NIM : 112019023
MK : E-LEARNING PAI
Prodi : PAI
Unit :A
Kemudian di tahun 1990, saat CBT masih populer digunakan, mulai bermunculan
aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-
ROM. Di dalamnya terdapat isi materi berbentuk tulisan maupun multimedia (video dan
audio) dalam format mov, mpeg-1, atau avi. Materi-materi pembelajaran tersebut di tahun
1994, muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan kemudian diproduksi secara
massal.
Pada tahun 1997, Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai
dirasakan sebagai kebutuhan mutlak dan jarak serta tempat sudah bukan lagi hambatan. Dari
sinilah Learning Management System muncul. Perkembangan Learning Management System
(LMS) yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability
antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya
standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Committee), IMS, SCORM,
IEEE LOM, ARIADNE, dan sebagainya.
Kemudian sekitar tahun 2000, perkembangan LMS mulai menuju ke arah aplikasi e-
learning berbasis web. Aplikasi LMS berbasis web tersebut berkembang secara total, baik
untuk peserta trainee, trainer maupun administrator. LMS mulai digabungkan dengan situs-
situs informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan
multimedia, video streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data
yang lebih standar dan berukuran kecil.
Bagi dunia pendidikan, E-Learning merupakan suatu potensi dan solusi dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran, akan tetapi pembuatan E-Learning memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi, diantaranya yaitu : harus mengetahui bahasa pemograman seperti
php, html, java, dan proses pembuatannya yang memerlukan waktu yang lama. Namun
dengan teknolgi yang semakin canggih ada cara yang lebih praktis dalam pembuatan E-
Learning, yaitu dengan aplikasi Joomla.
Dengan aplikasi Joomla pembuatan E-Learning menjadi lebih muda karena tidak
diperlukannya bahasa pemograman. Sehingga pengerjaannya memerlukan waktu yang
relative lebih singkat. Program E-Learning berbasis Joomla menawarkan konsep yang
dinamis, yang diasumsikan akan lebih baik dibandingkan dengan hanya mengandalkan
keberadaan guru di kelas. Dalam hal ini siswa dapat mempelajari materi pelajaran
dimanapun dan kapanpun. Dengan demikian siswa diharapkan dapat menguasai materi
pelajaran secara maksimal, serta menguntungkan siswa.
Moodle merupakan salah satu LMS (Learning Management System) open sources
yang dapat diperoleh secara bebas melalui http://moodle.org. Moodle dapat dengan mudah
dipakai untuk mengembangkan sistem E-Learning. Dengan Moodle portal E-Learning
dapt dimodifikasi sesuai kebutuhan. Saat ini terdapat lebih dari 18 ribu situs E-Learning
tersebar di lebih dari 163 negara yang dikembangkan dengan Moodle. Dengan
memanfaatkan Moodle maka pengoptimalan implementasi akan diperoleh sistem E-
Learning dengan maksimal.
E-learning di Indonesia mulai ada sejak tahun 90-an dengan didahului oleh
perkembangan teknologi informasi. Namun demikian akibat adanya krisis moneter yang
menimpa indonesia sekitar tahun 1997 hingga tahun 2000 para perintis e-learning
mendapati masalah keuangan pula. Mulai tahun 2000, setelah krisis mulai mereda banyak
organisasi yang kembali merintis perkembangan e-learning. Namun demikian terdapat
beberapa masalah dalam penyelenggaraan e-learning di Indonesia yakni meskipun terdapat
lebih dari 60 situs e-learning, kebanyakan masyarakat saat itu belum memiliki fasilitas
yang memadai sebagai sarana pembelajaran e-learning.
Hanya sekitar 20 juta dari lebih dari 223 juta penduduk yang sudah memiliki
telepon. Menggunakan hanphone untuk mengakses internet juga masih sangat mahal,
sementara penyedia layanan internet juga masih sedikit. Di sisi lain saat itu meskipun
penyedia e-learning biasanya adalah institusi pendidikan dan sasaran e-learning adalah
para pelajar khususnya mahasiswa, sebagian besar isi dari materi yang dijelaskan tidak
menjangkau standard intelektual mahasiswa. Selain itu tak ada koordinasi dalam
pelaksanaan e-learning karena masing-masing institusi pemerintah menyediakan layanan
sendiri-sendiri tanpa adanya koordinasi. Masalah yang terakhir adalah masalah
kebudayaan masyarakat Indonesia. Masyarakat umumnya lebih menyukai
berbicara daripada membaca. Contohnya daripada membaca buku mahasiswa
lebihmanyukai berinteraksi dengan mahasiswa yang lain atau langsung dengan pengajar.
Artinya mereka lebih senang untuk berbicara secara langsung dibanding secara virtual
seperti yang biasanya ada dalam e-learning.
Oleh karena itu saat ini Indonesia membutuhkan koordinasi yang lebih baik dari para
operator e-learning, strategi e-learning yang lebih baik dari para pemimpin serta membuat
e-learning bukan hanya sebagai media pembelajaran saja namun juga sebagai sarana bagi
para pelajar agar selalu up to date dan membuat teknologi informasi menjadi bahan ajar
yang fleksibel.