Anda di halaman 1dari 8

GEA NUZULISTYARINA

13312473

Adab Pergaulan Dalam Islam


Bergaul dan memiliki banyak teman adalah fitrah setiap manusia, tak terkecuali bagi para
muslimah. Allah SWT pun menyampaikan hal ini dalam firman-Nya,

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. Al Hujurat:13)

Allah berfirman bahwa Ia menciptakan manusia berbangsa – bangsa dan bersuku-suku agar
saling mengenali. Artinya, Allah swt memerintahkan manusia untuk bersosialisasi dan saling
bergaul satu dengan yang lainnya. Allah swt juga menjelaskan di dalam ayat ini bahwa manusia
diciptakan berbeda-beda dari berbagai suku dan bangsa, dan Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dengan apa yang dimiliki orang tersebut karena sesungguhnya yang paling mulia
dihadapan Allah swt adalah orang yang paling bertakwa.

Pergaulan merupakan suatu fitrah bagi manusia karena sesungguhnya manusia merupakan
makhluk sosial. Namun, di zaman sekarang ini banyak sekali remaja yang terjerembab dalam
kemaksiatan akibat salah pergaulan. Hal ini dapat terjadi karena pergaulan tidak dibentengi
dengan iman yang kokoh sehingga mudah tergoyahkan oleh arus pergaulan yang bersifat negatif.
Semakin maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja, mengharuskan para remaja belajar
tentang pergaulan yang benar secara islam dan sesuai syariat sejak dini.

PERGAULAN DALAM ISLAM


Dalam Islam, adab bergaul sangat diperhatikan. Betapa pentingnya adab dalam begaul, hingga
Allah SWT mengutus Rasulullah saw untuk memberikan teladan dalam bergaul dengan sesama
manusia.

Dari Aisyah ra. ketika ditanya akhlaq Nabi saw, beliau menjawab, “Akhlaq beliau (Nabi saw)
adalah Al Qur’an.” Kemudian Aisyah ra. membacakan ayat yang artinya, “Dan sesungguhnya
kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam:4)

Rasulullah saw bersabda,

“Bertaqwalah kalian kepada Allah di mana pun kamu berada, ikutilah perbuatan buruk dengan
perbuatan baik niscaya akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang
baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al-Hakim)

1
GEA NUZULISTYARINA
13312473

Hubungan yang terjadi antara seseorang dengan seorang yang lain tidak hanya berdasarkan
nasab, tapi juga berdasarkan ikatan lain. Akan tetapi, di antara banyak ragam ikatan dalam
hubungan antar manusia, yang paling mulia dan tinggi nilainya adalah ikatan berdasarkan
aqidah. Kekuatan ikatan aqidah melebihi ikatan yang terjalin berdasarkan hubungan darah.

Allah SWT berfirman,

“Dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu
menginfak-kan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa Mahabijaksana.” (QS. Al-Anfal:63)

Hubungan yang terjadi atas kesatuan aqidah merupakan karunia terbaik dari Allah SWT yang
harus senantiasa dijaga. Dengan ikatan ini, interaksi yang terjalin karena alasan lainnya dapat
dihilangkan. Tidak ada lagi fanatisme kesukuan atau golongan yang merendahkan orang lain di
luar kelompoknya. Hubungan ‘untung-rugi’ dengan latar belakang ekonomi tak lagi
diperhitungkan. Permusuhan dan kebencian karena perbedaan dapat dimusnahkan lalu berganti
dengan keikhlasan karena Allah SWT. Bukankah ini adalah nikmat yang luar biasa.

Dr. Yusuf Al-Qaradhawi (hafizhahullâh) memberikan 6 (enam) patokan hukum dalam pergaulan
antara laki-laki dan perempuan, yaitu:

1. Menahan pandangan dari kedua-belah pihak. Artinya, tidak boleh melihat 'aurat, tidak
boleh memandang dengan syahwat, tidak lama-lama memandang tanpa keperluan,
sebagaimana firman Allâh :

‫ار ِه ْم َو يَحْ فَظُوْ ا فُرُوْ َجهُ ْم‬


ِ ‫ص‬َ ‫قُلْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ يَ ُغضُّ وْ ا ِم ْن أَ ْب‬...........

"Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki; hendaklah mereka menahan


pandangan mata mereka dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih
suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat ".
(Surah An-Nûr (24):30)

Dan firman Allâh:


ْ َ‫ار ِه َّن َو يَحْ ف‬
‫ظنَ فُرُوْ َجه َُّن‬ ِ ‫ص‬َ ‫ت يَ ْغضُضْ نَ ِمنَ أَ ْب‬
ِ ‫ َو قُلْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنَا‬..........

"Dan katakanlah kepada para mu'minât perempuan, agar mereka -- juga -- menahan
pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka... ". (Surah An-Nûr (24):31)

Awal dorongan syahwat adalah dengan melihat. Maka jagalah kedua biji mata ini agar
terhindar dari tipu daya syaithan. Tentang hal ini Rasulullah bersabda, “Wahai Ali,
janganlah engkau iringkan satu pandangan (kepada wanita yang bukan mahram)

2
GEA NUZULISTYARINA
13312473

dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu (halal) bagimu, tetapi tidak
yang kedua!” (HR. Abu Daud).

2. Pihak wanita harus mengenakan pakaian yang sopan yang dituntun syara', yang menutup
seluruh tubuh selain muka dan telapak tangan, tidak tipis sehingga menampakkan warna
kulit, tidak ketat sehingga menampakkan bentuk badan dan tudung dilabuhkan melebihi
paras dada. Tidak salah berpakaian asalkan menepati standar pakaian Islam. Allah
berfirman :

‫ َو الَ يُ ْب ِد ْينَ ِز ْينَتَه َُّن إِالَّ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو ْليَضْ ِر ْبنَ بِ ُخ ُموْ ِر ِه َّن َعلَى ُجيُوْ بِ ِه َّن‬......

"...dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak


daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya...". (Surah
An-Nûr (24):31)

Diriwayatkan dari beberapa shahabat bahwa perhiasan yang biasa tampak ialah muka dan
tangan.

Allah berfirman mengenai sebab diperintahkan-Nya berlaku sopan :

َ‫ك أَ ْدنَى أَ ْن يُ ْع َر ْفنَ فَالَ ي ُْؤ َذ ْين‬


َ ِ‫ َذل‬.........

"...Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
diganggu...". (Surah Al-Ahzâb (33):59)

Dengan pakaian tersebut, dapat dibedakan antara wanita baik-baik dengan wanita nakal.
Terhadap wanita yang baik-baik, tidak ada laki-laki yang suka mengganggunya, sebab
pakaian dan kesopanannya mengharuskan setiap orang yang melihatnya untuk
menghormatinya.

Hayati pemakaian kita di dalam solat. Sebagaimana kita berpakaian sempurna semasa
mengadap Allah, mengapa tidak kita praktikkan dalam kehidupan di luar? Sekiranya
mampu, bermakna solat yang didirikan berkesan dan berupaya mencegah kita daripada
melakukan perbuatan keji dan mungkar.

Jangan memakai pakaian yang tidak menggambarkan identitas kita sebagai seorang
Islam. Hadith Nabi SAW menyebutkan : “Barangsiapa yang memakai pakaian menjolok
mata, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat kelak..” ( Riwayat
Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai dan Ibnu Majah)

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman,

3
GEA NUZULISTYARINA
13312473

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu dan juga
kepada istri-istri orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka ke
seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
sehingga tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS.
33: 59)

Menjauhkan diri dari bau-bauan yang harum dan warna-warna perhiasan yang seharusnya
dipakai di rumah, bukan di jalan dan di pertemuan-pertemuan dengan kaum laki-laki.

3. Mematuhi adab-adab wanita muslimah dalam segala hal, terutama dalam pergaulannya
dengan laki-laki :
a) Dalam perkataan, harus menghindari perkataan yang merayu dan membangkitkan
rangsangan. Allah berfirman :
ْ َ‫ض ْعنَ بِ ْالقَوْ ِل فَي‬
‫ط َم َع الَّ ِذي فِي قَ ْلبِ ِه َم َرضٌ َو قُ ْلنَ قَوْ الً َم ْعرُوْ فًا‬ َ ‫فَالَ ت َْخ‬

"....Maka janganlah kalian tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang


yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik". (Surah Al-
Ahzâb (33):32)

b) Dalam berjalan, jangan memancing pandangan orang. Firman Allâh:

‫ َو الَ يَضْ ِر ْبنَ بِأَرْ ُجلِ ِه َّن لِيُ ْعلَ َم َما ي ُْخفِ ْينَ ِم ْن ِز ْينَتَ ِه َّن‬..........

"...Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan...".(Surah An-Nûr (24):31)

c) Dalam gerak, jangan berjingkrak atau berlenggang-lenggok, seperti yang disebutkan


dalam hadits :
ُ َ‫ت َو ْال ُم ِم ْيال‬
‫ت‬ ُ َ‫ْال َمائِال‬

"(Yaitu) wanita-wanita yang menyimpang dari ketaatan dan menjadikan hati laki-laki
cenderung kepada kerusakan (kema'shiatan)". (H.R. Ahmad dan Muslim)

Jangan sampai ber-tabaruj (menampakkan 'aurat) sebagaimana yang dilakukan wanita-


wanita jahiliyyah tempo dulu ataupun jahiliyyah modern.

4. Tidak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan diri pada perbuatan zina (QS. 17: 32)
misalnya berkhalwat (berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan mahram. Nabi
bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah
berkhalwat dengan seorang wanita (tanpa disertai mahramnya) karena sesungguhnya
yang ketiganya adalah syaithan” (HR. Ahmad).

4
GEA NUZULISTYARINA
13312473

5. Hindarilah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk berjabatan tangan.


 Sebagaimana dicontohkan Nabi saw, “Sesungguhnya aku tidak berjabatan tangan
dengan wanita.” (HR. Malik, Tirmizi dan Nasa’i).
 Hadis Nabi SAW : “Sesungguhnya kepala yang ditusuk besi itu lebih baik daripada
menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya.” (Riwayat At-Tabrani
dan Baihaqi). Selain itu, dari Aisyah :”Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah
menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membait.”(Riwayat Bukhari).
 Dalam keterangan lain disebutkan, “Tak pernah tangan Rasulullah menyentuh wanita
yang tidak halal baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
 Hal ini dilakukan Nabi tentu saja untuk memberikan teladan kepada umatnya agar
melakukan tindakan preventif sebagai upaya penjagaan hati dari bisikan syaitan.
 Selain dua hadits di atas ada pernyataan Nabi yang demikian tegas dalam hal ini,
bekiau bersabda: “Seseorang dari kamu lebih baik ditikam kepalanya dengan jarum
dari besi daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” (HR.
Thabrani).

6. Pertemuan itu sebatas keperluan yang dikehendaki untuk bekerja sama, tidak berlebih-
lebihan yang dapat mengeluarkan wanita dari naluri kewanitaannya, menimbulkan fitnah,
atau melalaikannya dari kewajiban sucinya mengurus rumah tangga dan mendidik anak-
anak.(Lihat Fatwa-Fatwa Kontemporer jilid II hal. 393 - 395)

BERGAUL YANG MEMBAWA KE SURGA


1. Niat yang Lurus

Niat kita dalam bergaul pun mutlak harus diperhatikan. Karena jelas, hal itu akan menentukan
berjalannya sebuah pertemanan antara seseorang dengan orang lain.

Berkenaan dengan niat, Rasulullah saw bersabda,

“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan
mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari-Muslim)

Merujuk pada hadits di atas, dalam berteman hendaknya kita berniat semata-mata karena Allah.
Yaitu, menjadikan kawan sebagai penolong dalam urusan dunia maupun akhirat. Dan tentu saja
juga sebagai pendukung dalam menaati hukum-hukum Allah agar selamat di dunia dan di
akhirat.

Dengan niat yang lurus ini, semoga Allah membimbing kita pada sahabat yang senantiasa
membawa kebaikan dunia dan akhirat.

2. Pilih-pilih Teman

5
GEA NUZULISTYARINA
13312473

Pilih-pilih teman biasanya diidentikan dengan kesombongan. Maunya berteman dengan si anu,
dan tidak mau dekat-dekat dengan si anu.

Benar, jika dalam urusan pilih-pilih teman ini kita sandarkan pada urusan dunia yang sifatnya
materialistis. Misalnya, apakah kita berteman dengan seseorang karena dia kaya, cantik, punya
status sosial yang tinggi, dan lain sebagainya. Tentu saja bukan karena hal-hal demikian kita
diharuskan dalam memilih teman.

Islam menganjurkan agar kita hati-hati dalam memilih teman dengan tujuan agar kita tidak
berteman melainkan dengan orang-orang mukmin yang shalih dan taat beragama. Sebab, tak
dapat dipungkiri, teman cepat atau lambat akan memberikan pengaruh terhadap diri kita. Tabiat
dan watak seseorang dapat terbentuk melalui pergaulan dan interaksi dengan lingkungan sekitar.

Rasulullah saw bersabda,

“Sesungguhnya perumpamaan teman baik dengan teman buruk adalah seperti penjual minyak
wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi maka dia akan menghadiahkannya
kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapat aroma wanginya. Adapun
pandai besi maka boleh jadi ia akan membakar tubuhmu atau pakaianmu atau engkau akan
mencium bau busuk darinya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Lalu, bagaimana sebenarnya ciri teman yang baik?

Yang pertama, tentunya ia haruslah seorang mukmin sebagaimana sabda Rasulullah saw,

“Janganlah kamu mengambil teman kecuali yang mukmin...” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud)

Karakteristik orang mukmin adalah sebagaimana yang digambarkan oleh Allah dalam firman-
Nya,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman (mukmin) adalah mereka yang apabila disebut nama
Allah gemetar hatinya dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka bertambah (kuat)
imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” (QS. Al Anfal:2)

Yang kedua, ciri teman yang baik adalah yang berakhlaq mulia. Sangat penting menilai akhlaq
seorang teman, sebab tabiat manusia memiliki kecenderungan untuk meniru orang yang ada di
dekatnya. Ibnu Taimiyah berkata, “Sesungguhnya manusia itu seperti sekawanan burung, selalu
tertarik untuk saling meniru satu sama lainnya.”

Akhlaq yang mulia mendatangkan kecintaan Allah dan juga kasih sayang manusia. Rasulullah
saw bersabda,

6
GEA NUZULISTYARINA
13312473

"Kaum mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya, yang paling
lapang dadanya, yang mudah bersahabat dan disahabati. Tidak ada kebaikan pada orang yang
tidak bersahabat dan tidak disahabati.” (HR. Ath-Thabrani)

3. Pahami Hakikat Persaudaraan

Kunci utama dalam membina persahabatan adalah niat yang lurus untuk membangun ketaatan
dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah dengan memegang aqidah dan pedoman yang haq.
Jika aqidah telah merasuk ke dalam hati maka akan membawa perasaan cinta dan bersaudara
karena Allah semata.

Rasulullah saw bersabda,

“Seorang lelaki mengunjungi saudaranya (seiman) di kota lain. Lalu Allah mengirim seorang
malaikat untuk mengikuti perjalanannya. Tatkala bertemu dengannya malaikat itu bertanya,
‘Kemanakah engkau hendak pergi?’ Ia menjawab, ‘Aku hendak mengunjungi saudaraku di kota
ini.’ Malaikat itu bertanya lagi, ‘Adakah suatu keuntungan yang engkau harapkan darinya?’ Ia
menjawab, ‘Tidak ada, hanya saja aku mencintainya karena Allah.’ Maka, malaikat itu berkata,
‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu untuk menyampaikan bahwa Allah
mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya karena Allah.’” (HR. Bukhari-Muslim)

Tidak terbantahkan lagi bahwa kunci yang paling penting dalam pertemanan adalah
menghadirkan Allah dalam landasan hubungan dan kasih sayang di antara mereka. Sebab, Allah
menetapkan cinta-Nya bagi orang yang saling mencintai karena Dia.

4. Agar Pergaulan Tak Jadi Sesalan

Pada akhirnya, kita akan mendapati bahwa teman yang tidak baik akan membawa temannya ke
dalam keburukan di dunia dan mendorong ke dalam neraka di akhirat.

Teman yang jahat akan membawa temannya ke jurang bencana dan mengantarkannya ke neraka
jahanam. Dan di akhirat mereka akan berubah menjadi musuh yang saling menjatuhkan.

Allah SWT berfirman,

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS.Az Zukhruf:67)

Seorang mukmin itu ibarat cermin bagi mukmin lainnya. Ketika ia melihat sahabatnya maka
seolah-olah ia melihat dirinya sendiri.

Rasulullah saw bersabda,

7
GEA NUZULISTYARINA
13312473

“Mukmin itu ibarat cermin bagi mukmin lainnya yang senantiasa mencegah saudaranya dari
kebangkrutan dan senantiasa melindunginya dari marabahaya.” (HR. Abu Dawud)

Teman yang baik akan mencegah kita dari kebangkrutan. Ia memberi nasehat berharga saat kita
khilaf, menjaga dan membela kehormatan kita tatkala kita tak berada di sampingnya. Menghibur
kita tatkala sedih dan membantu kita saat membutuhkan pertolongan. Walalupun tak
berhubungan darah, tidak ada keuntungan harta yang diperoleh, dan tidak ada ikatan duniawi.
Tujuannya, hanya ridho Allah di dunia dan di akhirat.

Anda mungkin juga menyukai