Oleh:
Tim Guru Agama Kelas XII
Alur Materi Kurikulum Agama SMAK Kolese Santo Yusup disesuaikan Kurikulum
Nasional:
1. Iman dan Agama
2. Kitab Suci dan Aku Percaya (Credo)
3. Gereja dan Sakramen
4. Ajaran Sosial Gereja dan Sepuluh Perintah Allah (Dekalog)
5. Panggilan Hidup
6. Perutusan
KELAS X
Semester 1
Iman dan Agama
1. Menyelami keberadaan Allah.
2. Mengimani Allah dengan beragama dengan tidak melupakan/ meniadakan
budaya setempat.
3. Dengang iman, kita mensyukuri atas keberadaan kita sebagai ciptaan-Nya
yang unik dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.
4. Menyadari bahwa walaupun kita unik namun diciptakan segambar atau
secitra dengan Allah.
5. Tanda bahwa kita secitra dengan Allah kita dibekali suara hati dan
kebebasan oleh Allah.
6. Atas bekal suara hati kita diajak bersikap kritis dan dan atas bekal
kebebasan kita diajak untuk bertanggungjawab.
7. Lampiran Sejarah Kongregasi Murid-murid Tuhan.
Semester 2
Kitab Suci dan Aku Percaya (Credo)
1. Iman akan Yesus Kristus bersumber dari Kitab Suci.
2. Ungkapan Iman orang kristiani terangkum dalam Doa Aku Percaya (Credo).
3. Inti pewartaan Kitab Suci adalah Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah
(kabar kebahagiaan).
4. Yesus yang mewartakan Kerajaan Allah secara total menjadikan Yesus
sebagai Sahabat Sejati, Tokoh Idola dan Juru Selamat.
5. Setelah di dunia memberi contoh bagaimana manusia harus hidup Yesus
kembali pada kodratnya sebagai Allah dan mengutus Roh Kudus.
6. Dengan demiklian kita percaya bahwa Allah kita adalah Allah Bapa, Allah
Putra (Yesus), dan Allah Roh Kudus. Ketiganya adalah satu (Tritunggal).
7. Lampiran Kongregasi Murid-murid Tuhan di Indonesia.
2
KELAS XI
Semester 3
Gereja dan Sakramen
1. Orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan disebut Gereja.
2. Gereja memiliki sifat-sifat satu, kudus, katolik, dan apostolik.
3. Struktur Gereja terdiri dari Hierarki dan Kaum Awam.
4. Gereja memiliki tugas menguduskan, mewartakan, menjadi saksi,
membangun persekutuan , dan melayani.
5. Sakramen dan sakramentali sebagai bagian dari tugas Gereja yang
menguduskan
6. Lampiran Identitas Kongregasi Murid-murid Tuhan.
Semester 4
Ajaran Sosial Gereja dan Sepuluh Perintah Allah (Dekalog)
1. Gereja berusaha hidup sesuai dengan kehendak Allah dengan
memperhatikan perintah dan menjauhi larangan (sepuluh perintah
Allah/dekalog). Dari perhatian terhadap sepuluh perintah Allah menjadi
nyata bahwa Gereja juga memperhatikan hak asasi manusia.
2. Gereja memiliki kepedulian dan keprihatinan terhadap situasi dunia dengan
memperhatikan, menanggapi masalah-masalah pada zamannya, salah
satunya terungkap dalam Ajaran Sosial Gereja.
3. Lampiran Semangat Kongregasi Murid-murid Tuhan.
KELAS XII
Semester 5
Panggilan Hidup
1. Panggilan Hidup
A. Panggilan Hidup Berkeluarga
B. Panggilan Hidup Membiara
C. Panggilan Karya dan Profesi
2. Memperjuangkan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat.
3. Menghargai keberagaman dalam hidup bermasyarakat.
4. Dialog dan Kerjasama antarumat beragama.
5. Peran serta umat Katolik dalam pembangunan Bangsa Indonesia.
6. Lampiran Wejangan-wejangan Celso Costantini.
Semester 6
Perutusan
1. Mengulang materi-materi penting kelas X, XI, dan XII untuk USBN.
2. Ujian Praktik Agama: Perutusan
3. Lampiran Keutamaan-keutamaan menurut Celso Costantini.
Tetap Bersemangat!
3
DAFTAR ISI
4
MATERI KELAS X
1. MENGEMBANGKAN KARUNIA ALLAH dan BERSYUKUR ATAS KEMAMPUAN
DAN KETERBATASAN DIRI
Ciri-ciri Fisik
Secara jasmaniah, remaja adalah manusia yang sedang mekar-mekarnya. Badan mereka
sangat indah dan mengagumkan. Rambutnya, yang hitam, pirang, yang ikal/keriting, lurus,
berombak. Bentuk muka, ada yang bulat, bulat telur, lonjong. Warna kulit, ada yang kuning,
hitam, coklat, putih, Bentuk badan, ada yang pendek, jangkung, kurus, gemuk. Dan secara
keseluruhan, lihatlah keadaan fisik remaja. Lihatlah keseluruhan badan. Begitu indah. Begitu
indah, kedua telinga, kedua tangan, kedua kaki, hidung, dan mulut “dipasang” begitu tepatnya!
Indah dan estetis. Itulah fisik manusia! Dan yang lebih mengagumkan lagi, dari sekian juta
manusia yang hidup dan yang pernah hidup tidak ada satupun yang sama. Bahkan anak kembar
pun, sepintas sama, seperti pinang dibelah dua, tetapi tetap juga berbeda.Itulah ke-unikan
ciptaan Tuhan, yang namanya manusia.
Kemampuan-kemampuan
Dalam badan remaja yang unik dan indah itu terdapat kekayaan rohaniah yang sangat
potensial seperti: kemampuan menari, menyanyi, berolah raga, tertawa dan menangis, mencintai
dan bercita-cita, berpikir dan berfantasi, berkehendak dan mengambil keputusan secara
bebas,dsb. Darimanakah semua kemampuan ini berasal? Pernahkah kita berpikir, bahwa
kemampuan-kemampuan tersebut merupakan anugerah dari Sang Pencipta? Yang harus kita
gali, kita pahami dan kita kembangkan!
Pengalaman-pengalaman
Setiap manusia, memiliki pengalaman-pengalaman, baik pengalaman yang
menyenangkan maupun pengalaman pahit yang menantang. Dan setiap manusia, terlebih
manusia muda/remaja pasti memiliki pengalaman-pengalaman yang unik. Dengan diri kalian,
kalian dapat membuat kemajuan, pengalaman dan sejarah. Kalian dapat membuat kemajuan dan
pengalaman karena dapat mempertanyakan banyak hal dan mencari jawaban-jawaban dalam
hidup ini. Kalian pasti memiliki pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman pahit yang
menantang. Pengalaman-pengalaman tersebut turut membentuk kalian sehingga menjadi seperti
sekarang ini. Kalaian ini khas dan unik.
Rasa syukur
Dengan kesadaran akan diri kita, yang unik dan istimewa, yang diciptakan Tuhan
dengan cara khusus dan diperlakukan sebagai “orang”, sebagai pribadi “seperti” Tuhan sendiri,
maka sudah sepantasnya kalau kita bersyukur kepada Tuhan. Kita bersyukur, tidak hanya karena
kita diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang unik dan istimewa saja, melainkan dan
terlebih kita bersyukur karena keagungan Tuhan itu sendiri.
5
Menerima diri apa adanya.
Gagasan dasar menurut Paulus dalam Roma 8:28 adalah bahwa semua ciptaan ada
dalam rencana Kebaikan Allah. Maka kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri remaja
hendaknya disadari dalam terang Sabda Allah ini. Sehingga menerima diri berarti juga bersedia
dibentuk oleh Allah yang merencanakanNya.
Pembinaan Hati Nurani dalam Kitab Suci (Roma 7:14-26) dan Dokumen Gereja
Santo Paulus mengatakan kepada kita bahwa dalam diri kita ada dua hukum, yaitu
hokum Allah dan hukum dosa. Kedua hukum itu saling bertentangan. Hukum Allah menuju
kepada kebaikan, sedangkan hukum dosa menuju kepada kejahatan. Santo Paulus menyadari
bahwa selalu ada pergulatan antara yang baik dan yang jahat dalam hati manusia.
Dalam mengambil keputusan, kita mempunyai pedoman bukan berasal dari luar diri
kita, tetapi berasal atau keluar dari diri kita sendiri. Setiap orang mempunyai daya khusus, untuk
mengenal yang baik dan yang buruk. Dalam menghadapi situasi konkret, kita selalu disadarkan
dari dalam. Dari dalam hati kita, kita mengambil keputusan tentang baik dan buruknya suatu
perbuatan. Jika suara hati kita mengatakan, “dengarkan dan laksanakan”, maka jika kita
melaksanakannya kita akan bahagia, dan jika tidak kita laksanakan, maka kita akan kecewa dan
menyesal.
7
Bagaimana Hati Nurani dapat dibina?
1) Mengikuti suara hati dalam segala hal
Seseorang yang selalu berbuat sesuai dengan hati nuraninya, hati nurani akan semakin
terang dan berwibawa.
Seseorang yang selalu mengikuti dorongan suara hati, keyakinannya akan menjadi sehat
dan kuat. Dipercaya orang lain, karena memiliki hati yang murni dan mesra dengan
Allah. “Berbahagialah orang yang murni hatinya, karena mereka akan
memandang Allah” (Mt 5:8)
D. Kemampuan “Menguasai”
Tuhan menyerahkan alam lingkungan ini kepada manusia untuk menguasainya. Bukan
menguasai secara sewenang-wenang, tetapi menguasai secara bertanggungjawab. Tuhan
menghendaki supaya alam ini, selain digunakan oleh manusia, supaya ditata dan dilestarikan.
Kita menjadi rekan sekerja Tuhan untuk mengembangkan alam lingkungan kita, untuk itu kita
dikaruniai akal budi dan kehendak bebas.
Diskriminasi, fanatisme ras, agama, suku, dan antargolongan. Konflik akhir-akhir
ini muncul oleh karena adanya sikap perendahan martabat kemanusiaan. Perendahan martaban
kemanusiaan dapat kita lihat dengan adanya sikap-sikap diskriminatif, fanatik, sukuisme,
rasialisme.
Sebab-sebab munculnya sikap Diskriminatif dan fanatik.
1) Kebodohan, kekurangpahaman dan kepicikan.
Munculnya sikap apriori terhadap orang atau kelompok lain ditandai dengan adanya
sikap bodoh, kurangpaham, picik.
2) Perasaan terancam
Perasaan ketakutan dan munculnya isu-isu yang kurangbertanggungjawab seringkali
juga menjadi pemicu adanya kekerasan.
Jalan keluar untuk menjauhkan sikap diskriminatif dan fanatik
1) Bersikap dan berperilaku moderat.
2) Berpola pikir pluralis.
3) Tidak mudah menghakimi.
4) Membuka pilihan-pilihan yang kompromistik tanpa mengorbankan prinsip. Cari
jalan “win-win solution”. Non violent conflict solution harus terus diupayakan.
5) Keteladanan para orang tua.
c. Cinta pria (suami) dan wanita (isteri) harus menjadi tanda cinta Allah kepada umat-Nya
dan cinta Kristus kepada Gereja-Nya.
Dalam Perjanjian Lama, cinta antara suami istri sering menjadi lambang cinta Allah
kepada bangsa Israel (Hos 1). Dalam Perjanjian Baru, cinta suami isteri melambangkan cinta
Kristus kepada Gereja-Nya (Ef 5:22-33). Cinta suami isteri menjadi simbol dan tanda
(sakramen) dari cinta Allah kepada manusia dan cinta Kristus kepada Gereja-Nya. Dengan
menjadi tanda cinta Allah dan cinta Kristus, pasangan suami isteri Kristiani dapat mewartakan
kasih Tuhan dan cinta Kristus kepada dunia. Kesaksian mereka tentang cinta Tuhan dan kasih
Kristus dapat menjadi terang bagi masyarakat lingkungannya untuk lebih mengenal cinta Tuhan
dan cinta Kristus. Dengan demikian, masyarakat dapat mengalami dan menyebarluaskan cinta
Tuhan.
9
Pengaruh Positif dari Media
Pengaruh positif dari media dapat terjadi oleh:
1. Teknologi media itu sendiri
2. Pemilik atau sponsor dari media
3. Pengaruh tak langsung oleh teknologi dan sponsor media.
Pengaruh dari teknologi media
Teknologi media membawa pengaruh tersendiri, walaupun mungkin tidak dimaksudkan oleh
pemilik atau sponsor media itu. Pengaruh teknologi media dapat disebut anatara lain:
Teknologi media mendekatkan manusia satu sama lain. Ia dapat mendekatkan pikiran
dari relasi kita. Pikiran dan relasi kita menjadi lebih terbuka kepada orang lain,bangsa
lain,budaya lain,dsb.
Teknologi media dapat membuat kita terlibat pada peristiwa di belahan bumi yang lain.
Kita terlibat pada gempa bumi di Aljazair,pada SARS di Cina, pada Piala Dunia,dsb.
Teknologi media di Cina menyajikan mutu da pola pemberitaan yang semakin menarik.
Pemberitaan lewat satelit dan jaringan internet yang makin semarak.
Teknologi media dapat menyajikan gambar dan suara yang lebih cangih, seperti music
stereo,gambar tiga dimensi, dsb.
12
Antara tahun 586 - 539 S.M.:
Zaman pembuangan Babilon. Orang-orang Israel yang berasal dari Kerajaan Yuda hidup di
pembuangan Babilon atau Babel selama kurang lebih 50 tahun. Pada masa ini, penulisan Kitab
Sejarah dilanjutkan. Muncul pula tulisan yang kemudian kita kenal dengan kitab Ratapan.
Demikian pula halnya dengan nabi-nabi, pewartaan para nabi sebelum pembuangan ditulis pada
masa ini. Pada periode ini juga muncul para imam yang menuliskan hukum-hukum yang
sekarang masuk dalam kitab Imamat.
Antara tahun 538 - 200 S.M:
Sesudah pembuangan, bangsa Israel diizinkan pulang kembali ke tanah airnya oleh raja Persia
yang mengalahkan Kerajaan Babilon. Pada masa ini kelima kitab Taurat telah diselesaikan. Juga
kitab-kitab Sejarah Yosua, Hakim-hakim, 1-2Samuel, dan Raja-raja sudah selesai ditulis. Kitab-
kitab para nabi pun sudah banyak yang diselesaikan Dari ratusan nyanyian, akhirnya dipilih 150
mazmur yang kita terima sampai sekarang. Pada masa ini muncul pula beberapa tulisan
Kebijaksanaan.
Dua abad terakhir:
Pada masa ini ditulislah kitab-kitab seperti: Daniel, Ester, Yudith, Tobit, 1, 2 Makabe, Sirakh
dan Kebijaksanaan Salomo.
Kanon Kitab Suci: Orang Yahudi menentukan sejumlah kitab sebagai Kitab Suci.
Daftar kitab-kitab yang mereka terima sebagai Kitab Suci disebut KANON. Kitab-kitab yang
terdapat dalam kanon disebut kitab-kitab kanonik. Orang Yahudi hanya menerima Kitab Suci
yang aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani, sedangkan yang ditulis dalam bahasa Yunani tidak
diterima. Jumlah Kitab Suci yang diterima sebanyak 39 kitab. Kitab-kitab yang diakui sebagai
kanonik tersebut diakui resmi sebagai Kitab Suci dan dijadikan patokan atau norma imannya.
Kitab-kitab itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan ditambah
dengan beberapa tulisan yang aslinya ditulis dalam bahasa Yunani. Terjemahan itu diberi
namaSeptuaginta (LXX). Dalam Septuaginta terdapat semua Kitab Kanonik orang Yahudi
ditambah sejumlah kitab yang aslinya ditulis dalam bahasa Yunani, yang diterima oleh Gereja
Katolik(tetapi ditolak oleh Gereja Protestan) sebagai Kitab Suci. Kitab-kitab Kanonik itu
adalah: Makabe, Sirakh, Kebijaksanaan, Yudith, Tobit, Barukh, tambahan Kitab Daniel,
tambahan Kitab Ester dan Surat Yeremia. Dengan demikian, jumlah Kitab Suci Perjanjian Lama
yang diakui Gereja Katolik ada 46 kitab. Kitab Suci lengkap yang diakui oleh Gereja Katolik itu
disebutDeuterokanonika.
13
7. KITAB SUCI PERJANJIAN BARU
Kitab Suci Perjanjian Baru berisi tentang kesaksian dan renungan yang mendalam dari
umat Kristen perdana mengenai Yesus Kristus. Inti pewartaanyang disampaikan di dalamnya
ialah bahwa Yesus sungguh-sungguh Tuhan dan Penyelamat. Beberapa orang dipilih oleh
Tuhan sendiri untuk menuangkan kesaksian-kesaksian tersebut ke dalam bentuk tulisan. Bentuk
tulisan merekadisebut Perjanjian Baru karena berisi perjanjian antara Allah dan manusia
yang terjadi di dalam diri Yesus dan ditulis setelah Yesus bangkit. Disebut perjanjian
karena menurut Alkitab hubungan manusia dan Allah terjalin dalam bentuk perjanjian. Dengan
perjanjian dimaksudkan “hubungan khusus dan tidak biasa yang terjalin antara Allah dan
manusia”. Allah bersatu dengan umat manusia demi keselamatannya. Dengan Perjanjian Lama
dimaksudkan hubungan khusus yang terjalin antara Allah dengan para Bapa Bangsa dan
Umat Israel. Sedangkan Perjanjian Baru hubungan yang terjalin antara Allah dan
manusia di dalam Yesus Kristus.
Perjanjian Baru melanjutkan dan menyempurnakan Perjanjian Lama. Di samping itu,
Perjanjian Baru memang berisi tentang “Perjanjian Baru” (lih. Luk 22: 20), yang oleh Allah
diikat dengan umat manusia melalui Yesus Kristus. Artinya, perjanjian itu bersifat kekal, sebab
hubungan Allah dan manusia di dalam Yesus Kristus tidak pernah akan putus.
“Konsili Suci mendesak dengan sangat semua orang beriman supaya sering kali membaca
Kitab-Kitab ilahi untuk memperoleh pengertian yang mulia akan Yesus Kristus (Dei Verbum
Art. 25). Santo Paulus pun dalam suratnya yang kedua kepada Timotius mengatakan bahwa
“segala tulisan yang diilhamkan Allah (Kitab Suci) memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran” (lih. 2Tim 3: 26). St. Hironimus berkata “Tidak mengenal Kitab Suci berarti
tidak mengenal Kristus.”
Melalui proses pembelajaran tentang Kitab Suci Perjanjian Baru, para kita diajak untuk
mengenal Alkitab sebagai buku kesaksian iman sekaligus sebagai firman Tuhan yang
tertulis. Kita akan belajar tentang proses terjadinya Kitab Suci Perjanjian Baru secara garis
besar. Kemudian, juga mengenal pembagian Kitab Suci Perjanjian Baru. Akhirnya, kita dapat
menyadari pentingnya mendalami sabda Tuhan dalam Kitab Suci.
15
8. TRADISI GEREJA KATOLIK
Setiap masyarakat memiliki tradisi dari nenek moyangnya. Banyak kepercayaan dan upacara
atau sikap dan tindakan yang didasari atas tradisi. Semua itu dilaksanakan karena merupakan
kebiasaan yang sudah terjadi secara turun-temurun. Tradisi-tradisi tersebut kebanyakan
diteruskan secara turun-temurun dan secara lisan. Ada juga beberapa tradisi yang dewasa
ini sudah mulai dibukukan.
“Gereja dalam ajaran, hidup, dan ibadatnya, melestarikan dan meneruskan kepada semua
keturunan, dirinya seluruhnya, dan imannya seutuhnya.” (Dei Verbum Art. 8). Proses
komunikasi atau penerusan iman dari satu angkatan kepada angkatan berikutnya dan di
antara orang sezaman itulah yang disebut tradisi. “Tradisi berarti penyerahan, penerusan,
komunikasi terus-menerus. Tradisi bukan sesuatu yang ‘kolot’ atau dari zaman dahulu,
melainkan sesuatu yang masih terjadi sekarang ini juga. Gereja yang hidup dan berkembang,
itulah tradisi”.
Dalam tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para Rasul.
Pada periode yang disebut zaman Gereja Perdana, Tradisi sebelumnya dipenuhi dan diberi
bentuk baru, yang selanjutnya menjadi inti pokok untuk tradisi berikutnya, “yang dibangun di
atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.” (bdk. Ef 2: 20).
Maka, perumusan pengalaman iman Gereja Perdana yang disebut Perjanjian Baru merupakan
pusat dan sumber seluruh tradisi, karena di dalamnya terungkap pengalaman iman Gereja
Perdana. Gereja Katolik yakin bahwa Kitab Suci (Alkitab) bersama Tradisi dinyatakan oleh
Gereja sebagai “tolok ukur tertinggi iman Gereja” Beberapa pokok penting yang perlu dipahami
dan disadari oleh kita adalah: arti tradisi secara umum, pengertian tradisi dalam Gereja Katolik,
macam-macam tradisi dan contohnya, membedakan “Syahadat Pendek” dan “Syahadat
Panjang” sebagai hasil tradisi Gereja. Dan yang penting adalah keyakinan bahwa Kitab Suci
bersama tradisi merupakan tolok ukur tertinggi bagi seluruh iman dan kehidupan Gereja.
16
Syahadat Para Rasul/Singkat Syahadat Nicea/Syahadat Panjang
Aku percaya akan Allah, Aku percaya akan satu Allah,
Bapa yang mahakuasa, Bapa yang Mahakuasa,
pencipta langit dan bumi; Pencipta langit dan bumi,
dan akan Yesus Kristus, dan segala sesuatu yang kelihatan
Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita, dan tidak kelihatan;
yang dikandung dari Roh Kudus, dan akan satu Tuhan Yesus Kristus,
dilahirkan oleh Perawan Maria; Putra Allah yang tunggal.
yang menderita sengsara Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad,
dalam pemerintahan Ponsius Pilatus Allah dari Allah,
disalibkan, wafat, dan dimakamkan; terang dari terang;
yang turun ke tempat penantian Allah benar dari Allah benar.
pada hari ketiga bangkit Ia dilahirkan, bukan dijadikan
dari antara orang mati; sehakikat dengan Bapa;
yang naik ke surga, segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
duduk di sebelah kanan Allah Bapa Ia turun dari surga
yang mahakuasa untuk kita manusia
dari situ Ia akan datang dan untuk keselamatan kita.
mengadili orang hidup dan mati. Dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus
Aku percaya akan Roh Kudus, dari Perawan Maria:
Gereja Katolik yang kudus, dan menjadi manusia.
persekutuan para kudus, Ia pun disalibkan untuk kita.
pengampunan dosa, Waktu Ponsius Pilatus
kebangkitan badan, Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan.
kehidupan kekal. Pada hari ketiga Ia bangkit
Amin. menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga,
duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup
dan yang mati;
kerajaan-Nya takkan berakhir.
Aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan;
Ia berasal dari Bapa dan Putra;
Yang serta Bapa dan Putra,
disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
Aku percaya akan Gereja
yang satu, kudus, katolik, dan apostolik,
aku mengakui satu pembaptisan
akan penghapusan dosa.
Aku menantikan kebangkitan orang mati
Dan hidup di akherat.
Amin.
Dengan membandingkan kedua rumusan Syahadat tersebut di atas, kelihatan bahwa kedua
syahadat itu berbeda. Perbedaan tersebut terutama pada rumusan berikut: “Ia lahir dari Bapa
sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia
dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun
dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita”. Yang lain juga berbeda rumusannya,
tetapi isinya kurang lebih sama.
Rumusan kedua syahadat itu adalah ajaran Gereja yang berasal dari Tradisi. Syahadat
pendek lebih tua daripada Syahadat panjang. Syahadat yang panjang muncul, antara lain
disebabkan oleh munculnya ajaran-ajaran sesat, yaitu ajaran yang tidak mengakui kemanusiaan
Kristus dan yang tidak mengakui ke-Allahan Kristus. Maka, dirumuskanlah Syahadat secara
lebih lengkap. Dalam syahadat panjang itu ditekankan bahwa Yesus sungguh manusia dan
sungguh-sungguh Allah.
17
Kitab Suci dan Tradisi Merupakan Tolok Ukur Iman Gereja
Kitab Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur iman Gereja. Itu berarti iman Gereja, baik
iman Gereja secara keseluruhan (iman objektif) maupun iman dalam arti sikap masing-masing
orang (iman subjektif), diukur kebenarannya oleh Kitab Suci bersama Tradisi.
18
miskin, yang lapar akan dipuaskan, yang tertindas tidak akan menderita lagi, yang tertawan
akan dibebaskan. Namun, untuk mencapai masa depan yang demikian perlu perjuangan.
Itulah sebabnya, Yesus terus-menerus berjuang supaya itu benar-benar terwujud. Selama
hidup-Nya Yesus terus-menerus berjuang supaya hal itu benar-benar terwujud. Seluruh
hidup Yesus sampai la mengorbankan hidup-Nya di kayu salib adalah untuk mewujudkan
Kerajaan Allah, sehingga orang benar-benar mengalami damai sejahtera, sukacita, keadilan,
dan kebenaran.
· Perjuangan Yesus itu belum selesai, Yesus memberi tugas kepada para pengikut-Nya untuk
melanjutkan perjuangan itu, agar Allah sungguh-sungguh meraja.Yesus memperjuangkan
Kerajaan Allah dengan perkataan dan perbuatan. Perkataan dan perbuatan dalam hidup
Yesus merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan (lih. Mat 11: 5-6; bdk Luk 11: 5-6).
Perkataan atau sabda Yesus menjelaskan atau menerangkan perbuatan-perbuatan Yesus
supaya perbuatan itu dapat ditangkap maksudnya. Perbuatan Yesus mewujudnyatakan
perkataan-Nya, sehingga kata-kata Yesus bukanlah kata-kata kosong tetapi kata-kata penuh
kuasa dan arti. Maka dalam pelajaran ini akan dibahas tentang pewartaan dan perjuangan
Yesus melalui perkataan (terutama perumpamaan) dan perbuatan-Nya (terutama mukjizat-
Nya).
Yesus mewartakan rahasia Kerajaan Allah seringkali dengan perumpamaan-perumpamaan. Hal
ini dimaksudkan supaya orang selalu ingat dan dapat mengambil makna Kerajaan Allah bagi
hidupnya. Perumpamaan- perumpamaan membuat orang berpikir dan tersapa, kemudian
menerapkannya di dalam hidup. Supaya manusia selalu ingat bahwa Allah perlu merajai
hatinya, maka Yesus mewariskan perumpamaan-perumpamaan tentang Kerajaan Allah
sebagaimana terdapat dalam Injil.
Yesus pun mewartakan Kerajaan Allah dengan perbuatan-perbuatan, antara lain melalui
mukjizat-mukjizat-Nya. Seluruh mukjizat Yesus selalu dihubungkan dengan Kerajaan Allah
yang Dia wartakan. Yesus tidak pernah mau membuat mukjizat, jika tidak berkaitan dengan
Kerajaan Allah.
19
Yesus Bergaul dengan Semua Orang: Tanda Cinta-Nya yang Universal
Yesus dekat dengan semua orang, maka Ia juga sangat terbuka terhadap semua orang. la
bergaul dengan semua orang. la tidak mengkotak-kotakkan dan membuat kelas-kelas di antara
manusia. Yesus tidak pernah hanya dekat sekelompok orang dan menyingkirkan kelompok yang
lainnya. Yesus akrab dengan semua orang, para rohaniwan (lih. Yoh 7:4252) dan penguasa,
bahkan penjajah (lih. Mrk 7:1-10) yang beritikad baik. Yesus pun akrab dengan para pegawai
pajak yang korup (lih. Luk 19:1-10), dengan wanita tuna susila (lih. Luk 7: 36-50) dan para
penderita penyakit berbahaya yang dikucilkan.
20
Tuduhan para pejabat kepada Yesus:
· Yesus bergaul dengan sampah masyarakat:
Ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat bahwa ia makan dengan pemungut bea cukai
dan orang berdosa. Yesus dianggap melanggar hukum Taurat: Yesus menyatakan semua
makanan halal; la menyentuh orang kusta; la tidak berpuasa.
· Yesus dianggap melanggar adat saleh:
Yesus berbicara dengan perempuan kafir; la membela wanita pezinah; la makan dengan
tangan najis.
· Yesus dianggap melanggar Sabat:
Yesus berkata: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat"
(Mrk 2: 27).
· Yesus dianggap mencampuri urusan para pemuka agama: Imam Agung bertanggung jawab
atas Bait Allah. Tetapi, Yesus mengusir para pedagang di Bait Allah, padahal Dia dianggap
tidak mempunyai hak apa-apa terhadap urusan Bait Allah. Yesus dianggap berani
mengatakan bahwa la mengerti apa yang dikehendaki Allah, bahwa ia mengenal Allah lebih
daripada para nabi dahulu, lebih daripada Musa.
Di mata para petinggi agama, Yesus dianggap provokator.
22
Pertama, sesuatu yang biasanya tidak kelihatan, kini kelihatan. Setelah bangkit, Yesus tidak
termasuk lagi pada dunia yang kelihatan. Agar dapat dilihat oleh murid-murid-Nya, Yesus harus
menjadikan diri-Nya kelihatan.
Kedua, penglihatan para murid yang "melihat Tuhan" setelah kebangkitan-Nya bukanlah
penglihatan biasa.
Unsur Pengakuan
Yesus dikenal dan diakui sebagai Kristus dan Tuhan. Dia yang menampakkan diri-Nya tidak
lain dan tidak bukan adalah Yesus dari Nazareth yang wafat di kayu salib. Dia kini hidup dalam
kemuliaan. Pengakuan ini diungkapkan, "Yesus bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga"
(Luk 24:46).
Unsur Kesaksian
Para rasul menerima tugas dari Tuhan untuk memaklumkan ke-Tuhanan Nya. Salah satu hal
yang mencolok dalam cerita tentang penampakan ialah para murid mula-mula tidak mengenal
Yesus. Mereka membutuh kan waktu untuk mengenal Yesus kembali. Unsur yang cukup
mencolok ini mempunyai dua arti, yakni:
Pertama, membuktikan bahwa penglihatan mengenai Yesus yang bangkit tidaklah diciptakan
oleh daya khayal para murid sendiri, tetapi mendatangi mereka dari luar.
Kedua, menunjukkan betapa Yesus diperbaharui oleh kebangkitan Nya. la tidak lagi persis sama
seperti sebelum wafat dan bangkit.
24
11. YESUS KRISTUS SEBAGAI SAHABAT, TOKOH IDOLA DAN JURU SELAMAT
Yesus adalah idola yang sejati bagi kaum remaja.
Ciri – ciri kepribadian Yesus antara lain adalah
1. Yesus dekat dengan sesama Apa yang dikatakanNya dan apa yang diperbuatNya sungguh
menyapa manusia dari lapisan yang paling bawah, sehingga Yesus dekat dengan sesama
khusunya mereka yang cacat, miskin, tertindas dan tersingkir.
2.Yesus sangat terbuka terhadap siapa saja yang datang kepadaNya Bukti keterbukaanNya
adalah ketika Yesus mau menerima siapa saja yang datang kepadaNya, tanpa membeda-
bedakan, Ia akrab dengan Imam-imam
Landasan Biblis
· Yohanes 15:11-17 :
Kita harus saling mengasihi sahabat dan saudara-saudara kita dan tidak boleh saling
menghianati agar suka cita kita menjadi penuh. (11-13)
Allah memilih kita umatnya untuk pergi dan mewartakan kerajaan Allah kepada semua orang
supaya apa yang Kita minta dapat diberikan oleh bapa. (16)
Kesimpulan :
Dalam hidup kita harus saling mengasihi dan tidak boleh menghianati sahabat. Sehingga
apa yang kita minta dapat diberikan oleh Bapa.
Yesus sungguh sahabat dan sungguh idola . Namun , Yesus sesungguhnya lebih dari itu.Salah
satu gelar yaitu Yesus Putra Allah Dan Juruselamat. Gelar yang paling pokok yang menunjukan
sikap dan perilaku Yesus adalah Yesus Itu Tuhan.
Hidup oleh Roh , maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging karena kedua hal tersebut
bertentangan.Apabila hidup kita dipimpin oleh Roh maka kita hidup di bawah kehendak Tuhan.
Roh merupakan tindakan yang baik , sedangkan daging merupakan tindakan yang tidak baik.
( Gal. 5 : 16 – 26 )
13. TRITUNGGAL
Allah Tritunggal merupakan rangkuma dari seluruh iman dan ajaran Kristiani. Inti pokok iman
akan Allah Tritunggal adalah keyakinan bahwa Allah (Bapa ) menyelamatkan manusia dalam
Kristus ( Putra ) oleh Roh Kudus.
26
Ø Arti TIGA PRIBADI dalam SATU ALLAH.
Allah adalah satu dan tiga pribadi , artinya Allah adalah Dia yang berelasi, menyapa, merangkul
, menghadirkan diri , bergaul, solider dan sebagainya. Relasi Allah adalah relasi kesatuan ,
kesempurnaan , ketunggalan dan keutuhan dalam keihlahia – Nya.
Ø Doa – Doa dan Ibadat yang Mengungkapkan Iman kepada Tritunggal yaitu :
a) Tanda Salib : “Demi Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.”
Arti tanda salib :
o Sebagai peringatan akan Yesus yang mati sebagai juruselamat manusia
o Sebagai tanda karya penyelamatan dan penebusan yang mendamaikan
alam semesta , memberi hidu dan mengalahkan yang jahat.
o Menandai dirinya dengan salib sambil menyerukan nama Bapa, Putra , dan Roh Kudus, kita
menempatkan diri kita seluruhnya di bawah naungan salib Yesus.
c) Syahadat ( Credo )
o Syahadat sesungguhnya merupaka pengakuan Iman akan Allah Tritunggal.
o Syahadat merupakn ringkasan seeluruh sejarah suci mulai dari penciptaan , penjelmaan ,
kebangkitan , kedatangan Roh Kudus, misteri Gereja,sakramen – sakramen, sampai dengan
kehidupan kekal.
d) Doxologi
o Doxologi artinya doa pujian. Allah Tritunggal Mahakudus yang menjadi isi / inti doa
tersebut.
o Pada akhir doa Syukur Agung didoakan doxologi.
e) Pembaptisan
Pembaptisan orang Kristiani memakai rumusan Trinitas (dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus).
27
MATERI KELAS XI
1. MAKNA GEREJA
Arti dan Makna Gereja.
Sering kali diartikan sebagai rumah/ tempat ibadat umat Kristen-Katolik. Secara etimologis,
gereja berasal dari kata ‘igreja’ (portugis), ‘ecclesia’ (latin), ‘ekklesia’ (yunani) yang berarti
persekutuan/ jemaat. Menurut Gaudium et Spes, Gereja adalah “persekutuan umaat yang
percaya akan Yesus Kristus di bawah bimbingan Roh Kudus dalam ziarahnya menuju Allah
Bapa.”
Sebagai tempat ibadat gereja juga menjadi tempat berkumpul. Kita, aku dan kau, adalah bagian
dari perkumpulan/ persekutuan itu. Kita adalah Gereja.
Gereja sebagai Persekutuan Umat dalam Terang Kitab Suci. (Kis 2: 41-47)
Santo Lukas dalam kutipan Kitab Suci, Kis 4:32-37, memberikan gambaran yang ideal
terhadap komunitas persekutuan Jemaat Perdana. Jemaat Perdana memiliki ciri-ciri berikut:
1. Bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam persekutuan,
2. Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
3. Berkumpul tiap-tiap hari dalam bait Allah
4. Gembira dan tulus hati sambil memuji Allah. Mereka disukai banyak orang.
2. SIFAT-SIFAT GEREJA
Dalam doa syahadat/credo/aku percaya, kita mengakui 4 sifat gereja yaitu: gereja yang satu,
kudus, katolik dan apostolik. Penjelasan dari masing-masing sifat gereja sebagai berikut:
1. Sifat gereja yang Satu
a) Pengertian
Kesatuan itu nampak jelas dalam:
Kesatuan iman para anggotanya
28
Kesatuan iman ini bukan kesatuan statis tetapi kesatuan yang dinamis, artinya iman yang sama
namun diungkapkan dan dirumuskan secara berbeda-beda. Kesatuan di sini bukanlah
keseragaman tetapi bisa dipahami seperti Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.
Kesatuan dalam pimpinan yaitu hierarki.
Yesus memilih 12 rasul namun Ia juga memilih Petrus sebagai ketua para rasul. Dalam diri
Petrus, Kristus menetapkan asas dan dasar kesatuan iman yang kemudian diteruskan dalam diri
Paus juga masing-masing uskup sebagai pemimpin Gereja di sebuah wilayah.
Kesatuan dalam kebaktian dan kehidupan sacramental.
Kebaktian dan sakramen-sakramen merupakan ekspresi simbolis dari kesatuan gereja artinya
lewat kesatuan kebaktian, sakramen-sakramen yang diterima Nampak jelas kesatuan gereja itu
sendiri.
29
Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku, dan barangsiapa menolak
Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku
Susunan Hierarki
Susunan kepemimpinan dalam Gereja sekarang dapat diurutkan sebagai berikut:
1) Dewan Para Uskup dengan Paus sebagai kepala
Pada akhir masa Gereja Perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para uskup adalah
pengganti para rasul. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas para uskup (karena
ada 12 rasul). Bukan rasul satu persatu diganti oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul
sebagai pemimpin Gereja diganti oleh para Uskup. Tegasnya, dewan para Uskup menggantikan
dewan para rasul. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang menjadi
uskup, karena diterima ke dalam dewan itu.
2) Paus
Konsili Vatican II menegaskan: “Adapun dewan atau badan para uskup hanyalah berwibawa,
bila bersatu dengan imam agung di Roma, pengganti Petrus, sebagai kepalanya dan selama
kekuasaan primatnya terhadap semua, baik para gembala maupun kaum beriman, tetap berlaku
seutuhnya.” Sebab Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai wakil Kristus
dan gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan universal terhadap Gereja,
dan kuasa itu selalu dapat dijalankan dengan bebas (Lumen Gentium, Art 22). Penegasan itu
30
didasarkan pada kenyataan bahwa Kristus mengangkat Santo Petrus menjadi ketua para rasul
lainnya. Petrus diangkat menjadi pemimpin para rasul. Paus, pengganti Petrus, adalah pemimpin
para uskup.
3) Uskup
KonsiliVatican II merumuskan dengan jelas: “masing-masing uskup menjadi asas dan dasar
kelihatan bagi kesatuan dalam Gerejanya” (Lumen Gentium, Art.23). Tugas pokok uskup
adalam mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas itu selanjutnya dibagi menjadi tiga
tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan Gereja, yaitu tugas pewartaan, perayaan, dan
pelayanan, di mana dimungkinkan komunikasi iman dalam Gereja. Tugas utama dan terpenting
bagi para uskup adalah pewartaan Injil (Lumen Gentium, Art. 25)
NB. Kardinal bukan jabatan hierarkis dan tidak termasuk dalam struktur hierarki. Kardinal
adalah penasehat utama Paus dan membantu Paus terutama dalam karya harian seluruh Gereja.
Para Kardinal membentuk suatu dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak memilih Paus
dibatasi 120 orang yang di bawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal dipilih oleh Paus dengan
bebas.
Fungsi Hierarki
Seluruh umat Allah mengambil bagian di dalam tugas Kristus sebagai nabi, imam, dan raja
(tugas: mengajar, menguduskan, dan mengembalakan). Tetapi umat itu tidak bersifat seragam,
maka Gereja mengenal pembagian tugas, tiap komponen umat (hierarki, biarawan, biarawati,
awam) menjalankan tugas dengan cara yang berbeda.
Fungsi khusus hierarki adalah:
Ø Menjalankan tugas gerejani, yakni tugas-tugas yang secara langsung dan eksplisit
menyangkut kehidupan beriman Gereja, seperti melayani sakramen-sakramen, mengajar
agama dan sebagainya.
Ø Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. Hierarki mempersatukan
umat dalam iman dengan petunjuk, nasihat, dan teladan.
Peranan Hierarki
Fungsi kepemimpinan hierarki adalah untuk menggembalakan Gereja sebagai umat
Allah.hierarki berada dalam umat Allah oleh karena kehendak Kristus untuk menggembalakan
seluruh Gereja-Nya.dengan demikian, hierarki memiliki peran penting dalam penggembalaan
Gereja Semesta. Dalam konteks Gereja Semesta (universal) ini, hierarki memiliki dua peran
utama sebagai berikut:
Memberikan bimbingan pastoral dan tugas pengajaran. Tugas mengajar dan
memberikan bimbingan itu kerap dikenal dengan istilah magisterium Gereja atau kuasa
mengajar gereja dalam bidang iman. “Wewenang mengajar” tidak berarti bahwa dalam
pewartaan hanya hierarki yang aktif, sedangkan yang lain tinggal menerima dengan
pasif saja. Hierarki bertugas menjaga dan memajukan kesatuan serta komunikasi di
dalam umat Allah.
Memperhatikan Gereja-gereja di seluruh dunia. Hierarki Gereja memperhatikan pula
situasi-situasi yang dialami oleh Gereja-gereja partikular di seluruh dunia.
31
4. TUGAS – TUGAS GEREJA
Katekesmus Gereja Katolik merumuskan Gereja sebagai “himpunan orang-orang yang
digerakkan untuk berkumpul oleh Firman Allah, yakni, berhimpun bersama untuk membentuk
Umat Allah dan yang diberi santapan dengan Tubuh kristus, menjadi Tubuh Kristus” (No 777).
Existensi himpunan Umat Allah ini diwujudkan (secara lokal) dalam hidup berparoki. Di dalam
paroki inilah himpunan Umat Allah mengambil bagian dan terlibat dalam menghidupkan
peribadatan yang menguduskan (Liturgia), mengembangkan pewartaan Kabar Gembira
(Kerygma), menghadirkan dan membangun persekutuan (Koinonia), memajukan karya
cinta kasih/pelayanan (Diakonia) dan memberi kesaksian sebagai murid-murid Tuhan
Yesus Kristus (Martyria).
Fungsi doa
Peranan dan fungsi doa bagi orang Kristiani antara lain:
* Mengkomunikasikan diri kita kepada Allah
* Mempersatukan diri kita dengan Tuhan
* Mengungkapkan cinta, kepercayaan, dan harapan kita kepada Tuhan
* Membuat diri kita melihat dimensi baru dari hidup dan karya kita sehingga menyebabkan kita
melihat hidup, perjuangan dan karya kita dengan mata iman
*Mengangkat setiap karya kita menjadi karya yang bersifat apostolik atau merasul
Devosi
Devosi (Latin: devotion=penghormatan) adalah bentuk-bentuk penghormatan/kebaktian khusus
orang atau umat beriman kepada rahasia kehidupan Yesus yang tertentu, misalnya
kesengsaraan-Nya, hati-Nya Yang Mahakudus, Sakramen Mahakudus, dsb. Atau devosikepada
orang-orang kudus, misalnya devosi kepada santo-santa pelindung, devosi kepada Bunda
Maria dengan berdoa Rosario atau mengunjungi tempat-tempat ziarah (mis: Sendangsono) pada
bulan Mei atau Oktober dsb. Segala macam bentuk devosi ini bersifat sukarela (tidak
mengikat/tidak wajib) dan harus bertujuan untuk semakin menguatkan iman kita kepada Allah
dalam diri Yesus Kristus.
33
Ada tiga bentuk sabda Allah dalam Gereja, yaitu:
1. Sabda/pewartaan para rasul sebagai daya yang membangun Gereja
2. Sabda Allah dalam Kitab Suci
3. Sabda Allah dalam pewartaan aktual Gereja sepanjang zaman
Catatan: Magisterium atau wewenang mengajar menjadi tanggung jawab hierarki (pejabat
Gereja) dan mewartakan menjadi tanggung jawab semua orang.
34
E. GEREJA YANG MELAYANI (DIAKONIA)
Yesus mengenal struktur masyarakat feudal pada zaman-Nya, yakni adanya kelas-kelas dan
tingkat-tingkat dalam masyarakat. Tetapi, Yesus berkata “tidaklah demikian di antara murid-
murid-Nya” Mereka harus memiliki sikap yang lain, yakni sikap melayani. Sesudah membasuh
kaki murid-murid-Nya pada malam Perjamuan Terakhir, Yesus pernah berkata: “Jika Aku
membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling
membasuh kaki”. (Yoh 13:13-14). “Karena Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani”. (Mrk 10:45). Iutulah sikap yang diharapkan oleh Kristus terhadap
murid-murid-Nya.
Semangat pelyananan itu harus diteruskan di dalam Gereja-Nya. Hal itu ditekankan lagi oleh
Konsili Vatikan II. Tugas kegembalaan atau kepemimpinan dalam Gereja adalah tugas
pelayanan.
35
Pelayanan Gereja di bidang kesejahteraan
Di bidang ekonomi, Gereja mendirikan lembaga-lembaga social ekonomi yang memperhatikan
dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat kecil. Di bidang kesehatan, Gereja mendirikan
rumah-rumah sakit dan poliklinik untuk memperbaiki dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Pelayanan Gereja di bidang politik dan hukum
Di bidang politik, Gereja dengan tugas nabiahnya menyerukan supaya diciptakan situasi politik
dan hukum yang berorientasi pada kepentingan rakyat banyak. Gereja mengajak umatnya untuk
berpartisipasi dalam politik lewat partai-partai dan oramas yang mengutamakan kepentingan
rakyat.
36
Hubungan Hierarki dan Kaum Awam
1). Gereja adalah Umat Allah
Konsili Vatkan II menegaskan bahwa semua anggota Umat Allah (hierarki, biarawan/biarawati,
dan awam) memiliki martabat yang sama. Yang berbeda hanya fungsinya. Keyakinan ini dapat
menjamin hubungan yang wajar antara semua komponen Gereja. Tidak boleh ada klaim bahwa
komponen-komponen tertentu lebih bermartabat dalam Gereja Kristus dan menyepelekan
komponen lainnya. Keyakinan ini harus diimplementasikan secara konsekuen dalam hidup dan
karya semua anggota Gereja.
2) Setiap Komponen Gereja memiliki fungsi yang khas.
Setiap Komponen Gereja memiliki fungsi yang khas. Hierarki bertugas memimpin (atau lebih
tepat melayani) dan mempersatukan seluruh Umat Allah. Biarawan/biarawati dengan kaul-
kaulnya bertugas mengarahkan umat Allah kepada dunia yang akan dating (eskatologis). Para
awam bertugas merasul dalam tata dunia. Mereka harus menjadi rasul dalam keluarga-keluarga
dan dalam masyarakat di bidang ipoleksosbudhamkamnas. Jika setiap komponen Gereja
melaksanakan fungsinya masing-masing dengan baik, maka adanya kerja sama yang baik pasti
terjamin
3) Kerja sama
Walaupun tiap komponen Gereja memiliki fungsinya masing-masing, namun untuk bidang-
bidang dan kegiatan tertentu, terlebih dalam kerasulan internal Gereja yaitu membangun hidup
menggereja, masih dibutuhkan partisipasi dan kerja sama dari semua komponen. Dalam hal ini
hendaknya hierarki tampil sebagai pelayan yang memimpin dan mempersatukan. Pimpinan
tertahbis, yaitu dewan diakon, dewan presbyter, dan dewan uskup tidak berfungsi untuk
mengumpulkan kekuasaan ke dalam tangan mereka melainkan untuk menyatukan rupa-rupa
tipe, jenis, dan fungsi pelayanan (kharisma) yang ada.Hierarki berperan untuk memelihara
keseimbangan dan persaudaraan di antara sekian banyak tugas pelayanan. Para pemimpin
tertahbis memperhatikan serta memelihara keseluruhan visi, misi, dan reksa pastoral. Karena
itu, tidak mengherankan bahwa di antara mereka yang termasuk dalam dewan hierarki ini ada
yang bertanggung jawab untuk memelihara ajaran yang benar dan memimpin perayaan
sakramen-sakramen.
Biarawan-biarawati.
Seorang biarawan / biarawati adalah anggota umat yang dengan mengucapkan kaul kemiskinan,
ketaatan, dan keperawanan selalu bersatu dengan Kristus dan menerima pola nasib hidup Yesus
Kristus secara radikal. Dengan demikian, mereka menjadi tanda nyata dari hidup dalam
Kerajaan Allah. Jadi, kaul kemiskinan, ketaatan, dan keperawanan adalah sesuatu yang khas
dalam kehidupam membiara. Kekhasan itu terletak dalam radikalitetnya menghayati
kemiskinan, ketaatan, dan hidup wadat. Harta dan kekayaan, kuasa dan kedudukan, perkawinan
dan kehidupan keluarga adalah sesuatu yang baik dan sangat bernilai dalam hidup ini. Namun,
semua nilai itu relatif, tidak absolut, dan tidak abadi sifatnya. Dengan menghayati kaul-kaul
kebiaraan, para biarawan atau biarawati menjadi “tanda” bahwa:
1. Kekayaan, kekuasaan, dan hidup keluarga walaupun sangat bernilai, tetapi tidaklah
absolut dan abadi. Maka, kita tidak boleh mendewa-dewakannya.
2. Kaul kebiaraan itu mengarahkan kita pada Kerajaan Allah dalam kepenuhannya kelak.
Kita adalah umat musafir.
37
Arti dan Makna Ajaran Sosial Gereja
Ajaran sosial gereja adalah gereja mengenai hak dan kewajiban berbagai anggota
masyarakat dalam hubungannya dengan kebaikan bersama dalam lingkup nasional maupun
internasional.
Ajaran sosial Gereja merupakan tanggapan Gereja terhadap fenomena atau persoalan-
persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dalam bentuk himbauan, kritik dan dukungan.
Ajaran sosial Gereja bersifat lunak, bila dibandingkan dengan ajaran Gereja dalam arti ketat,
yaitu dogma. Dengan kata lain, ajaran sosial Gereja merupakan bentuk keprihatinan Gereja
terhadapa dunia dan umat manusia dalam wujud dokumen yang perlu disosialisasikan. Karena
masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia beragama bervariasi, dan ini dipengaruhi oleh
semangat dan kebutuhan zaman, maka tanggapan Gereja juga bervariasi sesuai dengan isu sosial
yang muncul.
Beberapa Ensiklik/Surat Paus dan Dokumen Konsili Vatikan II Memuat Ajaran Sosial
Gereja
a. Ajaran Sosial gereja dari Rerum Novarum sampai dengan Konsili Vatikan II
Ajaran sosial Gereja dalam dunia modern berawal dari tahun 1981, ketika Paus Leo XIII
mengeluarkan ensiklik Rerum Novarum. Dalam ensiklik itu Paus dengan tegas menentang
kondisi-kondisi yang tidak manusiawi yang menjadi situasi buruk bagi kaum buruh dalam
masyarakat industri. Paus mengatakan 3 faktor kunci yang mendasari kehidupan ekonomi, yaitu
buruh, modal, dan Negara. Paus juga menunjukkan bahwa saling hubungan yang wajar dan adil
antara tiga hal itu menjadi masalah pokok ajaran sosial Gereja. Pada tahun 1931, pada
peringatan Ke-40 tahun Rerum Novarum, Paus Pius XI menulis ensiklik Quadragesimo Anno.
Dalam ensiklik itu, Paus Pius XI masalah-masalah ketidakadilan sosial dan mengajak semua
pihak untuk mengatur kembali tatanan sosial berdasarkan apa yang telah ditunjukkan oleh Paus
Leo XIII dalam Rerum Novarum.
Paus Pius XI menegaskan kembali hak dan kewajiban Gereja dalam menanggapi masalah-
masalah sosial, mengamcam kapitalisme dan persaingan bebas serta komunisme yang
menganjurkan pertentangan kelas dan pendewaan kepemimpinan kediktatoran kelas buruh. Paus
menegaskan perlunya tanggungjawab sosial dari milik pribadi dan hak-hak kaum buruh atas
kerja, upah yang adil, serta berserikat guna melindungi hak-hak mereka.
Tiga puluh tahun kemudian, Paus Yohanes XXVIII menulis dua ensiklik untuk menanggapi
masalah-masalah pokok zamannya, yaitu Mater et Magistra (1961) dan Pacem in Terris (1963).
Dalam dua ensiklik ini, Paus Yohanes XXVIII menyampaikan sejumlah petunjuk bagi umat
Kristiani dan para pengambil kebijakan dalam menanggapi kesenjangan di antara bangsa-bangsa
yang kaya dan miskin, dan ancaman terhadap perdamaian dunia. Paus mengajak orang-orang
Kristiani dan “semua orang yang berkehendak baik” bekerja sama menciptakan lembaga-
lemabaga sosial (local, nasional, ataupun internasional), sekaligus menghargai martabat manusia
dan menegakkan keadilan serta perdamaian.
b. Ajaran sosial Gereja sesudah Konsili Vatikan II dan sesudahnya.
Ketika Paus Yohanes XXVIII mengadakan Konsili Vatikan II dalam bulan oktober 1962, dia
membuka jendela Gereja agar masuk udara segar dunia modern. Konsili ekumenis yang ke-21
inilah yang pertama kali merefleksikan Gereja yang sungguh-sungguh mendunia. Selama tiga
tahun, para cardinal dan para uskup dari berbagai penjuru dunia dan hampir semua bangsa
berkumpul untuk mendiskusikan hakikat Gereja dalam dunia modern ini termuat dalam
Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes (Kegembiraan dan Harapan). Dalam Gaudium et spes ini,
para bapa konsili meneguhkan bahwa perutusan khas religius Gereja memberinya tugas, terang
dan kekuatan yang dapat membantu pembentukan dan pemantapan masyarakat manusia
menurut hukum Ilahi. Keadaan, waktu, dan tempat menuntut agar Gereja dan bahkan memulai
kegiatan sosial demi semua orang.
Sejak Konsili Vatikan II, pernyataan-pernyataan Paus Paulus VI dan Yohanes Paulus II, sinode
para uskup dan konperensi-konperensi para uskup regional maupun nasional semakin
mempertajam perenan Gereja dalam tanggung jawab terhadap dunia yang sedang berubah
dengan pesat ini. Kedua Paus dan para uskup itu sepenuhnya sadar bahwa mencari kehendak
Allah dalam arus sejarah dunia bukanlah tugas yang sederhana. Mereka juga menyadari bahwa
Gereja tidak mempunyai pemecahan yang langsung dan secara universal dapat memecahkan
masalah-masalah masyarakat yang kompleks dan semakin mendesak.
38
7. HAK ASASI MANUSIA
Makna HAM
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat dalam diri manusia, yang dimiliki
manusia bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau negara, melainkan
berdasarkan martabatnya sebagai manusia.Hak-hak asasi merupakan hak yang universal.
Artinya, hak-hak itu menyangkut semua orang, berlaku dan harus diberlakukan dimana-mana.
Misalnya, hak untuk hidup layak, hak untuk mendapat pendidikan dan pekerjaan, hak untuk
menikah, dst. Menolak sifat universal hak-hak asasi manusia berarti menyangkal unsur
manusiawi yang terdapat dalam setiap kebudayaan.
8. MENGHARGAI HIDUP
ABORSI
Hidup manusia adalah anugerah Allah sendiri yang harus di rawat, dipelihara,
dilindungi dan dicintai. Manusia tidak mempunyai hak untuk mengambil hidupnya sendiri dan
hidup orang lain. Hanya Allah yang adalah Tuhan daan pemilik hidup, manusia hanyalah
sebagai administrator.
Gereja katolik sejak awal menentang aborsi karena aborsi bertentangan dengan hukum
Allah, hukum natural, melanggar prinsip keadilan dan cinta sesama dan dikategorikan sebagai
dosa pembunuhan Posisi gereja berhadapan dengan kejahatan moral aborsi konstan dari dulu
39
sampai sekarang. Hal ini dapat kita lihat dalam dokumen gereja awal, misalnya dalam Didachè
2,2 dikatakan:”Engkau tidak boleh mengaborsi dan juga tidak boleh membunuh anak yang
baru dilahirkan”.
Dalam GS juga gereja menegaskan kembali moralitas aborsi: “Allah Tuhan kehidupan
telah mempercayakan pelayanan mulia melestarikan hidup kepada manusia, untuk dijalankan
dengan cara yang layak baginya. Maka kehidupan sejak saat pembuahan harus dilindungi
dengan sangat cermat. Pengguran dan pembunuhan anak merupakan tindakan kejahatan yang
durhaka” GS n. 51.
Dalam Ensiklik Evangelium Vitae, Paus Yohanes Paulus II menegaskan kembali ajaran
gereja mengenai aborsi: ”Saya menegaskan bahwa aborsi langsung dan diinginkan, artinya
dilakukan dan diinginkan sebagai tujuan atau sebagai cara merupakan satu perbuatan immoral
berat”. (EV no. 57). Dengan demikian menjadi jelas, bahwa aborsi langsung apapun alasannya
tidak dapat dibenarkan menurut moral. Disamping itu ada aborsi yang dinamakan aborsi
eugenetika, yakni mengaborsi janin yang cacat karena beranggapan lebih baik mati sebelum
lahir dari pada menderita seumur hidup. Aborsi eugenetika tak dapat dibenarkan, sebab ini
adalah aborsi langsung. Aborsi tidak langsung dapat dijinkan di bawah prinsip doubel effect,
yakni prinsip moral yang berdasar pada 4 kriteria berikut:
Tindakan/perbuatan pada pada dirinya sendiri per se adalah baik atau indiferen.
Maksud agen hanyalah mencapai efek baik, sedangkan efek buruk hanyalah ditolerir.
Efek buruk bukanlah cara/sarana untuk mencapai efek baik.
Ada proporsionalitas yang adekuat antara efek baik dan efek buruk.
Ada kasus-kasus yang bisa menggunakan prinsip double effect, misalnya kasus seorang wanita
yang sedang mengandung, namun ditemukan kanker ganas di rahim. Satu-satunya cara untuk
menyelamatkan si ibu dari kematian akibat kanker ganas tersebut hanyalah dengan mengangkat
rahimya, dengan konsekuensi kematian janin. Dalam kasus ini, kematian janin tidak dinginkan
tetapi hanya sebagai efek samping. Dalam kasus konflik antara nilai hidup ibu dan janin, moral
katolik mengajarkan harus diselamatakan kedua hidup tersebut sebisa mungkin, tetapi kalau
tidak memungkinkan harus diselamatkan hidup yang paling bisa diselamatkan.
Dalam kasus kehamilan sebagai akibat kejahatan pemerkosaan, bebrapa teolog moral
katolik mengatakan bahwa tindakan membersihkan sperma agresif dalam vagina si korban, sah
menurut moral, namun pada saat pembuahan sudah terjadi, tidak dibenarkan untuk
menggugurkannya. Maka dalam kasus sulit demikian, yang harus dilakukan adalah pendekatan
pastoral untuk menolong si korban sehingga ia tidak terlalu stress, down, kehilangan makna
hidup, lalu diberi penadmpingan dan dukungan moral dan spiritual sehingga akhirnya ia dapat
menerima dan merawat anak yang sedang dikandungnya dengan penuh cinta, seraya diberi
bantuan finansial kalau ia memang berkekurangan.
Dalam kasus rape(pemerkosaan) baik si wanita korban kejahatan seksual, maupun anak
yang dikandung sama-sama tidak berdosa sehingga sudah sepatutnya dilindungi. Solidaritas dan
empati dari teman-teman dan keluarga, serta jemaat sangat diperlukan, untuk melindungi hidup
manusia sejak saat pembuahannya.
EUTANASIA
Eutanasia berasal dari kata eu artinya baik, enak dan thanatos artinya mati. Jadi secara
etimologis eutanasia berarti kematian yang tidak disertai rasa sakit, kematian karena rasa belas
kasih. Moralitas eutanasia didasarkan pada prinsip bahwa hidup itu adalah anugerah Allah yang
harus diterima dengan rasa syukur.
Eutanasia dikategorikan sebagai kejahatan pembunuhan, maka tidak seorang pun punya hak
untuk melakukan eutasia baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk orang lain yang
dipercayakan pada tanggung jawabnya. Eutanasia merupakan satu penolakan atas rencana cinta
Allah atas hidup manusia. Di samping itu, eutanasia bertentangan dengan keutamaan cinta
kepada diri sendiri dan kepada orang lain.
Ada dua macam eutanasia: eutanasia aktif, yakni tindakan aktif membuat mati seorang
pasien yang berada dalam sakarat maut, atau sakit taktersembuhkan, dengan jalan memberikan
obat atau suntikan letal sehingga mengakibatkan kematian secara prematur. Yang kedua adalah
eutanasia pasif, artinya membiarkan si pasien yang berada dalam keadaan sakarat maut, atau
koma dengan tidak memberikan perawatan yang seharusnya atau malahan menghentikan
pengobatan yang memang perlu sehingga mengakibatkan si pasien mati secara cepat.
40
Moral katolik mengajarkan bahwa setiap jemaat kristiani hendaknya memberi
perawatan yang perlu kepada pasien sebagai wujud cinta kepada sesama. Akan tetapi dalam
kasus, segenap usaha pengobatan sudah dilakukan tetapi keadaan pasien tetap tidak berubah,
malah semakin memburuk, maka dalam situasi di mana kematian sudah mendekat dan tidak
dapat dielakkan, maka menghentikan pengobatan dapat dijikan secara moral. Hal ini tidak dapat
disamakan dengan tindakan eutanasia tetapi terlebih sebagai ungkapan penerimaan kondisi
manusiawi di mana realita kematian memang tidak bisa dihindari. Sikap yang tepat dalam
kondisi demikian adalah, mendampingi si pasien sehingga ia sungguh dikuatkan dan didukung,
seraya menyiapkan ia agar benar-benar siap dan iklas untuk beralih ke hidup abadi.
Di samping itu, si pasien diajak untuk menyatuakan penderitaan dia dengan penderitaan
Kristus yang tersalib. Dengan demikian kita dapat membantu dia dalam menghidupi saaat-saat
akhir perjalanan hidupnya dengan penuh iman dan menghantar dia untuk menyongsong
kematiannya yang sudah mendekat.
41
g. Menyatakan cinta kasih ke-bapa-an Allah yang diarahkan kepada keselamatan setiap
pengguna narkoba dan para penderita HIV/AIDS, melalui cinta mengatasi rasa bersalah.
“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit (Mat 9:12; Luk 15:11-
32).
h. Melakukan tindakan pengobatan dan rehabilitasi, antara lain dengan cara: menggalang
kerja sama di antara komunitas-komunitas yang menyelenggarakan pengobatan atau
rehabilitasi dan menambah lembaga-lembaga yang mengelola pencegahan
penyalahgunaan narkoba dan penularan HIV/AIDS.
i. Memutuskan mata rantai permintaan atau distribusi narkoba denagn cara memperkuat
pertahanan keluarga dan pembinaan remaja di tingkat lingkungan, wilayah dan paroki.
Apa yang dapat Dilakukan oleh Setiap Orang untuk Membantu Orang Lain yang
Kecanduan Narkoba atau Menderita HIV/AIDS?
a. Jangan menjauhi atau menolak mereka yang kecanduan narkoba atau terinfeksi HIV/AIDS,
karena mereka adalah manusia yang paling kesepian di dunia ini.
b. Memberikan peneguhan bahwa mereka dapat mengatasi persoalannya dengan menjadi
sahabat dan pendamping mereka.
c. Mendengarkan keluhan para pecandu narkoba dan pengidap HIV/AIDS.
42
MATERI KELAS XII
1. PANGGILAN HIDUP
Perkawinan Menurut UU R.I No.1 Tahun 1974
a. Pengertian Perkawinan
Undang-undang R.I No.1 tahun 1974 tentang perkawinan, dalam pasal 1 yang berbunyi:
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan yang maha esa.”
Dari bunyi pasal 1 Undang-undang No.1 tahun 1974 tersebut diatas, tersimpulan suatu rumusan
arti dan tujuan dari perkawinan. “Arti” perkawinan dimaksud adalah: Ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri, sedangkan “tujuan” Perkawinan
dimaksud adalah: membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan yang Maha esa.
PANGGILAN KARYA/PROFESI
Manusia adalah mahkluk pekerja. Tanpa bekerja manusia kehilangan jati dirinya sebagai
manusia. Maka apapun pekerjaan manusia, asalkan halal, orang akan merasa dirinya bernilai
dihadapan sesamanya. Sebaliknya orang-orang yang berada di usia produktif namun tidak
bekerja akan merasa rendah diri dalam pergaulan masyarakat. Dalam ajaran agama Katolik,
manusia diciptakan oleh Allah dan diberi mandat untuk mengelola bumi. Dengan ini,
hendaknya manusia menyadari, ketika ia melakukan pekerjaan, ia berpartisipasi dalam
pekerjaan Tuhan. Itu berarti bahwa pekerjaan manusia mengambil bagian dalam karya
keselamatan Allah.
Arti Kerja:
Kerja adalah setiap kegiatan manusia yang diarahkan untuk kemajuan manusia, baik kemajuan
jasmani maupun rohani. Kerja memerlukan suatu pemikiran. Kerja dengan sadar harus
diarahkan kepada suatu tujuan tertentu. Pekerjaan merupakan suatu keistimewaan mahkluk yang
berakal budi. Sebab, hanya manusialah yang dengan sadar dan bebas dapat mengarahkan
kegiatannya kepada suatu tujuan tertentu.
Makna Kerja:
Makna ekonomis, bekerja dipandang sebagai pengerahan tenaga untuk menghasilkan sesuatu
yang diperlukan atau diinginkan seseorang atau masyarakat. Dalam hal ini dibedakan menjadi
pekerjaan produktif (pertanian, pertukangan, pabrik, dsb), pekerjaan distributive (perdagangan),
dan pekerjaan jasa (guru, dokter, perawat, dsb). Makna sosiologis, kerja merupakan
pemenuhan kebutuhan masyarakat dan sarana interaksi antar masyarakat. Makna antropologis,
kerja memungkinkan manusia untuk membina dan membentuk diri dan pribadinya.
NILAI KEADILAN
Akar masalah ketidak adilan
a.Sistem dan struktur sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang diciptakan oleh
“penguasa”, yang sadar atau tidak dibangun oleh penguasa dan pengusaha untuk
menciptakan ketergantungan di kalangan rakyat jelata.
b.Pembangunan saat ini belum memberikan kesempatan yang luas bagi “orang-orang
kecil”. Baik di lingkup yang besar (percaturan bangsa-bangsa) maupun lingkup yang
kecil (di lingkungan kita sendiri)
44
Perjuangan menegakkan keadilan
Arti dan makna keadilan
1) Adil berarti memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, baik itu
hak asasi maupun hak yang didasarkan pada tindakan bebas manusia.
2) Keadilan menunjuk pada seuatu keadaan, tuntutan akan keutamaan.
a) Sebagai keadaan, semua pihak memperoleh apa yang menjadi hak mereka dan
diperlakukan sama.
b) Sebagai tuntutan : menuntut agar keadaanm adil diciptakan baik dengan
mengambil tindakan yang diperlukan maupun menjauhkan diri dari tindakan yang tidak
adil.
c) Sebagai keutaman, keadilan adalah sikap, tekad, niat untuk melakukan apapun
yang adil.
Jenis Keadilan
Perbedaan keadilan komutatif, distributif dan keadilan legal
1) Keadilan Komutatif, menuntuk kesamaan dalam pertukaran, mislanya
mengembalikan pinjaman atau melakukan jual beli dalam batas kepantasan sehingga
tidak ada pihak yang dirugikan.
2) Keadilan distributive menuntut kesamaan dalam membagikan apa yang
menguntungkan dan dalam menuntut pengorbanan. Misalnya kekayaanalam dinikmati
bersama secara adil, dan pengorbanan pembangunan ditanggung bersama secara adil.
3) Keadilan legal, menuntut kesamaan hak dan kewajiban terhadap Negara sesuai
dengan aturan dan undang-undang yang berlaku.
Dampak ketidakjujuran
Bagi Para pelaku
1. Meskipun berkelimpahan belum tentu bahagia
2. Hati nurani matai bila ketidakjujuran dilakukan berulang-ulang.
3. Moral dan kepribadian akan merosot
4. Akan menimbulkan penederitaan dalam jangka waktu panjang.
Bagi Masyarakat Luas
a. Krisis multidimensi,
b.krisis di bidang politik/hukum,
c. ekonomi,
d.lingkungan hidup,
e.budaya
Makna Kejujuran
Dalam kamus bahasa Indonesia jujur berarti tidak curang dn tidak berbohong, satu kata
dengan perbuatan.
1. Kejujuran menjadi modal perkembangan pribadi dan kemajuan kelompok.
2. Kejujuran menimbulkan kepercayaan, yang menjadi landasan dari pergaulan.
47
3. Kejujuran memecahkan banyak persoalan baik pribadi, kelompok, masyarakat
maupun Negara. Krisis multi dimensi dapat teratasi
Hal yang diperklukan dalam memperjuangkan Kejujuran
1. Kejujuran adalah sikap, yang dicapai gerakan moral yang menggunakan
berbagai jejaring dan melibatkan sebanyak mungkin orang dan perlu waktu yang
panjang.
2. Gerakan moral ini murni gerakan moral, yang harus menghindarkan
institusional.
3. Gerakan moral yang bermuara pada aksi pembaruan dan pembangunan
masyarakat yang sejahtera dan adil.
4. Gerakan moral diinspirasikan dan diprakarsai dari atas dan harus bertumbuh dari
akar rumput atau kalangan bawah.
5. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan proses yang komunikatif dari situasi
yang memprihatinkan. Gerakan yang otentik tumbuh dan muncul dengan bebas
tidak diperintahkam atau diintruksikan.
6. Gerakan moral harus dimulai dari kelompok itu sendiri, mulai dengan pola
alternative yang mempunyai daya pikat.
49
yang sama.Suku yang lain tidak lebih diunggulkan dari suku lain,agama yang satu tidak
mendominasi gama lain.
Kodrat bangsa indonesia memang berbeda-beda dalam kesatuan.Hal tersebut dirumuskan
dengan sangat bijak dan dan tepat oleh bangsa indonesia,yakni”Bhineka Tunggal Ika”yang
berarti beranekaragam namun satu.Kenyataannya keberadaan bangsa indonesia memang
berbeda-beda namun tetap satu bangsa.Bangsa yang utuh dan bersatu yang berbeda-beda itu
adalah saudara sebaangsa dan setanah air.
Selanjutnya, ada dua hal yang harus didasari bersama secara terus menerus oleh seluruh bangsa
indonesia,yakni:
a. Kesatuan tidak sama dengan keseragaman.Dalam sejarah bangsa kita terdapat gejala-gejala
dari rezim tertentu(ORBA)yang mencoba menekan keanekaragaman bahasa ini dan mencoba
menggiring bangsa kita kepada keseragaman demi stabilitas.
50
orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan dan dialog Yesus dengan wanita Samaria di
Sumur Yakob.
Bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah orang asing, baik dari sisi adat istiadat maupun
agamanya. Dalam praktek hidup sehari-hari pada zaman Yesus, antara orang Yahudi dengan
orang Samaria terjadi permusuhan. Orang Yahudi menganggap orang Samaria tidak asli
Yahudi, tapi setengah kafir. Akibatnya, mereka tidak saling menyapa dan selalu ada perasaan
curuga. Yang menarik untuk direnungkan adalah kesediaan Yesus menyapa perempuan Samaria
dan menerimanya.Dalam perbincangan dengan perempuan Samaria itu, Yesus menuntun
perempuan itu sampai pada kesadaran akan iman yang benar. Bagi Yesus siapa pun sama,
perempuan Samaria bagi Yesus adalah sesama yang sederajat. Yesus tidak pernah membedakan
manusia berdasar atas suku, agama, golongan, dan sebagainya. Di mata Tuhan tidak ada orang
yang lebih mulia atau lebih rendah. Tuhan memberi kesempatan kepada siapapun untuk
bersaudara. Tuhan menyatakan diri-Nya bukan hanya untuk suku/golongan tertentu, tetapi untuk
semua orang.
51
Akibat Kerusuhan Antar Pemeluk Agama
1. Hilangnya sekian banyak nyawa secara sia-sia, bahkan nyawa orang-
orang yang tidak berdosa.
2. Terjadinya delombang pengungsian, sebab mereka takut dan sudah
kehilangan segala-galanya.
3. Terjadinya bumi hangus. Segala sarana dan prasarana, termasuk sarana
dan prasarana agama, telah habis dibakar.
4. Trauma yang berkepanjangan bagi mereka yang telah mengalaminya
5. Segala kegiatan, baik ekonomi, pendidikan, maupun keagamaan tidak
dapat berjalan lagi.
Fungsi Agama-Agama
Fungsi agama pada dasarnya adalah:
1. Mewartakan keselamatan. Semua agama mewartakan dan menjanjikan
keselamatan, bukan bencana. Manusia memeluk agama karena menjajikan
keselamatan.
2. Mewartakan arti hidup. Agama-agama memberikan pandangan hidup dan
meyakinkan penganutnya untuk menghayati pandangan hdiup itu. Agama
memberi jawaban atas pertanyaan hidup:dari mana asal hidup manusia, apa
makna hidup manusia, apa tujuan hidup manusia. Menghayati pandangan hidup
menurut agamanya akan membuat manusia bahagia dan selamat.
3. Mengajarkan cara hidup. Semua agama mengajarkan cara hidup yang baik,
hidup beretika dan hidup bermoral, hidup yang baik akan membahagiakan dan
menyelamatkan.
Semua penganut agama diharapkan menyadari fungsi agama yang sebenarnya dan
beusaha menjalin kerjasama dalam persaudaraan yang sejati, karena cita-cita semua
agama sebenarnya sama yaitu keselamatan manusia. Sehingga tidak akan terjadi
kerusuhan dan bencana yang disebabkan agama.
52
2. Ajaran/pandangan Gereja Katolik
Dari Kitab Suci (Injil)
Gereja berpedoman pada sikap Yesus sendiri. Yesus menyapa dan bersahabat dengan
siapa saja apaun keyakinan dan agamanya. Mislanya :
1) Yesus menyapa dan berdialog dengan wanita samaria (Yoh 4:1-42,)
2) Yesus menyapa perwira Kapernaun (Mat 8:5-13).
3) Terhadap wanita siro Fenisia yang meyembah berhala Yesus menyembuhkan
anaknya. Untuk menegaskan sikapNya Yesus menceritakan permpamaan tentang orang
Samaria yang baik hati.
Dalam hal ini kita dapat saling belajar, saling meneguhkan dan memperkaya:
Dari umat Katolik, Kristen kita dapat memberikan nilai-nilai Injili seperti:cinta kasih,
solidaritas, pengampunan, pemaafan, kebenaran, kejujuran, perdamaian.
Dari agama Islam, Kita dapat belajar sikap pasrah, kepercayaan yang teguh kepada
Tuhan, ketekunan dalam Berdoa secara teratur, dan sikap tegar menolak kemaksiatan.
Dari Agama Hindu dan Buddha, Dari agama Hindu dan Buddha (Aliran Kepercayaan)
kita dapat belajar penekanan pada hal-hal batin. Karena mereka sangat menekankan doa
batin, meditasi, kontemplasi
Dari agama Konghucu (Agama Buddha) dapat belajar tentang penekanan dan
penghayatan pada hidup moral dan perilaku. Mereka sangat menekankan praktek hidup
yang baik. Agama Konghucu dan agama Buddha adalah agama moral.
Dari Aliran kepercayaan dan agama asli, kita dapat belajar tentang kedekatan mereka
pada alam lingkungan hidup. Agama asli percaya keharmonisan seluruh kosmis. Ada
mata rantai kehidupan yang melingkupi seluruh alam raya, yang tidak boleh dirusakkan.
Agama asli selalu membuat upacara sebelum mengolah tanah ataupun menebang pohon
semacam meminta ijin.
53
5. PERAN SERTA UMAT KATOLIK DALAM BERBANGSA DAN
BERNEGARA
Prinsip-Prinsip Kristiani dalam membangun masyarakat:
1. Hormat terhadap martanat manusia.
2. Bebas dari segala bentuk ketidakadilan dan bebas untuk mengembangkan diri
secara positif.
3. Prinsip keadilan yang memberikan kepada orang lain sesuai haknya.
4. Solidaritas yang terungkap dalam semangat gotong royong dan kekeluargaan.
5. Sikap jujur dan tulus ikhlas.
6. Demokratis.
7. Tanggung jawab.
8. Gereja harus hadir untuk mewartakan di tengah dunia yang penuh dengan
persoalan.
9. Gereja melanjutkan karya keselamatan Kristus di dunia.
55
LAMPIRAN:
• Kita perlu taat kepada superior kita. Saya sungguh merindukan untuk dapat melayani
Gereja dengan menjadi seorang guru di persekolahan, namun sebaliknya, atas nama
ketaatan hampir seluruh hidup saya diabdikan pada pelayanan jiwa-jiwa dan pada
penanganan tugas-tugas kegerejaan. (FS, III)
• Kecenderungan untuk mengkritik superior itu sangat jelek karena melukai kasih dan
kadang juga melukai keadilan, mengendurkan ikatan-ikatan ketaatan yang sepantasnya
kepada superior kita dan memberi batu sandungan bagi yang lain. (FS, IV)
• Kita semua adalah saudara dan kita harus saling membantu. Batas-batas politik
jangan-lah dijadikan alasan untuk menjadi egois dan benci, melainkan lihatlah sebagai
jembatan yang terbentang antara bangsa yang satu dengan yang lain. (FS, IV)
• Tidak seorang pun suka kepada orang yang senang mengumpat, mencaci,
mengeluarkan kata-kata busuk. Betapa banyak omong kosong yang terlontar dari
umpatan, bahkan tidak jarang akibat sangat buruk muncul menyelubungi kebusukan ini.
(FS, IV)
• Perlu sekali mawas diri agar tidak memuntahkan kata-kata kasar, kata-kata ancaman
yang pada akhirnya tidak bisa dipertanggungjawabkan. (FS, IV)
• Sarana yang paling berbahaya dan sangat sering melecehkan kasih adalah kata-kata.
(IVAD, XV)
• Berusahalah menyesuaikan diri dengan tugas yang berat, dan jangan sebaliknya malah
mengumpat. (FS, IV)
• “Saya berusaha sekuat tenaga untuk selalu setia dan tekun memenuhi setiap tugas
yang dipercayakan kepada saya dengan melaksanakan tugas pastoral dalam iklim
ketulusan hati, ketenangan dan cinta kasih.” (FS, XIII)
56
• Kualitas yang pertama-tama harus dimiliki oleh seorang misionaris ialah mencintai karya
misionernya dan umatnya. (FS, IV)
• Tidaklah benar bahwa dengan memaafkan kita kehilangan harga diri. (FS, IV)
“Saya mohon kepada Bapak Komandan untuk mengakhiri aksi militer ini dengan karya
cinta kasih, dalam suatu tindakan luhur penuh syukur kepada Allah.” (FS, XIII, surat
kepada Komandan militer D’Annunzio).
• The First Vietnamese Catholic Bishops and the Birth of a National Church, 1919–1945,
By Charles Keith, (21 Mei 2008, Journal of Vietnamese Studies): “Celso Costantini was
a vocal opponent of the interference of foreign powers” .
• POPE JOHN XXIII , by Hughie (11 Nov 2008, Scottish Catholic Observant): “In his first
major public utterance as Pope, Blessed John also launched a scathing attack on the
Chinese communist government for its persecution of the church, of its missionaries,
bishops, priests and people. Perhaps Good Pope John was influenced in making these
remarks by the death during the sede vacante of an old friend, Cardinal Costantini. In
August 1922, Archbishop Celso Benigno Luigi Costantini was sent by Pope Pius XI to
China as first apostolic Delegate, serving there until 1933.”
57
8.2.9 Menghindari Rasa Benci dan Pikiran Jahat
Kebesaran dan kemuliaan tidak ada dalam kebencian, melainkan dalam cinta. (FS, XIV)
Jangan pernah berpikir jahat tentang sesama. Jika sikap altruisme rentan terhadap
bagaimana kita menaf-sirkannya – apakah dari segi baiknya atau dari segi buruknya –
maka kita harus memilih menafsirkannya dari segi baiknya saja. Kita harus
menyingkirkan jauh-jauh kebiasaan dalam diri kita memberi cap negatif yang ceroboh,
sembrono, dan mengerikan. (IVAD, XV).
• Juli 1921 Paus Benediktus XV menunjuk Celso sebagai uskup. Kemudian ia menghadap
Paus untuk mohon pembatalan atas penunjukan ini karena ia lebih tertarik di bidang
studi daripada mengurusi urusan gerejani. Ketika Paus tidak mengabulkannya, Celso
taat kepada kehendak Paus. (Ia ditahbiskan sebagai uskup di Concordia pada 24
Agustus 1921 oleh Kardinal La Fontaine) (FS, XIV)
• Celso menolak penganugerahan Lencana Kehormatan dari Menteri Luar Negeri Italia
atas keberhasilannya dalam mengusahakan rekonsiliasi selama perang saudara. Menteri
memuji kata-kata Celso yang penuh kebijaksanaan. (FS, XIV)
• Nama Celso tercatat di Vedetta d’Italia tanggal 12 November 1933 (ia sudah di Cina)
ketika Pengampu Italia mengenang jasa-jasa mantan uskup Fiume: Mgr. Celso
Costantini, yang telah berusaha keras bagi perdamaian. (FS, XIV)
• Kemalasan adalah ayah dari segala cacat cela. Hargailah waktu setinggi-tingginya. (FS,
IV)
• Dengan bangun lebih awal di pagi hari dan memprogram waktu, maka banyak pekerjaan
dan pelayanan yang dapat kita lakukan sepanjang hari itu. (FS, IV)
Daftar Referensi:
1. Alkitab
2. Katekismus Gereja Katolik
3. Dogma Ajaran Iman Katolik
4. Kitab Hukum Kanonik
5. Dokumen Konsili Vatikan II
6. Pendidikan Nilai Costantinian
7. Diutus sebagai Murid Yesus
58
59