Anda di halaman 1dari 15

Implementasi Pemuridan Kontekstual Untuk Meningkatkan Nilai-Nilai

Karakter Kristiani Di Kelas Anak Remaja Jemaat Ukka’

Irene Dian Situru’


Kelas A (Teologi Kristen)
Institut Agama Kristen Negeri Toraja
Irenedian3@gmail.com

Abstrak: Perkembangan dunia secara global menuntut adanya penerus-penerus yang


berahlak baik. Akhlak atau sikap ini yang tertanam dalam diri setiap orang. Seorang
psikolog pernah mengatakan bahwa karakter manusia terbentuk sejak dalam kandungan.
Kemudian karakter bisa berubah karena pengaruh lingkungan sekitar. Misalnya ketika
seseorang tinggal di lingkungan yang rajin beribadah, maka ia akan menjadi pribadi yang
rajin mengikuti ibadah-ibadah. Dalam tulisan ini Masa remaja adalah puncak dimana
semua karakter mulai dari yang baik sampai yang buruk lebih cepat terlihat orang lain.
Menanamkan nilai-nilai kristiani dengan dasar Alkitab pada anak-anak dan remaja
merupakan suatu hal yang sangat penting. Amsal 22:6 berkata, “Didiklah orang muda
menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang
dari pada jalan itu.” Proses didikan ini menuntut harga yang sangat mahal yang harus
dibayar, khususnya oleh pihak orang tua. Jika tidak, penyesalan akan terus dibawa hingga
napas terakhir.

Abstract: The development of the world globally demands good successors. This character
or attitude is embedded in everyone. A psychologist once said that human character is
formed in the womb. Then the character can change due to the influence of the
surrounding environment. For example, when someone lives in an environment that is
diligent in worship, then he will become a person who is diligent in following the services.
In this paper Adolescence is the peak where all characters ranging from good to bad are
more quickly seen by others. Instilling Christian values on the basis of the Bible in children
and adolescents is very important. Proverbs 22: 6 says, "Educate young people according to
the way that is appropriate for him, so even in his old age he will not deviate from that
path." This education process requires a very high price to be paid, especially by the
parents. If not, regret will continue to be carried until the last breath.

1.Pendahuluan

Perkembangan dunia secara global menuntut adanya penerus-penerus yang


berahlak baik. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai masalah dalam bidang-bidang
tertentu. Terkhusus dalam bidang sosial agama, sudah sangat banyak kejadian-kejadian
yang tidak diinginkan terjadi. Seorang Kristen seharusnya membangun karakternya
berdasarkan keingin Tuhan /rohani. Karakter yang dibangun secara rohani akan tumbuh
secara rohani. Karakter seorang manusia dipengaruhi oleh lingkungannya, dalam hal
inikarakter itu dibangun dalam lingkungan Kristen maka seorang anak akan tumbuh
dengan Karakter rohani sesuai dengan Firman Tuhan. Karakter Kristen memiliki
kecendrungan kasih adalah yang utama dan bersifat universal. Contohnya adalah Yesus
sendiri (tegas, setia, memiliki visi, kasih dll). 1

Alasan penting mengapa kita perlu mengajarkan dan menampilkan niali-nilai


karakter Kritiani adalah:

(1) Kemerosotam moral. Karena saat ini sudah begitu luas kalangan yang merasakan
terjadinya kemerosotan moral. Pengajaran karakter adalah suatu perlawanan terhadap
kemerosotan moral dan terhadap etika modern yang rasionalistik yang dipengaruhi oleh
pencerahan dan individualistik;

(2) Bahaya Pluralisme. Dalam zaman globalisasi dari postmodern saat ini kita semakin
menyadari berbagai aturan moral yang berbeda dari berbagai budaya yang berbeda. Saat
ini kita hidup disuatu zaman perjumpaan global dan keragaman budaya, dan itu
membutuhkan kemampuan untuk beradaptasi;

1
https://www.kompasiana.com/bhtrg/550ff2268133115334bc60f2/membangun-karakter-seorang-kristen-pa-
kawankita-ncku-tainan-nov-2011
(3) Pudarnya semangat keteladan. Karakter dibentuk oleh orang-orang lain yang menjadi
model atau mentor yang kita ikuti. Orang tua, guru, pembina, pelatih yang menjadi model
atau teladan bagi kita turut membentuk karakter kita. Dengan dituntun atau mengikuti dan
meneladani para pembina atau sosok lain yang layak diteladani kita belajar mengenali dan
mewujudkan berbagai disposisi, kebiasaan, dan keterampilan emosional dan intelektual
yang dinyatakan oleh berbagai kebajikan. Sayangnya, kebanyakan teori etika
individualistik dan rasionalistik modern kurang memperhatikan pengaruh-pengaruh ini,
atau dengan kata lain semangat untuk mewarisi keteladanan kebenaran ini semakin
memudar.

Kita mengetahui bahwa identitas orang Kristen dikenal lewat dua kualitas
transformatif yang secara metaforis dinyatakan sebagai “garam” dan “terang” dunia
(Matius 5:13,14). Kedua metafora ini mengacu kepada “perbedaan” dan “pengaruh” yang
harus dimanifestasikan murid-murid Yesus kepada dunia ini. Kedua metafora ini dapat
diartikan sebagai “penetrating power of the Gospel” yang harus dinyatakan oleh murid-
murid Yesus yang sudah lebih dahulu mengalami transformasi. Implikasi dari penegasan
ini cukup serius, yaitu bahwa orang Kristen secara harus memikul beban moral dari
metafora-metafora ini secara konsisten dan konsekuen. Lebih jauh, implikasi ini bukan
sekedar penegasan, tetapi merupakan sebuah panggilan bagi orang Kristen untuk
melibatkan diri dan memberi solusi dalam masalah-masalah dunia ini tanpa harus menjadi
duniawi.

Tetapi, pengaruh kurangnya karakter yang baik merupakan aspek yang dapat
merusak kesaksian Kristen. Jika garam menjadi tawar maka ia tidak berguna (Matius 5:13).
Dan jika terang disembunyikan di bawah gantang maka ia tidak dapat menerangi semua
orang (Matius 5:15). Karena itu Kristus menegaskan, “Demikianlah hendaknya terangmu
bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik (kalá erga)dan
memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5:16). Kata Yunani “kalá erga” atau yang
diterjemahkan “perbuatan yang baik” menunjuk kepada perbuatan baik dalam pengertian
moral, kualitas dan manfaat. Dengan demikian, perbuatan baik adalah cermin dari kualitas
karakter seseorang.2
2
https://www.artikel.sabda.org/membangun_dan_mengembangkan_karakter_kristen_yang_kuat
Keputusan dan nilai-nilai dari diri sendiri sangat mempengaruhi kehidupan masa
depan yang dilalui. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli psikologi dan pendidikan pada
umumnya yang menyatakan bahwa lingkungan dan agen yang banyak mempengaruhi
pembentukan karakter, iman, dan tata nilai seseorang adalah keluarga asal (the family of
origin). Dengan kata lain, keluarga asal dianggap paling berperan dan berharga dengan
berbagai dinamika dan kondisi apapun dalam membentuk karakter dan kebiasaan
seseorang.

Untuk melawan kekuatan dari rasionalisme, liberalisme, dan individualisme modern


yang menghancurkan, beberapa pakar etika Kristen bersikeras bahwa kita perlu berfokus
bukan hanya pada keputusan benar atau salah, tetapi juga pada apa yang membentuk
karakter dari orang-orang yang membuat keputusan dan melakukan perbuatan. Sudah tiba
saatnya orang-orang Kristen harus lebih berani dan lebih tegas lagi mengajarkan dan
menampilkan citra dari karakter Kristen dimana pun mereka berada. Kita patut
meneladani kaum Puritan sebelum abad pencerahan yang begitu menekankan pengajaran
tentang kebajikan moral (karakter) pada abad keenam belas dan ketujuh belas. 3

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis menarik judul “Implementasi


Pemuridan Kontekstual untuk meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Kristiani di Kelas Remaja
Jemaat Ukka’”

2. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi


Pemuridan Kontekstual untuk meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Kristiani di Kelas Remaja
Jemaat Ukka’.

3. Manfaat penulisan

Manfaat dari penelitian ini adalah pertama, Mengerti pentingnya hubungan


pembelajaran Alkitab dengan nilai-nilai karakter kristiani. Kedua, sebagai arahan untuk
setiap pelayan, hamba Tuhan dalam mengaplikasikan bentuk Pemuridan Kontekstual
kepada seluruh orang percaya termasuk anak dan remaja. Ketiga, menjelaskan Pemuridan
3
https://www.artikel.sabda.org/membangun_dan_mengembangkan_karakter_kristen_yang_kuat
Kontekstual dalam prinsipnya yang bersifat alkitabiah melalui hasil penelitian sehingga
dapat digunakan dalam lingkup yang lebih luas.

4. Pembahasan

Pemuridan Kontekstual

Pemuridan Kontekstual merupakan salah satu model pemuridan yang aplikatif dan
sangat tepat bagi pertumbuhan setiap orang Kristen. Penelitian mengenai Pemuridan
kontekstual terus diekplorasi sehingga dapat digunakan secara maksimal dalam setiap
pelayanan pemuridan. Pemuridan Kontekstual merupakan suatu kelompok yang mau
berkomitmen untuk bertumbuh dan biasanya terdiri atas tiga sampai enam orang. 4

Tugas pemuridan, Yesus tujukan kepada para murid-murid-Nya, kemudian


dilanjutkan oleh pada penerus mereka yang hidup dalam sebuah komunitas iman untuk
menjalankan tugas pemuridan tersebut. Dalam tugas pemuridan, komunitas iman dalam
sebuah gereja sebagai suatu institusi melakukan tindakan pergi untuk mewartakan kabar
baik sehingga setiap bangsa dapat menjadi bagian dari komunitas iman pada Yesus Kristus.
Dalam pemuridan, setiap orang yang masuk dalam komunitas iman pada Kristus, diterima
dengan tanpa membedakan mereka, sebab tugas ini adalah tugas yang multikultural.
Pengajaran merupakan bagian penting dalam tugas pemuridan. Pengajaran dilakukan agar
dapat memantapkan orang-orang yang baru percaya atau murid-murid baru masuk ke
dalam komunitas iman pada Yesus, kemudian mereka menjadi murid Tuhan Yesus yang
dapat diutus untuk memuridkan orang lain.5

Pemuridan Kontekstual memiliki brand atau nama yaitu Kelompok Tumbuh


Bersama Kontekstual (KTBK) atau Contextual Bible Group (CBG). Pemuridan KTBK
dilakukan dengan Langkah Pembelajaran Firman Tuhan (Learning), Pujian dan doa,
Fellowship, dan Missions. Pemuridan Kontekstual adalah salah satu model pemuridan yang
fokus dalam mempelajari kebenaran Alkitab secara holistikkontekstual dan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

4
Daniel Fajar Panuntun and Eunike Paramita, “HUBUNGAN PEMBELAJARAN ALKITAB TERHADAP NILAI-NILAI
( KELOMPOK TUMBUH BERSAMA KONTEKSTUAL ),” Gamaliel : Teologi dan praktika 1, no. 2 (2019): 107
5
https://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI/article/view/138
KTBK diharapkan membuat mahasiswa dapat terbuka melalui kelompok-kelompok
pemahaman Alkitab, sehingga mahasiswa –tidak hanya karena masalah stress akan tetapi
juga karena masalah pertumbuhan rohani, dapat terbuka untuk konseling sehingga setiap
permasalahan dapat diselesaikan di dalam Kristus. Pemuridan menjadi salah satu cara
yang dipakai Allah untuk mencetak generasi atau para pemimpin yang berkualitas.
Pemuridan Tuhan Yesus memiliki delapan langkah yaitu pemilihan, persekutuan,
pengabdian, pemberian diri, peragaan, pendelegasian, pengawasan, dan multiplikasi. Yesus
mengadakan pemuridan dengan melatih para murid. Yesus perlahan-lahan membawa para
Murid-Nya melalui suatu proses yang membekali mereka dengan kualitas- kualitas yang
membuat mereka terpercaya menjadi pembawa kabar kesukaan. Fase yang terakhir adalah
perubahan yang paling dramatis yang dialami oleh para murid. Yesus akan pergi dan
mereka akan mulai berhubungan dengan-Nya melalui Roh Kudus dan melalui gereja-Nya. 6

Produk Pemuridan Kontekstual adalah salah satu dari berbagai model-model


produk pemuridan yang ada di dunia diantaranya adalah: Model Pemuridan menurut Bill
Hull dengan empat fase yaitu “datang dan lihat”, “datang dan ikut Aku”, “datang dan
bersama Aku” dan terakhir “datang dan tinggal dalam Aku”, Model pemuridan Harmant-
Sutherland yaitu dengan prinsip pemilihan, pengembangan, dan pelipatgandan, Model
Pembinaan Warga (KPW) yang merupakan kelompok Kristen yang berisi 7-15 orang yang
bertekad menjadi murid Kristus, dan Model pemuridan Relasional yang menekankan aspek
edukasional, atraksional, misional dan organik dengan tingkat keberhasilan dimana para
murid dapat memuridkan. Secara singkat Model Pemuridan Kontekstual berisi berbagai
kelebihankelebihan yang telah dipaparkan oleh para pakar model pemuridan tersebut. 7

Pemuridan ini memakai nama Kelompok Tumbuh Bersama Kontekstual (KTBK)


atau Contextual Bible Group (CBG). Pada Prinsipnya memiliki visi yaitu agar anggota KTBK
menjadi serupa dengan Yesus. Misi KTBK adalalah: pertama, mendorong ornag percaya
bertubuh ke arah kedewasaan penuh dalam Kristus. Kedua, memperlengkapi orang

6
T Haryono and Daniel Fajar Panuntun, “Andil Pemuridan Kontekstual Yesus Kepada Petrus Yakobus Dan Yohanes
Terhadap Keterbukaan Konseling Mahasiswa Pada Masa Kini,” Gamaliel : Teologi dan praktika 1, no. 1 (2019): 14-
15.
7
Daniel Fajar Panuntun and Eunike Paramita, “HUBUNGAN PEMBELAJARAN ALKITAB TERHADAP NILAI-NILAI
( KELOMPOK TUMBUH BERSAMA KONTEKSTUAL ),” Gamaliel : Teologi dan praktika 1, no. 2 (2019): 107
percaya dnegan pemahaman Alkitab Kontekstual. Ketiga, mengontrol orang percaya dalam
ketaatan terhadap Firman Tuhan. Keempat, melipatgandakan KTBK dengan mendelagasi
setiap anggota menjadi pemimpin KTBK baru.

Langkah-Langkah pemuridan KTBK/CBG adalah:

Belajar Firman Allah (learning)

Untuk bertumbuh menuju kedewasaan penuh dan menjadi serupa dengan Kristus
dibutuhkan pengajaran Firman Tuhan. Pengajaran Firman Tuhan harus disertai kerelaan
dalam menaati otoritas Firman Tuhan. Dalam KTBK proses belajar dilakukan bersama
dengan memahami Alkitab secara indukstif kontekstual.

Penyembahan dan Doa

Penyembahan merupakan respon seseorang untuk memuji dan membesarkan nama


Tuhan. Penyembahan mengingatkan perbuatan-perbuatan Tuhan dan kasih setia-Nya.
KTBK tidak dapat dipisahkan dengan unsur penyemabahan karena unsur ini membuat
anggota KTBK lebih mengenal Allah. Penyembahan dapat dilakukan melalui doa, puji-
pujian, kidung, pembacaan Mazmur puji-pujian, dan puisi yang berisi puji-pujian.

Persekutuan (Fellowship)

Persekutuan kasih yang terjadi di antara naggota KTBK akan menyaksikan kepada
orang lain bahwa mereka benar-benar murid Kristus. Gereja mula-mula membentuk
persekutuan karena mereka telah mengalami keselamatan dari Tuhan dan menyadari
pentingnya persekutuan. Melalui persekutuan mereka terus bertumbuh kerohaniannya.
Persekutuan dalam KTBK akan menolong semua anggota dapat saling mengasihi, saling
melayani, saling membangun, saling memperhatikan, saling menasihati, mensharingkan
kebutuhannya masing-masing, saling mengakui dosa-dosanya, saling menanggung beban,
membesarkan hati orang lain dan saling mendoakan.

Pengutusan (Missions)
KTBK terkait erat dengan pengutusan. Pengutusan adalah kesaksian anggota KTBK
untuk pergi memberitakan Injil Yesus Kristus kepada orang-orang yang membutuhkannya.
Melalui pengutusan ini anggota KTBK dapat mempraktikkan kasih dan kuasa Allah.
Keempat unsur di atas tidak dapat dipisahkan satu sama lain melainkan bekerja bersama-
sama untuk mewujudkan tujuan KTBK.27 Pemuridan KTBK dilakukan dengan learning,
pujian dan doa, fellowship, dan missions. Pemuridan KTBK merupakan pemuridan yang
lengkap untuk membekali setiap pelayan Tuhan untuk siap melayani di setiap panggilan
pelayanan yang Tuhan sudah sediakan. KTBK menolong setiap pelayan Tuhan untuk
mengerti setiap panggilannya melalui empat langkah-langkah tersebut. 8

Nilai-Nilai Karakter Kristiani

Nilai-nilai karakter kristiani bersumber dari Alkitab. Alkitab adalah sebutan untuk
sekumpulan naskah yang dipandang suci dalam Yudaisme dan Kekristenan. Kata "Alkitab"
yang digunakan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab, dan juga digunakan
umat Muslim untuk menyebut Al-Qur'an. Alkitab merupakan sekumpulan kitab suci yang
ditulis pada waktu yang berlainan, oleh para penulis yang berbeda di lokasi-lokasi yang
berbeda. Umat Yahudi dan Kristiani (Kristen) memandang kitab-kitab dalam Alkitab
sebagai hasil dari pengilhaman ilahi, dan sebagai catatan otoritatif mengenai hubungan
antara Allah dengan manusia.9

Nilai merupakan sesuatu yang sifatnya abstrak, tak dapat disentuh namun dapat
dirasakan dalam diri. Secara praktis, nilai menjadi pedoman hidup yang mempengaruhi
prilaku seseorang serta penilaiannya terhadap sesuatu. Sebagai orang kristen, setiap kita
perlu menerapkan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan keseharian kita, termasuk dalam
lingkungan sekolah. Nilai Kristiani bersumber dari nilai-nilai yang ada pada diri Tuhan
Yesus, yaitu sifat-sifat Allah sendiri. Dalam Alkitab, kita dapat menemukan nilai-nilai
kristiani tertulis dalam Galatia 5:22-23. Berikut ini akan kami jabarkan contoh nilai
kristiani dalam lingkungan sekitar.10

8
Yuliati and Kezia Yemima, “MODEL PEMURIDAN KONSELING BAGI ALUMNUS PERGURUAN TINGGI LULUSAN BARU
(FRESH GRADUATE) YANG MENGINGKARI PANGGILAN PELAYANAN” 1, no. 1 (2019): 31-32
9
https://id.wikipedia.org/wiki/Alkitab
10
https://tuhanyesus.org/contoh-nilai-kristiani-dalam-lingkungan
Nilai Kasih

Istilah “Kasih” dalam bahasa aslinya dipakai kata “agape”  yang berarti kasih tanpa
pamrih, tanpa mengharapkan imbalan, balasan. Kasih Allah kepada manusia. Allah
mengasihi, menyelamatkan manusia tanpa mengharapkan balasan sedikitpun. Kasih
seperti inilah yang diberikan Allah kepada manusia. (Contoh: ketika Anda memberikan
pertolongan atau apapun namanya maka Anda sebagai manusia yang telah menerima kasih
Allah secara Cuma-cuma, maka Anda pun wajib mengasihi dengan Cuma-Cuma) Oleh sebab
itu, manusia  yang telah menerima kasih Allah itu  mestinya  mewujudkan  kasih itu kepada
sesama manusia  dan dunia ini. Nilai kasih yang diberikan oleh Allah kepada manusia 
bukanlah sebuah opsi, artinya boleh dilakukan atau  boleh tidak dilakukan. Nilai kasih
merupakan suatu keharusan yang perlu diwujudnyatakan dalam kehidupan yang nyata,
oleh siapa dan dimanapun, tua muda, anak-anak, pekerja, maupun pelajar. 11

Dalam 1 Korintus 13:1-13 dan Matius 22:37-40 disebutkan bahwa kasih merupakan
hukun Tuhan yang paling utama, paling besar, inti dari seluruh iman kristen, tujuan hidup
orang Kristen. Umat kristen wajib mewujudkan kasih dalam kehidupan, sebab tanpa kasih
semuanya sia-sia belaka. Tanpa kasih kita tidak akan dapat mewujudkan keluarga Kristen
yang ideal. Dalam lingkungan sekolah, contoh nilai kasih dapat kita wujudkan dalam
bentuk kepedulian terhadap sesama, teman sekelas, guru, ataupun orang-orang yang kita
temui di sekolah.12

Sukacita

Dalam 1 Tesalonika 5:16 di katakan bersukacitalah senantiasa, dan dalam Filipi 4: 4


dikatakan bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sukacita termasuk salah satu buah-buah
Roh Kudus  yang perlu kita oraktekkan dalam kehidupansehari-hari. Sukacita orang kristen
bersumber dari kepercayaan kita terhadap janji-Nya, bahwa Ia akan selalu menyertai dan
melindungi kita yang percaya dan setia pada-Nya.

Damai sejahtera
11
http://jonaagatos.weebly.com/bab-ii-iman-kristen-dan-nilai-nilai-kristiani.html
12
https://tuhanyesus.org/contoh-nilai-kristiani-dalam-lingkungan
Secara umum damai berarti, aman, tidak ada peperangan, kebencian, perselisihan
dll. Dengan demikian semua manusia yang ada dipermukaan bumi ini pasti merindukan
kedamaian.

Istilah damai sejahtera dalam bahasa Ibrani dipakai kata “syalom” yang biasanya
digunakan untuk menyapa, menanyakan kabar (Kejadian 43:27), ucapan salam perpisahan.
Istilah “syalom”  bisa juga menyangkut setiap hal yang membawa kebaika tertinggi bagi
manusia. Istilah dalam bahasa Yunani adalah “eirene” . dalam perikop istilah ini berarti
ketenangan hati yang bersumber pada kesadaran bahwa seluruh kehidupan kita berada di
tangan Allah.

Tuhan Yesus Kristus telah mengadakan damai sejahtera bagi kita, karena dengan
kematianNya Ia telah melenyapkan perseteruan manusia dengan Allah. Itu sebabnya Tuhan
Yesus mengatkan “berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut
anak-anak Allah” (Matius 5:9) Tuhan Yesus menginginkan  supaya  umatNya tetap hidup
damai dengan semua orang karena itu setiap umatNya wajib menjauhi segala bentuk
perselisihan, pertengkaran yang dapat memicu perkelahian dan permusuhan. 13

Damai sejahtera disini mengacu pada istilah dalam Kejadian 43:27 yang berarti
ketenangan hati karna menyadari bahwa seluruh kehidupan kita berada di tangan Allah.
Dengan kematian-Nya di kayu salib, Tuhan Yesus telah mengadakan damai sejahtera bagi
kita yang percaya.

Kesabaran

Kesabaran mengacu pada sikap tenang, tidak terburu-buru, tahan terhadap godaan
dan tidak mudah putus asa. Dalam bahasa Yunani “sabar” megandung  2
pengertian: pertama, semangat tak kenal menyerah sampai akhir (dalam
penderitaan). Kedua, masalah hubungan dengan sesama, contoh, menahan diri untuk tidak
memanfaatkan hasrat ingin membalas dendam karena perbuatan orang lain yang
menyakitkan, nilai kesabaran ini dapat di temukan dalam Roma 2:40 dimana dituliskan

13
http://jonaagatos.weebly.com/bab-ii-iman-kristen-dan-nilai-nilai-kristiani.html
kesabaran Allah agar kita bertobat, lalu pada 1 Petrus 3: 20 dimana Allah sabar menanti
Nuh mempersipkan bahtera (baca: perbedaan nilai dan norma dalam agama kristen).

Kemurahan dan Kebaikan

Kemurahan dan kebaikan  adalah dua kata yang hampir sama artinya, bahkan dalam
bahsa aslinya kemurahan sering juga diartikan kebaikan. Kemurahan dan kabaikan suatu
sikap hidup seseorang yang dengan rela hati memberikan pertolongan kepada orang lain
tanpa mengharapakan imbalan apapun. Dalam Yohanes 3:16 dikatakan bahwa Allah telah
terlebih dahulu mengasihi manusia. Kemurahan dan kebaikan Allah tak hentinya
diberikan-Nya dalam hidup kita. Oleh sebab itu, kita sebagai umat Allah sudah sepatutnya
meneladani kemurahan dan kebaikan-Nya, dengan melakukan hal yang sama pada
sesama.14

Kesetiaan

Kesetiaan mengacu pada sikap dapat atau layak dipercaya, ketekunan dalam
melakukan sesuatu, terus berupaya hingga berhasil, dan dapat diandalkan. Kesetian dalam
bahasa aslinya diambil dari kata “pistis” Kata ini sangat umum dalam dalam bahasa Yunani
sehari-hari yang berarti: “layak untuk dipercaya”. Istilah in menunjuk pada ciri khas orang
yang dapat diandalkan. Istilah setia juga berarti “melakukan segala sesuatu dengan tekun.

Contoh ketika kita ingin berhasil dalam mengerjakan suatu usaha yang kita
inginkan, maka yang sangat kita butuhkan adalah kesetiaan untuk mengerjakannya dengan
tekun sampai berhasil. Kesetiaan seseorang akan kelihatan di dalam proses menyelesaikan
upayanya, dari awal sampai akhir. Tuhan Yesus adalah tokoh yang ideal ketika kita ingin

14
https://tuhanyesus.org/contoh-nilai-kristiani-dalam-lingkungan
menwujudnyatakan kesetian dalam hidup keseharian kita, karena Ia pun telah
menyelesaikan tugas-tugasnya bahkan sampai rela mati dikayu salib. Oleh karena itu pula
setiap umatNya dituntut supaya setia kepada Tuhan, setiap apa yang dilakukan apa yang
diperintahkan Nya, setia terhadap iman kepercayaannya, walau menghadapi berbagai
tantangan dan godaan.15 Dalam Matius 25:14-30 juga dikatakan mengenai kesetiaan,
dimana orang yang setia dalam perkara kecil maka kepadanya akan Tuhan percayakan
perkara besar. Kesetiaan dapat menjadi indikator ukuran pertumbuhan rohani umat
kristen.

Kelemahlembutan

Dalam matius 5: 5 dikatakan bahwa orang yang lemah lembut akan memiliki bumi. 
Ditengah-tengah kehidupan manusia yang penuh dengan kekejaman, kesadisan, kekasaran,
kekerasan, penyiksaan, ketersinggungan dan penuh emosional, maka nilai kelemah
lembutan pun sudah mulai pudar, padahal nilai ini sangat penting dalam kehidupan
manusia. Itu sebabnya dalam pelajaran ini  TUHAN mengingatkan kepada kita akan prinsip
hidup dari Kerajaan Surga tentang Kelemahlembutan, yang akan memiliki berkat-berkat
bumi. Kelemahlembutan menjadi sesuatu yang sulit dijumpai karena kerasnya kehidupan
dan banyaknya pergumulan yang menjadikan manusia kurang sabar, kurang tenang dalam
jiwanya. 16

YESUS sendiri memberitahukan dan menunjukkan bahwa diri-Nya adalah seorang


yang lemah lembut (Matius 11:29 "Aku lemah lembuh …."). Dalam situasi yang terjadi
dewasa ini, anak TUHAN dituntut untuk  memiliki sikap lemah lembut. Sikap ini bisa kita
praktikkan dalam hidup kita sehari-hari, terhadap teman, kelaurga, lingkungan dan lain
sebagainya. Berikut ciri-ciri orang yang lembut hatinya: Pribadi yang terbuka terhadap
tegoran TUHAN. Firman TUHAN dalam (Yakobus 1:21), Pribadi yang mudah dibentuk.
(Yeremia 18:4-6), Pribadi yang rela untuk dilukai atau diperlakukan dengan tidak adil (1
Korintus 6:7). Lemah lembut mengacu pada sikap mengalah, tidak kasar atau menyakiti,
tenang, dan sabar.

15
http://jonaagatos.weebly.com/bab-ii-iman-kristen-dan-nilai-nilai-kristiani.html
16
https://tuhanyesus.org/contoh-nilai-kristiani-dalam-lingkungan
Penguasaan Diri

Sementara nilai penguasaan diri adalah suatu sikap dimana seseorang mampu
mengontorl dirinya secara baik dan benar. Memang kita sadar bahwa manusia memiliki
yang namanya keinginan-keinginan. Namun, pada kenyataannya tidak semua keinginan itu
dapat membahagiakan sesamanya bahkan dirinya sendiri. Seringkali keinginan manusia
dikuasai  oleh nafsu dan emosi yang tidak terkontrol, akibatnya manusia menjadi korban
dari keinginannya sendiri.Sikap penguasaan diri membuat seseorang mampu mengontrol
dirinya, terutama terkait emosinya dengan baik dan benar. Dalam alkitab penguasaan diri
dapat dibaca dalam Kejadian 39 dimana Yusuf mampu menguasai dirinya ketika istri
potifar mengajaknya bersetubuh. Penguasaan diri juga tercermin dalam prilaku Tuhan
Yesus di taman Getsemani, sesaat sebelum Ia disalibkan.17

Berikut ini adalah kiat-kiat menanamkan nilai-nilai karakter kristiani pada anak dan


remaja.

1. Anak (0 -- 12 tahun)

 Memberikan teladan tentang nilai-nilai iman kristiani di atas.


 Menyediakan bahan-bahan cerita dalam media cetak atau elektronik.
 Menetapkan aturan-aturan dengan prinsip punishment and reward.
 Menyediakan diri untuk menjadi ‘sumber’ jawaban atas pelbagai pertanyaan
mereka, dengan terus belajar dan menyederhanakan jawaban sesuai tingkat
pemahaman anak-anak.
 Mengajak dan melibatkan anak-anak dalam pelbagai program pelayanan di gereja
atau masyarakat sesuai dengan kemampuan mereka.

2. Remaja (12 tahun -- remaja lanjut)

 Memaparkan segala sesuatu secara terbuka, termasuk mengakui kesalahan dan


mencoba memperbaikinya.
 Menyediakan bahan-bahan pembinaan rohani, seperti buku renungan remaja, dsb..
 Mengizinkan mereka bergabung dengan kelompok pergaulan yang baik dan terarah.
17
https://tuhanyesus.org/contoh-nilai-kristiani-dalam-lingkungan
 Menyediakan diri untuk menjadi tempat curhat mereka.
 Memberikan argumentasi yang jelas terhadap segala hal yang diperbolehkan atau
dilarang.
 Mengizinkan Tuhan sendiri "mengajar" mereka.

Tentunya kiat-kiat di atas harus didahului oleh doa yang dinaikkan terus-menerus
bagi mereka. Ada kuasa yang mengubah dan memperbarui dalam doa!. 18

5. Kesimpulan

Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran Alkitab
pada pemuridan kontekstual/KTBK memiliki hubungan positif dengan pemahaman nilai-
nilai karakter kristiani bagi anak remaja. Saran dari penelitian ini adalah: pertama,
mengaplikasikan Pemuridan Kontekstual/KTBK secara konsekuen kepada anak dan remaja
sehingga didapatkan generasi-generasi pemuda pemudi yang dapat memahami nilai-nilai
kerakter kristiani. Kedua, Pemuridan Kontekstual/KTBK dapat dijadikan rujukan dalam
penangan masalah-masalah yang terjadi sekarang ini.

Daftar pustaka

Haryono, T, and Daniel Fajar Panuntun. “Andil Pemuridan Kontekstual Yesus Kepada
Petrus Yakobus Dan Yohanes Terhadap Keterbukaan Konseling Mahasiswa Pada Masa
Kini.” Gamaliel : Teologi dan praktika 1, no. 1 (2019): 14-15.

Panuntun, Daniel Fajar, and Eunike Paramita. “HUBUNGAN PEMBELAJARAN ALKITAB


TERHADAP NILAI-NILAI ( KELOMPOK TUMBUH BERSAMA KONTEKSTUAL ).”
Gamaliel : Teologi dan praktika 1, no. 2 (2019): 107.

Yuliati, and Kezia Yemima. “MODEL PEMURIDAN KONSELING BAGI ALUMNUS


PERGURUAN TINGGI LULUSAN BARU (FRESH GRADUATE) YANG MENGINGKARI
PANGGILAN PELAYANAN” 1, no. 1 (2019): 31-32.

https://www.kompasiana.com/bhtrg/550ff2268133115334bc60f2/membangun-
karakter-seorang-kristen-pa-kawankita-ncku-tainan-nov-2011

https://www.artikel.sabda.org/
membangun_dan_mengembangkan_karakter_kristen_yang_kuat

18
https://remaja.sabda.org/menanamkan-nilai-nilai-kristiani-pada-anak-dan-remaja
https://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI/article/view/138

https://id.wikipedia.org/wiki/Alkitab

https://tuhanyesus.org/contoh-nilai-kristiani-dalam-lingkungan

http://jonaagatos.weebly.com/bab-ii-iman-kristen-dan-nilai-nilai-kristiani.html

https://remaja.sabda.org/menanamkan-nilai-nilai-kristiani-pada-anak-dan-remaja

Anda mungkin juga menyukai