Anda di halaman 1dari 4

Adab Pergaulan Laki-laki dan Perempuan Allah swt menciptakan manusia, terdiri atas laki-laki dan perempuan.

Di dalam hubungan antara manusia, Islam telah mengatur adab dan etika terhadap pergaulan antara lawan jenis. Adab pergaulan antara lawan jenis memang dibutuhkan oleh setiap manusiademi meraih ridho dan kecintaan Allah swt. Terutama bila laki-laki dan perempuan yang telah beranjak dewasa, diperlukan suatu batasan-batasan yang harus dipahami. Seorang Muslim yang beriman tidak mencintai selain karena Allah swt. Ia tidak mencintai kecuali apa yang dicintai Allah swt dan Rasul-Nya. Begitupun bila ia membenci, ia tidak membenci kecuali apa yang di benci Allah swt dan Rasul-Nya. Dalilnya ialah sabda Rasulullah saw, Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan pemberian karena Allah, sungguh a telah rnenyempurnakan imannya. (Diriwayatkan Abu Daud). Sebenarnya pertemuan antara laki-laki dengan perempuan tidak haram, melainkan jaiz (boleh). Bahkan, hal itu kadang-kadang dituntut apabila bertujuan untuk kebaikan, seperti dalam urusan ilmu yang bermanfaat, amal saleh, kebajikan, perjuangan, atau lain-lain yang memerlukan banyak tenaga, baik dari laki-laki maupun perempuan. Namun, kebolehan itu tidak berarti bahwa batas-batas diantara keduanya menjadi lebur dan ikatan-ikatan syar`iyah yang baku dilupakan. Pada zaman Raslullh saw. kaum wanita biasa menghadiri shalat berjamaah di masjid bersama kaum pria. Kaum wanita juga ikut menghadiri shalat Hari-Raya di lapangan dan bersama-sama mengumandangkan takbir. Bahkan mereka (kaum wanita) diikut-sertakan dalam perang oleh Raslullh saw. terutama untuk merawat orang-orang yang terluka dsb. Hal itu bisa dijumpai dalam kitab-kitab shahh, seperti: Shahh Al-Bukhr, Muslim dll Begitu-pula dalam hal menuntut ilmu, kaum wanita tidak mau ketinggalan dari kaum pria sehingga mereka membuat waktu khusus bagi Raslullh saw. untuk mengajar dalam majelis mereka sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Imm Al-Bukhr pada Bab Ilmu dalam kitab Shahhnya. Namun Islm tetap memberikan beberapa batasan dalam pergaulan antara lakilaki dan perempuan.

Memandang wanita yang tidak halal baginya Pandangan pertama tidak berdosa, pandangan kedua yang dilanjutkan dengan syahwat berdosa. 2. Menyentuh wanita yang bukan mahramnya

makalah 3. Berkhalwat (berduaan) di tempat sepi

makalah Raslullh saw. juga telah menegaskan hal ini dalam sebuah hadits : Ingatlah! Tidaklah berkhalwat (berdua-duaan) seorang laki-laki dengan seorang wanita, melainkan yang ketiganya adalah syaithn.....(H.R. At-Tirmidz dari Ibnu Umar) 4. Berpacaran Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina- itu adalah keji dan sejahat-jahatnya jalan. (QS Al-M-idah (5) : 32)

Dr. Ysuf Al-Qardhw (hafizhahullh) memberikan 6 (enam) patokan hukum dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan, yaitu : 1. Menahan pandangan dari kedua-belah pihak. Artinya, tidak boleh melihat aurat, tidak boleh memandang dengan syahwat, dan tidak lama-lama memandang tanpa keperluan, sebagaimana firman Allh : Katakanlah ke pada orang laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.` Katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandanganny dan memelihara a kemaluannya...(an-Nur: 30-31)

2. Pihak wanita harus mengenakan pakaian yang sopan yang dituntun syara, yang menutup seluruh tubuh selain muka dan telapak tangan, tidak tipis dan tidak dengan potongan yang menampakkan bentuk tubuh. Allh berfirman :

dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. (Surah An-Nr (24) : 31) Diriwayatkan dari beberapa shahabat bahwa perhiasan yang biasa tampak ialah muka dan tangan. Allh berfirman mengenai sebab diperintahkan-Nya berlaku sopan : ....Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. (Surah Al-Ahzb (33) : 59) Dengan pakaian tersebut, dapat dibedakan antara wanita baik-baik dengan wanita nakal. Terhadap wanita yang baik-baik, tidak ada laki-laki yang suka

mengganggunya, sebab pakaian dan kesopanannya mengharuskan setiap orang yang melihatnya untuk menghormatinya. 3. Mematuhi adab-adab wanita muslimah dalam segala hal, terutama dalam pergaulannya dengan laki-laki a. Dalam perkataan, harus menghindari perkataan yang merayu dan membangkitkan rangsangan. Allh berfirman : Maka janganlah kalian tunduk (melemahlembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. (QS Al-Ahzb (33) : 32) b. Dalam berjalan, jangan memancing pandangan orang. Firman Allh .Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhi san yang a mereka sembunyikan. (Surah An-Nr (24) : 31) c. Dalam gerak, jangan berjingkrak atau berlenggang-lenggok, seperti yang disebutkan dalam hadits (Yaitu) wanita-wanita yang menyimpang dari ketaatan dan menjadikan hati laki-laki cenderung kepada kerusakan (kemashiatan). (H.R. Ahmad dan Muslim) Jangan sampai ber-tabaruj (menampakkan aurat) sebagaimana yang dilakukan wanita-wanita jahiliyyah tempo dulu ataupun jahiliyyah modern. 4. Menjauhkan diri dari bau-bauan yang harum dan warna-warna perhiasan yang seharusnya dipakai di rumah, bukan di jalan dan di pertemuan-pertemuan dengan kaum laki-laki. 5. Jangan berdua-duaan (laki-laki dan wanita) tanpa disertai mahram. Banyak hadits shahh yang melarang hal ini seraya mengatakan, Karena yang ketiga adalah syaithn.

Jangan berduaan sekali pun dengan kerabat suami atau isteri. Sehubungan dengan ini, terdapat hadits yang berbunyi Janganlah kalian masuk ke tempat wanita. Mereka (shahabat) bertanya : Bagaimana dengan ipar wanita?. Beliau menjawab : Ipar wanita itu membahayakan.(H.R. Al-Bukhr) Maksudnya, berduaan dengan kerabat suami atau isteri dapat menyebabkan kebinasaan, karena bisa jadi mereka duduk berlama-lama hingga menimbulkan fitnah. 6. Pertemuan itu sebatas keperluan yang dikehendaki untuk bekerja sama, tidak berlebih-lebihan yang dapat mengeluarkan wanita dari naluri kewanitaannya, menimbulkan fitnah, atau melalaikannya dari kewajiban sucinya mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anak.

Apakah Berpacaran Itu Boleh Menurut Hukum Islm ? Islm telah memberikan beberapa batas dalam pergaulan antara laki-laki dan wanita agar mereka tidak terjerumus dalam perbuatan tercela. Islm melarang keras berkhalwat, yang dalam pengertian umum adalah berpacaran, yaitu berdua-duaan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita karena perbuatan tersebut dapat membuat pelakunya terjerumus ke dalam perbuatan nista, yaitu perzinahan, padahal Allh SWT. Berfirman : Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina- itu adalah keji dan sejahatjahatnya jalan. (QS Al-M-idah (5) : 32) Maksud ayat ini adalah segala sikap dan tingkah-laku yang dapat membawa kepada zina janganlah dilakukan. Hendaklah dijauhi. Khalwat yaitu berdua-dua saja laki-laki dengan perempuan adalah termasuk mendekati zina. Islm mengharamkan khalwat. Raslullh saw. juga telah menegaskan hal ini dalam sebuah hadits : Ingatlah! Tidaklah berkhalwat (berdua-duaan) seorang laki-laki dengan seorang wanita, melainkan yang ketiganya adalah syaithn.....(H.R. At-Tirmidz dari Ibnu Umar) Dengan kata-lain, berpacaran atau berdua-duaan sama-saja membuka peluang bagi syaithn untuk menguasai kedua belah pihak dan selanjutnya menjerumuskan keduanya ke dalam perbuatan keji yaitu perzinahan.

Anda mungkin juga menyukai