Npm : 221310072
Prodi : AGROTEKNOLOGI-B
Mata Kuliah : Pendidikan Agama
Hari/ Tanggal : Rabu, 17 November 2021
Waktu : 10.00 – 12.00 Wib
1. Salah satu sumber moral adalah masyarkat, berikan pendapatmu tentang
pernyataan diatas, seberapa besar pengaruhnya dan berikan contoh-
contoh-dan bukti-bukti serta kesaksian beberapa tokoh penting dunia
Jawab : Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak itulah yang disebut
moral. Jadi suatu moral melekat dengan nilai dari perilaku tersebut. Karenanya tidak ada
perilaku anak yang tidak bebas dari nilai. Hanya barangkali sejauh mana kita memahami
nilai-nilai yang terkandung di dalam perilaku seorang anak atau sekelompok anak
memungkinkan berada dalam kondisi tidak jelas. Manusia yang hidup di dunia ini
berjumlah ratusan miliar dan terus berkembang dengan pesat. Angka kelahiran dan
kematian terus meningkat tetapi seimbang tetapi terkadang jumlah kelahiran lebih cepat
meningkat.
Banyak sekali generasi muda pada zaman sekarang sangat kurang dalam penilaian sikap
dan tingkah lakunya kepada para orang tua dan pada teman seumurannya.
Banyak dari generasi muda saat ini telah rusak dan tidak sopan atau hormat kepada orang
tua atau sesorang yang umurnya lebih tua dari dirinya. Hal ini di sebabkan karena tidak
adanya pengarahan moral yang di berikan ke pada anak tersebut.
Pengerian moral dalam kamus psikologi : Dituliskan bahwa moral mengacu pada
akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan
yang mengatur tingkah laku.
Pengertian moral dalam Hurlock : mengatakan bahwa perilaku moral adalah perilaku
yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Moral sendiri berarti tata cara, kebiasaan,
dan adat. Perilaku moral dikendalikan konsep konsep moral atau peraturan perilaku yang
telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya.
Hidup sebagai seorang Kristiani yang juga bermoral Kristiani akan dilihat dalam beberapa hal
yang menyangkut yaitu, Iman Kristiani, Norma, Pilihan dasar, Hati Nurani, Hukum, dan Dosa.
Selain itu, akan ada penyangkutpautan hal-hal yang sudah dibahas dengan salah satu film relijius
yang berdasarkan kisah nyata, Of Gods and Men.
1. Iman Kristiani
Dalam dunia orang pengikut Kristus, kita percaya bahwa kita bermoral dengan dapat berbuat
baik. Berbuat baik yang bagaimana? Yaitu berbuat baik yang tidak hanya menguntungkan diri
sendiri, namun dapat memberikan energi baik bagi siapapun disekitar kita. Dari apa yang sudah
kita pelajari dari kecil, bahwa tujuan kita untuk berbuat baik ialah untuk mendapatkan tempat di
surga nanti. Padahal, itu merupakan pikiran yang mungkin dapat dibilang cukup sempit sebagai
seorang Kristiani. Pandangan yang baik mengenai hidup bermoral ialah untuk menyebarkan kasih
yang sudah kita terima lebih dulu dari Tuhan Yesus, anak Bapa yang tunggal yang Bapa relakan
untuk menggantikan kita dalam menebus dosa yang abadi. Hidup bermoral akan mengarahkan
kita menjadi dapat berbuat baik karena kita sudah merasakan kasih-Nya terlebih dahulu
2. Norma
Dalam pengertian dasariah, kata norma berarti pegangan atau pedoman, aturan, tolak ukur.
Sedangkan norma moral ialah terkait dengan kebebasan, dan tugas, keadaan lingkungan hidup
dan tingkah laku moral. norma moral berfungsi mengingatkan manusia untuk melakukan
kebaikan demi diri-sendiri dan sesama, sehingga meminta kita untuk memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan baru dalam hidup; norma moral menarik perhatian kita kepada
masalah-masalah moral yang kurang ditanggapi manusia; norma-norma moral dapat menarik
perhatian manusia kepada gejala ‘pembiasan emosional’. Jika berdasarkan penjelasan dasar di
atas, maka kedudukan dan peran Yesus Kristus sebagai norma-norma hidup moral tersirat. Dalam
teologi moral, untuk adanya hubungan antar manusia maka melalui metode pendekatan personal.
Hubungan pribadi harus berawal dari dan berlabuh pada hubungan manusia dengan Allah dalam
Yesus Kristus dan melalui Roh Kudus. Keberadaan Yesus sebagai norma hidup moral terkait erat
dengan : ciri normatif Kitab Suci bagi moralitas Kristiani; hubungan dan tegangan antara imam
dan moralitas.
3. Pilihan Dasar
Tindakan manusia dalam berproses untuk menentukan sebuah pilihan dasar merupakan arah
hidup dalam pribadi manusia. Manusia akan selalu disodori dengan banyak pilihan di hidupnya,
karena Tuhan sendiri yang memberikan kita kebebasan dalam menentukan diri kita bagaimana
cara menjalani hidup. Dengan begitu, pilihan-pilihan ini menentukan arah seorang manusia
menjadi berbentuk sebuah dinamika yang tak kunjung usai dalam kehidupan. Pilihan ini berperan
penting, sebab pilihan-pilihan dalam tindakan seseorang bermula dari bergantung banyak pada
pilihan dasar. Rangkaian pilihan itu mengacu pada pilihan dasar yang membantu manusia dalam
proses mempertimbangkan dan menilai moral. Namun sesungguhnya, dalam memilih, kita tidak
sepenuhnya dapat memilih sendiri, sebab masih ada suara hati yang Tuhan pakai untuk
memberikan kita waktu agar dapat memikirkan apa sebab akibat yang dapat ditimbulkan dengan
memilih hal itu.
4. Hati Nurani
Hati nurani merupakan suatu hal yang kompleks, dalam artian bahwa hati nurani tidak bisa hanya
disadari saja, namun perlu untuk dipahami. Oleh sebab itu, cara pendekatan untuk mengenal lebih
jauh apa itu hati nurani dalam kehidupan sehari-hari, hati nurani dapat disadari sudah muncul
dalam diri kita sebagai manusia meski kita tidak pernah berpikir untuk berbuat demikian. Hati
nurani dalam aspek teologal lebih condong membahas keputusan manusia yang menyangkut
hubungannya dengan Tuhan. Dalam pembahasan yang dilakukan oleh para ahli, menyebutkan
permasalahan mengenai bagaimana munculnya hati nurani merupakan hal yang rumit. Dewasa
ini, manusia sering memakai atau tertarik untuk membahas mengenai hati nurani kalau mereka
ingin memprotes tentang kehidupan menurut sudut pandang manusia yang tidak menjunjung
tinggi norma yang berlaku dalam kalangannya sehingga dianggap tidak etis dalam bertindak.
Dengan begitu, setidaknya ada 3 pandangan dasar tentang hakikat hati nurani yang akan
dikemukakan mengenai hati nurani. Pertama, umumnya yang dimaksud dengan hati nurani adalah
keputusan konkret melalui penalaran praktis, berkat pengaruh kekuatan dalam hati nurani, yang
menyangkut kebaikan moral dalam tindakan tertentu. Selain konkret, hati nurani juga
mempunyai sifat subjektif, individual dan eksistensial. Dalam hal ini, maka hati nurani lebih
dipandang sebagai keputusan moral praktis yang memberitahukan kepada manusia dalam suatu
keadaan konkret sambil mengingatkan manusia akan kewajiban moral yang perlu dipenuhi.
Kedua, hati nurani dipandang sebagai kecakapan moral seseorang, “sanggar suci” terdalam
manusia, tempat manusia mengenal dirinya dihadapan Tuhan dan orang lain. Hati nurani
merupakan kedalaman keberadaan manusia yang sesungguhnya, pusat terdalam pribadi yang
tertuju pada Tuhan yang memelihara manusia. Ketiga, hati nurani tidak lagi dipandang sebagai
suatu “kecakapan di dalam kehendak dan intelek”, tetapi dilukiskan sebagai “tenaga dinamis”
dalam diri manusia, yang memungkinkan pribadi manusia untuk memberikan tanggapan yang
tepat dan benar dalam kehidupan seseorang.
5. Hukum
Jika kita berbuat salah, apa yang akan kita pikirkan ialah kita akan mendapatkan sebuah sanksi,
karena pada hakikat di dunia yang kita tempati ini, kita akan dianggap tidak bermoral jika
berperilaku tidak sesuai dengan norma moral yang ada. Sanksi yang dapat kita terima memiliki
banyak macam. Namun semuanya itu diatur dalam suatu aturan yang kita sebut hukum. Hukum
yang dibuat oleh manusia tentunya berbeda dengan hukum yang Tuhan buat untuk kita. Hukum
Allah diringkaskan dalam kasih. Ada dalam Alkitab, Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Itulah yang terutama dan yang pertama. Dan yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua inilah tergantung seluruh Taurat dan kitab
para nabi”(Matius 22:37-40)
6. Dosa
Kita hidup di dunia yang tidak sempurna. Kita hidup dengan orang-orang yang sudah
menanggung dosa lahir. Itulah yang kita mengerti bila kita seorang Kristiani. Paham dosa dalam
Kitab Suci disebutkan bahwa dosa merupakan bentuk dari perlawanan atau pemberontakan
terhadap Allah yang dapat muncul akibat adanya kebebasan yang dimiliki oleh manusia.
Pemberontakan akan nubuat Allah ataupun aturan yang dibuatnya. Sementara, paham dosa dalam
tradisi Katolik adalah suatu bentuk sikap negative atau menolak uluran kasih Tuhan merupakan
pandangan baru terhadap pengertian dosa karena sebelumnya setiap pelanggaran hukum diartikan
sebagai dosa. Namun, tidak semua hukum di dunia ini merupakan kebalikan dari dosa. Oleh
karena itu, dosa sekarang dideskripsikan sebagai sikap dan pendirian menolak Allah serta kasih-
Nya. Jika pengertian di atas dirangkumkan, maka dosa adalah suatu tindakan jahat secara moral
yang dilakukan berdasarkan kebebasan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum
Allah. Dalam Perjanjian Lama, orang-orang yang melakukan dosa ialah orang terkutuk yang akan
langsung diadili oleh orang lain. Pengampunan pada masa itu ialah dalam bentuk kurban. Namun,
pada Perjanjian Baru, Allah kembali ingin merangkul manusia dengan membentuk kembali
jembatan yang sudah putus dengan mengirim anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus. Yesus mati
di kayu salib untuk menebus semua dosa manusia dan bangkit lagi untuk menunggu hari
penghakiman kita yang sudah ditebus.
2. Salah satu sifat gereja adalah AM, bersifat iniversal menerobos setiap
pembatas suku,ras,gelombang. Berikan pendapatmu terhadap pernyataan
diatas apakah sifat itu selalu ada pada gereja dan apakan gereja yang
memmeliara perbedaan ras, berikan contohnya!
Jawab: Empat Ciri Gereja adalah istilah yang terdiri dari empat kata sifat yang
menggambarkan Gereja Katolik (Timur maupun Barat) seperti yang didirikan oleh Yesus Kristus.
Keempat ciri ini diterima oleh beberapa denominasi Kristen dengan dimasukkannya mereka ke dalam
kredo-kredo. Ciri-ciri ini sering kali diurutkan sebagai berikut:
1. satu,
2. kudus,
3. Katolik, dan
4. apostolik.
Keempatnya merujuk pada empat aspek yang sangat hakiki dari Gereja sejati: persatuan, kesucian,
keuniversalan dan kerasulan. Syahadat iman Gereja Katolik dirumuskan dalam Kredo (credere = percaya).
Ada dua rumusan kredo yaitu rumusan pendek dan rumusan panjang.
Gereja yang Satu:
Kesatuan di dalam Gereja mendapatkan dasarnya dari kesatuan Tritunggal, yaitu Bapa,
Putera dan Roh Kudus. Allah Tritunggal kendati memiliki tiga pribadi, namun hakikatnya
adalah Satu. Sama halnya dengan Gereja, kendati beraneka ragam, namun tetap Satu yaitu
Gereja yang berkumpul dalam Tuhan Yesus Kristus. Roh Kudulah yang menyatukan Gereja.
Dalam konteks kehidupan kristiani, kita menyadari bahwa dosa menyebabkan terjadinya
perpecahan dan pertengkaran, sebaliknya di mana ada kebajikan di sana ada perdamaian. Roh
Kudus membimbing gerejaNya untuk senantiasa masuk lebih dalam menuju kebersatuan
antara umat dan terlebih dengan Yesus Kristus.
B. F. Skinner (1904-1990)
Burrhus Frederic Skinner adalah seorang Psikolog Amerika Serikat kelahiran 20
Maret 1904. Ia adalah Psikolog aliaran Behaviorisme yang dikenal luas berkat
konsep Operant Conditioning dan Schedules of Inforcement. Konsepnya ini
merupakan pengembangan yang lebih komprehensif dari pendahulunya, Ivan
Pavlov.
Teorinya tersebut berpengaruh besar dalam kehidupan modern saat ini dalam
berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial dan pendidikan.
Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat diri sendiri, perilaku yang berlaku
diartikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang
menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya hingga tahap bila kebutuhan
itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk
punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu.” Dalam tahap dua perhatian untuk
[4]
oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang berifat intrinsik. Kekurangan
perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-konvensional, berbeda dengan
kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tingkah laku yang dibuat dimainkan untuk
melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia
dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.
Kehidupan hedonisme menjadikan orang tidak bisa lagi hidup benar di hadapan Allah. Karena lebih
memilih keinginan dagingnya daripada taat kepada Firman Tuhan. Orang Kristen yang sudah lahir baru
mempunyai kekuatan yang lebih daripada mereka yang lainnya.
b. Di dalam dunia yang diamati terdapat suatu tertib sebab-sebab yang membawa
hasil atau yang berdaya guna. Tidak pernah ada sesuatu yang diamati yang menjadi
sebab yang menghasilkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, maka harus ada sebab
berdaya guna yang pertama, inilah Allah.
c. Di dalam alam semesta terdapat hal-hal yang mungkin ada dan tidak ada. Oleh
karena semuanya itu tidak berada sendiri tetapi diadakan, dan oleh karena semuanya
itu dapat rusak, maka ada kemungkinan semua itu ada, atau semuanya itu tidak ada.
Jika segala sesuatu hanya mewujudkan kemunginan saja, tentu harus ada sesuatu yang
adanya mewujudkan suatu keharusan. Padahal sesuatu yang adanya adalah suatu
keharusan, adanya itu disebabkan oleh sesuatu yang lain, sebab-sebab itu tak mugkin
ditarik hingga tiada batasnya. Oleh karena itu, harus ada sesuatu yang perlu mutlak,
yang tak disebabkan oleh sesuatu yang lain, inilah Allah.
d. Diantara segala yang ada terdapat ha-hal yag lebih atau kurang baik, lebih atau
kurang benar dan lain sebagainya. Apa yang lebih baik adalah apa yang lebih
mendekati apa yang terbaik. Jadi jikalau ada yang kurang baik, yang baik dan yang
lebih baik, semuanya mengharuskan adanya yang terbaik. Dari semuanya dapat
disimpulkan bahwa harus ada sesuatu yang menjadi sebab daris segala yang baik,
segala yang benar, segala yang mulia. Yang menyebabkan semuanya itu adalah Allah.
e. Kita menyaksikan, bahwa segala sesuatu yang tidak berakal seperti umpamanya
tubuh alamiah, berbuat menuju pada akhirnya. Dari situ tampak jelas, bahwa tidak
hanya kebetulan saja semuanya itu mencapai akhirnya, tapi memang dibuat begitu.
Maka apa yang tidak berakal tidak mungkin bergerak menuju akhirnya, jikalau tidak
diarahkan oleh suatu tokoh yang berakal, berpengetahuan. Inilah Allah.