Disusun oleh:
Moses William Yuwono
1100494
A. Latar Belakang
Sebab gender sekali lagi adalah sebuah kesepakatan manusia, tidak seperti
jenis kelamin yang adalah kodrat Tuhan, maka pemahaman manusia yang terbatas
sering tergoyahkan oleh teori dunia. Makalah eksposisi hortatori ini hendak
memperkuat posisi pandangan pembaca terhadap gender, merujuk pada apa yang
dikatakan alkitab maupun gereja katolik bukan pada apa yang dikatakan manusia.
B. Rumusan Masalah
Secara sederhana kedua rumusan masalah di atas akan terjawab melalui studi
pustaka. Penulis memulai dengan mengumpulkan perikop alkitab dan dokumen
gereja yang berkaitan dengan gender, kemudian data pustaka tersebut dibahas dan
dibandingkan hingga tercapai satu argumen yang kuat untuk ditegakkan sebagai
saran makalah ini.
BAB II
PANDANGAN ALKITAB DAN GEREJA KATOLIK TERHADAP
KESETARAAN GENDER
Berikut adalah beberapa perikop dalam alkitab baik dalam perjanjian lama
maupun perjanjian baru yang tidak mendukung kesetaraan gender:
1. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-
Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.
(Kejadian 2:22)
2. Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung
akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan
anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan
berkuasa atasmu." (Kejadian 3:16)
3. Puji-pujian untuk isteri yang cakap. (Amsal 31:10-31)
4. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak
mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. Karena
Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. Lagipula bukan
Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh
ke dalam dosa. (1 Timotius 2:12-14)
Berikut adalah beberapa perikop dalam alkitab baik dalam perjanjian lama
maupun perjanjian baru yang mendukung kesetaraan gender:
1. Bagaimana pendapat anda tentang hirarki gereja yang masih dipegang oleh
pria dan murid-murid Yesus pun seluruhnya pria?
Ya; justru disinilah letak keunggulan kita dimana kita diberi kebebasan
untuk menduduki setiap jabatan, tak jarang kita menemukan pemimpin
wanita yang gemilang seperti bunda Theresa, atau nabi Hana dari
perjanjian lama.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam kitab perjanjian baru, Bunda Maria muncul sebagai sosok Ibu yang
panjang sabar dan penuh kasih. Kehadiran Yesus seolah merombak pemahaman
umat terhadap hukum taurat, Yesus tidak menjauhi perempuan sundal, Yesus
bercakap dengan wanita Samaria, yang menurut tradisi Yahudi adalah tabu.
Martabat perempuan diangkat dan dimuliakan oleh ajaran Yesus.
Perjanjian baru atau ajaran Kristus kemudian menjadi titik tolak gereja
Katolik dalam menentukan pandangannnya terhadap kesetaraan gender. Sifat
gereja yang apostolik berusaha meneruskan semangat kerasulan sebagaimana
terjadi sejak 2000 tahun lalu. Tertuang dalam berbagai dokumen, gereja
menerjemahkan ajaran Yesus untuk senantiasa memuliakan dan menjunjung
kesetaraan harkat, martabat, hak, kewajiban, peran, serta fungsi pria dan wanita
dalam kehidupan spiritual maupun sekular.
B. Saran
Hingga hari ini, umat Katolik di seluruh dunia hidup dalam keharmonisan dan
damai karena dipersatukan oleh gereja. Sifat percaya umat Katolik terhadap ajaran
gereja yang universal membuat kita tetap diberkati Tuhan. Satu yang pasti adalah
setiap ajaran gereja tidak akan pernah bertentangan dengan ajaran Yesus, juga
telah dipikirkan secara matang oleh penyusun-penyusun yang hidup kudus.
Begitu pula terhadap kesetaraan gender, hal yang perlu kita lakukan adalah
percaya pada ajaran gereja yang juga merupakan ajaran Kristus. Sebagai umat
Katolik, kapanpun dan dimanapun kita berkarya, Tuhan Yesus mengutus kita
untuk mengasihi sesama tanpa membedakan suku, ras, agama, dan gender.
DAFTAR PUSTAKA
PMII LIGA UM. (2006, October 9). Gender dan Jenis Kelamin. Retrieved
September 11, 2013, from PMII LIGA UM:
http://pmiiliga.wordpress.com/2006/10/09/nikmatus-sholihah-gender-dan-
jenis-kelamin/