Anda di halaman 1dari 16

3.

SAMPLING

1. Apa definisi sampling dan tujuan sampling?


2. Apa yang dimaksud ketidak pastian dan sampling audit?
3. Apa yang dimaksud risiko sampling dan apa saja yag termasuk risiko sampling?
4. Apa saja yang dimaksud pendekatan sampling audit?
5. Apa yang dimaksud dengan :
a. Sampling dalam pengujian substantive
b. Variable sampling
c. Sampling dalam pengujian pengendalian
d. Atribut sampling
e. Sampel dengan tujuan ganda

1. DEFINISI DAN TUJUAN SAMPLING AUDIT


Ikatan Akuntansi Indonesia melalui Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 350
mendefinisikan sampling audit sebagai :
“penerapan prosedur audit terhadap unsure-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi
yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun
atau kelompok transaksi tersebut.”
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian maupun
pengujian substantive. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan sampling audit
dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan
prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang
berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit, jika diterapkan dengan semestinya akan
dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan
lapangan yang ketiga.

2. KETIDAKPASTIAN DAN SAMPLING AUDIT


Semakin banyak sampel yang diambil, semakin banyak waktu dan biaya yang diperlukan.
Auditor juga mengakui adanya konsekuensi negative dari kemungkinan kesalahan pengambilan
keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data sampel semata. Apabila
auditor ingin mengurangi kemungkinan kesalahan keputusan tersebut, auditor harus menambah
jumlah sampel. Hal ini mengakibatkan peningkatan biaya dan waktu yang diperlukan. Sebaliknya,
apabila auditor ingin mengurangi biaya dan waktu untuk melakukan pemeriksaan, maka auditor
harus mengurangi jumlah sampel. Hal ini akan memperbesar kemungkinan kesalahan
pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data sampel tersebut.
Ketidakpastian meliputi :
a. Ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh penggunaan sampling (resiko sampling),
b. Ketidakpastian yang disebabkan faktor selain sampling (resiko non sampling).
3a. RISIKO SAMPLING
Tingkat risiko sampling mempunyai hubungan yang terbalik dengan ukuran sampel. Semakin kecil
ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya. Sebaliknya, semakin besar ukuran sampel,
semakin rendah risiko samplingnya. Risiko sampling dapt dibedakan atas :
a) Risiko sampling dalam pengujian substantive atas detail atau rincian.
Auditor memperhatikan dua aspek penting dari risiko sampling, yang meliputi :
1. Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance)
2. Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection)

b) Risiko sampling dalam melaksanakan pengujian pengendalian


Auditor memperhatikan dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi :
1. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk
too low)
2. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too
high)
3b) RISIKO NON SAMPLING
Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling.
Risiko ini tidak penah dapat diukur secara matematis. Risiko non sampling timbul karena :
a. Kesalahan manusia seperti gagal mengakui kesalahan dalam dokumen.
b. Kesalahan pemilihan maupun penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan tujuan audit.
c. Salah interpretasi hasil sampel

4. PENDEKATAN SAMPLING AUDIT


Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar pekerjaan lapangan ketiga menyatakan
bahwa:
“bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan”
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk memperoleh
bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah :
1) SAMPLING STATISTIK
Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling non statistik. Namun,
tingginya biaya dapat dikompensasi dengan tingginya manfaat yang dapat diperoleh melalui
pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistik menguntungkan manajemen dalam tiga hal
berikut :
a. Perencanaan sampel yang efisien
b. Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun
c. Pengevaluasian hasil sampel
Disamping itu, sampling statistik mendukung auditor untuk mengkuantufikasi dan mengendalikan
risiko sampling. Ada dua macam tehnik sampling statistik, yaitu :
a. Attribute sampling
b. Variables sampling
2) SAMPLING NON STATISTIK
Sampling non statistik merupakan sampel yang dilakukan berdasarkan criteria subyektif. Auditor
dapat menentukan besarnya sampel yang diambil dalam sampling non statistik, dengan melakukan
pertimbangan subyektif berdasarkan pengalamanannya. Pelaksaan evaluasi atas sampel juga
dilakukan berdasar kriteria subyektif dan pengalaman auditor yang bersangkutan.
5a .SAMPLING DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF
Standar Profesional Akuntan Publik 350. Par 16 menyebutkan berbagai faktor yang harus
dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian substantive. Faktor-faktor
tersebut meliputi :
a. Hubungan antara sampel dengan tujuan audit yang relevan yang harus dicapai.
b. Pertimbangan pendahuluan atas tingkat tingkat materialitas.
c. Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima auditor.
d. Karakteristik populasi.
Disamping faktor tersebut diatas auditor harus cermat dalam mempertimbangkan pula hal-hal
berikut :
1. Pemilihan sampel
2. Pelaksanaa evaluasi atas hasil sampel

5b. VARIABLE SAMPLING


Variable sampling tepat untuk diterapkan auditor, antara lain pada :
a. Observasi dan penilaian persediaan
b. Konfirmasi piutang dagang
c. Cadangan untuk piutang tak tertagih
d. Cadangan persediaan yang rusak
e. Menilai persediaan dalam proses
f. Menilai aktiva tetap dalam public utility company
g. Penilaian umur piutang
Ada tiga tehnik yang dapat digunakan dalam variable sampling, yaitu :
1. Mean-per-unit (MPU)
Langkah-langkah dalam perencanaan estimasi MPU, meliputi :
a. Menentukan tujuan rencana sampling
b. Mendefinisikan kondisi kesalahan
c. Mendefinisikan populasi dan unit sampling
d. Menentukan ukuran sampel
e. Menentukan metode pemilihan sampel
f. Melaksanakan rencana sampling
g. Mengevaluasi hasil sampel
2. Difference estimation
Dalam sampling estimasi perbedaan ini, perbedaan dihitung untuk setiap item sampel yang sama
dengan nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Auditor kemudian menggunakan rata-
rata perbedaan untuk menghimpun estimasi nilai populasi total. Variabilitas perbedaan tersebut
digunakan untuk menentukan (achieved precision) atau cadangan (allowance) yang dapat diterima
oleh risiko sampling.
Ada empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan tehnik sampling ini, yaitu :
a. Nilai buku setiap item populasi harus dapat diketahui auditor
b. Total nilai buku populasi harus diketahui auditor
c. Jumlah keseluruhan dari nilai buku item populasi harus sama dengan total nilai buku populasi
d. Harus ada perbedaan antara nilai audit dan nilai buku yang dapat diharapkan
3. Sampling Estimasi Rasio
Dalam sampling ini, auditor menentukan nilai audit untuk setiap item sampel. Rasio dihitung
dengan menghitung hasil pembagian jumlah nilai audit dibagi jumlah nilai buku item sampel.
Rasio tersebut kemudian dikalikan dengan nilai buku total untuk menghasilkan nilai populasi yang
diestimasikan.
Sama dengan estimasi perbedaan, ada empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan tehnik
sampling ini.

5c. SAMPLING DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN


Standar Profesional Akuntan Publik 350 par 31 menyebutkan faktor-faktor yang haru7s di
pertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian pengendalian. Seperti telah
dikemukakan, bahwa dalam menyelenggarakan pengujian pengendalian, auditor memberiakn dua
aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi risiko penentuan tingkat risiko pengendalian
yang terlalu rendah (risk of assessing control risk to low) dan risiko penentuan tingkat risiko
pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high).
5d. ATTRIBUTE SAMPLING
Tehnik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaannya adalah untuk
memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam
populasi.
Sampling atribut untuk pengujian pengendalian, meliputi tahap berikut :
1. Menentukan tujuan pengujian audit
2. Menspesifikasi atribut yang akan diperiksa dan kondisi penyimpangan
3. Mendefinisikan populasi dan unit sampling
4. Menspesifikasikan tingkat penyimpangan yang dapat diterima
5. Menspesifikasikan risk of assessing control risk too low yang dapat diterima atau acceptable risk
of over reliance
6. Mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
7. Menentukan ukuran sampel
8. Menentukan metode pemilihan sampel
9. Melaksanakan prosedur audit
10. Mengevaluasi hasil sampel
Tingkat penyimpangan yang dapat diterima sering disebut dengan tolerable deviation rate
(TDR). TDR mencerminkan tingkat penyimpangan dalam populasi yang dapat diterima auditor.
TDR mempunyai pengaruh yang signifikan atas ukuran sampel. TDR mempunyai hubungan
terbalik dengan besar kecilnya sampel. Semakin rendah TDR, semakin besar jumlah sampel yang
diperlukan auditor.
Aceptable risk of over reliance (ARO) merupakan risiko bahwa auditor menilai suatu
pengendalian berjalan efektif, padahal pada kenyataannya tingkat deviasi populasi lebih tinggi
daripada ARO. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam pemilihan ARO
yang tepat untuk situasi tertentu. Besarnya ARO tergantung dengan keekstensifan rencana auditor
untuk mengurangi tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan. ARO dipengaruhi planned
assessed level of control risk atau tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan yang direncanakan,
ARO mempunyai hubungan searah dengan planned assessed level of control risk.Semakin tinggi
Planned assessed level of control risk, semakin tinggi ARO.
Apabila penilaian aspek kuantitatif dan kualitatif atas hasil sampel mendukung kesimpulan
bahwa ada penyimpangan pengendalian, maka auditor harus menggunakan pertimbangan
profesional untuk menentukan tindakan yang tepat. Jika auditor menyimpulkan bahwa hasil
sampel tidak mendukung tingkat risiko pengendallian yang direncanakan atas suatu asersi, maka
dia harus mennilai kembali sifat, waktu, dan luas prosedur pengujian substantive.
Perlu dibedakan antara TDR dan ARO yang dipilih auditor sebelum tes dilakukan, dengan
UDL, dan ARO hasil perhitungan secara obyektif berdasarkan sampel. TDR dan ARO yang dipilih
auditor sebelum tes dilakukan, merupakan TDR dan ARO standar. Sebelum populasi dapat
diterima, UPL harus lebih kecil atau sama dengan TDR. Apabila UDL harus lebih besar daripada
TDR, maka auditor dapat melakukan empat alternative tindakan berikut :
1. Merevisi TDR atau ARO. Langkah ini diambil apabila auditor berkesimpulan bahwa spesifikasi
sebelumnya terlalu konservatif.
2. Menambah ukuran atau jumlah sampel. Apabila sampel ternyata tidak representative, maka
auditor dapat menambah sampel dan mengevaluasi kembali hasilnya. Peningkatan jumlah sampel
dan mengevaluasi kembali hasilnya. Peningkatan jumlah sampel akan mengurangi UDL sehingga
terjadi penuruna risiko sampling.
3. Menambah prosedur pengujian substantive.
4. Memberitahu manajemen mengenai masalah struktur pengendalian intern. Apabila auditor menilai
bahwa struktur pengendalian intern tidak berjalan secara efektif, maka auditor perlu
menginformasi hal inni kepada manajemen.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mengestimasi tingkat penyimpangan populasi yang
diharapkan, yang meliputi :
a. Tingkat penyimpangan sampel yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya terhadap klien
yang sama, disesuaikan dengan mempertimbangkan perubahan efektivitas pengendalian tahun
berjalan.
b. Estimasi yang dilakukan berdasarkan tingkat resiko yang ditentukan berdasarkan bukti efektifitas
operasi prosedur dan kebijakan pengendalian tahun berjalan.
c. Auditor menghimpun sampel kecil terlebih dahulu, kemudian berdasarkan nilai audit item sampel
ini, auditor auditor mengestimasi standar deviasi populasi.
Dalam melakukan evaluasi atas sampling atribut, auditor harus :
a. Menghitung tingkat penyimpangan sampel
b. Menentukan batas penyimpangan sampel
c. Menentukan cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling

5e. SAMPEL DENGAN TUJUAN GANDA


Auditor dalam situasi tertentu, dapat merancang sampel yang memenuhi dua tujuan sekaligus,
yaitu :
a. Menentukan risiko pengendalian
b. Menguji kebenaran jumlah moneter ransaksi yang dicatat
Untuk melakukan hal itu, auditor biasanya telah membuat estimasi pendahuluan bahwa
terdapat tingkat risiko yang rendah bahwa penyimpangan dari procedure atau kebijakan struktur
pengendalian intern yang ditetapkan dalam populasi, akan melebihi tingkat penyimpangan yang
dapat diterima.
Ukuran sampel yang dirancang harus merupakan yang terbesar diantara ukuran-ukuran sampel
yang dirancang untuk masing-masing tujuab terpisah. Penilaian untuk setiap tujuan harus
dilakukan secara terpisah dengan menggunakan tingkat risiko yang sesuai untuk masing-masing
tujuan pengujian.
4. SIKLUS PENDAPATAN

Siklus pendapatan (revenuecycle) perusahaan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan
pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan penagihan pendapatan dalam bentuk kas. Perusahaan yang
berbeda juga memiliki sumber pendapatan yang berbeda. Sebagai contoh, perusahaan barang dagang dan
pabrikasi yang melakukan penjualan; dokter, pengacara, akuntan publik yang menerima uang jasa (fee); serta
bioskop, bank serta lembaga keuangan yang menerima bunga dan deviden. Kebanyakan pembahasan dan
ilustrasi dalam makalah ini didasarkan pada perusahaan barang dagang.
Usaha perusahaan barang dagang, kelompok transaksi yang termasuk dalam siklus pendapatan adalah :
1. Penjualan kredit (penjualan yang dilakukan derngan hutang)
2. Penerimaan kas (penagihan piutang dan penjualan tunai)
3. Penyesuaian penjualan (potongan, retur penjualan dan pengurangan harga serta piutang tak tertagih
(penyisipan dan pengapusan).
Transaksi-transaksi tersebut mempengaruhi rekening-rekening berikut :
a) Penjualan
b) Piutang dagang
c) Harga pokok penjualan (HPP)
d) Kas
e) Persediaan barang dagang
f) Potongan penjualan
g) Retur penjualan
h) Kerugian atau biaya piutang tak tertagih (bad debts expense)
i) Cadangan kerugian piutang

TUJUAN AUDIT
Tujuan audit siklus pendapatan adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi
signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus pendapatan. Tujuan audit ditentukan berdasar atas
kelima kategori asersi laporan keuangan yang dinyatakan oleh manajemen.
Asersi Keberadaan atau Keterjadian
Pada siklus ini tujuan keberadaan atau keterjadian menekankan pada apakah seluruh saldo penjualan, piutang
dagang dan kas benar-benar eksis atau ada pada tanggal neraca. Tujuan dari asersi ini adalah :

1. Transaksi penjualan yang tercatat menggambarkan barang yang dikirimkan kepada pelanggan selama
periode di bawah audit
2. Transaksi penerimaan kas yang tercatat menggambarkan kas yang diterima selama periode, baik yang
berasal dari penjualan tunai maupun penjualan kredit
3. Transaksi penyesuaian penjualan yang tercatat selama satu periode menggambarkan rekening potongan
penjualan yang terotorisasi, retur penjualan, dan piutang tak tertagih
4. Saldo piutang dagang yang tercatat menggambarkan jumlah yang harus dibayar pelanggan pada tanggal
neraca
Asersi Kelengkapan
Asersi ini menekankan apakah seluruh transaksi dan saldo yang semestinya tercantum dalam laporan keuangan,
sudah benar-benar dicatat dan disajikan. Berikut rincian tujuan audit sersi kelengkapan :
1. Semua transaksi penjualan kredit, penerimaan kas dari penagihan piutang dan penjualan tunai, serta
penyesuaian penjualan yang terjadi selama suatu periode sudah dicatat
2. Piutang dagang meliputi seluruh klaim perusahaan terhadap pelanggan pada tanggal neraca

Asersi Penilaian dan Pengalokasian


Berkaitan dengan asersi penilaian, auditor akan berusaha memperoleh bukti mengenai apakah saldo penjualan,
piutang dagang dan kas telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat. Tujuan dari asersi ini
adalah :
1. Semua transaksi penjualan kredit, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan telah dijurnal secara tepat
2. Saldo piutang dagang menggambarkan klaim bruto terhadap pelanggan dan sesuai dengan saldo dalam
buku pembantu piutang dagang. Klaim bruto berarti potongan penjualan baru akan diakui apabila pelunasan
piutang dilakukan dalam periode potongan
3. Cadangan piutang tak tertagih menggambarkan estimasi yang wajar tentang perbedaan antara piutang
dagang bruto dan nilai bersih yang dapat direalisasikan
Asersi Pelaporan dan Pengungkapan
Selain memperoleh bukti mengenai keempat asersi diatas, auditor perlu menghimpun bukti apakah transaksi dan
saldo yang tercatat telah tepat diklassifikasikan. Tujuan dari asersi ini adalah :
1. Piutang dagang telah diidentifikasi dan dikelompokan secara tepat dalam neraca. Piutang dagang
dikelompokan sebagi asset lancer perusahaan dalam neraca
2. Pengungkapan yang tepat dan memadai telah dilakukan sehubungan dengan piutang dagang yang sudah
dialihkan ke pihak lain atau dijaminkan
3. Penjualan, potongan penjualan, retur penjualan, dan rugi piutang tak tertagih telah diidentifikasi dan
dikelompokan secara tepat dalam laporan laba rugi

MATERIALITAS, RISIKO BAWAAN, DAN STRATEGI AUDIT


Materialitas
Transaksi penjualan adalah sumber utama pendapatan operasional banyak perusahaan, dan merupakan
komponen utama yang menentukan laba bersih. Transaksi penjualan kredit akan menambah saldo rekening
piutang dagang yang akan berpengaruh material untuk neraca. Rekening penyesuaian penjualan, pada beberapa
perusahaan, sangat material bagi laporan keuangan. Rekening piutang dagang, aliran kas, dan penyesuaian
penjualan yang material tersebut menuntut auditor untuk lebih cermat dalam melaksanakan prosedur audit.
Auditor perlu memperluas lingkup audit yang lebih efektif dan memerlukan relatif lebih banyak sampel bukti
yang harus diperiksa.
Risiko Bawaan
Risiko bawaan siklus pendapatan pada banyak perusahaan adalah tinggi. Ada berbagai faktor yang
menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus pendapatan ini, antara lain :
1. Volume transaksi yang tinggi
2. Penentuan waktu pengakuan pendapatan berkaitan dengan standar akuntansi yang ambigu, dilakukan
estimasi, dan kompleksitas perhitungan
3. Piutang dagang mungkin salah diklasifikasikan dalam piutang lancer dan piutang tidak lancer karena ada
kesulitan dalam memperkirakan waktu pelunasan
4. Sifat kas (paling likuid dan sangat diminati)
5. Adanya potensi terjadi manipulasi dalam transaksi penyesuaian penjualan untuk menutupi korupsi
Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya salah saji. Hal ini disebabkan
karena semakin tinggi kemungkinan kesalahan pencatatan transaksi tersebut. Ketidaktepatan penentuan saat
pengakuan pendapatan dapat menyebabkan laba yang overstated maupun understated.
Strategi Audit
Dalam straregi pendekatan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan lebih rendah, auditor lebih
banyak mengandalkan pengujian pengendalian. Logika pemikiran yang mendasari penggunaan strategi ini
adalah apabila auditor yakin bahwa struktur pengendalian intern klien sangat baik dan dapat mencegah dan
mendeteksi salah saji, maka auditor perlu menguji kelayakan keyakinannya tersebut. Auditor akan menguji
apakah struktur pengendalian intern tersebut memang layak diyakini efektivitasnya. Dengan demikian, auditor
akan melaksanakan pengujian pengendalian.

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN


Pengertian Struktur Pengendalian Intern menurut Mulyadi adalah “Pengendalian Intern meliputi struktur
organisasi metode dan prosedur yang dikoordinasikan dan diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk
mengamankan harta milik perusahaan, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansinya, mendorong
efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan
Sistem Pengendalian Intern merupakan kumpulan dari pengendalian intern yang terintegrasi, berhubungan dan
saling mendukung satu dengan yang lainnya.
Di lingkungan perusahaan, pengendalian intern didifinisikan sebagai suatu proses yang diberlakukan
oleh pimpinan (dewan direksi) dan management secara keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan
akan tercapainya tujuan perusahaan yang secara umum dibagi kedalam tiga kategori, yaitu :
a) Keefektifan dan efisiensi operasional perusahaan
b) Pelaporan Keuangan yang handal
c) Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan
Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori tujuan perusahaan tersebut dapat
dicapai, yaitu dengan kondisi :
1. Direksi dan manajemen mendapat pemahan akan arah pencapain tujuan perusahaan, dengan,
meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan, termasuk juga kinerja, tingkat profitabilitas, dan
keamanan sumberdaya (asset) perusahaan.

2. Laporan Kuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya, yang meliputi laporan
segmen maupun interim.

3. Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah ditaati dan dipatuhi dengan
semestinya.

PERTIMBANGAN AKTIVITAS PENGENDALIAN TRANSAKSI PENJUALAN KREDIT


Umumnya aktivitas pengendalian relevan dengan audit atas siklus pendapatan dapat digolongkan
menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan :
1. Review kinerja
2. Pengolahan informasi
3. Pengendalian fisik
4. Pemisahan tugas
Dari penjelasan diatas , aktivitas pengendalian yang dapat mencegah terjadinya salah saji dalam siklus
pendapatan antara lain :
1. Pemisahan fungsi-fungsi yang terlibat dalam sistem penjualan kredit
2. Penggunaan dokumen yang telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang
3. Pengeluaran barang yang hanya didasarkan pada dokumen yang terkait seperti surat order pengiriman
4. Setiap pencatatan yang harus dilandasi oleh dokumen sumber (faktur penjualan)
PENGHIMPUNAN dan PENDOKUMENTASIAN PEMAHAMAN
Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara review pendahuluan. Dokumentasi pemahaman
dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner, flowchart, atau memo naratif

PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN


Ada lima tahap penetapan risiko pengendalian, yaitu :
1. Mengindentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi
2. Mengidentifikasi pengendalian yang dapat diterapkan untuk mencegah dan mendeteksi salah saji
3. Mengjimpun bukti melalui pengujian pengendalian mengenai apakah rancangan dan operasi pengendalian
adalah efektif
4. Mengevaluasi bukti yang dihimpun
5. Menglakukan penetapan atau penilaian risiko pengendalian

PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian terhadap aktivitas penjualan memfokuskan pada otorisasi penjualan, pelaksanaan prosedur
dan kelengkapan pencatatan. Prosedur pengujian pengendalian yang dapat diterapkan untuk siklus pendapatan
dibedakan atas prosedur:
1. Pengujian pengendalian pengiriman barang dagang
2. Pengujian pengendalian penagihan
3. Pengujian pengendalian pencatatan
4. Pengujian pengendalian retur penjualan

PENGUJIAN PENGENDALIAN DENGAN BANTUAN KOMPUTER


Test audit dengan bantuan computer dapat meliputi :
1. Penggunaan software audit atau program utility untuk melakukan serangkaian cek untuk mendeteksi order
penjualan dokumen pengiriman, faktur penjualan yang hilang atau terulang pada file computer
2. Mendesain, menyeleksi, dan mengevaluasi sampel dokumen pengiriman
3. Menyeleksi dan mencetak sampel harga jual dari file induk harga jual untuk dibandingankan dengan harga
yang ditetapkan oleh manajemen
5. SIM / SIA

 Perkembangan Pemanfaatan Komputer Dalam Bisnis


1) Era Pengolahan Data Elektonik (Electronic Data Processing Era)
Pada awal pemanfaatan komputer dalam bisnis, komputer dimanfaatkan sebagai mesin pengolah data yang
difokuskan untuk mengolah angka (number crunching). Komputer dalam era ini lebih banyak difokuskan sebagai alat untuk
pengolahan data transaksi (transaction processing) untuk menghasilkan laporan keuangan. Pengolahan data dalam jumlah besar
merupakan pemanfaatan utama komputer.
2) Era Teknologi Informasi ( Information Technology Era )
Dalam jaman ini, komputer dikombinasikan dengan telekomunikasi dan peralatan kantor elektronik digunakan dalam
bisnis tidak sekedar untuk mengolah data, namun digunakan untuk menghasilkan informasi yang dimanfaatkan untuk
pengambilan keputusan.
3) Era Jejaring ( Network Era )
 Dalam era jejaring, perusahaan- perusahaan membangun jejaring organisasi (organization network) dalam
menghasilkan produk dan jasa bagi custumer
 Dalam era jejaring, fokus tidaklagi ditujukan untuk menghasilkan informasi namun sudah lebih maju dari itu: jejaring
difokuskan untuk distribusi pengetahuan sehingga knowledge sharing sangat mudah dilakukan antarindividu dan
antarorganisasi
 Dalam era jejaring ini, pengetahuan dengan mudah dapat diciptakan, dan dengan cepat dikembangkan dan
didistribusikan secara luas ke seluruh dunia, serta juga dengan mudah digantikan dengan pengetahuan yang baru.
 Perbedaan akuntansi sistem manual dengan akuntansi sistem komputer
Karakteristik Akuntansi Dengan Manual System :
1. Sistem informasi akuntansi dengan manual system berfungsi filter.
2. Pemakai informasi akuntansi hanya dapat memanfaatkan informasi akuntansi setelah fungsi akuntansi menyajikan
laporan keuangan kepada pemakai laporan.
3. Laporan keuangan yang dihasilkan dengan manual system hanya berdimensi tunggal.
4. Dalam manual system, data akuntansi dicatat dalam buku besar dan buku pembantu dan buku catatan ini dijaga dengan
ketat di satu tempat, biasanya dibawah penjagaan fungsi akuntansi
5. Manual system meninggalkan jejak audit yang mudah diperiksa kembali.
6. Dalam manual system, proses pengolahan data akuntansi banyak melibatkan manusia.
7. Dalam manual system, pengendalian terhadap personel dilaksanakan melalui pemberlakua banyak aturan dan
penggunaan jejaring organisasi ( rules and hierarchies)
Karakteristik Akuntansi dengan Sistem Informasi Komputer
1. Akuntansi dengan sistem informasi komputer menghasilkan buku besar yang berfungsi sebagai gudang data (data
werehouse).
2. Pemakai informasi akuntansi dapat memanfaatkan informasi akuntansi dengan akses secara langsung ke shared
database.
3. Sistem informasi komputer dapat menghasilkan informasi dan laporan keuangan multidimensi.
4. Dalam sistem informasi komputer, data akuntansi dicatat dalam buku besar dan buku pembantu, yang diselenggarakan
secara elektronik dalam bentuk shared database.
5. Sistem informasi komputer sangat mengadalkan pada berfungsinya perangkat keras dan perangkat lunak.
6. Jejak audit dalam sistem informasi komputer enjadi tidak terlihat.
7. Sistem informasi komputer mengurangi keterlibatan manusia.
8. Sistem informasi komputer mengubah kekeliruan yang bersifat acak ke keliruan yang bersistem
9. Sistem informasi komputer rentan terhadap akses tanpa izin.
10. Sistem informasi komputer menimbulkan risiko kehilangan data.
11. Sistem informasi komputer menuntut pengintegrasian fungsi.
12. Sistem informasi komputer menghilangkan sistem otorisasi tradisional.
13. Sistem informasi komputer menuntut pekerja pengetahuan (knowledge workers) untuk menjalankannya.
 Dampak Teknologi Informasi Terhadap Pekerjaan, Tipe Pekerja, Organisasi Dan Cara Pengelolaan Organisasi
 Dampak Teknologi Informasi Terhadap Hubungan Bisnis
Auditor umumnya memandang hubungan bisnis yang wajar adalah jika dilaksanakan berdasarkan falsafah arm’s length
transaction, yaitu transaksi antara pihak bebas atau independen. Hubungan istimewa (atau dikenal dengan related party
transaction) diyakini oleh auditor sebagai transaksi yang akan menimbulkan ketidakwajaran angka yang dicatat dalam catatan
akuntansi.
Jaman Teknologi Informasi menjadikan lingkungan bisnis yang sangat kompetitif. Lingkungan bisnis yang kompetitif
memaksa perusahaan untuk membangun interdependensi antara perusahaan dengan pemasok dan mitra bisnisnya dalam
memenuhi kebutuhan customer. Jika di dalam lingkungan bisnis masa lalu independensi menjanjikan keberhasilan perusahaan
dalam bisnis, dalam era Teknologi Informasi, justru interdependensi menjadi enabler perusahaan dalam membangun hubungan
berkualitas antara perusahaan dengan pemasok dan mitra bisnisnya, sehingga melalui jejaring organisasi (organization network)
dapat dijanjikan nilai terbaik bagi customer.
 Perkembangan pendekatan dalam pembangunan hubungan bisnis
1. Pendekatan Keluarga
• Segi Positif
Pendekatan keluarga dilandasi oleh kepercayaan, dan hubungan bisnis sangat memerlukan dasar tersebut agar
transaksi bisnis dapat berjalan dengan lancar dan efektif. Pendekatan keluarga juga menjadikan pihak yang terlibat dalam
transaksi mampu mencurahkan energi mereka untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan bersama, bahkan seringkali
dapat melampaui harapan sebelumnya.
• Segi Negatif
Pendekatan keluarga seringkali menimbulkan hambatan karena pihak yang terkait tidak dapat melaksanakan hubungan
bisnis secara businesslike. Tidak jarang rasa kekeluargaan menimbulkan rasa sungkan, tidak sampai hati, pekewuh (tidak enak
hati) yang mengganggu hubungan bisnis. Disamping itu, pendekatan keluarga tidak mampu menyediakan semua kompetensi
yang diperlukan untuk menjalankan bisnis, sehingga dapat berkibat dalam ketidakefisienan dan ketidakproduktivan proses
penyediaan produk dan jasa.
2. Pendekatan bisnis
Pendekatan keluarga memiliki keterbatasan dalam penyediaan kompetensi yang diperlukan untuk menghasilkan
produk dan jasa bagi customers. Oleh karena itu, dicari alternatif pendekatan bisnis untuk mengatasi kelemahan pendekatan
keluarga. Pendekatan bisnis digunakan sebagai dasar pembangunan hubungan bisnis antara perusahaan dengan pemasok dan
mitra bisnisnya dan antara manajer dengan karyawan, dan antarfungsi dalam perusahaan. Melalui pendekatan bisnis, perusahaan
mencari mitra bisnis di luar hubungan keluarga, sehingga dapat dibangun hubungan bisnis dengan pihak yang memang memiliki
kompetensi yang diperlukan untuk menajalankan bisnis.
3. Mitra Usaha (Partnered Relationship) untuk Mendobrak Mitos tentang Hubungan Bisnis
Kemitraan usaha dilandasi oleh motif untuk memuasi kebutuhan customer yang kompleks dan untuk menang dalam persaingan.
Untuk memuasi kebutuhan customer yang kompleks dan untuk menang dalam persaingan, perusahaan dituntut untuk memiliki
kompetensi inti dalam menjalankan bisnisnya. Perusahaan perlu membangun kolaborasi dengan perusahaan lain untuk
memenuhi kebutuhan customer yang kompleks tersebut. kemitraan usaha dijadikan sebagai basis dalam bertransaksi di antara
perusahaan-perusahaan dalam jejaring organisasi. Dengan demikian, kemitraan usaha dibangun oleh independent companies
yang memutuskan untuk bekerja sama secara erat dalam memenuhi kebutuhan customer, sedangkan related party transaction
dibangun oleh interdependent companies (karena hubungan induk dan anak perusahaan) dalam melaksanakan transaksi bisnis
mereka. Kemitraan usaha ditujukan untuk melaksanakan transaksi berkualitas di antara anggota organisasi dalam jejaring yang
memiliki kompetensi inti di bidangnya untuk memuasi kebutuhan customer, sedangkan related party transaction lebih diujukan
untuk memperoleh keuntungan bagi grupnya.
 Tipe Konfigurasi Sistem Informasi Komputer
1. Lingkungan Sistem Informasi Komputer (Stand-alone Micro Computer)
 Pengendalian Intern dalam Lingkungan Komputer Mikro
Pengendalian intern dalam lingkungan lingkungan komputer mikro memiliki karakteristik sbb :
1) Oleh karena karakteristik fisiknya, komputer mikro mudah dicuri, mudah mengalami kerusakan fisik dan mudah diakses
atau digunakan tanpa izin. Hal ini dapat berakibat hilangnya informasi yang disimpan dalam komputer mikro, misalnya, data
keuangan yang penting dalam sistem akuntansi. Pengamanan fisik yang diperlukan terhadap komputer mikro adalah :
a) Mengunci komputer mikro dalam almari yang terlindung.
b) Menggunakan sistem alarm yang menjadi aktif bilamana komputer mikro dicabut disambungan listriknya atau dipindahkan
dari tempatnya.
c) Menempelkan komputer mikro ke meja dengan suatu alat yang tidak memungkinkan komputer dipindahkan dari meja
tersebut.
d) Memasang mekanisme pengunci untuk mengendalikan akses ke tombol untuk menghidupkan dan mematikan komputer.
2) Pengendalian intern terhadap program dan data dalam lingkungan komputer mikro dilaksanakan sbb :
a. Ditetapkan personel untuk bertanggung jawab atas media penyimpanan yang tidak dapat diambil.
b. Diberlakukan sistem pengecekan atas keluar dan masuknya data file dan program file.
c. Disediakan tempat penyimpanan media yang dapat diambil berupa container yang anti api dan berkunci, baik di tempat kerja
dan di luar tempat kerja (untuk backup)
3) Integritas data dapat ditingkatkan dengan memasukkan prosedur pengendalian intern seperti penggunaan format check,
range check, dan cross check terhadap hasil.
4) Backup adalah rencana yang dibuat oleh entitas untuk melakukan akses ke perangkat keras, perangkat lunak, dan data yang
setara dalam hal terjadi kegagalan, kehilangan, dan kehancuran. Dalam lingkungan komputer mikro, pemakai biasanya
bertanggung jawab dalam pengolahan, termasuk pengidentifikasian program file dan data file penting yang harus di copy secara
periodik dan disimpan dalam lokasi yang jauh dari komputer mikro yang bersangkutan.
5) Terdapat beberapa teknik pengendalian yang dapat dibangun k edalam program aplikasi untuk membantu menjamin agar
data diolah dan dibaca sebagaimana yang seharusnya dan agar dapat dicegah terjadinya kecelakaan yang menghancurkan data
tersebut. Teknik-teknik ini, yang membatasi akses ke program dan data ditangan personel yang berwenang, mencakup :
1. Pemisahaan data ke dalam file yang disusun ke dalam file directory yang terpisah
2. Penggunaan file yang disembunyikan dan nama file rahasia
3. Penggunaan password
4. Penggunaan crytography
6) Pengendalian terhadap integritas data dan perangkat lunak dapat menjamin bahwa informasi yang diolah bebas dari
kekeliruan dan dari manipulasi yang tidak diotorisasi (yaitu bahwa data yang telah diotorisasi telah diolah dengan cara yang telah
ditetapkan).
 Dampak Lingkungan Komputer Mikro terhadap Prosedur Audit
Setelah memperoleh pemahaman atas lingkungan pengendalian dan arus transaksi, auditor tidak perlu melakukan review
terhadap pengendalian aplikasi sistem informasi komputer, namun lebih memusatkan usaha audit ke pengujian substantif pada
atau mendekati akhir tahun. Dengan demikian prosedur audit yang digunakan oleh auditor lebih berfokus pada :
a. Pemeriksaan fisik dan konfirmasi aktiva
b. Pengujian rinci
c. Ukuran sampel yang lebih besar
d. Penggunaan lebih banyak teknik audit berbantuan komputer (jika diperlukan)
Lingkungan Sistem Informasi Komputer-Online Computer System
Sistem Komputer Online adalah sistem komputer yang memungkinkan pemakai melakukan akses ke data dan program secara
langsung melalui peralatan terminal.Dengan sistem online pemakai dapat melaksanakan berbagai fungsi secara langsung. Fungsi-
fungsi tesebut mencakup :
a. Melakukan entri transaksi (seperti: transaksi penjualan dalam toko pengecer, pengambilan kasdi dalam suatu bank, dan
pengiriman barang dalam suatu pabrik).
b. Melakukan permintaan keterangan (seperti informasi tentang akun atau saldo terkini customer).
c. Meminta laporan (seperti daftar unsur sediaan yang ada di gudang, yang kuantitasnya menunjukkan angka negatif).
d. Melakukan up-dating terhadap master file (seperti pembuatan akun bagi customer baru dan pengubahan kode akun besar).
Berbagai jenis perlatan terminal dapat digunakan dalam sisten komputer online. Fungsi perlatan terminal ini sangat bervariasi
tergantung pada logic, tranmisi, penyampaian, dan kemampuan dasar komputer.

Berbagai jenis peralatan terminal dapat digunakan dalam sistem komputer on-line. Fungsi peralatan terminal ini sangat bervariasi
tergantung pada logic, transmisi, penyimpanan, dan kemampuan dasar komputer. Tipe peralatan mencakup :
a. Terminal untuk tujuan umum :
1) Layar monitor dan papan ketik dasar
2) Inteligent terminal
3) Komputer mikro
b. Terminal untuk tujuan khusus, seperti :
1) Peralatan point of sale (POS)
2) Automated teller machine (ATM)
 Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK)
Dua tipe TABK yang lebih umum digunakan :
1. perangkat lunak audit
a) program paket (package programs)
b) Program yang dibuat dengan tujuan khusus (purpose-written programs)
c) Program utilitas (utility programs)
2. Data uji (test data)
 Manfaat TABK
a) Pengujian rincian transaksi dan saldo
b) Prosedur review analitik
c) Pengujian pengendalian atas pengendalian umum sistem informasi komputer.
d) Pengujian pengendalian atas pengendalian aplikasi sistem informasi komputer.
e) Mengakses file
f) Mengelompokkan data berdasarkan kriteria tertentu.
g) Mengorganisasi file
h) Membuat laporan,mengedit, dan memformat keluaran.
i) Membuat persamaan dengan operasi rasional

6. Perancangan Program Audit untuk Pengujian Pengendalian - Transaksi Pencadangan Kerugian


Piutang dan Penghapusan Piutang
 Transaksi Pencadangan Kerugian Piutang
Fungsi yang terkait
Nama Fungsi Unit Organisasi Tangung Jawab
Pemegang Fungsi

Fungsi pencatat Bagian piutang Membuat daftar umur piutang yang dipakai sebagi dasar untuk mengestimasi
piutang jumlah piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih

Fungsi Bagian akuntansi Mencatat biaya kerugian piutang yang dibebankan dalam periode akuntansi
akuntansi biaya tertentu
biaya

Fungsi Bagian akuntansi Mencatat transaksi kerugian piutang dalam jurnal umum
akuntansi umum
umum
Dokumen

Transaksi Dokumen Sumber Dokumen Pendukung

Pencadangan Bukti Memorial Daftar Umur Piutang


Kerugian Piutang
 Bukti memorial
Dokumen ini dibuat oleh fungsi pemberi otoritas kredit sebagai perintah kpd fungsi pencatat piutang untuk mengkredit
buku pembantu piutang dgn adanya penghapusan piutang kpd debitur tertentu.
 Daftar umur piutang
pencadangan kerugian piutang didasarkan atas analisis umur piutang. Sebagai dasar pembuatan bukti memorial untuk
mencatat jumlah kerugian piutang, daftar umur piutang dibuat oleh fungsi pecatat piutang
 Transaksi Penghapusan Piutang
Fungsi yang terkait

Nama Fungsi Unit Organisasi Tangung Jawab


Pemegang Fungsi

Fungsi Pemberi Bagian Kredit Membuat Bukti Memorial Atas Dasar Surat Keputusan Manajer Yang Berwenang
Otorisasi Kredit Untuk Penghapusan Piutang Yang Sudah Tidak Dapat Ditagih

Fungsi Pencatat Bagian Piutang Mencatat Berkurangnya Piutang Karena Transaksi Penghapusan Piutang Yang
Piutang Tidak Tertagih

Fungsi Akuntansi Bagian Akuntansi Mencatat Transaksi Penghapusan Piutang Dalam Jurnal Umum
Umum Umum
 Penjelasan Aktivitas Pengendalian Yang Diperlukan Dalam Transaksi Pencadangan Kerugian Piutang Dan Penghapusan Piutang
:
1. Penggunaan bukti memorial yang diotorisasi untuk setiap pencadangan kerugian piutang dan penghapusan piutang
2. Setiap pencatatan harus dilandasi dengan dokumen sumber dan dokumen pendukung yang lengkap
3. Pengecekan secara independen posting kedalam catatan akuntansi
4. Pertanggungjawaban semua bukti memorial secara periodik
5. Panduan akun dan review pemberian kode
o Lakukan pengamatan terhadap prosedur persetujuan pembebanan kerugian piutang dan penghapusan piutang
Auditor melakukan pengamatan terhadap:
a. Perhitungan umur piutang yang dipakai sebagai dasar penentuan jumlah kerugian piutang yang dibebankan ketahun
yang diaudit
b. Persetujuan bukti memorial oleh manajer yang berwenang
o Periksa dari jurnal umum dan lakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung
Aktivitas pengendalian yang diperiksa oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap bukti memorial tersebut adalah
a. Penggunaan formulir bukti memorial yang bernomor urut tercetak
b. Adanya pertanggungjawaban penggunaan formulir bukti memorial yang bernomor urut tercetak tersebut
c. Tanda tangan otorisasi atas bukti memorial dari yang berwenang
d. Kesesuai informasi yang dicantumkan dalam bukti memorial dengan informasi yang tercantum dalam dokumen yang
mendukungnya
e. Kelengkapan dokumen pendukung bukti memorial
f. Tanda tangan otorisasi atas dokumen pendukung dari yang berwenang
g. Ketelitian pencatatan informasi yang tercantum dalam bukti memorial ke dalam buku pembantu biaya dan jurnal umum
o Periksa bukti digunakannya formulir bernomor urut tercetak dan peranggungjawaban pemakaian formulir tersebut
Dalam transaksi pencadangan kerugian piutang, formulir bukti memorial harus bernomor urut tercetak dan
pemakaian formulir tesebut dipertanggungjawabkan melalui pemakain nomor urut tersebut
o Periksa bukti memorial yang disetujui dan lakukan pengusutan ke dokumen dan catatan akuntansi yang bersangkutan
Untuk mebukutikan bahwa transaksi pencadangan kerugian piutang didahului dengan adanya otorisasi dari manajer
yang berwenang, auditor memeriksa bukti memorial dari arsip dokumen tersebut yang disimpan oleh fungsi akuntansi umum.
Auditor juga mengusut posting data dalam bukti memorial ke buku pembantu biaya dan jurnal umum
o Periksa adanya pengecekan independen terhadap posting ke buku pembantu dan jurnal
Auditor menguji ketelitian posting ringkasan jurnal umum kedalam akun yang bersangkutan dalam buku besar.
Auditor mengambil sampel rekapitulasi bulanan juranl umum dan membandingkan dengan jumlah yang diposting dalam akun
yang bersangkutan dalam buku besar

 Evaluasi hasil pengujian pengendalian


Penaksiran resiko pengenalian dilaksanakan oleh auditor melalui 5 tahap berikut ini :
1. Pertimbangan pengentahuan yang diperoleh dari pemahaman atas pengendalian intern
2. Lakukan identifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi entitas
3. Lakukan identifikasi pengendalian yang diperlukan untuk mencegah atau mendeteksi salah saji
4. Lakukan pengujian pengedalian terhadap pengendalian yang diperlukan untuk menentukan efektivitas desain dan
operasi pengendalian intern
5. lakukan evaluasi terhadap bukti dan buat taksiran resiko pengendalian

 Auditor harus membandingkan tingkat resiko pengendalian sesungguhnya atau final dengan tingkat resiko
pengendalian yang direncanakan untuk asersi tersebut. Jika tingkat resiko pengendalian final sama dengan yang
direncanakan maka,
 Auditor dapat melanjutkan untuk mendesain pengujian substantif khusus berdasarkan tingkat pengujian substantif
yang direncanakan. Jika tingkat risiko pengendalian final tidak sama dengan yang direncanakan maka,
 Auditor harus mengubah tingkat pengujian substantif sebelum auditor mendesain pengujian substantif khusus untuk
menampung tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.

Anda mungkin juga menyukai