Anda di halaman 1dari 59

RINGKASAN AGAMA KELAS XII

Oleh:
Tim Guru Agama Kelas XII

SMAK KOLESE SANTO YUSUP


Jl. Simpang Borobudur 1 Malang
1
KURIKULUM AGAMA SMAK KOLESE SANTO YUSUP MALANG

Alur Materi Kurikulum Agama SMAK Kolese Santo Yusup disesuaikan Kurikulum
Nasional:
1. Iman dan Agama
2. Kitab Suci dan Aku Percaya (Credo)
3. Gereja dan Sakramen
4. Ajaran Sosial Gereja dan Sepuluh Perintah Allah (Dekalog)
5. Panggilan Hidup
6. Perutusan

KELAS X
Semester 1
Iman dan Agama
1. Menyelami keberadaan Allah.
2. Mengimani Allah dengan beragama dengan tidak melupakan/ meniadakan
budaya setempat.
3. Dengang iman, kita mensyukuri atas keberadaan kita sebagai ciptaan-Nya
yang unik dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.
4. Menyadari bahwa walaupun kita unik namun diciptakan segambar atau
secitra dengan Allah.
5. Tanda bahwa kita secitra dengan Allah kita dibekali suara hati dan
kebebasan oleh Allah.
6. Atas bekal suara hati kita diajak bersikap kritis dan dan atas bekal
kebebasan kita diajak untuk bertanggungjawab.
7. Lampiran Sejarah Kongregasi Murid-murid Tuhan.

Semester 2
Kitab Suci dan Aku Percaya (Credo)
1. Iman akan Yesus Kristus bersumber dari Kitab Suci.
2. Ungkapan Iman orang kristiani terangkum dalam Doa Aku Percaya (Credo).
3. Inti pewartaan Kitab Suci adalah Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah
(kabar kebahagiaan).
4. Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah secara total menjadikan Yesus
sebagai Sahabat Sejati, Tokoh Idola dan Juru Selamat.
5. Setelah di dunia memberi contoh bagaimana manusia harus hidup Yesus
kembali pada kodratnya sebagai Allah dan mengutus Roh Kudus.
6. Dengan demiklian kita percaya bahwa Allah kita adalah Allah Bapa, Allah
Putra (Yesus), dan Allah Roh Kudus. Ketiganya adalah satu (Tritunggal).
7. Lampiran Kongregasi Murid-murid Tuhan di Indonesia.

2
KELAS XI
Semester 3
Gereja dan Sakramen
1. Orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan disebut Gereja.
2. Gereja memiliki sifat-sifat satu, kudus, katolik, dan apostolik.
3. Struktur Gereja terdiri dari Hierarki dan Kaum Awam.
4. Gereja memiliki tugas menguduskan, mewartakan, menjadi saksi,
membangun persekutuan , dan melayani.
5. Sakramen dan sakramentali sebagai bagian dari tugas Gereja yang
menguduskan
6. Lampiran Identitas Kongregasi Murid-murid Tuhan.
Semester 4
Ajaran Sosial Gereja dan Sepuluh Perintah Allah (Dekalog)
1. Gereja berusaha hidup sesuai dengan kehendak Allah dengan
memperhatikan perintah dan menjauhi larangan (sepuluh perintah
Allah/dekalog). Dari perhatian terhadap sepuluh perintah Allah menjadi
nyata bahwa Gereja juga memperhatikan hak asasi manusia.
2. Gereja memiliki kepedulian dan keprihatinan terhadap situasi dunia dengan
memperhatikan, menanggapi masalah-masalah pada zamannya, salah
satunya terungkap dalam Ajaran Sosial Gereja.
3. Lampiran Semangat Kongregasi Murid-murid Tuhan.

KELAS XII
Semester 5
Panggilan Hidup
1. Panggilan Hidup
A. Panggilan Hidup Berkeluarga
B. Panggilan Hidup Membiara
C. Panggilan Karya dan Profesi
2. Memperjuangkan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat.
3. Menghargai keberagaman dalam hidup bermasyarakat.
4. Dialog dan Kerjasama antarumat beragama.
5. Peran serta umat Katolik dalam pembangunan Bangsa Indonesia.
6. Lampiran Wejangan-wejangan Celso Costantini.

Semester 6
Perutusan
1. Mengulang materi-materi penting kelas X, XI, dan XII untuk USBN.
2. Ujian Praktik Agama: Perutusan
3. Lampiran Keutamaan-keutamaan menurut Celso Costantini.

Tetap Bersemangat!

3
DAFTAR ISI

MATERI KELAS X ......................................................... 1

MATERI KELAS XI ...................................................... 28

MATERI KELAS XII .................................................... 43

4
MATERI KELAS X
1. MENGEMBANGKAN KARUNIA ALLAH dan BERSYUKUR ATAS KEMAMPUAN
DAN KETERBATASAN DIRI

Ciri-ciri Fisik
Secara jasmaniah, remaja adalah manusia yang sedang mekar-mekarnya. Badan mereka
sangat indah dan mengagumkan. Rambutnya, yang hitam, pirang, yang ikal/keriting, lurus,
berombak. Bentuk muka, ada yang bulat, bulat telur, lonjong. Warna kulit, ada yang kuning,
hitam, coklat, putih, Bentuk badan, ada yang pendek, jangkung, kurus, gemuk. Dan secara
keseluruhan, lihatlah keadaan fisik remaja. Lihatlah keseluruhan badan. Begitu indah. Begitu
indah, kedua telinga, kedua tangan, kedua kaki, hidung, dan mulut “dipasang” begitu tepatnya!
Indah dan estetis. Itulah fisik manusia! Dan yang lebih mengagumkan lagi, dari sekian juta
manusia yang hidup dan yang pernah hidup tidak ada satupun yang sama. Bahkan anak kembar
pun, sepintas sama, seperti pinang dibelah dua, tetapi tetap juga berbeda.Itulah ke-unikan
ciptaan Tuhan, yang namanya manusia.

Kemampuan-kemampuan
Dalam badan remaja yang unik dan indah itu terdapat kekayaan rohaniah yang sangat
potensial seperti: kemampuan menari, menyanyi, berolah raga, tertawa dan menangis, mencintai
dan bercita-cita, berpikir dan berfantasi, berkehendak dan mengambil keputusan secara
bebas,dsb. Darimanakah semua kemampuan ini berasal? Pernahkah kita berpikir, bahwa
kemampuan-kemampuan tersebut merupakan anugerah dari Sang Pencipta? Yang harus kita
gali, kita pahami dan kita kembangkan!

Sifat dan karakter


Selain kemampuan-kemampuan tersebut di atas, manusia masih dihiasi oleh kekayaan
rohani yang lain, yaitu karakter dan sifat, seperti sifat ramah tamah, pemarah, setia, penuh
pengertian dan sebagainya. Di dalam diri kalian, ada sesuatu yang sulit untuk dilukiskan yang
keluar dari diri kalian, sehingga orang lain mengatakan kalian baik, kalian peramah, kalian suka
mengerti, kalian penuh belas kasih dsb. Kalian memiliki apa yang disebut karakter dan sifat,
yang tidak ada pada ciptaan lain. Semuanya itu kalian miliki secara khas.

Pengalaman-pengalaman
Setiap manusia, memiliki pengalaman-pengalaman, baik pengalaman yang
menyenangkan maupun pengalaman pahit yang menantang. Dan setiap manusia, terlebih
manusia muda/remaja pasti memiliki pengalaman-pengalaman yang unik. Dengan diri kalian,
kalian dapat membuat kemajuan, pengalaman dan sejarah. Kalian dapat membuat kemajuan dan
pengalaman karena dapat mempertanyakan banyak hal dan mencari jawaban-jawaban dalam
hidup ini. Kalian pasti memiliki pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman pahit yang
menantang. Pengalaman-pengalaman tersebut turut membentuk kalian sehingga menjadi seperti
sekarang ini. Kalaian ini khas dan unik.

Rasa syukur
Dengan kesadaran akan diri kita, yang unik dan istimewa, yang diciptakan Tuhan
dengan cara khusus dan diperlakukan sebagai “orang”, sebagai pribadi “seperti” Tuhan sendiri,
maka sudah sepantasnya kalau kita bersyukur kepada Tuhan. Kita bersyukur, tidak hanya karena
kita diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang unik dan istimewa saja, melainkan dan
terlebih kita bersyukur karena keagungan Tuhan itu sendiri.

Kelebihan (potensi) dan kekurangan manusiawi.


Remaja pria dan wanita, memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini terbentuk oleh
faktor keluarga, lingkungan, dan kedua-duanya sekaligus. Kesadaran untuk menerima secara
utuh kelebihan dan kekurangan tersebut membuat perkembangan pribadi para remaja semakin
seimbang.

5
Menerima diri apa adanya.
Gagasan dasar menurut Paulus dalam Roma 8:28 adalah bahwa semua ciptaan ada
dalam rencana Kebaikan Allah. Maka kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri remaja
hendaknya disadari dalam terang Sabda Allah ini. Sehingga menerima diri berarti juga bersedia
dibentuk oleh Allah yang merencanakanNya.

Mengembangkan talenta atau potensi-potensi.


Kata talenta dapat dijumpai dalam Mat 25:14-30. Ada dua kategori talenta dalam pesan
tersebut. Pengembangan talenta dan mendiamkannya. Sejarah orang-orang sukses adalah
sejarah pengembangan talenta tersebut.

Mengembangkan talenta atau potensi-potensi.


Mengembangkan talenta atau potensi dalam terang Kitab Suci (Mt.25:14-30). Setiap
orang mempunyai kemampuan dan bakat-bakat dalam ukuran dan lingkungan tertentu.
Kemampuan dan bakat yang dimiliki seseorang seharusnya dikembangkan dan digunakan.
Kemampuan dan bakat adalah anugerah Tuhan, yang dalam Kitab Suci sering disebut talenta.
Tuhan menghendaki agar talenta itu dikembangkan dan digunakan. Dalam Injil Mateus 25:14-
30, dikisahkan tentang seorang tuan yang memanggil hamba-hambanya dan memberi mereka
sejumlah talenta untuk “dikembangkan” dan “digunakan”. Tuan yang telah memberi talenta itu
ternyata bertindak tegas terhadap hamba yang tidak mengembangkan dan menggunakan talenta
itu dengan baik.
Setiap orang termasuk para remaja diberi talenta oleh Tuhan. Mereka harus
mengembangkan dan menggunakan talenta itu sebagaimana mestinya. Mengembangkan dan
menggunakan talenta sebagaimana mestinya adalah panggilan dan tuntutan Kristiani.

2. KELUHURAN MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH


Arti kata Citra adalah gambaran. Kata ini dapat dijumpai dalam teks Kitab Suci. Dan kita
adalah citra Allah. Manusia sebagai Citra Allah diberi anugerah untuk hidup berkuasa. Namun
kekuasaan manusia hendaknya tetap dalam kerangka anugerah yang diterimanya, yakni akal
budi, hati nurani, dan kehendak bebas. Sehingga anugerah untuk berkuasa tadi menjadi kuasa
yang bertanggungjawab.

A. Kemampuan Akal Budi


Dengan akal budi kita dapat:
a. Mengerti dan menyadari diri sendiri.
b. Mengerti dan menyadari apa saja di luar dirinya.
c. Manusia dapat mengembangkan dirinya, dapat membuat riwayat dan sejarah hidupnya.
d. Dengan demikian manusia dapat membuat kemajuan, dapat menentukan arah dan
sejarah hidupnya.
e. Manusia dapat membangun hubungan yang khas dengan sesama.
f. Manusia dapat bertemu dan mengalami kebersamaan dan persahabatan dengan orang
lain. Karena itu manusia menciptakan bahasa, adat istiadat dsb.

B. Kemampuan Hati Nurani


Hati Nurani atau Suara Hati dapat diartikan secara luas dan secara sempit.
1) Hati Nurani secara luas dapat diartikan sebagai keinsafan akan adanya kewajiban. Hati
nurani merupakan
2) Kesadaran moral yang timbul dan tumbuh dalam hati manusia.
Hati Nurani secara sempit dapat diartikan sebagai penerapan kesadaran dalam situasi konkret,
yang menilai suatu tindakan manusia atas buruk baiknya. Hati Nurani tampil sebagai hakim
yang baik dan jujur, walaupun dapat keliru.

Cara Kerja Hati Nurani


Dalam hati manusia, sebelum ia bertindak atau berbuat sesuatu, ia sudah mempunyai suatu
kesadaran atau pengetahuan umum bahwa ada yang baik dan ada yang buruk. Setiap orang
mempunyai kesadaran moral tersebut, walaupun kadar kesadarannya berbeda-beda.
1. Pada saat-saat menjelang suatu tindakan etis, pada saat itu kata hati akan mengatakan
perbuatan itu baik atau buruk. Jika perbuatan itu baik, kata hati hati muncul sebagai
6
suara yang menyuruh. Namun, jika perbuatan itu buruk, kata hati akan muncul sebagai
suara yang melarang. Kata hati yang muncul pada saat itu disebut prakata hati.
2. Pada saat suatu tindakan dijalankan, kata hati masih tetap bekerja, yakni melarang atau
menyuruh.
3. Sesudah suatu tindakan atau perbuatan, maka kata hati muncul sebagai “Hakim” yang
memberi vonis. Untuk perbuatan yang baik, kata hati akan memuji, sehingga membuat
orang akan merasa bangga dan bahagia. Namun, jika perbuatan itu buruk atau jahat,
maka kata hati akan mencela/menyalahkan, sehingga orang merasa gelisah, malu,
menyesal, putus asa dsb.Demikianlah, kata hati muncul sebagai indeks (petunjuk),
kemudian sebagai iudex (hakim) dan sekaligus vindex (penghukum).

Fungsi Hati Nurani


1) Hati Nurani berfungsi sebagai pegangan, pedoman, atau norma untuk menilai suatu tindakan,
apakah tindakan itu baik atau buruk.
2) Hati Nurani berfungsi sebagai pegangan atau peraturan-peraturan konkret di dalam
kehidupan sehari-hari.
3) Hati Nurani berfungsi menyadarkan manusia akan nilai dan harga dirinya.

Sikap kita terhadap Hati Nurani


1) Menghormati setiap suara hati yang keluar dari hati nurani kita.
2) Mendengarkan dengan cermat dan teliti setiap bisikan hati nurani.
3) Mempertimbangkan secara masak dan dengan pikiran sehat apa yang dikatakan oleh hati
nurani.
4) Melaksanakan apa yang disuruh oleh hati nurani.

Pembinaan Hati Nurani dalam Kitab Suci (Roma 7:14-26) dan Dokumen Gereja
Santo Paulus mengatakan kepada kita bahwa dalam diri kita ada dua hukum, yaitu
hokum Allah dan hukum dosa. Kedua hukum itu saling bertentangan. Hukum Allah menuju
kepada kebaikan, sedangkan hukum dosa menuju kepada kejahatan. Santo Paulus menyadari
bahwa selalu ada pergulatan antara yang baik dan yang jahat dalam hati manusia.
Dalam mengambil keputusan, kita mempunyai pedoman bukan berasal dari luar diri
kita, tetapi berasal atau keluar dari diri kita sendiri. Setiap orang mempunyai daya khusus, untuk
mengenal yang baik dan yang buruk. Dalam menghadapi situasi konkret, kita selalu disadarkan
dari dalam. Dari dalam hati kita, kita mengambil keputusan tentang baik dan buruknya suatu
perbuatan. Jika suara hati kita mengatakan, “dengarkan dan laksanakan”, maka jika kita
melaksanakannya kita akan bahagia, dan jika tidak kita laksanakan, maka kita akan kecewa dan
menyesal.

Konsili Vatikan II dengan sangat indah mengungkapkannya dalam Dokumen Gereja


Gaudium et Spes, Artikel 16, demikian:
“Di lubuk hati nuraninya, manusia menemukan hukum, yang tidak diterimanya dari
dirinya sendiri, melainkan harus ditaati. Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untuk
mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu,
suara hati itu menggemakan dalam lubuk hatinya: jalankan itu, elakkan itu. Sebab dalam
hatinya, manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi
hukum itu, dan menurut hukum itu pula ia akan diadili.
Hati nurani ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar suci; di situ ia seorang diri
bersama Allah, yang pesan-Nya menggema dalam hatinya. Berkat hati nurani dikenallah secara
ajaib hukum, yang dilaksanakan dalam cinta kasih terhadap Allah dan terhadap sesama. Atas
kesetiaan terhadap hati nurani, umat Kristiani bergabung dengan sesama lainnya untuk mencari
kebenaran, dan untuk dalam kebenaran itu memecahkan sekian banyak persoalan moral, yang
timbul baik dalam hidup perorangan maupun dalam kehidupan kemasyarakatan”

7
Bagaimana Hati Nurani dapat dibina?
1) Mengikuti suara hati dalam segala hal
 Seseorang yang selalu berbuat sesuai dengan hati nuraninya, hati nurani akan semakin
terang dan berwibawa.
 Seseorang yang selalu mengikuti dorongan suara hati, keyakinannya akan menjadi sehat
dan kuat. Dipercaya orang lain, karena memiliki hati yang murni dan mesra dengan
Allah. “Berbahagialah orang yang murni hatinya, karena mereka akan
memandang Allah” (Mt 5:8)

2) Mencari keterangan pada sumber yang baik


a. Dengan membaca : Kitab Suci, Dokumen-dokumen Gereja, dan buku-buku lain yang
bermutu.
b. Dengan bertanya pada orang yang pengetahuan/pengalaman dapat dipercaya.
c. Ikut dalam kegiatan rohani, misalnya rekoleksi, retret dsb.

3) Koreksi diri atau introspeksi


Koreksi atas diri sangat penting untuk dapat selalu mengarahkan hidup kita.

C. Kemampuan berkehendak bebas


Kehendak bebas berarti kemampuan untuk bertindak dengan tidak ada paksaan.
Kebebasan merupakan ciri khas manusia.

D. Kemampuan “Menguasai”
Tuhan menyerahkan alam lingkungan ini kepada manusia untuk menguasainya. Bukan
menguasai secara sewenang-wenang, tetapi menguasai secara bertanggungjawab. Tuhan
menghendaki supaya alam ini, selain digunakan oleh manusia, supaya ditata dan dilestarikan.
Kita menjadi rekan sekerja Tuhan untuk mengembangkan alam lingkungan kita, untuk itu kita
dikaruniai akal budi dan kehendak bebas.
Diskriminasi, fanatisme ras, agama, suku, dan antargolongan. Konflik akhir-akhir
ini muncul oleh karena adanya sikap perendahan martabat kemanusiaan. Perendahan martaban
kemanusiaan dapat kita lihat dengan adanya sikap-sikap diskriminatif, fanatik, sukuisme,
rasialisme.
Sebab-sebab munculnya sikap Diskriminatif dan fanatik.
1) Kebodohan, kekurangpahaman dan kepicikan.
Munculnya sikap apriori terhadap orang atau kelompok lain ditandai dengan adanya
sikap bodoh, kurangpaham, picik.
2) Perasaan terancam
Perasaan ketakutan dan munculnya isu-isu yang kurangbertanggungjawab seringkali
juga menjadi pemicu adanya kekerasan.
Jalan keluar untuk menjauhkan sikap diskriminatif dan fanatik
1) Bersikap dan berperilaku moderat.
2) Berpola pikir pluralis.
3) Tidak mudah menghakimi.
4) Membuka pilihan-pilihan yang kompromistik tanpa mengorbankan prinsip. Cari
jalan “win-win solution”. Non violent conflict solution harus terus diupayakan.
5) Keteladanan para orang tua.

Dasar Alkitabiah atas sikap akomodatif/menerima dan toleran terhadap sesama;


Kesetaraan Martabat.
Setiap orang memiliki kesetaraan martabat dan hak azasi di hadapan allah. Manusia
diciptakan sebagai “Citra Allah”(Kej.1:27) atau gambar Allah yang tak kelihatan” (Kol 1:15)
dipanggil menjadi “Anak Allah” (Yoh 3:1-2). Setiap orang diciptakan sebagai pribadi yang
diberi akal budi, kebebasan dan hati nurani, dan dituntut untuk bertanggungjawab atas
perbuatannya sendiri.
Setiap orang menurut kodratnya memiliki hak untu kelangsungan hidup, hak untuk
mendapatkan kehidupan yang layak, tempat tinggal yang nyaman, dan pelayanan kesehatan
yang memadai. Hak untuk tumbuh dan berkembang secara penuh, memperoleh pendidikan dan
cinta kasih. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi ekonomi dan seksual,
8
diskriminasi dan tindakan sewenang-wenang, hak untuk berpartisipasi dalam keluarga,
kebudayaan dan kehidupan sosial.

3. KESETARAAN PRIA DAN WANITA


Jati Diriku sebagai Laki-laki dan Perempuan
Jati diri sebagi laki-laki atau perempuan yang mempunyai kodrat fisik dan
kecenderungan perasaan dan pemikiran yang berbeda. Perbedaan yang terjadi bukan untuk
dipertentangkan, melainkan untuk saling melengkapi dan disyukuri sebagai karunuia yang
luarbiasa dari Allah. Akhirnya dikatakan bahwa pria dan wanita memiliki martabat yang setara.

Peranan/Tugas Pria dan Wanita sebagai Pasangan


Peranan/tugas pria dan wanita yang dijalankan secara bersama-sama sebagai
pasangan adalah sebagai berikut:
a. Pria dan wanita (suami dan isteri) bertugas untuk beranak cucu.
Dari kodratnya, pria dan wanita saling tertarik, jatuh cinta. Jika kemudian
mereka menikah, maka akan menurunkan anak cucu. Mereka menjadi rekan sekerja
Tuhan untuk menciptakan manusia baru Di taman Eden, Tuhan telah berkata: “Beranak
cuculah dan bertambah banyak” (Kej 1:28). Selain menurunkan manusia baru, mereka
juga diberi tugas untuk membesarkan dan mendidik anak cucu mereka.

b. Menguasai, menata dan melestarikan alam ciptaan Tuhan.


Manusia adalah mahkluk Tuhan yang berakal budi. Maka Tuhan
mempercayakan alam ciptaan ini kepada manusia untuk dikuasai, ditata,dan dilestarikan
demi kelangsungan keturunannya dan kemuliaan Tuhan. Tuhan telah berkata:
“..berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala
binatang yang merayap di bumi. Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan
yang berbiji di seluruh bumi dansegala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah
akan menjadi makanannya” Kej.1:28-29. Tuhan telah mempercayakan alam ciptaan ini
untuk dikuasai oleh manusia.

c. Cinta pria (suami) dan wanita (isteri) harus menjadi tanda cinta Allah kepada umat-Nya
dan cinta Kristus kepada Gereja-Nya.

Dalam Perjanjian Lama, cinta antara suami istri sering menjadi lambang cinta Allah
kepada bangsa Israel (Hos 1). Dalam Perjanjian Baru, cinta suami isteri melambangkan cinta
Kristus kepada Gereja-Nya (Ef 5:22-33). Cinta suami isteri menjadi simbol dan tanda
(sakramen) dari cinta Allah kepada manusia dan cinta Kristus kepada Gereja-Nya. Dengan
menjadi tanda cinta Allah dan cinta Kristus, pasangan suami isteri Kristiani dapat mewartakan
kasih Tuhan dan cinta Kristus kepada dunia. Kesaksian mereka tentang cinta Tuhan dan kasih
Kristus dapat menjadi terang bagi masyarakat lingkungannya untuk lebih mengenal cinta Tuhan
dan cinta Kristus. Dengan demikian, masyarakat dapat mengalami dan menyebarluaskan cinta
Tuhan.

4. BERSIKAP KRITIS DAN BERTANGGUNG JAWAB


Media Massa dan Pengaruhnya
Ada tiga revolusi besar yang pernah terjadi di jagad raya ini, yakni revolusi agraris, revolusi
industri dan revolusi informasi. Kita sekarang sedang mengalami revolusi informasi. Karena
berbagai kemajuan teknologi media, kita dibanjiri oleh arus informasi yang melimpah ruah dan
tidak henti, hamper tanpa saringan. Informasi-informasi ini dapat berupa informasi yang baik
dan membangun, tetapi juga dapat berupa informasi yang buruk dan merusak. Oleh karena itu,
kita, khususnya para remaja, harus memiliki sikap kritis terhadap semua informasi yang kita
terima.
Sikap kritis berarti dapat memilah-milah mana yang benar dan mana yang salah, mana yang
baik dan mana yang buruk, mana yang posotif dan mana yang negatif. Jadi, kita harus bersikap
kritis terhadap pengaruh-pengaruh positif dan negative dari media yang menyuguhkan berbagai
informasi.

9
Pengaruh Positif dari Media
Pengaruh positif dari media dapat terjadi oleh:
1. Teknologi media itu sendiri
2. Pemilik atau sponsor dari media
3. Pengaruh tak langsung oleh teknologi dan sponsor media.
Pengaruh dari teknologi media
Teknologi media membawa pengaruh tersendiri, walaupun mungkin tidak dimaksudkan oleh
pemilik atau sponsor media itu. Pengaruh teknologi media dapat disebut anatara lain:
 Teknologi media mendekatkan manusia satu sama lain. Ia dapat mendekatkan pikiran
dari relasi kita. Pikiran dan relasi kita menjadi lebih terbuka kepada orang lain,bangsa
lain,budaya lain,dsb.
 Teknologi media dapat membuat kita terlibat pada peristiwa di belahan bumi yang lain.
Kita terlibat pada gempa bumi di Aljazair,pada SARS di Cina, pada Piala Dunia,dsb.
 Teknologi media di Cina menyajikan mutu da pola pemberitaan yang semakin menarik.
Pemberitaan lewat satelit dan jaringan internet yang makin semarak.
 Teknologi media dapat menyajikan gambar dan suara yang lebih cangih, seperti music
stereo,gambar tiga dimensi, dsb.

Pengaruh dari pemilik atau sponsor media


 Manusia, entah pemilik media,entah pemilik sponsor,entah lembaga Negara,entah
masyarakat dan Gereja,dapat menggunakan media untuk menciptakan perhatian dan
keprihatinan umum tentang suatu masalah di belahan bumi ini,seperti
AIDS,narkotika,pembunahan masal oleh suatu pemerintahan totaliter,dsb. Ia membantu
menciptakan keprihatinan.
 Media dapat digunakan untuk member informasi dan membentuk opini umum yang
baik dan juga untuk mendidik. Media dapat digunakan untuk membela keadilan dan
kebenaran, dsb.
 Media dapat digunakan untuk hiburan. Misalnya, hiburan music,tari sinetron,dsb.

Pengaruh yang tidak dasadari/dimaksudkan


 Sadar atau tidak sadar,media sudah membentuk budaya baru. Kaum muda adalah massa
yang terlibat penuh dalam budaya baru ini.
 Sadar atau tidak sadar, media telah mengubah cara piker kita tentang hidup, tentang
kebudayaan, dsb. Jendela dunia terbuka lebar bagi kita.

Pengaruh Negatif dari Media


Kita dituntut untuk bersikap kritis terhadap pengaruh negative dari media. Pengaruh-pengaruh
negatif dari media anatara lain sebagai berikut:
a. Pengaruh negatif yang disebabkan dari teknologi media sendiri
 Media telah membangun kerajaan dan kekuasaan yang sangat kuat. Siapa yang
memilikimedia dialah yang kuat dan berkuasa. Dengan media dunia utara menguasai
dunia selatan. Kota menguasai desa. Yang kuat dan kaya menguasai yang lemah dan
miskin.
 Media menciptakan budaya baru yang gemerlap, budaya asli dan local perlahan-lahan
tersingkir.
b. Pengarauh negatif yang disebabkan oleh pemilik dan sponsor media.
 Media adalah bisnis. Supaya bisnis dapat laku, maka digalakan semangat materialism,
konsumerisme, dan hedonism.
 Lewat media dapat dibangun persepsi yang salah tentang kesejahteraan Kesejahteraan
berarti memiliki materi sebanyak-banyaknya. Manusia tidak lagi dinilai dari karakter
dan dedikasi, tetapi dari apa yang dia miliki (rumah, mobil, uang dsb) seperti yang
dipromosikan pada iklan-iklan di media.
 Lewat media dapat diciptakan stereotip tentang tokoh kecantikan, mode, dsb, yang akan
ditiru oleh khalayak ramai, misalnya mode rambut, mode pakaian, yang begitu cepat
ditiru.
10
 Lewat media dapat diciptakan sensasi tantangan seks, kekerasan, dan horror yang
mungkin sangat disenangi oleh penonton.
 Pemilik, penguasa, dan sponsor media dapat melakukan berbagai rekayasa dan trik
demi kepentingan bisnis dan politiknya.

Pengaruh negatif yang tidak disengaja.


Media juga dapat membawa efek samping yang merugikan, misalnya:
 Jadwal hidup dan kerja kita tidak teratur. Banyak waktu tersedot untuk menonton atau
mendengar siaran media. Komunikasi antar pribadi dalam keluarga berkurang.
 Kecanduan dan keterlibatan pada kekerasan dan seks bebas sering ada hubungannya
dengan siaran TV atau chatting di internet atau HP (SMS)
 Arus urbanisasi sering disebabkan oleh tayangan yang glamour tentang kehidupan kota.

Sikap Kritis Yesus


Pada zaman Yesus belum banyak jenis media. Jenis media yang ada mungkin hanya buku atau
kitab. Salah satu kitab yang sangat penting dalam masyarakat Yahudi waktu itu adalah Kitab
Taurat. Kitab Taurat adalah Kitab yang mengatur peri hidup beragama bagi orang-orang
Yahudi. Kitab itu sangat dihormati dan ditaati oleh masyarakat Yahudi. Kitab Taurat yang
antara lain mengatur tentang kewajiban-kewajiban dan peraturan menyangkut hari Sabat,
rupanya sudah banyak yang ditambah-tambah dan dimanipulasi oleh para agamawan pada
waktu itu. Pada awalnya, hukum Taurat, khususnya tentang hari Sabat, dibuat demi keselamatan
umat, tetapi kemudian ditambah-tambah dan dimanipulasi oleh para agamawan sehingga
menjadi beban bagi umat. Banyak aturan yang dibuat-buat, misalnya kancing jubah yang
terlepas pada hari Sabat, tidak boleh dikancing kembali selama hari Sabat belum berlalu, dsb.
Yesus menyikapi Hukum Taurat mengenai hari Sabat yang rupanya sudah dimanipulasi itu
dengan kritis. Peraturan seperti itulah yang ditolak oleh Yesus. Hari Sabat adalah demi
keselamatan umat, bukan sebaliknya, umat untuk hari Sabat.

Apa artinya sikap kritis Yesus itu bagi kita sekarang?


Yesus mengajak kita untuk bersikap kritis. Kita harus dapat membedakan mana yang benar dan
mana yang salah, mana yang baik dan mana yang jahat; mana yang berguna bagi keselamatan
manusia dan mana yang tidak berguna. Keselamatan manusia adalah yang menjadi pilihan
(opsi) Yesus dalam hidup dan karya-Nya.

5. KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA


Kita semua sebaiknya sudah mulai untuk mendalami Kitab Suci secara sungguh-sungguh.
Dalam bagian ini, kita akan membahas Kitab Suci Perjanjian Lama. Ternyata terjadinya Kitab
Suci yang kita miliki sekarang ini melewati proses yang panjang, kurang lebih sepuluh abad,
yakni kira-kira abad XI sebelum Masehi sampai kurang lebih abad I sesudah Masehi. Realita ini
menunjukan bahwa Kitab Suci merupakan salah satu buku tertua di muka bumi ini.
Kitab Suci Perjanjian Lama yang sekarang kita miliki pada mulanya hanya berupa
kumpulan cerita tentang pengalaman bangsa Israel dalam hubungan terkait dengan sejarah
keselamatan. Bangsa Israel mengalami Tuhan yang menyertai, melindungi, dan menyelamatkan
umat-Nya. Mereka dapat merasakan dan mengalami kasih Allah yang begitu besar.
Pengalaman-pengalaman tentang Allah yang mengasihi dan menyelamatkan itu secara turun-
temurun diceritakan kepada anak cucu mereka. semuanya berjalan secara lisan. Akhirnya,
cerita-cerita ditulis oleh pengarang Kitab Suci atas dasar ilham Roh Kudus itu dikumpulkan
dan disusun menjadi sebuah buku utuh seperti yang kita miliki sekarang ini.
Melalui proses pembelajaran tentang Kitab Suci Perjanjian Lama, kita diajak untuk
mengenal Alkitab sebagai buku kesaksian iman bangsa Israel dan juga sekaligus sebagai
firman Tuhan yang tertulis. Kita mempelajari tentang proses terjadinya Kitab Suci Perjanjian
Lama secara garis besar, penjelasan tentang pembagian Kitab Suci Perjanjian Lama dan
akhirnya diuraikan tentang pentingnya mendalami sabda Tuhan dalam Kitab Suci bagi
kehidupan sehari-hari.
Ajaran dan keyakinan ini menjadi kepercayaan yang sangat kuat pada bangsa Israel. Mereka
yakin pula bahwa ajaran yang terkandung dalam cerita itu berasal dari Allah. Sejalan
dengan pikiran itu, ajaran yang terkandung dalam cerita itu harus dimengerti sebagai firman
Allah. Semua itu terjadi berkat ilham dan bimbingan Roh Allah. Jadi, bukan firman langsung
11
dari Tuhan, melainkan firman Tuhan lewat pengalaman dan penemuan bangsa Israel berkat
ilham dan bimbingan Roh Allah.
Seluruh Kitab Suci Perjanjian Lama adalah Kitab Iman - Kitab Iman bangsa Israel - bukan
riwayat hidup dan sejarah dari seseorang atau bangsa Israel. Tokoh-tokoh dalam kisah-kisah
Perjanjian Lama dapat saja tokoh sejarah dan mempunyai latar belakang sejarah, tetapi dalam
Kitab Suci Perjanjian Lama terutama dimuat iman dari bangsa terpilih itu. Perjanjian Lama
sesungguhnya mengisahkan pra-sejarah, yakni kisah penciptaan sampai dengan Menara
Babel (Kej 1-11) dan sejarah Israel mulai dari Abraham yang hidup sekitar tahun 2000/1800
sebelum Masehi sampai menjelang Yesus Kristus. Namun, sejarah yang ditulis dalam Perjanjian
Lama lebih merupakan sejarah iman. Maka, untuk mengetahui proses terjadinya Kitab Suci
Perjanjian Lama, sebaiknya dimulai dengan awal sejarah Israel yaitu sekitar tahun 1800
sebelum Masehi.

 Antara tahun 1800 - 1600 S.M.:


Zaman Bapa-bapa bangsa (Abraham–Ishak–Yakub). Periode ini adalah awal sejarah bangsa
Israel yang dimulai dari panggilan Abraham sampai dengan kisah tentang Yakub. Dalam tahun
inilah Bapa-bapa bangsa hidup. Sebagian kisah mereka tersimpan dalam Kej 12 - 50. Kisah ini
kemudian diteruskan secara lisan turun temurun.
 Antara tahun 1600 - 1225 S.M.:
Kisah bangsa Israel mengungsi ke Mesir, perbudakan di Mesir, pembebasan dari
Mesir sampai Perjanjian di Sinai. Kisah-kisah tersebut juga masih disampaikan secara lisan.
Mungkin sekali 10 perintah Allah dalam rumusan yang pendek sudah ditulis pada masa ini
sebagai pedoman hidup.
 Antara tahun 1225 - 1030 S.M.:
Perebutan tanah Kanaan dan zaman Hakim-Hakim. Pada periode ini, bangsa Israel merebut
tanah Kanaan yang diyakini sebagai Tanah Terjanji di bawah pimpinan Yosua dan kehidupan
bangsa Israel di tanah yang baru di bawah para tokoh yang diberi gelar Hakim. Hakim-hakim itu
antara lain adalah Debora, Simson, dan sebagainya. Di samping cerita pada masa ini, juga sudah
terdapat beberapa hukum.
 Antara tahun 1030 - 930 S.M.:
Periode Raja-Raja. Pada periode ini, bangsa Israel memasuki tahap baru dalam kehidupannya.
Mereka mulai menganut sistem kerajaan yang diawali dengan raja Saul, kemudian digantikan
oleh raja Daud dan diteruskan oleh raja Salomo, putra Daud. Pada masa inilah bangsa Israel
menjadi cukup terkenal dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Pada zaman raja Saul, Daud, dan
Salomo, bagian-bagian Kitab Suci Perjanjian Lama mulai ditulis. Misalnya, kisah penciptaan
manusia, manusia jatuh dalam dosa dan akibatnya, bapa-bapa bangsa, kisah para raja, beberapa
bagian Mazmur, dan hukum-hukum.
 Antara tahun 930 - 722 S.M.:
Kerajaan Israel dan Yahuda. Sesudah raja Salomo wafat, kerajaan Israel terpecah menjadi
dua, yaitu kerajaan Utara (Israel) dan kerajaan Selatan (Yehuda). Kerajaan Utara hanya
berlangsung sampai tahun 722 S.M. Pada periode ini dilanjutkan dengan penulisan Kitab-kitab
Suci Perjanjian Lama yang melengkapi cerita-cerita Kitab Taurat Musa serta beberapa
tambahan hukum. Di samping itu, pada periode ini mulai muncul pewartaan para nabi dan kisah
para nabi seperti Elia dan Elisa, Hosea, Amos. Beberapa bagian pewartaan para nabi mulai
ditulis. Pada masa ini, beberapa kumpulan hukum perjanjian mulai diterapkan dan ditulis. Kita
dapat membacanya dalam kitab Ulangan.
 Antara tahun 722—587 S.M.:
Kerajaan Yehuda masih berlangsung sesudah kerajaan Israel jatuh. Kerajaan Yehuda atau Yuda
masih tetap berdiri kokoh sampai akhirnya mereka dibuang ke Babilon pada tahun 587 S.M.
Pada masa ini beberapa tradisi tertulis tentang kisah bapa-bapa bangsa mulai disatukan.
Demikian juga, pewartaan para nabi mulai ditulis dan sebagian diteruskan dalam bentuk
lisan. Pada masa ini juga muncul tulisan tentang sejarah bangsa Israel, beberapa bagian dari
Mazmur, dan Amsal.

12
 Antara tahun 586 - 539 S.M.:
Zaman pembuangan Babilon. Orang-orang Israel yang berasal dari Kerajaan Yuda hidup di
pembuangan Babilon atau Babel selama kurang lebih 50 tahun. Pada masa ini, penulisan Kitab
Sejarah dilanjutkan. Muncul pula tulisan yang kemudian kita kenal dengan kitab Ratapan.
Demikian pula halnya dengan nabi-nabi, pewartaan para nabi sebelum pembuangan ditulis pada
masa ini. Pada periode ini juga muncul para imam yang menuliskan hukum-hukum yang
sekarang masuk dalam kitab Imamat.
 Antara tahun 538 - 200 S.M:
Sesudah pembuangan, bangsa Israel diizinkan pulang kembali ke tanah airnya oleh raja Persia
yang mengalahkan Kerajaan Babilon. Pada masa ini kelima kitab Taurat telah diselesaikan. Juga
kitab-kitab Sejarah Yosua, Hakim-hakim, 1-2Samuel, dan Raja-raja sudah selesai ditulis. Kitab-
kitab para nabi pun sudah banyak yang diselesaikan Dari ratusan nyanyian, akhirnya dipilih 150
mazmur yang kita terima sampai sekarang. Pada masa ini muncul pula beberapa tulisan
Kebijaksanaan.
 Dua abad terakhir:
Pada masa ini ditulislah kitab-kitab seperti: Daniel, Ester, Yudith, Tobit, 1, 2 Makabe, Sirakh
dan Kebijaksanaan Salomo.
 Kanon Kitab Suci: Orang Yahudi menentukan sejumlah kitab sebagai Kitab Suci.
Daftar kitab-kitab yang mereka terima sebagai Kitab Suci disebut KANON. Kitab-kitab yang
terdapat dalam kanon disebut kitab-kitab kanonik. Orang Yahudi hanya menerima Kitab Suci
yang aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani, sedangkan yang ditulis dalam bahasa Yunani tidak
diterima. Jumlah Kitab Suci yang diterima sebanyak 39 kitab. Kitab-kitab yang diakui sebagai
kanonik tersebut diakui resmi sebagai Kitab Suci dan dijadikan patokan atau norma imannya.
 Kitab-kitab itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan ditambah
dengan beberapa tulisan yang aslinya ditulis dalam bahasa Yunani. Terjemahan itu diberi
namaSeptuaginta (LXX). Dalam Septuaginta terdapat semua Kitab Kanonik orang Yahudi
ditambah sejumlah kitab yang aslinya ditulis dalam bahasa Yunani, yang diterima oleh Gereja
Katolik(tetapi ditolak oleh Gereja Protestan) sebagai Kitab Suci. Kitab-kitab Kanonik itu
adalah: Makabe, Sirakh, Kebijaksanaan, Yudith, Tobit, Barukh, tambahan Kitab Daniel,
tambahan Kitab Ester dan Surat Yeremia. Dengan demikian, jumlah Kitab Suci Perjanjian Lama
yang diakui Gereja Katolik ada 46 kitab. Kitab Suci lengkap yang diakui oleh Gereja Katolik itu
disebutDeuterokanonika.

C. Keseluruhan Jumlah Kitab Suci Perjanjian Lama dan Pembagiannya


Kitab Kitab Kitab
Sejarah Kebijaksanaan Nabi-nabi
1. Kejadian 1. Ayub 1.Yesaya
2. Keluaran 2.Mazmur 2.Yeremia
3. Imamat 3.Amsal 3.Lagu Ratapan Yeremia
4. Bilangan 4. Pengkotbah 4.Barukh
5. Ulangan 5. Madah Agung 5.Yehezkhiel
6. Yosua 6. Kebijaksanaan 6.Daniel
7. Hakim-hakim 7. Putra Sirakh 7.Hosea
8. Rut 8. Yoel
9. I Samuel 9.Amos
10. II Samuel 10. Obaja
11. I Raja-raja 11. Yunus
12. II Raja-raja 12. Mikha
13. I Tawarikh 13. Nahum
14. II Tawarikh 14. Habakuk
15. Ezra 15. Zefanya
16. Nehemia 16. Hagai
17. I Makabe 17. Zakaria
18. II Makabe 18. Maleakhi
19. Tobit
20. Yudit
21. Ester

13
7. KITAB SUCI PERJANJIAN BARU
Kitab Suci Perjanjian Baru berisi tentang kesaksian dan renungan yang mendalam dari
umat Kristen perdana mengenai Yesus Kristus. Inti pewartaanyang disampaikan di dalamnya
ialah bahwa Yesus sungguh-sungguh Tuhan dan Penyelamat. Beberapa orang dipilih oleh
Tuhan sendiri untuk menuangkan kesaksian-kesaksian tersebut ke dalam bentuk tulisan. Bentuk
tulisan merekadisebut Perjanjian Baru karena berisi perjanjian antara Allah dan manusia
yang terjadi di dalam diri Yesus dan ditulis setelah Yesus bangkit. Disebut perjanjian
karena menurut Alkitab hubungan manusia dan Allah terjalin dalam bentuk perjanjian. Dengan
perjanjian dimaksudkan “hubungan khusus dan tidak biasa yang terjalin antara Allah dan
manusia”. Allah bersatu dengan umat manusia demi keselamatannya. Dengan Perjanjian Lama
dimaksudkan hubungan khusus yang terjalin antara Allah dengan para Bapa Bangsa dan
Umat Israel. Sedangkan Perjanjian Baru hubungan yang terjalin antara Allah dan
manusia di dalam Yesus Kristus.
Perjanjian Baru melanjutkan dan menyempurnakan Perjanjian Lama. Di samping itu,
Perjanjian Baru memang berisi tentang “Perjanjian Baru” (lih. Luk 22: 20), yang oleh Allah
diikat dengan umat manusia melalui Yesus Kristus. Artinya, perjanjian itu bersifat kekal, sebab
hubungan Allah dan manusia di dalam Yesus Kristus tidak pernah akan putus.
“Konsili Suci mendesak dengan sangat semua orang beriman supaya sering kali membaca
Kitab-Kitab ilahi untuk memperoleh pengertian yang mulia akan Yesus Kristus (Dei Verbum
Art. 25). Santo Paulus pun dalam suratnya yang kedua kepada Timotius mengatakan bahwa
“segala tulisan yang diilhamkan Allah (Kitab Suci) memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran” (lih. 2Tim 3: 26). St. Hironimus berkata “Tidak mengenal Kitab Suci berarti
tidak mengenal Kristus.”
Melalui proses pembelajaran tentang Kitab Suci Perjanjian Baru, para kita diajak untuk
mengenal Alkitab sebagai buku kesaksian iman sekaligus sebagai firman Tuhan yang
tertulis. Kita akan belajar tentang proses terjadinya Kitab Suci Perjanjian Baru secara garis
besar. Kemudian, juga mengenal pembagian Kitab Suci Perjanjian Baru. Akhirnya, kita dapat
menyadari pentingnya mendalami sabda Tuhan dalam Kitab Suci.

Proses Terbentuknya Kitab Suci Perjanjian Baru


Ketika Yesus masih hidup tidak ada orang yang mencatat apa yang dibuat atau dikatakan-
Nya. Namun, sesudah Yesus bangkit, murid-murid dan pengagum-Nya yang sangat terpukul
oleh kematiannya, tiba-tiba mendapat semangat dan keyakinan baru yang luar biasa. Kemudian,
mereka mulai bercerita dan mewartakan tentang diri Yesus dari Nazareth itu. Mereka begitu
yakin bahwa Allah yang telah membangkitkan Yesus, maka mereka menyetujui dan
membenarkan segala apa yang diajarkan-Nya dan dilakukan-Nya. Mereka mulai bercerita dan
mewartakan tentang Yesus, ajaran, dan tindakan-Nya. Tetapi, semua kisah yang ditulis itu sudah
sangat diwarnai oleh rasa cinta, rasa kagum, dan kepercayaan mereka terhadap Yesus. Banyak
kisah tentang Yesus beredar di antara pengikut-pengikut-Nya.
Sekitar 60 sampai dengan 90 tahun kemudian, muncullah pikiran di antara murid-murid
Yesus untuk menuliskan tentang Yesus (hidup-Nya, ajaran-Nya, dan tindakan-Nya). Dengan
bimbingan Roh Kudus, mereka menuliskan kisah tentang Yesus (hidup-Nya, ajaran-Nya, dan
tindakan-Nya). Mereka menulis tentang Yesus berdasarkan cerita-cerita dari para pengikut-Nya
dan para saksi mata yang sudah beredar dan berkembang luas di tengah umat dan sudah sangat
diwarnai oleh rasa kagum, rasa cinta, dan iman mereka kepada-Nya (bdk. Luk 1: 1-4).
Tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru tersebut, misalnya Injil, bukanlah sebagai buku
laporan atau sejarah yang teliti, tetapi sebagai buku iman dan cinta dari umat perdana tentang
Yesus. Oleha karena itu, tulisan-tulisan tersebut dipengaruhi pula oleh iman dan maksud dari
pengarangnya. Oleh sebab itu, kita tidak perlu heran jika tulisan-tulisan dari para penulis
tentang Yesus tersebut terdapat perbedaan. Sebab, mereka bukan menulis suatu laporan atau
sejarah yang teliti tentang Yesus, tetapi lebih tentang iman dan cinta mereka kepada Yesus
Kristus.
Untuk mengetahui proses terjadinya tulisan-tulisan mengenai Yesus, sebaiknya kita mulai
dari periode hidup Yesus sampai pembentukan kanon Perjanjian Baru.
 Antara tahun 7/6 S.M. – 30 Masehi: Periode Hidup Yesus.
Yesus lahir kurang lebih tahun 7/6 Sebelum Masehi. Sekitar tahun 27 atau 28, Ia dibaptis oleh
Yohanes dan kemudian tampil di depan umum. Yesus tampil di depan umum untuk
14
melaksanakan tugas pewartaan selama kurang lebih tiga tahun. Yesus berkeliling mulai dari
Galilea sampai Yudea untuk mewartakan Kerajaan Allah dengan perkataan dan perbuatan.
Sampai akhirnya Yesus ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Agama
(Mahkamah Agama) dan disalib atas izin pemerintah Roma (Ponsius Pilatus).
 Antara tahun 30 - 120 Masehi: Penyusunan Kitab Suci Perjanjian Baru.
Yesus yang wafat disalib, ternyata dialami sebagai Tuhan yang hidup, yang mengumpulkan
kembali murid-murid dan memberi mereka daya hidup baru. Mereka percaya bahwa Yesus telah
bangkit. Dalam terang kebangkitan inilah para murid mulai mewartakan Yesus, pertama-tama
kepada orang Yahudi, kemudian berkembang kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Para murid
dengan penuh keyakinan mewartakan bahwa Allah telah menjadikan Yesus yang wafat disalib
sebagai Kristus, Tuhan, Penyelamat, dan Hakim seluruh umat manusia. Mula-mula murid-murid
Yesus hanya secara lisan menyebarkan kabar tentang Yesus. Tetapi setelah jemaat berkembang,
mereka berhubungan satu sama lain melalui utusan dan surat-surat (bdk. Kis 15: 2-20). Para
rasul dengan alasan tertentu mengirim surat kepada jemaat atau orang perorangan (lih. 2Tes 2:
2).
Kemudian, orang mulai menulis beberapa pokok iman yang paling penting dan beberapa
cerita serta sabda-sabda Yesus. Ketika generasi pertama Kristen mulai menghilang, para
murid/pengikut Yesus merasa terpanggil untuk menuliskan segala sesuatu yang berkaitan
dengan Yesus.
Dari tulisan-tulisan tersebut berkembanglah karangan-karangan yang berupa Injil dan Kisah
Para Rasul serta Wahyu sebagaimana tercantum dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Demikian
pula, surat-surat dari para rasul mulai dikumpulkan.
 Antara tahun 120 - 400 Masehi: Pembentukan Kanon (Daftar resmi Kitab Suci
Perjanjian Baru).
Banyak karangan tentang Yesus yang beredar. Hal ini membingungkan umat beriman. Umat
sukar membedakan mana karangan yang sungguh menjadi pedoman dan mana karangan yang
palsu. Akhirnya, Gereja dalam kurun waktu tersebut menetapkan 27 kitab sebagai kanonik,
artinya diakui sebagai Kitab Suci.

C. Mencermati Jumlah Kitab Suci Perjanjian Baru dan Pembagiannya


PENGELOMPOKAN KITAB SUCI PERJANJIAN BARU
Injil Kisah Surat-surat
Para Rasul Paulus
1. Matius 1. Kisah Para Rasul 1. Roma
2. Markus 2. I Korintus
3. Lukas 3. II Korintus
4. Yohanes 4. Galatia
5. Efesus
6. Filiipi
7. Kolose
8. I Tesalonika
9. II Tesalonika
10. I Timotius
11. II Timotius
12. Titus
13. Filemon

Surat Kepada Surat-surat Wahyu


Orang Ibrani Katolik
Surat Kepada 1. Yakobus
Orang Ibrani 2. I Petrus Kitab Wahyu
3. II Petrus
4. I Yohanes
5. II Yohanes
6. III Yohanes
7. Yudas

15
8. TRADISI GEREJA KATOLIK
Setiap masyarakat memiliki tradisi dari nenek moyangnya. Banyak kepercayaan dan upacara
atau sikap dan tindakan yang didasari atas tradisi. Semua itu dilaksanakan karena merupakan
kebiasaan yang sudah terjadi secara turun-temurun. Tradisi-tradisi tersebut kebanyakan
diteruskan secara turun-temurun dan secara lisan. Ada juga beberapa tradisi yang dewasa
ini sudah mulai dibukukan.
“Gereja dalam ajaran, hidup, dan ibadatnya, melestarikan dan meneruskan kepada semua
keturunan, dirinya seluruhnya, dan imannya seutuhnya.” (Dei Verbum Art. 8). Proses
komunikasi atau penerusan iman dari satu angkatan kepada angkatan berikutnya dan di
antara orang sezaman itulah yang disebut tradisi. “Tradisi berarti penyerahan, penerusan,
komunikasi terus-menerus. Tradisi bukan sesuatu yang ‘kolot’ atau dari zaman dahulu,
melainkan sesuatu yang masih terjadi sekarang ini juga. Gereja yang hidup dan berkembang,
itulah tradisi”.
Dalam tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para Rasul.
Pada periode yang disebut zaman Gereja Perdana, Tradisi sebelumnya dipenuhi dan diberi
bentuk baru, yang selanjutnya menjadi inti pokok untuk tradisi berikutnya, “yang dibangun di
atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.” (bdk. Ef 2: 20).
Maka, perumusan pengalaman iman Gereja Perdana yang disebut Perjanjian Baru merupakan
pusat dan sumber seluruh tradisi, karena di dalamnya terungkap pengalaman iman Gereja
Perdana. Gereja Katolik yakin bahwa Kitab Suci (Alkitab) bersama Tradisi dinyatakan oleh
Gereja sebagai “tolok ukur tertinggi iman Gereja” Beberapa pokok penting yang perlu dipahami
dan disadari oleh kita adalah: arti tradisi secara umum, pengertian tradisi dalam Gereja Katolik,
macam-macam tradisi dan contohnya, membedakan “Syahadat Pendek” dan “Syahadat
Panjang” sebagai hasil tradisi Gereja. Dan yang penting adalah keyakinan bahwa Kitab Suci
bersama tradisi merupakan tolok ukur tertinggi bagi seluruh iman dan kehidupan Gereja.

Tradisi dalam Gereja Katolik


Arti Tradisi dalam Gereja Katolik
Gereja senantiasa melestarikan dan meneruskan hidup, ajaran, dan ibadatnya dari
generasi ke generasi. Proses penerusan atau komunikasi iman dari satu angkatan kepada
angkatan berikut dan di antara orang-orang seangkatan itulah yang disebut tradisi. Tradisi
berarti penyerahan, penerusan, dan komunikasi terus-menerus. Tradisi bukan sesuatu yang
“kolot” dari zaman dahulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi sekarang ini juga.
Dalam tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para
rasul. Periode itu biasa disebut zaman “Gereja Perdana”. Tradisi zaman Gereja Perdana
menjadi inti pokok untuk tradisi berikutnya, “dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi,
dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef 2: 20). Sebagian dari tradisi itu kemudian
ditulis, yang sekarang kita kenal sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru. Jadi, tidak semua tradisi
ditulis, yang lainnya terus disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi. Kitab Suci
Perjanjian Baru yang ditulis dengan ilham Roh Kudus dengan teguh dan setia serta tanpa
kekeliruan, terus mengajarkan kebenaran yang oleh Allah mau dicantumkan di dalamnya demi
keselamatan kita.
Sesudah Gereja Perdana, Gereja terus mengolah dan memperdalam ungkapan iman
yang terdapat dalam Kitab Suci. (bdk. Dei Verbum Art 8).

Contoh Tradisi Ajaran Iman Gereja Katolik


Tradisi dan Kitab Suci saling berhubungan. Tradisi mempunyai titik beratnya dalam Kitab
Suci, tetapi tidak terbatas pada Kitab Suci. Sebaliknya, tradisi berusaha terus menghayati dan
memahami kekayaan iman yang terungkap di dalam Kitab Suci. Kekayaan iman itu misalnya
Syahadat. Di dalam Kitab Suci, kita tidak menemukan Syahadat, tetapi apa yang terungkap
dalam Syahadat jelas dilandaskan pada Kitab Suci. Untuk jelasnya, kita akan mempelajari buah
karya tradisi, yaitu Syahadat. Kita akan mencoba membandingkan dua Syahadat, yaitu Syahadat
Para Rasul (Syahadat Singkat) dan Syahadat dari Konsili Nicea (Syahadat Panjang).

16
Syahadat Para Rasul/Singkat Syahadat Nicea/Syahadat Panjang
Aku percaya akan Allah, Aku percaya akan satu Allah,
Bapa yang mahakuasa, Bapa yang Mahakuasa,
pencipta langit dan bumi; Pencipta langit dan bumi,
dan akan Yesus Kristus, dan segala sesuatu yang kelihatan
Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita, dan tidak kelihatan;
yang dikandung dari Roh Kudus, dan akan satu Tuhan Yesus Kristus,
dilahirkan oleh Perawan Maria; Putra Allah yang tunggal.
yang menderita sengsara Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad,
dalam pemerintahan Ponsius Pilatus Allah dari Allah,
disalibkan, wafat, dan dimakamkan; terang dari terang;
yang turun ke tempat penantian Allah benar dari Allah benar.
pada hari ketiga bangkit Ia dilahirkan, bukan dijadikan
dari antara orang mati; sehakikat dengan Bapa;
yang naik ke surga, segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
duduk di sebelah kanan Allah Bapa Ia turun dari surga
yang mahakuasa untuk kita manusia
dari situ Ia akan datang dan untuk keselamatan kita.
mengadili orang hidup dan mati. Dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus
Aku percaya akan Roh Kudus, dari Perawan Maria:
Gereja Katolik yang kudus, dan menjadi manusia.
persekutuan para kudus, Ia pun disalibkan untuk kita.
pengampunan dosa, Waktu Ponsius Pilatus
kebangkitan badan, Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan.
kehidupan kekal. Pada hari ketiga Ia bangkit
Amin. menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga,
duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup
dan yang mati;
kerajaan-Nya takkan berakhir.
Aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan;
Ia berasal dari Bapa dan Putra;
Yang serta Bapa dan Putra,
disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
Aku percaya akan Gereja
yang satu, kudus, katolik, dan apostolik,
aku mengakui satu pembaptisan
akan penghapusan dosa.
Aku menantikan kebangkitan orang mati
Dan hidup di akherat.
Amin.

Dengan membandingkan kedua rumusan Syahadat tersebut di atas, kelihatan bahwa kedua
syahadat itu berbeda. Perbedaan tersebut terutama pada rumusan berikut: “Ia lahir dari Bapa
sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia
dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun
dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita”. Yang lain juga berbeda rumusannya,
tetapi isinya kurang lebih sama.
Rumusan kedua syahadat itu adalah ajaran Gereja yang berasal dari Tradisi. Syahadat
pendek lebih tua daripada Syahadat panjang. Syahadat yang panjang muncul, antara lain
disebabkan oleh munculnya ajaran-ajaran sesat, yaitu ajaran yang tidak mengakui kemanusiaan
Kristus dan yang tidak mengakui ke-Allahan Kristus. Maka, dirumuskanlah Syahadat secara
lebih lengkap. Dalam syahadat panjang itu ditekankan bahwa Yesus sungguh manusia dan
sungguh-sungguh Allah.
17
Kitab Suci dan Tradisi Merupakan Tolok Ukur Iman Gereja
Kitab Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur iman Gereja. Itu berarti iman Gereja, baik
iman Gereja secara keseluruhan (iman objektif) maupun iman dalam arti sikap masing-masing
orang (iman subjektif), diukur kebenarannya oleh Kitab Suci bersama Tradisi.

9. YESUS KRISTUS PEJUANG KERAJAAN ALLAH


Paham-Paham pada Zaman Yesus
Enam abad sebelum kedatangan Yesus, bangsa Israel selalu dijajah oleh bangsa lain,
yaitu bangsa Persia, bangsa Yunani, dan terakhir bangsa Romawi. Selain ditindas oleh para
penjajah tersebut, bangsa Israel juga ditindas oleh pemimpin-pemimpin sendiri, yaitu raja-raja
boneka yang diangkat oleh para penjajah. Dalam situasi tertindas seperti itu, kerinduan akan
datangnya Mesias/Penyelamat dan Kerajaan Allah senantiasa muncul dengan kuat.
Paham tentang Kerajaan Allah bukan baru muncul pada zaman Yesus, tetapi sudah lama
diimpikan oleh bangsa Israel, terlebih pada saat-saat mereka sangat ditindas. Dalam situasi
tertindas itu, muncullah bermacam-macam paham tentang Kerajaan Allah, antara lain:
 Paham Kerajaan Allah yang Berciri Nasionalistis
Paham ini dihayati sungguh oleh kaum Zelot. Kegiatan mereka bertujuan membebaskan
Israel dari kuasa politik kaum kafir. Kaum Zelot sungguh berjihad untuk mengusir kaum
kafir. Mereka berharap dengan kebangkitan nasionalisme, bangsa Israel dapat tercapai, dan
Kerajaan Allah terbangun.
 Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Apokaliptik
Apokaliptik adalah aliran yang percaya akan datangnya penghakiman Allah, karena dunia ini
sudah jahat dan akan digantikan oleh dunia baru. Dalam dunia baru itu yang baik akan
dianugerahi kebakaan, sedangkan yang jahat akan dihukum. Menurut pandangan.para
Apokaliptik, Kerajaan Allah adalah sebuah kenyataan terakhir yang akan terjadi pada akhir
zaman. Setelah zaman ini hilang lenyap dibinasakan Allah, "Kerajaan Allah" akan menjadi
kenyataan di bumi baru dan langit baru yang dijadikan Allah.
 Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Rabi
Menurut pandangan para rabi, Allah sekarang sudah meraja secara hukum, sedangkan di
akhir zaman Allah akan secara nyata menyatakan kekuasaan-Nya sebagai Raja semesta alam
dengan menghakimi dan menyatakannya kepada sekalian bangsa. Kenyataan bahwa bangsa
Israel kini dikuasai oleh orang-orang kafir (sebab pada masa Yesus bangsa Yahudi dijajah
oleh bangsa Romawi yang dianggap sebagai bangsa kafir) merupakan akibat dari dosa-
dosanya. Namun, jika Israel melakukan hukum Taurat, maka penjajah akan dipatahkan.
Karena itu, mereka yang sekarang taat pada hukum Taurat sudah menjadi warga Kerajaan
Allah. Tetapi jika Israel tidak melakukan hukum Taurat, maka Israel akan terus dijajah dan
diperintah oleh kaum kafir. Paham Yesus tentang Kerajaan Allah lebih mirip dengan paham
para rabi. Kerajaan Allah mulai merekah, terutama dalam diri Yesus, dan akan mencapai
kepenuhannya pada akhir zaman. Untuk menyambut Kerajaan Allah orang harus bertobat
dan percaya pada Injil (lih. Mrk 1:14-15).

Pengertian Kerajaan Allah


Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus secara singkat dapat dikatakan sebagai
berikut:
· Kerajaan Allah adalah Allah yang meraja atau memerintah. Oleh karena itu, manusia harus
mengakui kekuasaan Allah dan menyerahkan diri (percaya) kepada-Nya, sehingga
terciptalah kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian.
· Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus akan mencapai kepenuhannya pada akhir
zaman. Di akhir zaman itulah, Allah benar-benar akan meraja. Dalam rangka ini, Kerajaan
Allah terkait dengan penghakiman terakhir dan ukuran penghakiman adalah tindakan kasih.
Mereka yang melaksanakan tindakan kasih masuk ke dalam Kerajaan Allah (bdk. Mat 25:
31-45).
· Kerajaan Allah yang mencapai kepenuhannya pada akhir zaman itu kini sudah dekat, bahkan
sudah datang dalam sabda dan karya Yesus. Oleh karena itu, orang harus menanggapinya
dengan bertobat dan percaya kepada warta yang dibawa oleh Yesus.
· Kerajaan Allah adalah kabar mengenai masa depan dunia, di mana yang miskin tidak lagi

18
miskin, yang lapar akan dipuaskan, yang tertindas tidak akan menderita lagi, yang tertawan
akan dibebaskan. Namun, untuk mencapai masa depan yang demikian perlu perjuangan.
Itulah sebabnya, Yesus terus-menerus berjuang supaya itu benar-benar terwujud. Selama
hidup-Nya Yesus terus-menerus berjuang supaya hal itu benar-benar terwujud. Seluruh
hidup Yesus sampai la mengorbankan hidup-Nya di kayu salib adalah untuk mewujudkan
Kerajaan Allah, sehingga orang benar-benar mengalami damai sejahtera, sukacita, keadilan,
dan kebenaran.
· Perjuangan Yesus itu belum selesai, Yesus memberi tugas kepada para pengikut-Nya untuk
melanjutkan perjuangan itu, agar Allah sungguh-sungguh meraja.Yesus memperjuangkan
Kerajaan Allah dengan perkataan dan perbuatan. Perkataan dan perbuatan dalam hidup
Yesus merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan (lih. Mat 11: 5-6; bdk Luk 11: 5-6).
Perkataan atau sabda Yesus menjelaskan atau menerangkan perbuatan-perbuatan Yesus
supaya perbuatan itu dapat ditangkap maksudnya. Perbuatan Yesus mewujudnyatakan
perkataan-Nya, sehingga kata-kata Yesus bukanlah kata-kata kosong tetapi kata-kata penuh
kuasa dan arti. Maka dalam pelajaran ini akan dibahas tentang pewartaan dan perjuangan
Yesus melalui perkataan (terutama perumpamaan) dan perbuatan-Nya (terutama mukjizat-
Nya).
Yesus mewartakan rahasia Kerajaan Allah seringkali dengan perumpamaan-perumpamaan. Hal
ini dimaksudkan supaya orang selalu ingat dan dapat mengambil makna Kerajaan Allah bagi
hidupnya. Perumpamaan- perumpamaan membuat orang berpikir dan tersapa, kemudian
menerapkannya di dalam hidup. Supaya manusia selalu ingat bahwa Allah perlu merajai
hatinya, maka Yesus mewariskan perumpamaan-perumpamaan tentang Kerajaan Allah
sebagaimana terdapat dalam Injil.
Yesus pun mewartakan Kerajaan Allah dengan perbuatan-perbuatan, antara lain melalui
mukjizat-mukjizat-Nya. Seluruh mukjizat Yesus selalu dihubungkan dengan Kerajaan Allah
yang Dia wartakan. Yesus tidak pernah mau membuat mukjizat, jika tidak berkaitan dengan
Kerajaan Allah.

Kesaksian Yesus mengenai Kerajaan Allah


 Yesus Mengadakan Mukjizat Mukjizat
Yesus mewartakan Kerajaan Allah tidak hanya dengan sabda-sabda Nya,tetapi juga
melalui mukjizat-mukjizat. Mukjizat yang dimaksudkan adalah kejadian atau perbuatan luar
biasa yangbagi orang percaya menangkapnya sebagai pernyataan kekuasaan Allah Penyelamat.
Dengan mukzijat itu, Allah menyatakan kekuasaan penyelamatan-Nya. Mukjizat adalah hanya
sebagai tanda bagi orang yang percaya, yaitu tanda kemurahan hati Tuhan (Yesus), sedangkan
bagi yang tidak percaya adalah suatu pertanyaan. Mukjizat-mukjizat Yesus itu mau me-
nunjukkan:
· Yesus menghubungkan mukjizat-mukjizat-Nya dengan pemberitaan tentang Kerajaan
Allah. Di luar itu, Yesus tidak pernah membuat mukjizat. Itulah sebabnya.Yesus menolak
membuat tanda/mukzijat di hadapan pejabat atau orang banyak untuk melegitimasikan diri -
Nya sebagai yang berasal dari Allah (Mat 16: 1; Luk 11:16-29).
· Dasar dan motif mengadakan mukjizat adalah pemberitaan tentang Kerajaan Allah.
Pemberitaan tentang Kerajaan Allah hanya ditujukan kepada orang miskin dan tertindas.
Karena itu, mukjizat-mukjizat Yesus justru.tertuju kepada orang yang malang sakit
dan di bawah kuasa kejahatan. Mukjizat-mukjizat itu menyatakan bahwa Kerajaan
Allah yang diwartakan Yesus dan yang membebaskan orang dari kuasa jahat, benar-
benar bagi mereka.
· Mukjizat-mukjizat Yesus mempunyai arti mesianis. Artinya, mukjizat-mukjizat Yesus
mau menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinanti-nantikan
· Mukjizat-mukjizat Yesus menyatakan solidaritas Allah dengan manusia yang miskin
dan menderita serta kerasukan roh jahat. Allah menyatakan diri setia kawan dengan orang
yang sakit dan kerasukan setan. Dengan demikian, mukjizat Yesus juga menjadi tanda
bahwa Yesus datang untuk menampakkan kebaikan hati Allah, supaya yang menderita
tidak menderita, supaya yang di bawah kuasa setan dibebaskan, dan yang sakit disembuhkan.

19
 Yesus Bergaul dengan Semua Orang: Tanda Cinta-Nya yang Universal
Yesus dekat dengan semua orang, maka Ia juga sangat terbuka terhadap semua orang. la
bergaul dengan semua orang. la tidak mengkotak-kotakkan dan membuat kelas-kelas di antara
manusia. Yesus tidak pernah hanya dekat sekelompok orang dan menyingkirkan kelompok yang
lainnya. Yesus akrab dengan semua orang, para rohaniwan (lih. Yoh 7:4252) dan penguasa,
bahkan penjajah (lih. Mrk 7:1-10) yang beritikad baik. Yesus pun akrab dengan para pegawai
pajak yang korup (lih. Luk 19:1-10), dengan wanita tuna susila (lih. Luk 7: 36-50) dan para
penderita penyakit berbahaya yang dikucilkan.

 Yesus Membebaskan Orang-Orang dari Beban Legalisme


Yesus sering dikecam oleh lawan-lawannya sebagai orang yang suka berpesta pora,
suka makan dan minum, tidak berpuasa, dan tidak menghiraukan banyak ketentuan hukum
Taurat lainnya.

10. SENGSARA, WAFAT, KEBANGKITAN, DAN KENAIKAN YESUS KRISTUS


Situasi Menjelang Kisah Sengsara Yesus
 Konteks Perayaan Paskah
Perayaan Paskah merupakan pesta bangsa Israel untuk memperingati peristiwa
pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Perayaan ini berlangsung selama tujuh hari, menjadi
pekan roti tak beragi. Bangsa Israel menghayati peristiwa pembebasan dari Mesir sebagai
keterlibatan Allah dalam hidup mereka. Pada perayaan Paskah itu, seluruh rakyat terlibat
dengan cara berziarah ke Yerusalem. Maka, Yerusalem dipadati oleh rakyat yang akan
merayakan Paskah.
 Pemberontakan terhadap Pemerintah Roma
Biasanya, dalam setiap perayaan paskah, tentara Roma juga selalu siap siaga untuk
menghadapi kemungkinan yang tidak dinginkan, misalnya kekacauan. Pada masa Yesus, situasi
Palestina tidaklah tenteram. Selalu ada usaha-usaha untuk melawan pemerintah Romawi
 Munculnya Mesias-Mesias Palsu
Pada masa kehidupan Yesus telah muncul beberapa orang yang diyakini oleh orang-
orang Yahudi sebagai Mesias. Mereka dipandang sebagai Mesias seperti diramalkan oleh nabi
Yesaya. Nabi Yesaya berbuat bahwa Allah akan mengangkat seorang keturunan Daud untuk
naik takhta kerajaan.
Munculnya mesias-mesias itu selalu diwaspadai oleh pemerintah Roma. Sebab,
biasanya setelah seorang mesias mulai muncul, maka akan disusul adanya pemberontakan.
Mesias-mesias yang ada menjadi biang kerusuhan.
Pejabat yang Berperan dalam Kisah Sengsara Yesus
Para Petinggi Agama
Warta dan tindakan Yesus memang baru, merombak agama Yahudi. Hal ini jelas tidak
disukai oleh para pemuka agama. Para pemuka agama itu beranggapan bahwa hanya agama
yang menjamin kelangsungan bangsa. Barangsiapa merongrong agama dianggap
membahayakan bangsa. Perubahan agama dianggap dapat menimbulkan murka Allah. Jika
Allah murka, maka habislah riwayat bangsa Yahudi.

Para Petinggi Pemerintahan


Pada masa Yesus, situasi Palestina tidak aman/tenteram, karena selalu ada usaha-usaha
untuk melawan pemerintahan Romawi. Pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah dan pemyataan
diri-Nya sebagai Mesias dapat menumbuhkan harapan bangsa Israel akan datangnya Mesias.
Harapan ini akan mendorong mereka untuk memberontak. Dengan demikian, tindakan Yesus
dianggap dapat menumbuhkan pemberontakan politis seperti yang telah dilakukan oleh orang-
orang Zeot. Hal itulah yang telah dijadikan alasan para pemuka agama Yahudi untuk meng-
hukum Yesus dan menghadapkan-Nya pada Pilatus.
Seluruh majelis agama menolak Yesus. Dengan suara bulat, mereka memutuskan untuk
memberikan hukuman mati terhadap Yesus. Imam Agung, pemimpin yang dipilih Allah untuk
menggembalakan umat-Nya, membuang Yesus.

20
Tuduhan para pejabat kepada Yesus:
· Yesus bergaul dengan sampah masyarakat:
Ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat bahwa ia makan dengan pemungut bea cukai
dan orang berdosa. Yesus dianggap melanggar hukum Taurat: Yesus menyatakan semua
makanan halal; la menyentuh orang kusta; la tidak berpuasa.
· Yesus dianggap melanggar adat saleh:
Yesus berbicara dengan perempuan kafir; la membela wanita pezinah; la makan dengan
tangan najis.
· Yesus dianggap melanggar Sabat:
Yesus berkata: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat"
(Mrk 2: 27).
· Yesus dianggap mencampuri urusan para pemuka agama: Imam Agung bertanggung jawab
atas Bait Allah. Tetapi, Yesus mengusir para pedagang di Bait Allah, padahal Dia dianggap
tidak mempunyai hak apa-apa terhadap urusan Bait Allah. Yesus dianggap berani
mengatakan bahwa la mengerti apa yang dikehendaki Allah, bahwa ia mengenal Allah lebih
daripada para nabi dahulu, lebih daripada Musa.
Di mata para petinggi agama, Yesus dianggap provokator.

Kisah Sengsara Yesus


Kisah sengsara dan wafat Yesus yang disampaikan oleh Lukas dalam lnjilnya sangat
khas. Kesengsaraan Yesus disampaikan Lukas berpangkal dari hasil pengalaman kehidupannya
sebagai murid Yesus. Lukas adalah salah seorang murid Yesus yang menyampaikan hasil
perenungan perjalanan "terakhir” hidup Yesus.

Kronologi Kisah Sengsara Yesus


 Penangkapan Yesus di Taman Getsemani
Yesus mengetahui bahwa Ia akan mengalami kesengsaraan sebagai konsekuensi dari
pewartaan-Nya yang dianggap mengganggu gugat kemapanan banyak pihak. Di taman
Getsemani, Yesus secara khusus mempersiapkan penderitaan yang akan ditanggung-Nya. la
berdoa kepada Bapa-Nya. Sebagai manusia biasa, Yesus merasakan ketakutan yang luar biasa
sehingga la berseru, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi
bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi" (Luk 22:42).
 Yesus Diadili oleh Pengadilan Agama
Dari taman Getsemani, Yesus dibawa ke rumah imam besar. Yang menjabat imam besar
pada waktu itu adalah Kayafas. Kayafas bersama mertuanya, Hanas, melakukan pemeriksaan
terhadap Yesus. Di tempat Imam besar, Yesus diolok-olok dan dipukuli oleh orang-orang yang
menahan-Nya. Imam besar banyak bertanya kepada Yesus tentang murid-murid-Nya dan
ajaran-Nya. Yesus memberikan tanggapan-Nya. "Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku
selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi
berkumpul; Aku tidak pernah bicara sembunyi-sembunyi" (Yoh 18:20). Tanggapan Yesus ini
tentu saja sangat menjengkelkan mereka yang mengikuti pemeriksaan itu. Mereka sebenarnya
mau menjebak Yesus untuk menemukan kesalahan yang dapat menjadi alasan menghukum Dia.
Mereka mau menjebak Yesus dengan soal Bait Allah.
 Yesus Diadili oleh Pengadilan Negeri
Wakil pemerintah Roma yang berkuasa pada waktu itu adalah Pontius Pilatus. Di
Palestina, Pontisu Pilatus tinggal di Yerusalem dalam sebuah istana yang dahulu merupakan
tempat kediaman resmi raja-raja Yahudi sewaktu Yehuda masih berdiri. Di depan gedung ini
terdapat serambi yang luas. Di bawah langit terbuka, di sebuah pelantaran, Yesus diadili karena
orang-orang Yahudi tidak mau masuk ke dalam gedung yang mereka anggap sudah dicemarkan
itu. Tuntutan mereka harus dituruti Pontius Pilatus, Yesus harus dihukum mati. Pilatus
menanyakan apa yang menjadi kesalahan Yesus, tetapi tidak ditemukannya. Lalu Pilatus me-
nyatakan kepada imam-imam kepala, para pemimpin, dan rakyat bahwa ia tidak menemukan
kesalahan apa pun pada diri Yesus (lih. Luk 23: 14-16).
 Wafat Yesus
Santo Lukas mencatat dalam Injilnya bahwa ketika mereka sampai di tempat bernama
Tengkorak mereka menyalibkan Yesus di situ bersama dengan dua orang penjahat, yang
seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya. Yesus berkata: "Ya Bapa,
21
ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" Pemimpin pemimpin
mengejek Dia, katanya: "Orang lain la selamatkan, biarlah sekarang la menyelamatkan diri-Nya
sendiri, jika la adalah Mesias, orang yang dipilih Allah" (lih. Luk 23:34-35).

Makna Sengsara dan Kematian Yesus


 Kematian Yesus adalah Konsekuensi dari Pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah
Kematian Yesus tidak dapat dilepaskan dari seluruh perjalanan karya dan hidup-Nya.
Yesus sudah mengetahui risiko penderitaan dan kesengsaraan yang akan ditanggung-Nya.
Bahkan, Yesus sudah memberitahukan kepada para murid-Nya bagaimana la menderita, wafat,
dan disalibkan. Tugas perutusan Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah yang dilaksanakan
melalui sabda dan tindakan-tindakan-Nya akan membawa diri-Nya pada penderitaan.
 Wafat Yesus sebagai Tanda Ketaatan dan Kesetiaan-Nya pada Bapa
Yesus menerima semua yang terjadi atas diri-Nya dengan rela, karena itulah yang
dikehendaki oleh Allah dalam rencana penyelamatan-Nya.Yesus memandang kematian-Nya
bukan sebagai nasib, melainkan sebagai kurban yang mengukuhkan Perjanjian Baru antara
Allah dan umat manusia seluruhnya. Para murid Yesus diberi teladan untuk mempertaruhkan
nyawa sebagai wujud kesetiaan terhadap Kerajaan Allah. Tugas untuk mewartakan Kerajaan
Allah menuntut kesetiaan dengan taruhan nyawa. Oleh karena itu, peristiwa salib yang
membawa kematian Yesus bukanlah kegagalan. Peristiwa salib justru merupakan tahap yang
menentukan dalam karya penyelamatan Allah. Wafat Yesus menjadi peristiwa penyelamatan
yang membaharui hidup manusia, karena setelah wafat-Nya, Allah tidak meninggaikan Dia.
Yesus dibangkitkan dari kematian. Wafat Yesus memperlihatkan cinta kasih Allah kepada
manusia.
 Wafat Yesus adalah tanda solidaritas-Nya dengan Manusia.
Kodrat Yesus sebagai Allah sebenarnya tidak perlu bersama-sama dengan manusia yang adalah
ciptaan-Nya. Namun karena cinta kasih-Nya, Allah begitu solider sehingga tinggal bersama
manusia yang berdosa untuk mengangkat manusia keluar dari situasi dosa.
 Wafat Yesus menyelamatkan manusia
Dosa membawa manusia kepada kematian yang abadi. Dengan wafat Yesus, semua orang yang
percaya kepada-Nya mendapat penebusan dosa sehingga dimungkinkan untuk masuk dalam
kehidupan kekal.

Kebangkitan dan Penampakan Yesus


Pembahasan tentang kebangkitan Kristus sangat penting, sebab kebangkitan adalah
dasar dari seluruh iman Kristiani. Unsur pertama yang kita hadapi dalam rangka kejadian Paska
ialah makam kosong. Makam kosong tidak dengan sendirinya menjadi bukti tentang
kebangkitan. Makam kosong baru memiliki arti bagi orang yang sudah percaya. Bagi orang
yang percaya, makam kosong merupakan tanda yang membutuhkan keterangan lebih lanjut
supaya bermakna. Makam kosong adalah pertanda kebangkitan Kristus sebagai misteri
penyelamatan.
Tanda lain dari kebangkitan Kristus adalah penampakan. Orang-orang yang bertemu
dengan Yesus yang telah bangkit adalah Maria dari Magdala dan wanita-wanita saleh yang
datang ke makam untuk meminyaki jenazah Yesus (lih. Mrk 16:1).Yesus jugamenampakkan
diri kepada para rasul, lebih dahulu kepada Petrus, kemudian kepada kedua belas muridNya.
Apabila Yesus selama 40 hari masih menampakkan diri, maka hal ini tidak berarti
bahwa la selama beberapa pekan masih meneruskan hidupNya yang lama. Tidaklah demikian,
sebab "hidup yang lama" itu sudah berakhir dan diubah menjadi "hidup yang serba baru". Arti
penampakan selama 40 hari itu ialah:
· Pertama: Selama waktu itu (angka 40 adalah angka simbolis yang mengungkapkan kebulatan
dan kepenuhan), Yesus memperkenalkan para murid dan seluruh Gereja-Nya dengan suatu
cara kehadiran yang baru.
· Kedua: Dengan menampakkan diri kepada para murid, Yesus menunjukkan bahwa la selalu
hadir di tengah mereka.
Unsur-unsur dalam Penampakan Yesus
 Unsur Prakarsa
Inisiatif datang dari Yesus. Yesus sendiri yang memprakarsai penampakan..Yesus
"menampakkan diri" atau "memperlihatkan diri". Istilah ini menunjukkan dua hal:

22
Pertama, sesuatu yang biasanya tidak kelihatan, kini kelihatan. Setelah bangkit, Yesus tidak
termasuk lagi pada dunia yang kelihatan. Agar dapat dilihat oleh murid-murid-Nya, Yesus harus
menjadikan diri-Nya kelihatan.
Kedua, penglihatan para murid yang "melihat Tuhan" setelah kebangkitan-Nya bukanlah
penglihatan biasa.
 Unsur Pengakuan
Yesus dikenal dan diakui sebagai Kristus dan Tuhan. Dia yang menampakkan diri-Nya tidak
lain dan tidak bukan adalah Yesus dari Nazareth yang wafat di kayu salib. Dia kini hidup dalam
kemuliaan. Pengakuan ini diungkapkan, "Yesus bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga"
(Luk 24:46).
 Unsur Kesaksian
Para rasul menerima tugas dari Tuhan untuk memaklumkan ke-Tuhanan Nya. Salah satu hal
yang mencolok dalam cerita tentang penampakan ialah para murid mula-mula tidak mengenal
Yesus. Mereka membutuh kan waktu untuk mengenal Yesus kembali. Unsur yang cukup
mencolok ini mempunyai dua arti, yakni:
Pertama, membuktikan bahwa penglihatan mengenai Yesus yang bangkit tidaklah diciptakan
oleh daya khayal para murid sendiri, tetapi mendatangi mereka dari luar.
Kedua, menunjukkan betapa Yesus diperbaharui oleh kebangkitan Nya. la tidak lagi persis sama
seperti sebelum wafat dan bangkit.

Makna Kebangkitan dan Penampakan Yesus bagi Orang Kristiani


Makna kebangkitan
· Kebangkitan Yesus mensahkan dan melegitimasi apa yang telah dilakukan atau diajarkan-
Nya. Semua kebenaran, juga yang tidak dapat dimengerti oleh pikiran manusia, mendapat
pembenarannya oleh kebangkitan Yesus
· Dalam kebangkitan Yesus, terpenuhilah janji – janji Perjanjian lama (bdk. Luk 24:26 – 27.
Ungkapan sesuai dengan Kitab Suci ( 1 Kor 15:3) menunjukkan bahwa dengan kebangkitan
Yesus terpenuhi nubuat – nubuat Perjanjian Lama
· Kebangkitan menegaskan ke Allah-an Yesus.
· Rahasia Paskah mempunyai dua sisi, yakni : dengan kematian-nya, Yesus membebaskan kita
dari dosa; yakni : Dengan kematian-Nya pula, Yesus membuka pintu masuk menuju
kehidupan baru. Hidup baru ini menempatkan kita kembali dalam rahmat Allah (bdk. RM
4:25), “Supaya seperti Yesus telah dibangkitkan dari antara orang mati, demikian juga kita
akan hidup dalam hidup yang baru” (Rm 6:4).
· Akhirnya, kebangkitan Yesus adalah dasar utama kebangkitan kita yang akan datang
“Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung …” (1 kor 15:20)

Makna Penampakan Yesus


Apabila Yesus selama 40 hari masih menampakkan diri, maka hal ini tidak berarti
bahwa la selama beberapa pekan masih meneruskan hidup Nya yang lama. Sebab, "hidup yang
lama" sudah berakhir dan diubah menjadi "hidup yang serba baru". Arti penampakan selama 40
hari itu ialah:
· Pertama, Yesus memperkenalkan para murid dan seluruh Gereja-Nya dengan suatu cara
kehadiran yang baru. Untuk tujuan itu, penampakan selama 40 hari merupakan masa
peralihan.
· Kedua, dengan menampakkan diri kepada para murid, Yesus menunjukkan bahwa la selalu
hadir, juga kalau mereka tidak melihat-Nya. Yesus yang telah bangkit itu merupakan "alam
ciptaan baru" di tengah-tengah kita. Penampakan-Nya menunjukkan kehadiran-Nya yang
permanen.

Bentuk-Bentuk Kehadiran Yesus


Beberapa contoh bentuk-bentuk kehadiran Yesus yang permanen/tetap disajikan oleh
cerita Paska. Sejak bangkit dari alam maut, Yesus hadir di tengah-tengah kita.
· Melalui.sabda-Nya, misalnya dalam cerita tentang dua murid dalam perjalanan ke Emaus
(lih. Luk 24: 13-35). Waktu mereka berjalan bersama Yesus, hati mereka belum tersentuh
oleh rupa Yesus. Tetapi, hati mereka berkobar-kobar ketika la mulai berbicara dan
menerangkan Kitab Suci kepada mereka (lih. Luk 24:32). Dalam sabda, mereka berjumpa
23
dengan Yesus.
· Melalui tanda, Yesus membuat para murid mengenal-Nya melalui tanda "memecah-
mecahkan roti". Tanda ini oleh Gereja diwujudkan dalam Sakramen"'Ekaristi. Untuk
seterusnya, Yesus akan memberikan diriNya dalam Perayaan Ekaristi.
· Melalui Roh Kudus-Nya, Yesus hadir di tengah para murid-Nya. Sebagai tanda kehadiran
"Roh", Yesus telah menghembusi mereka dan memberikan Roh kepada mereka. Untuk
seterusnya, mereka akan menjumpai Yesus melalui Roh-Nya.
· Melalui jabatan kegembalaan Petrus dan melalui kuasa apostolik untuk mengampuni dosa,
Tuhan yang telah bangkit itu tetap hadir di tengahtengah umat-Nya.

Kenaikan Yesus ke Surga


Peninggian Yesus itu menjadi lebih nyata dalam kisah kenaikan. “sesudah Tuhan Yesus
berbicara kepada mereka, terangkatlah ia ke Surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah”. (Mrk
16:9). Kisah kenaikan itu diceritakan paling lengkap oleh lukas (Luk 24:50 – 530 dan Kis 1:9 –
11). Tujuan kedua kisah itu agak berbeda. Ditekankan bahwa dengan kenikan-Nya ke surga,
Yesus berpisah dari mereka dan menghilang dari pandangan. Peninggian Yesus, yang bearti
bahwa Ia hidup dalam kemuliaan ilahi. Juga berarto bahwa selanjutnya Ia tidak lagi terlihat oleh
para murid. Perpisahan yang diceritakan pada akhir Injil Lukas itu terjadi pada hari Paskah juga.
Pengadilan berarti bahwa manusia berhadapan dengan Allah, yang tidak dapat ditipu,
kapan dan di ana manusia berkonfrontasi seperti iu dengan Allah, tidak dikataan. Bahkan injil
Yohanes memberi kesan, seolah – olah pengadilan itu sudah terjadi di dunioa ini : “barang siapa
mendengar perkataan Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup
yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup”
(Yoh 5:24; Iih 12L:31; 16:8). Tetapi pada umumnya diterima bahwa kematian itu saat ketika
manusia sungguh berhadapan muka dengan Allah dan perbedan antara “pengadilan
perseorangan” dan “pengadilan umum” tidak boleh terlampau dipentingkan.
Lukisan pengadilan umum dalam Kitab Suci lebih dimaksudkan untuk menggambarkan
kemuliaan Kristus daripada nasib manusia. Nasib manusia ditentukan oleh sikapnya terhaap
wahyu Allah dalam diri Yesus: “Barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-ku di
tengah – tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak manusia akan malu karena
orang itu apabila ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat – malaikat yang
kudus” (Mrk 8:38)

Makna Kenaikan Yesus ke Surga


Dari segi teologi, kebangkitan Yesus dan kenaikan Yesus ke surga mau mengungkapkan
kebenaran iman yang sama, yaitu bahwa Yesus telah dipermuliakan oleh Bapa sesuda Ia
melaksanakan tuas-Nya di dunia ini. Demikian juga, dengan ungkapan “duduk di sebelah kanan
Bapa” mengenai makna dari kenaikan Yesus ke surga itu sendiri dapat dikatakan sebagai
berikut :
· Kenaikan Kristus ke surga menggambarkan langkah masuk yang definitif dari kodrat
manusiawi Yesus ke dalam kemuliaan Allah di surga, dari mana ia akan datang kembali
tetapi untuk sementara tersembunyi bagi pandangan manusia (bdk. Kol 3:3)
· Yesus Kristus, Kepala Gereja, mendahului kita masuk ke dalam kerajaan kemuliaan Bapa,
supaya kita semua sebagai anggota – anggota Tubuh-Nya dapat hidup dalam harapan,
sekaligus juga akan hidup bersama Dia untuk selama – lamanya
· Karena Yesus Kristus sudah masuk ke dalam tempat kudus di surga untuk selamanya, maka
ia tanpa henti – hentinya bertindak sebagai Pengantar yang senantiasa mencurahkan roh
Kudus ke atas kita.

24
11. YESUS KRISTUS SEBAGAI SAHABAT, TOKOH IDOLA DAN JURU SELAMAT
Yesus adalah idola yang sejati bagi kaum remaja.
Ciri – ciri kepribadian Yesus antara lain adalah
1. Yesus dekat dengan sesama Apa yang dikatakanNya dan apa yang diperbuatNya sungguh
menyapa manusia dari lapisan yang paling bawah, sehingga Yesus dekat dengan sesama
khusunya mereka yang cacat, miskin, tertindas dan tersingkir.
2.Yesus sangat terbuka terhadap siapa saja yang datang kepadaNya Bukti keterbukaanNya
adalah ketika Yesus mau menerima siapa saja yang datang kepadaNya, tanpa membeda-
bedakan, Ia akrab dengan Imam-imam

Landasan Biblis
· Yohanes 15:11-17 :
Kita harus saling mengasihi sahabat dan saudara-saudara kita dan tidak boleh saling
menghianati agar suka cita kita menjadi penuh. (11-13)
Allah memilih kita umatnya untuk pergi dan mewartakan kerajaan Allah kepada semua orang
supaya apa yang Kita minta dapat diberikan oleh bapa. (16)
Kesimpulan :
Dalam hidup kita harus saling mengasihi dan tidak boleh menghianati sahabat. Sehingga
apa yang kita minta dapat diberikan oleh Bapa.

Yesus sungguh sahabat dan sungguh idola . Namun , Yesus sesungguhnya lebih dari itu.Salah
satu gelar yaitu Yesus Putra Allah Dan Juruselamat. Gelar yang paling pokok yang menunjukan
sikap dan perilaku Yesus adalah Yesus Itu Tuhan.

· Gelar Yesus sebagai Juruselamat


Makna dari gelar tersebut adalah sebagai berikut :
Ø Yesus datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa.
Ø Keselamatan yang dibawa Yesus erat hubungan dengan Allah.
Ø Keselamatan Kristen dihubungkan dengan hidup dan perjuangan Yesus Kristus.
Ø Keselamatan itu berkembang dalam Gereja terlaksana secara sakramental.
Ø Yesus sebagau juruselamat datang untuk menolong manusia karena manusia tidak dapat
menolong dirinya sendiri di
hadirat Allah.
Ø Bersedia mengikuti – Nya dan bersedia dibaptis sebagai tanda iman akan tawaran
keselamatan dari Yesus.
Ø Yesus sebagai Penolong untuk sampai kepada Allah.
Ø Yesus telah membebaskan kita dari dosa dan maut ; percaya bahwa kita adalah orang yang
telah diselamatkan

12. ROH KUDUS


Tanda atau lambang Roh Kudus yaitu :
o Air
Air adalah lambang tindakan Roh Kudus yang berfungsi untuk membersihkan
o Urapan
Urapan dengan minyak suci inisisiasi Kristen melambangkan Roh Kudus
o Api
Api melambangkan daya transformasi Roh Kudus .
o Awan dan Sinar
Awan dan sinar melambangkan kehadiran penampakan Roh Kudus.
o Meterai
Meterai adalah lambang yang erat kaitannya dengan pengurapan.
o Tangan
Yesus menyembuhkan orang sakit dan memberkati anak – anak kacel dengan meletakan tangan
ke atas mereka.
o Jari
“Dengan jari Allah “, Yesus mengusir setan. Sementara perintah Allah ditukis dengan “jari
Allah” atas loh – loh batu.
o Merpati
25
Pada akhir air bah , merpati yang diterbangkan oleh Nuh dari bahtera kembali dengan sehelai
daun Zaitun di paruhnya sebagai tanda bahwa bumi sudah dapat didiami lagi.
Karya Roh Kudus :
a) Pada peristiwa Pentakosta , Roh Kudus membawa bahasa saling pengertian.
Suasana saling pengertian menciptakan keterbukaan untuk saling menerima , untuk bersatu dan
bersekutu.
b) Pada peristiwa Pentakosta , Roh Kudus membawa persatua dan persekutuan.
Hari Pentakosta sering disebut hari lahirnya Jemaat Baru, yaitu Gereja. Roh Kuduslah yang
melahirkan Gereja.
c) Roh Kudus memberanikan
Para rasul sebelumnya takut dan bersembunyi , pada hari Pentakosta mereka berani keluar dan
berkhotbah memberi kesaksian tentang Yesus Kristus
d) Roh Kudus membawa pembaharuan
Pada hari Pentakosta ,lahirlah Perjanjian Baru dan firman hukum yang berlaku adalah firman
dan hukum kasih.Roh Kudus bukan saja memperbaharui muka bumi ini sepanjang masa.

Karunia Roh Kudus


Ketujuh karunia Roh Kudus adalah sebagai berikut :
o Roh Kebijaksanaan
Membatu kita untuk mengenal perkara – perkara Allah dan menilai segala sesuatu menurut kaca
mata Allah. Karena itu, kita lebih mementingkan hal surgawi daripada hal duniawi.
o Roh Pengertian
Memampukan akal budi kita untuk mengenal keagungan Tuhan , memahami kebenaran Ilahi,
dan melaksanakannya dal kehidupan sehri – hari.
o Roh Nasihat
Membantu kita untuk menilai dan mengambil keputusan secara tepat dan memilih jalan yang
paling aman dan berkenaan pada Allah.
o Roh Keperkasaan
Menguatkan kehendak kit agar tekun dalam iman , berani menanggung resiko sebagai orang
Kristen , dan memikul salib kita.
o Roh Pengenalan
Membantu kita untuk mengenal Tuhan dan diri sendiri dan membantu kita untuk mengenal
ciptaan Tuhan .
o Roh Takut Akan Tuhan.
Mengajar kita untuk menghorati Allah dengan penuh cinta dan membantu kita untuk
menghindari perbuatan dosa.
o Roh Kesalehan
Menyembuhkan hati kita yang keras agar semakin terbuka untuk mencintai Allah dan sesama.

Hidup oleh Roh , maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging karena kedua hal tersebut
bertentangan.Apabila hidup kita dipimpin oleh Roh maka kita hidup di bawah kehendak Tuhan.
Roh merupakan tindakan yang baik , sedangkan daging merupakan tindakan yang tidak baik.
( Gal. 5 : 16 – 26 )

13. TRITUNGGAL
Allah Tritunggal merupakan rangkuma dari seluruh iman dan ajaran Kristiani. Inti pokok iman
akan Allah Tritunggal adalah keyakinan bahwa Allah (Bapa ) menyelamatkan manusia dalam
Kristus ( Putra ) oleh Roh Kudus.

Ø Arti Allah kita SATU


ALLAH adalah SATU , artinya adalah tunggal, utuh tak berbagi , tak tercerai – beraikan ,
sempurna dan tidak ada sesuatu apapun yang perlu ditambahkan kepada-Nya.Dengan kata lain ,
Allah adalah keutuhan , kepenuhan , dan kesempurnaan .
Makna kata SATU dalam konteks iman akan SATU ALLAH menunjukan kesempurnaan Allah,
keutuhan Allah , dan kepenuhan Allah.

26
Ø Arti TIGA PRIBADI dalam SATU ALLAH.
Allah adalah satu dan tiga pribadi , artinya Allah adalah Dia yang berelasi, menyapa, merangkul
, menghadirkan diri , bergaul, solider dan sebagainya. Relasi Allah adalah relasi kesatuan ,
kesempurnaan , ketunggalan dan keutuhan dalam keihlahia – Nya.

Ø Doa – Doa dan Ibadat yang Mengungkapkan Iman kepada Tritunggal yaitu :
a) Tanda Salib : “Demi Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.”
Arti tanda salib :
o Sebagai peringatan akan Yesus yang mati sebagai juruselamat manusia
o Sebagai tanda karya penyelamatan dan penebusan yang mendamaikan
alam semesta , memberi hidu dan mengalahkan yang jahat.
o Menandai dirinya dengan salib sambil menyerukan nama Bapa, Putra , dan Roh Kudus, kita
menempatkan diri kita seluruhnya di bawah naungan salib Yesus.

b) Doa “Kemuliaan( Gloria)”


o Jika kita mendoakan/ menyanyikan “kemuliaan ( gloria)”, kita ingat akan semua yang
dilakukan Allah bagi kita .
o Jika kita mendoakan/ menyanyikan “kemuliaan ( gloria)”,kita memuji Putra Allah yang
setara dengan Bapa, yang menghapus dosa dunia dan yag menebus kita.
o Dalam doa : “kemuliaan kepada Bapa , Putra dan Roh Kudus ,....”kita memuliakan Allah
Tritunggal dan Kristus Penebus Kitayang mewahyukan Bapa bersam denga Roh Kudus.

c) Syahadat ( Credo )
o Syahadat sesungguhnya merupaka pengakuan Iman akan Allah Tritunggal.
o Syahadat merupakn ringkasan seeluruh sejarah suci mulai dari penciptaan , penjelmaan ,
kebangkitan , kedatangan Roh Kudus, misteri Gereja,sakramen – sakramen, sampai dengan
kehidupan kekal.

d) Doxologi
o Doxologi artinya doa pujian. Allah Tritunggal Mahakudus yang menjadi isi / inti doa
tersebut.
o Pada akhir doa Syukur Agung didoakan doxologi.

e) Pembaptisan
Pembaptisan orang Kristiani memakai rumusan Trinitas (dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus).

27
MATERI KELAS XI
1. MAKNA GEREJA
Arti dan Makna Gereja.
Sering kali diartikan sebagai rumah/ tempat ibadat umat Kristen-Katolik. Secara etimologis,
gereja berasal dari kata ‘igreja’ (portugis), ‘ecclesia’ (latin), ‘ekklesia’ (yunani) yang berarti
persekutuan/ jemaat. Menurut Gaudium et Spes, Gereja adalah “persekutuan umaat yang
percaya akan Yesus Kristus di bawah bimbingan Roh Kudus dalam ziarahnya menuju Allah
Bapa.”
Sebagai tempat ibadat gereja juga menjadi tempat berkumpul. Kita, aku dan kau, adalah bagian
dari perkumpulan/ persekutuan itu. Kita adalah Gereja.

Gereja yang meng-Umat


Ciri Gereja Umat Allah
Pengertian Umat Allah mempunyai ciri khas, sebagai berikut:
1) Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri. Umat Allah adalah
bangsa terpilih, bangsa
terpanggil.
2) Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Allah untuk misi tertentu, yaitu menyelamatkan
dunia.
3) Hubungan antara Allah dan umat-Nya dimeteraikan oleh suatu perjanjian. Umat harus
mentaati perintah-perintah Allah dan Allah akan selalu menepati janji-janji-Nya.
4) Umat Allah selalu dalam perjalanan, melewati padang pasir, menuju tanah Terjanji.

Gereja yang meng-Umat.


Dasar dari Gereja yang Meng-Umat.
Kita masing-masing secara pribadi dipanggil untuk melibatkan diri secara penuh dalam
kehidupan Umat Allah. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa kita harus MENGUMAT.
Mengapa?
1. Hidup mengumat pada dasarnya merupakan hakikat Gereja itu sendiri, sebab hakikat
Gereja adalah persaudaraan cinta kasih seperti yang dicerminkan oleh hidup Umat
Perdana (Kis 2 :41-47)
2. Dalam hidup mengumat banyak karisma dan rupa-rupa karunia dapat dilihat, diterima,
dan digunakan untuk kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja yang selalu menampilkan
segi organisatoris dan struktural dapat mematikan banyak karisma dan karunia yang
muncul dari bawah (1 Kor 12: 7-10)
3. Dalam hidup mengumat, semua orang yang merasa menghayati martabat yang sama
akan bertanggungjawab secara akktif dalam fungsinya masing-masing untuk
membangun Gereja dan memberi kesaksian kepada dunia (Ef 4:11-13. 1 Kor 12:12-18.
26-27).

Gereja sebagai Persekutuan Umat dalam Terang Kitab Suci. (Kis 2: 41-47)
Santo Lukas dalam kutipan Kitab Suci, Kis 4:32-37, memberikan gambaran yang ideal
terhadap komunitas persekutuan Jemaat Perdana. Jemaat Perdana memiliki ciri-ciri berikut:
1. Bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam persekutuan,
2. Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
3. Berkumpul tiap-tiap hari dalam bait Allah
4. Gembira dan tulus hati sambil memuji Allah. Mereka disukai banyak orang.

2. SIFAT-SIFAT GEREJA
Dalam doa syahadat/credo/aku percaya, kita mengakui 4 sifat gereja yaitu: gereja yang satu,
kudus, katolik dan apostolik. Penjelasan dari masing-masing sifat gereja sebagai berikut:
1. Sifat gereja yang Satu
a) Pengertian
Kesatuan itu nampak jelas dalam:
 Kesatuan iman para anggotanya

28
Kesatuan iman ini bukan kesatuan statis tetapi kesatuan yang dinamis, artinya iman yang sama
namun diungkapkan dan dirumuskan secara berbeda-beda. Kesatuan di sini bukanlah
keseragaman tetapi bisa dipahami seperti Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.
 Kesatuan dalam pimpinan yaitu hierarki.
Yesus memilih 12 rasul namun Ia juga memilih Petrus sebagai ketua para rasul. Dalam diri
Petrus, Kristus menetapkan asas dan dasar kesatuan iman yang kemudian diteruskan dalam diri
Paus juga masing-masing uskup sebagai pemimpin Gereja di sebuah wilayah.
 Kesatuan dalam kebaktian dan kehidupan sacramental.
Kebaktian dan sakramen-sakramen merupakan ekspresi simbolis dari kesatuan gereja artinya
lewat kesatuan kebaktian, sakramen-sakramen yang diterima Nampak jelas kesatuan gereja itu
sendiri.

b) Upaya memperjuangkan kesatuan Gereja


Kita sudah mendengar tentang fakta perpecahan gereja. Hal ini terjadi karena perbuatan
manusia. Untuk itu semangat persatuan harus dipupuk dan diperjuangkan melalui berbagai cara
seperti:
Usaha untuk menguatkan persatuan kita dalam gereja:
 Aktif berpartisipasi dalam kehidupan bergereja
 Setia dan taat kepada persekutuan umat dan hirarki
Usaha untuk menguatkan persatuan antar-Gereja:
 Jujur dan terbuka antar satu dengan yang lain
 Lebih melihat persamaan daripada mempersoalkan perbedaan
 Mengadakan kegiatan bersama seperti doa bersama

2. Gereja yang Kudus


a) Pengertian
Kekudusan gereja nampak dalam beberapa hal antara lain:
 Sumber gereja berasal adalah kudus. Gereja didirikan oleh Kristus . gereja menerima
kekudusan dari Kristus sendiri (Yoh 17: 11)
 Tujuan dan arah gereja adalah kudus. Gereja bertujuan untuk kemuliaan Allah dan
penyelamatan manusia.
 Jiwa Gereja adalah kudus sebab jiwa gereja adalah Roh Kudus sendiri
 Unsur-unsur Ilahi yang otentik/asli yang berada dalam gereja adalah kudus misalnya
ajaran-ajaran atau sakramen-sakramen.
 Anggotanya adalah kudus karena ditandai oleh Kristus melalui pembaptisan dan
dipersatukan melalui iman, harapan dan cinta yang kudus. Artinya, kita semua dipanggil
menjuju kekudusan.
b) Upaya mewujudkan kekudusan Gereja:
 Saling memberi kesaksian untuk hidup sebagai anak-anak Allah
 Merenungkan dan mendalami Kitab Suci khususnya ajaran dan hidup Yesus yang
merupakan arah dan pedoman hidup kita.

3. Sifat Gereja Yang Katolik


Arti Katolik:
 Hidup di tengah segala bangsa
 Ajaran gereja dapat diwartakan untuk segala bangsa dengan keanekaragamannya
 Gereja terbuka terhadap semua bangsa dari berbagai daerah, agama, suku dan budaya
 Iman dan ajaran gereja bersifat umum artinya dapat diterima dan dihayati oleh siapa
saja
Upaya mewujudkan kekatolikan Gereja
 Sikap terbuka dan menghormati kebudayaan, suku, agama manapun
 Bekerja sama dengan siapapun demi kebaikan bersama
 Memprakarsai upaya memperjuangkan dunia yang lebih baik
 Jiwa besar dan terlibat aktif untuk memberi kesaksian bahwa katolik artinya terbuka
terhadap siapapun
 Katolik juga tidak sekedar melebur diri dalam dunia dengan segala fenomenanya
 Namun, gereja tetap mempertahankan identitasnya

29
 Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku, dan barangsiapa menolak
Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku

4. Sifat Gereja Yang Apostolik


Arti Apostolik
 Berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka yang
hidup bersama YESUS
 Tidak terpaku pada gereja perdana namun tetap berkembang dibawah bimbingan Roh
Kudus
 Gereja berhubungan dengan para rasl yang diutus oleh Kristus sendiri
 Hubungan itu tampak dalam beberapa hal berikut
 Fungsi dan kuasa hierarki diwariskan dari para rasul
 Ajaran-ajaran gereja diturunkan dan berasal dari kesaksian para rasul
 Ibadat dan struktur gereja pada dasarnya berasal dari para rasul
Usaha mewujudkan Keapostolikan Gereja?
 Setia mempelajari injil sebagai iman gereja para rasul
 Menafsirkan dan mengevaluasi situasi konkret kita dengan iman Gereja para rasul
 Setia dan loyal kepada hierarki sebagai pengganti para rasul

3. HIERARKI DALAM GEREJA KATOLIK


Pengertian dan Dasar Kepemimpinan dalam Gereja (Hierarki)
Gereja sebagai persekutuan umat mempunyai struktur kepemimpinan, yang kita sebut Hierarki.
Untuk menggembalakan dan mengembangkan Umat Allah, Kristus dalam Gereja-Nya
mengadakan aneka pelayanan yang tujuannya demi kesejahteraan seluruh Umat Allah. Sebab,
para pelayan yang mempunyai kekuasaan kudus, melayani saudara-saudara mereka supaya
semua yang termasuk Umat Allah, dengan bebas dan teratur bekerja sama untuk mencapai
tujuan tadi, dan dengan demikian mencapai keselamatan.
Yesus Kristus, Gembala kekal, mendirikan Gereja Kudus, dengan mengutus para rasul seperti
Dia sendiri diutus oleh Bapa (Yoh 20:21). Para pengganti mereka, yakni para Uskup,
dikehendaki-Nya untuk menjadi gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir zaman. Supaya
episkopat itu sendiri tetap satu dan tak terbagi, Yesus mengangkat Santo Petrus menjadi ketua
para rasul lainnya. Dalam diri Petrus, Yesus menetapkan adanya azas dan dasar kesatuan iman
serta persekutuan yang tetap dan kelihatan. (Lumen Gentium, Art. 18)
Perutusan ilahi yang dipercayakan oleh Yesus kepada para rasul akan berlangsung sampai akhir
zaman (Mt 28:20), Sebab, Injil yang harus mereka wartakan bagi Gereja merupakan azas
seluruh kehidupan untuk selamanya. Maka dari itu, dalam himpunan yang tersusun secara
Hierarkis, para rasul telah berusaha menggangkat para pengganti mereka.
Para Uskup pengganti para rasul yang dipimpin oleh Sri Paus pengganti Petrus bertugas
melayani Jemaat bersama para pembantu mereka, yakni para imam dan diakon. Sebagai wakil
Kristus, mereka memimpin kawanan yang mereka gembalakan (pimpin), sebagai guru dalam
ajaran, imam dalam ibadat suci, dan pelayan dalam bimbingan (Lumen Gentium, Art 20)

Susunan Hierarki
Susunan kepemimpinan dalam Gereja sekarang dapat diurutkan sebagai berikut:
1) Dewan Para Uskup dengan Paus sebagai kepala
Pada akhir masa Gereja Perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para uskup adalah
pengganti para rasul. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas para uskup (karena
ada 12 rasul). Bukan rasul satu persatu diganti oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul
sebagai pemimpin Gereja diganti oleh para Uskup. Tegasnya, dewan para Uskup menggantikan
dewan para rasul. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang menjadi
uskup, karena diterima ke dalam dewan itu.
2) Paus
Konsili Vatican II menegaskan: “Adapun dewan atau badan para uskup hanyalah berwibawa,
bila bersatu dengan imam agung di Roma, pengganti Petrus, sebagai kepalanya dan selama
kekuasaan primatnya terhadap semua, baik para gembala maupun kaum beriman, tetap berlaku
seutuhnya.” Sebab Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai wakil Kristus
dan gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan universal terhadap Gereja,
dan kuasa itu selalu dapat dijalankan dengan bebas (Lumen Gentium, Art 22). Penegasan itu
30
didasarkan pada kenyataan bahwa Kristus mengangkat Santo Petrus menjadi ketua para rasul
lainnya. Petrus diangkat menjadi pemimpin para rasul. Paus, pengganti Petrus, adalah pemimpin
para uskup.
3) Uskup
KonsiliVatican II merumuskan dengan jelas: “masing-masing uskup menjadi asas dan dasar
kelihatan bagi kesatuan dalam Gerejanya” (Lumen Gentium, Art.23). Tugas pokok uskup
adalam mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas itu selanjutnya dibagi menjadi tiga
tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan Gereja, yaitu tugas pewartaan, perayaan, dan
pelayanan, di mana dimungkinkan komunikasi iman dalam Gereja. Tugas utama dan terpenting
bagi para uskup adalah pewartaan Injil (Lumen Gentium, Art. 25)

4) Pembantu Uskup: Imam dan Diakon.


 Para Imam adalah wakil uskup. Di setiap Jemaat setempat dalam arti tertentu, para
imam menghadirkan uskup. Tugas konkret mereka sama seperti uskup. Mereka
ditahbiskan untuk mewartakan Injil dan menggembalakan umat beriman.
 Para Diakon : Pada tingkat hierarki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang
ditumpangi tangan bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan (Lumen Gentium
Art 29). Para diakon adalah pembantu khusus uskup di bidang materi sedangkan imam
pembantu umum.

NB. Kardinal bukan jabatan hierarkis dan tidak termasuk dalam struktur hierarki. Kardinal
adalah penasehat utama Paus dan membantu Paus terutama dalam karya harian seluruh Gereja.
Para Kardinal membentuk suatu dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak memilih Paus
dibatasi 120 orang yang di bawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal dipilih oleh Paus dengan
bebas.

Fungsi Hierarki
Seluruh umat Allah mengambil bagian di dalam tugas Kristus sebagai nabi, imam, dan raja
(tugas: mengajar, menguduskan, dan mengembalakan). Tetapi umat itu tidak bersifat seragam,
maka Gereja mengenal pembagian tugas, tiap komponen umat (hierarki, biarawan, biarawati,
awam) menjalankan tugas dengan cara yang berbeda.
Fungsi khusus hierarki adalah:
 Ø Menjalankan tugas gerejani, yakni tugas-tugas yang secara langsung dan eksplisit
menyangkut kehidupan beriman Gereja, seperti melayani sakramen-sakramen, mengajar
agama dan sebagainya.
 Ø Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. Hierarki mempersatukan
umat dalam iman dengan petunjuk, nasihat, dan teladan.

Peranan Hierarki
Fungsi kepemimpinan hierarki adalah untuk menggembalakan Gereja sebagai umat
Allah.hierarki berada dalam umat Allah oleh karena kehendak Kristus untuk menggembalakan
seluruh Gereja-Nya.dengan demikian, hierarki memiliki peran penting dalam penggembalaan
Gereja Semesta. Dalam konteks Gereja Semesta (universal) ini, hierarki memiliki dua peran
utama sebagai berikut:
 Memberikan bimbingan pastoral dan tugas pengajaran. Tugas mengajar dan
memberikan bimbingan itu kerap dikenal dengan istilah magisterium Gereja atau kuasa
mengajar gereja dalam bidang iman. “Wewenang mengajar” tidak berarti bahwa dalam
pewartaan hanya hierarki yang aktif, sedangkan yang lain tinggal menerima dengan
pasif saja. Hierarki bertugas menjaga dan memajukan kesatuan serta komunikasi di
dalam umat Allah.
 Memperhatikan Gereja-gereja di seluruh dunia. Hierarki Gereja memperhatikan pula
situasi-situasi yang dialami oleh Gereja-gereja partikular di seluruh dunia.

31
4. TUGAS – TUGAS GEREJA
Katekesmus Gereja Katolik merumuskan Gereja sebagai “himpunan orang-orang yang
digerakkan untuk berkumpul oleh Firman Allah, yakni, berhimpun bersama untuk membentuk
Umat Allah dan yang diberi santapan dengan Tubuh kristus, menjadi Tubuh Kristus” (No 777).
Existensi himpunan Umat Allah ini diwujudkan (secara lokal) dalam hidup berparoki. Di dalam
paroki inilah himpunan Umat Allah mengambil bagian dan terlibat dalam menghidupkan
peribadatan yang menguduskan (Liturgia), mengembangkan pewartaan Kabar Gembira
(Kerygma), menghadirkan dan membangun persekutuan (Koinonia), memajukan karya
cinta kasih/pelayanan (Diakonia) dan memberi kesaksian sebagai murid-murid Tuhan
Yesus Kristus (Martyria).

A. GEREJA YANG MENGUDUSKAN (LITURGIA)


DOA DAN IBADAT
Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas Gereja untuk menguduskan umatnya dan umat
manusia. Tugas ini disebut tugas imamiah Gereja. Apa artinya?
Kristus Tuhan, Imam Agung, yang dipilih dari antara manusia menjadikan umat baru, “kerajaan
imam-imam bagi Allah dan Bapa-Nya” (Why 1:6. 5:9-10) Mereka yang dibaptis dan diurapi
Roh Kudus disucikan menjadi kediaman rohani dan imamat suci (sebagai orang Kristiani
dengan segala perbuatan mereka) mempersembahkan korban rohani dan untuk mewartakan
daya kekuatan-Nya!
Oleh sebab itu, Gereja bertekun dalam doa, memuji Allah, dan mempersembahkan diri sebagai
korban yang hidup, suci, berkenan kepada Allah. Gereja memiliki imamat umum dan imamat
jabatan dengan cara khasnya masing-masing mengambil bagian dalam satu imamat Kristus.
 Imamat umum melaksanakan tugas pengudusan antara lain dengan berdoa,
menyambut sakramen-sakramen, memberikan kesaksian hidup, pengingkaran diri,
melaksanakan cinta kasih secara aktif dan kreatif.
 Imamat jabatan membentuk dan memimpin umat serta memberikan pelayanan
sakramen-sakramen.
Arti doa
Doa bearti berbicara dengan Tuhan secara pribadi, doa juga merupakan ungkapan iman secara
pribadi dan bersama-sama. Oleh sebab itu, doa-doa Kristiani biasanya berakar dari kehidupan
nyata. Doa selalu merupakan dialog yang bersifat pribadi antara manusia dan Tuhan dalam
hidup yang nyata ini. Dalam dialog tersebut, kita dituntut untuk lebih mendengar daripada
berbicara, sebab firman Tuhan akan selalu menjadi pedoman yang menyelamatkan. Bagi umat
Kristiani, dialog ini terjadi di dalam Yesus Kristus, sebab Dialah satu-satunya jalan dan
perantara kita dalam berkomunikasi dengan Allah. Perantara ini tidak mengurangi sifat dialog
antar pribadi dengan Allah.
Singkatnya:
 Doa selalu merupakan bentuk komunikasi antara manusia dan Tuhan
 Komunikasi ini dapat dalam bentuk batin (meditasi) atau lisan (doa vokal)
 Dalam doa-doa itu diungkapkan “kebesaran “ (kedaulatan-keabsolutan) Tuhan dan
ketergantungan manusia pada Tuhan.
Ada macam-macam isi doa: doa permohonan, doa syukur, doa pujian, dsb.

Fungsi doa
Peranan dan fungsi doa bagi orang Kristiani antara lain:
* Mengkomunikasikan diri kita kepada Allah
* Mempersatukan diri kita dengan Tuhan
* Mengungkapkan cinta, kepercayaan, dan harapan kita kepada Tuhan
* Membuat diri kita melihat dimensi baru dari hidup dan karya kita sehingga menyebabkan kita
melihat hidup, perjuangan dan karya kita dengan mata iman
*Mengangkat setiap karya kita menjadi karya yang bersifat apostolik atau merasul

Syarat dan cara doa yang baik


* Syarat-syarat doa yang baik:
■ didoakan dengan hati
■ berakar dan bertolak dari pengalaman hidup
■ diucapkan dengan rendah hati
32
* Cara-cara berdoa yang baik:
 Berdoa secara bathiniah “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamar…”, (Mt
6:5-6)
 Berdoa dengan cara sederhana dan jujur“Lagi pula dalam doamu janganlah kamu
bertele-tele…”(Mt 6:7)

Doa Resmi Gereja


Orang Katolik boleh saja berdoa secara pribadi atas nama pribadi dan berdoa bersama dalam
suatu kelompok atas nama kelompok. Doa-doa itu tidak mewakili seluruh Gereja. Tetapi ada
doa, di mana suatu kelompok berdoa atas nama dan mewakili Gereja secara resmi. Doa
kelompok yang resmi itu disebut Ibadat atau Liturgi. Doa itu doa resmi Gereja. Yang pokok
bukan sifat “resmi” atau kebersamaan, melainkan kesatuan Gereja dengan Kristus dalam doa.
Dengan demikian, liturgi adalah “karya Kristus, Imam Agung, serta tubuh-Nya, yaitu Gereja”.
Oleh karena itu, liturgi tidak hanya meupakan “kegiatan suci yang sangat istimewa”, tetapi juga
wahana utama untuk mengantar umat Kristiani ke dalam persatuan pribadi dengan Kristus.
Liturgi merupakan Perayaan iman. Pernyataan iman tersebut merupakan pengungkapan iman
Gereja, di mana orang yang ikut dalam perayaan iman mengambil bagian dalam misteri yang
dirayakan. Bukan hanya dengan partisipasi lahiriah, tetapi yang pokok adalah hati yang ikut
menghayati apa yang diuangkapkan dalam doa.

Sakramentali dan Devosi dalam Gereja.


Sakramentali dan devosi merupakan bentuk dan kegiatan lain dari bentuk dan kegiatan
pengudusan dalam Gereja.
Sakramentali
Selain ketujuh sakramen di atas, Gereja juga mengadakan tanda-tanda suci (berupa
ibadat/upacara/pemberkatan) yang mirip dengan sakramen-sakramen yang disebut sakramentali.
Berkat tanda-tanda suci ini berbagai buah rohani ditandai dan diperoleh melalui doa-doa
permohonan dengan perantaraan Gereja.
 Pemberkatan , yakni pemberkatan orang, benda/barang rohani, tempat, makanan, dsb.
Contoh: pemberkatan ibu hamil atau anak, alat-alat pertanian, mesin pabrik, alat
transfortasi, rumah, patung, Rosario, makanan, dsb. Pemberkatan atas orang atau
benda/barang tersebut adalah pujian kepada Allah dan doa untuk memohon anugerah-
anugerah-Nya.
 Pemberkatan dalam arti tahbisan rendah, yakni pentahbisan orang dan benda. Contoh:
pentahbisan/pemberkatan lektor, akolit, dan katekis, pemberkatan benda atau tempat
untuk keperluan liturgi, misalnya pemberkatan gereja/kapel, altar, minyak suci, lonceng,
dan sebagainya.

Devosi
Devosi (Latin: devotion=penghormatan) adalah bentuk-bentuk penghormatan/kebaktian khusus
orang atau umat beriman kepada rahasia kehidupan Yesus yang tertentu, misalnya
kesengsaraan-Nya, hati-Nya Yang Mahakudus, Sakramen Mahakudus, dsb. Atau devosikepada
orang-orang kudus, misalnya devosi kepada santo-santa pelindung, devosi kepada Bunda
Maria dengan berdoa Rosario atau mengunjungi tempat-tempat ziarah (mis: Sendangsono) pada
bulan Mei atau Oktober dsb. Segala macam bentuk devosi ini bersifat sukarela (tidak
mengikat/tidak wajib) dan harus bertujuan untuk semakin menguatkan iman kita kepada Allah
dalam diri Yesus Kristus.

B. GEREJA YANG MEWARTAKAN (KERYGMA)


Dalam diri Yesus dari Nasareth, sabda Allah tampak secara konkret manusiawi. Penampakan itu
merupakan puncak seluruh sejarah pewahyuan sabda Allah. Tetapi oleh karena sabda itu sudah
menjelmakan diri dalam sejarah dan tidak dapat tinggal dalam sejarah untuk selamanya, maka
untuk mempertahankan hasilnya bagi semua orang, sabda itu harus menciptakan bentiuk-bentuk
lain, yang di dalamnya sabda itu dapat hadir dan berbiacara.

33
Ada tiga bentuk sabda Allah dalam Gereja, yaitu:
1. Sabda/pewartaan para rasul sebagai daya yang membangun Gereja
2. Sabda Allah dalam Kitab Suci
3. Sabda Allah dalam pewartaan aktual Gereja sepanjang zaman

Dua Pola Pewartaan


Dalam mewartakan sabda Allah, kita dapat mewartakannya secara verbal melalui kata-kata
(kerygma), tetapi juga dengan tindakan (martyria).
Pewartaan Verbal (kerygma)
Pewartaan Verbal pada dasarnya merupakan tugas Hierarki, tetapi para awam diharapkan untuk
berpartisipasi dalam tugas ini, misalnya sebagai katekis, guru agama, fasilitator pendalaman
Kitab Suci. Bentuk-bentuk pewartaan ini antara lain: Kotbah atau Homili, Pelajaran Agama,
Katekese Umat, Pendalaman Kitab Suci, dsb.
Pewartaan dalam bentuk kesaksian (martyria)
Pewartaan dalam bentuk kesaksian ini pada dasarnya lebih dipercayakan kepada para awam.
Setiap orang Kristiani dalam hidupnya diharapkan dapat menjadi garam dan terang dalam
masyarakat.

Dua tuntutan dalam Pewartaan.


Mendalami dan menghayati sabda Tuhan.
Orang tidak dapat mewartakan sabda Allah dengan baik, jika iasendiri tidak mengenal dan
menghayatinya. Oleh sebab itu, kita hendaknya cukup mengenal, mengetahui, dan menghayati
isi Kitab Suci, ajaran-ajaran resmi Gereja, dan keseluruhan tradisi Gereja, baik Gereja Universal
maupun Gereja local. Kita hendaknya membekali diri dengan berbagai bacaan, penataran, dan
macam-macam pembekalan lainnya.
Mengenal umat / masyarakat konteksnya
Pengenalan latar belakang dari orang-orang yang kepadanya sabda Allah akan disampaikan
tentu sangat penting. Kita harus mengenal jiwa dan budaya mereka. Dengan kata lain,
pewartaan kita harus sungguh menyapa para pendengarnya, harus inkulturatif. Karena itu,
pengenalan dan kepekaan terhadap lingkup budaya seseorang atau masyarakat sangat
dibutuhkan. Pengenalan akan lingkup budaya dapat kita timba dari berbagai bacaan dan
keterlibatan kita yang utuh kepada manusia dan budayanya.

Catatan: Magisterium atau wewenang mengajar menjadi tanggung jawab hierarki (pejabat
Gereja) dan mewartakan menjadi tanggung jawab semua orang.

C. GEREJA YANG BERKUMPUL (KOINONIA)


Diwujudkan dalam pertemuan-pertemuan dan doa bersama dalam kelompok kecil dan
kelompok Gereja yang lebih besar.

D. GEREJA YANG MENJADI SAKSI (MARTYRIA)


Kata “saksi” sering diartikan:
1. Orang yang melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa (kejadian)
2. Orang yang diminta hadir pada suatu peristiwa untuk mengetahuinya agar suatu ketika
apabila diperlukan dapat memberikan keterangan yang membenarkan bahwa peristiwa
itu sungguh-sungguh terjadi.

KESAKSIAN HIDUP BERDARAH


Menjadi saksi Kristus ternyata dapat menuai banyak resiko. Yesus telah berkata: “Kamu akan
dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan
menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah” (Yoh 16:2). Yesus sendiri telah menjadi martir.
Ia menderita dan wafat di salib demi Kerajaan Allah. Dalam sejarah, kita juga tahu banyak
orang telah bersedia menumpahkan darahnya demi imannya akan Kristus dan ajaran-Nya.
Mereka itulah para martir. Mereka mati demi imannya kepada Kristus. Ada yang bersedia mati
daripada harus menghianati imannya akan Kristus. Ada pula martir yang mati karena
memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi orang-orang yang tertindas. Contoh yang
paling jelas untuk itu adalah para santo / santa (para martir)

34
E. GEREJA YANG MELAYANI (DIAKONIA)
Yesus mengenal struktur masyarakat feudal pada zaman-Nya, yakni adanya kelas-kelas dan
tingkat-tingkat dalam masyarakat. Tetapi, Yesus berkata “tidaklah demikian di antara murid-
murid-Nya” Mereka harus memiliki sikap yang lain, yakni sikap melayani. Sesudah membasuh
kaki murid-murid-Nya pada malam Perjamuan Terakhir, Yesus pernah berkata: “Jika Aku
membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling
membasuh kaki”. (Yoh 13:13-14). “Karena Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani”. (Mrk 10:45). Iutulah sikap yang diharapkan oleh Kristus terhadap
murid-murid-Nya.
Semangat pelyananan itu harus diteruskan di dalam Gereja-Nya. Hal itu ditekankan lagi oleh
Konsili Vatikan II. Tugas kegembalaan atau kepemimpinan dalam Gereja adalah tugas
pelayanan.

Dasar Pelayanan dalam Gereja.


Dasar pelayanan dalam Gereja adalah semangat pelayanan Kristus sendiri. Barangsiapa
menyatakan diri murid, “ia wajib hidup sama seperti hidup Kristus” (1 Yoh 2:6). Yesus yang
“mengambil rupa seorang hamba” (Flp 2:7) tidak ada artinya jika para murid-Nya mengambil
rupa para penguasa. Pelayanan beaerti mengikuti jejak Kristus. Perwujudan iman Kristiani
adalah pelayanan. Yesus bersabda: “Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang
ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna,
kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan” (Lk 17:10)
Pelayanan Kristiani adalah sikap pokok para pengikut Yesus. Dengan kata lain, melayani adalah
tanggung jawab setiap orang Kristiani sebagai konsekuen dari imannya. Dengan demikian,
orang Kristen tidak hanya bertanggung jawab terhadap Allah dan Putera-Nya, Yesus Kristus,
tetapi juga bertanggung jawab terhadap orang lain dengan menjadi sesamanya.

Ciri-ciri Pelayanan Gereja.


Bersikap sebagai pelayan
Yesus menyuruh para murid-Nya selalu bersikap sebagai “yang paling rendah dari semua dan
sebagai pelayan dari semua” (Mrk 9:35). Yesus sendiri memberi teladan dan menerangkan
bahwa demikianlah kehendak Bapa. Menjadi pelayan adalah sikap iman yang radikal.
Kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan dan Guru
Ciri religius pelayanan Gereja ialah menimba kekuatannya dari sari teladan Yesus Kristus.

Orientasi pelayanan Gereja terutama ditujukan kepada kaum miskin.


Dalam usaha pelayanan kepada kaum miskin janganlah mereka menjadi obyek belas kasihan.
Pelayanan bearti kerja sama, di dalamnya semua orang merupakan subyek yang ikut
bertanggung jawab. Yang pokok adalah harkat, martabat, harga diri, bukan kemajuan dan
bantuan spiritual ataupun sosial, yang hanyalah sarana. Tentu sarana-sarana adalah juga penting,
dan tidak dapat ditinggalkan begitu saja, namun yang pokok adalah sikap pelayanan itu sendiri.
Kerendahan hati
Dalam pelayanan, Gereja (kita) harus tetap bersikap rendah hati. Gereja tidak boleh berbangga
diri, tetapi tetap melihat dirinya sebagai “hamba yang tak berguna” (Lk 17:10)

Bentuk-bentuk Pelayanan Gereja


Pelayanan Gereja dapat bersifat ke dalam, tetapi juga ke luar. Pelayanan ke dalam adalah
pelayanan untuk membangun jemaat. Pelayanan ini pada dasarnya dipercayakan kepada
hierarki, namun awam pun diharapkan berpartisipasi di dalamnya, misalnya dengan melibatkan
diri dalam kepengurusan Dewan Keuskupan, Dewan Paroki, Pengurus Wilayah/Lingkungan,
dsb.
Pelayanan keluar yang lebih difokuskan adalah pelayanan demi kepentingan masyarakat luas.
Bentuk-bentuk pelayanan Gereja Katolik Indonesia untuk masyarakat luas antara lain:
Pelayanan di bidang kebudayaan dan pendidikan
Di bidang budaya, Gereja berusaha melestarikan budaya asli yang bernilai. Di bidang
pendidikan, Gereja berupaya membangun sekolah-sekolah untuk pendidikan formal, tetapi juga
membangun kursus-kursus ketrampilan yang berguna.

35
Pelayanan Gereja di bidang kesejahteraan
Di bidang ekonomi, Gereja mendirikan lembaga-lembaga social ekonomi yang memperhatikan
dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat kecil. Di bidang kesehatan, Gereja mendirikan
rumah-rumah sakit dan poliklinik untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Pelayanan Gereja di bidang politik dan hukum
Di bidang politik, Gereja dengan tugas nabiahnya menyerukan supaya diciptakan situasi politik
dan hukum yang berorientasi pada kepentingan rakyat banyak. Gereja mengajak umatnya untuk
berpartisipasi dalam politik lewat partai-partai dan oramas yang mengutamakan kepentingan
rakyat.

5. KAUM AWAM DALAM GEREJA KATOLIK


Sesuai dengan ajaran konsili Vatican II, rohaniawan (Hierarki) dan awam memiliki martabat
yang sama, hanya berbeda dalam fungsi. Semua fungsi sama luhurnya, asal dilaksanakan
dengan motivasi yang baik, demi Kerajaan Allah.

Arti kaum Awam


Yang dimaksud dengan kaum awam adalah semua orang beriman Kristiani yang tidak termasuk
golongan yang menerima tahbisan suci dan status kebiarawanan yang diakui dalam Gereja
(Lumen Gentium Art. 31).
Ada dua macam defenisi awam:
 Ø Definisi teologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan. Jadi, awam
meliputi biarawan seperti suster dan bruder yang tidak menerima tahbisan suci.
 Ø Definisi tipologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan
biarawan-biarawati. Maka dari itu, awam tidak mencakup para bruder dan suster.

Peranan Kaum Awam


Pada zaman ini orang sering berbiacara tentang tugas atau kerasulan internal dan eksternal.
Kerasulan internal atau kerasulan “ di dalam Gereja” adalah kerasulan membangun jemaat.
Kerasulan ini lebih diperani oleh jajaran Hierarki, walaupun awam dituntut pula untuk
mengambil bagian di dalamnya. Kerasulan eksternal atau kerasulan dalam “tata dunia” lebih
diperani oleh para awam. Namun harus disadari bahwa kerasulan dalam Gereja bermuara pula
ke dunia. Gereja tidak hadir di dunia ini untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia. Gereja hadir
untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini.
1) Kerasulan dalam tata dunia.
Berdasarkan panggilan khasnya, awam bertugas mencari Kerajaan Allah dengan mengusahakan
hal-hal duniawi dan mengaturnya sesuai dengan kehendak Allah.
2) Kerasulan dalam Gereja (internal)
Karena Gereja ini Umat Allah, maka Gereja harus sungguh-sungguh menjadi Umat Allah. Ia
hendaknya mengkonsilidasi diri untuk benar-benar menjadi Umat Allah itu. Ini adalah tugas
membangun Gereja. Tugas ini dapat disebut kerasulan internal. Tugas ini pada dasarnya lebih
dipercayakan kepada golongan hierarki (kerasulan hierarki), tetapi para awam dituntut pula
untuk mengambil bagian di dalamnya. Awam hendaknya turut berpartisipasi dalam tri-tugas
Gereja.
a). Dalam tugas nabiah, pewartaan sabda, seorang awam dapat:
 Mengajar agama, sebagai katekis atau guru agama
 Memimpin kegiatan pendalaman Kitab Suci atau pendalaman iman.
b). Dalam tugas imamiah, menguduskan, seorang awam dapat:
 Memimpin doa dalam pertemuan-peremuan umat
 Memimpin koor atau nyanyian dalam ibadat
 Membagi komuni sebagai prodiakon
 Menjadi pelayan Altar, dsb.
c). Dalam tugas gerejawi, memimpin atau melayani, seorang awam dapat:
 Menjadi anggota Dewan Paroki
 Menjadi ketua seksi, ketua lingkungan atau wilayah.

36
Hubungan Hierarki dan Kaum Awam
1). Gereja adalah Umat Allah
Konsili Vatkan II menegaskan bahwa semua anggota Umat Allah (hierarki, biarawan/biarawati,
dan awam) memiliki martabat yang sama. Yang berbeda hanya fungsinya. Keyakinan ini dapat
menjamin hubungan yang wajar antara semua komponen Gereja. Tidak boleh ada klaim bahwa
komponen-komponen tertentu lebih bermartabat dalam Gereja Kristus dan menyepelekan
komponen lainnya. Keyakinan ini harus diimplementasikan secara konsekuen dalam hidup dan
karya semua anggota Gereja.
2) Setiap Komponen Gereja memiliki fungsi yang khas.
Setiap Komponen Gereja memiliki fungsi yang khas. Hierarki bertugas memimpin (atau lebih
tepat melayani) dan mempersatukan seluruh Umat Allah. Biarawan/biarawati dengan kaul-
kaulnya bertugas mengarahkan umat Allah kepada dunia yang akan dating (eskatologis). Para
awam bertugas merasul dalam tata dunia. Mereka harus menjadi rasul dalam keluarga-keluarga
dan dalam masyarakat di bidang ipoleksosbudhamkamnas. Jika setiap komponen Gereja
melaksanakan fungsinya masing-masing dengan baik, maka adanya kerja sama yang baik pasti
terjamin
3) Kerja sama
Walaupun tiap komponen Gereja memiliki fungsinya masing-masing, namun untuk bidang-
bidang dan kegiatan tertentu, terlebih dalam kerasulan internal Gereja yaitu membangun hidup
menggereja, masih dibutuhkan partisipasi dan kerja sama dari semua komponen. Dalam hal ini
hendaknya hierarki tampil sebagai pelayan yang memimpin dan mempersatukan. Pimpinan
tertahbis, yaitu dewan diakon, dewan presbyter, dan dewan uskup tidak berfungsi untuk
mengumpulkan kekuasaan ke dalam tangan mereka melainkan untuk menyatukan rupa-rupa
tipe, jenis, dan fungsi pelayanan (kharisma) yang ada.Hierarki berperan untuk memelihara
keseimbangan dan persaudaraan di antara sekian banyak tugas pelayanan. Para pemimpin
tertahbis memperhatikan serta memelihara keseluruhan visi, misi, dan reksa pastoral. Karena
itu, tidak mengherankan bahwa di antara mereka yang termasuk dalam dewan hierarki ini ada
yang bertanggung jawab untuk memelihara ajaran yang benar dan memimpin perayaan
sakramen-sakramen.

Biarawan-biarawati.
Seorang biarawan / biarawati adalah anggota umat yang dengan mengucapkan kaul kemiskinan,
ketaatan, dan keperawanan selalu bersatu dengan Kristus dan menerima pola nasib hidup Yesus
Kristus secara radikal. Dengan demikian, mereka menjadi tanda nyata dari hidup dalam
Kerajaan Allah. Jadi, kaul kemiskinan, ketaatan, dan keperawanan adalah sesuatu yang khas
dalam kehidupam membiara. Kekhasan itu terletak dalam radikalitetnya menghayati
kemiskinan, ketaatan, dan hidup wadat. Harta dan kekayaan, kuasa dan kedudukan, perkawinan
dan kehidupan keluarga adalah sesuatu yang baik dan sangat bernilai dalam hidup ini. Namun,
semua nilai itu relatif, tidak absolut, dan tidak abadi sifatnya. Dengan menghayati kaul-kaul
kebiaraan, para biarawan atau biarawati menjadi “tanda” bahwa:
1. Kekayaan, kekuasaan, dan hidup keluarga walaupun sangat bernilai, tetapi tidaklah
absolut dan abadi. Maka, kita tidak boleh mendewa-dewakannya.
2. Kaul kebiaraan itu mengarahkan kita pada Kerajaan Allah dalam kepenuhannya kelak.
Kita adalah umat musafir.

6. AJARAN SOSIAL GEREJA


Sejak perkembangan industri modern, massa buruh berjubel ke kota-kota besar tanpa
jaminan masa depan. Maka timbullah berbagai masalah sosial baru yang berat anatara lain upah
yang adil, kepastian tempat kerja, hak mogok, yang pada dasarnya mempertanyakan juga adil
tidaknya struktur masyarakat itu sendiri.
Supaya tidak tertinggal dari gerakan komunisme yang memperjuangkan nasibkaum buruh, ada
imam-imam yang mulai melibatkan diri dalam pastoral kaum seperti imam muda dalam kisah di
atas. Kemudian, para Paus pun mulai mengeluarkan ensiklik-ensiklik yang memuat ajaran sosial
Gereja.

37
Arti dan Makna Ajaran Sosial Gereja
Ajaran sosial gereja adalah gereja mengenai hak dan kewajiban berbagai anggota
masyarakat dalam hubungannya dengan kebaikan bersama dalam lingkup nasional maupun
internasional.
Ajaran sosial Gereja merupakan tanggapan Gereja terhadap fenomena atau persoalan-
persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dalam bentuk himbauan, kritik dan dukungan.
Ajaran sosial Gereja bersifat lunak, bila dibandingkan dengan ajaran Gereja dalam arti ketat,
yaitu dogma. Dengan kata lain, ajaran sosial Gereja merupakan bentuk keprihatinan Gereja
terhadapa dunia dan umat manusia dalam wujud dokumen yang perlu disosialisasikan. Karena
masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia beragama bervariasi, dan ini dipengaruhi oleh
semangat dan kebutuhan zaman, maka tanggapan Gereja juga bervariasi sesuai dengan isu sosial
yang muncul.

Beberapa Ensiklik/Surat Paus dan Dokumen Konsili Vatikan II Memuat Ajaran Sosial
Gereja
a. Ajaran Sosial gereja dari Rerum Novarum sampai dengan Konsili Vatikan II
Ajaran sosial Gereja dalam dunia modern berawal dari tahun 1981, ketika Paus Leo XIII
mengeluarkan ensiklik Rerum Novarum. Dalam ensiklik itu Paus dengan tegas menentang
kondisi-kondisi yang tidak manusiawi yang menjadi situasi buruk bagi kaum buruh dalam
masyarakat industri. Paus mengatakan 3 faktor kunci yang mendasari kehidupan ekonomi, yaitu
buruh, modal, dan Negara. Paus juga menunjukkan bahwa saling hubungan yang wajar dan adil
antara tiga hal itu menjadi masalah pokok ajaran sosial Gereja. Pada tahun 1931, pada
peringatan Ke-40 tahun Rerum Novarum, Paus Pius XI menulis ensiklik Quadragesimo Anno.
Dalam ensiklik itu, Paus Pius XI masalah-masalah ketidakadilan sosial dan mengajak semua
pihak untuk mengatur kembali tatanan sosial berdasarkan apa yang telah ditunjukkan oleh Paus
Leo XIII dalam Rerum Novarum.
Paus Pius XI menegaskan kembali hak dan kewajiban Gereja dalam menanggapi masalah-
masalah sosial, mengamcam kapitalisme dan persaingan bebas serta komunisme yang
menganjurkan pertentangan kelas dan pendewaan kepemimpinan kediktatoran kelas buruh. Paus
menegaskan perlunya tanggungjawab sosial dari milik pribadi dan hak-hak kaum buruh atas
kerja, upah yang adil, serta berserikat guna melindungi hak-hak mereka.
Tiga puluh tahun kemudian, Paus Yohanes XXVIII menulis dua ensiklik untuk menanggapi
masalah-masalah pokok zamannya, yaitu Mater et Magistra (1961) dan Pacem in Terris (1963).
Dalam dua ensiklik ini, Paus Yohanes XXVIII menyampaikan sejumlah petunjuk bagi umat
Kristiani dan para pengambil kebijakan dalam menanggapi kesenjangan di antara bangsa-bangsa
yang kaya dan miskin, dan ancaman terhadap perdamaian dunia. Paus mengajak orang-orang
Kristiani dan “semua orang yang berkehendak baik” bekerja sama menciptakan lembaga-
lemabaga sosial (local, nasional, ataupun internasional), sekaligus menghargai martabat manusia
dan menegakkan keadilan serta perdamaian.
b. Ajaran sosial Gereja sesudah Konsili Vatikan II dan sesudahnya.
Ketika Paus Yohanes XXVIII mengadakan Konsili Vatikan II dalam bulan oktober 1962, dia
membuka jendela Gereja agar masuk udara segar dunia modern. Konsili ekumenis yang ke-21
inilah yang pertama kali merefleksikan Gereja yang sungguh-sungguh mendunia. Selama tiga
tahun, para cardinal dan para uskup dari berbagai penjuru dunia dan hampir semua bangsa
berkumpul untuk mendiskusikan hakikat Gereja dalam dunia modern ini termuat dalam
Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes (Kegembiraan dan Harapan). Dalam Gaudium et spes ini,
para bapa konsili meneguhkan bahwa perutusan khas religius Gereja memberinya tugas, terang
dan kekuatan yang dapat membantu pembentukan dan pemantapan masyarakat manusia
menurut hukum Ilahi. Keadaan, waktu, dan tempat menuntut agar Gereja dan bahkan memulai
kegiatan sosial demi semua orang.
Sejak Konsili Vatikan II, pernyataan-pernyataan Paus Paulus VI dan Yohanes Paulus II, sinode
para uskup dan konperensi-konperensi para uskup regional maupun nasional semakin
mempertajam perenan Gereja dalam tanggung jawab terhadap dunia yang sedang berubah
dengan pesat ini. Kedua Paus dan para uskup itu sepenuhnya sadar bahwa mencari kehendak
Allah dalam arus sejarah dunia bukanlah tugas yang sederhana. Mereka juga menyadari bahwa
Gereja tidak mempunyai pemecahan yang langsung dan secara universal dapat memecahkan
masalah-masalah masyarakat yang kompleks dan semakin mendesak.

38
7. HAK ASASI MANUSIA
Makna HAM
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat dalam diri manusia, yang dimiliki
manusia bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau negara, melainkan
berdasarkan martabatnya sebagai manusia.Hak-hak asasi merupakan hak yang universal.
Artinya, hak-hak itu menyangkut semua orang, berlaku dan harus diberlakukan dimana-mana.
Misalnya, hak untuk hidup layak, hak untuk mendapat pendidikan dan pekerjaan, hak untuk
menikah, dst. Menolak sifat universal hak-hak asasi manusia berarti menyangkal unsur
manusiawi yang terdapat dalam setiap kebudayaan.

HAM dalam Terang Kitab Suci


Dalam Perjanjian Lama, pengalaman pembebasan hak-hak bangsa Israel dari kukungan
bangsa Mesir menjadi tanda sejarah keselamatan; sejarah pembebasan, menjadi perhatian
khusus bagi kaum miskin yang tertindas.
Orang miskin dan tak berdaya mendapat perhatian khusus dari Tuhan. Maka, hak-hak asasi
pertama-tama harus diperjuangkan untuk orang yang lemah dan yang tidak berdaya dalam
masyarakat. Dasar perjuangan itu adalah tindakan Tuhan sendiri yang melindungi orang yang
tidak mempunyai hak dan kekuatan.
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang berdaulat dan semua hak manusia adalah
hak mengembangkan diri sebagai citra Allah.

HAM dalam Terang Ajaran Gereja


Ajaran sosial Gereja menegaskan: “Karena semua manusia mempunyai jiwa berbudi dan
diciptakan menurut citra Allah, karena mempunyai kodrat dan asal yang sama, serta karena
penebusan Kristus, mempunyai panggilan dan tujuan ilahi yang sama, maka kesamaan asasi
antara manusia harus senantiasa diakui” (Gaudium et Spes, Art. 29). Dari ajaran ini tampak
pandangan Gereja tentang hak asasi, yakni hak yang melekat pada diri manusia sebagai insan,
ciptaan Allah. Hak ini tidak diberikan kepada seseoarang karena kedudukan, pangkat atau
situasi. Hak ini dimiliki setiap orang sejak lahir, karena dia seorang manusia. Kalau hak ini
diambil, ia tidak dapat hidup sebagai manusia lagi.
Gereja mendesak diatasinya dan dihapuskannya “setiap bentuk diskriminasi, entah yang
bersifat sosial atau budaya, entah yang didasarkan pada jenis kelamin, warna kulit, suku,
keadaan sosial, bahasa ataupun agama, karena berlawanan dengan maksud dan kehendak Allah”
(Gaudium et Spes, Art. 29).

Sikap Yesus terhadap Kaum Lemah


 Sikap dan tindakan Yesus berpihak pada kaum miskin zamanNya.
 Ia sering menyerang para penguasa agama dan politik yang memperberat hidup orang-orang
kecil yang tidak berdaya.
 Yesus berani berdiri pada pihak yang kurang beruntung, pendosa, orang miskin, wanita,
orang sakit dan tersingkir baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi.
Yesus mengajak orang-orang kecil untuk mengatasi kekurangan dan kemiskinan mereka
dengan kerelaan untuk saling membagi dan memberi.
Terhadap perempuan, Yesus bersikap terbuka, bergaul dengan wanita tanpa takut kehilangan
nama baik. Yesus berbicara terbuka dengan wanita dan dengan cara itu Ia melawan arus
zamanNya. Yesus menerima dan menghormati mereka. Yesus menghargai kedudukan dan peran
wanita dalam kehidupan bersama.

8. MENGHARGAI HIDUP

ABORSI
Hidup manusia adalah anugerah Allah sendiri yang harus di rawat, dipelihara,
dilindungi dan dicintai. Manusia tidak mempunyai hak untuk mengambil hidupnya sendiri dan
hidup orang lain. Hanya Allah yang adalah Tuhan daan pemilik hidup, manusia hanyalah
sebagai administrator.
Gereja katolik sejak awal menentang aborsi karena aborsi bertentangan dengan hukum
Allah, hukum natural, melanggar prinsip keadilan dan cinta sesama dan dikategorikan sebagai
dosa pembunuhan Posisi gereja berhadapan dengan kejahatan moral aborsi konstan dari dulu
39
sampai sekarang. Hal ini dapat kita lihat dalam dokumen gereja awal, misalnya dalam Didachè
2,2 dikatakan:”Engkau tidak boleh mengaborsi dan juga tidak boleh membunuh anak yang
baru dilahirkan”.
Dalam GS juga gereja menegaskan kembali moralitas aborsi: “Allah Tuhan kehidupan
telah mempercayakan pelayanan mulia melestarikan hidup kepada manusia, untuk dijalankan
dengan cara yang layak baginya. Maka kehidupan sejak saat pembuahan harus dilindungi
dengan sangat cermat. Pengguran dan pembunuhan anak merupakan tindakan kejahatan yang
durhaka” GS n. 51.
Dalam Ensiklik Evangelium Vitae, Paus Yohanes Paulus II menegaskan kembali ajaran
gereja mengenai aborsi: ”Saya menegaskan bahwa aborsi langsung dan diinginkan, artinya
dilakukan dan diinginkan sebagai tujuan atau sebagai cara merupakan satu perbuatan immoral
berat”. (EV no. 57). Dengan demikian menjadi jelas, bahwa aborsi langsung apapun alasannya
tidak dapat dibenarkan menurut moral. Disamping itu ada aborsi yang dinamakan aborsi
eugenetika, yakni mengaborsi janin yang cacat karena beranggapan lebih baik mati sebelum
lahir dari pada menderita seumur hidup. Aborsi eugenetika tak dapat dibenarkan, sebab ini
adalah aborsi langsung. Aborsi tidak langsung dapat dijinkan di bawah prinsip doubel effect,
yakni prinsip moral yang berdasar pada 4 kriteria berikut:
 Tindakan/perbuatan pada pada dirinya sendiri per se adalah baik atau indiferen.
 Maksud agen hanyalah mencapai efek baik, sedangkan efek buruk hanyalah ditolerir.
 Efek buruk bukanlah cara/sarana untuk mencapai efek baik.
 Ada proporsionalitas yang adekuat antara efek baik dan efek buruk.
Ada kasus-kasus yang bisa menggunakan prinsip double effect, misalnya kasus seorang wanita
yang sedang mengandung, namun ditemukan kanker ganas di rahim. Satu-satunya cara untuk
menyelamatkan si ibu dari kematian akibat kanker ganas tersebut hanyalah dengan mengangkat
rahimya, dengan konsekuensi kematian janin. Dalam kasus ini, kematian janin tidak dinginkan
tetapi hanya sebagai efek samping. Dalam kasus konflik antara nilai hidup ibu dan janin, moral
katolik mengajarkan harus diselamatakan kedua hidup tersebut sebisa mungkin, tetapi kalau
tidak memungkinkan harus diselamatkan hidup yang paling bisa diselamatkan.
Dalam kasus kehamilan sebagai akibat kejahatan pemerkosaan, bebrapa teolog moral
katolik mengatakan bahwa tindakan membersihkan sperma agresif dalam vagina si korban, sah
menurut moral, namun pada saat pembuahan sudah terjadi, tidak dibenarkan untuk
menggugurkannya. Maka dalam kasus sulit demikian, yang harus dilakukan adalah pendekatan
pastoral untuk menolong si korban sehingga ia tidak terlalu stress, down, kehilangan makna
hidup, lalu diberi penadmpingan dan dukungan moral dan spiritual sehingga akhirnya ia dapat
menerima dan merawat anak yang sedang dikandungnya dengan penuh cinta, seraya diberi
bantuan finansial kalau ia memang berkekurangan.
Dalam kasus rape(pemerkosaan) baik si wanita korban kejahatan seksual, maupun anak
yang dikandung sama-sama tidak berdosa sehingga sudah sepatutnya dilindungi. Solidaritas dan
empati dari teman-teman dan keluarga, serta jemaat sangat diperlukan, untuk melindungi hidup
manusia sejak saat pembuahannya.

EUTANASIA
Eutanasia berasal dari kata eu artinya baik, enak dan thanatos artinya mati. Jadi secara
etimologis eutanasia berarti kematian yang tidak disertai rasa sakit, kematian karena rasa belas
kasih. Moralitas eutanasia didasarkan pada prinsip bahwa hidup itu adalah anugerah Allah yang
harus diterima dengan rasa syukur.
Eutanasia dikategorikan sebagai kejahatan pembunuhan, maka tidak seorang pun punya hak
untuk melakukan eutasia baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk orang lain yang
dipercayakan pada tanggung jawabnya. Eutanasia merupakan satu penolakan atas rencana cinta
Allah atas hidup manusia. Di samping itu, eutanasia bertentangan dengan keutamaan cinta
kepada diri sendiri dan kepada orang lain.
Ada dua macam eutanasia: eutanasia aktif, yakni tindakan aktif membuat mati seorang
pasien yang berada dalam sakarat maut, atau sakit taktersembuhkan, dengan jalan memberikan
obat atau suntikan letal sehingga mengakibatkan kematian secara prematur. Yang kedua adalah
eutanasia pasif, artinya membiarkan si pasien yang berada dalam keadaan sakarat maut, atau
koma dengan tidak memberikan perawatan yang seharusnya atau malahan menghentikan
pengobatan yang memang perlu sehingga mengakibatkan si pasien mati secara cepat.

40
Moral katolik mengajarkan bahwa setiap jemaat kristiani hendaknya memberi
perawatan yang perlu kepada pasien sebagai wujud cinta kepada sesama. Akan tetapi dalam
kasus, segenap usaha pengobatan sudah dilakukan tetapi keadaan pasien tetap tidak berubah,
malah semakin memburuk, maka dalam situasi di mana kematian sudah mendekat dan tidak
dapat dielakkan, maka menghentikan pengobatan dapat dijikan secara moral. Hal ini tidak dapat
disamakan dengan tindakan eutanasia tetapi terlebih sebagai ungkapan penerimaan kondisi
manusiawi di mana realita kematian memang tidak bisa dihindari. Sikap yang tepat dalam
kondisi demikian adalah, mendampingi si pasien sehingga ia sungguh dikuatkan dan didukung,
seraya menyiapkan ia agar benar-benar siap dan iklas untuk beralih ke hidup abadi.
Di samping itu, si pasien diajak untuk menyatuakan penderitaan dia dengan penderitaan
Kristus yang tersalib. Dengan demikian kita dapat membantu dia dalam menghidupi saaat-saat
akhir perjalanan hidupnya dengan penuh iman dan menghantar dia untuk menyongsong
kematiannya yang sudah mendekat.

NARKOBA DAN HIV/AIDS


Narkoba
Arti dan Jenis Narkoba
a. Narkotika. Menurut UU RI No. 22 tahun 1997, Narkotika meliputi zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yaitu:
 Golongan opiat: heroin, morfin, candu, dll.
 Golongan kanabis: ganja, hashis, dll.
 Golongan koka: kokain, crack, dll.
b. Alkohol; minuman yang mengandung etanol (etil alkohol) tetapi bukan obat.
c. Psikotropika; menurut UU RI No. 5 tahun 1997, psikotropika meliputi zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkoba, seperti ecstasy, shabu-shabu, obat penenang/obar tidur,
obat anti dprresi dan obat anti psikosis.
d. Zat Adiktif; adalah inhalasia (aseton, thinner cat, lem), nikotin (tembakau) dan kafein
(kopi).
Napza tergolong zat psikoaktif. Zat psikoaktif adalah zat yang terutama mempengaruhi
otak sehingga menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan, pikiran, persepsi dan kesadaran.

Ajaran Kristiani tentang Narkoba dan HIV/AIDS


Santo Paulus mengajarkan bahwa tubuh kita dalah Bait Allah. Itu berarti, kekacauan yang
terjadi di dalam diri kita juga berarti kekacauan pada Bait Allah. Karena itu, mengkonsumsi
narkoba dan pergaulan bebas yang mengarah kepada seks bebas dan berdampak pada
HIV/AIDS berarti orang tersebut berusaha merusak Bait Allah (tubuh). Karena tubuh manusia
(Bait Allah) adalah sarana keselamatan, Gereja selalu berupaya untuk mengingatkan warganya
agar hati-hati, waspada dan menghindari kemungkinan terlibat dalam kegiatan mengkonsumsi
narkoba (atau menjadi distributor, produsen), menghindari seks bebas supaya tidak terinfeksi
virus HIV.

Apa yang Dapat Dilakukan Gereja?


a. Gereja menyatakan kutukan terhadap kejahatan pribadi dan sosial yang menyebabkan
dan menguntungkan bagi penyalahgunaan narkoba/napza.
b. Memperkuat kesaksian Injil dari orang-orang beriman yang mengabdikan dirinya
kepada pengobatan pemakai narkoba menurut contoh Yesus Kristus, yang tidak datang
untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan hidupnya.
c. Memberikan pendidikan nilai/moral bagi orang-orang, keluarga-keluarga dan
komunitas-komunitas, melalui prinsip-prinsip adikodrati untuk mencapai kemanusiaan
yang utuh dan penuh (menyeluruh dan total).
d. Memberikan informasi yang baik dan benar tentang narkoba kepada komunitas-
komunitas, orang tua, anak-anak remaja dan masyarakat.
e. Membantu orang tua meningkatkan keterampilan untuk membangun kekeluargaan yang
kuat.
f. Membantu orang tua melakukan strategi pencegahan penggunaan obat terlarang di
rumah dengan memberi contoh yang baik dan sehat, meningkatkan peran pengawasan
dan mengajari cara menolak penawaran obat terlarang oleh orang lain.

41
g. Menyatakan cinta kasih ke-bapa-an Allah yang diarahkan kepada keselamatan setiap
pengguna narkoba dan para penderita HIV/AIDS, melalui cinta mengatasi rasa bersalah.
“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit (Mat 9:12; Luk 15:11-
32).
h. Melakukan tindakan pengobatan dan rehabilitasi, antara lain dengan cara: menggalang
kerja sama di antara komunitas-komunitas yang menyelenggarakan pengobatan atau
rehabilitasi dan menambah lembaga-lembaga yang mengelola pencegahan
penyalahgunaan narkoba dan penularan HIV/AIDS.
i. Memutuskan mata rantai permintaan atau distribusi narkoba denagn cara memperkuat
pertahanan keluarga dan pembinaan remaja di tingkat lingkungan, wilayah dan paroki.

Apa yang dapat Dilakukan oleh Setiap Orang untuk Membantu Orang Lain yang
Kecanduan Narkoba atau Menderita HIV/AIDS?
a. Jangan menjauhi atau menolak mereka yang kecanduan narkoba atau terinfeksi HIV/AIDS,
karena mereka adalah manusia yang paling kesepian di dunia ini.
b. Memberikan peneguhan bahwa mereka dapat mengatasi persoalannya dengan menjadi
sahabat dan pendamping mereka.
c. Mendengarkan keluhan para pecandu narkoba dan pengidap HIV/AIDS.

42
MATERI KELAS XII

1. PANGGILAN HIDUP
Perkawinan Menurut UU R.I No.1 Tahun 1974
a. Pengertian Perkawinan
Undang-undang R.I No.1 tahun 1974 tentang perkawinan, dalam pasal 1 yang berbunyi:
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan yang maha esa.”
Dari bunyi pasal 1 Undang-undang No.1 tahun 1974 tersebut diatas, tersimpulan suatu rumusan
arti dan tujuan dari perkawinan. “Arti” perkawinan dimaksud adalah: Ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri, sedangkan “tujuan” Perkawinan
dimaksud adalah: membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan yang Maha esa.

AJARAN GEREJA KATOLIK TENTANG PERKAWINAN


Dalam istilah Gereja ada istilah Annulments yang dalam Hukum Gereja berarti sejak awal
mula tidak ditemukan perkawinan yang sah (perkawinan yang menjadi batal karena tidak
memenuhi hukum Gereja atau sebab musabab yang sesuai hukum Gereja). Dalam hal ini
mereka yang mengalami mungkin dapat menikah kembali di Gereja. Selain itu, dalam Gereja
Katolik jika pasangan yang menikah salah satunya ada yang meninggal maka pasangan yang
satunya dapat pula kembali menikah di Gereja.
Ada begitu banyak pasangan calon mempelai yang sudah lama berpacaran, namun
seringkali mereka belum mempergunakan kesempatan pacaran itu untuk dapat mempersiapkan
diri dalam membangun keluarga katolik. Salah satu hal yang sangat penting namun seringkali
terlupakan adalah kurangnya/ tidak pernah dilaksanakan pengolahan pengalaman hidup untuk
melangsungkan suatu pernikahan sesuai ajaran Gereja Katolik. Rumusan ini bisa membantu un-
tuk menilai diri sendiri, apakah memang sudah siap (minimal) secara mental dan rohani untuk
melangsungkan perkawinan.
Perkawinan adalah:
PERSEKUTUAN HIDUP - ANTARA SEORANG PRIA DAN SEORANG WANITA -
YANG TERJADI KARENA PERSETUJUAN PRIBADI - YANG TAK DAPAT DITA-
RIK KEMBALI - DAN HARUS DIARAHKAN KEPADA SALING MENCINTAI
SEBAGAI SUAMI ISTERI - DAN KEPADA PEMBANGUNAN KELUARGA - DAN
OLEH KARENANYA MENUNTUT KESETIAAN YANG SEMPURNA - DAN TIDAK
MUNGKIN DIBATALKAN LAGI OLEH SIAPAPUN, KECUALI OLEH KEMATIAN.

Panggilan Hidup Membiara/ Selibat


Dalam kehidupan umat beragama katolik diakui dan diyakini bahwa hidup membiara
merupakan panggilan hidup. Hidup membiara merupakan salah satu bentuk hidup selibat (tidak
menikah) yang dijalani oleh mereka yang dipanggil untuk mengikuti Kristus secara tuntas/total.
Dengan kata lain orang yang menjalani hidup selibat adalah orang yang terpanggil untuk
mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan. Menjadi seorang Pastor, Suster, atau Bruder
merupakan jawaban atas panggilan Tuhan untuk melayani dan menguduskan dunia.
Hidup membiara ditandai dengan pengucapan kaul (janji setia), yaitu kaul kemiskinan,
kaul kemurnian dan kaul ketaatan. Dengan mengucapkan kaul kemiskinan, orang yang hidup
membiara melepaskan haknya untuk memiliki harta benda duniawi. Dengan cara ini mereka
lebih bisa memusatkan hidupnya semata-mata demi melayani Tuhan dan tidak lekat pada harta
benda duniawi. Hal ini bukan berarti mereka tidak boleh menggunakan/memiliki harta benda
duniawi, tetapi menggunakan sewajarnya demi mendukung pelayanannya. Dengan kaul
ketaatan, seorang yang hidup membiara memutuskan untuk taat seperti Kristus yang taat pada
kehendak Bapa-Nya. Ketaatan ini diwujudkan dengan melepaskan kemerdekaannya, kehendak
bebasnya dan mengikuti kehendak pimpinan/pembesar dalam konggregasi. Dengan kaul
kemurnian orang yang hidup membiara melepaskan haknya untuk hidup berkeluarga. Melalui
hidup selibat (tidak menikah), mereka mengungkapkan kesediaan untuk mengikuti dan
43
meneladan Kristus sepenuhnya serta membaktikan hidupnya secara total demi terlaksananya
Kerajaan Allah.

PANGGILAN KARYA/PROFESI
Manusia adalah mahkluk pekerja. Tanpa bekerja manusia kehilangan jati dirinya sebagai
manusia. Maka apapun pekerjaan manusia, asalkan halal, orang akan merasa dirinya bernilai
dihadapan sesamanya. Sebaliknya orang-orang yang berada di usia produktif namun tidak
bekerja akan merasa rendah diri dalam pergaulan masyarakat. Dalam ajaran agama Katolik,
manusia diciptakan oleh Allah dan diberi mandat untuk mengelola bumi. Dengan ini,
hendaknya manusia menyadari, ketika ia melakukan pekerjaan, ia berpartisipasi dalam
pekerjaan Tuhan. Itu berarti bahwa pekerjaan manusia mengambil bagian dalam karya
keselamatan Allah.

Arti Kerja:
Kerja adalah setiap kegiatan manusia yang diarahkan untuk kemajuan manusia, baik kemajuan
jasmani maupun rohani. Kerja memerlukan suatu pemikiran. Kerja dengan sadar harus
diarahkan kepada suatu tujuan tertentu. Pekerjaan merupakan suatu keistimewaan mahkluk yang
berakal budi. Sebab, hanya manusialah yang dengan sadar dan bebas dapat mengarahkan
kegiatannya kepada suatu tujuan tertentu.

Makna Kerja:
Makna ekonomis, bekerja dipandang sebagai pengerahan tenaga untuk menghasilkan sesuatu
yang diperlukan atau diinginkan seseorang atau masyarakat. Dalam hal ini dibedakan menjadi
pekerjaan produktif (pertanian, pertukangan, pabrik, dsb), pekerjaan distributive (perdagangan),
dan pekerjaan jasa (guru, dokter, perawat, dsb). Makna sosiologis, kerja merupakan
pemenuhan kebutuhan masyarakat dan sarana interaksi antar masyarakat. Makna antropologis,
kerja memungkinkan manusia untuk membina dan membentuk diri dan pribadinya.

2. NILAI-NILAI KEADILAN, KEJUJURAN, KEJUJURAN, KEBENARAN,


KEDAMAIAN DAN
KEUTUHAN CIPTAAN TUHAN

NILAI KEADILAN
Akar masalah ketidak adilan
a.Sistem dan struktur sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang diciptakan oleh
“penguasa”, yang sadar atau tidak dibangun oleh penguasa dan pengusaha untuk
menciptakan ketergantungan di kalangan rakyat jelata.
b.Pembangunan saat ini belum memberikan kesempatan yang luas bagi “orang-orang
kecil”. Baik di lingkup yang besar (percaturan bangsa-bangsa) maupun lingkup yang
kecil (di lingkungan kita sendiri)

Ketidakadilan dalam terang Kitab Suci.


Dalam Kitab Amos 1-6 diceritakan Amos yang tampil di Israel saat Israel mencapai
puncak kemakmuran sekitar tahun 750 SM. Ia diutus mengingatkan bangsa Israel akan
kelakuan mereka yang tidak berkenan kepada Allah, untuk menegakkan keadilan.
Situasi masyarakat/bangsa Israel pada zaman Nabi Amos tampil :
1. Kekayaan dikuasai oleh sekelompok kecil orang yang merusak hidup mereka
sendiri.
2. Penguasa dan orang kaya menipu dan memeras orang-orang kecil
3. Upacara keagamaan yang meriah menjadi kedok untuk menutupi kejahatan.
Menjadi ibadat yang dibenci Tuhan.
Nabi Amos juga memberi jalan keluar yang harus ditempuh untuk menghindari
hukuman dari Allah, yaitu: pertobatan mendasar (Am 5:4-6). Pada akhir masa baktinya
nabi Amos menjanjikan keselamatan dari Allah bagi sisa-sisa Israel. (Am 9:11-15)

44
Perjuangan menegakkan keadilan
Arti dan makna keadilan
1) Adil berarti memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, baik itu
hak asasi maupun hak yang didasarkan pada tindakan bebas manusia.
2) Keadilan menunjuk pada seuatu keadaan, tuntutan akan keutamaan.
a) Sebagai keadaan, semua pihak memperoleh apa yang menjadi hak mereka dan
diperlakukan sama.
b) Sebagai tuntutan : menuntut agar keadaanm adil diciptakan baik dengan
mengambil tindakan yang diperlukan maupun menjauhkan diri dari tindakan yang tidak
adil.
c) Sebagai keutaman, keadilan adalah sikap, tekad, niat untuk melakukan apapun
yang adil.

Jenis Keadilan
Perbedaan keadilan komutatif, distributif dan keadilan legal
1) Keadilan Komutatif, menuntuk kesamaan dalam pertukaran, mislanya
mengembalikan pinjaman atau melakukan jual beli dalam batas kepantasan sehingga
tidak ada pihak yang dirugikan.
2) Keadilan distributive menuntut kesamaan dalam membagikan apa yang
menguntungkan dan dalam menuntut pengorbanan. Misalnya kekayaanalam dinikmati
bersama secara adil, dan pengorbanan pembangunan ditanggung bersama secara adil.
3) Keadilan legal, menuntut kesamaan hak dan kewajiban terhadap Negara sesuai
dengan aturan dan undang-undang yang berlaku.

Keadilan dasar dan landasan Negara


1) Keadilan adalah keutamaan sosial yang paling mendasar, dan khas manusiawi,
dengan sadar (menggunakan akal budi dan kehendak bebas) manusia mampu mengakui
hak orang lain.
2) Keadilan adalah prinsip menata dan membangun masyarakat manusiawi.
3) Keadilan mengatur kehidupan bersama antar manusia.

Landasan Perjuangan Keadilan


1) Negara
a) Dalam Pembukaan UUD 1945 dikatakan bahwa menciptakan keadilan sosial
adalah salah satu tugas utama Republik Indonesia
b) Tuntutan keadilan sosial dijabarkan dalam pasal 33-34 tentang menyusun
perekonomian nasional. Ayat 1 pasal 33 tentang semangat kekeluargaan yang harus
menjiwai perekonomian nasional. Kekeluargaan berarti dalam menjalankan produksi
untuk kepentingan bersama. Passal 34, Negara diwajibkan memperhatikan orang-orang
atau kelompok yang tidak berdaya.
2) Gereja
a) Kel 20:15 dan Ul 5:19 “Jangan mencuri” dalam arti aslinya jangan mencuri
orang/menculik.dan menjualnya sebagai budak.
b) Surat Gembala Paus (Ensiklik-ensiklik para Paus) dan pernyataan dari konferensi
Uskup-uskup merupakan tanggapan atas keprihatinan Gereja terhadap masalah keadilan
sosial. Misalnya :
1. Ensiklik Rerum Novarum (Paus Leo XIII) dan Qudragesimo Anno (Pius XI)
berbicara tentang keadilan terhadap para buruh.
2. Ensiklik Pacem in Terris (Yohanes XXIII) berbicara tentang perdamaian antara
bangsa-bangsa dalam kebenaran, keadilan dan kemerdekaan.
3. Ensiklik Populorum Progressio Paulus V) Berbicara tentang kesenjangan
Negara-negara kaya dan Negara-negara miskin.
45
NILAI KEBENARAN
Kebohongan adalah, menyembunyikan atau tidak mengatakan kebenaran seperti apa
adanya.
1. Bentuk-bentuk Kebohongan yang terjadi dalam masyarakat:
2. Berdusta dan Saksi Dusta: Berdusta berarti mengatakan yang tidak benar untuk
menyesatkan, melawan kebenaran untuk menyesatkan seseorang yang berhak
mengetahui kebenaran.
3. Rekayasa atau manipulasi: menyiasati atau mengarahkan orang lain ke tujuan
yang menguntungkan dirinya sendiri meskipun barangkali orang lain merugi.
4. Asal Bapak Senang (ABS), kata-kata dan sikap yang manis yang dilakukan
hanya untuk menyenangkan atasan, meskipun jauh dari kebenaran.
5. Fitnah dan umpatan, mengatakan hal yang tidak benar tentang seseorang saat
orang tersebut tidak ada sehingga tidak dapat membela diri atau menyatakan
kebenarannya.
Sebab-sebab Kebohongan
1. Berbohong sekedar iseng, menikmati kesenangan karena ora terperdaya
dan tertipu atau terpedaya.
2. Berbohong untuk memperoleh keuntungan tertentu: Para pedagang
supaya mendapat untung lebih besar.
3. Berbohong karena takut dalam situasi terjepit, untuk menyelamatkan
diri dari situasi yang sulit sehingga terpaksa berbohong.
Akibat Kebohongan
a.Bagi Diri Sendiri
1)Mendapat kenikmatan semu dalam jangka pendek
2)Mengalami bencana pribadi dalam jangka panjang
3)Kehilangan kredibilitas dan kepercayaan
b. Bagi yang Dibohongi
1) Mendapat gambaran yang salah dan bisa mengambil tindakan yang fatal bagi
dirinya dan orang lain.
2) Masuk dalam komunikasi dan relasi yang semu dengan pihak yang membohongi
c. Bagi Masyarakat luas
Penipuan, rekayasa, dan manipulasi amat merugikan masyarakat luas.

Makna firman kedelapan: jangan bersaksi dusta tentang sesamamu.


Kebohongan dan Kebenaran Menurut Terang Kitab Suci
1) Dalam Kitab Suci kebenaran berarti ambil bagian dalam kehidupan Allah, karena
Allah adalah sumber kebenaran.
2) Dalam Kitab Suci dinyatakan saksi dusta tentang sesamamu manusia, karena
menyangkut kesaksian di pengadilan. Masalah pokoknya adalah kepastian hukum yang
dapat dijungkirbalikkan oleh kebohongan. Kel 23:1-3. 6-8
3) Ul 16-19, 16:19 Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang
bulu dan janganlah menerima suap” Inilah maksud firman ke delapan. Di muka
pengadilan orang harus menyatakan kesetiaan, terhadap terdakwa, sesama manusia, dan
masyarakat serta umat Allah.
b. Kebenaran dan kebohongan dalam Gereja
1) Dalam Tradisi Gereja : Bagi orang Kristen mengatakan kebenaran adalah
ungkapan cinta kasih. Jujur tidak hanya berarti bicara sesua kenyataan, melainkan harus
mengungkapkan semangat cinta kasih.
2) Dalam Perjanjian Lama: Kebenaran tidak hanya sesuai dengan kenyataan,
kebenaran ada pada Allah, karena Allah memenuhi janjiNya, yaitu tetap setia pada
janjiNya.
3) Dalam Perjanjian Baru: Yesus adalah
46
NILAI KEJUJURAN
Bentuk-bentuk Ketidakjujuran
Ketidakjujuran di bidang politik
1. Penguasa bersikap curang, korup, untuk kepentingan diri dan golongannya
sendiri. Memanipulasi undang-undang dan peraturan atau menggunakan agama
untuk kepentingan politik.
2. Rakyat jelata menghadapi kekuasaan sewenang-wenang akan bersikap munafik,
formalistic, ABS dan sebagainya.
Ketidakjujuran di Bidang Ekonomi
1. a. Penguasa dan pengusahan akan bersikap korup, melakukan mark up, kredit
macet, menggelapkan uang Negara dan sebagainya.
2. b. Rakyat berusaha menyuap, bersikap ABS, menipu dan sebagainya.

Ketidakjujuran di Bidang Budaya/Pendidikan


1. Penguasa merekayasa pendidikan, termasuk undang-undangnya, mentolerir
budaya tertentu dan mendeskreditkan budaya tertentu untuk kepentingan
tertentu.
2. Rakyat dan anak didik bersikap formalistic.

Dampak ketidakjujuran
Bagi Para pelaku
1. Meskipun berkelimpahan belum tentu bahagia
2. Hati nurani matai bila ketidakjujuran dilakukan berulang-ulang.
3. Moral dan kepribadian akan merosot
4. Akan menimbulkan penederitaan dalam jangka waktu panjang.
Bagi Masyarakat Luas
a. Krisis multidimensi,
b.krisis di bidang politik/hukum,
c. ekonomi,
d.lingkungan hidup,
e.budaya

Bentuk ketidakjujuran yang dikecam Yesus


a. Kemunafikan, orang menganggap dirinya suci sehingga sangat sulit bertobat,
mengandalkan kekuatannya sendiri, merasa tidak membutuhkan Allah, merebut
keselamatan dengan jasa dan kekuatan mereka sendiri. (Luk 18:9-14).
b.Sumpah Palsu Mat 5:33 Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek
moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan
Tuhan.Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi
langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah
tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;
janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa
memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. Jika ya, hendaklah kamu katakan:
ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari
si jahat. (Mat 5:33-37)

Makna Kejujuran
Dalam kamus bahasa Indonesia jujur berarti tidak curang dn tidak berbohong, satu kata
dengan perbuatan.
1. Kejujuran menjadi modal perkembangan pribadi dan kemajuan kelompok.
2. Kejujuran menimbulkan kepercayaan, yang menjadi landasan dari pergaulan.

47
3. Kejujuran memecahkan banyak persoalan baik pribadi, kelompok, masyarakat
maupun Negara. Krisis multi dimensi dapat teratasi
Hal yang diperklukan dalam memperjuangkan Kejujuran
1. Kejujuran adalah sikap, yang dicapai gerakan moral yang menggunakan
berbagai jejaring dan melibatkan sebanyak mungkin orang dan perlu waktu yang
panjang.
2. Gerakan moral ini murni gerakan moral, yang harus menghindarkan
institusional.
3. Gerakan moral yang bermuara pada aksi pembaruan dan pembangunan
masyarakat yang sejahtera dan adil.
4. Gerakan moral diinspirasikan dan diprakarsai dari atas dan harus bertumbuh dari
akar rumput atau kalangan bawah.
5. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan proses yang komunikatif dari situasi
yang memprihatinkan. Gerakan yang otentik tumbuh dan muncul dengan bebas
tidak diperintahkam atau diintruksikan.
6. Gerakan moral harus dimulai dari kelompok itu sendiri, mulai dengan pola
alternative yang mempunyai daya pikat.

PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN TUHAN


Sebab terjadinya pertikaian.
1. Fanatisme agama dan suku:, karena kepicikan dan perasaan
bahwa dirinya terancam.
2. Sikap arogansi/angkuh
3. Keserakahan: karena mau merebut ‘harta karun’ tertentu.
4. Merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak: kadang-kadang
perang terpaksa dilaksanakan untuk merebut kemerdekaan dan
mempertahankan hak!
Dampak terjadinya pertikaian bagi kehidupan bersama.
1. Kehancuran secara jasmani dan fisik. Perang menyebabkan kehancuran.
2. Kehancuran secara rohani: trauma dan luka perkosaan terhadap
martabat dan peradaban manusia.

Pengertian shalom dalam Perjanjian Lama


Kata shalom berarti
Berarti kesejahteraan pribadi dan masyarakat.
b.Damai berarti sehat jasmani dan kesejahteraan keluarga.
Shalom juga mengandung makna “Tuhan Sertamu!”
d.Damai sertamu merupakan salam umum pengharapan supaya manusia memperoleh
kebaikan hidup. (bdk hak 6:12; Mzm 129:7-8)
e. Damai berhubungan dengan ketiadaan cacat-cela keadilan.
Damai dalam arti sesungguhnya berupa persetujuan atau persesuaian dengan
keteraturan batiniah, penolakkan terhadap ketidakadilan.
Pandangan Yesus dan ajaran Gereja tentang perdamaian
1. Damai yang diajarkan Yesus membersihkan dunia ini dari segala macam
kejahatan dan kedurhakaan. Damai itu benar-benar damai bagi yang
sejiwa dengan Yesus. Damai adalah hasil suatu pencapaian kebenaran
dan hasil perjuangan melawan pergulatan batin.
2. Damai berarti ketenangan hati karena orang memiliki hubungan yang
bersih dengan Tuhan, sesama dan dunia; damai sejahtera yang
menampakkan Kerajaan Allah. Damai harus diuji dengan derita. Damai
yang dimiliki para murid berasal dari Yesus sendiri.
3. Damai yang sedemikian kuatnya sehingga kejahatan dibalas dengan
kebaikan. Yesus menolak setiap kekerasan dalam pewartaan.
48
4. Damai berarti situai selamat sejahtera dalam diri manusia. Perdamaian
adalah keadilan, hasil tata masyarakat manusia yang haus akan
keadilan yang lebih sempurna.
5. Perdamaian akan terwujud apabila kesejahteraan pribadi-pribadi
terjamin, dan manusai dengan saling percaya melakukan tukar menukar
jiwa dan baatnya.
6. Syarat terciptanya perdamaian adalah tekad yang kuat untuk
menghormati martabat orang dan bangsa lain serta semangat
persaudaraan.
7. Damai merupakan kesejahteraan tertinggi yang sangat diperlukan demi
perkembangan manusia dan lembaga-lembaga kemanusiaan. Setiap
manusia sadar atau tidak mempunyai empat relasi dasar, yaitu: relasi
dengan Tuhan atau diri’dunia atas’, relasi dengan sesama, relasi dengan
alam semesta, dan relasi dengan diri sendiri.
8. Upaya menegakkan perdamaian dan persaudaraan sejati
1. Mempelajari dan melakukan ajaran Yesus, ajaran Gereja dan
ajaran tokoh-tokoh pejuang perdamaian tentang arti dan makna
perdamaian.
2. Menjadikan suatu gerakan moral, bukan indoktrinasi.
3. Menggunakan berbagai jaringan dan melibatkan sebanyak
mungkin orang tanpa membedakan agama, suku/etnis dan
ideology.
4. Membangun gerakan moral mulai dari akar rumput.
5. Mulai dari diri, dan golongan sendiri untuk menghayati budaya
damai dan membangun persaudaraan sejati.

3. KEMAJEMUKAN SEBAGAI ANUGERAH ALLAH


Semboyan dalam “Bhineka Tunggal Ika” berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Hal ini
sekaligus ingin menunjukkan bahwa Bangsa Indonesia terdisri atas berbagai macam suku,
bangsa, agama dan adat istiadat, namun tetap merupakan satu kesatuan, yaitu satu bangsa, satu
bahasa dan satu negara Indonesia. Keanekaragaman yang kita miliki justru merupakan kekayaan
yang patut kita syukuri. Maka, kita perlu menyadari keanekaan itu, sekaligus menyadari
kesatuan kita.

1. Menyadari Keanekaan kita


Kemajemukan adalah sifat asli dari dunia ini. Tuhan menciptakan umat manusia dalam
keperbedaan yang tak terhindarkan. Maka, kemajemukan merupakan keadaan yang tak
terhindarkan. Orang harus belajar mengambil sikap yang tepat dan belajar bertindak secara arif
untuk biasa hidup dan membangun masyarakat dalam keanekaan. Masyarakat Indonesia adalah
masyarakat yang majemuk. Kemajemukan ini tampak dalam berbagai bentuk, antara lain :
agama, suku, bangsa, adat-istiadat, dan sebagainya. Contoh keanekaragaman ini dapat disebut
lebih banyak lagi. Namun, hal yang terpenting ialah menyadari bahwa bangsa Indonesia ini
adalah bangsa yang multi kultur bukan suatu bangsa monokultur.

2. Menyadari Kesatuan Kita


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural yang berciri keanekaragaman dalam aspek-aspek
kehidupan. Namun, keanekaragaman itu juga diterima dan dihayati dalam satu kesatuan sebagai
bangsa. Suku yang berasal dari ribuan pulau dengan budaya, adat-istiadat, bahasa, dan agama
yang berbeda-beda itu, semuanya mengikrarkan diri sebagai satu bngsa, satu bahasa, dan satu
tanah air Indonesia. Bangsa Indonesia yang berbeda-beda itu selain diikat oleh satu sejarah masa
lampau yang sama, yakni penjajahan oleh bangsa asing dalam kurun waktu yang panjang, juga
diikat oleh satu cita-cita yang sama yakni membangun masa depan bangsa yang berketuhanan,
berprikemanusiaan, bersatu, berkeadilan, dan berdaulat.
Berdasarkan pemahaman seperti itu,maka setiap individu mempunyai hak dak dan kewajiban

49
yang sama.Suku yang lain tidak lebih diunggulkan dari suku lain,agama yang satu tidak
mendominasi gama lain.
Kodrat bangsa indonesia memang berbeda-beda dalam kesatuan.Hal tersebut dirumuskan
dengan sangat bijak dan dan tepat oleh bangsa indonesia,yakni”Bhineka Tunggal Ika”yang
berarti beranekaragam namun satu.Kenyataannya keberadaan bangsa indonesia memang
berbeda-beda namun tetap satu bangsa.Bangsa yang utuh dan bersatu yang berbeda-beda itu
adalah saudara sebaangsa dan setanah air.
Selanjutnya, ada dua hal yang harus didasari bersama secara terus menerus oleh seluruh bangsa
indonesia,yakni:
a. Kesatuan tidak sama dengan keseragaman.Dalam sejarah bangsa kita terdapat gejala-gejala
dari rezim tertentu(ORBA)yang mencoba menekan keanekaragaman bahasa ini dan mencoba
menggiring bangsa kita kepada keseragaman demi stabilitas.

b. Kebhinekatunggalikaan itu bukan hal yang sudah selesai,tuntas sempurna,dan statis,tetapi


perlu terus- menerus dipertahankan,diperjuangkan,diisi,dan diwujudkan terus-menerus.Menjaga
kebhinekaan,keutuhan,kesatuan,dan keharmonisan kehidupan merupakan panggilan tugas
bangsa imdonesia.Keberagaman adalah kekayaan, sedang persatuan persaudaraan sejati adalah
semangat dasar.Kehidupan yang berbeda-beda itu harus saling menyumbang dalam
kebersamaan.
Dalam masyarakat yang majemuk seperti dinegeri kita ini, mmang rawan dengan konflik dan
kerusuhan. Akhir-akhir ini, pada era reformasi, dimana orang merasa lebih bebas, konflik dan
kerusuhan sepertinya lebih gampang untuk meletus. Bahkan, ada konflik dan kerusuhan yang
terjadi karena ada suku-suku dan daerah tertentu, seperti Aceh dan Papua, yang bertujuan ingin
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahaya disintegrasi itu masih dapat
muncul didaerah-daerah lainnya di Tanah Air kita. Mengapa hal itu apat terjadi ?
Mungkin saja ada banyak alasannya. Tetapi salah satu alasan yang terpenting ialah kalau
suku/daerah atau pemeluk agama tertentu merasa diperlakukan secara tidak adil. Jika orang,
suku, etnis, atau pemeluk agama tertentu diperlakukan secara tidak adil, maka akan muncul
semangatprimordialisme dan fanatismesuku atau agama, yang dapat menjurus kepada tuntutn
untuk memisahkan diri dari suatu lembaga, bahkan negara.
Ketidakadilan dibidang politik dan ekonomi, mungkin juga budaya yang secara berlarut-larut
terjadi di Aceh, Papua, dll. Dapat munculkah disintegrasi bangsa.

SATU BANGSA DALAM KEANEKARAGAMAN


1. Inspirasi dari Kitab Suci
Dalam Kitab Suci, khususnya Kitab Suci Perjanjian Lama, diceritakan bahwa Bangsa Terpilih
sering kali menghayati rasa satu bangsa, satu Tuhan, satu negeri, satu tempat ibadah, dan satu
tata hukum ( bdk. Ul 12). Dari sejarahnya ternyata ketika mereka bersatu, mereka menjadi kuat,
sanggup mengalahkan musuh dan menjadikan dirinya bangsa yang jaya. Tetapi, ketika mereka
tidak bersatu, mereka menjadi bangsa yang tidak berdaya dan tiap kali secara gampang
dikalahkan oleh musuh-musuh mereka.
Kitab Suci menceritakan bahwa ketika mereka dari Mesir memasuki tanah Kanaan dibawah
pimpinan Yosua, mereka sungguh bersatu dan dapat merebut Tanah Terjanji itu. ( bdk. Yos 6: 1
– 15, 63 ). Ketika mereka sudah menempati tanah terjanji dan membagi-baginya menurut suku-
suku keturunan Yakob, mereka lama-kelamaan terpecah dan menjadi lemah. Pada saat-saat
lemah itu, mereka mudah untuk dikalahkan oleh musuh-musuhnya. Mereka pernah bersatu
dibawah pimpinan raja Daud dan menjadi bangsa yang kuat dan jaya. Kemudian mereka
terpecah lagi dan menjadi bangsa yang lemah.
Pada saat Mesias datang, mereka bahkan sudah dijajah oleh bangsa Romawi, karena mereka
lemah dan terpecah belah. Ketika Yesus ingin mempersatukan mereka dalam suatu Kerajaan
dan Bangsa yang baru bercorak rohani, Yesus mengeluh bahwa betapa sulit untuk
mempersatukan bangsa ini. Mereka seperti anak-anak ayam yang kehilangan induknya. (bdk.
Mat. 23: 37-38).
Yesus bahkan berusaha untuk menyapa suku yang dianggap bukan Yahudi lagi seperti orang-

50
orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan dan dialog Yesus dengan wanita Samaria di
Sumur Yakob.
Bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah orang asing, baik dari sisi adat istiadat maupun
agamanya. Dalam praktek hidup sehari-hari pada zaman Yesus, antara orang Yahudi dengan
orang Samaria terjadi permusuhan. Orang Yahudi menganggap orang Samaria tidak asli
Yahudi, tapi setengah kafir. Akibatnya, mereka tidak saling menyapa dan selalu ada perasaan
curuga. Yang menarik untuk direnungkan adalah kesediaan Yesus menyapa perempuan Samaria
dan menerimanya.Dalam perbincangan dengan perempuan Samaria itu, Yesus menuntun
perempuan itu sampai pada kesadaran akan iman yang benar. Bagi Yesus siapa pun sama,
perempuan Samaria bagi Yesus adalah sesama yang sederajat. Yesus tidak pernah membedakan
manusia berdasar atas suku, agama, golongan, dan sebagainya. Di mata Tuhan tidak ada orang
yang lebih mulia atau lebih rendah. Tuhan memberi kesempatan kepada siapapun untuk
bersaudara. Tuhan menyatakan diri-Nya bukan hanya untuk suku/golongan tertentu, tetapi untuk
semua orang.

2. Sikap Umat Kristiani


Sikap Yesus harus menjadi sikap setiap orang Kristiani. Oleh karena itu, kita perlu
mengusahakan, antara lain :
a. Sikap-sikap yang Mencegah Perpecahan
upaya-upaya konkret untuk membangun kehidupan bersama harus dikembangkan dengan
menghapus semangat primordial dan semangat sektarian dengan menghapus sekat-sekat dan
pengkotak-kotakan masyarakat menurut kelompok-kelompok agama, etnis, dll.
b. Sikap-sikap yang Positif dan Aktif
• Dalam masyarakat majemuk, setiap orang harus berani menerima perbedaan sebagai suatu
rhmat. Perbedaan dan keanekaragaman adalah keindahan dan merupakan faktor yang
memperkaya. Adanya perbedaan itu memberi kesempatan untuk berpartisipasi menyumbangkan
keunukan dan kekhususannya demi kesejahteraan bersama.
• Perlu dikembangkan sikap saling menghargai, toleransi, menahan diri, rendah hati dan rasa
solidaritas demi kehidupan yang tenteram, harmonis dan dinamis.
• Setiap orang bahu-membahu menata masa depan yang lebih cerah, lebih adl, makmur dan
sejahtera.
• Mengusakan tata kehidupan yang adil dan beradab.
• Mengusahakan kegiatan dan komunitas lintas suku, agama dan ras.

4. DIALOG DAN KERJASAMA ANTAR UMAT BERAGAMA


Mendalami kutipan dari Dokumen Konsili Vatikan II Nostra Aetate Art,2 berikut
BERBAGAI AGAMA BUKAN KRISTIANI
Sudah sejak dahulu kala hingga sekarang ini di antara berbagai bangsa terdapat suatu kesadaran
tentang daya kekuatan yang gaib, yang hadir pada perjalanan sejarah dan peristiwa-peristiwa
hidup manusia; bahkan kadang-kadang ada pengakuan terhadap Kuasa ilahi yang tertinggi atau
pun Bapa. Kesadaran dan pengakuan tadi meresapi kehidupan bangsa-bangsa itu dengan
semangat religius yang mendalam. Adapun agama-agama, yang terikat pada perkembangan
kebudayaan, berusaha menanggapi masalah-masalah tadi dengan faham-faham yang lebih rumit
dan bahasa yang lebih terkembangkan. Demikiablah dalam Hinduisme manusia menyelidiki
misteri ilahi dan mengungkapkannya dengan kesuburan mitos-mitos yang melimpah serta
dengan usaha-usaha filsafat yang mendalam. Hinduisme mencari pembebasan dari kesesakan
keadaan kita entah melalui bentuk-bentuk hidup berulah-tapa atau melalui permenungan yang
mendalam, atau dengan mengungsi kepada Allah penuh kasih dan kepercayaan.
Buddhisme dalam berbagai aliran mengakui, bahwa dunia yang serba berubah ini sama skali
tidk mencukupi, dan mengajarkan kepada manusia jalan untuk dengan penuh bakti dan
kepercayaan memperoleh keadaan kebebasan yang sempurna, atau-entah dengan usaha sendiri
entah berkat bantun dari atas – mencapai penerangan yang tertinggi. Demikian pula agama-
agama lain, yang terdapat di seluruh dunia, dengan berbagai jalan, yakni ajaran-ajaran serta
kaidah-kaidah hidup maupun upacara-upacara suci.

51
Akibat Kerusuhan Antar Pemeluk Agama
1. Hilangnya sekian banyak nyawa secara sia-sia, bahkan nyawa orang-
orang yang tidak berdosa.
2. Terjadinya delombang pengungsian, sebab mereka takut dan sudah
kehilangan segala-galanya.
3. Terjadinya bumi hangus. Segala sarana dan prasarana, termasuk sarana
dan prasarana agama, telah habis dibakar.
4. Trauma yang berkepanjangan bagi mereka yang telah mengalaminya
5. Segala kegiatan, baik ekonomi, pendidikan, maupun keagamaan tidak
dapat berjalan lagi.

Fungsi Agama-Agama
Fungsi agama pada dasarnya adalah:
1. Mewartakan keselamatan. Semua agama mewartakan dan menjanjikan
keselamatan, bukan bencana. Manusia memeluk agama karena menjajikan
keselamatan.
2. Mewartakan arti hidup. Agama-agama memberikan pandangan hidup dan
meyakinkan penganutnya untuk menghayati pandangan hdiup itu. Agama
memberi jawaban atas pertanyaan hidup:dari mana asal hidup manusia, apa
makna hidup manusia, apa tujuan hidup manusia. Menghayati pandangan hidup
menurut agamanya akan membuat manusia bahagia dan selamat.
3. Mengajarkan cara hidup. Semua agama mengajarkan cara hidup yang baik,
hidup beretika dan hidup bermoral, hidup yang baik akan membahagiakan dan
menyelamatkan.
Semua penganut agama diharapkan menyadari fungsi agama yang sebenarnya dan
beusaha menjalin kerjasama dalam persaudaraan yang sejati, karena cita-cita semua
agama sebenarnya sama yaitu keselamatan manusia. Sehingga tidak akan terjadi
kerusuhan dan bencana yang disebabkan agama.

Berbagai Pedoman untuk Menghayati Hidup Rukun dalam Semangat Persaudaraan


antar Pemeluk Agama.

1. UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2


Dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2:
(1) Negara berdasar atas ketuhanan yang maha esa
(2) Negara menjamin kemerdekaan tidap-tidap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Dengan ayat-ayat itu ingin dikatakan:
 Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama karena berdasarkan
atas ketuhanan yang Maha Esa. Maka orang harus beragana atau
berkepercayaan.
 Setiap warga bebas memeluk dan menjalankan ibadat sesuai dengan agama
masing-masing.
 Setiap umat beragama wajib menghormati dan memberi kebebasan pihak lain
lain untuk melaksanakan ibadatnya.
 Setiap agama dilarang memaksa seseorang atau sekelompok untuk menganut
agamanya.

52
2. Ajaran/pandangan Gereja Katolik
Dari Kitab Suci (Injil)
Gereja berpedoman pada sikap Yesus sendiri. Yesus menyapa dan bersahabat dengan
siapa saja apaun keyakinan dan agamanya. Mislanya :
1) Yesus menyapa dan berdialog dengan wanita samaria (Yoh 4:1-42,)
2) Yesus menyapa perwira Kapernaun (Mat 8:5-13).
3) Terhadap wanita siro Fenisia yang meyembah berhala Yesus menyembuhkan
anaknya. Untuk menegaskan sikapNya Yesus menceritakan permpamaan tentang orang
Samaria yang baik hati.

Dari Konsili Vatikan II


Konsili Vatikan II dalam Nostra Aetatae artikel 1 dan 2mengatakan bahwa kita
hendaknya menghormati agama-agama dan kepercayaan lain, sebab dalam agama-
agama itu terdapat pula kebenaran dan keselamatan. Kita hendaknya berusaha dan
bersatu dalam persaudaraan yang sejati demi keselamatan manusia dan bumi tempat kita
tinggal disini.Usaha-usaha membangun Persaudaraan Sejati antar Pemeluk Agama.

Usaha-Usaha untuk Menghindari Kerusuhan


a) Agama tidak diperalat demi kepentingan politik dan ekonomi
b) Mengnambil sikap untuk menjauhkan diri dari setiap provokasi yang muncul dari
fanatisme pula
c) Menjaga agar tidak terjadi pencemaran terhadap symbol-simbol agama manapun
2. Usaha-Usaha Positif Mengadakan Berbagai Bentuk Dialog dan Kerja Sama
a. Dialog kehidupan
Hidup bersama dengan umat beragama lain dalam suatu lingkungan, kita bertegur sapa,
bergaul dan saling mendukung serta membantu satu sama lain. Sebagai tuntutan iman
kita. Itulah dialog kehidupan
b. Dialog Karya
Kita sering diajak bekerjasama demi kepentingan bersama dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan, sosial karitatif, kegiatan rekreatif.
c. Dialog Iman
Ada banyak ajaran iman yang sama, juga visi dan misi yang sama. Semua memiliki
perjuangan untuk menghayati ajaran imannya.

Dalam hal ini kita dapat saling belajar, saling meneguhkan dan memperkaya:
Dari umat Katolik, Kristen kita dapat memberikan nilai-nilai Injili seperti:cinta kasih,
solidaritas, pengampunan, pemaafan, kebenaran, kejujuran, perdamaian.
Dari agama Islam, Kita dapat belajar sikap pasrah, kepercayaan yang teguh kepada
Tuhan, ketekunan dalam Berdoa secara teratur, dan sikap tegar menolak kemaksiatan.
Dari Agama Hindu dan Buddha, Dari agama Hindu dan Buddha (Aliran Kepercayaan)
kita dapat belajar penekanan pada hal-hal batin. Karena mereka sangat menekankan doa
batin, meditasi, kontemplasi
Dari agama Konghucu (Agama Buddha) dapat belajar tentang penekanan dan
penghayatan pada hidup moral dan perilaku. Mereka sangat menekankan praktek hidup
yang baik. Agama Konghucu dan agama Buddha adalah agama moral.
Dari Aliran kepercayaan dan agama asli, kita dapat belajar tentang kedekatan mereka
pada alam lingkungan hidup. Agama asli percaya keharmonisan seluruh kosmis. Ada
mata rantai kehidupan yang melingkupi seluruh alam raya, yang tidak boleh dirusakkan.
Agama asli selalu membuat upacara sebelum mengolah tanah ataupun menebang pohon
semacam meminta ijin.

53
5. PERAN SERTA UMAT KATOLIK DALAM BERBANGSA DAN
BERNEGARA
Prinsip-Prinsip Kristiani dalam membangun masyarakat:
1. Hormat terhadap martanat manusia.
2. Bebas dari segala bentuk ketidakadilan dan bebas untuk mengembangkan diri
secara positif.
3. Prinsip keadilan yang memberikan kepada orang lain sesuai haknya.
4. Solidaritas yang terungkap dalam semangat gotong royong dan kekeluargaan.
5. Sikap jujur dan tulus ikhlas.
6. Demokratis.
7. Tanggung jawab.
8. Gereja harus hadir untuk mewartakan di tengah dunia yang penuh dengan
persoalan.
9. Gereja melanjutkan karya keselamatan Kristus di dunia.

TANTANGAN DAN PELUANG UMAT KATOLIK DALAM MEMBANGUN


BANGSA & NEGARA
1. Semua warga negara berhak ikut serta menentukan hidup kenegaraan.
2. Gereja memperjuangkan masyarakat yang berpartisipasi dalam masyarakat baik
secara perorangan maupun secara kelompok.
3. Dalam rangka hubungan antara Gereja Katolik dan Negara Reoublik Indonesia,
beberapa bidang berikut pantas diberi perhatian khusus:
a. Dalam usaha pembangunan, Gereja melihat peranannya yang khas dalam usaha
membangun mentalitas sehat, memberi motivasi yang tepat, kuat serta mengena,
membina sikap dedikasi dan kesungguhan, menyumbangkan etika pembangunan
serta memupuk sikap optimis. Oleh karena itu pimpinan Gereja mengharapkan
seluruh umat beriman mau melibatkan diri dan bersikap kritis konstruktif, dengan
jujur menilai tujuan dan sasaran pembangunan maupun upaya-upaya dan cara-cara
melaksanakannya.
b. Gereja merasa wajib memperjuangkan dan menegakkan martabat manusia sebagai
pribadi yang bernilai di hadapan Allah. Sikap dan peranan Gereja berdasarkan
motivasi manusiawi semata-mata. Oleh karena itu Gereja merasa prihatin atas
pelanggaran hak-hak dasar dan hukum, atas kemiskinan dan keterbelakangan yang
masih diderita oleh banyak warga negara. Demi pengembangan dan perlindungan
nilai-nilai kemanusiaan, Gereja berperanan kritis, dan berusaha untuk memberi
kesaksian tentang kebenaran.
c. Pimpinan Gereja mengharapkan supaya para ahli dan tokoh masyarakat yang
beragama Katolik mau berpartisipasi dalam pembangunan sesuai dengan keahlian
dan panggilan masing-masing. Dalam hal ini mereka hendaknya dijiwai oleh
semangat Injil dan memberi teladan kejujuran dan keadilan yang pantas dicontoh
oleh generasi penerus.
d. Sesuai dengan perutusan Yesus Kristus sendiri yang diteruskan-Nya, Gereja merasa
solider dengan kaum miskin. Ia membantu semua yang kurang mampu tanpa
membedakan agama mereka kalau mereka mau memanfaatkan bantuan ini untuk
melangkah keluar dari lingkaran setan yang mengurung mereka.
e. Gereja mendukung sepenuhnya usaha pemerintah memupuk rasa toleransi dan
kerukunan antarumat beragama.
f. Gereja mendukung segala usaha berswadaya, merangsang inisiatif dalam segala
bidang hidup kemasyarakatan, budaya, dan bernegara, Dengan demikian, potensi,
bakat, dan keterlibatan para warganegara dikembangkan sesuai dengan tujuan
Negara Indonesia seperti dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena
itu, Gereja memegang prinsip subsidiaritas, agar apa saja yang dapat dilaksanakan
oleh para warga negara sendiri atau oleh kelompok/satuan/organisasi pada tingkat
yang lebih rendah, jangan diambil alih oleh pihak yang lebih tinggi kedudukannya.
Dengan demikian bahaya dominasi kelompok kuat/berkuasa dalam segala bidang
dapat dicegah.
54
Dasar Keterpanggilan Gereja katolik dalam membangun bangsa dan negara
1. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama.
2. Yesus pun mengajarkan bahwa setiap orang punya kewajiban untuk membayar pajak
kepada penguasa.
3. Seluruh warga negara harus menghormati pemerintahnya dengan baik.
4. Sikap seorang katolik yang baik dan benar tidak boleh memusuhi sesame warga,
melainkan harus bisa menjadi saluran berkat bagi kehidupan sesama.
5. Tugas dan kewajiban orang kristiani dalam negara adalah melaksanakan panggilan dan
pengutusannya, supaya orang lain mengenal Kristus melalui keadirannya.
6. Di Indonesia sudah banyak orang Katolik yang penjadi pelopor pembangunan di banyak
sector kehidupan, missal pertanian, pendidikan, kesehatan, lingkugan hidup, HAM,
politik dan pemerintah, serta militer, maupun yang mendapat gelar pahlawan.

55
LAMPIRAN:

8.2 Wejangan-wejangan Celso Costantini

8.2.1 Hormat dan Taat kepada Superior (Pimpinan)

• Kita perlu taat kepada superior kita. Saya sungguh merindukan untuk dapat melayani
Gereja dengan menjadi seorang guru di persekolahan, namun sebaliknya, atas nama
ketaatan hampir seluruh hidup saya diabdikan pada pelayanan jiwa-jiwa dan pada
penanganan tugas-tugas kegerejaan. (FS, III)

• Kecenderungan untuk mengkritik superior itu sangat jelek karena melukai kasih dan
kadang juga melukai keadilan, mengendurkan ikatan-ikatan ketaatan yang sepantasnya
kepada superior kita dan memberi batu sandungan bagi yang lain. (FS, IV)

8.2.2 Semangat Nasionalisme

• Kita semua adalah saudara dan kita harus saling membantu. Batas-batas politik
jangan-lah dijadikan alasan untuk menjadi egois dan benci, melainkan lihatlah sebagai
jembatan yang terbentang antara bangsa yang satu dengan yang lain. (FS, IV)

8.2.3 Menjaga Hati dan Mulut agar Tetap Bersih

• Tidak seorang pun suka kepada orang yang senang mengumpat, mencaci,
mengeluarkan kata-kata busuk. Betapa banyak omong kosong yang terlontar dari
umpatan, bahkan tidak jarang akibat sangat buruk muncul menyelubungi kebusukan ini.
(FS, IV)

• Perlu sekali mawas diri agar tidak memuntahkan kata-kata kasar, kata-kata ancaman
yang pada akhirnya tidak bisa dipertanggungjawabkan. (FS, IV)

• Sarana yang paling berbahaya dan sangat sering melecehkan kasih adalah kata-kata.
(IVAD, XV)

8.2.4 Mencintai Tugas yang Diberikan

• Jika kita mempunyai kesulitan-kesulitan, pikullah dengan berbesar hati sebagai


konsekuensi sebuah tugas. (FS, IV)

• Berusahalah menyesuaikan diri dengan tugas yang berat, dan jangan sebaliknya malah
mengumpat. (FS, IV)

• “Saya berusaha sekuat tenaga untuk selalu setia dan tekun memenuhi setiap tugas
yang dipercayakan kepada saya dengan melaksanakan tugas pastoral dalam iklim
ketulusan hati, ketenangan dan cinta kasih.” (FS, XIII)
56
• Kualitas yang pertama-tama harus dimiliki oleh seorang misionaris ialah mencintai karya
misionernya dan umatnya. (FS, IV)

8.2.5 Mengendalikan Emosi

• Jangan pernah bertindak dalam kuasa ledakan-ledakan perasaan. (FS, IV)

8.2.6 Menghindari Kecongkakan

• Musuh kejam yang selalu tersembunyi dari persaudaraan dalam Kongregasi


adalah kecongkakan personal yang membangkitkan persaingan dan klik-klik.
Waspadalah terhadap musuh ini. (IVAD, XV)

8.2.7 Memaafkan Kesalahan Orang Lain

• Tidaklah benar bahwa dengan memaafkan kita kehilangan harga diri. (FS, IV)

• Memaafkan bukanlah suatu kelemahan, sebaliknya itu merupakan sebuah kekuatan.


(FS, IV)

8.2.8 Keberanian Menyuarakan Kebenaran

 “Saya mohon kepada Bapak Komandan untuk mengakhiri aksi militer ini dengan karya
cinta kasih, dalam suatu tindakan luhur penuh syukur kepada Allah.” (FS, XIII, surat
kepada Komandan militer D’Annunzio).

 Komandan mengabulkan permintaan Celso dengan memberi jaminan bahwa serangan-


serangan mereka terbatas untuk objek-objek militer saja dan tidak mengarah kepada
penduduk sipil. Hal ini mendapat pujian di kemudian hari oleh Sekretaris Negara
Vatikan, Cardinal Pietro, dalam mengenang Celso yang sudah di Cina.

• Celso mengobarkan semangat coraggio dell’amore, keberanian untuk mencinta. Maka


pada 30 April 1920 media cetak menerbitkan artikelnya yang berisi seruan perdamaian.
(FS, XIV)

• The First Vietnamese Catholic Bishops and the Birth of a National Church, 1919–1945,
By Charles Keith, (21 Mei 2008, Journal of Vietnamese Studies): “Celso Costantini was
a vocal opponent of the interference of foreign powers” .

• POPE JOHN XXIII , by Hughie (11 Nov 2008, Scottish Catholic Observant): “In his first
major public utterance as Pope, Blessed John also launched a scathing attack on the
Chinese communist government for its persecution of the church, of its missionaries,
bishops, priests and people. Perhaps Good Pope John was influenced in making these
remarks by the death during the sede vacante of an old friend, Cardinal Costantini. In
August 1922, Archbishop Celso Benigno Luigi Costantini was sent by Pope Pius XI to
China as first apostolic Delegate, serving there until 1933.”

57
8.2.9 Menghindari Rasa Benci dan Pikiran Jahat

 Kebesaran dan kemuliaan tidak ada dalam kebencian, melainkan dalam cinta. (FS, XIV)

 Jangan pernah berpikir jahat tentang sesama. Jika sikap altruisme rentan terhadap
bagaimana kita menaf-sirkannya – apakah dari segi baiknya atau dari segi buruknya –
maka kita harus memilih menafsirkannya dari segi baiknya saja. Kita harus
menyingkirkan jauh-jauh kebiasaan dalam diri kita memberi cap negatif yang ceroboh,
sembrono, dan mengerikan. (IVAD, XV).

8.2.10 Tidak Berambisi Atas Penghargaan dan Jabatan

• Juli 1921 Paus Benediktus XV menunjuk Celso sebagai uskup. Kemudian ia menghadap
Paus untuk mohon pembatalan atas penunjukan ini karena ia lebih tertarik di bidang
studi daripada mengurusi urusan gerejani. Ketika Paus tidak mengabulkannya, Celso
taat kepada kehendak Paus. (Ia ditahbiskan sebagai uskup di Concordia pada 24
Agustus 1921 oleh Kardinal La Fontaine) (FS, XIV)

• Celso menolak penganugerahan Lencana Kehormatan dari Menteri Luar Negeri Italia
atas keberhasilannya dalam mengusahakan rekonsiliasi selama perang saudara. Menteri
memuji kata-kata Celso yang penuh kebijaksanaan. (FS, XIV)

• Nama Celso tercatat di Vedetta d’Italia tanggal 12 November 1933 (ia sudah di Cina)
ketika Pengampu Italia mengenang jasa-jasa mantan uskup Fiume: Mgr. Celso
Costantini, yang telah berusaha keras bagi perdamaian. (FS, XIV)

8.2.11 Menghindari Kemalasan dan Melatih Diri dalam Kedisiplinan

• Kemalasan adalah ayah dari segala cacat cela. Hargailah waktu setinggi-tingginya. (FS,
IV)

• Dengan bangun lebih awal di pagi hari dan memprogram waktu, maka banyak pekerjaan
dan pelayanan yang dapat kita lakukan sepanjang hari itu. (FS, IV)

8.2. 12 Menjaga Keseimbangan antara Kerja dan Istirahat

• Sangatlah penting memberikan ritme pada pekerjaan, suatu takaran yang


harmonis antara kerja dan istirahat. (FS, IV)

Daftar Referensi:
1. Alkitab
2. Katekismus Gereja Katolik
3. Dogma Ajaran Iman Katolik
4. Kitab Hukum Kanonik
5. Dokumen Konsili Vatikan II
6. Pendidikan Nilai Costantinian
7. Diutus sebagai Murid Yesus

Selamat Belajar-Tetap Bersemangat!

58
59

Anda mungkin juga menyukai