadi
“damai sejahtera”. Bukan semata-mata “damai” saja, meskipun kata syalom itu
sendiri memang berarti “damai” atau “perdamaian”. Arti kata “syalom” memang
jauh lebih luas daripada sekadar “damai” saja. Berikut ini adalah sejumlah kata
dan konsep yang digunakan untuk menerjemahkan kata “syalom”, sehingga
kita dapat membayangkan kekayaan makna yang dikandungnya.
1. Persahabatan
Syalom antara sahabat berkaitan dengan hubungan yang akrab (Zakharia
6:13). Dalam Mazmur 28:3 orang diingatkan akan sahabat yang mulutnya
manis, tetapi niatnya jahat:“Janganlah menyeret aku bersama-sama dengan
orang fasik ataupun dengan orang yang melakukan kejahatan, yang ramah
dengan teman-temannya, tetapi yang hatinya penuh kejahatan.” Kata
“ramah” di sini merujuk kepada ucapan yang penuh syalom. D alam versi
bahasa Inggris penggunaan kata ini menjadi lebih jelas:
2. Kesejahteraan
Kata syalom juga berarti kesejahteraan yang menyeluruh, termasuk
kesehatan dan kemakmuran yang semuanya berasal dari Tuhan. Hal ini
dapat kita temukan dalam 2 Raja-raja 4:26 ketika hamba Elisa bertanya
kepada perempuan Sunem dalam cerita ini, “Selamatkah engkau, selamatkah
suamimu, selamatkah anak itu?”D alam bahasa aslinya, bahasa Ibrani,
pertanyaan ini berbunyi, “Apakah engkau memiliki damai [sejahtera]?”
Maksud pertanyaan ini mirip dengan menanyakan kesejahteraan orang
lain seperti dalam pertanyaan, “Apa kabar?” Maksudnya tentu bukan hanya
sekadar menanyakan berita tentang orang yang dimaksudkan, melainkan
menanyakan keberadaan menyeluruh orang tersebut.
Hal serupa diungkapkan oleh pemazmur dalam Mazmur 38:4 ketika
ia meratap: “Tidak ada yang sehat pada dagingku oleh karena amarah-
Mu, tidak ada yang selamat pada tulang-tulangku oleh karena dosaku”.
Maksud pemazmur, dosa-dosanya telah mengganggu dirinya sehingga ia
tidak memiliki syalom, k edamaian, di dalam dirinya. Oleh karena itulah ia
mengatakan, “tidak ada yang sehat pada dagingku”, karena syalom m emang
mempengaruhi kesejahteraan bahkan juga kesehatan dan kedamaian
dalam diri seseorang.
3. Keamanan
Dalam Hakim-hakim 11:31, Yefta mengucapkan kaulnya bahwa bila
ia kembali dari medan perang “dengan selamat” (dengan aman, dalam
syalom) , maka makhluk pertama yang keluar dari pintu rumahnya untuk
menemuinya akan dipersembahkannya kepada Tuhan sebagai korban
bakaran.
136 Kelas XII SMA/SMK
Dalam Yesaya 41:3, Tuhan berbicara tentang utusan-Nya yang akan
mengalahkan lawan-lawannya. “Ia akan mengejar mereka dan dengan
selamat (dengan syalom) ia melalui jalan yang belum pernah diinjak
kakinya.”
Dalam kitab yang sama, Yesaya juga melukiskan hubungan antara
hidup yang benar di hadapan Allah yang akan menghasilkan keamanan
dan ketenteraman. Yesaya melukiskan demikian, “Di mana ada kebenaran
di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan
dan ketenteraman untuk selama-lamanya. Bangsaku akan diam di tempat
yang damai, di tempat tinggal yang tenteram di tempat peristirahatan yang
aman.(Yesaya 32: 17-18)
Dalam Perjanjian Baru, Yesus mengatakan, “Apabila seorang yang kuat
dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah
[en eirene – bhs. Yunani]segala miliknya.” (Lukas 11:21)
4. Keselamatan
Akhirnya kata syalom juga digunakan dalam kaitan dengan
“keselamatan”. Dalam Yesaya 57:19 dikatakan, “Aku akan menciptakan pujipujian.
Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang
dekat -- firman TUHAN -- Aku akan menyembuhkan dia!” Berita “damai
sejahtera” yang diberitakan berkaitan erat dengan kesembuhan yang
Tuhan janjikan. Keselamatan yang utuh dapat dilihat dari penggunaan kata
“damai sejahtera” dalam hubungannya dengan “keadilan” (Yesaya 60:17)
atau seperti dalam Mazmur 85:11 yang menyatakan “Kasih dan kesetiaan
akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. ”
Hubungan antara keselamatan dan perdamaian menjadi lebih jelas
lagi apabila kita melihat bagaimana Perjanjian Baru memaknai karya
keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus,
Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah
menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita,
yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan
tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan mati-Nya sebagai
manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah
dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia
baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,
dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan
Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. Ia
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 137
datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang “jauh”
dan damai sejahtera kepada mereka yang “dekat”, karena oleh Dia kita
kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.
(Efesus 2: 13-18)
Di sini jelas bahwa keselamatan yang diberikan oleh Tuhan Yesus
bagi kita telah menciptakan juga pendamaian antara orang-orang yang
dahulunya “jauh” dan saling terasing serta bermusuhan. Keselamatan yang
dikerjakan oleh Tuhan Yesus adalah keselamatan yang utuh, yang meliputi
kehidupan jasmani dan rohani, yang mencakup masa depan tetapi juga
berlaku di masa kini dan sekarang juga.
Uraian di atas telah menggambarkan secara lebih luas dan mendalam
apa yang dimaksudkan dengan memberlakukan apa yang Allah kehendaki
di dalam hidup kita seperti yang telah kita lihat dalam Kitab Ulangan dan
Injil Yohanes. Kita sudah melihat bahwa damai sejahtera bukanlah sesuatu
yang akan hadir secara otomatis di dalam hidup kita, melainkan harus kita
upayakan dengan kerja keras dan kesungguhan.
Dalam liturgi sejumlah gereja ada kalanya kita menemukan salah
satu bagian ketika jemaat saling mengucapkan “salam damai” atau “damai
Kristus besertamu” setelah pemberitaan pengampunan dosa.
Kabar Baik di Tengah Kehidupan Bangsa dan Negara
Bahan Alkitab: Mazmur 137; Nehemia 2: 1-20
Berita Suka Cita
Umat Israel tidak selamanya menderita di Babel. Setelah berakhir masa
penghukuman mereka, TUHAN Allah mengirimkan utusan-Nya untuk
memberitakan kabar suka cita. Mereka telah ditebus Allah. Mereka akan
diperbolehkan kembali ke Sion, kota Allah. Dengan demikian maka mereka
akan dapat memproklamasikan, “Allahmu itu Raja!” (Yesaya 52:7). Apakah
artinya ini? Ini berarti suka cita umat Allah hanya dapat terjadi apabila mereka
mengakui bahwa Allah itulah Raja. Kehendak Allah haruslah dinyatakan di
dalam kehidupan umat.
Pembangunan kembali Yerusalem terjadi setelah bangsa Yahudi diizinkan
kembali oleh Koresh, raja Persia pada tahun 538 SM. Pada tahun 464 SM
Artahsasta naik takhta sebagai raja di Persia. Ia mempunyai seorang juru
minuman yang berdarah Yahudi yang bernama Nehemia. Nehemia mendengar
berita dari saudaranya, Hanani, tentang kehancuran kota Yerusalem dan Bait
Suci Allah (Nehemia 1:2; 2:3). Mendengar kabar buruk itu, Nehemia merasa
sangat sedih. Berhari-hari ia berpuasa dan berdoa meratapi negeri nenek
moyangnya. Ketika raja melihat kesedihan Nehemia, baginda menanyakan
apa yang membuatnya sedih. Nehemia menceritakan semua yang didengarnya
tentang negeri leluhurnya. Kemudian ia meminta izin kepada raja agar
diizinkan kembali ke Yerusalem, dan memimpin pembangunan kembali kota
itu. Raja mengizinkan Nehemia dan malah mengangkatnya menjadi bupati di
Yehuda (Nehemia 5:14).
Apa arti tindakan Nehemia ini? Keputusannya untuk kembali ke Yehuda
dan membangun kembali negeri leluhurnya tentu membutuhkan pengorbanan
besar pada pihak Nehemia. Ia harus meninggalkan sebuah jabatan yang sangat
baik di istana raja. Kedudukannya tinggi dan ia merupakan orang kepercayaan
raja, namun semuanya itu dilepaskannya. Nehemia bersedia berkorban untuk
meninggalkan kenikmatan tinggal di sekitar istana. Nahemia kembali ke
Yehuda dan kemungkinan sekali selama berbulan-bulan ia harus tinggal di
kemah dengan fasilitas yang serba minim. Makanan dan minumannya pastilah
tidak selezat seperti yang dapat ia nikmati selama tinggal mengabdikan diri
kepada raja. Namun, upaya Nehemia tidak sia-sia. Yerusalem dibangun
kembali. Bangsa Yahudi kembali ke tanah air mereka dan memulai hidup yang
baru. Tapi, semuanya itu hanya bisa terjadi lewat kerja keras dan pengorbanan
bukan dengan berpangku tangan.
Sebuah bangsa acapkali mengalami krisis kehidupan karena tidak
memberlakukan kehendak Allah. Apakah kehendak Allah tersebut? Kehendak
Allah itu adalah hidup berkeadilan, kesediaan setiap anggota masyarakat untuk
berkorban. Para pemimpin haruslah melakukan tugasnya sebagai pemimpin,
mendidik generasi muda untuk menggantikannya, dan memberikan teladan
yang baik. Bila ini yang terjadi, maka bangsa pun akan mengalami damai
sejahtera.
Menjadi Pelaku Kasih dan Perdamaian
Bahan Alkitab: Yeremia 6:1-21; Matius 5:9; Roma 12:18
Kasih dan perdamaian tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Semuanya
itu membutuhkan usaha dan kerja keras. Kasih dan perdamaian tidak akan
tercipta dengan hanya mengucapkan “damai sejahtera! damai sejahtera!”
Abigail Disney (2013), filantropis, perempuan pengusaha, aktivis
masyarakat, yang membuat film pendek, “Pray the Devil Back to Hell,” pernah
menulis demikian:
“Perdamaian adalah sebuah proses.Ini bahkan bukanlah sebuah peristiwa,
kejadian. Perdamaian adalah sesuatu yang kita buat, yang kita kerjakan.
Perdamaian adalah kata kerja. Perdamaian adalah serangkaian pilihan
dan keputusan. Ia harus dipertahankan, diperjuangkan... Perdamaian
tidak diam-diam. Perdamaian itu bergemuruh!”
Perdamaian dan juga kasih adalah tindakan, bukan kata benda. Artinya,
untuk mewujudkan perdamaian dan kasih, kita perlu melakukan langkah158
langkah konkrit dalam kehidupan kita. Seluruh perbuatan dan gaya hidup
kita mestilah mencerminkan perdamaian dan kasih, sehingga keduanya dapat
terwujud dalam masyarakat kita, di bumi ini.
1. Agama-Agama dan Kerinduan Akan Damai
Yudaisme, atau agama Yahudi, misalnya, mempunyai konsep syalom
yang berarti damai sejahtera yang didasarkan pada anugerah Allah kepada
manusia dan upaya manusia untuk membangun kehidupan yang baik bersama
orang-orang di sekitarnya dan seluruh alam semesta. Agama Kristen banyak
mengikuti konsep yang terdapat dalam agama Yahudi. Nama “Islam” yang kita
kenal sebagai sebuah agama, didasarkan pada kata “salam”, sebuah kata dari
bahasa Arab yang memiliki akar kata yang sama dengan kata “syalom” dalam
bahasa Ibrani. Dengan kata lain, kata “Islam” juga berasal dari harapan yang
sama akan kehidupan yang penuh dengan kedamaian. Dalam agama Hindu,
para pemeluknya saling mengucapkan salam “shanti,shanti,shanti” yang
artinya “damai, damai, damai”.
Kehadiran agama-agama dan umatnya tidak secara otomatis menghasilkan
kasih dan perdamaian. Manusia perlu berusaha dengan sungguh-sungguh.
Pengalaman hidup manusia menunjukkan betapa sering manusia lebih mudah
berperang daripada menciptakan perdamaian. Sebagai contoh, dunia pernah
mengalami dua perang yang sangat hebat, yaitu Perang Dunia I dan Perang
Dunia II.
2. Agama dan Perang
Meskipun demikian, tidak dapat disangkal bahwa sejarah setiap agama,
khususnya agama-agama besar di dunia seperti Yahudi, Kristen, Islam, Hindu,
Buddha, juga berisi lembaran-lembaran kelam. Ketika para pemeluknya
terlibat dalam tindak kekerasan dan peperangan yang dilakukan atas nama
agama, atas nama Tuhan. Dalam agama Kristen misalnya, pernah terjadi Perang
Salib sampai sembilan kali antara tahun 1095 sampai 1291 yang berlangsung
di Timur Tengah untuk merebut (dan kadang-kadang mempertahankan)
Yerusalem. Perang salib ini ditujukan terutama terhadap orang-orang Islam,
tetapi kadang-kadang juga terhadap bangsa Slavia yang bukan Kristen pada
waktu itu, orang-orang Yahudi, orang-orang Kristen Ortodoks Rusia dan
Yunani, bangsa Mongol, Katar, orang-orang Hus dan Waldensis (orangorang
Kristen yang menentang Paus dan merupakan cikal bakal orang-orang
Protestan), dan berbagai musuh politik Paus.
Antara orang-orang Tamil yang umumnya beragama Hindu dan orangorang
Sinhala yang umumnya beragama Buddha di SriLanka, terjadi pertikaian
dan peperangan yang telah menelan ribuan korban.
3. Rasa Takut
Peperangan dan konflik yang berlangsung dalam sejarah manusia biasanya
disebabkan karena keinginan untuk mempertahankan atau merebut sumbersumber
yang langka. Perang Teluk I (tahun 1990 - 1991) dan Perang Teluk
II (2003-sekarang) terjadi karena pihak-pihak yang terlibat memperebutkan
sumber-sumber minyak bumi yang sangat penting bagi kehidupan manusia di
muka bumi ini.
Perang dan konflik juga dapat terjadi karena kebanggaan semu akan
keunggulan bangsa sendiri. Adolf Hitler menyerang negara-negara lain di
Eropa karena keyakinannya bahwa bangsa Arya adalah bangsa yang paling
unggul dan diberkati Tuhan di muka bumi ini. Mereka ditakdirkan untuk
menjadi pemimpin dunia. Begitu pula pembantaian atas 800.000 warga suku
Tutsi oleh suku Hutu selama 100 hari di Rwanda (tahun 1994) terjadi karena
suku Hutu yakin bahwa suku Tutsi hanyalah “kecoak” yang layak dihancurkan.
Perang juga terjadi karena rasa takut yang berlebihan, meskipun tidak
jelas sejauh mana rasa takut itu dapat dibenarkan. Perang Vietnam (tahun
1959 -1975) , aneksasi Timor Timur (1975), terjadi karena rasa takut akan
bahaya komunis.
Mengupayakan Kondisi Damai Sejahtera
Konflik Antara Manusia dan Kerusakan Alam
Perebutan sumber-sumber alam yang terbatas telah menyebabkan konflik
antarmanusia. Sebaliknya, konflik antarmanusia juga telah menyebabkan
rusaknya alam semesta.
Di masa Perang Vietnam, AS menjatuhkan apa yang disebut “agen oranye”,
yaitu zat-zat kimia yang dimaksudkan untuk menghancurkan tumbuhtumbuhan
di permukaan tanah sehingga tentara dan gerilyawan Vietkong
tidak dapat bersembunyi di hutan-hutan. Agen orange ternyata tidak hanya
mematikan pohon-pohon dan semak, tetapi juga mengakibatkan kerusakan
pada manusia. Banyak orang yang dilahirkan dengan cacat tubuh dan wajah
karena pengaruh “agen oranye” yang masuk lewat ibu yang mengandung
mereka.
Dialog Antariman
Sebuah cara yang sangat baik untuk membangun saling pengertian dan
saling menerima di antara masyarakat kita yang pluralistik ini adalah dengan
ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan dialog antariman. Dalam kegiatan ini
melibatkan orang tua maupun muda untuk melakukan pertemuan-pertemuan
dialogis maupun kerja sama dengan saudara-saudara mereka yang datang dari
latar belakang etnis, suku, kelas sosial, dan keyakinan yang berbeda-beda.
Di Jakarta ada sebuah organisasi yang dinamai “Wadah Komunikasi dan
Pelayanan Umat Beragama” yang didirikan dengan tujuan seperti di atas.
Dalam situs internetnya, dikatakan bahwa
Dalam Amsal 16:7 dikatakan, “Jikalau Tuhan berkenan kepada jalan
seseorang, maka musuh orang itu pun didamaikan-Nya dengan dia. ” Ayat
ini menjelaskan kepada kita bahwa untuk hidup damai dengan sesama kita,
bahkan dengan musuh kita, kita harus hidup dalam jalan yang diperkenan
Tuhan. Itu berarti kita didorong, diharapkan, bahkan diwajibkan hidup dalam
damai sejahtera Allah dengan sesama kita, bahkan juga dengan orang-orang
yang membenci kita.
Surat Roma 12:18 mengingatkan kita: “Sedapat-dapatnya, kalau hal
itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”
Surat ini ditulis kepada jemaat Kristen di kota Roma. Mereka hidup sebagai
kelompok minoritas di tengah-tengah mayoritas yang tidak mengenal Kristus
dan bahkan memusuhinya. Kepada jemaat ini, Rasul Paulus menasihati agar
mereka berusaha sedapat mungkin untuk hidup dalam perdamaian dengan
orang lain. Mereka tidak perlu takut dan khawatir akan status mereka sebagai
kelompok minoritas, melainkan berusaha secara aktif membangun jembatan
penghubung antara mereka dengan orang lain, sehingga terciptalah saling
pengertian dan keharmonisan di dalam masyarakat.
Roma 12:20 lebih jauh berkata demikian: “Tetapi, jika seterumu lapar,
berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian
kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.” Berdasarkan ayat ini kita
belajar bahwa usaha menghadirkan damai sejahtera harus dimulai dari diri
kita sendiri. Dengan mengusahakan perdamaian, dengan memberikan makan
dan minum bagi mereka yang membutuhkan, bahkan bagi orang-orang
yang membenci kita sekalipun, kita akan mampu menghadirkan kehidupan
bersama yang damai.