Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian Karakter Kristen

W.J.S Poerwadarminta menyebutkan karakter sebagai, “tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dari yang lainnya” (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka:
Jakarta). Karakter adalah istilah psikologis yang menunjuk kepada “sifat khas yang dimiliki oleh individu
yang membedakannya dari individu lainnya”. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Baru, Pustaka
Phoenix: Jakarta). Jadi, pada dasarnya karakter adalah sifat-sifat yang melekat pada kepribadian
seseorang. Sedangkan Kristen adalah sebutan bagi seseorang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian, karakter Kristen disebut juga sifat-sifat Kristen, yaitu kualitas rohani yang
dimiliki seorang Kristen.

2. Pembentukan Karakter

Setiap pribadi dikenali melalui sifat-sifat (karakter) yang khas baginya. Pembentukan pribadi mencakup
kombinasi dari beberapa unsur yang tidak mungkin dapat dihindari, yaitu unsur hereditas, unsur
lingkungan, dan kebiasaan. (1) Unsur hereditas adalah unsur-unsur yang dibawa (diwariskan) dari orang
tua melalui proses kelahiran, seperti keadaan fisik, intelektual, emosional, temperamen dan spiritual; (2)
Unsur lingkungan mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam membentuk karakter dari
pribadi seseorang. Unsur lingkungan disini meliputi lingkungan keluarga, lingkungan tradisi dan budaya,
serta lingkungan alamiah (tempat tinggal); (3) Unsur kebiasaan adalah suatu tindakan atau tingkah laku
yang terus menerus dilakukan menjadi suatu keyakinan atau keharusan. Kebiasaan-kebiasan ini akan
turut membetuk karakter seseorang.

Secara umum ketiga unsur tersebut membentuk pribadi seseorang. Tetapi, ada lagi satu unsur yang
membedakan orang Kristen dari yang bukan Kristen, yaitu unsur regenerasi atau kelahiran baru, yang
bersifat radikal dan supranatural. Justru unsur regenerasi ini sangat menentukan dalam pembentukan
karakter Kristen, karena tanpa regenerasi ini kita gagal menyenangkan Allah.

PENTINGNYA KARAKTER KRISTEN

Alasan penting mengapa kita perlu mengajarkan dan menampilkan karakter Kristen adalah: (1)
Kemerosotam moral. Karena saat ini sudah begitu luas kalangan yang merasakan terjadinya
kemerosotan moral. Pengajaran karakter adalah suatu perlawanan terhadap kemerosotan moral dan
terhadap etika modern yang rasionalistik yang dipengaruhi oleh pencerahan dan individualistik; (2)
Bahaya Pluralisme. Dalam zaman globalisasi dari postmodern saat ini kita semakin menyadari berbagai
aturan moral yang berbeda dari berbagai budaya yang berbeda. Saat ini kita hidup disuatu zaman
perjumpaan global dan keragaman budaya, dan itu membutuhkan kemampuan untuk beradaptasi; (3)
Pudarnya semangat keteladan. Karakter dibentuk oleh orang-orang lain yang menjadi model atau
mentor yang kita ikuti. Orang tua, guru, pembina, pelatih yang menjadi model atau teladan bagi kita
turut membentuk karakter kita. Dengan dituntun atau mengikuti dan meneladani para pembina atau
sosok lain yang layak diteladani kita belajar mengenali dan mewujudkan berbagai disposisi, kebiasaan,
dan keterampilan emosional dan intelektual yang dinyatakan oleh berbagai kebajikan. Sayangnya,
kebanyakan teori etika individualistik dan rasionalistik modern kurang memperhatikan pengaruh-
pengaruh ini, atau dengan kata lain semangat untuk mewarisi keteladanan kebenaran ini semakin
memudar.

Kita mengetahui bahwa identitas orang Kristen dikenal lewat dua kualitas transformatif yang secara
metaforis dinyatakan sebagai “garam” dan “terang” dunia (Matius 5:13,14). Kedua metafora ini
mengacu kepada “perbedaan” dan “pengaruh” yang harus dimanifestasikan murid-murid Yesus kepada
dunia ini. Kedua metafora ini dapat diartikan sebagai “penetrating power of the Gospel” yang harus
dinyatakan oleh murid-murid Yesus yang sudah lebih dahulu mengalami transformasi. Implikasi dari
penegasan ini cukup serius, yaitu bahwa orang Kristen secara harus memikul beban moral dari
metafora-metafora ini secara konsisten dan konsekuen. Lebih jauh, implikasi ini bukan sekedar
penegasan, tetapi merupakan sebuah panggilan bagi orang Kristen untuk melibatkan diri dan memberi
solusi dalam masalah-masalah dunia ini tanpa harus menjadi duniawi.

Tetapi, pengaruh kurangnya karakter yang baik merupakan aspek yang dapat merusak kesaksian Kristen.
Jika garam menjadi tawar maka ia tidak berguna (Matius 5:13). Dan jika terang disembunyikan di bawah
gantang maka ia tidak dapat menerangi semua orang (Matius 5:15). Karena itu Kristus menegaskan,
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu
yang baik (kalá erga)dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5:16). Kata Yunani “kalá erga” atau
yang diterjemahkan “perbuatan yang baik” menunjuk kepada perbuatan baik dalam pengertian moral,
kualitas dan manfaat. Dengan demikian, perbuatan baik adalah cermin dari kualitas karakter seseorang.
(Baca artikel saya: http://artikel.sabda.org/makna_sebuah_integritas)

Karena itu, pentingnya karakter hidup Kristen dijelaskan oleh Stephen Tong sebagai berikut, “Hal ini
merupakan tugas dan fungsi akhir dari pendidikan Kristen”. Selanjutnya Stephen Tong menjelaskan,
“Kita sebagai orang Kristen, selain memberikan hidup kepada orang-orang yang kita didik, selain kita
mengharapkan mereka memiliki hidup di dalam (inward life) yang sudah dilahirkan kembali, mereka juga
membentuk karakter diluar (outward character). Hidup ini merupakan pekerjaan Roh Kudus melalui
firman yang kita kabarkan, melalui Injil yang kita tegaskan sebagai pusat iman, kita melahirkan mereka
melalui kuasa Injil dan Firman oleh Roh Kudus di dalam kuasa Allah. Setelah itu kita mendidik mereka di
dalam karakter Kristen”. (Tong, Stephen, 2010, Arsitek Jiwa II, Cetakan Ketujuh, Penerbit Momentum:
Jakarta, hal 25-26).

http://artikel.sabda.org/membangun_dan_mengembangkan_karakter_kristen_yang_kuat

BUAH ROH: SATU BUAH, SEMBILAN RASA

"Buah" Roh yang dipakai di sini berbentuk tunggal, artinya adalah 9 cita rasa ini adalah satu kesatuan
yang harus dimiliki oleh orang yang percaya. Buah Roh yang dihasilkan di dalam kita bukanlah "sembilan
buah yang berbeda", tapi satu "buah" tunggal diwujudkan dalam sembilan kualitas yang berbeda. Ini
mengingatkan kita bahwa Roh Kudus menghasilkan buah-Nya dalam diri kita secara keseluruhan - tidak
ada musim buah "kasih", terus buah "sukacita" adalah musim berikutnya, kemudian "perdamaian"
musim berikutnya, dan seterusnya.

Kesembilan karakter buah Roh itu dapat dikelompokkan menjadi 3: pertama Karakter ini berhubungan
dengan Allah (Kasih, Sukacita, Damai sejahtera). Kedua, karakter yang berhubungan dengan sesama
(Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan). Ketiga, karakter yang berhubungan dengan diri sendiri (Kesetiaan,
Kelemahlembutan, Penguasaan diri/Kontrol diri).

KARAKTER YANG BERHUBUNGAN DENGAN ALLAH

Kasih (Agape) adalah tindakan mencari kebaikan tertinggi bagi orang lain. Kasih itulah yang Allah
curahkan bagi kita (Rom 5: 5). Kasih dalam Kristus yang "melampaui pengetahuan" (Ef 3: 16-19). Itulah
sebabnya pekerjaan Roh Kudus di dalam diri orang percaya harus menghasilkan cinta satu sama lain (1
Yoh 4: 10-11, 16, 21). Karena kita "dipimpin oleh Roh" akan Ia akan menghasilkan buah CINTA di dalam
hidup kita.

Bersukacitalah (chara) merupakan sebuah panggilan untuk menjadikan sukacita sebagai sebuah gaya
hidup. Entah kita berada dalam situasi yang menggembirakan atau merugikan. Kita harus terus
bersukacita. Sukacita Kristen adalah hasil dari sebuah teologi yang mendalam bahwa Allah
mengendalikan segala sesuatu untuk kebaikan dan kemuliaan-Nya sendiri dan juga demi kebaikan
orang-orang yang mengasihi Dia, dan dengan demikian mereka harus tetap bersukacita tidak peduli
bagaimanapun keadaannya. Tuhan adalah sumber sukacita yang tak habis-habisnya.
Damai sejahtera (Eireine). Suasana aman, tentram dan damai sejahtera dalam kehidupan sebenarnya
dicari oleh manusia disepanjang zaman di manapun juga. Damai sejahtera yang sejati, tidak bisa diukur
oleh uang, rumah , mobil atau apa saja. Damai sejati adalah anugerah Tuhan, "Damai sejahteraKu,
Kuberikan kepadamu dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu."
Yoh.14:27. Damai sejahtera ini adalah lahir dari keyakinan akan kesempurnaan pemeliharaan Tuhan
dalam setiap detail hidup kita. Dengan demikian, tidak ada peristiwa apapun juga yang sanggup mencuri
damai sejahtera umat percaya.

KARAKTER YANG BERHUBUNGAN DENGAN SESAMA

Dalam hubungan dengan sesama memang dibutuhkan kesabaran (makrothumia). Mokrothumia punya
pengertian panjang sabar dan tekun. Panjang sabar adalah memiliki kualitas pengendalian diri yang baik
dalam menghadapi provokasi. Allah adalah pribadi yang memiliki karakter ini secara sempurna. Karena
Ia panjang sabar, memungkinkan untuk kita memiliki keselamatan! (2Ptr 3:15) dan bertobat! ( Ro 2: 4).
Ini adalah dasar bagi orang percaya untuk saling mengasihi dan mengusahakan kebaikan orang lain.

Karakter yang berikut adalah Kemurahan (khrestotes). Karakter ini berarti kebaikan yang dipenuhi
dengan kemurahan hati. Khrestotes membuat kita bisa bersikap baik dan murah hati terhadap
sesamanya yang membutuhkan, bahkan termasuk kepada mereka yang tidak menyenangkan. Kita
sendiri memang sulit melakukan hal ini; tetapi Roh Kudus yang tinggal di dalam kita memampukannya.

Kesabaran dan kemurahan tidak lengkap bila belum ada kebaikan (agathosune). Agathosune berarti
kebaikan yang mengandung unsur memperbaiki dan mendisiplin agar orang lain lebih baik. Menurut
William Barclay, Agathosune berarti kebaikan dalam pengertian yang luas, yaitu “kebajikan yang
tersedia dalam segala perkara”. Di dalamnya terkandung unsur marah dan disiplin. Barclay menjelaskan
bahwa Yesus menunjukkan agathosune (kebaikan) ketika Ia mengadakan pembersihan di Bait Allah serta
mengusir mereka yang menjadikan tempat itu seperti pasar; tetapi Ia menunjukkan khrestotes
(kemurahan) kepada perempuan berdosa yang meminyaki kaki-Nya. Kasih orang Kristen adalah kasih
yang mengusahakan kebaikan orang lain. Tindakan kasih yang tidak mengandung disiplin tidak akan
menghasilkan kebaikan.

KARAKTER YANG BERHUBUNGAN DENGAN KARAKTER DIRI SENDIRI


Yang pertama dari kualitas ini adalah "kesetiaan" (Pistis). kata ini di dalam teks yang lain diterjemahkan
"iman". Tapi di teks ini, pistis diterjemahkan "kesetiaan" - yaitu, kejujuran dan integritas dalam tindakan
kita, dan komitmen dan tanggung jawab kita. Karakter ini merupakan implikasi dari kesadaran bahwa
kita memiliki Allah yang Maha Tahu, Maha Melihat. Karena semua tindakan kita, pikiran kita, dan motif
kita berada di bawah pengamatan konstan Bapa Sorgawi maka kita harus memiliki karakter setia.

Kualitas kedua berkaitan dengan diri batin kita adalah "kelembutan" Mayoritas bahasa Inggris
menerjemahkan lemah lembut (Praus) dengan "meek". Kata ini digunakan 4 kali dalam PB di (Mat 5: 5;
11:29; 21: 5; 1 Pet 3: 4). Dalam Yunani Klasik kata ini digunakan untuk menjinakkan anjing, obat yang
menenangkan, suara yang lembut atau angin yang sepoi-sepoi. Kelemahlembutan adalah sikap hati di
mana ia menyerahkan masalahnya dibawah kontrol Allah, sehingga ia dimampukan untuk tetap
bersikap lembut.

Akhirnya, kualitas terakhir dalam kategori ini adalah "pengendalian diri". Mayoritas versi bahasa Inggris
menerjemahkan "self control". Kata ini biasa dipakai untuk menggambarkan raja yang sedang memiliki
masalah pribadi, namun mampu mengendalikan dirinya sehingga dia tentap dapat menjalankan roda
pemerintahan. Ternyata Orang Kristen diharapkan dapat memiliki karakter ini. Kualitas karakter seperti
ini penting untuk menciptakan sebuah komunitas yang baik.

http://rec.or.id/article_448_Buah-buah-Roh-(Galatia-5:22-26)

Anda mungkin juga menyukai