Anda di halaman 1dari 31

KELOMPOK 1

Etika pergaulan laki-laki dan perempuan

A. Ketentuan islam tentang pergaulan

Pergaulan sudah menjadi fitrah bagi setiap manusia. Sebab, pada dasarnya setiap
manusia adalah makhluk sosial, namun, bukan berarti seseorang bisa bergaul dengan siapa
saja dan dengan cara apa saja. Semua perlu adab untuk menjaganya. Islam adalah agama yang
mulia dan mengatur segala aspek kehidupan termasuk pergaulan. Jelaslah bahwa pergaulan
yang baik, dianjurkan dalam Islam sesuai dengan ajaran Allah (al-Qur’ān) dan sunnah Nabi.
Dalam Islam tidak membebaskan perempuan bergaul sekehendak sendiri, ada adab dan
aturanaturan yang harus dipenuhi, terkhusus pergaulan perempuan dengan laki-laki yang
bukan mahramnya. Islam adalah agama yang mulai dan mengatur segala aspek kehidupan
termasuk pergaulan. Jelaslah bahwa pergaulan yang baik, dianjurkan dalam Islam sesuai
dengan ajaran Allah dan sunnah Nabi.

Dalam Islam tidak membebaskan perempuan bergaul sekehendak sendiri, ada adab
dan aturan-aturan yang harus dipenuhi, terkhusus pergaulan perempuan dengan laki-laki yang
bukan mahramnya, diantaranya:

a. Menahan Pandangan

Menahan pandangan dan memelihara kehormatan itu adalah lebih suci dan terhormat bagi
mereka karena dengan demikian, mereka telah menutup rapat-rapat salah satu pintu
kedurhakaan yang besar, yakni perzinahan. Sedangkan menahan pandangan dan memelihara
kehormatan itu lebih suci bagi hati mereka dan lebih bersih bagi agama. Seperti yang
dikatakan oleh sebagian ulama ‚Barangsiapa yang memelihara pandangan matanya, Allah
akan menganugerahkan cahaya pada hatinya.saat ini.

b. Memiliki Sifat Malu.

Imam Nawawi menuturkan bahwasanya para ulama mengatakan hakikat malu adalah sifat
yang membangkitkan kehendak untuk meninggalkan kejelekan dan mencegah reduksi
penunaian hak pada setiap pemilik hak. Sementara itu, Abu Qasim al-Junaid mangatakan
makna dari malu adalah menyadari kesenangan-kesenangan(kenikmatan-kenikmatan) dan
melihat kelalaian (kekurangan) yang pada akhirnya melahirkan sebuah keadaan yang disebut
malu kepada Yang memberi Nikmat.

c. Menjauhi Perbuatan Dosa.

Dosa berasal dari kata “Dzanbun”,jamaknya “Dzunuubun” yang artinya dosa-dosa. Menurut
alGhazali dosa ialah segala sesuatu yang bertentangan dengan perintah Allah SWT, baik yang
berkaitan dengan melakukan sesuatu ataupun meninggalkannya. Dosa dan kesalahan
merupakan masalah penting dalam Islam, karena keduanya menyangkut hubungan baik antara
manusia dengan Allah, dan masyarakat dengan lingkungannya, serta dirinya sendiri,
ketentraman, kesejahteraan, dan kebahagiaan manusia banyak ditentukan oleh seberapa jauh
ia terhindar atau bersih dari dosa. Orang-orang yang berbuat dosa dan kesalahan diancam
Allah dengan hukuman yang berat, baik di dunia maupun di akhirat, sebaliknya yang berbuat
taat dan kebaikan dijanjikan dan diberikan Allah pahala yang besar, baik di dunia maupun di
akhirat.

Dalam hal ini diantar perbuatan dosa yang harus ditinggalkan terkhusus oleh perempuan di
fokuskan pada tiga bagian.

1. Menghindari Jabat Tangan dengan laki-laki bukan mahram.

2. Larangan Berduaan lawan jenis yang bukan mahram (Khalwat).

3. Larangan Tabarruj danIkhtilat

B.Etika dalam pergaulan

Ada pun Etika pergaulan dengan lawan jenis dalam Islam, pergaulan antara laki-laki
dan perempuan sebagai berikut:

a) Menundukan Pandangan dan Menjaga Kemaluan

Laki-laki dan perempuan harus dapat menundukkan pandangan nya dan memelihara nafsu
seksual nya. Rasulullah SAW Bersabda "pandangan mata adalah panah beracun dari
iblis.siapa yg meninggal kan nya karena takut kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan
memberikan nya keimanan yg dirasakan kenikmatan nya dalam hati" (HR. Hakim, Thabrani,
Baihaqi) Zina mata ialah dengan melihat, zina hati dengan membayangkan apa yang
dilihatnya. Menundukkan pandangan adalah jalan untuk menjaga hati. Allah menjadikan mata
sebagai cermin hati. Maka jika seseorang menundukkan pandangannya, niscaya hatinya akan
menundukkan syahwat dan nafsunya. Sementara jika orang itu membebaskan pandangan
matanya,niscaya hatinya akan membebaskan syahwatnya. Karena membebaskan pandangan
mata akan menyebabkan kejadian berikutnya, berupa memikirkan objek yang telah dilihat dan
mengangankannya. Sedangkan angan-angan bisa membawanya pada jalan haram.

b) Menutup aurat

Makna lain dari aurat adalah sesuatu yg menjadi kehormatan bagi manusia yg tidak patut
dibuka. Aurat tidak boleh terlihat dihadapan orang lain atau non mahram, dan tetap memakai
pakaian sopan walaupun dihadapan mahram seperti Ayah dan Ibu, kakak dan saudara yang
termasuk kategori mahram lainnya khususnya bagi seseorang (laki-laki atau perempuan) yang
telah masuk ke dalam fase baligh atau dewasa. Hal tersebut demi menghindari hal-hal yang
termasuk dalam perbuatan asusila atau kejahatan serta penyimpangan seksual lainnya.

c) Tabaruj

Kata tabarruj mempunyai dua makna dasar, artinya tampak atau muncul. Kata tersebut
digunakan untuk menunjukkan bola mata indah setiap wanita. Makna kedua adalah sengaja
menampakkan kecantikan dan perhiasannya kepada laki-laki. Ibnu Abbas ra mengatakan
bahwa tabarruj adalah wanita yang mengumbar aurat dan syahwat untuk menarik lawan jenis.
Maka segala upaya dalam rangka menampakkan kecantikan perempuan dihadapan laki-laki
bukan mahram ialah termasuk dalam bentuk tabarruj yang dilarang dalam syariat. Bahwa
kecantikan wanita tidak untuk diumbar, seperti memakai pakaian ketat, transparan, menutup
sebagian aurat dan membiarkan sebagian yang lain, berdandan berlebihan sewaktu bepergian
adalah bentuk-bentuk tabarruj.

d) Berbicara seperlunya

Perempuan boleh berbicara dengan laki-laki yang bukan muhrim sesuai dengan batasan-
batasan syariat. Berbicara seperlunya dan dengan suara yang sewajarnya, tidak mendesah dan
semisalnya sehingga tidak menimbulkan pembicaraan ke arah yang tidak dinginkan atau
sampai pada timbulnya keinginan-keinginan (syahwat).

e) Bersentuhan dengan yang Bukan Mahrim

Maqil ibn Yasar berkata, Rasulullah saw bersabda, “Jika kepala salah seorang dari kalian
ditusuk dengan jarum dari besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak
halal baginya.” (AtThabrani) f) Berkhalwat (Berdua-duaan) Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi
SAW bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita kecuali
dengan mahramnya”Rasulullah begitu tegas dalam melarang hal ini sebab perzinaan diawali
dengan berkhalwat atau berdua-duaan. Setan tidak akan menjerumuskan seseorang begitu saja
dalam kubangan zina,

C. PACARAN DAN DAMPAKNYA

a. Pengertian Pacaran Secara umum,

berpacaran merupakan proses pengenalan seseorang sebagai sepasang kekasih untuk


mengetahui seseorang lebih dalam, agar kelak dapat memutuskan dengan matang hubungan
tersebut apakah dapat dibawa ke jenjang yang lebih serius untuk selamanya atau tidak. Atau
hubungan antara laki-laki dan perempuan yang saling mencintai dan belum menikah.
Sedangkan dalam agama Islam tidak ada istilah pacaran, sehingga perbuatan itu dipandang
sebagai upaya perbuatan zina. Karena dari aktivitas pacaran akan menimbulkan zina hati, zina
mata, pergaulan bebas antara lawan jenis dan lain sebagainya.

b. Dampak Pacaran

1. Mudah terjerumus ke hal-hal negatif seperti ; narkoba, berhubungan seksual sebelum


menikah

2.Emosi belum stabil sehingga mudah terjadi keributan

3.Prrestasi akan menurun

4.Kebebasan pribadi berkurang

5.Terpengaruh dengan lingkungan yang buruk,


Kelompok 2

Tips Memilih Jodoh

Ketentuan Agama dalam Memilih Jodoh Memilih jodoh berdasarkan agama dan
akhlak bisa ditempuh dan harus diupayakan. Karena jodoh tidak sekedar takdir tuhan semata
tanpa ada upaya dari manusia sebagai hamba Allah Swt. karena jodoh bersifat ikhtiari.
Memilih dan Mencari Jodoh itu Bersifat Ikhtiari Al-Qur’an sebagai pedoman hidup kita sudah
memberikan rambu-rambu bagi muda-mudi milenial khususnya dalam memilih jodoh.

Salah satu ayat yang populer di kalangan muda mudi saat ini bahkan telah dihapal di
luar kepala yaitu surat An-Nur ayat 26, yang artinya: “Wanita-wanita yang keji adalah untuk
laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan
oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).” Q.S.
An-Nur:26.

Dan adapun ketentuan agama dalam memilih jodoh sebagaimana didalam sebuah
hadis Rasullah bersabda : Artinya “Seorang wanita dinikahi karena empat hal: karena
hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang
memiliki agama, niscaya selamat tanganmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tips Memilih Jodoh

1. Pilih pasangan yang baik agamanya

Agama adalah hal yang mutlak yang harus dipertimbangkan, pilihlah jodoh yang seiman dan
seagama karena supaya kamu bisa menjalankan ibadah bersama-sama dan keimanan kamu
bertambah baik .

2. Keturunan dari keluarga baik-baik

Pepatah mengatakan “buah tidak jatuh dari pohonnya” ini artinya sifat atau nilai-nilai orang
tua akan diturunkan pada anak-anaknya jika orang tua nya baik maka anaknya baik dan
sebaliknya.

3. Memiliki akhlak yang baik

Wanita yang memiliki akhlak yang baik inshaAllah bisa menjadi istri yang baik dan ibu yang
baik untuk anak-anak begitu pula pria yang baik .

4. paras cantik / Tampan

Paras yang cantik bisa menentramkan pandangan seorang laki-laki, dan bagi wanita kalau bisa
daptakan pasangan laki-laki yang tampan karena ketampananan nya bisa membuat wanita
senang memandangnya.
5. Memiliki jiwa kepemimpinan

Suami memimpin keluarga dan membumbing istri dan anaknya dan istri membimbing
anaknya.

6. Memiliki sifat penyayang

Pasangan yang sama-sama memiliki sifat penyayang akan menjadikan kedua nya hidup
berbahagia.

7. Memiliki ilmu agama yang baik

Laki-laki yang memilki ilmu gama yang baik akan menjalankan hari-harinya nuansa islami.

8. Sehat secara fisik dan mental

Pria yang sehat secara fisik dan mental akan mampu bekerja menafkahi keluarganya

9. Utamakan pilih yang masih perawan

Bagi seorang pemuda (laki-laki) yang memilki pasangan hidup sebaiknya memilih wanita
yang masih perawan agar kehidupan rumah tangga yang dibentuk terhindar dari masalah masa
lalu yang tidak baik yang dibawa oleh pasangan .

10. Pilih pasangan hidup yang bukan saudara

Sebagai umat muslim dianjurkan untuk tidak memilih pasangan hidup yang masih ada sisilah
keluargaaan, untuk menambah tali persaudaraan antar sesama muslim lainnya.

11. Penyabar dan penurut

Pilihlah wanita yang penyabar agar menguatkan laki-laki untuk semangat bekerja,
menentramkan pikiran dan meredamkan amarah

12. Memilih pasangan yang setia dan dapat dipercaya

Memilih pasangan hidup yang setia dan dapat dipercya itu harus dalam menjalani hidup
pastilah ada kita harus saling menjaga kepercayaan dan setia satu sama lain.

13. Status sosial yang setara

Status sosial terkadang menjadi salah satu pemicu timbul nya suatu pertengkaran dalm rumah
tangga. Status sosial yang dimaksud adalah kekayaan, menikahi seseorang yang memiliki
harta yang setara akan memberikan keseimbangan dalam menjalan kehidpan rumah tangga.

14. Memiliki kertetariakan pada hal yang sama

Setiap orang pasti memilki suatu hobi dan terkadang satu orang bisa memilki banyak hobi jika
kamu dan pasangan memilki hobi yang sama maka itu adalah hal yang positif yang bisa
menunjang hubungan menjadi lebih baik.
15. Pastikan kamu cocok dan nyaman bersamanya

Ketika kamu merasa cocok dan nyaman saat bersamanya dalam berbagai situasi maka kamu
telah menemkan calon pasangan hidupmu jaga lah dia agar terus bersama mu. Pasangan
Hidup dan Kebahagiaan Kunci dasar hubungan pernikahan yang bahagia adalah saling
mengerti bisa menerima kekurangan pasangan tidak ada yang sempurna didunia ini dan jika
anda bisa mengeri dan menerima pasangan dan begitu juga sebaliknya ini tanda hbungan yang
langgeng.

Quality Time Hal ini jadi hal penting untuk setiap pasangan yang sudah menikah,
banyak orang yang tidak bisa menjalani LDR dan jika tidak diimbangi dengan waktu
kebersamaan yang berkualitas biasanya hubungan tidak bertahan lama jadi jangan hanya
bekerja dan mencari uang selalu luangkan waktu mu untuk pasangan danana. Ingat anda
sudah tidak hidup sendirian Apresiasi Memuji pasangan dalam hal tertentu itu peting bukan
hanya untuk membuatnya senang namun juga membuat nya lebih percaya diri dan dihargai.

Banyak pasangan suami istri yang lelah menjalani pernikahan karena pasangannya
tidak menghargai ini adalah karekter mental yang harus dibangun sejak dini tidak peduli
seberapa besar perbedaan anda dengan pasangannya Saling menghormati Bukan hanya suami
yang patut dihormati istri juga perlu dihormati posisinya sebagai seorang ibu rumah tangga
dan ibu dari anak, saling menghormati satu sama lain adalah hal penting yang harus
dijalankan dalam pernikahan jika ingin membangun rumah tangga yag kokoh Memaafkan Tak
ada yang lebih sulit dilakukan didunia ini saling memafkan, tidak ada manusia yang sempurna
dan selalu melakukan benar manusia bukan Tuhan ketika ada masalah dan pasangan
melakukan kesalahan memafkan adalah yang perlu dilakukan agar perbikahan bertahan

Kelompok 3

Konsep Perkawinan
Pengertian perkawinan menurut komplikasi hukum islam adalah pernikahan ,yaitu
akad yang sangat kuat atau mitssaqon gholidzan untuk mentaati perintah allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah. Dalam hukum islam ,pernikahan di ambil dari kata
nikah yang berasal dari Bahasa arab yang dalam Bahasa Indonesia di terjemahkan dengan
perkawinan.

Nikah dalam syariat islam adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki
dan perempuan yang tidak ada hubungan mahram sehingga dengan akad tersebut terjadi hak
dan kewajiban antara keduannya. Dari pengertian tersebut maka inti pokok dari perkawinan
adalah akad,yaitu serah terima antara wali calon mempelai perempuan dengan calon
mempelai laki-laki.Penyerahan dan penerimaan tanggung jawab untuk mencapai satu tujuan.
Hukum melakukan perkawinan menurut Sebagian besar para sarjana islam adalah ibadah atau
halal atau boleh.

Namun hal ini bisa berubah-ubah berdasarkan keadaan kemampuan seseorang untuk
menikah. Hukum ini juga dapat berubah menjadi sunnah,makruh,wajib dan haram.

• Makruh

Pernikahan makruh hukumnya jika dilihat dari keadaan seseorang pertumbuhan jasmaninya
sudah wajar untuk menikah,tapi belum mendesak dan belum ada biaya untuk menikah dan
menghidupi keluarga,serta dapat menahan dirinya dari perbuatan zina,kalau menikah dalam
keadaan seperti ini justru akan membuat rumah tangga tidak Bahagia,karni belum dapat
memenuhu kewajiban istri sebagai suami.

• Sunnah

Pernikahan hukumnya sunnah(menurut pendapat ulama)jika seseorang bisa membangun


rumah tangga dengan biaya hidup sederhana dan kalau tidak menikah dapat menehan dirinya
dari perbuatan zina,maka baginya sunnah untuk menikah.Kalau dia menikah mendapat pahala
dan jika belum maka dia tidak akan berdosa.

• Wajib

Pernikahan menjadi wajib hukumnya kalau seseorang memiliki kemampuan untuk


membangun rumah tangga dan ia tidak dapat menahan diri dari hal-hal yang dapat
menjerumuskan kepada perbuatan zina. Orang seperti ini wajib melangsungkan
pernikahan,jika tidak dia akan mendapat dosa.

• Haram

Pernikahan menjadi haram hukumnya kalau dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang
tidak memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk kehidupan rumah tangganya.

Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang


Sakinah,mawaddah,dan rahmah. Sakinah mempunyai arti sebagai ketenangan, dimana selalu
ada ketenangan dalam hati Ketika Bersama pasangan, Mawaddah merupakan rasa saling
melengkapi dalam membina bahtera rumah tangga, dan Rahmah adalah menciptakan
kehidupan rumah tangga yang selalu di penuhi rasa saling menyayangi,mencintai,dan peduli.

Memperbanyak keturunan. Ayat-ayat tentang perkawinan QS. An-Nisa' Ayat 1


Artinya: “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu Yang menciptakan kamu dari satu
jiwa, dan darinya Dia menciptakan jodohnya, dan mengembang-biakan dari keduanya banyak
laki-laki dan perempuan; dan bertakwalah kepada Allah swt. yang dengan nama-Nya kamu
saling bertanya, terutama mengenai hubungan tali kekerabatan. Sesungguhnya Allah swt.
adalah pengawas atas kamu.”

Anjuran Dan Motivasi Nikah Menikah adalah sunnah dari para Nabi atau suatu
perilaku yang dipraktekkan beliau sebagai teladan bagi umat. Maka dalam menikah,
hendaklah terkandung niat untuk mengikuti jejak Rasulullah SAW demi memperbanyak
pengikut beliau dan agar mempunyai keturunan yang sholeh/sholeha, menjaga kemaluan dan
kehormatan dari perbuatan tercela. Seperti yang disebutkan dalam hadist: Dari Abdullah bin
Mas'ud ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada kami, "Hai para pemuda!
Barangsiapa di antara kamu sudah mampu kawin, maka kawinlah. Karena itu dapat
menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan siapa yang belum mampu hendaklah
dia berpuasa karena itu dapat membentenginya.” (HR. Bukhari Muslim).

Islam tidak mengingkari adanya cinta seorang manusia kepada lawan jenisnya. Rasa
cinta adalah fitrah dan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi bila waktunya telah tiba.
Hanya saja, demi terpeliharanya kehormatan dan harga diri manusia serta menghindari dari
perbuatan zina dan maksiat, Islam menyerukan agar pemenuhannya dilakukan dengan cara
yang benar, yaitu lewat pernikahan. Dari hadits tadi, Rasulullah SAW menganjurkan para
pemuda yang sudah berkemampuan untuk segera menikah. Mampu di sini bisa diartikan
mampu secara keilmuan, mental, dan juga secara finansial. Rasul mencela orang yang hidup
membujang ataupun yang menunda-nunda pernikahan karena alasan yang tidak syar'i,
padahal ia sudah mampu. Dari Siti 'Aisyah RA Rasulullah SAW bersabda: "Nikah termasuk
sunnahku. Barangsiapa tidak mengamalkan sunnahku, ia tidak termasuk golonganku.
Menikahlah kalian, karena aku bangga dengan banyaknya umatku. Barangsiapa memiliki
kemampuan untuk menikah, maka menikahlah." (HR Ibnu Majah).

Menikah juga merupakan penyempurna separuh agama, karena dengan menikah


banyak sekali hal-hal yang ketika dilakukan akan bernilai ibadah. Dari hal terkecil sekalipun
akan mendatangkan pahala untuk pasangan yang telah menikah. Maka dari itu menikah
adalah penyempurna agama dan ibadah terlama. Dengan menikah bisa saling menguatkan
iman bersama pasangan dan semakin semangat melaksanakan ibadah-ibadah dengan tujuan
memperoleh ridho Allah.

Kelompok 4
Perempuan Yang Haram Dinikahi

• Mu’abbad,

yaitu pelarangan wanita untuk dinikahi tanpa batas waktu (selama-lamanya).

• Muaqqod,

yaitu pelarangan wanita untuk dinikahi dengan batas waktu dan keadaan tertentu. Setelah
keadaan tersebut hilang, wanita tersebut menjadi halal untuk dinikahi.

Dasar Hukum Allah Swt berfirman dalam Surah An-Nisa’ ayat 22-23, Artinya : “Dan
janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan yang telah dinikahi oleh ayahmu, kecuali
(kejadian pada masa) yang telah lampau. Sungguh, perbuatan itu sangat keji dan dibenci (oleh
Allah) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).(22) Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-
ibumu, anakanakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara
ayahmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara-saudara perempuanmu sesusuan, ibu-
ibu istrimu (mertua), anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri) yang dalam
pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan
istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu (menikahinya), (dan
diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan (diharamkan) mengumpulkan
(dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa
lampau. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (23)”

QS. An-Nisa’ Ayat 24, Artinya : “Dan (diharamkan juga kamu menikahi) perempuan yang
bersuami, kecuali hamba sahaya perempuan (tawanan perang) yang kamu miliki sebagai
ketetapan Allah atas kamu. Dan dihalalkan bagimu selain (perempuan-perempuan) yang
demikian itu jika kamu berusaha dengan hartamu untuk menikahinya bukan untuk berzina.
Maka karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka, berikanlah maskawinnya
kepada mereka sebagai suatu kewajiban. Tetapi tidak mengapa jika ternyata di antara kamu
telah saling merelakannya, setelah ditetapkan. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana.’

Penyebab Pengharaman

1. KETURUNAN

Mahram karena nasab.

2. PERSUSUAN

Menjadi haram dinikahi, karena seorang wanita telah menyusui seseorang

3. PERNIKAHAN
Jika hubungan pernikahan berakhir, maka status mahram nya dapat berubah Kelompok
Wanita Yang Haram Dinikahi “Sebab Keturunan” :

• Ibu kandung, merupakan wanita yang sudah melahirkannya. Termasuk juga nenek, baik dari
pihak ayah maupun dari pihak ibu dan seterusnya ke atas.

• Anak perempuan, yang dimaksud adalah wanita yang lahir karenanya, termasuk cucu
perempuan dari pihak laki-laki maupun dari pihak perempuan dan seterusnya ke bawah.

• Saudara perempuan, seayah seibu, seayah saja atau seibu saja.

• ‘Ammah (tante atau bibi), yaitu saudara perempuan ayah, baik saudara kandung, saudara
seayah saja atau saudara seibu saja.

• Khaalah (tante atau bibi), yaitu saudara perempuan ibu, baik saudara kandung, saudara
seayah saja atau saudara seibu saja.

• Anak perempuan dari saudara laki-laki (keponakan), dan seterusnya ke bawah.

• Anak perempuan dari saudara perempuan (keponakan), dan seterusnya ke bawah. “Sebab
Persusuan”

• Ibu susu, merupakan ibu yang menyusuinya, sehingga haram keduanya melakukan
perkawinan.

• Nenek susu, yakni ibu dari wanita yang pernah menyusui atau ibu dari wanita yang pernah
menyusuinya.

• Anak susu, merupakan anak dari wanita yang pernah disusu oleh pria tersebut. Termasuk
juga cucu dari anak susu tersebut.

• Bibi susu, yakni saudara perempuan dari wanita yang menyusuinya atau saudara perempuan
suaminya wanita yang menyusuinya.

• Keponakan susu, yakni anak perempuan dari saudara sepesusuan. • Saudara sepesusuan.
“Sebab Pernikahan”

• Mertua perempuan dan seterusnya ke atas.

• Anak tiri, dengan syarat kalau telah terjadi hubungan kelamin dengan ibu dari anak tiri
tersebut.

• Menantu, yakni istri anaknya, istri cucunya dan seterusnya ke bawah.

• Ibu tiri, yakni bekas istri ayah (Untuk ini tidak disyaratkan harus telah ada hubungan
kelamin antara ayah dan ibu tiri tersebut). “Muaqqod “

• Poligami dengan dua orang bersaudara sekaligus.

• Perempuan yang terpelihara (masih memiliki suami).


• Wanita yang di talak tiga oleh suaminya haram untuk dinikahi kembali oleh suaminya
hingga wanita tersebut menikah terlebih dahulu dengan lelaki lain.

• Pernikahan yang kelima (poligami diluar batas).

• Menikahi budak perempuan saat masih ada perempuan merdeka sebagai istrinya hingga
istrinya yang merdeka dicerai dan habis masa iddahnya.

• Perempuan beda agama.

• Perempuan murtad.

• Perempuan yang sedang berihram.

• Perempuan pezina.

• Pernikahan yang dilarang oleh adat.

Hikmah Pengharaman Menikahi Wanita Tertentu

❑ Memperluas hubungan kekerabatan sebagaimana meluasnya lingkup kasih sayang


manusia.

❑ Dalam ilmu biologi, incest atau pernikahan sedarah sangat tidak dianjurkan kerena dapat
menyebabkan berbagai macam cacat atau kelainan pada generasi yang akan dilahirkan.

❑ Sains tidak menganjurkan manusia untuk menikah dengan sesama keluarganya atau yang
memiliki hubungan darah karena rawan terjadi konflik dalam keluarga serta bisa
menyebabkan perselingkuhan dalam rumah tangga.

❑ Dilarangnya menikah dengan beberapa golongan wanita tertentu juga memberikan


pemahaman untuk memiliki kehati-hatian dalam memilih pasangan yang akan dijadikan
sebagai kawan sehidup semati

❑ Untuk menjaga kesempurnaan Maqashid Syariah yang lima (menjaga agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta) sehingga terciptanya keluarga yang sakinah mawaddah warahmah

Kelompok 5

SYARAT & RUKUN NIKAH


“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. AR-RUM:21)

RUKUN NIKAH

Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI), Rukun Nikah itu ada 5 (lima) yaitu,

• calon mempelai pria;

• calon mempelai wanita;

• wali; • dua orang saksi;

• sighot atau ijab qabul.

CALON MEMPELAI PRIA

Syariat Islam menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon suami tersebut
sebagai berikut:

* Calon suami beragama Islam

* Calon suami ridha (tidak terpaksa) untuk melakukan perkawinan itu

* Tidak sedang dalam melakukan ihram

* Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri

* Calon suami sudah baligh dan berakal sehat

CALON MEMPELAI WANITA

“Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba
sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia
menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan
yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman
lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke
neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah)
menerangkan ayatayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.” (Q.S. AL-
BAQARAH;221)

SYARAT-SYARAT WALI

Dari Aisyah ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidak sah nikah melainkan dengan
wali dan dua orang saksi yang adil, kemudian jika mereka berselisih, maka penguasa (hakim)
lah yang menjadi wali bagi orang yang tidak punya wali”. [HR. Daruquthni]

* Beragama Islam jika calon isteri beragama Islam.


* Jelas ia laki-laki.

* Sudah baligh (telah dewasa).

* Berakal (tidak gila).

* Tidak sedang berihram haji/umrah.

* Tidak mahjur bissafah (dicabut hak kewajibannya).

* Tidak dipaksa.

* Tidak rusak fikirannya sebab terlalu tua atau sebab lainnya.

* Tidak fasiq *

WALI NASAB

Yaitu anggota keluarga laki-laki dari calon mempelai perempuan yang mempunyai hubungan
darah dengan calon mempelai perempuan. Wali Nasab terdiri dari empat kelompok, urutan
kedudukan kelompok yang satu didahulukan dari kelompok yang lain berdasarkan susunan
kekerabatan dengan calon mempelai wanita :

Kelompok pertama yaitu kerabat laki-laki garis lurus keatas, yakni:

* Ayah;

* kakek dari pihak ayah;

* dan seterusnya.

Kelompok kedua adalah kerabat saudara laki-laki kandung atau saudara laki-laki seayah dan
keterunan anak laki-laki mereka.

Kelompok ketiga adalah kelompok kerabat paman, yakni:

* saudara laki-laki kandung ayah;

* saudara laki-laki seayah;

* dan keturunan anak laki-laki mereka.

* Kelompok keempat adalah saudara laki-laki kandung kakek, saudara laki-laki seayah kakek,
keturunan anak laki-laki mereka

WALI HAKIM

Adanya wali hakim apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:

* Tidak ada wali nasab.

* Tidak cukup syarat-syarat pada wali aqrab atau wali ab‟ad.


* Wali gaib atau pergi dalam perjalanan sejauh 92,5 km atau dua hari perjalanan.

* Wali dipenjara atau atau tidak bisa ditemui.

* Wali berbelit-belit (mempersulit).

* Wali sedang ihram.

IJAB QABUL

Ijab akad pernikahan ialah: "Serangkaian kata yang diucapkan oleh wali nikah atau wakilnya
dalam akad nikah, untuk menikahkan calon suami atau wakilnya.“ Qabul akad pernikahan
adalah “Pernyataan yang datang dari pihak laki-laki yang menyatakan persetujuan untuk
menikahi.”

* Harus dengan bahasa yang dapat dipahami oleh orang-orang yang melakukan akad,
penerima akad, dan saksi.

* Harus jelas dan lengkap

* Harus bersambung dan bersesuaian.

Kelompok 6

RUMAH TANGGA SAKINAH


1. PENGERTIAN KELUARGA SAKINAH

Kata Keluarga dalam Bahasa Arab berasal dari kata ahlun, ahlunā yang artinya ahli
rumah atau keluarga, sedangkan keluarga secara istilah adalah masyarakat terkecil sekurang-
kurangnya terdiri dari pasangan suami-istri sebagai sumber intinya berikut anak-anak yang
lahir dari mereka. Dengan demikian, keluarga adalah pasangan suami-istri, baik mempunyai
anak atau tidak mempunyai anak. Keluarga adalah suami-istri yang terbentuk melalui
perkawinan. Maka hidup bersama seorang pria dengan seorang wanita tidak dapat dinamakan
keluarga jika keduanya tidak diikat oleh perkawinan. Karena perkawinan diperlukan untuk
membentuk keluarga.

Menurut Sayekti, keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-
laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian atau tanpa anak-anak, baik anaknya sendiri
atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga Sedangkan Sakinah merupakan pondasi
dari bangunan rumah tangga yang sangat penting. Tanpanya, tiada mzawaddah dan
warahmah. Kalaupun ada, tidak akan bertahan lama. Sakinah itu meliputi kejujuran, pondasi
iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Mengapa sakinah begitu penting dalam pernikahan? Seperti kita tahu bahwa
pernikahan itu tidak hanya ikatan suci di dunia, melainkan ikatan tersebut akan
dipertanggungjawabkan juga di akhirat. Sakinah adalah bermakna tenang, tenteram, dan tidak
gelisah. Sebenarnya kata sakinah yang kita artikan dengan damai atau tenang dan tenteram
adalah semakna dengan Sa‟adah yang bermakna bahagia, dengan demikian keluarga sakinah
adalah keluarga yang bahagia, keluarga yang penuh rasa kasih sayang dan memperoleh
rahmat Allah SWT.

2. PERBEDAAN SAKINAH, MAWADDAH WARAHMAH SAKINAH

Kata sakinah secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai kedamaian. Berdasarkan


ayat-ayat al-Qur’an (QS. Al-Baqarah/2:248; QS. At-Taubah/9:26 dan 40; QS. Al-Fath/48: 4,
18, dan 26), sakinah atau kedamaian itu didatangkan Allah ke dalam hati para Nabi dan
orang-orang yang beriman agar tabah dan tidak gentar menghadapi rintangan apapun. Jadi
berdasarkan arti kata sakinah pada ayatayat tersebut, maka sakinah dalam keluarga dapat
dipahami sebagai keadaan yang tetap tenang meskipun menghadapi banyak rintangan dan
ujian kehidupan.

MAWADDAH Quraish Shihab dalam Pengantin Al-Qur’an menjelaskan bahwa kata


ini secara sederhana, dari segi bahasa, dapat diterjemahkan sebagai “cinta.” Istilah ini
bermakna bahwa orang yang memiliki cinta di hatinya akan lapang dadanya, penuh harapan,
dan jiwanya akan selalu berusaha menjauhkan diri dari keinginan buruk atau jahat. Ia akan
senantiasa menjaga cinta baik di kala senang maupun susah atau sedih.

WARRAHMAH Secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai “kasih sayang.”


Istilah ini bermakna keadaan jiwa yang dipenuhi dengan kasih sayang. Rasa kasih sayang ini
menyebabkan seseorang akan berusaha memberikan kebaikan, kekuatan, dan kebahagiaan
bagi orang lain dengan cara-cara yang lembut dan penuh kesabaran.

UPAYA MENGGAPAI KELUARGA SAKINAH Membangun sebuah keluarga


bahagia tidaklah mudah dan instan. Namun, setiap pasangan yang membina keluarga
memdamba-dambakan keluarga bahagia yang penuh dengan cinta dan kasih sayang diantara
semua anggota keluarga. Untuk itu, ada kiat-kiat tertentu yang dilakukan dalam membangun
atau membina keluarga sakinah yang diimpikan antara lain:

1. Berupaya menghidup suburkan nilai-nilai Islami dalam keluarga, dengan terus menegakkan
Ibadah, melestarikan kebiasaan membaca Al-Qur‟an dalam rumah tangga, melakukan diskusi
keagamaan setiap ada kesempatan, memperbanyak dan memperkaya do‟a dan amalan shaleh,
mengembalikan setiap persoalan kepada petunjuk Allah SWT dan Rasulullah SAW

2. Berupaya menghidup suburkan nilai-nilai Islami dalam keluarga Beberapa hal yang perlu
dikembangkan dalam memperlakukan pasangan adalah dengan membina paling kurang enam
saling antara suami-istri di dalam rumah tangga. Saling yang dimaksud adalah saling mengerti
dan menerima, saling menghargai, saling menolong, saling memberi dan saling menyayangi.

3. Berupaya membina komunikasi yang hangat semenjak awal perkawinan dengan beberapa
cara, diantaranya selalu membiasakan lemah lembut dalam berkata, terbuka kepada pasangan,
selalu menjadi pendengar yang empati, tidak mengeluarkan bahasa yang menyakitkan
pasangan ketika terjadi perbedaan pendapat, mengungkapkan perasaan saat yang tepat.

4. Berupaya menutupi aib suami atau istri kepada orang lain, karena dengan membuka aib
akan timbul dosa, dan kemungkinan akan muncul persoalan baru.

Kelompok 7

Istri Sholehah
ANJURAN MENCARI ISTRI SHOLEHAH

“Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena
keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita
yang punya agama, engkau akan beruntung.” [HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no.
1466].

Seorang pria biasanya mencari calon istri melihat dari parasnya, cantik atau tidak yang
kedua karena hartanya, yang ketiga dari keturunannya dan yang terakhir baru dari agamanya.
Dan ternyata kebiasaan yang di terapkan oleh pria dalam memilih istri salah, yang benar
adalah lihat dahulu agamanya, baru setelahnya lihat yang lainnya. Bukan tanpa alasan Nabi
mengatakan hadits ini, karena seperti yang sudah kita tuliskan di atas, bahwa wanita sholihah
akan membuat kita tentram, karena mereka akan nurut dan patuh kepada suami. Sebaik-baik
perhiasan dunia adalah Wanita salihah, sebagaimana dalam hadits Riwayat Imam Muslim,

Dari Abdullah bin Amr, bahwa Rasullulah Bersabda: Artinya: “Dunia adalah
perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri yang shalihah.” [HR Muslim].

Dalam sabdanya yang lain, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam berkata kepada


Umar bin khathhab radhiallahu’anhu: “Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik
perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan
menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan
menjaga dirinya.” [HR. Abu Dawud no. 1417].

Dunia di pandang dalam islam adalah sebagai sesuatu yang hina, kecuali yang
mendekatkan kepada Allah. Dan banyak manusia berlomba-lomba dalam mengumpulkan
harta dunia. jikalau pengumpulan harta tersebut adalah untuk tujuan akhirat maka akan sangat
mulia, tapi sangat jarang yang seperti itu, kebanyakan hanya sebagai pemuas nafsunya saja.
Dalam hadits di atas, Nabi sallalahu alaihi wassalam menerangkan tentang harta dunia yang
terbaik adalah wanita sholihah, karena dengannya bisa membawa kita dan bisa membantu kita
untuk lebih taat kepada Allah dan kita akan mudah untuk bekerja sama dalam melakukan
amalan agama. Penjelasan istri shalihah dalam hadits berikutnya yaitu bila dipandang akan
menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan
menjaga dirinya, inilah harta yang sesungguhnya yang akan mendorong suami betah di rumah
dan tidak di pusingkan dengan banyaknya tuntutan dari istri.

CIRI CIRI ISTRI SHOLEHAH

Wanita Shalihah ialah wanita yang senantiasa bertaqwa kepada Allah Ta’ala, yakni
wanita yang senantiasa melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.
Wanita shalihah juga harus memiliki ilmu, akhalak dan tauhid karena bagaimanapun juga
peranan ilmu bagi wanita sangatlah penting untuk mendidik anank-anaknya kelak.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw : “Wanita adalah tiangnya agama, maka apabila wanita itu
baik, baik pulalah negaranya, dan apabila wanita itu rusak, rusak pulalah negaranya.”

Untuk menjadi wanita sholihah dan siapakah wanita yang memperoleh kehormatan
dengan wanita sholihah, maka ada dua jalur yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Selalu menjaga hubungan baik dengan Allah

a. Selau mengingat Allah Ta’la dengan dzikrullah

b. Takut kepada Allah

c. Ikhlas dalam beramal

d. Bertaqwa kepada Allah

e. Zuhud f. Berjiwa qana’ah

g. Bersyukur kepada Allah

h. Khusyu’ dalam beribadah

i. Menunaikan amanat

j. Menunaikan shalat lima waktu

2. Selalu menjaga hubungan baik dengan sesama manusia Ada beberapa cara agar seorang
hamba selalu berhubungan baik dengan sesama manusia

3. Taat kepada suami Taat kepada suaminya, menghormatinya, mencintainya,


menyayanginya. Selalu menampakkan wajah yang menyenangkannya. Selalu memberikan
dukungan kepada suami baik dalam urusan pekerjaan atau ibadah. Tidak menghardik atau
mengeluarkan kata-kata kotor kepadanya. Tidak membicarakan aibaibnya kepada wanita lain.
Tak pernah ada niatan untuk menyakitinya. Ia senantiasa melakukan perbuatan yang membuat
ridha suaminya. Rasul SAW bersabda, “Tatkala seorang muslimah melaksanakan shalat 5
waktu, menunaikan puasa wajib dan mematuhi suaminya, maka ia akan memasuki surga
Tuhannya dari pintu mana saja yang ia mau.” (HR. Ahmad dan Thabrani) Jadi, seorang
wanita sholihah telah mampu mendudukkan dirinya pada proporsi yang benar. Artinya, jika
dia telah bersuami, maka yang paling berhak terhadap dirinya ialah suaminya, melebihi
bapak, ibu serta keluarga yang lain.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang isteri terhadap suaminya :

a) Selalu menyenangkan suami dan kasih saying terhadap anaknya Isteri yang shalihah, ia
tidak akan mengganggu suaminya yang mengakibatkan kesusahan, justru ia berusaha
menghilangkan kesusahan suami dan berusaha membantu menyelesaikan persoalan yang
sedang dihadapi suami.

b) Jika suami pergi, hendaklah isteri menjaga harta suami dan kehormatannya Seorang isteri
jangan sampai pergi dari rumah jika suami tidak ada di rumah, karena itu akan mendatangkan
fitnah atau dapat merusak suasana keakraban hubungan persuami isterinya. Sabda Rasulullah
saw : ‘Sebaik-baik wanita ialah jika engkau pandang ia menyenangkanmu, jika kau perintah
ia mentaatimu, jika engkau tinggalkan ia mejagamu dalam hal harta dan menjaga dirinya.”
(HR. AnNasa’i)
c) Jika berbicara dengan suami, hendaklah menunjukkan sifat kasih sayang, dengan tutur kata
yang halus dan sopan. Janganlah seorang isteri berbicara keras terhadap suaminya, atau
memerahinya, apalagi membentakbentak suaminya. Sabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya
apabila seorang suami menatap isterinya dan isterinya membalas pandangannya (dengan
penuh cinta dan kasih sayang), maka Allahg menatap mereka dengan pandangan kasih mesra,
dan jika sang suami membelai tangan isterinya, maka dosa mereka jatuh berguguran disela-
sela jari tangan mereka.” (HR. Maisaroh bin Ali dari Abu Said bin Al-Hudri)

d) Mampu menjaga pandangan matanya (penglihatannya) dan kehormatannya. Ia tak mau


memandang laki-laki selain suaminya. Kehormatannya di jaga mati-matian demi suaminya. Ia
bersolek hanya untuk suaminya. Ini merupakan gambaran Bidadari Syurga.

MANFAAT MEMILIKI ISTRI SHOLEHAH

Manfaat memiliki istri sholehah Diantara menfaat memiliki istri sholehah ialah
sebagai berikut:

❑ Doa wanita lebih maqbul dari laki-laki karena sifat penyayang yang lebih kuat dari laki-
laki. Ketika di Tanya kepada Rasulallah Saw akan hal tersebut, jawab baginda: “Ibu lebih
penyayang dari pada bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia.”

❑ Wanita yang sholehah itu lebih baik dari 1.000 orang laki-laki yang tidah sholeh.

❑ Tidaklah seorang wanita yang haid itu, kecuali haidnya merupakan kifarah (tebusan) untuk
dosadosa yang telah lalu, dan apabila pada hari pertama haidnya membaca
“Alhamdulillahi’alaa Kulli Halin Wa Astaghfirullah” segala puji bagi Allah dalam segala
keadaan dan aku mohon ampun kepada Allah dari segala dosa. Maka Allah menetapkan dia
bebas dari neraka dan dengan muda melalui shiratul mustaqim yang aman dari siksa, bahkan
Allah Ta’ala mengangkat derajatnya, seperti derajatnya 40 orang yang mati syahid, apabila
dia selalu berzikir kepada Allah selama Haidnya.

❑ Apabila seorang wanita mencucikan pakaian suaminya, maka Allah mencatatkan baginya
seribu kebaikan, dan mengampuni dua ribu kesalahannya, bahkan segala sesuatu yang disinari
matahari akan memohonkan ampun untuknya, dan Allah mengangkatkannya seribu derajat.

❑ Seorang wanita yang sholehah lebih baik dari seribu orang laki-laki yang tidak soleh, dan
seorang wanita yang melayani suaminya selama seminggu , maka di tutupkan baginya tujuh
pintu neraka dan dibukakan baginya delapan pintu syurga, yang dia dapat masuk dari pintu
mana saja tanpa hisab.

❑ Wanita sholehah menjadi penolong di akhirat Ketika Umar bin Khatab bertanya kepada
Rasulullah Saw: “Wahai Rasulullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki?” beliau Nabi
Saw menjawab: “Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan
yang senantiasa berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.”
(HR. Ibnu Majah). Jika di pandang ia menenangkan, tidak hanya pada keindahan, cantik dan
pesonanya saja kesenangan suami juga ketika melihat istrinya dalam keadaan baik dan taat
kepada Allah.
❑ Jika ditinggal suaminya dia akan menjaga dirinya dan harta suaminya.

Kelompok 8

KONFLIK RUMAH TANGGA

Dalam kehidupan perkawinan. Kebahagiaan merupakan hal utama yang menjadi


tujuan dan sangat diharapkan dari sebuah perkawinan. Namun untuk mencapai suatu
kebahagiaan perkawinan bukanlah sesuatu hal yang mudah karena kebahagiaan perkawinan
akan tercapai apabila pasangan suami istri memiliki kualitas interaksi perkawinan yang tinggi.
Dalam suatu perkawinan terkadang apa yang diharapkan oleh masing-masing individu tidak
sesuai dengan kenyataannya setelah individu tersebut menjalani bahtera rumah tangga.
Perkawinan menuntut adanya perubahan gaya hidup, menuntut adanya penyesuaian diri
terhadap tuntutan peran dan tanggung jawab baru baik dari suami maupun istri.
Ketidakmampuan untuk melakukan tuntutan-tuntutan tersebut tidak jarang menimbulkan
pertentangan, perselisihan dan bahkan berakhir dengan perceraian.

Upaya Menghindari Konflik Dalam Rumah Tangga

1. Sebelum menikah hendaknya berfikir masak-masak dan bermusyawarah dengan orang


yang ahli atau memiliki pengalaman, harus mempelajari sebaik mungkin kondisi calon isteri
atau suami dan jangan hanya tertarik dengan penampilan lahir atau ketampanan saja, sehingga
menghasilkan pandangan yang kerdil dan tidak menyentuh kepada pokok masalah.

2. Mempelajari ilmu yang bermanfaat, beramal salih, membaca, mendengarkan berita-berita


yang bermanfaat, kaset-kaset murattal, dan ceramah agama yang bisa menambah kualitas dan
mutu keimanan kepada Allah SWT.

3. Jika ada orang yang tidak mengenal etika agama dan akhlak sehingga hak-haknya terlantar,
tidak bisa bersyukur terhadap nikmat dan pemberian, maka hendaknya bersikap arif dan bijak
untuk kepentingan masa depan rumah tangga, jangan sampai muncul berbagai bentuk
tindakan tidak terpuji yang bisa merusak keutuhan rumah tangga.

4. Bersikap lapang dada untuk menerima kekurangan dan kelemahan masing-masing serta
berusaha menumbuhkan rasa kasih sayang dan sikap pemaaf. Dan semua pihak yang dimintai
maaf hendaklah segera memberikan maaf agar hati kembali bercahaya dan bersih dari
perasaan jengkel, kesal dan dengki. Sebelum menikah hendaklah melihat kepada wanita yang
hendak dilamarnya karena demikian sebagai jembatan dan saran menumbuhkan rasa cinta dan
kasih sayang dengan orang yang belum dikenal.

5. Sebelum menikah hendaknya melihat kepada wanita yang dilamarnya karena demikian
sebagai jembatan dan sarana menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dengan orang yang
belum dikenal

6. Bagi orang yang hendak menikah, hendaknya berhati-hati dalam mencari jodoh hingga
menemukan calon yang benar-benar bagus yang sesuai dengan harapan-nya, sehingga mampu
mewujudkan kehidupan damai, bahagia, dan tenteram.

7. jika seorang suami ingin meiliki istri yang beraklak mulia, hati yang penuh dengan rasa
cinta,selalu tanggap dan suka berhias untuk suami, hendaknya ia juga berlaku seperti itu agar
hatinya terpengaruh dan selalu menaruh rasa hormat.

8. telpon bisa menjadi sebab segala kehancuran dan musibah rumah tangga, karena membawa
hanyut wanita pelan-pelan kedalam kerusakan dan fitnah, hingga berani kelaur rumah sesuka
hatinya tanpa ada yang mengawasi dan memantau, serta tanpa ditemani mahram ketika pergi
kepasar atau yang lainnya. Hingga timbul musibah dan bencana yang menimpa manusia baik
lakilaki ataupun perempuan.

9. kemesraan, kebahagiaan dan ketenangan hidup isteri bersma suami adalah sesuatu yang
paling mahal dan tidak ada yang bisa menandinginya walaupun dnegan orang tua dan
keluarga.

10. termasuk langkah menghidupkan sunnah sahabat dan salafus salih orang tua hendaknya
melamar pemuda salih untuk puterinya dan membantu meringankan beban biaya pernikahan.

11. menerapkan ajaran islam dalam rangka untuk memelihara dan menjaga keutuhan rumah
tangga serta merasa tanggung jawab terhadap pendidikan agama keluarga.

12. memilih tetangga yang baik dan menjauhi tetangga yang buruk.

13. ketika seorang istri tidak taat, membangkang dan memperangai buruk maka suami boleh
menggunakan kekuasaan sesuai dengan ketentuan syariat.

Penyebab Konflik Dalam Rumah Tangga

a. Cemburu

b. Kurangnya Keterbukaan Dalam Masalah Keuangan

c. Masalah Hubungan Intim

d. Masalah Privasi Masing-masing

e. Kurangnya Toleransi Dalam Pembagian Tugas Di Rumah

f. Masalah Kesehatan

g. Masalah Pendidikan

h. Kurangnya Komunikasi

i. Perselingkuhan

j. Perasaan Kurang Dihargai

Penyelesaia Konflik Dalam Rumah Tangga

❖ Bicarakan masalah yang muncul diwaktu yang tepat dan usahakan agar saat membicarakan
masalah tersebut tidak dalam keadaan marah.

❖ Usahakan agar anda membicarakan masalah dengan lemah lembut dan tanpa kata-kata
yang bisa menyakiti hati anggota keluarga yang akan anda ajak bicara dan berterusteranglah.

❖ Pikirkan jalan keluar terbaik yang bisa diambil oleh semua pihak dengan saling
menghormati pendapat masing-masing.
❖ Lakukanlah hal yang telah disepakati bersama dan berusahalah untuk menempatinya
karena jalan keluar yang telah disepakati bersama adalah keputusan terbaik yang bisa diambil
untuk menyelesaikan konflik dalam rumah tangga, dan berusaha membangun rumah tangga
dengan dilandasi Agama yang kuat.

❖ Istri yang nusyuz hendaknya diberikan nasihat oleh suami dan jika perlu suami dapat
memberikannya hukuman agar bisa kembali kejalan yang benar. Kelompok 9 Keluarga
Harmonis

❖ Mu’asayaroh bil ma’ruf Mu‟asyaroh bil ma‟ruf diambil dari bahasa arab yaitu mu‟asyaroh
yang memiliki keterangan ”musyarakah bainal itsnaini” yang berarti kebersamaan kedua
pihak, sedangkan ma‟ruf berarti kebaikan, jadi mu‟asyaroh bil ma‟ruf memiliki pengertian
kebersamaan antara dua pihak yang dijalani atas dasar kebaikan. Hal itu dapat terjadi pada
saudara, sahabat, teman, suami istri, keluarga dan lain sebaginya, cakupan dari mu‟asyaroh
bil ma‟ruf juga terdapat pada situasi dan kondisi budaya dan tradisi suatu masyaraka.
Berdasarkan hal tersebut maka mu‟asyaroh bil ma‟ruf dengan segala persoalannya, akan
dapat dipahami sebagai suatu pergaulan atau pertemanan, persahabatan, kekeluargaan, dan
kekerabatan yang dibangun secara bersama-sama dengan cara-cara yang baik, yang sesuai
dengan tradisi dan situasi masyarakatnya masing-masing. Namun tidak bertentangan dengan
norma-norma agama, akal sehat, maupun fitrah manusia, Quraish Shihab dalam Ichwan
(2013: 176), memaknai mu‟asyaroh bil ma‟ruf antara suami istri sebagai suatu kerjasama
dalam menjalani kehidupan rumah tangga dengan berlandaskan amal ma‟ruf nahi mungkar.
seperti yang terdapat dalam surat At.Taubah : 71yang artinya: “Dan orang-orang yang
beriman, lelaki danperempuan,sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian
yang lain. mereka menyuruh(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana “

Pasangan suami-istri diseluruh dunia mendambakan kehidupan rumah tangga yang


langgeng dunia akhirat, sakinah yang penuh dengan kasih saying dan diridhai Allah SWT, hal
itu merupakan tujuan akhir suatu perkawinan. Rasulullah mencontohkan bahwa pernikahan
merupakan sarana untuk mengatur hubungan seksual secara legal, karena itu keduanya
memiliki kepentingan dan tujuan yang sama, tidak mengandung unsur subordinal dan
memarjinalisasikan salah satu dari keduanya.

Kelompok 10

JIMAK
A. Pengertian Dan Batasan Jimak

Kata jima menurut bahasa diambil dari kata Jama yujami'u mujami'atan wajima'an
yang berarti "berkumpul atau bersetubuh", seperti kalimat jima'ul mar'ati yang berarti
bersetubuh dengan perempuan

Kata jima murodif/ sinonim dengan kata wathi, seperti pada kalimat.' Wathi ul Mar ati
Bijimaiha Jadi kata jima mempunyai arti persetu buhan antara laki-laki dengan perempuan.
Kedua kata ini lebih menekankan maknanya pada kegiatan persenggama an. Jima yang berarti
hubungan seksual, terkadang juga memiliki arti umum, di mana setiap persetubuhan dan atau
keadaan yang menyerupai bersetubuh (semisal, keduanya sudah dalam posisi hubungan seks
tetapi belum penetrasi atau hasyafah dan kelentit belum iltiqo') bagi kebanyakan orang sudah
dikatakan "bersetubuh". Ulama sepakat bahwa jima' (bersetubuh) yang kemudian memiliki
kosekuensi hukum seperti wajibnya mandi had, dan sebagainya adalah apabila telah masuk
kepala kemaluan ( ‫ ( القضيب‬kedalam Farj (‫( الحش\\فة‬sehingga bersentuhan antara kulit kedua
khitan tersebut. Yakni bagian yang tidak wajib dibasuh ketika mandi janabah bagian dalam)."

Maka pertemuan dua kulit khitan ini menjadi batasan sehingga suatu perbuatan itu
dapat dihukumi berjima'. Meskipun sebagian yang ain mengatakan posisi/keadaan yang
menyerupai posisi berjima' sebagaimana biasanya juga dapat dikatakan/di hukumni
berjima'.Namun, jumhur lebih sejalan dengan pen dapat yang pertama. Dalam kehidupan
sehari-hari pengertian seks kerap hanya mengacu pada aktivitas biologis yang berhubungan
dengan alat kelamin atau genetalia belaka. Padahal makna seks sebagai jenis kelamin saja
meliputi keseluruhan kompleksitas emosi, perasaan, kepribadian dan sikap seseorang yang
berkaitan dengan perilaku serta orientasi seksualnya. Sedangkan seksualitas secara denotatif
memiliki makna lebih luas karena meliputi semua aspek yang berhubungan dengan seks, yaitu
nilai, sikap, orientasi, dan perilaku. Secara dimensional seksualitas bisa dipilah lagi ke dalam
dimensi biologis, psikologis, sosial, perilaku, klinis, dan kultural.

B. Nash-Nash Dalam

Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dan
dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah
kabar gembira kepada orang yang beriman. (Q.S Al-Baqarah : 223) ُ‫ه ا َّن ُ َّ ْم ألَبا ٌس‬

Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah
pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. (QS. Al-Baqarah : 187)

C. Adab Bersetubuh Dalam Islam

1. Membaca Basmalah

Membaca basmalah atau sering juga diistilahkan dengan tasmiyah disunnahkan untuk dibaca
sebelum jima' dimulai. Hal ini menunjukkan bahwa jima' bagian dari ibadah kepada Allah
SWT.
2. Tidak Menghadap Kiblat

Para ulama menyarankan sebagai bentuk pemuliaan kepada Ka'bah, maka sebaiknya kita tidak
melakukan jima' sebaiknya dengan menghadap kiblat. Hal itu tertuang dalam beberapa kitab
para ulama di masa lalu, semisal kitab Al Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab, Jawahirul Iklil, Al-
Mughni, Kasysyaf Al-Qina', Ihya' Ulumuddin, dan lainnya. Barangkali dalilnya adalah qiyas
antara jima' dengan buang air, yang dianjurkan untuk tidak menghadap atau membelakangi
kiblat.

3. Diawali dengan Percumbuan

Syariat Islam menganjurkan agar dalam melakukan jima' tidak langsung kepada hubungan
badan, melainkan diawali terlebih dahulu dengan percumbuan (mula'abah), mencium (taqbil),
dan sentuhan-sentuhan. Tidak ada dasarnya hadits yang kuat dan bisa dijadikan sandaran,
kecuali sepenggal hadits dhaif berikut ini: Rasulullah SAW melarang melakukan jima
sebelum mula abah. Mula'abah secara bahasa berarti bermain-main, dari kata la 'iba-yal'abu,
tapi maksudnya adalah permainan yang menjadi pembuka atau pemanasan dari hubungan
suami istri.

Sering juga disebut dengan istilah foreplay. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa Nabi
Muham mad SAW menganjurkan untuk menikahi wanita yang perawan karena masih bisa
untuk bercumbu rayu dengan nya sebelum bercinta.

4. Menyetubuhi isteri dari arah manapun asalkan bukan di dubur

Imam Nawawi r.a berkata, "Yang namanya ladang (tempat bercocok tanam) pada wanita
adalah dii kemalu annya yaitu tempat mani bersemai untuk mendapatkan keturunan. dari jabir
bin abdillah r.a berkata yang artinya ' dahulu orang-orang yahudi berkata jika menyetubuhi
istrinya dari belakang, maka anak yang nantinya lahir bisa juling Al-Tihami pun mengecam
mendatangi istrinya lewat anus, atau yang lebih dikenal dengan anal sex.Menurutnya model
ini dilaknat Tuhan. Bahkan mengkategorikan peri laku ini dengan sederetan perilaku kafir
dengan apa yang digariskan Tuhan kepada Muhammad. Menurut suatu hadist, ada tujuh
perbuatan yang membuat Tuhan tidak melihatnya pada hari Kiamat dan Tuhan
memerintahkan mereka di masukkan kedalam neraka baik pelaku maupun "korban", yaitu: (1)
homoseksual; (2) pelaku masturbasi; (3) menye tubuhi hewan; (4) mendatangi istrinya lewat
anal; (5) menikahi istri beserta adik perempuannya sekaligus; (6) menzinahi istri tetangganya;
(7) membahyakan tetangga nya.

5. Tidak Selesai Sendirian

Sangat dianjurkan bagi pasangan suami istri yang melakukan jima' untuk mencapai orgasme
bersama, atau setidaknya tidak meninggalkan pasangannya kecuali setelah sama-sama
mendapatkan puncak kenikmatannya.

6. Memakai Penutup
Sebagian ulama menganjurkan agar ketika suami istri sedang melakukan jima' untuk
menggunakan penutup, dan tidak telanjang bulat alias bugil. Oleh karena itu kita menemukan
juga pendapat yang berbeda dari para ulama tentang tidak adanya keharusan penggunakan
penutup pada saat berjima' Salah satu yang membolehkan adalah Ibnu Al-Qasim dalam Kitab
Adz Dzakhirah.

7. Tidak Banyak Bicara dan Tidak Berisik

Dianjurkan buat suami istri ketika melakukan jima ”untuk tidak banyak bicara dan tidak
melakukannya dengan berisik Dimakruhkan apabila sampai suara mereka terdengar orang
lain, kecuali bayi yang masih kecil dan belum mengerti apa-apa. Meskipun keduanya tidak
merasa risih, namun hal seperti itu tetap harus dihindari. Hal itu sebagaimana disebut kan oleh
Asy-Syafi'i dan AlHanabilah.

8. Mencuci Kemaluan dan Berwudhu

Bila Mengulangi Dianjurkan apabila suami istri setelah melakukan jima akan mengulanginya
lagi, untuk mencuci atau membersih kan kemaluannya, lalu berwudhu kembali. Bahkan kalau
mau lebih afdhal, dianjurkan untuk mandi janabah terlebih dahulu, meski pun tentunya bukan
merupakan kewajiban atau syarat.Sebab Rasulullah SAW pernah menggilir para istrinya
dengan satu kali mandi janabah. Dari Anas radhiyallahuanhu bahwa Nabi SAW pernah
menggilir para istrinya dengan sekali mandi janabah. (HR. Mus lim).

Namun bila tidak keberatan dan mau dapat yang lebih afdhal, tidak mengapa bila setiap kali
melakukan jima' dengan salah seorang istri, diakhiri dengan mandi janabah. Sebab yang
seperti itu pun juga pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.

9. Dilakukan di Malam Jumat

Keutamaan melakukan jima' pada malam Jumat didasar kan pada pengertian dari hadits
tentang fadhilah atau ke utamaan mandi janabah di pagi hari Jumat, yaitu untuk melakukan
shalat Jumat. 'Siapa yang mandi pada hari Jumat sebagaimana mandi janabah, lalu berangkat
menuju masjid, maka dia seolah berkurban dengan seekor unta. (HR. Al-Bukhari Muslim)'

Dari dalil itu kemudian sebagian ulama mengembang kan kesimpulan bahwa ada isyarat
untuk melakkan jima' pada malam harinya. Karena disunnahkan mandi janabah di pagi
harinya. Namun sebagian ulama lainnya tidak menyimpulkan seperti itu. Dalam pandangan
mereka, mandi yang disunnah kan itu bukan mandi janabah, melainkan mandi yang khusus
disyariatkan di hari Jumat terkait dengan akan dilakukannya. shalat Jumat.

Kelompok 12
Anak dan Tangggung Jawab Orang Tua

Pertama, karena anak merupakan permata hati dan kebahagian bagi setiap Muslim,
sebagaimana dalam surat Ali‘Imran ayatke-14, Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatangbinatang ternak, dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

Kedua, memiliki anak dan mendidik anak dengan baik termasuk sunnah Nabi:
Artinya: Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan berkata, “Nikahilah
wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak banyak karena aku akan berbangga
dengan kalian dihadapan para nabi pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Hibban. Lihat Al-Irwa’ no.
1784).

Ketiga, banyaknya perintah agar setiap pasangan memiliki dan memperbanyak


keturunan Seperti dalam surat al-A’raf ayat ke-86, Dan ingatlah di waktu dahulu kamu
berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu.

Keempat, dengan memiliki anak maka akan mendatangkan rizki dengan izin Allah.
Dalam surat al-Isra’ ayat ke-31, Allah berfirman: Dan janganlah kamu membunuh anak-
anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga
kepadamu.” Dalam ayat tersebut, Allah menjamin rizki setiap anak yang telah dilahirkan, dan
juga menjamin rizki kepada orang tua yang telah melahirkannya.

Kelima, ketika orang tua sudah renta dan mengalami penyakit, maka hanya anak yang
mampu untuk merawat orang tua dengan ikhlas. Keenam, dengan adanya anak, maka akan
mendapatkan kesempatan amal jariyah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Artinya: “Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di
surga.” Maka ia pun bertanya, “Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?” Allah menjawab,
“Berkat istighfar anakmu bagi dirimu.” (HR. Ahmad, ibn Katsir berkata, isnadnya sahih).

Selain itu, juga terdapat dalam hadis Nabi yang lainnya, Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
(yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim
no. 1631).

Itulah keenam keutamaan memiliki anak dalam Islam. Hak Anak dan Kewajiban
orang tua terhadap anak Anak adalah titipan Allah SWT. Jadi, kapanpun Allah ingin
mengambil kembali titipannya tersebut, maka tidak akan ada yang dapat menghalangi-Nya,
oleh karenanya jangan pernah menyianyiakannya. Segala perilaku anak selama di dunia
adalah tanggung jawab orang tuanya. Termasuk mendidik, dan mengasihi seorang anak itu
adalah tanggung jawab orang tuanya.
Hak Anak

1. Memperoleh Nasab

► Setiap anak berhak memperoleh pengakuan dalam silsilah keturunan (nasab). Hal
ini akan menciptakan pengakuan yang jelas dari masyarakat, yang akan memperkuat perasaan
tenang bagi anak karena ia benar-benar berasal dari keturunan tersebut.

2. Memperoleh penyusuan

►Seorang anak yang telah dikandung dan dilahirkan oleh ibunya, maka merupakan
hak baginya untuk dijaga keberlangsungan hidupnya, antara lain dengan disusui.

3. Hidup dan Tumbuh berkembang

►Hak anak untuk hidup dan terus berkembang ini dijelaskan dalam surat al-An'am
ayat 151 yang berbunyi : “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka."

4. Diberi Nafkah

►Orang tua wajib memberikan nafkah kepada anak-anaknya sampai sang anak
memiliki kemampuan untuk menafkahi dirinya sendiri. Tak hanya nafkah berupa makanan
yang halal, setiap anak berhak atas nafkah kasih sayang yang adil dari kedua orang tuanya.

5. Mendapatkan pengasuhan dan pemeliharaan yang baik

►Wajib hukumnya merawat dan mengasuh anak dengan baik untuk kemaslahatan dan
keberlangsungan hidupnya. Kita sebagai orang tua harus memenuhi hak anak berupa
penjagaan dan pengawasan dalam keselamatan jasmani dan rohani Si Kecil, dari segala
bahaya yang dapat menimpanya.

6. Mendapatkan Keadilan dan Persamaan Derajat

7. Mendapatkan Cinta Kasih

► Sudah merupakan kewajiban bagi setiap orang tua untuk mencintai anak-anaknya.
Islam pun memerintahkan agar orang tua memperlihatkan perasaan cinta secara nyata kepada
anak-anaknya agar anak benar-benar merasa bahwa kedua orang tuanya sangat mencintai dan
mengasihi mereka.

8. Bermain

9. Mendapat Perlindungan dari Api Neraka

► Allah SWT secara tegas mengingatkan kepada para orang tua untuk terus
melindungi dan menjaga diri dan keluarganya, termasuk anak-anaknya, dari siksa api neraka
di dalam surat at-Tahrim ayat 6: "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan
keluargamu dari siksa api neraka."
Kewajian Orang tua terhadap anak

1. Memberi Nama yang Baik

► "Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama
kamu sekalian, maka perbaguslah nama kalian." (HR. Abu Dawud).Terkait pemberian nama
yang baik ini sesuai hadits Nabi riwayat Abu Dawud, yakni kewajiban orang tua terhadap
anak untuk memberikan nama anak sebaik mungkin artinya.

2. Memberi Anak Air Susu Ibu (ASI)

► Kewajiban oang tua terhadap anak yang harus dipenuhi ialah memberinya Air Susu
Ibu (ASI). Hal ini pun sudah tertulis dalam kitab suci Al-Quran surah AlBaqarah ayat 233.
"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan pernyusuannya." (QS. Al-Baqarah: 233).

3. Mendidik Anak dengan Baik Seorang anak harus mendapatkan pendidikan yang baik dan
sama dengan anak-anak lainnya. Termasuk pendidikan mengenai agama dan akhlak-akhlak
yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan agama Islam Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari
kakek Ayub Bin Musa Al Quraisy dari Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiada
satu pemberian yang lebih utama yang diberikan ayah kepada anaknya selain pengajaran yang
baik.”

4. Mengajarkan Al-Quran

►Mengajarkan anak meneladani Al-Quran adalah kewajiban orang tua. Hadits


Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ali radiyallahu 'anhu, bersabda: "Ajarkanlah tiga hal
kepada anak-anak kalian, yakni mencintai nabi kalian, mencintai keluarganya, dan membaca
Al-Quran. Sebab para pengusung Al-Quran berada di bawah naungan arsy Allah pada hari di
mana tidak ada naungan kecuali naunganNya, bersama para nabi dan orang-orang pilihanNya.
Dan, kedua orang tua yang memperhatikan pengajaran Al Qur’an kepada anak-anak mereka,
keduanya mendapatkan pahala yang besar.”

5. Bersikap Adil terhadap Anak-anaknya

► Berusaha memberikan keadilan pada anak-anak penting untuk dilakukan. Misalnya


dalam memberi kasih sayang yang sama terhadap masingmasing anak. Kasih sayang orang
tua merupakan hak setiap anak dan harus diberikan secara adil. Tidak hanya kasih sayang,
memberikan sesuatu pada anak pun harus adil. Tidak boleh ada yang lebih banyak ataupun
lebih sedikit.

6. Memberi Nafkah dan Makanan yang Halal

► Kewajiban ini lebih tepatnya adalah kewajiban sebagai ayah dalam keluarga.
Seperti sabda Rasulullah SAW kepada Sa'ad Bin Abi Waqhas, “Baguskanlah makananmu,
niscaya doamu akan dikabulkan.” Berusaha memberikan nafkah dan makanan yang halal pada
anak-anak penting untuk dilakukan. Misalnya dalam memberi kasih sayang yang sama
terhadap masing-masing anak. Kasih sayang orang tua merupakan hak setiap anak dan harus
diberikan secara adil. Makanan yang hal dikonsumsi anak, maka akan membawa keberhakan
untuk keluarga.

7. Menikahkan dengan Calon Suami/Istri yang Baik

►Sebagaimana firman-Nya, “Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan


orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hambahambamu yang laki-laki ataupun yang
perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan
kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya.” (QS. An-Nur: 32).

Dosa Orang Tua terhadap anak Jika biasanya ada anak yang durhaka pada orang tua,
namun sering tidak disadari ada juga dosa orang tua terhadap anak. Salah satu yang kadang
tidak terasa adalah dengan menyia-nyiakan keberadaan anak yang sudah menjadi tanggung
jawabnya. Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bersabda: Cukuplah seseorang itu dikatakan
berdosa karena ia telah menyia-nyiakan orang yang berada di bawah tanggung jawabnya.”
(HR An-Nasa’i dan Al-Hakim)

Menyia-nyiakan anak yang paling parah adalah membiarkannya begitu saja tanpa
diberikan pendidikan dan tidak mengajarkannya adab Islam. Padahal, menjadi orang tua yang
baik tidak hanya dengan memberikan kebutuhan sandang dan pangan serta rumah saja.Dalam
Islam, orang tua diberi tanggung jawab untuk membesarkan dan mendidik anaknya dengan
baik. Sebab, anak lahir dalam keadaan yang belum mengetahui apa-apa dan tugas besar
menanti para orang tua untuk membimbing anak-anaknya dengan baik.

1. Bersikap Kasar

Bersikap kasar pada anak adalah salah satu dosa orang tua kepada anak yang paling dibenci
oleh Allah SWT. Saat menemukan perilaku anak yang tidak disukai, jangan tunjukkan sikap
kasar tapi hendaknya nasehatilah dengan lembut dan tetap dengan penuh kasih sayang.

2. Pilih Kasih

Ini termasuk dosa orang tua terhadap anak yang besar, karena dapat menyebabkan
kecemburuan pada anak. Padahal, Rasulullah SAW saja memerintahkan untuk berlaku adil,
apalagi pada anak. Ini juga bisa berpotensi putusnya tali silaturahmi antar sesama anak

3. Membanding-bandingkan

Kebiasaan tersebut akan menimbulkan perasaan rendah diri pada anak. Dirinya akan tumbuh
menjadi orang yang tidak percaya diri dan merasa tidak mampu melakukan sesuatu. Padahal,
tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama, bahkan pada anak kembar sekali pun.

4. Mengekang Kebebasan

Kebebasan adalah hak setiap anak. Daripada dikekang, alangkah lebih baiknya untuk
memberikan arahan, menunjukkan mana yang baik dan jelek, serta hal-hal yang
diperbolehkan atau tidak. Ini akan memberikan anak kesempatan untuk belajar dan juga
mengekspresikan diri dengan baik.
5. Mendoakan Keburukan

Inilah pentingnya menjaga lisan. Apalagi saat berubah status sebagai orang tua terlebih ibu,
apa yang diucapkan dari mulut bisa menjadi doa dan lebih mudah untuk dikabulkan. Ada
baiknya saat marah, menarik waktu untuk sendiri dari pada mengomel dan malan mendoakan
keburukan bagi anak.

6. Tidak Memberi Pendidikan

Salah satu tanggung jawab orang tua kepada anak adalah memberikan pendidikan yang layak.
Sebab, anak harus tumbuh dengan mendapatkan baik sebagai bentuk kasih sayang orang tua
kepada anak. Tidak melulu memenuhi keinginan fisik, kebutuhan otak dan hatinya pun harus
diperhatikan. Memberikan pendidikan juga tidak dibatasi dengan memasukannya ke sekolah.
Saat berada di rumah pun, orang tua harus memberi contoh dan belajar bersama meski merasa
sangat sibuk. Dengan memberi pendidikan yang layak, orang tua telah bertanggung jawab
mempersiapkan masa depan anak

Anda mungkin juga menyukai