1. Menjaga Pandangan
Allah berfiman:
Hal itu karena pandangan(terhadap beda jenis) merupakan salah satu pintu utama
syetan. Nabi saw. pernah memalingkan muka Al Fadhi bin Al Abbas(sepupu beliau)
ketika Al Fadhi berlama-lama memandang seorang wanita (HR. A Bukhari, Abu Dawud
dan An-Nassa-i).
Khusus muslimah, wajib menutup seluruh tubuh selain wajah dan telapak tangan.
Jangan yang tipis dan jangan dengan potongan yang menampakkan lekuk tubuh. Allah
berfirman, "... dan janganlah merka menempatkan perhiasanya kecuali yang bisa
tampak(yaitu wajah dan telapak tangan). dan hendaklah mereka menutupkan kain
kerudung ke dadanya ..."(QS. An Nur:31).
a. Menghindari ucapan, tindakan, sikap dan semacamnya yang bersifat genit dan yang
berpontensi kuat membangkitkan birahi laki-laki.
b. Menghindari bercanda dengan pria dan menjauhi pintu-pintu fitnah seperti SMSan
yang tidak perlu dan bertelepon diluar kebutuhan.
1
c. Dalam berjalan jangan memancing perhatian pria.
Firman Allah, "... dan janganlah mereka mukulkan kakinya agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan..."(QS. An Nur 31).
Artinya dilarang berduan,baik dalam ruang maupun dalam kendaraan, atau lainya.
"janganlah sekali-kali seseorang diantara kali berkhalwat dengan seorang wanita, kecuali
bersama mahram(si wanita)," sabda Nabi saw.
5. Berinteraksi Seperlunya
Interaksi dan pertemuan (pria dan wanita) itu seharusnya sebatas kebutuhan saja, dan
tidak berlebih-lebihan yang dapat menjahukan wanita dari naluri kewanitaanya,
menimbulkan fitnah, atau membuatnya lalai dari kewajiban suci dan utamanya didalam
keluarga. Atau dengan kata lain, pada prinsipnya kaidah yang harus dijaga dalam hal ini
kaida pembatasan. masing-masing harus berkomitmen kuat untuk selalu membatasi diri.
sehigga tidak melakukan interaksi langsung beda jenis nonmahrom, kecuali ketika ada
kebutuhan riil saja dan hanya sebatas kadar kebutuhan itu pula. atau dengan kata lain lagi,
setiap kali berhubungan dan berkomunikasi langsung dengan beda jenis dan nonmahram
muslim/muslimah harusnya selalu waspada
B. Menentukan Jodoh
Pernikahan merupakan sesuatu hal yang sakral, maka untuk mencari pasangan hidup tidak
boleh asal-asalan. karena pada dasarnya setiap orang hanya ingin punya satu pasangan dalam
hidupnya, walaupun dalam perjalanan banyak hal yang terjadi. Sabda Rasulullah SAW :
“Seorang wanita biasanya dinikahi karena empat hal,yaitu karena hartanya, karena
nasabnya (keturunannya), karena kecantikannya dank arena agamanya. Maka utamakan
memilih istri (wanita) karena agamanya. Kamu akan merugi (bila tidak memilih karena
agamanya).” (HR. Bukhari,Muslim dan Abu Dawud)
2
Kriteria Khusus untuk Memilih Calon Suami
Khusus bagi seorang muslimah yang hendak memilih calon pendamping, ada satu kriteria
yang penting untuk diperhatikan. Yaitu calon suami memiliki kemampuan untuk memberi
nafkah. Karena memberi nafkah merupakan kewajiban seorang suami. Islam telah
menjadikan sikap menyia-nyiakan hak istri, anak-anak serta kedua orang tua dalam nafkah
termasuk dalam kategori dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dari Fathimah binti Qais radhiyallahu ‘anha, ia berkata: ‘Aku mendatangi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku berkata, “Sesungguhnya Abul Jahm dan Mu’awiyah
telah melamarku”. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Adapun
Mu’awiyah adalah orang fakir, ia tidak mempunyai harta. Adapun Abul Jahm, ia tidak
pernah meletakkan tongkat dari pundaknya”.” (HR. Bukhari-Muslim)
“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah dan
celakalah hamba khamilah. Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah.” (HR.
Bukhari).
Selain itu, bukan juga berarti calon suami harus kaya raya. Karena Allah pun menjanjikan
kepada para lelaki yang miskin yang ingin menjaga kehormatannya dengan menikah untuk
diberi rizki.
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kalian. Jika mereka
miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.” (QS. An Nur:
32)
3
Kriteria Khusus untuk Memilih Istri
Faktor pertama ini adalah faktor yang paling dominan dan menentukan. Karena Islam
merupakan agama fitrah dan moral yang mulia, maka suatu pernikahan harus berasaskan
tuntunan sifat-sifat mulia, nilai-nilai luhur dan etika yang baik. Rasulullah SAW menilai
bahwa wanita shalihah merupakan karunia terbesar bagi laki-laki, sebagaimana hadist yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. :
“Empat perkara, yang apabila dianugerahkan kepada seseorang,maka berarti dia
mendapatkan kebaikan didunia dan diakhirat yaitu hati yang pandai bersyukur,l isan yang
sering berdzikir, tubuh yang bersabar atas musibah, dan istri yang tidak menganiaya
suaminya (bisa menjaga diri dan harta sumaminya).” (HR. Thabrani)
Kerena itu,kita tidak boleh menyambung tali perkawinan antara dua hati dan dua akidah
yang bertentangan. Sebab nilai akhir dari pernikahan bukanlah sekedar pelampiasan seksual,
melainkan adanya kesamaan arah dalam mengarungi bahtera hidup. Itulah rahasia Islam,
kenapa mengharamkan kawin dengan orang yang berbeda agama, karena tidak akan terjalin
kebahagiaan rohani.
4
Islam mengajarkan agar dalam memilih calon pendamping dicari orang yang bukan
kerabat sendiri, dengan menitikberatkan kufu’ (keseimbangan derajat) agama, moral dan
nasab yang mulia. Semua itu untuk menjaga kokohnya keturunan. Sebab, pernikahan antara
kerabat, dapat melumpuhkan jasmani dan otak bagi anak turunannya. Sebagaimana dalam
hadist Rasulullah SAW :
“Janganlah kalian menikahi kerabat dekat, sebab dapat (berakibat) melahirkan anak yang
lemah (akal dan fisiknya).” (Hadist Syarif)
Peminangan dalam ilmu fiqih disebut “khitbah” artinya “permintaan”. Menurut istilah
peminangan diartikan sebagai pernyataan atau permintaan dari seorang laki-laki kepada pihak
seorang wanita untuk mengawininya baik dilakukan oleh laki-laki itu secara langsung
ataupun dengan perantaraan pihak lain yang dipercayainya seusai dengan ketentuan-
ketentuan agama.
2. Syarat peminangan
a. Mustahsinah
5
Mustahsinah adalah syarat yang berupa anjuran kepada seorang laki-laki yang akan
meninang seorang wanita, agar ia meneliti terlebih dahulu wanita yang akan dipinangnya itu.
Yang termasuk di dalam syarat ini adalah:
Sekufu adalah kesepadanan dalam harta calon suami dan calon istri
Wanita yang akan dipinang adalah wanita yang mempunyai sifat kasih sayang
Jauh hubungan kekerabatan dengan laki-laki peminang
Hendaknya mengetahui keadaan jasmani, budi pekerti dan sebagainya dari wanita
yang akan dipinang.
b. Lazimah
Lazimah adalah syarat yang wajib dipenuhi sebelum peminangan dilakukan. Syahnya
peminangan tergantung pada syarat-syarat lazimah. Yang termasuk dalam syarat lazimah
adalah:
Wanita tersebut tidak dalam pinangan lelaki lain.
Wanita tersebut tidak dalam masa iddah
Wanita tersebut bukan mahram
3. Adab dan tata cara meminang/melamar dalam Islam Menurut Nabi SAW
2) Tidak melamar wanita yang telah dilamar Lelaki lain (meskipun belum member
jawaban).
6
4) Wanita yang dilamar terbebas dari segala mawani` (pencegah) dari sebuah
pernikahan.
Misalnya wanita itu sedang menjadi istri seseorang. Atau wanita itu sudah dicerai atau
ditinggal mati suaminya, namun masih dalam masa `iddah. Selain itu wanita yang dilamar
tidak termasuk dalam daftar orang-orang yang masih menjadi mahram bagi seorang laki-
laki. Maka di dalam Islam tidak dikenal ada seorang laki-laki meminang adiknya sendiri,
atau ibunya sendiri atau bibinya sendiri.
”Dari Tsabit, ia berkata,”Kami duduk bersama dengan Anas bin Malik yang
disebelahnya ada seorang anak perempuannya. Lalu Anas berkata,” datanglah seorang
perempuan kepada Nabi SAW, lalu ia menawarkan dirinya kepada beliau, kemudian
perempuan itu berkata,”Wahai Rasulullah maukah tuan mengambil diriku? Kemudian
anak perempuan Anas menyeletuk,”Betapa tidak malunya perempu itu!” Lalu Anas
menjawab,”Perempuan itu lebih baik daripada kamu”. Ia menginginkan rasulullah, karena
itu ia menawarkan dirinya kepada beliau”. (HR. Ibnu Majah).
Hal ini menunjukkan betapa hukum Islam sangat menjunjung tinggi hak wanita.
Mereka tidak hanya berhak dilamar tetapi juga memiliki hak untuk melamar lelaki yang
disukainya.