Abstract: The development of the world globally demands good successors. This character
or attitude is embedded in everyone. A psychologist once said that human character is
formed in the womb. Then the character can change due to the influence of the
surrounding environment. For example, when someone lives in an environment that is
diligent in worship, then he will become a person who is diligent in following the services.
In this paper Adolescence is the peak where all characters ranging from good to bad are
more quickly seen by others. Instilling Christian values on the basis of the Bible in children
and adolescents is very important. Proverbs 22: 6 says, "Educate young people according to
the way that is appropriate for him, so even in his old age he will not deviate from that
path." This education process requires a very high price to be paid, especially by the
parents. If not, regret will continue to be carried until the last breath.
1.Pendahuluan
(1) Kemerosotam moral. Karena saat ini sudah begitu luas kalangan yang merasakan
terjadinya kemerosotan moral. Pengajaran karakter adalah suatu perlawanan terhadap
kemerosotan moral dan terhadap etika modern yang rasionalistik yang dipengaruhi oleh
pencerahan dan individualistik;
(2) Bahaya Pluralisme. Dalam zaman globalisasi dari postmodern saat ini kita semakin
menyadari berbagai aturan moral yang berbeda dari berbagai budaya yang berbeda. Saat
ini kita hidup disuatu zaman perjumpaan global dan keragaman budaya, dan itu
membutuhkan kemampuan untuk beradaptasi;
1
https://www.kompasiana.com/bhtrg/550ff2268133115334bc60f2/membangun-karakter-seorang-kristen-pa-
kawankita-ncku-tainan-nov-2011
(3) Pudarnya semangat keteladan. Karakter dibentuk oleh orang-orang lain yang menjadi
model atau mentor yang kita ikuti. Orang tua, guru, pembina, pelatih yang menjadi model
atau teladan bagi kita turut membentuk karakter kita. Dengan dituntun atau mengikuti dan
meneladani para pembina atau sosok lain yang layak diteladani kita belajar mengenali dan
mewujudkan berbagai disposisi, kebiasaan, dan keterampilan emosional dan intelektual
yang dinyatakan oleh berbagai kebajikan. Sayangnya, kebanyakan teori etika
individualistik dan rasionalistik modern kurang memperhatikan pengaruh-pengaruh ini,
atau dengan kata lain semangat untuk mewarisi keteladanan kebenaran ini semakin
memudar.
Kita mengetahui bahwa identitas orang Kristen dikenal lewat dua kualitas
transformatif yang secara metaforis dinyatakan sebagai “garam” dan “terang” dunia
(Matius 5:13,14). Kedua metafora ini mengacu kepada “perbedaan” dan “pengaruh” yang
harus dimanifestasikan murid-murid Yesus kepada dunia ini. Kedua metafora ini dapat
diartikan sebagai “penetrating power of the Gospel” yang harus dinyatakan oleh murid-
murid Yesus yang sudah lebih dahulu mengalami transformasi. Implikasi dari penegasan
ini cukup serius, yaitu bahwa orang Kristen secara harus memikul beban moral dari
metafora-metafora ini secara konsisten dan konsekuen. Lebih jauh, implikasi ini bukan
sekedar penegasan, tetapi merupakan sebuah panggilan bagi orang Kristen untuk
melibatkan diri dan memberi solusi dalam masalah-masalah dunia ini tanpa harus menjadi
duniawi.
Tetapi, pengaruh kurangnya karakter yang baik merupakan aspek yang dapat
merusak kesaksian Kristen. Jika garam menjadi tawar maka ia tidak berguna (Matius 5:13).
Dan jika terang disembunyikan di bawah gantang maka ia tidak dapat menerangi semua
orang (Matius 5:15). Karena itu Kristus menegaskan, “Demikianlah hendaknya terangmu
bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik (kalá erga)dan
memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5:16). Kata Yunani “kalá erga” atau yang
diterjemahkan “perbuatan yang baik” menunjuk kepada perbuatan baik dalam pengertian
moral, kualitas dan manfaat. Dengan demikian, perbuatan baik adalah cermin dari kualitas
karakter seseorang.2
2
https://www.artikel.sabda.org/membangun_dan_mengembangkan_karakter_kristen_yang_kuat
Keputusan dan nilai-nilai dari diri sendiri sangat mempengaruhi kehidupan masa
depan yang dilalui. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli psikologi dan pendidikan pada
umumnya yang menyatakan bahwa lingkungan dan agen yang banyak mempengaruhi
pembentukan karakter, iman, dan tata nilai seseorang adalah keluarga asal (the family of
origin). Dengan kata lain, keluarga asal dianggap paling berperan dan berharga dengan
berbagai dinamika dan kondisi apapun dalam membentuk karakter dan kebiasaan
seseorang.
2. Tujuan penulisan
3. Manfaat penulisan
4. Pembahasan
Pemuridan Kontekstual
Pemuridan Kontekstual merupakan salah satu model pemuridan yang aplikatif dan
sangat tepat bagi pertumbuhan setiap orang Kristen. Penelitian mengenai Pemuridan
kontekstual terus diekplorasi sehingga dapat digunakan secara maksimal dalam setiap
pelayanan pemuridan. Pemuridan Kontekstual merupakan suatu kelompok yang mau
berkomitmen untuk bertumbuh dan biasanya terdiri atas tiga sampai enam orang. 4
4
Daniel Fajar Panuntun and Eunike Paramita, “HUBUNGAN PEMBELAJARAN ALKITAB TERHADAP NILAI-NILAI
( KELOMPOK TUMBUH BERSAMA KONTEKSTUAL ),” Gamaliel : Teologi dan praktika 1, no. 2 (2019): 107
5
https://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI/article/view/138
KTBK diharapkan membuat mahasiswa dapat terbuka melalui kelompok-kelompok
pemahaman Alkitab, sehingga mahasiswa –tidak hanya karena masalah stress akan tetapi
juga karena masalah pertumbuhan rohani, dapat terbuka untuk konseling sehingga setiap
permasalahan dapat diselesaikan di dalam Kristus. Pemuridan menjadi salah satu cara
yang dipakai Allah untuk mencetak generasi atau para pemimpin yang berkualitas.
Pemuridan Tuhan Yesus memiliki delapan langkah yaitu pemilihan, persekutuan,
pengabdian, pemberian diri, peragaan, pendelegasian, pengawasan, dan multiplikasi. Yesus
mengadakan pemuridan dengan melatih para murid. Yesus perlahan-lahan membawa para
Murid-Nya melalui suatu proses yang membekali mereka dengan kualitas- kualitas yang
membuat mereka terpercaya menjadi pembawa kabar kesukaan. Fase yang terakhir adalah
perubahan yang paling dramatis yang dialami oleh para murid. Yesus akan pergi dan
mereka akan mulai berhubungan dengan-Nya melalui Roh Kudus dan melalui gereja-Nya. 6
6
T Haryono and Daniel Fajar Panuntun, “Andil Pemuridan Kontekstual Yesus Kepada Petrus Yakobus Dan Yohanes
Terhadap Keterbukaan Konseling Mahasiswa Pada Masa Kini,” Gamaliel : Teologi dan praktika 1, no. 1 (2019): 14-
15.
7
Daniel Fajar Panuntun and Eunike Paramita, “HUBUNGAN PEMBELAJARAN ALKITAB TERHADAP NILAI-NILAI
( KELOMPOK TUMBUH BERSAMA KONTEKSTUAL ),” Gamaliel : Teologi dan praktika 1, no. 2 (2019): 107
percaya dnegan pemahaman Alkitab Kontekstual. Ketiga, mengontrol orang percaya dalam
ketaatan terhadap Firman Tuhan. Keempat, melipatgandakan KTBK dengan mendelagasi
setiap anggota menjadi pemimpin KTBK baru.
Untuk bertumbuh menuju kedewasaan penuh dan menjadi serupa dengan Kristus
dibutuhkan pengajaran Firman Tuhan. Pengajaran Firman Tuhan harus disertai kerelaan
dalam menaati otoritas Firman Tuhan. Dalam KTBK proses belajar dilakukan bersama
dengan memahami Alkitab secara indukstif kontekstual.
Persekutuan (Fellowship)
Persekutuan kasih yang terjadi di antara naggota KTBK akan menyaksikan kepada
orang lain bahwa mereka benar-benar murid Kristus. Gereja mula-mula membentuk
persekutuan karena mereka telah mengalami keselamatan dari Tuhan dan menyadari
pentingnya persekutuan. Melalui persekutuan mereka terus bertumbuh kerohaniannya.
Persekutuan dalam KTBK akan menolong semua anggota dapat saling mengasihi, saling
melayani, saling membangun, saling memperhatikan, saling menasihati, mensharingkan
kebutuhannya masing-masing, saling mengakui dosa-dosanya, saling menanggung beban,
membesarkan hati orang lain dan saling mendoakan.
Pengutusan (Missions)
KTBK terkait erat dengan pengutusan. Pengutusan adalah kesaksian anggota KTBK
untuk pergi memberitakan Injil Yesus Kristus kepada orang-orang yang membutuhkannya.
Melalui pengutusan ini anggota KTBK dapat mempraktikkan kasih dan kuasa Allah.
Keempat unsur di atas tidak dapat dipisahkan satu sama lain melainkan bekerja bersama-
sama untuk mewujudkan tujuan KTBK.27 Pemuridan KTBK dilakukan dengan learning,
pujian dan doa, fellowship, dan missions. Pemuridan KTBK merupakan pemuridan yang
lengkap untuk membekali setiap pelayan Tuhan untuk siap melayani di setiap panggilan
pelayanan yang Tuhan sudah sediakan. KTBK menolong setiap pelayan Tuhan untuk
mengerti setiap panggilannya melalui empat langkah-langkah tersebut. 8
Nilai-nilai karakter kristiani bersumber dari Alkitab. Alkitab adalah sebutan untuk
sekumpulan naskah yang dipandang suci dalam Yudaisme dan Kekristenan. Kata "Alkitab"
yang digunakan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab, dan juga digunakan
umat Muslim untuk menyebut Al-Qur'an. Alkitab merupakan sekumpulan kitab suci yang
ditulis pada waktu yang berlainan, oleh para penulis yang berbeda di lokasi-lokasi yang
berbeda. Umat Yahudi dan Kristiani (Kristen) memandang kitab-kitab dalam Alkitab
sebagai hasil dari pengilhaman ilahi, dan sebagai catatan otoritatif mengenai hubungan
antara Allah dengan manusia.9
Nilai merupakan sesuatu yang sifatnya abstrak, tak dapat disentuh namun dapat
dirasakan dalam diri. Secara praktis, nilai menjadi pedoman hidup yang mempengaruhi
prilaku seseorang serta penilaiannya terhadap sesuatu. Sebagai orang kristen, setiap kita
perlu menerapkan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan keseharian kita, termasuk dalam
lingkungan sekolah. Nilai Kristiani bersumber dari nilai-nilai yang ada pada diri Tuhan
Yesus, yaitu sifat-sifat Allah sendiri. Dalam Alkitab, kita dapat menemukan nilai-nilai
kristiani tertulis dalam Galatia 5:22-23. Berikut ini akan kami jabarkan contoh nilai
kristiani dalam lingkungan sekitar.10
8
Yuliati and Kezia Yemima, “MODEL PEMURIDAN KONSELING BAGI ALUMNUS PERGURUAN TINGGI LULUSAN BARU
(FRESH GRADUATE) YANG MENGINGKARI PANGGILAN PELAYANAN” 1, no. 1 (2019): 31-32
9
https://id.wikipedia.org/wiki/Alkitab
10
https://tuhanyesus.org/contoh-nilai-kristiani-dalam-lingkungan
Nilai Kasih
Istilah “Kasih” dalam bahasa aslinya dipakai kata “agape” yang berarti kasih tanpa
pamrih, tanpa mengharapkan imbalan, balasan. Kasih Allah kepada manusia. Allah
mengasihi, menyelamatkan manusia tanpa mengharapkan balasan sedikitpun. Kasih
seperti inilah yang diberikan Allah kepada manusia. (Contoh: ketika Anda memberikan
pertolongan atau apapun namanya maka Anda sebagai manusia yang telah menerima kasih
Allah secara Cuma-cuma, maka Anda pun wajib mengasihi dengan Cuma-Cuma) Oleh sebab
itu, manusia yang telah menerima kasih Allah itu mestinya mewujudkan kasih itu kepada
sesama manusia dan dunia ini. Nilai kasih yang diberikan oleh Allah kepada manusia
bukanlah sebuah opsi, artinya boleh dilakukan atau boleh tidak dilakukan. Nilai kasih
merupakan suatu keharusan yang perlu diwujudnyatakan dalam kehidupan yang nyata,
oleh siapa dan dimanapun, tua muda, anak-anak, pekerja, maupun pelajar. 11
Dalam 1 Korintus 13:1-13 dan Matius 22:37-40 disebutkan bahwa kasih merupakan
hukun Tuhan yang paling utama, paling besar, inti dari seluruh iman kristen, tujuan hidup
orang Kristen. Umat kristen wajib mewujudkan kasih dalam kehidupan, sebab tanpa kasih
semuanya sia-sia belaka. Tanpa kasih kita tidak akan dapat mewujudkan keluarga Kristen
yang ideal. Dalam lingkungan sekolah, contoh nilai kasih dapat kita wujudkan dalam
bentuk kepedulian terhadap sesama, teman sekelas, guru, ataupun orang-orang yang kita
temui di sekolah.12
Sukacita
Damai sejahtera
11
http://jonaagatos.weebly.com/bab-ii-iman-kristen-dan-nilai-nilai-kristiani.html
12
https://tuhanyesus.org/contoh-nilai-kristiani-dalam-lingkungan
Secara umum damai berarti, aman, tidak ada peperangan, kebencian, perselisihan
dll. Dengan demikian semua manusia yang ada dipermukaan bumi ini pasti merindukan
kedamaian.
Istilah damai sejahtera dalam bahasa Ibrani dipakai kata “syalom” yang biasanya
digunakan untuk menyapa, menanyakan kabar (Kejadian 43:27), ucapan salam perpisahan.
Istilah “syalom” bisa juga menyangkut setiap hal yang membawa kebaika tertinggi bagi
manusia. Istilah dalam bahasa Yunani adalah “eirene” . dalam perikop istilah ini berarti
ketenangan hati yang bersumber pada kesadaran bahwa seluruh kehidupan kita berada di
tangan Allah.
Tuhan Yesus Kristus telah mengadakan damai sejahtera bagi kita, karena dengan
kematianNya Ia telah melenyapkan perseteruan manusia dengan Allah. Itu sebabnya Tuhan
Yesus mengatkan “berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut
anak-anak Allah” (Matius 5:9) Tuhan Yesus menginginkan supaya umatNya tetap hidup
damai dengan semua orang karena itu setiap umatNya wajib menjauhi segala bentuk
perselisihan, pertengkaran yang dapat memicu perkelahian dan permusuhan. 13
Damai sejahtera disini mengacu pada istilah dalam Kejadian 43:27 yang berarti
ketenangan hati karna menyadari bahwa seluruh kehidupan kita berada di tangan Allah.
Dengan kematian-Nya di kayu salib, Tuhan Yesus telah mengadakan damai sejahtera bagi
kita yang percaya.
Kesabaran
Kesabaran mengacu pada sikap tenang, tidak terburu-buru, tahan terhadap godaan
dan tidak mudah putus asa. Dalam bahasa Yunani “sabar” megandung 2
pengertian: pertama, semangat tak kenal menyerah sampai akhir (dalam
penderitaan). Kedua, masalah hubungan dengan sesama, contoh, menahan diri untuk tidak
memanfaatkan hasrat ingin membalas dendam karena perbuatan orang lain yang
menyakitkan, nilai kesabaran ini dapat di temukan dalam Roma 2:40 dimana dituliskan
13
http://jonaagatos.weebly.com/bab-ii-iman-kristen-dan-nilai-nilai-kristiani.html
kesabaran Allah agar kita bertobat, lalu pada 1 Petrus 3: 20 dimana Allah sabar menanti
Nuh mempersipkan bahtera (baca: perbedaan nilai dan norma dalam agama kristen).
Kemurahan dan kebaikan adalah dua kata yang hampir sama artinya, bahkan dalam
bahsa aslinya kemurahan sering juga diartikan kebaikan. Kemurahan dan kabaikan suatu
sikap hidup seseorang yang dengan rela hati memberikan pertolongan kepada orang lain
tanpa mengharapakan imbalan apapun. Dalam Yohanes 3:16 dikatakan bahwa Allah telah
terlebih dahulu mengasihi manusia. Kemurahan dan kebaikan Allah tak hentinya
diberikan-Nya dalam hidup kita. Oleh sebab itu, kita sebagai umat Allah sudah sepatutnya
meneladani kemurahan dan kebaikan-Nya, dengan melakukan hal yang sama pada
sesama.14
Kesetiaan
Kesetiaan mengacu pada sikap dapat atau layak dipercaya, ketekunan dalam
melakukan sesuatu, terus berupaya hingga berhasil, dan dapat diandalkan. Kesetian dalam
bahasa aslinya diambil dari kata “pistis” Kata ini sangat umum dalam dalam bahasa Yunani
sehari-hari yang berarti: “layak untuk dipercaya”. Istilah in menunjuk pada ciri khas orang
yang dapat diandalkan. Istilah setia juga berarti “melakukan segala sesuatu dengan tekun.
Contoh ketika kita ingin berhasil dalam mengerjakan suatu usaha yang kita
inginkan, maka yang sangat kita butuhkan adalah kesetiaan untuk mengerjakannya dengan
tekun sampai berhasil. Kesetiaan seseorang akan kelihatan di dalam proses menyelesaikan
upayanya, dari awal sampai akhir. Tuhan Yesus adalah tokoh yang ideal ketika kita ingin
14
https://tuhanyesus.org/contoh-nilai-kristiani-dalam-lingkungan
menwujudnyatakan kesetian dalam hidup keseharian kita, karena Ia pun telah
menyelesaikan tugas-tugasnya bahkan sampai rela mati dikayu salib. Oleh karena itu pula
setiap umatNya dituntut supaya setia kepada Tuhan, setiap apa yang dilakukan apa yang
diperintahkan Nya, setia terhadap iman kepercayaannya, walau menghadapi berbagai
tantangan dan godaan.15 Dalam Matius 25:14-30 juga dikatakan mengenai kesetiaan,
dimana orang yang setia dalam perkara kecil maka kepadanya akan Tuhan percayakan
perkara besar. Kesetiaan dapat menjadi indikator ukuran pertumbuhan rohani umat
kristen.
Kelemahlembutan
Dalam matius 5: 5 dikatakan bahwa orang yang lemah lembut akan memiliki bumi.
Ditengah-tengah kehidupan manusia yang penuh dengan kekejaman, kesadisan, kekasaran,
kekerasan, penyiksaan, ketersinggungan dan penuh emosional, maka nilai kelemah
lembutan pun sudah mulai pudar, padahal nilai ini sangat penting dalam kehidupan
manusia. Itu sebabnya dalam pelajaran ini TUHAN mengingatkan kepada kita akan prinsip
hidup dari Kerajaan Surga tentang Kelemahlembutan, yang akan memiliki berkat-berkat
bumi. Kelemahlembutan menjadi sesuatu yang sulit dijumpai karena kerasnya kehidupan
dan banyaknya pergumulan yang menjadikan manusia kurang sabar, kurang tenang dalam
jiwanya. 16
15
http://jonaagatos.weebly.com/bab-ii-iman-kristen-dan-nilai-nilai-kristiani.html
16
https://tuhanyesus.org/contoh-nilai-kristiani-dalam-lingkungan
Penguasaan Diri
Sementara nilai penguasaan diri adalah suatu sikap dimana seseorang mampu
mengontorl dirinya secara baik dan benar. Memang kita sadar bahwa manusia memiliki
yang namanya keinginan-keinginan. Namun, pada kenyataannya tidak semua keinginan itu
dapat membahagiakan sesamanya bahkan dirinya sendiri. Seringkali keinginan manusia
dikuasai oleh nafsu dan emosi yang tidak terkontrol, akibatnya manusia menjadi korban
dari keinginannya sendiri.Sikap penguasaan diri membuat seseorang mampu mengontrol
dirinya, terutama terkait emosinya dengan baik dan benar. Dalam alkitab penguasaan diri
dapat dibaca dalam Kejadian 39 dimana Yusuf mampu menguasai dirinya ketika istri
potifar mengajaknya bersetubuh. Penguasaan diri juga tercermin dalam prilaku Tuhan
Yesus di taman Getsemani, sesaat sebelum Ia disalibkan.17
1. Anak (0 -- 12 tahun)
Tentunya kiat-kiat di atas harus didahului oleh doa yang dinaikkan terus-menerus
bagi mereka. Ada kuasa yang mengubah dan memperbarui dalam doa!. 18
5. Kesimpulan
Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran Alkitab
pada pemuridan kontekstual/KTBK memiliki hubungan positif dengan pemahaman nilai-
nilai karakter kristiani bagi anak remaja. Saran dari penelitian ini adalah: pertama,
mengaplikasikan Pemuridan Kontekstual/KTBK secara konsekuen kepada anak dan remaja
sehingga didapatkan generasi-generasi pemuda pemudi yang dapat memahami nilai-nilai
kerakter kristiani. Kedua, Pemuridan Kontekstual/KTBK dapat dijadikan rujukan dalam
penangan masalah-masalah yang terjadi sekarang ini.
Daftar pustaka
Haryono, T, and Daniel Fajar Panuntun. “Andil Pemuridan Kontekstual Yesus Kepada
Petrus Yakobus Dan Yohanes Terhadap Keterbukaan Konseling Mahasiswa Pada Masa
Kini.” Gamaliel : Teologi dan praktika 1, no. 1 (2019): 14-15.
https://www.kompasiana.com/bhtrg/550ff2268133115334bc60f2/membangun-
karakter-seorang-kristen-pa-kawankita-ncku-tainan-nov-2011
https://www.artikel.sabda.org/
membangun_dan_mengembangkan_karakter_kristen_yang_kuat
18
https://remaja.sabda.org/menanamkan-nilai-nilai-kristiani-pada-anak-dan-remaja
https://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI/article/view/138
https://id.wikipedia.org/wiki/Alkitab
https://tuhanyesus.org/contoh-nilai-kristiani-dalam-lingkungan
http://jonaagatos.weebly.com/bab-ii-iman-kristen-dan-nilai-nilai-kristiani.html
https://remaja.sabda.org/menanamkan-nilai-nilai-kristiani-pada-anak-dan-remaja